Anda di halaman 1dari 23

Pasien wanita usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lutut.

Nyeri dirasakan sejak 2 tahun lalu,


yang dirasakan semakin memberat sejak 3 bulan lalu. Riwayat jatuh (-). Pada pemeriksaan lutut
didapatkan krepitasi bilateral. Dari pemeriksaan fisik lain dan tanda vital didapatkan normal.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mengukur mobilitas pada pasien
A. Uji Romberg
B. Uji Menggapai fungsional
C. Uji Dix Hallpike
D. Uji Time Up and Go
E. Uji Berg
Jawaban D
Referensi
Setiati S, Purwita W Laksmi. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid 3 Edisi VI 2014 hal 3753

Seorang perempuan berusia 69 tahun dating berobat ke klinik geriatric dengan keluhan sulit
mempertahankan keseimbangan. Dalam 1 bulan ini pasien pernah terjatuh sebanyak 2 kali. Pada
pemeriksaan didapatkan adanya penurunan massa otot. Terapi apakah yang dapat diberikan pada pasien
tersebut
A. Vitamin B komplek
B. Asam folat
C. Metil kobalamin
D. Vitamin D
E. Vitamin E
Jawaban D
Referensi
Siti Setiati, Purwita W Laksmi. Gangguan Keseimbangan, Jatuh dan Fraktur . Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid 3 Edisi VI 2014 hal 3743-56

Pasien perempuan 85 tahun, dengan riwayat jatuh 2 bulan yang lalu sehingga patah pada tulang
pahanya. Pasien lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Setelah beberapa lama mulai muncul
luka pada bagian bokong. Pada luka tampak berwarna kehitaman, ada nanah, tampak tulang atau otot,
mengeluarkan darah. Pasien dirumah tinggal bersama suaminya, suaminya hanya mampu memiringkan
kiri dan kanan tubuh pasien untuk mengurangi nyeri di luka. Namun 1 hari yang lalu pasien mulai sulit
untuk diajak komunikasi, berteriak-teriak, tidak bisa tidur dan tidak mau makan ataupun minum.
Diagnosis geriatri pasien diatas adalah
A. sindroma delirium tipe campuran
B. sindroma delirium tipe hiperaktif
C. sindroma delirium tipe hipoaktif
D. sindroma delirium tipe overstimulasi
E. sindroma delirium tipe metabolik
Jawaban B
Referensi
Czeresna HS. Sindroma delirium. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3, Edisi VI. 2014; hal
3795-3800

Pasien perempuan 85 tahun,dengan riwayat jatuh sehingga hip fractures. Pasien lebih banyak
menghabiskan waktu di tempat tidur. Setelah beberapa lama mulai muncul luka pada bagian bokong.
Pada luka tampak bagian lemak subkutan, ada nanah, tidak tampak tulang atau otot, sedikit
mengeluarkan darah. Pasien mulai melakukan miring kiri dan kanan untuk mengurangi nyeri di luka.
Derajat ulkus dekubitus pada pasien adalah?
A. Stage I
B. Stage II
C. Stage III
D. Stage IV
E. Unstageable
Jawaban C
Referensi
Rose Dinda Martini. Ulkus Dekubitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3, Edisi VI. 2014; hal
3764-3770
Pasien perempuan 85 tahun,dengan riwayat jatuh sehingga hip fractures. Pasien lebih banyak
menghabiskan waktu di tempat tidur. Setelah beberapa lama mulai muncul luka pada bagian bokong.
Pada luka tampak bagian lemak subkutan, ada nanah, tidak tampak tulang atau otot, sedikit
mengeluarkan darah. Pasien mulai melakukan miring kiri dan kanan untuk mengurangi nyeri di luka.
Tata laksana yang paling tepat pada pasien ini adalah?
A. bersihkan luka dengan larutan Na Cl fisiologis
B. bersihkan luka dengan larutan Na Cl fisiologis, antibiotik sistemik dan tindakan operatif
C. bersihkan luka dengan larutan Na Cl fisiologis, balut luka namun jangan terlalu tebal, pemberian
antibiotik sistemik
D. bersihkan luka dengan larutan Na Cl fisiologis, balut luka namun jangan terlalu tebal, nekrotomi
E. daerah ulkus digesek dengan es dan bersihkan luka dengan larutan Na Cl fisiologis
Jawaban C
Referensi
Rose Dinda Martini. Ulkus Dekubitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3, Edisi VI. 2014; hal
3764-3770

Seorang perempuan usia 70 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan sering lupa sejak 2 bulan
terakhir. Pasien menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak 15 tahun. Menurut anak pasien yang
mendampingi pasien berobat, dua bulan yang lalu, pasien tiba-tiba bicaranya menjadi cadel dan terdapat
kelemahan pada sisi tubuh sebelah kanan. Saat itu pasien tidak berobat, namun keluhan cadel dan
kelemahan tubuh berangsur-angsur membaik seperti sedia kala. Pasien biasanya membantu anaknya
berjualan makanan di warung, namun saat ini ia mulai kesulitan, misalnya untuk menyusun menu atau
daftar belanja. Setelah dilakukan pemeriksaan MMSE, didapatkan hasil 25/30. Skor ADL Barthel 20/20.
Pendidikan terakhir pasien adalah SMP. Patogenesis pada diagnosis geriatri di atas adalah :
A. abnormalitas pada substansia alba
B. atrofi lobus occipital
C. lewy body pada seluruh korteks serebral
D. mutasi pada kromosom 1, 14, 21
E. terdapat alel e4 dari Apolipoprotein E
Jawaban A
Referensi
Rochmah W, Harimurti K. Demensia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3, Edisi VI. 2014; hal
3801-3809

Seorang wanita berusia 72 tahun datang untuk pemeriksaan kesehatan rutin. Saat ini pasien tidak
memiliki keluhan fisik khusus. Pasien mengaku selama ini mengikuti pola hidup yang sehat, tidak
memiliki penyakit kronik, dan rutin berolah raga teratur. Berat badannya turun dari yang sebelumnya
agak gemuk. Pemeriksaan fisik dan penunjang umum menunjukkan tidak ada kelainan yang berarti.
Dokter kemudian menyarankan pasien menjalani pemeriksaan Bio impedance analysis dan didapatkan
adanya penurunan massa otot yang signifikan. Pemeriksaan handgrip strength menurun dan get-up-and-
go test masih dalam batas normal.
Salah satu komponen frailty pada kasus ini adalah, kecuali:
A. Penurunan berat badan
B. Penurunan massa otot
C. Penurunan kekuatan genggaman tangan
D. Tes get up and go yang masih normal
E. Tidak memiliki penyakit kronik
Jawaban D
Referensi
Siti Setiati, Aulia Rizka. Kerapuhan dan sindrom gagal pulih. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi ke 6. Jilid III: hal.3725-3730

Seorang perempuan berusia 68 tahun, dibawa berobat oleh keluarga ke Poliklinik Penyakit dalam setelah
hampir setahun tidak kontrol. Terdapat riwayat DM sejak 15 tahun yang lalu,, Pasien juga memiliki
riwayat stroke. Sehari-hari aktivitas pasien dia dalam rumah, Pasien perlu dibantu untuk menyiapkan
makanan ,aktivitas mandi, berkemih atau BAB di kamar mandi, serta memakai baju karena kekakuan
pada sendi bahu. Pasien merasa membutuhkan upaya lebih untuk melakukan aktivitas dan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk berjalan mencapai suatu tempat. Tidak ada keluhan sesak saat beraktivitas.
Terdapat penurunan berat badan 6 kg dalam setahun terakhir. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan glukosa darah puasa 204 mg / dL dan glukosa darah 2 jam post prandial 240 mg / dL
Target HbA1C pengelolaan DM pada pasien adalah :
A. 5-5,5 %
B. 5,5 -6%
C. 6-6,5%
D. 6,5-7%
E. 7,5-8,5%
Jawaban E
Referensi
American Diabetes Association. Diabetes Care 2017;40(Suppl. 1):S99–S104

Seorang laki2 78 tahun dibawa keluarga ke poliklinik penyakit dalam karena sulit untuk diajak
berkomunikasi.Pasien dikatakan sering bercerita hal-hal dimasa lalu, lupa dengan anaknya, tidak
mengetahui siang dan malam. saat ini mengalami demam tinggi, batuk selama 2 hari, batuk berdahak
Sejak 3 bulan terakhir pasien hanya berbaring ditempat tidur. Pasien sebelumnya menjalani operasi
patah tulang akibat jatuh 6 bulan yang lalu. Setelah menjalani operasi pasien sudah dapat berjalan seperti
biasa. Sebelum menjalani operasi pasien sudah sering lupa, pasien sulit membedakan siang dan malam,
sering menceritakan hal-hal yang terjadi dimasa lalu. Dari hasil pemeriksaan BMD saat sebelum operasi
didapatkan T score – 2,4.. Faktor risiko utama terjadinya imobilitas pada pasien tersebut adalah?
A. Ulkus
B. Fraktur
C. Osteoporosis
D. Demensia
E. kontraktur
Jawaban D
Referensi
Siti Setiati, Arya Govinda Roosheroe. Imobilisasi pada usia lanjut.Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
111,Edisi VI. 2014; hal 3758

Seorang wanita 80 tahun dibawa keluarga ke IGD dengan keluhan tidak mau makan pasien telah
menderita stroke sejak 2 tahun. Sejak saat itu pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur pasien juga
mengalami kesulitan menelan, untuk makan dan minum pasien di bantu oleh kedua anaknya secara
bergantian. Menurut keluarga 5 bulan ini pasien makan hanya sedikit, asupan makanan berkurang.
Pasien mengalami penurunan berat badan 10 kg dalam 2 tahun. Pada pemeriksaan fisik IMT 17.2, TD
150/90 mmhg, kadar vitamin D serum 120 mmol/L.
Pilihan terapi awal pada pasien ini terkait dengan penurunan berat badan adalah?
A. Terapi pengganti hormone berupa estrogen
B. Pemberian Vitamin D 400 iu per hari
C. Pemberian obat antihipertensi ACE dan spironolakton
D. Pemberian nutrisi protein 1-1,5 gr/kbb/hari + asam amino leusin
E. Pemberian Calsium 500 mg/ hari
Jawaban D
Referensi
Siti Setiati, Dwimartutie, Noto. Sarkopenia. Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 111, Edisi VI. 2014;
hal 3717-3723

Seorang perempuan 76 tahun dibawa oleh tetangganya ke IGD karena tidak sadarkan diri, Pasien
ditemukan jatuh tergeletak di lantai rumahnya, tidak diketahui secara pasti penyebab pasien tidak
sadarkan diri. Selama 2 tahun ini pasien hidup sendiri dirumahnya kedua anak berada jauh dan sudah
hidup berkeluarga. Suami telah lama meninggal dunia karena kecelakaan. Dari keterangan tetangganya
nenek ini hidup sendiri dirumah, semua aktivitas makan minum mandi dll dilakukan sendiri tidak ada
pembantu ataupun yang membantu, kedua anaknya hanya 1 bulan sekali menjenguk itupun hanya
sebentar, kedua anaknya rutin memberikan uang untuk kebutuhan seharihari, pasien telah 10 tahun
menderita penyakit kencing manis dan darah tinggi, pasien dikatakan tidak rutin meminum obat, karena
sering lupa sudah minum obat atau belum, dan bila habis tidak ada yang mengantar berobat.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah ?
A. Dementia
B. Fraktur
C. Depresi
D. Fall
E. Elderly Mistreatment
Jawaban E
Referensi
Siti Setiati, Laksmi, Roosheroe Arya G. Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 111, Edisi VI. 2014; hal
3874

Pasien laki-laki, usia 71 tahun dirawat di ICU dengan diagnosis sepsis dan pneumonia. Dari anamnesis
tidak didapatkan riwayat gangguan ginjal sebelumnya. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran sopor,
TD 98/70 mmHg, frekuensi nadi 120 kali/menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, suhu 37,9 °C,
terdapat ronkhi basah kasar di kedua lapangan paru. Pemeriksaan laboratorium kreatinin serum awal saat
masuk ke IGD RS adalah 0,9 mg/dl (80 μmol/L). Dua hari kemudian , kreatinin serum pasien ini
meningkat menjadi 2.1 mg/dL (186 μmol/L). Urine output dalam 24 jam terakhir sebanyak 1800 mL.
Berdasarkan KDIGO, staging Acute Kidney Injury (AKI) pada pasien ini adalah …
A. Stage 1
B. Stage 2
C. Stage 3
D. Stage 4
E. Stage 5
Jawaban B
Referensi
KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney International Supplements
(2012) 2, 8-12.

Pasien wanita, usia 69 tahun dirawat di ICCU dengan diagnosis Angina Pektoris Tidak Stabil.
Anamnesis pada pasien ditemukan riwayat penyakit ginjal kronik, diabetes mellitus dan hipertensi.
Pemeriksaan fisik pasien didapatkan kesadaran kompos mentis, TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi 66
kali/menit, frekuensi pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8 °C, JVP 5+1 cmH2O, bunyi jantung 1 dan 2
reguler, terdapat murmur sistolik grade 3/6 punctum maksimum di apeks jantung, pemeriksaan paru
tidak ditemukan ronkhi ataupun wheezing, akral tidak ada edema. Pemeriksaan laboratorium pada
pasien ini adalah Hb 9,2 g/dL, hematokrit 27,6%, leukosit 8.500/mm3, trombosit 320.000/mm3, ureum
58 mg/dL, kreatinin 1,4 mg/dL, GDP 140 g/dL, GD2PP 208 g/dL, Natrium 136 mmol/L, Kalium 3,5
mmol/L. Pasien ini akan direncanakan kateterisasi jantung dengan pemberian kontras IV.
Penatalaksanaan non farmakologis pada pasien ini yang dapat mengurangi risiko Contrast-induced
Acute Kidney Injury (CI AKI) adalah …
A. Penggunaan media kontras dengan iso-osmolar atau osmolaritas yang rendah
B. Pemberian larutan natrium klorida atau natrium bikarbonat yang isotonik
C. Pemberian asetilsistein oral
D. Pemberian teofilin atau fenoldopam
E. Hemodialisis
Jawaban A
Referensi
KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney International Supplements
(2012) 2, 69-88.

Pasien laki-laki, usia 30 tahun, datang ke IGD dengan keluhan muntah-muntah sejak 4 hari sebelum
masuk RS. Pasien muntah-muntah setiap kali makan, tidak ada darah. Pasien sebelumnya sudah berobat
ke dokter puskesmas, mendapatkan obat domperidon, omeprazole dan oralit. Karena pasien terlihat
makin kurus dan lemas, pasien langsung dibawa keluarganya ke IGD. Urine output sekitar 200 cc dalam
12 jam. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 102 kali/menit, respirasi
22 kali/menit, suhu 37.9 °C, pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 16 g/dL, hematokrit 48%,
leukosit 12.100/mm3,trombosit 300.000/mm3, ureum 90 mg/dL, kreatinin 1,9 mg/dL, natrium 145
mmol/L, kalium 2.8 mmol/L, klorida 99 mmol/L, kalsium 7.8 mmol/L, fosfat 8.5 mmol/L.
Penatalaksaan suportif pada pasien ini yang tepat adalah …
A. Pembatasan asupan garam (1-2 g/hari)
B. Hindari infus larutan hipotonik
C. Pemberian kalsium asetat
D. Batasi asupan protein diet (0,8 – 1 g/kgBB/hari)
E. Hemodialisis
Jawaban C
Referensi
H.M.S. Markum. Gangguan Ginjal Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 6 Jilid II, 2014,
hal. 2173.

Seorang pria 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 5 hari SMRS. Pasien mengaku
suka makan daging dan minum soda. Berkemih dirasakan menjadi sakit dan warna kemerahan. TD
130/80, nadi 80 kali/menit, pernafasan 25 kali per menit, VAS 7. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
nyeri ketok CVA dan ballotemant ginjal positif. Apakah langkah awal yang akan Anda lakukan pada
pasien ini?
A. Jadwalkan pemeriksaan USG abdomen
B. Ambil bahan untuk pemeriksaan urinalisis
C. Berikan cairan yang mengandung sitrat
D. Berikan analgesik adekuat dan pastikan status hidrasi baik
E. Persiapkan litoripsi
Jawaban D
Referensi
Sja'bani M. Batu Saluran Kemih. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 6, 2014, hal. 2121.

Seorang pria 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 5 hari SMRS. Pasien mengaku
suka makan daging dan minum soda. TD 130/80, nadi 80 kali/menit, pernafasan 25 kali per menit. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan nyeri ketok CVA. Manakah pernyataan tentang batu saluran kemih yang
tepat?
A. USG dapat membedakan batu kalsifikasi dengan radiolusen
B. Batu ginjal berukuran kurang dari 10 mm dapat keluar spontan
C. Sitrat pada jeruk nipis dapat menurunkan terjadinya batu oksalat
D. Peningkatan inhibitor pembentuk batu adalah faktor risiko terjadinya batu saluran kemih
E. Hipokalsemia adalah faktor risiko terjadinya batu ureter
Jawaban C
Referensi
Sja'bani M. Batu Saluran Kemih. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 6, 2014, hal. 2121.
Nephrolithiasis. Dalam Pocket Medicine Sabatine Sixth edition. Halaman 4-20

Seorang pria 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 3 hari SMRS. Pasien mengaku
suka makan daging dan minum soda. Selain itu, pasien mengaku sering mengalami infeksi saluran
kemih berulang. Terakhir pasien dinyatakan mengalami infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan TD: 120/80, nadi: 86, RR 20. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri ketok CVA.
Pasien membawa hasil pemeriksaan urinalis dengan temuan: Leukosit 50, eritrosit 20, LeLeukosit
esterase (+), bakteri (+). Hasil pemeriksaan kultur urin menunjukkan tumbuhnya kuman proteus.
Apakah jenis batu yang paling mungkin ditemukan pada pasien ini?
A. Batu kalsium
B. Batu asam urat
C. Batu Magnesium Struvite
D. Cystine
E. Batu Phosphate
Jawaban C
Referensi
Sja'bani M. Batu Saluran Kemih. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 6, 2014, hal. 2121.

Seorang pria, 34 tahun, datang ke IGD dengan keluhan berdebar-debar sejak 30 menit yang lalu. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/70, nadi 180 kali/menit, RR 28 kali/menit, EKG ventrikel
takikardi. Saat di IGD pasien tiba-tiba mengalami cardiac arrest dan ROSC. Dari hasil laboratorium
didapatkan data elektrolit natrium 135 mg/dL, kalium 7,4 mg/dL, klorida 112 mg/dL, ureum 165 mg/dL,
kreatinin 12,4 mg/dL, AGD pH 7,28; pCO2 36 mmHg; HCO3 8 mmol/L. Tatalaksana initial yang paling
tepat pada pasien ini untuk mengkoreksi hiperkalemia adalah:
A. hemodialysis
B. pemberian bikarbonat 1-2 ampul intravena
C. pemberian ca gluconas 1-2 ampul intravena
D. pemberian insulin 10 IU intravena dengan D40% 2 ampul
E. pemberian furosemide 40 mg intravena
Jawaban C
Referensi
Parlindungan Siregar. Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Ed. 6. Hal 2249-50

Seorang pria, 45 tahun, datang dibawa istrinya ke IGD karena tidak sadarkan diri. Ternyata didapatkan
sudah 3 hari ini pasien mencret-mencret >10 kali perhari disertai muntah tiap kali makan dan minum.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit berkurang, mata cekung, akral dingin, TD 90/50, nadi
120x per menit, RR 24 x per menit, suhu 37,5. Hasil laboratorium di IGD Hb 16,5 gr%, leukosit
11.000/mmk, trombosit 320.000/mmk, GDS 110 mg/dL, ureum 94 mg/dL, kretainin 1,8 mg/dL, natrium
125 mg/dL, kalium 4,5 mg/dL, klorida 118 mg/dL. Osmolaritas plasma 230 mOsm/kgH2O, dan
osmolaritas urin 96 mOsm/kgH2O. Tatalaksana yang tepat untuk koreksi hiponatremia pada pasien ini
adalah:
A. Koreksi cepat dengan larutan natrium hipertonik intravena. Kadar natrium plasma dinaikan
sebanyak 5 mEq/L dari kadar natrium awal dalam waktu 1 jam
B. Koreksi perlahan yaitu sebesar 1 mEq/L, setiap 1 jam. Maksimal 10 mEq/L dalam 24 jam
C. Koreksi perlahan dengan larutan natrium hipertonik intravena. Kadar natrium plasma dinaikan
sebanyak 5 mEq/L dari kadar natrium awal dalam waktu 1 jam
D. Koreksi perlahan yaitu sebesar 0,5 mEq/L, setiap 1 jam. Maksimal 10 mEq/L dalam 24 jam
E. Koreksi perlahan dengan pemberian larutan natrium hipertonik
Jawaban A
Referensi
Parlindungan Siregar. Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Ed. 6. Hal 2246

Seorang pria 55 tahun, datang dengan keluhan muntah-muntah sebanyak lebih dari 10 kali/hari sejak 3
hari SMRS dan diare > 4 kali/hari. Pasien sudah minum lansoprazole, oralit, metoklopramid dan
loperamid. Saat ini pasien mengatakan muntah dan diare sudah berkurang, buang air kecil +/- 300 cc
dalam 12 jam. Didapatkan tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 110 kali/menit, respirasi 20 kali/menit,
suhu 37,5oC, pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 15,0 g/dL, hematokrit 49%, leukosit
13.000/mm3, trombosit 300.000/mm3, ureum 115 mg/dL, kreatinin 2,2 mg/dL, natrium 150 mmol/L,
kalium 3,0 mmol/l. Penatalaksanaan selanjutnya pada pasien ini adalah :
A. Pemberian cairan kristaloid isotonis untuk mengganti volume cairan yang hilang
B. Pemberian cairan dengan dekstrosa isotonik, dengan balans cairan positif
C. Hemodialisis cito
D. Peritoneal dialisis
E. Pemberian antibiotik adekuat
Jawaban B
Referensi
Parlindungan Siregar. Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Ed. 6. Hal 2243

Laki-laki 40 tahun dikonsul untuk penilaian perioperatif pengangkatan implan plate and screw yang
dipasang pada tulang yang patah 1 tahun sebelumnya. Secara bersamaan, pasien mengeluhkan nyeri
persendian yang mulai dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Lima hari sebelum keluhan tersebut, pasien
mengeluhkan sakit gigi dengan gusi yang bengkak dan mulai meminum antibiotik amoxicillin 3x1 tablet
yang dibelinya sendiri di apotek. Dari pemeriksaan fisis pasien tampak sakit sedang, tanda vital
didapatkan suhu 37.6oC tanpa takikardi, takipneu, maupun hipertensi. Kelainan yang didapat dari
pemeriksaan fisis adalah terdapatnya ruam makulopapular di tungkai bawah yang tidak disadari mulai
kapan ditemukan. Saat ini antibiotik tersebut masih diminum bersama dengan paracetamol 3x500 mg
dengan nyeri yang masih terasa. Dari hasil laboratorium terbaru didapatkan Hb 13 g/dL, leukosit
8.000/μL dengan eosinofilia, trombosit 238.000. Pemeriksaan fungsi ginjal menunjukkan Ur 105 mg/dL
dan kreatinin 1.8 mg/dL. Laboratorium dasar lain dalam batas normal. Dari data rekam medis
sebelumnya tidak didapatkan riwayat gangguan ginjal maupun saluran kemih, hipertensi dan diabetes
melitus. Tatalaksana apa yang akan Anda lakukan?
A. Stop amoxicillin dan paracetamol serta pantau kreatinin berkala.
B. Stop amoxicillin, ganti paracetamol dengan natrium diclofenac 3x50 mg karena nyeri yang
belum tertangani, pantau kreatinin berkala.
C. Stop amoxicillin, berikan metilprednisolon dosis 1 mg/kg BB per hari, pantau kreatinin berkala.
D. Biopsi ginjal untuk diagnosis definitif terlebih dahulu.
E. Hemodialisis.
Jawaban A
Referensi
Rossert JA, Fischer EA. Acute interstitial nephritis. In : Johnson et al (editors). Comprehensive
clinical nephrology. 2015. p 733.

Wanita 52 tahun dengan riwayat DM tipe 2 dan baru terdiagnosis TB paru sejak 5 hari lalu diberikan
obat fixed dose combination (FDC) 1x4 tablet. Pasien dikirim ke IGD karena keluhan mual muntah dan
tidak mau makan. Dari pemeriksaan fisis didapatkan didapatkan sklera ikterik dan hepatomegali. Dari
pemeriksaan fisis didapatkan Hb 6 g/dL, leukosit 13.000/μL, dengan hitung jenis neutrofil 70% dan
eosinofil 5%, trombosit 97.000/μL, bilirubin total 9 g/dLdan bilirubin indirek 6 g/dL, SGOT 412 IU/L
dan SGPT 569 IU/L, GDS 239 mg/dL, Ur 248 mg/dL, dan cr 3.6 mg/dL. Data urinalisis menunjukkan
adanya hematuria mikroskopis dan protenuria +3. Serologi virus hepatitis non-reaktif. Pasien
menyangkal adanya gangguan hati maupun ginjal-saluran kemih sebelumnya. Anda mencurigai
rifampicin sebagai penyebab kelainan tersebut sehingga FDC kemudian distop. Tatalaksana apa yang
selanjutnya diberikan pada pasien ini?
A. Hemodialisis
B. Hemodialisis dan predisone dosis 1 mg/kgBB selama 1-2 minggu sebelum dosis diturunkan.
C. Metilprednisolon intravena pulse dose selama 3 hari.
D. Drip terlipressin serta albumin.
E. Plasmapheresis
Jawaban B
Referensi
Rossert JA, Fischer EA. Acute interstitial nephritis. In : Johnson et al (editors). Comprehensive
clinical nephrology. 2015. p 733.

Berikut adalah mekanisme kerusakan ginjal pada pasien dengan mieloma multipel adalah sebagai
berikut
A. Kerusakan tubulus akibat infiltrasi rantai berat yang berlebihan
B. Infiltrasi sel plasma pada ginjal
C. Hiperkalsemia
D. Jawaban a dan b benar
E. Jawaban a,b, dan c benar
Jawaban E
Referensi
Syahrir M. Mieloma multipel dan penyakit gamopati lain. Dalam : Setiati S dkk. Buku ajar ilmu
penyakit dalam edisi VI. Interna Publishing. 2015. Hal.2703.

Pasien wanita 28 tahun, baru saja menikah 1 bulan lalu, datang dengan keluhan nyeri saat berkemih
disertai keluhan sering berkemih, dan warna urin keruh sejak 2 hari lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu 36,5oC dan nyeri tekan supra pubik. Langkah selanjutnya untuk menegakkan diagnosis
dan merencanakan terapi yang paling tepat pada pasien adalah:
A. Pemeriksaan urinalisis saja
B. Urinalisis, kultur urin
C. Urinalisis, tes β-HCG urin, kultur urin, USG traktus urinarius
D. Urinalisis, tes β-HCG urin, USG traktus urinarius
E. Rontgen polos abdomen, kultur urin
Jawaban C
Referensi
Gupta K, Trautner BW. Urinary Tract Infections, Pyelonephritis, and Prostatitis. In: Kasper DL,
Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw-Hill; 2015. p. 861-8.

Pasien wanita 68 tahun datang ke IGD dengan keluhan gangguan kesadaran, gelisah sejak 6 jam lalu.
Pasien sebelumnya mengalami kesulitan BAK sejak 1 minggu lalu. Pasien ada riwayat diabetes mellitus
sejak lama dan tidak rutin kontrol dan ada riwayat alergi amoxicillin dan sulfa. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu 38,5oC, teraba kandung kemih penuh dan terdapat nyeri ketok pada costovertebral
angle kanan. Terapi antibiotik empirik yang dapat diberikan pada pasien adalah:
A. Ceftriaxon 1x2g iv perhari
B. Ampisilin-Sulbactam 4x1,5 g iv perhari
C. Piperacilin-tazobactam 4x4,5g iv perhari
D. Ciprofloxacin 2x400mg iv perhari
E. Cotrimoxazole 2x960 mg peroral perhari
Jawaban D
Referensi
Hooton T. Bacterial Urinary Tract Infections. In: Johnson R, Feehaly J, Floege J. Comprehensive
Clinical Nephrology. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015. p.632-43

Pasien wanita usia 22 tahun datang dengan keluhan nyeri saat buang air kecil sejak 1 hari lalu. Pasien
juga pernah mengalami keluhan serupa tahun lalu dan berulang lagi 1 bulan lalu. Pasien diketahui
bekerja sebagai PSK dan rutin mengkonsumsi pil KB. Faktor risiko apa saja dari pejamu (pasien) yang
menyebabkan kondisi tersebut?
A. Jenis kelamin wanita, sering senggama, penggunaan KB hormonal
B. Jenis kelamin wanita, sering senggama, penggunaan KB hormonal, riwayat infeksi saluran kemih
sebelumnya.
C. Jenis kelamin wanita, sering senggama, riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya.
D. Jenis kelamin wanita, sering senggama, penggunaan KB hormonal, ekologi vagina
E. Jenis kelamin wanita, sering senggama, penggunaan KB hormonal, ekologi vagina, virulensi dari
mikroorganisme causal.
Jawaban B
Referensi
1. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2014. p. 2129-36
2. Gupta K, Trautner BW. Urinary Tract Infections, Pyelonephritis, and Prostatitis. In: Kasper
DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw-Hill; 2015. p. 861-8.

Seorang pria 48 tahun datang dengan penurunan kesadaran dan cenderung banyak tertidur, pasien
ditemukan oleh orang di tengah jalan sehingga akhirnya dibawa ke Rumah Sakit. Berat badan 50 kg.
Menurut pengakuan orang yang mengantarkan , terdapat bekas botol minuman alkohol di tangannya.
Saat dilakukan pemeriksaan, tampak sakit sedang, somnolen, TD 90 / 60 mmhg, nadi 110 x/menit, napas
32x/menit dangkal dan cepat, suhu 36,3 , Dari hasil pemeriksaan fisik pupil isokor, diameter 3mm/3
mm, tidak terdapat ronki dan wheezing, tidak terdapat murmur, tidak terdapat defence muscular pada
perut, ekstremitas akral hangat. Dari hasil pemeriksaan lab awal : Hb 12,3 g/dL, Ht 38%, leukosit 6200/
μL, trombosit 180.000 / μL, ureum 56 mg/dl, creatinin 1,1 mg/dl, natrium 135 mmol/l , kalium 4,1
mmol/l , chloride 110 mmol/l. Urin output 6 jam 180 cc. Dilakukan observasi di IGD, dilakukan
evaluasi lab ulang 6 jam kemudian, didapatkan hasil kesadaran stupor, tampak sakit berat. Hasil lab Hb
12,4 g/dL, Ht 39 % , leukosit 8000 / μL, trombosit 190.000 / μL, ureum 80 mg/dl , creatinin 4,2 mg/dl. ,
natrium 133 mmol/l, kalium 4 mmol/l , chloride 110 mmol/l. Urin output setelah 24 jam 200 cc.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien diatas
A. Penyakit gagal ginjal kronik
B. Penyakit gagal ginjal akut, klasifikasi AKIN tahap 1
C. Penyakit gagal ginjal akut, klasifikasi AKIN tahap 2
D. Penyakit gagal ginjal akut, klasifikasi AKIN tahap 3
E. Infeksi saluran kemih
Jawaban D
Referensi
H.M.S Markum. 2014. Gangguan Ginjal Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Hal
2166 - 75.

Seorang laki – laki, 65 tahun, berat badan 50 kg, datang ke Rumah sakit dengan ulkus pada sacrum
grade 4, dan keluar seperti nanah dari ulkus tersebut. Dan dalam 6 jam terakhir, pasien menjadi sulit
untuk dibangunkan dan cenderung tertidur kembali. Pasien selama ini hanya tirah baring sejak 3 bulan
terakhir, semenjak pasien tertabrak motor, dan tidak dapat bergerak. Selain itu pasien juga mengeluhkan
sering terdapat batuk , dan demam pada malam hari. Selama ini pasien tidak terdapat riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, dan jantung, ataupun stroke, ataupun gangguan ginjal atau batu ginjal sebelumnya.
Pasien sering meminum obat penurunan demam, tidak ada obat rutin lain yang diminum. Pasien selama
ini hanya tinggal dengan istri yang telah seusia, sedangkan anak pasien tidak tinggal serumah. Nafsu
makan baik, istri selalu menyuapi pasien, dan pasien dapat menghabiskan makanan. Saat dilakukan
pemeriksaan didapatkan tampak sakit sedang, compos mentis. TD 80 / 60 mmHg, nadi 110 x/ menit,
suhu 37,9 C, napas 30 x/menit. Terdapat ronki basah kasar bilateral, bunyi jantung tidak terdapat
murmur, turgor pada perut normal, pada sacrum tampak ulkus dengan dasar tulang, berukuran 8 cm x 10
cm x 5 cm. Dari hasil lab : Hb 12,4 g/dL, Ht 39%, leukit 28.000 / μL, trombosit 210.000 / μL. Diff count
0/3/88/30/5, ureum 50 mg/dl , creatinin 1,7 mg/dl, albumin 3.1 mg/dl, globulin 2,7 mg/dl natrium 130
mmol/l , kalium 3,4 mmol/l, chloride 110 mmol/l. Hasil pemeriksaan roentgen toraks tampak infiltrate
pada parakardial bilateral. Dari hasil biakan sputum, didapatkan streptococcus pneumonia, dan biakan
dari ulkus decubitus didapatkan staphylococcus aureus. Urine 24 jam 200 cc/ jam. Pada hasil urinalisis,
eritosit 0 / LPB, leukosit 1-2 / LPB, bakteri (-), Nitrit esterase (-), silinder (-), batu (-).
Berdasarkan pada kasus diatas, patofisiologi yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut pada pasien
tersebut
A. Terdapat sumbatan batu pada ginjal dan saluran kemih
B. Hipoperfusi jaringan karena terjadi penurunan volume sirkulasi efektif
C. Intoksikasi oleh karena zat atau obat nefrotoksik
D. Akumulasi dari protein myeloma light chain yang bersifat toksik pada proksimal renal tubuk
E. Arterosklerosis pada glomerus ginjal
Jawaban B
Referensi
H.M.S Markum. 2014. Gangguan Ginjal Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Hal
2166 - 75.

Seorang laki-laki 56 tahun masuk dibawa ke gawat darurat dengan keluhan penurunan kesaran sejak 12
jam sebelum masuk rumah sakit. Menurut istri pasien, pasien selama ini mengeluh demam sejak 5 hari,
mata tampak kuning , betis terasa sakit, dan terasa silau bila melihat lampu. Pasien selama ini bekerja di
perusahaan konveksi, dan tinggal di rumah yang sering tergenang air. Tidak terdapat riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, stroke, gangguan ginjal dan gangguan hati sebelumya. Dari hasil pemeriksaan,
didapatkan Tampak sakit berat, somnolen. TD 110 / 80 mmHg, nadi 110 x/menit, napas 28 x/ menit,
suhu 38,1 C. Hasil laboratorium Hb 10,1 g/dl, Ht 31 %, leukosit 20.000 /μL, trombosit 200.000 /μL,
ureum 60 mg/dL, creatinin 4 mg/dl, bilirubin total 16 mg/dl, Bilirubin direk 5 mg/dL, bilirubin indirek
11 mg/dL, SGOT 45 U/L,SGPT 55 U/L, Natrium 136 mmol/L, Kalium 3,6 mmol/L, Chlorida 110
mmol/L, urin output 24 jam 100 cc. AGD pH 7.301 , HCO3 10 , PC02 40, P02 110. Hasil IgM
leptospirosis: positif. Pasien direncakan untuk dilakukan terapi hemodialias suportif.
Bagaimana sebaiknya target pengobatan pada gangguan ginjal akut pada pasien ini
A. Target HC03 23 – 25 mmol / L
B. Target HC03 > 15 mmol/L
C. Urin output < 0, 5 cc/kg/jam
D. Hb > 10 g/dL
E. Asupan air dapat mencapai lebih dari 3 L / hari.
Jawaban B
Referensi
H.M.S Markum. 2014. Gangguan Ginjal Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Hal
2166 - 75.
Laki-laki 45 thn datang dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 6 jam SMRS, keluhan sesak
dirasakan sejak 3 hari SMRS, dengan demam, batuk disertai dahak. Pasien diketahui terdapat gangguan
ginjal, sudah rutin hemodialysis sejak 4 tahun SMRS. BAK saat ini sudah tidak ada. Diketahui
hipertensi dan DM tipe 2 sejak 4 tahun SMRS. Dari pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 160/90
mmHg, Nafas 110 kali per menit, Pernapasan 28 kali per menit cepat dan dalam, dan suhu 38oC,
konjungtiva pucat, JVP 5+3 cmH2O, suara napas ronkhi basah halus di kedua lapangan paru. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9.2 g/dL, leukosit 19.500 sel/mm3, trombosit 188.000
sel/mm3. Dari pemeriksaan analisis gas darah didapatkan pH 7.34, pCO2: 27.9 mmHg, pO2: 136.9
mmHg, HCO3: 19.5 mmHg, saturasi O2: 96.6%, Ureum 91.6 mg/dL, Kreatinin: 8.4 mg/dL. Dari
pemeriksaan elektrolit didapatkan Natrium/Kalium/Chlorida: 141 mEq/dL; 4.1 mEq/dL; 101 mEq/dL.
Apakah gangguan asam basa yang dialami oleh pasien ini?
A. asidosis metabolic dengan anion gap dan asidosis respiratorik
B. asidosis metabolic dengan anion gap dan alkalosis respiratorik
C. asidosis respiratorik tanp anion gap
D. asidosis respiratorik tanpa anion gap dengan alkalosis metabolic
E. asidosis metabolic tanpa anion gap
Jawaban B
Referensi
Gangguan asam basa. Penatalaksanaan di bidang ilmu penyakit dalam: Panduan praktis klinis
ginjal hipertensi. 2015

Laki-laki usia 26 tahun datang dengan mual dan muntah sejak 2 hari SMRS, jumlah lebih kurang 10
kali/hari. Keluhan demam, batuk atau pilek disangkal. Diketahui gula darah tinggi sejak 2 tahun SMRS,
menggunakan insulin, namun sudah 3 hari tidak menggunakan insulin. Dari pemeriksaan fisis
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi napas 32 kali per menit, cepat dan dalam, frekuensi
nadi 120 kali per menit, Suhu 36C. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan AGD: pH 7.136, pCO2:
15.63 mmHg, pO2: 123 mmHg, HCO3: 4.5, saturasi O2: 98%. Natrium 134 mEq/dL; Kalium 4.5
mEq/dL; Chlorida 104 mEq/dL. Gula darah sewaktu: high, ureum: 24 mg/dL., albumin 3.5 g/dL,
kreatinin: 0.8 mg/dL. Apakah gambaran analisis gas darah pada pasien ini?
A. asidosis metabolic tanpa anion gap dengan alkalosis respiratorik
B. asidosis metabolic dengan anion gap
C. asidosis respiratorik tanpa anion gap
D. asidosis respiratorik dengan anion gap dan alkalosis metabolik
E. asidosis metabolic tanpa anion gap dan asidosis respiratorik
Jawaban B
Referensi
Gangguan asam basa. Penatalaksanaan di bidang ilmu penyakit dalam: Panduan praktis klinis
ginjal hipertensi. 2015

Pasien laki-laki 23 tahun datang dengan keluhan lemas seluruh tubuh sejak 1 hari SMRS. Tidak ada
bicara pelo, kesemutan, kelemahan sesisi. Kelemahan dirasakan dari ujung kaki, naik hingga ke seluruh
tubuh. Riwayat mual atau pun muntah tidak ada. Pasien tidak ada riwayat berdebar-debar, penurunan
berat badan, keringat berlebih. Dari pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg,
Frekuensi napas: 18 kali per menit, Frekuensi Nadi: 100 kali per menit, Suhu 36oC, tidak teraba
pembesaran kelenjar tiroid. Refleks chovstek dan trousseau sign negative. Dari gambaran EKG
ditemukan gelombang U. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 16,1 g/dL, leukosit 17.760
g/dL, trombosit 464.000 sel/mm3, ureum 33 mg/dL, creatinine 1.12 mg/dL, natrium: 143 mEq/dL,
kalium 1.6 mEq/dL, chloride 118 mEq/dL, kalsium darah 9.5 mg/dL, albumin 4.78 g/dL. Dari gambaran
AGD didapatkan pH 7.37, pCO2: 29 mmHg, pO2: 102 mmHg, HCO3: 16.3 mmHg, saturasi O2: 97.6%.
Pemeriksaan tambahan apa yang paling anda perlukan untuk menentukan diagnosis pada pasien ini?
A. Urinalisis dan osmolaritas urin
B. Biopsi ginjal dan urinalisis
C. USG Ginjal
D. Osmolaritas darah
E. Protein urin kuantitatif 24 jam
Jawaban A
Referensi
Sabbatine, M.S. Pocket Medicine 6th. 2016

Seorang wanita, usia 54 tahun, datang ke poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan mual sejak satu
minggu sebelum masuk RS. Pasien juga mengeluh nyeri sendi sejak 5 tahun sebelum masuk RS. Nyeri
sendi dirasakan hilang timbul. Pasien rutin mengkonsumsi natrium diklofenak 3 x 50 mg setiap hari
sejak keluhan nyeri muncul. Saat berobat ke dokter, pasien juga dikatakan terdapat penggumpalan darah
sehingga rutin mengkonsumsi aspirin 1 x 80 mg. Hipertensi dan diabetes disangkal. Alergi obat tidak
ada. Demam tidak ada. Buang air kecil dikatakan terdapat anyang-anyangan sesekali. Dari pemeriksaan
fisik, didapatkan tanda vital normal. Indeks Massa Tubuh pasien 23,6 kg/m2. Nyeri tekan epigastrium,
tidak menjalar. Ballotement negatif. Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan Hb 12,6 g/dl, Ht 36%,
leukosit 6900 per μl, trombosit 168.000 per μl. Elektrolit dalam batas normal. Kreatinin 1,3 mg/dl.
Urinalisis didapatkan protein +1, darah +2, eosinofiliuria, silinder tidak ditemukan.
Diagnosis pada pasien yang paling mungkin adalah:
A. Nefritis interstisial akut
B. Nefritis interstisial kronik
C. Glomerulonefritis akut
D. Glomerulonefritis kronik
E. Sarkoidosis
Jawaban B
Referensi
Widiana IGR. Penyakit tubulointerstisial. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. 2014. Jakarta: Interna
Publishing. Hal. 2118.

Seorang laki-laki, usia 28 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk RS.
Awalnya demam tidak mendadak tinggi, reda dengan penurun panas. Pasien kemudian berobat ke
dokter, dikatakan terdapat radang tenggorokan dan diberi amoksisilin 3 x 500 mg. Demam sempat reda,
namun muncul kembali. Saat ini pasien sedang dalam pengobatan tuberkulosis paru, mendapat 4-FDC
OAT 1 x 3 tablet sudah minggu ke-2. Tidak didapatkan mual atau muntah, tidak terdapat kuning di
badan, namun pasien mengeluh muncul ruam-ruam kemerahan di punggung dan sekitar perut. Dari
pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital baik, suhu 37,9oC. Nyeri tekan epigastrium. Ballotement
negatif. Nyeri ketok sudut kostovertebra negatif. Status generalis lain dalam batas normal. Dari hasil
pemeriksaan penunjang, didapatkan Hb 13,5 g/dl, Ht 39%, leukosit 10.000 per μl, trombosit 210.000 per
μl. Hitung jenis 0/12/3/50/10/6. SGOT/SGPT 20/25. Na/K/Cl 135/3,5/96. Ur/Cr 60/1,4. Urinalisis
terdapat protein +1, darah 10-20, leukosit 15-20, leukosit esterase negatif, nitrit negatif, bakteri positif.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut adalah:
A. Infeksi saluran kemih
B. Nefritis interstisial kronik
C. Pielonefritis akut
D. Nefritis interstisial akut
E. Alergi obat
Jawaban D
Referensi
Widiana IGR. Penyakit tubulointerstisial. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. 2014. Jakarta: Interna
Publishing. Hal. 2116.

Seorang laki-laki, usia 28 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk RS.
Awalnya demam tidak mendadak tinggi, reda dengan penurun panas. Pasien kemudian berobat ke
dokter, dikatakan terdapat radang tenggorokan dan diberi amoksisilin 3 x 500 mg. Demam sempat reda,
namun muncul kembali. Saat ini pasien sedang dalam pengobatan tuberkulosis paru, mendapat 4-FDC
OAT 1 x 3 tablet sudah minggu ke-2. Tidak didapatkan mual atau muntah, tidak terdapat kuning di
badan, namun pasien mengeluh muncul ruam-ruam kemerahan di punggung dan sekitar perut. Selain
obat TB, pasien tidak mengkonsumsi obat apapun. Pasien tidak memiliki alergi obat atau makanan. Dari
pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital baik, suhu 37,9oC. Nyeri tekan epigastrium. Ballotement
negatif. Nyeri ketok sudut kostovertebra negatif. Status generalis lain dalam batas normal. Dari hasil
pemeriksaan penunjang, didapatkan Hb 13,5 g/dl, Ht 39%, leukosit 10.000 per μl, trombosit 210.000 per
μl. Hitung jenis 0/12/3/50/10/6. SGOT/SGPT 20/25. Na/K/Cl 135/3,5/96. Ur/Cr 60/1,4. Urinalisis
terdapat protein +1, darah 10-20, leukosit 15-20, leukosit esterase negatif, nitrit negatif, bakteri positif.
Tatalaksana yang bukan merupakan pilihan untuk kasus di atas adalah:
A. Melanjutkan pengobatan TB dengan regimen 4-FDC
B. Melanjutkan pemberian amoksisilin 3 x 500 mg hingga 3-5 hari
C. Bila gejala klinik dan laboratorium tidak membaik setelah faktor penyebab potensial
disingkirkan, dapat dipertimbangkan pemeriksaan biopsi ginjal
D. Bila gejala klinik dan laboratorium tidak membaik setelah faktor penyebab potensial
disingkirkan, dapat dimulai pemberian kortikosteroid
E. Evaluasi ureum dan kreatinin secara berkala
Jawaban A
Referensi
Widiana IGR. Penyakit tubulointerstisial. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. 2014. Jakarta: Interna
Publishing. Hal. 2117.

Seorang lelaki 75 tahun datang ke unit gawat darurat dengan mual, muntah, dan meracau. Beberapa hari
sebelumnya pasien melakukan pemeriksaan CT-scan dengan kontras karena ada benjolan di leher. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan ureum 90 mg/dL dan kreatinin 3,1 mg/dL. Tindakan apa yang
seharusnya dilakukan untuk mencegah kondisi ini?
A. Hidrasi sebelum porsedur dengan cairan isotonic
B. Pemberian N-acetylcysteine sebelum prosedur
C. Pemberian ACE-inhibitor sebelum prosedur
D. Dialisa sebelum prosedur
E. Hidrasi setelah prosedur dengan cairan isotonik
Jawaban A
Referensi
Kellum J a, Lameire N, Aspelin P, Barsoum RS, Burdmann E a, Goldstein SL, et al. KDIGO
Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney Int Suppl. 2012;2(1):1–138.

Seorang lelaki berusia 26 tahun mengeluhkan demam dan buang air kecil berkurang dalam dua hari
terakhir. Pasien tersebut diketahui terdiagnosis TB dan mendapatkan OAT baru-baru ini. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan penignaktan akdar eosinophil pada darah maupun urin.
Kemungkinan penyebab dari gejala pasien ini adalah:
A. Rifampicin
B. Isoniazid
C. Pirazinamid
D. Etambutol
E. Bakteri TB yang resisten OAT
Jawaban A
Referensi
Krishnan N, Perazella MA. Drug-induced Acute Interstitial Nephritis. Iran J kidney Dis.
2015;9(1):3–13.

Seorang lelaki berusia 65 tahun datang ke instalasi gawat darurat dengan demam disertai kemerahan
pada kulit. Dia memiliki riwayat mulai minum omeprazole dua minggu lalu karena penyakit GERD.
Tidak ada riwayat hipertensi atau diabetes sebelumnya. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kreatinin 3,5 mg/dL dan eosinophilia. Pada pemeriksaan urinalisa didapatkan silinder leukosit. Terapi
yang dapat diberikan pada pasien ini adalah:
A. Hentikan omeprazole, lakukan hemodialisa
B. Hentikan omeprazole, berikan kortikosteroid
C. Hentikan omeprazole, pertimbangkan hemodialisa, kortikosteroid tidak bermanfaat
D. Hentikan omeprazole, hemodialisa tidak bermanfaat
E. Hentikan omeprazole, tidak ada tempat untuk hemodialisa dan pemberian kortikosteroid pada
kasus ini.
Jawaban B
Referensi
Krishnan N, Perazella MA. Drug-induced Acute Interstitial Nephritis. Iran J kidney Dis.
2015;9(1):3–13.

Anda mungkin juga menyukai