Evaluation of Rotary Cooler
Evaluation of Rotary Cooler
Disusun oleh:
Maria Ulfa (NPM 1306370625)
LEMBAR PENGESAHAN 1
i
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
LEMBAR PENGESAHAN 2
Disusun oleh:
Maria Ulfa (1306370625)
Menyetujui,
Koordinator Kerja Praktik Pembimbing Departemen
Dr. Ir. Yuliusman, M. Eng. Prof. Dr. Ing. Ir. Misri Gozan, M. Tech
NIP. 19 660720 199501 1001 NIP. 19 680922 199403 1001
ii
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan kerja praktik di bagian NPK II dan “LAPORAN KERJA
PRAKTIK EVALUASI ROTARY COOLER PADA PABRIK NPK PHONSKA II
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA PT PETROKIMIA GRESIK”.
Laporan ini dibuat sebagai persyaratan setelah kerja praktik yang dilakukan mulai
tanggal 1 Juli ‒ 31 Agustus 2016 untuk memenuhi tugas mata kuliah kerja praktik yang
merupakan salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktik pada semester VII Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan ini tidak dapat diselesaikan
tanpa bantuan banyak pihak sehingga pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada
1. Orang tua penulis, M. A. Rahman dan Dwi Harningsih yang selalu mendoakan dan
mendukung (baik moral maupun material) penulis untuk terus semangat selama
melakukan kerja praktik,
2. Yudhi Wijaya, S.T. selaku pembimbing di Departemen Produksi II A yang telah
membimbing penulis dalam proses penyusunan laporan ini.
3. Prof. Dr. Ing. Ir. Misri Gozan, M.Tech. selaku pembimbing kerja praktik di Departemen
Teknik Kimia dan Ir. Yuliusman, M.Eng. selaku koordinator mata kuliah spesial kerja
praktek, Departemen Teknik Kimia FTUI,
4. Karyawan-karyawan PT Petrokimia Gresik yang membantu penulis dalam proses
penyusunan laporan ini,
5. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan untuk
dapat membawa penulis ke arah yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak.
Gresik, Agustus 2016
Penyusun
iii
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
DAFTAR ISI
iv
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
vi
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
DAFTAR GAMBAR
vii
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
DAFTAR TABEL
viii
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
BAB 1
PENDAHULUAN
3
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
BAB 2
PROFIL UMUM PERUSAHAAN
Gresik. Pada tahun 1997, PT Petrokimia Gresik telah berubah status menjadi
Holding Company bersama PT Pupuk Sriwijaya Palembang.
Saat ini, PT Petrokimia Gresik memiliki berbagai bidang usaha dan fasilitas
pabrik terpadu baik yang dikelola sendiri maupun melalui anak perusahaannya.
2.1.2. Perluasan Perusahaan
Dalam perkembangan selanjutnya, PT Petrokimia Gresik telah mengalami
17 kali perluasan. Berikut ini bentuk perluasan yang telah dilakukan.
Perluasan Pabrik Triple Super Phosphate (TSP) I
Pembangunan Pabrik Pupuk TSPI oleh Spie Batignoles (Perancis) dilengkapi
dengan pembangunan prasarana pelabuhan dan unit penjernihan air Gunungsari
serta booster pump di Kandangan untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi
720 m3/jam. Unit ini mulai beroperasi pada tanggal 29 Agustus 1979.
Perluasan Pabrik Triple Super Phosphate (TSP) II
Pembangunan Pabrik TSP II oleh Spie Batignoles serta perluasan pelabuhan
dan unit penjernihan air Babat dengan kapasitas 3.000 m3/jam. Unit ini mulai
beroperasi pada tanggal 30 Juli 1983.
Pembangunan Pabrik Asam Fosfat (Departemen Produksi III)
Pembangunan Pabrik Asam Fosfat dan produk samping yang meliputi pabrik
asam sulfat, pabrik cement retarder, pabrik aluminium fluorida, pabrik
ammonium sulfat, asam fosfat dan unit utilitas. Perluasan ini dilakukan oleh
kontraktor Hitachi Zosen Jepang. Pabrik tersebut mulai beroperasi pada tanggal
10 Oktober 1984.
Pembangunan Pabrik Pupuk ZA III
Pembangunan Pabrik Pupuk ZA III oleh tenaga-tenaga PT. Petrokimia Gresik
mulai dari studi kelayakan sampai pengoperasiannya. Pabrik Pupuk ZA III
mulai beroperasi pada tanggal 2 Mei 1986.
Pembangunan Pabrik Amoniak dan Pabrik Urea
Pembangunan Pabrik Ammonia dan Pabrik Urea baru dengan teknologi proses
Kellog Amerika dan konstruksinya ditangani oleh PT. Inti Karya Persada
5
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Teknik (IKPT) Indonesia. Pembangunan dimulai awal tahun 1991 dan mulai
beroperasi pada tanggal 29 April 1994.
Pembangunan Pupuk Fosfat I
Pabrik ini memproduksi Super Phosphate-36 dimana semulanya pupuk TSP
(Triple Super Phosphate)yang sejak bulan Januari 1995, dengan kapasitas
produksi 500.000 ton/tahun.
Pembangunan Pabrik Pupuk NPK Phonska I
Pembangunan Pupuk NPK berkapasitas 300.000 ton/tahun dengan nama
”PHONSKA”. Konstruksi ditangani PT. Rekayasa Industri dengan teknologi
INCRO dari Spanyol. Pabrik ini telah diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia Abdurrahman Wahid pada tanggal 25 Agustus 2000.
Pembangunan Pabrik Pupuk NPK Blending
Pembangunan NPK Blending dibuat dengan kapasitas produksi sebesar 60.000
ton/tahun.Pembangunan Pabrik Pupuk NPK Blending ini mulai beroperasi pada
tanggal 1 Oktober 2003.
Pembangunan Pabrik Pupuk Kalium Sulfat (ZK)
Pembangunan pabrik Pupuk Kalium Sulfat ditangani oleh kontraktor
Konsorsium Eastern Tech. Pabrik ini dirancang dengan kapasitas produksi
10.000 ton/tahun. Pabrik ini mulai dioperasikan tanggal 22 Maret 2005.
Pembangunan Phonska II
Sebagai pengembangan pabrik PF I kemudian disebut RFO(Rehabilitasi
Flexibilitas Operasional). Pabrik ini memproduksi Super Phosphate-36 bisa
jugamemproduksi phonska. Pabrik ini dirancang dengan kapasitas produksi
600.000ton/tahun.
Pembangunan Pabrik NPK Granulasi I
Pembangunan NPK Granulasi I dirancang untuk kapasitas produksisebesar
69.000 ton/tahun. Pabrik ini mulai dioperasikan pada Desember 2005.
Pembangunan Pabrik Pupuk NPK Granulasi II
Pembangunan Pabrik NPK Granulasi II didasarkan pada teknologi PT.
Petrokimia Gresik. Kontraktor yang menangani ini adalah PT. WIKA dirancang
6
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
8
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
9
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
masing-masing operator harus sudah memiliki bekal pengetahuan ilmu kimia yang
baru diajarkan oleh sekolah kepada siswa SLTA. Diharapkan dengan bekal ilmu
pengetahuan yang sesuai, para karyawan mulai dari tingkat operator mempunyai
kesadaran yang tinggi tentang keselamatan kerja dan mengetahui bahaya dari bahan
kimia yang dikelola oleh unit kerjanya. Selain itu, dengan urutan proses produksi
yang kontinu, PT Petrokimia Gresik mengatur jam kerja karyawannya dengan
sistem shift. Sistem ini biasanya berlaku untuk karyawan yang bertugas di Unit
Produksi dan Laboratorium, dengan pembagian jam kerja, yaitu shift I (07.00-
15.00), shift II, dan shift III (23.00-07.00).
Untuk mengatur jam kerja agar sesuai dengan peraturan Depnaker maka
karyawan shift dibagi dalam 4 grup (grup A sampai grup D) yang jadwal kerjanya
diatur dalam schedule shift. Schedule shift tersebut diatur oleh Biro Personalia PT
Petrokimia Gresik dan diterbitkan setahun sekali dengan menyesuaikan hari yang
berlaku di Indonesia. Selain karyawan shift, ada juga karyawan yang bekerja
nonshift (normal day). Sistem ini biasanya berlaku untuk karyawan yang bekerja di
kantor dengan jam kerja:
Hari Senin s/d Kamis : 07.00-16.00 (istirahat 12.00- 13.00)
Hari Jumat : 06.00-16.00 (istirahat 11.00-13.00)
Hari Sabtu dan Minggu : Libur
2.4. Pencapaian dan Sertifikasi Perusahaan
Beberapa penghargaan yang pernah dicapai PT Petrokimia Gresik, yaitu:
Penghargaan pada tahun 2011
Kategori Good Performance pada ajang Indonesian Quality Award.
Kategori Emas pada Responsible Care Award yang diadakan oleh Komite
Nasional Responsible Care Indonesia.
Peringkat Biru dalam penilaian Proper tahun 2010-2011 oleh Kementerian
Lingkungan Hidup RI. Perusahaan PMDN terbaik II pada Investment Award
Perusahaan PMDN, Jawa Timur.
Penghargaan SMK3 dan Kecelakaan Nihil (Zero Accident) dari Menteri
Tenaga Kerja RI
12
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan tersebut dapat
dilihat pada alur proses pada gambar 2.3 berikut ini.
16
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
18
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Gas Turbin Generator yang terdapat pada unit produksi Pupuk Nitrogen dan
mampu menghasilkan daya 33 MW.
Steam Turbin Generator yang terdapat di unit produksi Asam Sulfat dan mampu
menghasilkan daya 20 MW.
Unit Batu bara yang terdapat pada unit produksi III (Asam Fosfat) mampu
menghasilkan daya 30 MW.
2.8.3. Sarana Air Bersih
Unit Penjernihan Air I
Unit penjernih air ini berada pada Gunung Surabaya yang berasal dari sungai
Brantas dan dikirim ke Gresik dengan kapasitas 850 m3/jam.
Unit Penjernihan Air II
Unit penjernih air ini berada pada daerah Babat yang berasal dari sungai
Bengawan Solo dan dikirim ke Gresik dengan kapasitas 2500 m3/jam.
19
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
BAB 3
PROSES PRODUKSI
20
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
21
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
kurang efisien karena harus dipanaskan dengan suhu tinggi agar berubah bentuk
menjadi cair saat di input ke dalam coater dan membutuhkan energi lebih
banyak, maka jenis ini tidak lagi digunakan. Sedangkan jenis kedua yaitu tamol
memberikan kemudahan dan keuntungan karena sudah berbentuk cair sehingga
tidak memerlukan proses pemanasan. Konsumsi tamol saat ini sebanyak 17500
liter/hari.
Coating Powder
Konsumsi coating powder yang digunakan sebagai pelapis pada produk
dikarenakan pupuk Phonska bersifat higroskopis sebanyak 3.7 ton/hari.
Pigmen
Pigmen terkonsumsi untuk pewarna produk Phonska 2 sebanyak 12.3 ton/hari.
Bahan baku dan bahan pendukung padat disimpan di dalam gudang,
sedangkan bahan pendukung cair ditampung dalam tangki penyimpanan.
Penanganan bahan tersebut dilakukan oleh bagian Perencanaan dan Pengendalian
Produksi Departemen Produksi II.
3.1.3. Produk Utama
Produk utama yang dihasilkan dari unit Phonska adalah pupuk NPK grade
15-15-15 dengan spesifikasi sebagai berikut.
%wt N : 15
% wt P2O5 : 15
% wt K2O : 15
% wt H2O : 1.5 (maksimum)
% wt S : 10
Ukuran butiran : mesh -4+10 min.70%
Warna : Pantone 7417 U
Kapasitas produksi pabrik Phonska II sebesar 600.000 ton/tahun, dengan
kualitas produk yang telah memenuhi SNI No.02-2803-92. Kualitas produk dijaga
dengan pengemasan dua tingkat (double packing,) yaitu kemasan primer berbahan
plastik dan kemasan sekunder berupa karung plastik dengan bahan polypropilene.
22
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Produk ini dipasarkan ke 5 daerah utama, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah/DIY,
Jawa Barat/Banten, Sumatra, dan Kalimantan.
3.2. Proses Produksi
Dalam proses produksi pupuk phonska, dibutuhkan beberapa bahan baku,
seperti asam sulfat, asam fosfat, amonia, dan utilitas lain. Proses yang terjadi dapat
dilihat pada diagram alir proses pada gambar 3.1 sebagai berikut.
23
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
24
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
yang berlebih bereaksi dengan MAP. Namun, pada proses selanjutnya DAP akan
lebih banyak dihasilkan pada granulator.
3.2.2. Granulasi pada Rotary Granulator
Slurry MAP (monoamonium fosfat) dan amonium sulfat dari preneutralizer
R-303, didistribusikan ke granulator M-361 diatas lapisan padatan yang terdiri dari
material recycle dan bahan baku padat (Urea, ZA, dan KCl) yang diumpankan.
Bahan baku padat dihantarkan oleh drag conveyor sebelum diumpankan ke
granulator M-361. Recycle ratio umumnya berada pada rentang 1.5 – 3 tergantung
pada produk yang dihasilkan. Recycle berasal dari produk yang berbentuk butiran
halus, produk oversize, produk under size, dan sebagian produk komersil (on size)
untuk menjaga keseimbangan air dan panas yang digunakan.
Pada proses granulasi terjadi reaksi kimia dan fisis antara berbagai bahan
baku. Reaksi yang terjadi dalam granulator berupa pembentukan diammonium
fosfat (DAP):
(NH4)H2PO4 + NH3 → (NH4)2HPO4 ΔH = -1.100 kcal/kg NH3
MAP Ammonia DAP
Parameter yang dipertimbangkan adalah jumlah air yang masuk ke
granulator sebagai dasar untuk menentukan tingkat basahnya asam fosfat atau asam
sulfat, slurry yang dihasilkan atau diumpankan dari Preneutralizer serta kandungan
air di dalam bahan baku padat yang masuk ke dalam granulator.
Fasa cairan dalam granulator dapat ditingkatkan dengan menambahkan air
(dalam bentuk slurry atau scrubbing water), tetapi sifatnya hanya jika diperlukan
dan dengan pengendalian yang ketat karena jika kandungan air dalam granulator
terlalu tinggi dapat menyebabkan hal-hal seperti:
Granul yang dihasilkan basah, lengket, dan berukuran besar. Terbentuk scaling
di dinding granulator.
Panas dalam granulator berkurang (temperatur granul turun) karena panas
reaksi yang dihasilkan dari reaksi antara amonia, PA, SA, dan MAP terserap
oleh air dan digunakan untuk menguapkan air. Panas yang cukup diperlukan
untuk menghasilkan granul yang baik dari sisi bentuk, ukuran, dan kekerasan
25
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
granul. Untuk menjaga temperatur tetap tinggi diperlukan injeki SA yang lebih
tinggi sehingga konsumsi SA meningkat.
Padatan yang keluar dari granulator memiliki kandungan kadar air normal 4-
5% dan diumpankan secara gravitasi ke dalam dryer. Gas yang terbentuk dalam
granulator di sedot melalui granulator prescrubber untuk menangkap kembali
sisa amonia dan debu yang lolos.
3.2.3. Drying pada Rotary Dryer
Dryer M-362 berbentuk rotary drum yang berfungsi untuk mengeringkan
padatan keluaran granulator hingga kadar airnya mencapai 1–1.5% menggunakan
udara pengering dengan aliran searah (co-current). Udara panas dipanaskan dalam
furnace B-301 yang menggunakan bahan bakar solar sebelum digunakan pada
dryer. Sebelumnya, pernah digunakan gas alam sebagai bahan bakar furnace, tetapi
karena jumlahnya yang semakin sedikit maka dialihkan ke solar karena harganya
yang juga murah. Contoh keluaran dari dryer diambil secara periodik sesuai dengan
program sampling dimana akan digunakan sebagai petunjuk dalam pengaturan
kondisi dryer.
Udara keluaran dryer mengandung sejumlah amonia yang lepas dari
produk, debu, dan air yang teruapkan dari produk saat dikeringkan. Udara tersebut
akan dimasukkan ke dalam cyclone D-322 untuk memisahkan sebagian besar
partikel produk yang terbawa gas. Partikel tersebut dikembalikan ke recycle
product, sedangkan udara panas yang membawa gas dikirim menuju scrubbing unit
untuk proses absorbsi amonia dan debu-debu yang masih tersisa. Produk yang
keluar dryer selanjutnya dikirim menuju unit screening.
3.2.4. Screening dan Grinding
Produk yang telah dikeringkan dalam dryer M-362 dialirkan menuju screen
feeder DR-101 dan DR-102, yang mendistribusikan produk ke 4 buah screen F-301
A/B/C/D tipe double deck dimana produk yang kasar (butiran besar) dan lembut
dipisahkan dari produk yang memenuhi syarat mutu.
Produk butiran besar tertahan di atas oversize screen dan dengan prinsip
gravitasi masuk ke crusher Q-301 A/B/C/D. Produk crusher dan produk undersize
26
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
dari F-301 A/B/C/D jatuh ke dalam recycle drag conveyor M-304. Jika screen
oversize buntu maka crusher akan cenderung overload dan terjadi akumulasi
produk pada dindingnya akibat produk yang masuk mempunyai banyak ukuran
granul yang oversize. Akibatnya, kuat arus (ampere) yang dibutuhkan oleh crusher
yang terbaca akan mengalami kenaikan yang signifikian. Kemudian, karena
kebuntuan yang terjadi akan banyak produk onsize menuju ke recycle yang
menyebabkan menurunnya rate produksi dan menurunkan efisiensi crusher.
Jika ampere crusher yang terbaca naik tanpa ada tanda-tanda tingginya
produk oversize pada outlet granulator atau screen oversize tidak kotor maka hal
ini menunjukkan terjadinya akumulasi produk pada dinding crusher atau bagian
yang bergerak. Tindakan yang perlu dilakukan adalah pembersihan selama
shutdown pertama atau melakukan emergency shutdown jika kenaikan ampere
sangat tinggi. Namun, jika screen undersize kotor maka produk undersize akan
terbawa ke produk onsize sehingga cooler dan polishing screen akan overload.
Produk yang memenuhi syarat mutu (onsize) dari screen F-301 A/B/C/D
mengalir ke screen product conveyor M-303. Dari conveyor ini produk diumpankan
ke product feeder M-310. Sebagian produk onsize sengaja dibuat overflow dari sisi
atas D-326 dan dikembalikan bersama-sama material recycle di M-304 untuk
mempertahankan kondisi proses dan kelangsungan proses granulasi. Recycle
conveyor M-304 akan mengumpulkan partikulat dari seluruh unit cyclone, produk
keluaran crusher, produk undersize yang berasal dari screen, dan kelebihan produk.
Keluaran recycle conveyor dimasukkan ke dalam bucket elevator M-305 yang
menampung semua aliran recycle bersama-sama dengan bahan baku padat yang
akan diumpankan ke dalam granulator.
3.2.5. Pendinginan pada Cooler
Produk bersifat higroskopis sehingga jika suhu produk setelah dikemas
masih panas, produk akan menyerap air dan granul-granul produk akan menjadi
menggumpal sehingga sulit dikemas. Untuk mencegah hal ini, digunakan cooler.
Pada cooler, produk dengan ukuran on size yang keluar dari conveyor 02-M-310
diumpankan secara gravitasi ke cooler 02-M-363 yang akan menurunkan
27
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
pengendalian operasi. Ada 2 coating oil agent yang digunakan dalam pabrik
Phonska II, yaitu coating oil dan tamol.
Coating oil
Coating oil ini baik untuk pelapisan porduk. Bahan berwujud solid yang
dikemas dalam bentuk drum. Karena berwujud padat, diperlukan steam untuk
mencairkan dan tetap menjaga agent agar tetap dalam wujud liquid. Oleh karena
itu, biaya yang dibutuhkan tentunya akan lebih banyak.
Tamol
Tamol adalah jenis agent minyak yang jenisnya dapat larut dalam air. Untuk
jenis tamol, bahan ini kurang baik bila dibandingkan dengan coating oil.
Meskipun demikian, bahan ini lebih efisien dari segi ekonomis karena wujud
dasarnya liquid sehingga tidak perlu dicairkan terlebih dahulu. Banyaknya air
yang terkandung dalam tamol yang menyebabkan wujud liquid tersebut.
3.2.8. Penyerapan Gas (Gas Scrubbing)
Pabrik Phonska II dilengkapi dengan sistem scrubbing dan peralatan
dedusting untuk membersihkan gas buang (mengandung NH3) dan menangkap
unsur hara untuk dikembalikan lagi ke sistem. Gas kemudian dilepaskan ke udara
dengan kandungan ± 200 ppm NH3. Scrubbing tower dilengkapi dengan PDI
(pressure drop indicator) yang terpasang diantara gas inlet scrubber dan gas outlet
scrubber dengan nilai sesuai dengan nilai yang diberikan supplier. Pembacaan nilai
pressure drop akan tergantung kepada pengaturan aliran menuju tower dan venturi
sehingga alat ini harus sering diperiksa untuk mengawasi pressure drop yang
terjadi. Sistem scrubbing ini terdiri dari 3 tahap. Berikut tahapan pencucian dalam
scrubber system.
Tahap Pencucian Pertama
Pencucian tahap pertama, digunakan alat granulator prescrubber 12-D-311A/B
untuk mencuci gas (NH3, fluorin, dust) yang mengalir dari granulator 02-M-
361 dan Preneutralizer 12-R-303. Larutan penyerap atau scrubber liquor yang
digunakan adalah larutan H3PO4. Granulator prescrubber terdiri dari ventury
29
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
scrubber dan cyclonic tower. Sisi dasar cyclone tower merupakan tangki
penampung larutan untuk disirkulasikan menggunakan pompa 02-P-312 A/B.
Tahap Pencucian Kedua
Pencucian tahap kedua termasuk tiga unit ventury scrubber existing dengan
modifikasi sprayer untuk memperbaiki efisiensi. Semua scrubber ini berjenis
ventury type dan cyclonic tower. Granulator dan dryer scrubber dengan satu
buah tangki sirkulasi yang dilengkapi dengan pompa-pompa resirkulasi existing
02-P-302 A/B dan 02-P-305 A/B untuk resirkulasi ke venturi dan duct
horizontal ke cyclonic tower. Dedusting scrubber 02-D-310 A/B dilengkapi
sebuah tangki tersendiri 02-TK-310 dengan pompa 02-P-311. Alat yang
digunakan:
Granulator scrubber 02-D-301 A/B untuk mencuci gas-gas yang berasal
dari 12-D-311A/B yang dihisap oleh granulator scrubber fan 12-C-301.
Dryer scrubber 02-D-302 A/B, untuk mencuci gas yang berasal dari dryer
cyclone 02-D-322 dan dihisap oleh dryer fan 12-C-302.
Dust scrubber 02-D-310A/B, untuk mencuci gas-gas berasal dari dust
cyclone yang dihisap dengan dust 12-C-310.
Tahap Pencucian Ketiga
Alat yang dipakai pada tahap pencucian ketiga adalah tail gas scrubber 12-D-
312, yang digunakan untuk mencuci gas-gas dari semua scrubber. Tail Gas
Scrubber (TGS) merupakan ruang pencucian gas dengan beda tekanan. Empat
pompa 12-P-313 A/B/C/D digunakan untuk mensirkulasi larutan scrubber.
Dalam TGS 12-D-312, gas-gas yang berasal dari scrubber tingkat kedua, dicuci
untuk mengurangi kandungan fluorine yang lepas pada saat menggunakan
media pencuci asam fosfat di scrubber sebelumnya. Setelah sirkulasi di dalam
TGS, kadar florin akan meningkat. Jika kadarnya telah mendekati atau sama
dengan syarat mutu emisi maka air di TGS ini dikirim ke 02-TK-302/310
sebagai make up air di scrubber sebelumnya. Larutan penyerap yang digunakan
adalah air dengan pH 3-4 melalui injeksi larutan H2SO4. Larutan tersebut
disirkulasi ke bagian atas tower dengan cara spray agar amonia dan gas florin
30
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
yang masih terikut di dalam gas buang dapat terserap sehingga diharapkan gas
yang keluar dari tower sesuai dengan batasan emisi buangan gas yang telah
ditentukan. Sirkulasi larutan pencuci dilakukan dengan pompa yang sekaligus
berguna untuk mentransfer sebagian larutan ke 02-TK-310. Pertimbangan-
pertimbangan umum variabel operasi untuk larutan scrubber:
Solubility (Kelarutan)
Variasi konsentrasi asam pada larutan scrubber berhubungan dengan titik
kelarutan garam yang terbentuk dari reaksi antara amonia dan asam fosfat
atau asam sulfat. Tujuannya adalah untuk memasukkan air dalam jumlah
yang sedikit ke dalam sistem untuk mengurangi jumlah recycle yang
diperlukan di dalam granulator dalam mencapai rate produksi yang
maksimum. Kelarutan tergantung kepada kadar air sehingga jika kelarutan
dalam larutan scrubber tinggi maka lebih mudah padatan larut. Namun, hal
ini tidak disukai karena membutuhkan recycle yang tinggi dan menurunkan
rate produksi.
Tekanan uap NH3
Tekanan amonia dari larutan scrubber atau slurry naik secara proporsional
dengan MR N/P pada suhu tertentu. Untuk sesaat, pada MR N/P = 1 (sesuai
dengan mono ammonium phosphate / MAP) dan pada suhu 120 °C akan
mempunyai tekanan uap yang rendah sekitar 2 mmHg, pada N/P = 1.4
tekanan mencapai 40 mmHg, dan pada N/P = 1.6 tekanan melebihi 100
mmHg. Suhu juga mempunyai efek yang sama pada tekanan uap amonia
pada MR N/P tertentu. Semakin tinggi tekanan uap amonia, semakin tinggi
kecenderungan amonia untuk menguap (losses amonia).
pH
Untuk setiap jenis asam fosfat yang akan digunakan dalam pabrik baru,
direkomendasikan untuk menyiapkan kurva titrasi. Netralisasi asam fosfat
(kadar asam sulfat kira-kira sama dengan kondisi dalam scrubbing system)
dengan amonia untuk mendapatkan hubungan antara pH dengan MR N/P
slurry antara 0,1 – 1,0.
31
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
BAB 4
SPESIFIKASI & CARA KERJA ALAT PRODUKSI
32
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Bin Feeder
Fungsi : Sebagai penampung bahan baku padat (KCL, ZA,
Urea, dan Mikronutrien) sebelum masuk ke
granulator
Jenis : Cylindrical
Kapasitas : 98 m3
Dimensi : Diameter : 3,5 m
Tinggi :5m
Bahan : Carbon steel
Tekanan desain : 1 atm
Temperatur desain : 25oC
Jumlah : 1 unit
Tahun pembuatan : 2004
Vendor : OMETRACO
Coating Powder Bin
Fungsi : Tempat penyimpanan powder sebelum masuk coater
drum
Jenis : Cylindrical
Kapasitas : 15 m3
Dimensi : Diameter : 2,5 m
Tinggi : 3,3 m
Bahan : Carbon Steel
Tekanan desain : 1 atm
Temperatur desain : 25oC
Jumlah : 1 unit
Vendor : OMETRACO
Weigher
ZA Weigher Feeder
Fungsi : Sebagai timbangan umpan masuk ZA
Jenis : Electronic Feed Belt with Weigher
36
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Kapasitas : 35 ton/jam
Produk : ZA
Dimensi : Lebar : 0,8 m
Panjang : 4,5 m
Material : Carbon Steel
Berat : 1 ton
Jumlah : 1 unit
Daya : 0,5/0,75 KW
Tahun pembuatan : 2004
Vendor : OMETRACO
KCL Weigher Feeder
Fungsi : Sebagai timbangan umpan masuk KCL
Jenis : Electronic Feed Belt with Weigher
Kapasitas : 30 ton/jam
Produk : KCl
Dimensi : Lebar : 0,8 m
Panjang : 4,5 m
Material : Carbon Steel
Berat : 1 ton
Jumlah : 1 unit
Daya : 0,5/0,75 kW
Tahun pembuatan : 2004
Vendor : OMETRACO
ZA dan Micronutrient Weigher Feeder
Fungsi : Sebagai timbangan umpan masuk ZA &
Mikronutrient
Jenis : Electronic Feed Belt with Weigher
Kapasitas : 10 ton/jam
Produk : ZA dan Mikronutrient
Dimensi : Lebar : 0,8 m
37
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Panjang : 4,5 m
Material : Carbon Steel
Berat : 1 ton
Jumlah : 1 unit
Daya : 0,5/0,75 kW
Tahun pembuatan : 2004
Vendor : OMETRACO
Urea Weigher Feeder
Fungsi : Sebagai timbangan umpan masuk urea
Jenis : Electronic Feed Belt with Weigher
Kapasitas : 30 ton/jam
Produk : Urea
Dimensi : Lebar : 0,8 m
Panjang : 4,5 m
Material : Carbon Steel
Berat : 1 ton
Jumlah : 1 unit
Daya : 0,5/0,75 kW
Tahun pembuatan : 2004
Vendor : OMETRACO
Elevator
Granulator Elevator
Fungsi : Mengangkut bahan baku padat menuju granulator
Jenis : Bucket Double Chain
Kapasitas : 315 ton/jam
Dimensi : Tinggi : 1,5 m
Material : Carbon Steel
Kecepatan angkut : 15 m/menit
Daya : 9/11 kW
Tekanan desain : 1 atm
38
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Jumlah : 1 unit
Tahun pembuatan : 2004
Vendor : OMETRACO
Product Elevator
Fungsi : Mengangkut produk menuju proses coating
Jenis : Bucket Double Chain
Kapasitas : 70 ton/jam
Dimensi : Tinggi : 19,5 m
Bahan : Carbon Steel
Tekanan desain : 1 atm
Jumlah : 1 unit
Daya : 11 kW
Tahun pembuatan : 2004
Vendor : OMETRACO
Recycle Drag Flight
Fungsi : Mengangkut material recycle
Jenis : Drag flight
Kapasitas : 390 ton/jam
Dimensi : Diameter : 1,4 m
Panjang : 39 m
Bahan : Carbon Steel
Kecepatan : 15 meter/ menit
Tekanan desain : 1 atm
Temperatur desain : 80 – 95oC
Jumlah : 1 unit
Daya : 75 kW
Vendor : OMETRACO
Dryer Product Elevator
Fungsi : Mengangkut produk hasil pengeringan menuju
proses penyaringan
39
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
41
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Granulator Scrubber
Fungsi : Menangkap debu yang terikut oleh udara yang
keluar dari alat granulator
Jenis : Ventury + Cyclonic Scrubber
Kapasitas : 110000 m3/ jam
Dimensi : Diameter :2m
Tinggi :9m
Tinggi dasar cone : 1,87 m
44
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
(a) (b)
Gambar 4.1. Tangki Pre Neutralizer, (a) skema alat proses, (b) alat pada pabrik
(Sumber: CCR Departemen Produksi IIA dan Dokumentasi Pribadi)
45
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
menghasilkan Amonium sulfat, dan sedikit reaksi MAP dengan ammonia yang
menghasilkan DAP.
Prinsip Kerja
Tangki Preneutralizer merupakan tempat reaksi netralisasi antara amonia
dengan asam fosfat dan amonia dengan asam sulfat. Sedangkan reaksi
pembentukan DAP dapat diabaikan karena jumlahnya terlalu sedikit, reaksi
tersebut akan terjadi lebih banyak pada granulator:
Reaksi Pembentukan Amonium Sulfat
H2SO4 + 2NH4OH → (NH4)2SO4 + 2H2O
Reaksi Pembentukan Monoamonium fosfat (MAP)
H3PO4 + NH4OH → NH4H2PO4 + H2O
Reaktor ini dilengkapi dengan pengaduk tipe pitch turbine yang berfungsi
mengaduk reaktan sehingga dapat mempercepat reaksi dan meningkatkan efisiensi
reaksi. Produk dari tangki preneutralizer ini adalah slurry yang berupa
monoamonium fosfat dan amonium sulfat. Steam digunakan untuk membersihkan
penyumbatan pada pipa dengan cara flushing menggunakan blast aerator. Flushing
dilakukan secara berkala setiap 5 menit. Di dalam pipa terdapat tiga switch
interlock yang secara otomatis akan menghentikan aliran asam fosfat dan ammonia.
Cara kerja
Bahan baku masuk berupa NH3 cair yang dimasukkan ke dalam tangki melalui
sisi bawah tangki dengan tujuan agar amonia tetap dalam kondisi stabil, sehingga
amonia tidak berubah fasa menjadi gas mengingat volatilitas gas tersebut,
sedangkan H3PO4 dimasukkan ke dalam tangki bagian atas serta H2SO4 yang
dimasukkan ke dalam tangki melalui bagian samping tangki untuk mencegah korosi
yang terjadi jika SA dimasukkan dari bagian atas karena H2O yang teruapkan pada
kondisi operasi PN mengubah SA menjadi oleum yang memiliki kadar SO3 sangat
tinggi menyebabkan korosi pada pipa SA. Sebelum semua bahan baku cair
diumpankan ke dalam PN, dimasukkan air sebanyak 5% level ke dalam tangki PN
untuk mencegah hammering. Setelah itu dimasukkan PA sebanyak 6 m3 lalu
diumpankan ammonia sebanyak 1 ton dan SA secara bersamaan untuk membentuk
46
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
5
2
6
3 4
(a)
(b)
47
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
(c)
Gambar 4.2. Rotary Drum Granulator, (a) skema dan bagian-bagiannya tampak
samping, (b) tampak dalam (c) tampak luar
(Sumber: CCR Departemen Produksi IIA dan Dokumentasi Pribadi)
(a)
49
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
(b)
(c)
Gambar 4.3. Rotary Drum Dryer, (a) skema alat, (b) tampak dalam, (c) tampak
luar
(Sumber: CCR Departemen Produksi II A dan Dokumentasi Pribadi)
Keterangan gambar:
1. Feed masuk
2. Udara panas masuk
3. Knocking hammer
4. Produk keluar
5. Emergency door
Tujuan
50
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Alat ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam produk dari sekitar 2 – 3%
hingga mencapai kadar 1 – 1,5%.
Prinsip Kerja
Dryer akan mengeringkan padatan granul dengan bantuan udara pengering yang
disuplai dari combustion chamber dengan arah cocurrent. Dengan adanya putaran,
akan mempermudah granul untuk dikeringkan karena proses kontak dengan udara
panas terjadi lebih efektif. Selain itu, rotasi akan mempermudah pula proses
pengeluaran produk granul dari dryer.
Cara Kerja
Granul hasil proses granulasi di granulator diumpankan melalui feeder yang
berada pada sudut atas dryer. Udara panas masuk ke dalam dryer melalui dryer
combustion chamber/furnace yang dihembuskan searah masuknya umpan. Dryer
combustion chamber terpasang di bawah feeder. umpan dan udara panas masuk dari
arah yang sama (searah) sehingga kondisi ini disebut co-current. Aliran udara
dibuat co-current agar proses pengeringan granul dapat berlangsung secara optimal
dan suhu outlet akan lebih mudah mencapai suhu settingnya. Dryer yang dilengkapi
dengan flight (kisi-kisi) yang terpasang di sepanjang silinder ini berputar dan
mengakibatkan terjadinya kontak antara umpan berbentuk butiran padat dengan
udara panas sehingga produk yang dihasilkan kering secara merata. Flight
merupakan sekat-sekat yang arahnya membujur sejajar sumbu silinder yang
berfungsi untuk mengangkut searah radial bahan yang akan dikeringkan. Gas dari
dryer mengalir melalui dryer cyclone, kemudian dihisap oleh dryer exhaust fan, gas
langsung menuju scrubbing system sebelum dibuang ke atmosfer. Dryer cyclone
akan mengalirkan panas dari M-362 ke Scrubber D-302 yang kemudian akan
ditransfer ke TGS setelah melewati blower C-302.
Bahan bakar furnace atau dryer combustion chamber B-301 berupa gas alam
atau solar. Input energy untuk furnace terdiri dari natural gas/ solar, combustion
air, dan primary air. Primary air merupakan udara yang berfungsi mengatur rasio
udara dan gas alam agar terjadi pembakaran sempurna. Sementara combustion air
digunakan sebagai pengantar perapian menuju dryer.
51
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
2
3
4
(a)
(b)
Gambar 4.4. Screen, (a) skema alat, (b) alat pada pabrik
(Sumber: CCR Departemen Produksi II A dan Dokumentasi Pribadi)
Keterangan gambar:
1. Inlet produk
2. Outlet produk oversize
3. Outlet produk onsize
4. Outlet produk undersize
Tujuan
Screen berfungsi untuk memisahkan granul produk yang sesuai dengan ukuran
yang dikehendaki dengan yang over size dan under size.
52
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Prinsip Kerja
Pengayakan (screening) adalah suatu metode untuk memisahkan partikel
menurut ukuran. Zat padat dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak.
Produk yang memenuhi syarat mutu butiran akan diproses lebih lanjut, produk over
size masuk ke crusher untuk dihaluskan yang kemudian dijatuhkan ke recycle
system untuk diproses kembali, sedangkan produk under size langsung melewati
ayakan dan dijatuhkan ke recycle system juga untuk diproses kembali.
Cara Kerja
Mesin pengayak ini terdiri dari dua tingkat ayak (double deck screen), satu di
atas dengan ukuran 4 mesh, sedangkan yang dibawah berukuran 10 mesh yang
ditempatkan di dalam suatu kotak dengan talang-talang pembuang pada tempat-
tempat yang tepat. Campuran partikel dijatuhkan pada ayak 4 mesh. Partkel yang
tertahan merupakan produk over size sehingga harus dihaluskan pada crusher,
sedangkan partikel yang lolos dari ayakan 4 mesh dan tertahan pada ayakan 10
mesh merupakan produk onsize yang bisa digunakan. Partikel yang lolos dari kedua
ayakan merupakan produk under size yang akan di-recycle.
4.2.5. Crusher (Q-301 A/B/C/D)
53
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
(a)
(b)
Gambar 4.6. Rotary Drum Cooler, (a) skema alat, (b) tampak luar.
(Sumber: CCR Departemen Produksi II A dan Dokumentasi Pribadi)
54
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Keterangan gambar:
1. Inlet produk
2. Selongsong cooler
3. Outlet produk
4. Udara dingin
Tujuan
Cooler dengan tipe Rotary Drum Cooler digunakan untuk mendinginkan
produk yang keluar dari screen yang memenuhi syarat mutu butiran.
Prinsip Kerja
Produk dari screen yang memenuhi standar mutu masuk ke pendingin dengan
menggunakan udara.
Cara Kerja
Cooler yang digunakan di pabrik Phonska II adalah tipe counter-current.
Butiran masuk cooler dimana terjadi kontak secara berlawanan arah dengan udara
pendingin yang mengalir di tengah shell. Produk dari screen yang memenuhi
standar mutu masuk ke pendingin, sedangkan udara pendingin masuk berlawanan
arah dengan aliran umpan padat. Jenis ini dipilih karena dianggap lebih efektif
untuk pendinginan produk. Selain itu, udara yang keluar dari cooler masuk ke
cyclone, kemudian dialirkan ke dryer untuk pengeringan produk. Produk cooler
melalui setting belt conveyor dan keluar menuju ke coater.
4.2.7. Coater (M-364)
(a)
55
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
(b)
Gambar 4.7. Coater, (a) tampak luar, (b) bagian dalam.
(Sumber: CCR Departemen Produksi II A dan Dokumentasi Pribadi)
Tujuan
Alat ini digunakan untuk melapisi granul-granul yang memenuhi mutu produk
dan memberikan warna produk agar produk memiliki ciri khas yang baik.
Prinsip Kerja
Coater bekerja dengan cara berotasi bersamaan dengan coating oil yang di-
spray dan dimasukkan pigmen juga powder sehingga warna tercampur homogen.
Cara Kerja
Setelah keluar dari cooler, produk dengan standar mutu masuk ke coater.
Pigmen dan powder yang sebelumnya telah dicampur masuk dari atas, produk dari
tengah, dan tamol (coating oil) dari bawah. Pipa aliran tamol masuk ke dalam
coater karena ada nozzle untuk menyemprotkan tamol ke produk. Coater yang
berputar membantu semua inlet menjadi tercampur homogen. Produk dilapisi agar
granul tidak pecah atau menggumpal akibat sifatnya yang higroskopis sehingga
bentuk dari granul terjaga atau tidak menempel satu sama lain.
56
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
BAB 5
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
57
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
58
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Dalam hal terjadi keadaan darurat dan/atau bencana pabrik, seluruh karyawan
wajib ikut serta melakukan tindakan penanggulangan.
5.2. Organisasi K3
Berdasarkan pengalaman pertimbangan manajemen perusahaan, organisasi
K3 diletakkan dalam organisasi yang terdapat banyak karyawannya dan di
direktorat yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi, yaitu direktorat produksi.
Pembentukan organisasi K3 secara fungsional akan memudahkan koordinasi dan
control terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di unit kerja dan dapat
memberikan pengaruh kepada pimpinan dan karyawan di unit kerjanya masing-
masing, sehingga pengendalian kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan dan
insiden lainnya dapat dikendalikan secara efektif. Organisasi K3 terbagi menjadi
dua, yaitu organisasi struktural dan non struktural.
Organisasi struktural memiliki fokus terhadap lingkungan di samping fokus
terhadap aspek K3 sehingga organisasi ini berada di bawah departemen LK3
(Lingkungan dan K3). Struktur organisasi K3 ditampilkan pada Gambar 5.1.
Staf Keselamatan
Pabrik I
Staf Keselamatan
Pabrik II
K3 Staf Keselamatan
Pabrik III
PMK
Tim PKDP
59
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
60
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
61
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
62
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
63
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Sepatu keselamatan, untuk melindungi kaki dari benda yang keras atau tajam,
luka bakar karena bahan kimia yang korosif, tertembus benda tajam dan/atau
untuk menjaga agar seseorang tidak jatuh terpeleset oleh minyak atau air.
Baju pelindung, melindungi seluruh bagian tubuh terhadap percikan bahan
kimia yang berbahaya baik asam maupun alkali. Baju pelindung terhadap
percikan pasir digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap
percikan pasir pada saat membersihkan logam dengan semprotan pasir.
64
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
BAB 6
UTILITAS & PENGOLAHAN LIMBAH
6.1. Utilitas
Utilitas pada suatu pabrik berfungsi sebagai service unit agar pabrik dapat
beroperasi. Pabrik Phonska II PT Petrokimia Gresik dilengkapi perangkat
penyediaan utilitas:
Unit Penyediaan Air
Unit Penyediaan Steam/Uap
Unit Penyediaan Bahan Baku
Unit Penyediaan Energi Listrik
Unit Penyediaan Udara tekan dan Instrumen
Unit Penyediaan Bahan Bakar
6.1.1. Unit Penyediaan Air
Ketersediaan dan kualitas air harus memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan
oleh pabrik agar pabrik ini berjalan dengan lancar. Kebutuhan air di PT Petrokimia
Gresik disuplai dari dua sumber air, yaitu dari Sungai Brantas dan Sungai
Bengawan Solo yang diambil dari Water Intake Gunung Sari dan Water Intake
Babat.
Pada Water Intake Gunung Sari, setelah diolah, air dipompa ke Gresik
melalui pipa berdiameter 14 inchi sepanjang 22 km. Selanjutnya, air ditampung di
tangki dengan kapasitas flow 720 m3 /jam. Softwater ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhnan umpan air boiler, air proses, air pedingin, air demineralisasi, dan air
minum. Hasil yang diperoleh dari Water Intake Gunung Sari mempunyai
spesifikasi:
Jenis : soft water
pH : 9-10
Total hardness : maksimum 100 ppm sebagai CaCO3
Turbidity : maksimum 3 ppm
Kapasitas : 720 m3/jam
65
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Pada Water intake Babat, setelah diolah, air ini dipompa ke gresik sepanjang
60 km dan didistribusikan dengan pipa berdiameter 28 inchi kemudian ditampung
di tangki dengan kapasitas flow 2.500 m3/jam. Hard water ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhan service water dan air hydrant. Produk yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi:
Jenis : hard water
pH : 7,5-8,3
Total hardness : maksimum 200 ppm sebagai CaCO3
Turbidity : maksimum 3 ppm
Residual Chlorine : 0,4-1 ppm
Kapasitas : 2.500 m3/jam
6.1.2. Unit Penyediaan Steam/Uap
Pada bagian utilitas II terdapat dua buah boiler yang digunakan untuk
membangkitkan steam yang mempunyai boiler tipe buluh api (fire tube) dengan
kapasitas 10 ton/jam dan 12 ton/jam. Air yang akan diumpankan ke dalam boiler
harus memenuhi spesifikasi tertentu. Parameter yang harus diawasi dari analisis air
boiler terlihat pada tabel 6.1 dibawah ini.
Tabel 6.1. Parameter Air Boiler
Parameter Komposisi
Blow down water
- Total dissolved water 50 ppm (maks.)
- SiO2 0,5 ppm
- Klorida 2,5 ppm
- Fosfat sebagai Na3PO4 5,1 ppm
- pH 9,5 – 9,8
- sulfat 2,5 ppm
- Fe 0 ppm
Feed water
- hidrazin 20 ppb
66
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Kapasitas : 10.000 MT
Diameter : 28,588 m
Tinggi Shell : 24,051 m
25 TK 801
Kapasitas : 10.000 MT
32 TK 801
Kapasitas : 20.000 MT
Amoniak disimpan pada suhu -33oC dan tekana dijaga kurang lebih 40 g/cm2.
Amoniak yang dikirim dari kapal dan ammonia plant (pabrik 1) ketika masuk ke
tangki akan mengalami ekspansi sehingga akan terbentuk uap amoniak yang
membuat tekanan di tangki cenderung naik. Untuk mengendalikan tekanan pada
tangki, digunakan sistem refrigerasi (11 C 801 ABC dan 06 C 801 AB). Hal yang
sangat mempengaruhi terjadinya uap yang cukup tinggi adalah jika ada aktifitas
unloading NH3 dari kapal dan dari NH3 pabrik 1 dan adanya pengaruh panas
lingkungan.
Untuk menjaga keselamatan dan keamanan tangki maka dilengkapi dengan
beberapa alat pengaman baik, untuk over pressure maupun under pressure. Untuk
membuat kondisi tangki 11 TK 801 dan 06 TK 801 bekerja dalam satu sistem
keseimbangan tekanan, maka dibuat interkoneksi vapor dan interkoneksi liquid.
Sulfuric Acid Storage
Asam sulfat diperoleh dari pabrik III. Terdapat satu tangki penyimpanan asam
sulfat, yaitu 12 TK 705. Asam sulfat dikirim ke pabrik lainnya, antra lain pabrik
RFO dan Phonska dengan mengunakan pompa 12 P 705 A/B/C/D.
Unit Mixed Acid
Untuk menghasilkan pupuk SP-36 atau Superphos (SP 18) dari PF II, phosphate
rock yang telah melalui proses grinding direaksikan dengan mixed acid (sam fosfat
dan asam sulfat). Asam fosfat dan asam sulfat dicampur dalam tangki 03TK 701
D/E. sebelum dikirim ke PF I/II unit 200, suhu mixed acid diturunkan hingga
kurang lebih 70oC dengan menggunakan heat exchanger E 701 B/C/D.
68
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
71
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
BAB 7
TUGAS KHUSUS
72
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
keluaran cooler tidak terhisap seluruhnya yang juga memengaruhi suhu produk.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan dari segi dimensi cooler (panjang) dan
suhu inlet udara yang optimum untuk mencapai produk dengan suhu yang
diharapkan.
7.2. Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini:
Menghitung dan menganalisis panjang cooler pada pabrik Phonska II.
Menemukan solusi yang memungkinkan untuk mengatasi suhu produk yang
agak tinggi.
7.3. Tinjauan Pustaka
7.3.1. Definisi Cooler
Cooler atau pendingin merupakan alat proses yang digunakan untuk
mendinginkan suatu zat (gas, liquid, solid) dengan fluida yang lebih rendah
suhunya, baik air pendingin atau dengan udara ambien atau udara pendingin
sehingga terjadi perpindahan panas dari fraksi panas ke media pendingin. Cooler
berfungsi untuk mencegah over heating pada alat selanjutnya dan untuk
menurunkan suhu produk sesuai spesifikasinya. Jenis pendingin yang akan dibahas
dalam tugas khusus ini merupakan solid cooler (pendingin padatan) yang berguna
untuk mendinginkan padatan.
7.3.2. Aliran Proses Pendinginan
Pendinginan padatan biasanya dilakukan setelah proses pengeringan,
kalsinasi, atau pemanggangan. Pada proses yang terjadi di pabrik ini, pendinginan
dilakukan setelah proses pengeringan dan screening. Tujuan dari proses
pendinginan pada pabrik ini adalah agar suhu produk saat dilapisi coaing oil tidak
terlalu tinggi. Sehingga proses pelapisannya akan lebih mudah.
Proses pendinginan ini dilakukan dengan menggunakan udara ambien yang
dialirkan dengan menggunakan blower agar tekanan dan laju alirnya dapat
dikendalikan sesuai yang diinginkan. Jika suhu udara yang dibutuhkan lebih rendah
dari suhu udara ambien, maka dapat ditambahkan chiller yang berfungsi
menurunkan suhu udara dengan cara mengalirkan amoniak yang bersuhu rendah,
73
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
sehingga terjadi proses perpindahan panas antara amoniak dan udara. Namun, suhu
udara yang terlalu rendah akan mengakibatkan terbentuknya embun di sekitar
produk. Hal ini dapat membuat kadar air dalam produk dapat bertambah sehingga
suhu yang terlalu rendah akan merugikan kualitas produk.
Udara panas yang keluar dari cooler, akan digunakan untuk pengeringan
dalam alat dryer. Semakin tinggi suhu udara yang keluar dari cooler, energi yang
dibutuhkan untuk memanaskan udara pada furnace akan semakin sedikit. Oleh
karena itu, perpindahan panas yang terjadi dari produk ke udara diharapkan
semaksimal mungkin berpindah ke udara bukan ke lingkungan sehingga panas
dalam aliran seoptimal mungkin dimanfaatkan.
7.3.3. Macam-macam Solid Cooler
Pendinginan padatan yang efektif adalah pendinginan kontak langsung
(Direct Contact Cooling). Ada beberapa teknologi yang digunakan untuk
pendinginan padatan. Dalam aplikasinya, terdapat 4 jenis pendingin padatan yang
umum digunakan di industri: stationary cooler, rotary cooler, fluidized bed cooler,
dan conveyor cooler. (Thakore, 2007).
Stationary Cooler
Pendingin ini biasanya digunakan untuk material yang dapat mengalir dengan
bebas (free-flowing), tidak cocok untuk material basah, sangat halus, dan lengket.
Selain itu, pendingin jenis ini digunakan pada perpindahan kalor tidak melebihi 150
kW. Nilai Overall-Heat Transfer Coefficient pada pendingin ini sangat kecil
sehingga membutuhkan permukaan perpindahan panas yang besar. Beberapa
keunggulan cooler jenis ini adalah mudah digunakan dan tidak membutuhkan
banyak perlatan pembantu lainnya. Fluida pendingin yang digunakan dapat berupa
gas atau cairan.
Rotary Cooler
Pendingin jenis ini dapat digunakan untuk berbagai macam spesifikas padatan,
terutama untuk material yang kasar. Pada rotary cooler, udara panas yang keluar
dari cooler dapat digunakan kembali untuk proses yang lain. Pendingin jenis ini
memiliki batasan diameter 1-3 m dengan pertimbangan fabrikasi dan transportasi
74
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
alat. Selain itu, panjang pendingin jenis ini dibatasi pada rentang 4-10 kali diameter.
Dengan tujuan menghindari minimnya kontak padatan dengan gas pendingin.
Selain itu, rotary cooler juga banyak digunakan sebagai pengering.
Rotary cooler terbagi menjadi dua jenis berdasarkan fluida pendinginnya, yaitu
convective rotary cooler dan indirect water deluge rotary cooler. Pabrik Phonska
II PT Petrokimia Gresik menggunakan convective rotary cooler sebagai pendingin
produk granul yang suhunya masih tinggi setelah dikeringkan. Convective rotary
cooler memiliki prinsip yang sama dengan rotary dryer tanpa panas dari furnace.
Flight akan mengangkat granul dan menjatuhkannya melewati aliran udara ambien
atau udara pendingin. Convective rotary cooler berjenis counter current dengan
arah udara yang berlawanan dengan arah granul produk, hal ini bertujuan agar
pendinginan terjadi lebih efisien dari seggi termodinamika dan perpindahan panas.
Fluidized Bed Cooler
Pada Fluidized Bed, proses pendinginan terjadi dengan cara memfluidisasikan
padatan menggunakan udara dingin yang disemprotkan dari dasar cooler. Oleh
karena itu, keuntungan cooler jenis ini adalah dapat mendinginkan material yang
terfluidisasi (2,5 µm-10 µm) terutama yang tidak lengket. Udara pendingin yang
melewati proses tersebut tidak boleh melewati wet bulb temperature 80oC.
Fluidized Bed Cooler merupakan pendingin dengan perpindahan panas yang
paling baik jika dibandingkan dengan pendingin padatan lainnya. Selain itu,
pendingin jenis ini dapat membersihkan produk dari pengotor dan debu. Namun,
dibutuhkan peralatan pembantu dalam menangani udara panas keluaran.
Conveyor Cooler
Conveyor Cooler menggunakan fluida pendingin berupa cooling water melalui
kontak tidak langsung (indirect cooling). Cairan pendingin dialirkan pada conveyor
shell jacket atau hollow shaft. Material yang biasanya digunakan adalah material
yang bersifat free-flowing dengan diameter partikel 0,1-12 mm.
7.3.4. Bagian-bagian Rotary Cooler
Flight
75
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Flight merupakan salah satu bagian rotary cooler yang berfungsi untuk
memodifikasi variabel bebas sehingga dapat meningkatkan efisiensi kontak antara
padatan dan udara. Terdapat beberapa jenis flight yang ada pada perancangan rotary
cooler, seperti straight, 45o-angled, semicircular, dan sebagainya.
Chute
Chute merupakan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan sejumlah padatan
masuk dan keluar rotary cooler.
Pinion
Pinion merupakan roda gigi yang terpasang pada motor penggerak rotary
cooler. Bagian ini berfungsi menyalurkan energi dari motor ke gear. Pinion akan
menggerakkan gear dan berfungsi juga sebagai reducer karena kecepatan motor
tinggi sehingga kecepatan motor ini diubah oleh pinion menjadi tenaga.
Riding Gear
Riding gear merupakan sebuah roda gigi yang terpasang pada shell rotary
cooler. Riding gear berfungsi sebagai media penyalur tenaga yang diberikan pinion
yang digunakan untuk menggerakkan rotary cooler.
Riding Ring
Riding ring merupakan cincin yang terpasang pada bagian luar shell yang
berfungsi untuk menyangga shell.
Trunnion roll
Trunnion roll berfungsi sebagai penahan riding ring dengan arah radial,
terdapat 4 buah pada rotary cooler.
Trust Roll
Trust roll berfungsi sebagai penahan riding gear dengan arah aksial, terdapat
satu buah.
Motor Reducer
Motor reducer berada di sebelah motor, alat ini berfungsi untuk mengurangi
kecepatan rotasi yang diberikan oleh motor dari 3.000 rpm menjadi 10 rpm.
Gear Box
Gear box berisi alat penggerak atau gear.
76
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Motor
Motor berfungsi sebagai penggerak utama pada alat rotary cooler.
Turbo Coupling
Turbo coupling merupakan respon terhadap gerakan motor. Jika motor telah
befungsi, maka turbo coupling akan ikut bergerak.
7.3.5. Mekanisme Kerja
Motor sebagai penggerak utama akan menggerakkan turbo coupling lalu
reducer akan bekerja untuk menurunkan kecepatan rotasi motor. Kecepatan rotasi
yang diturunkan reducer akan digerakkan oleh low speed coupling. Setelah
keceptaan rotasi turun, energi gerak akan diterima oleh pinion yang kemudian akan
menggerakkan rotary cooler dengan riding gear melalui gear box terlebih dahulu.
Riding gear yang bergerak akan mengalami pergeseran dari posisi awalnya
sehingga dibutuhkan trust roll sebagai penahan searah aksial yang juga ikut
berputar. Rotary cooler juga memiliki penyangga yang disebut riding ring yang
terletak di ujung-ujung rotary cooler. Penyangga ini juga ditahan pergerakan
radialnya oleh trunnion roll. Aliran proses dimulai dari produk keluaran rotary
dryer yang dikontakkan dengan udara ambien.
7.3.6. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
LMTD merupakan beda suhu rata-rata yang digunakan dalam heat
exchanger, dengan pengertian matematis yaitu beda suhu pada salah satu ujung
heat exchanger dikurangi beda suhu pada ujung yang lain (satu lagi) dibagi
logaritma alamiah dari perbandingan kedua beda suhu tersebut. Metode analisis
LMTD (Log Mean Temperature Difference) digunakan untuk menganalisis
spesifikasi perubahan suhu.
Laju alir perpindahan kalor secara umum:
𝑄̇ = −𝑚̇ℎ 𝐶𝑝ℎ (𝑇ℎ,𝑖𝑛 − 𝑇ℎ,𝑜𝑢𝑡 )
dan
𝑄̇ = −𝑚̇𝑐 𝐶𝑝𝑐 (𝑇𝑐,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐,𝑜𝑢𝑡 )
Dalam bentuk diferensial:
77
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
dan
𝛿𝑄̇
𝑑𝑇𝑐 = 𝑚̇ …(4)
𝑐 𝐶𝑝𝑐
Laju perpindahan kalor dalam heat exchanger juga dapat digambarkan dengan
persamaan
𝛿𝑄̇ = 𝑈(𝑇ℎ − 𝑇𝑐 )𝑑𝐴𝑠 …(6)
Dengan menyubtitusi persamaan (5) ke persamaan (6) dan disusun ulang,
didapatkan
𝑑(𝑇ℎ −𝑇𝑐 ) 1 1
= −𝑈𝑑𝐴𝑠 (𝑚̇ + 𝑚̇ ) …(7)
𝑇ℎ −𝑇𝑐 ℎ 𝐶𝑝ℎ 𝑐 𝐶𝑝𝑐
Kemudian menyelesaikan neraca energi yang umum untuk 𝑚̇𝑐 𝐶𝑝𝑐 dan 𝑚̇ℎ 𝐶𝑝ℎ serta
subtitusi ke persamaan (8) dan disusun ulang, didapatkan persamaan akhir metode
LMTD
𝑄̇ = 𝑈𝐴𝑠 ∆𝑇𝑙𝑚 …(9)
dengan
1∆𝑇 −∆𝑇
2
∆𝑇𝑙𝑚 = ln(∆𝑇 …(10)
/∆𝑇 ) 1 2
78
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Untuk parallel-flow, ∆𝑇1 = 𝑇ℎ,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐,𝑖𝑛 dan ∆𝑇2 = 𝑇ℎ,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐,𝑜𝑢𝑡 . Untuk counter-
flow, ∆𝑇1 = 𝑇ℎ,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐,𝑜𝑢𝑡 dan ∆𝑇2 = 𝑇ℎ,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐,𝑖𝑛 .
Gambar 7.1. Ekspresi ∆𝑇1 dan ∆𝑇2 untuk (a) parallel-flow, (b) counter-flow
(Sumber: Cengel, 2002)
7.4. Metode Pengambilan Data
Pengambilan data untuk tugas khusus ini dibagi menjadi 2: pengambilan
data primer dan pengambilan data sekunder. Data primer merupakan data yang
dapat diambil secara langsung atau tersedia di pabrik sehingga pengambilan data
dapat diambil secara langsung. Data sekunder merupakan data yang dipakai sebagai
pelengkap perhitungan sehingga data primer juga dapat di proses. Contoh data
sekunder adalah massa jenis udara, kapasitas panas, massa relative dll. Cara
pengambilan data primer:
Pengamatan secara langsung pada sampelnya menggunakan thermometer untuk
mengukur suhu dan pitot tube untuk mengukur laju alir udara.
Data laporan ruang control.
Semua data primer didapatkan langsung dari pabrik II produksi Phonska dan
di pabrik I PT Petrokimia Gresik. Sedangkan data sekunder didapatkan dari literatur
lain seperti internet dan beberapa buku tentang perpindahan kalor.
7.5. Hasil dan Pembahasan
7.5.1. Data Pengamatan
Untuk perhitungan, data yang diambil berupa suhu inlet-outlet udara, suhu
inlet-outlet produk, laju volumetrik udara, dan laju alir produk. Semua data diambil
79
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
dalam waktu 3 hari dengan masing-masing hari diambil dalam 3 waktu, yaitu pukul
07.00, 10.00, dan 13.00.
Tabel 7.1. Data Pengamatan
Rabu (10/08)
f udara f produk T udara in T udara out Tproduk in T produk out
Waktu
(m3/jam) (kg/hr) (oC) (oC) (oC) (oC)
7:00 93656,2 92000 30 49 75 58
10:00 93656,2 98000 31 59 77 57
13:00 93656,2 88000 33 41 75 56
Rata-rata 93656,20 92666,67 31,33 49,67 75,67 57
Kamis (11/08)
f udara f produk T udara in T udara out Tproduk in T produk out
Waktu
(m3/jam) (kg/hr) o
( C) (oC) (oC) (oC)
7:00 93656,2 95800 31 43 78 59
10:00 93656,2 96500 32 47 78 61
13:00 93656,2 97600 33 60 77 60
Rata-rata 93656,20 96633,33 32 50 77,67 60
Data-data tambahan yang diperoleh dari literatur:
Lcooler = 15 m Cpudara = 1,01 kJ/kg.oC
Dcooler = 3,2 m Cpproduk = 1,38 kJ/kg.oC
ρudara = 1,207 kg/m3
7.5.2. Pengolahan Data
Perhitungan panjang cooler ini dilakukan dengan asumsi:
Basis: 1 jam.
Sistem berjalan pada kondisi steady-state dan uniform.
Laju alir udara sama untuk semua data.
Kalor spesifik zat tidak berubah terhadap suhu (bukan fungsi suhu).
Koefisien perpindahan kalor konveksi tetap sepanjang cooler.
Sistem berjalan dengan kondisi adiabatik.
Suhu outlet udara sama baik untuk kondisi perhitungan maupun kondisi aktual
di lapangan.
80
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Tahap perhitungan:
Menghitung luas kontak pada rotary cooler (A)
𝜋𝐷𝑐𝑜𝑜𝑙𝑒𝑟 2 𝜋(3,2 𝑚)2
𝐴= = = 8,04 𝑚2
4 4
Menghitung laju alir massa udara per luas (G)
𝑣̇ 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 ×𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐺𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
3600×𝐴
Untuk data hari Rabu:
3 𝑘𝑔
93656,2 𝑚 ⁄𝑗𝑎𝑚 ×1 𝑗𝑎𝑚×1,207 ⁄𝑚3
𝑘𝑔
𝐺𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = = 3,91 ⁄𝑚2 . 𝑠
3600 𝑠×8,04 𝑚2
Menghitung koefisien perpindahan kalor menyeluruh volumetrik (Uv)
237 𝐺𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 0,67
𝑈𝑣 =
𝐷𝑐𝑜𝑜𝑙𝑒𝑟
Untuk data hari Rabu:
𝑘𝑔⁄ 0,67
237×(3,91 𝑚2 . 𝑠) 𝑘𝐽
𝑈𝑣 = = 184,54 ⁄𝑚3 . 𝑠. ℃
3,2 𝑚
Menghitung panjang unit perpindahan (Ht)
1000×𝐺𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 ×𝐶𝑝 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐻𝑡 =
𝑈𝑣
Untuk data hari Rabu:
𝑘𝑔⁄ 𝑘𝐽
1000×3,91 𝑚2 . 𝑠 ×1,01 ⁄𝑘𝑔. ℃
𝐻𝑡 = = 21,27 𝑚
𝑘𝐽
184,54 ⁄𝑚3 . 𝑠. ℃
𝑘𝐽
𝑄̇𝑛𝑒𝑤 = 3284631,78 ⁄𝑗𝑎𝑚
81
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
Menghitung suhu inlet udara untuk suhu outlet produk 50oC (Tin udara new)
Untuk perhitungan ini, dengan asumsi suhu outlet udara yang sama, suhu inlet
udara dievaluasi untuk mengetahui kondisi suhu inlet udara yang seharusnya.
𝑄̇𝑛𝑒𝑤
𝑇𝑖𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 −
𝑚̇𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 ×𝐶𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
= 20,75℃
Menghitung LMTDnew
Persamaan LMTD untuk counter-current:
(𝑇ℎ,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐,𝑜𝑢𝑡 ) − (𝑇ℎ,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐,𝑖𝑛 )
∆𝑇𝑙𝑚,𝑛𝑒𝑤 =
(𝑇 − 𝑇𝑐,𝑜𝑢𝑡 )
ln ℎ,𝑖𝑛
(𝑇ℎ,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐,𝑖𝑛 )
dengan zat panasnya produk dan dan zat dinginnya udara. Untuk data hari Rabu:
(75,67℃ − 49,67℃) − (50℃ − 31,33℃)
∆𝑇𝑙𝑚,𝑛𝑒𝑤 = = 27,59℃
(75,67℃ − 49,67℃)
ln
(50℃ − 31,33℃)
Menghitung panjang cooler
Untuk menghitung panjang cooler yang dibutuhkan, dilakukan trial-and-error
dengan fitur Goal Seek pada Excel. Nt dihitung dengan persamaan:
𝐿𝑐𝑜𝑜𝑙𝑒𝑟
𝑁𝑡 =
𝐻𝑡
dengan nilai Lcooler dimasukkan secara sembarang. Namun, hasil Nt tersebut
dikoreksi dengan persamaan:
∆𝑡𝐺
𝑁𝑡 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 =
∆𝑇𝑙𝑚,𝑛𝑒𝑤
dengan Nt adalah bilangan unit transfer, ∆tG adalah selisih suhu udara pendingin
sebelum dan sesudah masuk cooler. Hasil Lcooler tersebut kemudian harus
dievaluasi apakah memenuhi syarat desain. Syarat desain cooler:
82
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
𝐿𝑐𝑜𝑜𝑙𝑒𝑟
4≤ ≤ 10
𝐷𝑐𝑜𝑜𝑙𝑒𝑟
Berikut ini hasil Goal Seek dari Excel.
Nt = Lcooler/Ht
Nt = ∆tG / ∆Tlm,new
Lcooler
83
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
84
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
(a)
(b)
Gambar 7.3. Kondisi rotary cooler di pabrik NPK Phonska II: (a) sisi output
produk, (b) sisi input produk
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
85
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
BAB 8
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Suhu inlet udara berada di kisaran 31-32°C.
Suhu outlet udara berada di kisaran 49-50°C.
Suhu inlet produk berada di kisaran 75-77°C.
Suhu outlet produk yang tinggi sekitar 57-60°C menimbulkan potensi
penggumpalan produk.
Suhu produk yang diinginkan adalah 50°C karena jika suhunya terlalu
tinggi, granul akan mudah menggumpal.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu produk
menjadi 50°C yaitu dengan memperpanjang cooler dan menurunkan suhu
udara inlet.
Panjang optimum rotary cooler 02-M363 untuk memperoleh suhu produk
50°C pada kondisi aktual di lapangan adalah 23,83 m.
Suhu inlet udara yang di umpankan ke cooler sekitar 20,79°C.
8.2. Saran
Perlu dilakukan perpanjangan cooler 8,83 m, tetapi memerlukan evaluasi
lebih lanjut mengingat keterbatasan ruang dan potensi loss produk lebih
tinggi akibat pabrik shut down saat modifikasi cooler tersebut.
Chiller ammonia perlu diaktifkan kembali untuk membantu menurunkan
suhu udara inlet cooler.
86
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK 2016
DEPARTEMEN PRODUKSI IIA
PT PETROKIMIA GRESIK
DAFTAR PUSTAKA
87
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA