S k * Yi Y
k
(2.3)
i 1
Y
Y i
(2.4)
N
Dengan k = 1, 2, ……… N; pada saat k = 0 maka S k = 0
Jika persamaan (2.3) dibagi dengan deviasi standar (Dy) maka akan diperoleh
Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS) atau dirumuskan sebagai berikut:
*
S
k
**
Sk (2.5)
Dy
Dy
2
N
Y
i Y
2
(2.6)
i 1 N
Keterangan rumus (2.3) s.d. (2.6):
Sk* = Nilai kumulatif penyimpangannya terhadap nilai rata-rata.
Yi = Nilai data Y ke-i.
Y = Nilai Y rata-rata
N = Jumlah data Y.
Sk** = Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS).
Dy = Deviasi standar seri data Y.
Setelah nilai Sk** diperoleh untuk setiap k, tentukan nilai Q dan R terhitung dengan
rumus:
Bandingkan, untuk jumlah data (N) dan derajat kepercayaan (α) tertentu, nilai-
nilai di bawah ini:
Q terhitung dengan Qkritis
R terhitung dengan Rkritis
Nilai Qkritis dan Rkritis dapat dilihat dalam Tabel ……
Jika:
Q terhitung < Qkritis atau
R terhitung < Rkritis
Maka seri data yang dianalisis adlah konsisten.
Nilai Y
Y i
Dy
2
N
Y
i Y
2
i 1 N
Dy = (Dy2)0,5
Kolom (3) = kolom (2) – Y
Kolom (4) baris pertama = persamaan (2.3) pada saat k = 1 sehingga = kolom (3) baris
pertama.
Kolom (4) baris ke tiga = kolom (4) baris ke dua + kolom (3) baris ke tiga.
Kolom (4) baris ke empat = kolom (4) baris ke tiga + kolom (3) baris ke empat.
Kolom (4) baris ke lima dan seterusnya, cara perhitungannya adalah sama.
Kolom (5) = persamaan (2.5)
kolom (3) 2
= ; N adalah jumlah data = 12.
N
*
S kolom (4)
Kolom (6) = S k **
k
Dy Dy
Q terhitung = Q S k maks
**
Berdasarkan Tabel ……, jika jumlah data adalah …… dan derajat kepercayaan …… maka
nilai:
Q
......; atau Q kritis ...... N
N
Oleh karena:
Q terhitung < Qkritis
Maka seri data hujan pada Tabel …… adalah konsisten.
b. Uji Homogenitas
n X i X
i
3
n 2 X i X
i
4
X
i 1
i
X = nilai rata-rata dari X = (2.9)
n
X X 2
n
i
i 1
Standar Deviasi (S) = (2.10)
n 1
Xi = Data hujan atau debit ke-i.
n = jumlah data
Di samping dengan menggunakan persyaratan seperti tercantum dalam Tabel ……,guna
mendapatkan hasil perhitungan yang meyakinkan, atau jika tidak ada yang memenuhi persyaratan
pada Tabel …… maka penggunaan suatu distribusi probabilitas biasanya diuji dengan metode Chi-
Kuadrat atau Smirnov Kolmogorov.
a. Distribusi Probabilitas Gumbel
Jika data hujan yang dipergunakan dalam perhitungan adalah berupa sampel
(populasi terbatas), maka perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi
Probabilitas Gumbel dilakukan dengan rumus-rumus berikut:
XT X S K (2.11)
Keterangan rumus:
XT = Hujan rencana atau debit dengan periode ulang T.
X = Nilai rata-rata data hujan (X).
S = Standar deviasi dari data hujan (X).
Yt Yn
K = Faktor Frekuensi Gumbel: K (2.12)
Sn
T 1
Yt = Reduced variate = Ln Ln (2.13)
T
Sn = Reduced standard deviasi
Yn = Reduced mean
Perhitungan Distribusi Probabilitas Gumbel
1. Perhitungan parameter statistik data seperti Tabel ……
a. Harga rata-rata ( X ):
n
X
i 1
i
X =
n
b. Standar Deviasi (S:
X X 2
n
i
i 1
S =
n 1
2. Hitung K
Dengan jumlah data (n) = …… maka didapat:
Yn =
Sn =
Dengan periode ulang (T) = …… didapat:
T 1
Yt = Ln Ln
T
Dengan Yn, Sn, dan Yt yang sudah didapat di atas maka nilai K adalah:
Yt Yn
K =
Sn
3. Hitung nilai hujan rencana periode ulang …… tahun (X…):
X… = X S K
X
i 1
i
X =
n
b. Standar Deviasi (S):
X X 2
n
i
i 1
S =
n 1
2. Hitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dari Tabel ……, didapat untuk T = ……
maka nilai KT = ……
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang …… (X……)
X T X K TS
LogX
i 1
i
LogX = Nilai rata-rata dari log X = (2.16)
n
S Log X = Deviasi standar dari Log X.
LogX
n
20 ,5
i LogX
i 1
= (2.17)
n 1
KT = Faktor Frekuensi, nilainya bergantung dari T.
Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Normal
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel ……), diperoleh:
LogX
i 1
i
LogX =
n
b. Berdasarkan Tabel …… diperoleh S Log X:
LogX
n
20 ,5
i LogX
i 1
S Log X =
n 1
2. Hitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dari Tabel ……, didapat untuk T = ……
maka nilai KT = ……
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang …… (X……)
LogX
i 1
i
LogX = Nilai rata-rata dari log X = (2.19)
n
S Log X = Deviasi standar dari Log X.
LogX
n
20 ,5
i LogX
i 1
= (2.20)
n 1
KT = Variabel standar, besarnya bergantung koefisien kepencengan (Cs atau
G), lihat Tabel ……
Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Pearson Type III
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel ……), diperoleh:
LogX
i 1
i
LogX =
n
b. Berdasarkan Tabel …… diperoleh S Log X:
LogX
n
20 ,5
i LogX
i 1
S Log X =
n 1
2. Hitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dan nilai Cs atau G dari Tabel ……, didapat
untuk T = …… dan Cs = …… maka nilai KT = ……
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang …… (X……)
a. Metode Chi-Kuadrat ( 2 )
Rumus yang digunakan dalam perhitungan dengan Metode Uji Chi-Kuadrat
adalah sebagai berikut:
n
O f Ef
2
= 2
i 1 Ef
(2.21)
Keterangan rumus:
2 = Paramter Chi-Kuadrat terhitung.
Ef = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya.
Of = Frekuensi yang diamati pada kelas yang sama.
n = Jumlah sub kelompok.
Derajat nyata atau derajat kepercayaan (α) terhitung yang sering diambil adalah
5%. Derajat kebebasan (Dk) dihitung dengan rumus:
Dk = K p 1 (2.22)
K = 1 3,3 log n (2.23)
Keterangan rumus:
Dk = Derajat kebebasan.
P = Banyaknya parameter, untuk Chi-Kuadrat adalah 2.
K = Jumlah kelas distribusi.
n = Banyaknya data.
Selanjutnya distribusi probabilitas yang dipakai untuk menentukan curah hujan
rencana adalah distribusi probabilitas yang mempunyai simpangan maksimum terkecil
dan lebih kecil dari simpangan kritis, atau dirumuskan sebagai berikut:
2 Cr
2
(2.24)
Dengan rumus:
2 = Parameter Chi-Kuadrat terhitung.
Parameter (p) = ……
Derajat kebebasan (Dk) = K p 1
1 1
Persentase 40 % : P(x) = diperoleh T = = = 2,5 tahun
P( x ) 0,4
1 1
Persentase 60 % : P(x) = diperoleh T = = = 1,67 tahun
P( x ) 06
1 1
Persentase 80 % : P(x) = diperoleh T = = = 1,25 tahun
P( x ) 0,8
5. Menghitung interval kelas.
a. Distribusi Probabilitas Gumbel.
Dengan jumlah data (n) = …… maka didapatkan nilai:
Yn = ……
Sn = ……
T 1
Yt = Ln Ln
T
Yt Yn
K =
Sn
Sehingga:
T = 5; Yt = …… maka K = ……
T = 2,5; Yt = …… maka K = ……
T = 1,67; Yt = …… maka K = ……
T = 1,25; Yt = …… maka K = ……
Nilai X = ……
Nilai S = ……
Maka interval kelas:
XT = X S K
Sehingga: XTR = X SK
X5 = ……
X2,5 = ……
X1,67 = ……
X1,25 = ……
b. Distribusi Probabilitas Normal.
Nilai KT berdasarkan nilai T dari Tabel ……, didapat:
T = 5; maka KT = ……
T = 2,5; maka KT = ……
T = 1,67; maka KT = ……
T = 1,25; maka KT = ……
Nilai X = ……
Nilai S = ……
Interval kelas: XT = X KT S
Sehingga:
X5 = ……
X2,5 = ……
X1,67 = ……
X1,25 = ……
c. Distribusi Probabilitas Log Normal.
Nilai KT berdasarkan nilai T dari Tabel ……, didapat:
T = 5; maka KT = ……
T = 2,5; maka KT = ……
T = 1,67; maka KT = ……
T = 1,25; maka KT = ……
Nilai LogX = ……
Nilai S Log X = ……
Interval kelas: Log XT = LogX K T SLogX
Sehingga:
X5 = ……
X2,5 = ……
X1,67 = ……
X1,25 = ……
d. Distribusi Probabilitas Log Pearson Type III.
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai Cs atau G = 0,0686 dan Nilai T untuk
berbagai periode ulang (lihat Tabel ……) adalah:
T = 5; maka KT = ……
T = 2,5; maka KT = ……
T = 1,67; maka KT = ……
T = 1,25; maka KT = ……
Nilai LogX = ……
Nilai S Log X = ……
XT = X K T S; sehingga
XT X X X
KT = ; atau KT = T ;
S S
Dimana KT = f(t).
Nilai X = ……
Nilai S = ……
Demikian seterusnya untuk baris berkutnya cara perhitungannya
adalah sama.
Kolom (5) = Peluang teoritis = 1 – luas di bawah kurve normal sesuai dengan
nilai f(t), yang ditentukan dengan Tabel ……
Demikian seterusnya untuk baris berikutnya cara perhitungannya
adalah sama.
Kolom (6) = ( Pi ) = kolom (5) – kolom (3).
Berdasarkan Tabel …… dapat dilihat bahwa:
Simpangan maksimum ( Pmaksimum ) = ……
Jika jumlah data …… dan α (derajat kepercayaan) adalah 5% maka dari Tabel
…… didapat Pkritis = ……
Jadi Pmaksimum Pkritis .
Oleh karena itu, Distribusi Probabilitas Normal dapat diterima untuk menganalisis
data hujan.
Perhitungan Metode Smirnov-Kolmogorof Distribusi Probilitas Log Normal (analitis)
Kolom (1) = Nomor urut data.
Kolom (2) = Data log hujan diurut dari besar ke kecil (mm).
Kolom (3) = Peluang empiris (dihitung dengan persamaan Weibull).
Kolom (4) = untuk Distribusi Probilitas Log Normal
XT = X S K; sehingga
XT X X X
K = ; atau KT = T ;
S S
Dimana K = f(t).
Nilai X = ……
Nilai S = ……
Demikian seterusnya untuk baris berkutnya cara perhitungannya
adalah sama.
Kolom (5) = Ditentukan berdasarkan nilai Yn, Sn, dan K atau f(t) pada
persamaan (2.12) dan (2.13). Kemudian berdasarkan persamaan
(2.13) atau interpolasi berdasarkan Kertas Probabilitas Gumbel,
sehingga dapat dihitung selanjutnya peluang teoritis P'(X) = 1/T.
Demikian seterusnya untuk baris berikutnya cara perhitungannya
adalah sama.
Kolom (6) = ( Pi ) = kolom (5) – kolom (3).
Berdasarkan Tabel …… dapat dilihat bahwa:
Simpangan maksimum ( Pmaksimum ) = ……
Jika jumlah data …… dan α (derajat kepercayaan) adalah 5% maka dari Tabel
…… didapat Pkritis = ……
Jadi Pmaksimum Pkritis .
Oleh karena itu, Distribusi Probabilitas Gumbel dapat diterima untuk
menganalisis data hujan.
= 0,75C t L L c
0, 3
tp (jam) (3.1)
Qp = qp A (m3/detik/cm) (3.5)
Tb = 72 3 t p (jam) (3.6)
Qp R = q p R A (m3/detik/cm) (3.14)
tr = t p / 5,5
tp R = t p tR t r / 4
TpR = 0,5tR t p R
qp = 2,75 (C p / t p )
qpR = q p t p / t p R
Qp R = q p R A
Qp = qp A
Tb = 5,56 / q p R
Tabel 4.1 Keragaman-keragaman dalam banjir, aliran minimum dan produksi air (semua
diyatakan dalam debit-debit khusus) sebagai fungsi peubah-peubah daerah
aliran sungai dan iklim (dikutip dari Dan, 1973)
Debit Khusus (Debit/Luas) dari
Variabel Debit total per
Banjir Aliran minimum
tahun (produksi)
Daerah BESAR KURANG LEBIH TAK ADA BEDA
Aliran (jeluk
Sungai presipitasi
(DAS) rata-rata
kurang dan
waktu lebih)
KECIL LEBIH KURANG
Bentuk MEMAN- KURANG LEBIH (hanya untuk TAK ADA BEDA
DAS JANG (waktu DAS besar waktu
perjalanan perjalanan mempu-
lebih) nyai efek)
BULAT LEBIH KURANG
Lereng DAS TERJAL LEBIH KURANG (karena LEBIH (karena
(karena kurang infiltrasi dan kurang infiltrasi,
Variabel Daerah Aliran Sungai
Melalui sauatu irisan melintang adalam satuan waktu. Dalam hubungan ini, sebutan hidrometri
digunakan untuk memberi batasan ilmu pengukuran air (Horst, 1971). Stasiun hidrometi berkaitan
dengan stasiun dimana pengukuran air. Terdapat 4 tolak ukur didirikannya stasiun hidrometri,
yakni:
1. Mudah dicapai (aksesibilitas)
2. Ketelitian: lokasi terpilih tergantung pada tipe dan macam peralatan
3. Kemantapan: hubungan tinggi air-debit harus sedikit berubah dengan waktu
4. Kesenimbungan: peralatan hidrometri tidak boleh terganggu dengan waktu.
Pada umumnya pengukuran-pengukuran tinggi air dan debit harus ditetapkan pada lokasi
berikut:
1. Pengukuran tinggi air
a. Di dekat masukan air anak sungai di dekat titik-titik dimana sungai bercabang atau
bergabung. Akan tetapi, stasiun harus berjauhan dari pertemuan sungai,
sedemikian rupa untuk menghindari dari pengaruh air yang membalik dari anak-
anak sungai.
b. Di dekat masukan air sungai ke dalam laut atau ke danau.
c. Pada sisi-sisi bagian hulu dan hilir dari struktur hidrolik (bendungan, sumbatan,
dan lain-lain).
d. Pada batas-batas negara.
e. Pada kota-kota utama.
f. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai seperti jembatan.
g. Dalam suatu jangkauan langsung dimana debit dapat diukur secara tepat.
h. Pada lokasi dimana dasar saluran adalah mantap.
2. Pengukuran debit (atau kecepatan)
a. Kecepatan air pada semua tempat adalah sejajar dengan yang lainnya dan tegak
lurus pada bagian melintang sungai (Gambar ……)
b. Kurva-kurva agihan kecepatan dalam bagian, adalah teratur pada bidang-bidang
vertikal dan horizontal (Gambar ……)
c. Kecepatan lebih besar dari 10 sampai 15 cm/detik.
d. Dasar saluran adalah mantap.
e. Jeluk aliran lebih besar dari 30 cm.
f. Tidak terdapat limpasan tepi sungai pada periode banjir.
g. Tidak terdapat tumbuhan air
Pada Tabel …… disajikan kerapatan minimum jaringan hidrometri. Jaringan utama di
negeri Belanda (Van der Made, 1972) terdiri atas
Gambar 4.11 Agihan limpasan tahunan rata-rata di seluruh dunia (angka perkiraan
berdasarkan atas data periode yang panjang dan interpolasi, Ward, 1967)
Gambar 4.12 Contoh-contoh rezim sungai. Skala vertikal menunjukkan nisbah debit
dengan nilai tahunan rata-ratanya.
136 penakar pencatat dan 77 penakar tongkat. Agihan di seluruh negeri ditunjukkan pada Tabel
……
Tentuya salah satu faktor yang paling penting di balik pemasangan dan pengoperasian
stasiun hidrometri adalah biaya. Tiap tipe alat pada tiap lokasi dipilih menurut kemungkinan-
kemungkinan keuangan. Adalah sulit sekali untuk memberikan perkiraan biaya pengukuran arus
sungai yang pasti. Secara kasar, biaya penempatan suatu penakar pencatat dapat berkisar antara
10.000 dan 30.000 dollar AS (Van der Made, 1972). Didasarkan atas harga-harga1971, biaya
operasional tahunan rat-rata mendekati 2.000 dollar AS.
4.4.2. Periode Pengamatan
Frekuensi pengamatan bergantung pada besarnya etelitian yang diinginkan. Ketelitian
peralatan dibatasi sekitar registrasi jeluk sedalam 2 mm. Terdapat beberapa peralatan dengan
ketelitian yang lebih tinggi, tetapi juga dengan biaya yang lebih tinggi. Untuk memperoleh
ketelitian yang diinginkan, suatu frekuensi pengamatan tertentu harus diambil. Untuk suatu
arusaliran dengan keragaman harian dalam debit yang cukup besar, maka besarsuatu daerah
tangkapan dan makin lebih permeabel permukaan, makin kurang penting pengamatan secara terus-
menerus.
4.4.3. Alat-alat Pengukur Tinggi Air
1. Pengukur tinggi air tidak merekam
a. Untuk pengamatan berkala
1) Mistar duga: Ini hanyalah lempeng berskala, dipasang di dasar, atau di tepi
sungai atau pada suatu bangunan (penyangga jembatan, dan lain-lain).
a) Mistar duga vertikal: untuk sungai-sugai yang kecil.
b) Mistar duga bertingkat: sutau rangkaian mistar duga yang diletakkan
pada sungai-sungai yang lebih besar dimana terjadi gerakan horizontal
tepi air dengan meningkatnya tinggi air (Gambar ……).
c) Mistar duga miring (juga disebut mistar conong atau landai): merupakan
suatu alternatif untuk mistar duga bertingkat.
2) Mistar duga menggantung
a) Mistar bobot-kawat (juga disebut mistar kontak permukaan): kawat
dikaitkan pada suatu drum kecil dan jarak dari suatu permukaan acuan ke
permukaan air diukur dengan menghitung putaran drum dengan suatu
penghitung. Suatu rangkaian listrik dengan suatu sinar maupun lonceng
listrik digunakan untuk menunjukkan bila bobot menyentuh permukaan
air (Gambar ……)
b) Cara-cara sederhana lainnya dengan menggantungkan suatu rantai pita
atau kawat dapat juga digunakan.
b. Untuk permukaan air maksimum
Alat pengukur puncak adalah suatu tabung berongga, lebih disukai yang
tembus cahaya,yang dipasang secara vertikal dalam air. Permukaan-permukaan
air yang maksimum ditunjukkan di samping tabung dengan suatu pelampung yang
tak dapat kembali, sejumlah kecil potongan gabus yang melekat pada dinding
tabung bagian dalam, dan lain-lain. Tiga tipe yang paling umum dipergunakan
adalah (Gambar ……)
1) Alat pengukur Griffin
2) Alat pengukur tipe pelampung, dan
3) Alat ukur tipe botol
2. Pengukur tinggi air pencatat
Dengan tipe alat ini tinggi muka air yang tercatat diplotkan pada grafik,
“diplong” pada pita kertas, dicatat pada pita magnetik, dan lain-lain di lapangan
maupun diteletransmisikan ke pusat-pusat. Alat ini jauh lebih mahal (10-20 kali)
dibandingkan mistar duga, lebih mudah rusak dan membutuhkan personil yang lebih
terampil untuk pemasangan, pengoperasian, dan pemeliharaannya.
a. Penakar pencatat dengan tipe kontak
1) Pencatat tipe pelampung: Gerakan vertikal pelampung (Gambar ……),
dengan mengikuti perubahan-perubahan tinggi muka air, dicatat pada suatu
grafik. Pelampung ditempatkan pada suatu sumur penenang untuk mencegah
gerakan-gerakan gelombang dan sampah. Untuk pemeriksaan bekerjanya
pelampung yang teliti mistar duga harus diletakkan pada sisi dalam dan sisi
luar sumur penenang.
2) Pencatat tipe tekanan (juga disebut pencatat pneumatik): Prinsip cara kerja
tipe ini didasarkan atas tekanan yang disebabkan oleh bobot kolom air pada
suatu membran dan bola karet. Pencatat tekanan ini tidak memiliki kepekaan
seperti pencatat tipe pelampung.
Tabel 4.2 Kerapatan minimum jaringan-jaringan hidrometri (WMO, 1970)
Tipe Wilayah Kisaran norma- Kisaran norma-norma
norma untuk sementara yang
jaringan minimum diperbolehkan dalam kondisi
(luas dalam km2 yang sulit (luas dalam km2
untuk 1 stasiun) untuk 1 stasiun)
I. Wilayah datar pada mintakat-
mintakat sedang, mediteran, 1.000 – 2.500 3.000 – 10.000
dan tropika
II. Wilayah bergantung pada
mintakat-mintakat sedang,
mediteran,dan tropika
1.000 – 5.000
(Untuk kondisi-kondisi yang
Kepulauan-kepulauan 300 – 1.000
sangat sulit dapat diperbanyak
berpegunungan yang kecil
sampai 10.000)
dengan presipitasi yang sangat
tidak beraturan, jaringan aliran
sangat rapat.
III. Mintakat-mintakat arid dan
kutub (tidak termasuk gurun 5.000 – 20.000
yang luas)
Tabel 4.3 Distribusi (agihan) penakar-penakar sungai di Negeri Belanda (Made, 1972)
Wilayah Penakar Otomatis Mistar Dua Batang
Pantai 31 3
Kawasan delta (bagian sebelah Utara) 41 15
Kawasan delta (bagian sebelah Selatan) 21 10
Sungai-sungai 21 49
Danau-danau 22 -
Total 136 77
Gambar 4.13 Hidrograf yang dijabarkan dari pencatatan kontinu (A) dan pengamatan harian (B)
(Leerinbeekgebied, Colenbrader, 1970)
Gambar 4.14 Contoh-contoh mistar duga
Gambar 4.15 Tipe-tipe pengukur tinggi muka air (atau puncak)
Gambar 4.16 Stasiun pencatat tinggi muka air sungai
Dan menyebabkan lebih banyk gangguan. Dibandingkan dengan tipe
pelampung, alat tersebut lebih mudahdipasang, namun lebih mahal dan
membutuhkan personil yang lebih terampil. Tetapi, dalam beberapa hal
(misalnya pada pantai-pantai) keadaan setempat tidak memungkinkan untuk
mendirikan suatu rumah pelindung dan sumur tenang begitu mendekati air
sehingga kisaran keragaman tinggi muka air seluruhnya dapat diliput dengan
suatu pencatat tipe pelampung. Maka, dipilihlah suatu penakar pneumatik.
b. Sistem pencatat penakar indera jauh (pengindera jauh)
Berkasr cahayan warna biru dan hijau (dalam kawasan spektrum yang
tampak) dan film berwarna normal dan lapisan pembentuk biru pada film infra-
merah membuktikan bahwa sistem ini sangat berharga bagi analisis jeluk air.
Penggunaan skenner multispektrum telah menunjukkan suatu ketelitian
sebesar 80% didalam menentukan jeluk air hingga 8-5 meter (Seyhan, 1972).
Dengan menggunakan foto udara konvensional dimungkinkan untuk mengukur
tinggi muka air dengan analisis gelombang (danau dan gelombang laut). Hal ini
dapat diperoleh dengan menggunakan foto tunggal (nisbah panjang gelombang
rata-rata gelombang air yang dalal (Lo)) atau dengan menggunakan dua foto udara
yang diambil pada interval waktu yang pendek ( t ) (kecepatan gelombang yang
terhitung digunakan untuk menentukan jeluk tinggi yang dangkal).
4.4.4. Pengukuran Irisan-Melintang Saluran
Karena volume debit pada suatu irisan tertentu merupakan hasil kali kecepatan rata-rata
aliran dan luas irisan melintang saluran, Q = V A, keduanya harus ditentukan secara terpisah.
Pengukuran jeluk dan lebar (Gambar ……) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1. Jeluk air ditentukan pada beberapa vertikal (5 vertikal seperti yang ditunjukkan pada
Gambar ……). Jarak antara 2 vertikal (b1, b2, ……, bn) tidak boleh lebih besar dari
1/20 lebar total (B), dan debit antara 2 vertikal (luasan yang diarsir pada Gambar ……)
tidak boleh melebihi
Gambar 4.17 Pencatat tinggi air sepanjang cabang utama sungai Rhein di Negeri Belanda (Made,
1972)
Gambar 4.18 Irigasi melintang saluran irigasi
10% dari debit total. Di negeri Belanda jarak 5 cm dipergunakan untuk sungai-sungai
yang besar.
2. Jika dasar saluran sungai seragam, maka 10 interval vertikal sudah memadai.
3. Jeluk (d1, d2, ……, dn) dapat dibaca.
a. Dengan cepat dari suatu tongkat berskala.
b. Dengan menggunakan suatu bobot padasuatu kawat. Untuk kecepatan aliran yang
tinggi, sudut antara kawat dan vertikal tidak boleh melebihi 30o. Berdasarkan atas
sudut pengamatan (θ) dan jarak dari permukaan air ke titik suspense kawat, jeluk
(d) yang benar dan jeluk (miring) (d') yang diamati dihubungkan sebagai berikut:
d = d'xsec 11 k
dimana k merupakan faktor koreksi dan diberi batasan sebagaimana disajikan
pada Tabel …… Suatu busur derajat digunakan untuk mengukur sudut θ.
c. Dengan menggaung gema.
d. Lebar saluran dan jarak antara tiap-tiap vertikal ditentukan dari kawat bermanik
yang direntangkan melintang sungai atau dari tanda-tanda pada suatu jembatan
atau suatu kawat yang digantungkan.
4.4.5. Pengukuran Kecepatan Aliran
Pendugaan debit sungai yang teliti bergantung pada penentuan kecepatan aliran rata-rata
yang tepat pada suatu irisan melintang tertentu. Kecepatan tidak sama pada setiap titik (Gambar
……) dari irisan melintang karena geseran antara air dan dasar sungai serta tepi sungai. Idealnya,
kecepatan rata-rata ditetapkan dari kisi pengamatan yang berjarak rapat. Tetapi, baik waktu
maupun biaya tidak memungkinkan pengamatan yang demikian terinci, yang barangkali tidak
lebih teliti daripada sejumlah pengukuran tertentu. Pada paragraf berikut diberikan metode-metode
pengukuran kecepatan aliran yang paling sering digunakan:
1. Pengukur arus: Alat ini merupakan pengukur yang berputar yang dipasang dalam air
pada jeluk yang diinginkan, dengan menghubungkan pengukur pada suatu tongkat
(untuk air yang dangkal) atau dengan menggantungkan pada suatu kawat, jembatan
maupun kapal. Terdapat dua tipe pengukur arus (Gambar ……) yaitu:
a. Pengukur arus tipe mangkok: Tipe ini hanyalah suatu anemometer air. Tipe ini
berputar pada sumbu vertikal. Tipe ini banyak dipergunakan di Amerika Serikat
dan Inggris.
b. Pengukur arus tipe baling-baling: Tipe ini (disebut juga pengukur arus sekrup)
merupakan suatu bilah tipe sekrup yang berputar pada suatu sumbu horizontal.
Perputaran pengukur (juga untuk tipe mangkok) secara manual maupun otomatis
dicatat pada penghitung. Untuk air yang turbulen, tipe baling-baling lebih disukai
berhubung tipe mangkok bereaksi dengan aliran air terlepas dari arah alirannya.
Tetapi, pada umumnya kedua tipe ini tersebut cukup dapat dipercaya. Karena
pengukuran dengan pengukur digantungkan pada suatu kabel dan terjadi suatu
deviasi sudut terhadap vertikal (θ), suatu koreksi diperlukan (Horst, 1971).
Banyakanya titik pada suatu vertikal (lihat paragraf 4.3.4.) dimana kecepatan
diukur, tergantung pada ketelitian yang diinginkan.
Kecepatan rata-rata pada suatu vertikal (= vv) dapat ditentukan dengaN
menggunakan salah satu dari beberapa metode yang disajikan di bawah ini:
1) Metode satu-titik: Metode ini digunakan untuk jeluk air yang kecil (< 80 cm)
dan untuk pengukuran yang cepat. Metode ini memberikan hasil-hasil yang
baik agihan kecepatan yang normal (parabolik, Gambar ……).
vv = v0,6 dimana v0,6 = kecepatan pada jeluk 0,6 dari vertikal
Jadi dipergunakan vv = 0,96 v 0,5
tinggi)
2) Metode dua-titik: Metode ini memberikan hasil-hasil yang baik bagi agihan
kecepatan yang normal. Metode ini digunakan untuk jeluk-jeluk yang lebih
besar dari 60 cm.
vv = 1 v 0,8 v 0, 2
2
3) Metode tiga-titik: Metode ini digunakan untuk agihan kecepatan yang tidak
normal (non-parabolik). Metode ini memberikan hasil-hasil yang baik untuk
aliran-aliran dengan pertumbuhan tanaman air maupun yang tertutup dengan
es.
vv = 1 v 0, 2 v 0,6 v 0,8
3
vv = 1 v 0, 2 v 0,6 v 0,8
4
4) Metode lima-titik: Metode ini digunakan untuk agihan kecepatan yang tidak
normal dimana agihan kecepatan vertikal adalah sangat tidak beraturan.
vv = 1 v S 3v 0, 2 2v 0,6 3v 0,8 v b
10
Dimana: vs = Kecepatan pada permukaan air
vb = Kecepatan pada dasar air.
5) Metode Terpadu: Pengukur arus digerakkan dengan suatu kecepatan yang
konstan (tetap) melalui vertikal dan diperolah suatu integrasi langsung dari
agihan kecepatan. Pengukur arus tipe baling-baling harus dipergunakan.
Metode ini tidak dianjurkan untuk jeluk-jeluk yang kurang dari 1 meter.
Metode ini membutuhkan peralatan yang mahal, membutuhkan banyak waktu
untuk jeluk-jeluk yang besar (gerakan vertikal adalah sekitar 2 cm/detik di
negeri Belanda) dan agihan kecepatan tidak diketahui (debit secara langsung
ditentukan). Sebaliknya, debit dihitung secara cepat dan pekerjaan kantor
berkurang cukup banyak.
6) Metode semi-integrasi: Sepanjang vertikal dilakukan pengukuran pada setiap
20 cm.
2. Pelampung: Pengukuranglobal kecepatan aliran dilakukan dengan mengukur
waktupelampung melewati jarak yang terukur. Pelampung digunakan bila pengukuran
dengan pengukuran arus tidak dapat dilakukan (karena sampah, ketidakmungkinan
melintasi sungai, bila pengukuran membahayakan karena banjir yang sangat tinggi
maupun pada kecepatan yang sangat rendah). Pada Gambar ……beberapa tipe
pelampung ditunjukkan dengan harga-harga k (koefisien pelampung).
Kecepatan rata-rata aliran tersebut disajikan dengan rumus:
v = k v pelampung
Pelampung merupakan metode yang murah dan sederhana, namun hanya merupakan
perkiraan saja (10-25% kurang teliti dibandingkan dengan metode pengukur arus).
3. Tabung Pitot (juga disebut pitometer): Tabung ini dalam bentknyayang paling
sederhana (Gambar ……) merupakan peralatan untuk mengubah energi kinetik arus
(aliran air) menjadi energi tekanan, Kenaikan yang dihasilkan berkaitan dengan
kecepatan air seperti ditunjukkan pada Gambar …… Metode ini sering kali digunakan
pada pipa-pipa, saluran-saluran percobaan dan laboratorium, dan kurang sesuai untuk
arus alami. Metode ini dapat digunakan pada sungai-sungai yang kecil, juga pada
kasus-kasus liat berat dan sampah. Metode ini dapat digunakan untuk kecepatan-
kecepatan antara 0,5 hingga 2,5 m/detik, dan presentase ralat adalah minimum, yaitu
sebesar 3-10%.
4. Badul pengukur (juga disebut tubuh tahanan): Suatu tubuh tahanan digantungkan pada
suatu kabel, defleksi diukur dan kecepatan aliran dibaca dari grafik-grafikkalibrasi.
Kisaran penggunaan adalah di antara 0,05 dan 3,5 m/detik. Ini merupakan alat yang
sederhana dan karena bagian yang mahal dari alat tersebut tetap di atas air (tidak
demikian pada pengukuran arus), maka alat ini lebih aman. Tetapi, alat ini
membutuhkan personil yang terampil dan penggantian tubuh-tubuh tahanan pada
kecepatan yang berbeda-beda. Bandul pengukur yang khusus dibuat di Laboratorium
Hidrolika Delft dan disebut Planeta.
5. Metode gelembung udara: Metode ini (dikembangkan di Jerman) didasarkan atas
pengukuran jarak horizontal (Gambar ……) yang ditempuh oleh gelembung udara dari
dasar ke permukaan suatu aliran (Horst, 1971).
6. Pengukur aliran ultrasonik: Pengukur aliran menggunakan dua transuder ultrasonik (A
dan B) yang direndam di dalam kanal yang terbuka (Schuster, 1975). Pulsa-pulsa
energi ultrasonik dari transmitter merambat melalui air dan mencapai si penerima pada
sisi yang lain. Bila ditransmisikan pada arah hilir (dari A ke B), kecepatan air (v v)
meningkatkan kecepatan pulsa ultrasonik, mengurangi waktu transmisi. Bila
ditransmisikan kea rah hulu (dari B ke A), pulsa tersebut ditentang oleh gerakan air
dan waktu transmisi naik. Perbedaaan frekuensi di antara ke dua tingkat tersebut,
adalah sebanding dengan kecepatan air.
Lc 2 tan f
vw =
2bf o2
dimana: vw = kecepatan aliran (kaki per detik)
L = panjang jalur air (kaki)
c = kecepatan suara dalam air (kaki/detik)
β = sudut lancip jalur suara dengan garis tengah kanal
f = perbedaan frekuensi (cm/detik)
fo = frekuensi pada air yang tenang (cm/detik)
b = lebar kanal (kaki)
Beberapa kesimpulan penting dari pengkajian yang telah dilakukan sampai sekarang
mengenai teknik pengukuran kecepatan aliran ini adalah:
1. Metode ini baik bagi penaksiran debit.
2. Persentase kesehatan untuk 0,08 Q 0,31 m3/detik adalah sebesar 3,4%.
3. Pengukuran titik tunggal (pada 0,6 h) tidak mencukupi untuk penentuan kecepatan
rata-rata. Untuk agihan kecepatan simetrik, pengukuran dua-titik adalah lebih baik.
Tetapi, teknik integrasi adalah yang terbaik.
4.4.6. Penentuan dan Pengukuran Debit
1. Metode kecepatan-luas: Metode ini didasarkan atas data kecepatan yang diperoleh
pada titik-titik yang berbeda pada beberapa vertikal pada suatu penampang melintang
aliran. Debit dapat diperoleh dalam 2 cara:
a. Secara aritmatik bila kecepatan pada satu atau dua titik pada vertikal tersebut
diketahui.
b. Secara grafis bila keceoatan pada lebih banyak titik diketahui.
1) Metode aritmatik
a) Metode penampang rata-rata
qn = b n v v n 1 v v n d n 1 d n
Q = q1 q 2 ... q n ...
Dimana: qn = Debit antara vertikal-vertikal n dan n – 1 (m3/detik)
bn = Jarak antara vertikal n dan n – 1 (meter)
v v n 1 = Kecepatan rata-rata pada vertikal ke (n – 1) (m/detik)
qn =
dn
2
v v n b n b n 1 ; Q q 1 q 2 ... q n ...
2) Metode grafik
a) Metode integrasi jeluk-kecepatan: Kecepatan yang terukur pada tiap-tiap
vertikal diplotkan (Gambar ……) dan luas di dalam kurva agihan
kecepatan ditentukan sebagai:
qn = v v n 1 d n
Ada dua metode di dalam menghitung debit total (Q). Dalam metode
Harlacher, harga qn yang dihitung di atas diplotkan (Gambar ……) dan
luas yang berada di bawah kurva dihitung dengan planimeter, yaitu:
Q= q n dx
Pada metode Treviranus, yang paling berguna bila penampang jeluk dan
kecepatan ditentukan secara terpisah, baik penampang jeluk maupun
penampang kecepatan rata-rata diplotkan. Luas-luas di antara setiap dua
qn
vertikal dari kecepatan rata-rata (vn =
d n ) ditentukan sebagai qn.
Debit total adalah:
in
Q= q
1 n
n dn
Q= vdA
Metode ini terbaik, namun tergantung pada data yang tersedia dan
membutuhkan banyak tenaga.
2. Metode perahu yang bergerak: Pada tahun 1969 Smoot dan Novak mendemonstrasikan
pendekatan baru tang revolusioner yang memberikan ketelitian yang besar dan yang
menghemat waktu berjam-jam hingga bermenit-menit (Harp, 1974). Metode ini
sebenarnya merupakan suatu varian dari metode kecepatan-luas dan dikembangkan
untuk digunakan pada sungai-sungai yang besar dan aliran air dimana perahu dapat
beroperasi. Kecepatan aliran hanya ditentukan pada satu-titik dari setiap vertikal.
Tetapi, banyaknya vertikal yang diambil adalah besar.
Harp (1974) menyajikan metode perahu bergerak yang diperluas yang dapat mengukur
arus-arus berukuran sedang. Dengan menganggap bahwa kecepatan rata-rata kurang
lebih sebesar 85% dari kecepatan permukaan, dia menganggap bahwa pengukuran
aliran akan dilakukan pada suatu penampang melintang sungai dimana terdapat jalan
kabel atau jembatan. Sebagaimana ditunjukkan pada bagan di samping ini, anggap
bahwa pengukur kecepatan aliran bergerak melintasi arus dari A ke B pada kecepatan
yang tetap (vm) dan mengukur secara kontinu kecepatan air permukaan yang nisbi
terhadap pengukur tersebut (vwm), ketika alat ini melintasi jarak s. Selanjutnya,
kecepatan air permukaan (vw) dapat ditentukan dalam 2 cara yang mungkin, yaitu:
a. Mengukur vwm dan karena vm diketahui, maka hitung sudut δ
vm
cos δ = dan tentukan vw dengan menggunakan rumus
v wm
vw
sin δ =
v wm
b. Mengukur (dengan menggunakan suatu alat pengindera arah) sudut δ saja. Karena
vm diketahui, maka dihitung vwm dengan cos δ = v m / v wm dan tentukan vw dengan
menggunakan sin δ = v w / v wm .
Dengan menentukan penampang melintang arus secar terpisah, maka debit dapat
ditentukan dari kecepatan yang dihasilkan hasil kali luas.
3. Metode pelacak (juga disebut metode pengenceran): Metode ini didasarkan atas
penentuan derajat pengenceran oleh air yang mengalir terhadap suatu larutan pelacak
yang ditambahkan. Pelacak dapat merupakan pelacak bahan kimia (NaCL, bahan
pewarna rhodamine, dan lain-lain) maupun suatu pelacak radioaktif (WMO, 1970).
Metode ini dianjurkan pada tempat-tempat dimana metode konvensional tidak dapat
digunakan berhubung jeluk yang dangkal, kecepatan sangat tinggi atau turbulensi yang
belebihan.
Terdapat dua metode pengukuran yang dipergunakan untuk aliran-aliran alami, yaitu:
a. Metode injeksi dengan laju konstan: Pada suatu titik tertentu pada suatu aliran
ditambahkan suatu pelacak dengan konsentrasi (Ct) yang telah diketahui dengan
laju (q) yang konstan ke dalam air, dengan konsentrasi mula-mula (dengan
pelacak yang sama) Co. Pada suatu titik di hilir konsentrasi diukur pada waktu
yang berlainan dan harga yang tetap (tidak berubah dengan waktu) ditentukan
(Cw), sehingga diperoleh debit sebagai berikut:
C Cw
Q = q t
Cw Co
Teori metode injeksi yang kontinu mensyaratkan bahwa debit arus konstan selama
pengukuran. Kesalahan sistematik yang disebabkan oleh berubahnya debit
(Gilman, 1975) adalah terbesar pada permulaan limpasan hujan angina dan dapat
melampui 60% dari debit untuk hidrograf yang meningkat secara tajam.
Pengukuran adalah teliti bila dilakukan pada cabang yang menurun pada hidrigraf.
Titik hilir harus cukup jauh untuk menjamin suatu pencampuran lengkap dari
pelacak yang melintasi arus. Jarak ini akan menjadi:
0,7C B B 2
L = 0,13C h
g
Dimana: L = Jarak antara titik injeksi dan titik pengukuran (m)
C = Koefisien kekasaran Chezy
B = Lebar permukaan aliran rata-rata (meter)
g = Percepatan gravitasi (meter/detik2)
h = Jeluk aliran rata-rata (meter)
b. Metode injeksi tiba-tiba (juga disebut metode integrasi): Pada suatu titik tertentu
pada aliran dimasukkan suatu pelacak dengan konsentrasi (Ct) yang diketahui dan
volume (Vt) secara seketika itu juga. Pada suatu titik hilir, konsentrasi diukur (Cw)
pada waktu yang berlainan (Horst, 1971), sehingga didapatkan debit sebagai
berikut:
C t Vt
Q=
C
0
w C o dt
4. Sekat-sekat dan saluran-saluran (Weirs and flumer): Bila pengukuran aliran tidak
mungkin dengan menggunakan pengukur arus, debit pada aliran yang kecil ditentukan
dengan bantuan bangunan fisik, seperti sekat-sekat saluran-saluran, venturimeter,
lubang=lubang, pintu-pintu, dan lain-lain. Untuk aliran alami, pengukuran aliran
umumnya dibatasi pada sekat-sekat dan saluran-saluran yang merupakan bangunan
hidrolik yang bertujuan menciptakan pengendalian buatan atas aliran (sungai).
Bangunan tersebut harus didirikan secara tepat menurut spesifikasinya.
a. Sekat-sekat:Terdapat dua tipe sekat yang umum.
1) Sekat dengan bagian atas tajam: Bentuk-bentuk bukaan yang paling umum
digunakan adalahsekat persegi panjang segi-tiga (juga disebut sekat kepala-
V atau sekat Thompson), trapezoidal (juga disebut sekat Cipoletti), sekat
majemuk, dan lain-lain. Pada Gambar …… ditunjukkan beberapa sekat
dengan rumus-rumusnya yang sesuai.
2) Sekat dengan bagian atas lebar: Pada tipe sekat ini, bagian atas dibuat lebih
besar.
b. Saluran: Suatu saluran adalah suatu bangunan khusus yang menciptakan suatu
penurunan pada permukaan (tinggi muka) air pada bagian yang menyempit
(penampang tenggorokan) dan suatu lompatan hidrolik. Ada beberapa tipe yang
dibuat misalnya saluran Parshal, saluran berbentuk-V, saluran-H, dan saluran
dengan jeluk kritis (Gambar ……)
5. Persamaan teoretis: Pada kanal yang terbuka aliran air juga ditentukan dengan
persamaan-persamaan empiris. Dua persamaan yang terkenal disajikan di bawah ini.
Kedua persamaan mengandaikan suatu penampang melintang yang seragam,
kekasaran dasar sungai yang tidak berubah dan menggunakan alira tetap yang seragam.
a. Persamaan Chezy:
Q = AC RS dan v = C RS
Dimana: Q = Debit (m3/detik)
v = Kecepatan aliran rata-rata (m/detik)
A = Luas penampang melintang basah (m2)
Gambar 4.24 Tipe-tipe sekat berkepala tajam (untuk keterangan terinci lihat Water Management
Manual, 1971; Grey, 1973)
Gambar 4.25 Sekat berkepala lebar dan saluran air
Berhubungan kebutuhan akan catatan yang kontinu dalam bentuk grafik, kurva tinggi air-debit (Q
– h) diplotkan. Kurva tinggi air-debit merupakan suatu grafik (Gambar ……) yang
menggambarkan hubunganantara tinggi air suatu aliran pada suatu penampang melintang tertentu
dengan debit yang sesuai pada penampang itu. Dengan cara ini, untuk memungkinkan seorang
pengamatyang tidak terampil untuk menentukan debit tanpa kesulitan dari kurva tinggi air-debit.
Kurva yang ditentukan demikian itu dapat diperluas untuk menaksir tingkat debit yang
sesuai dengan tinggi muka air yang tinggi. Untuk ekstrapolasi tersebut terdapat 4 (empat) metode
yang mungkin:
1. Ekstrapolasi grafis.
2. Ekstrapolasi logarithmik.
3. Ekstrapolasi A h Stevens.
4. Metode ekstrapolasi faktor conveyance (pembaca).
Teknik ekstrapolasi grafis hanyalah merupakan perluasan secara tangan bebas dari kurva
lengkung kalibrasi yang diplotkan. Hal ini dilakukan jika perluasannya adalah kecil dan jika bagian
atas dari kurva lengkung kalibrasi diberi batasan secara baik. Ekstrapolasi logarithmik
membutuhkan pengeplotan tinggi muka air (h) terhadap debit (Q) pada suatu kertas log-log dan
pada kertas linear. Dari plot pada kertas linear, tinggi muka air yang bersesuaian dengan debit nol
ditentukan sebagai ho. Jika plot log-log dengan Q tidak merupakan garis lurus, maka log (h – ho)
dicobakan dengan log Q. Jika garis yang diplotkan masih belum merupakan garis lurus, maka
harga-harga ho yang berbeda dicobakan hingga garis lurus, maka harga-arga ho yang berbeda
dicobakan hingga garis lurus yang mempunyai persamaan sebagai: Q = a h h o dapat
b
ditentukan. Dengan menggunakan persamaan ini atau memperpanjang garis lurus yang akhirnya
diperoleh, tingkat debit untuk tinggi muka air yang tinggi dapat ditentukan.
Sekat dan
Saluran ● ● ● ● ● ● ▬ ▬ ▬
iAt d = Kehilangan + Q s dt Q g dt
F d.l.t : Pengisian kembali air tanah dengan jumlah yang sama dengan P –
(defisiensi lengas tanah).
3. i fo : Limpasan permukaan.
640
Qp = c q A
0,56 c q 0,69
t
p
tp
T = 3 3
24
Dimana: tp = Tenggang waktu (Gambar ……) = waktu (dalam jam) dari tengah-tengah
massa curah hujan efektif ke puncak hidrograf limpasan.
Lca = Jarak dalam mil titik pelepasan (outlet) ke suatu titik pada sungai yang terdekat
dengan pusat gravitasi DAS.
Lb = Panjang kanal utama dari pelepasan batas DAS dalam mil.
c1, cq = Koefisien yang dikembangkan secara lokal untuk Dataran Tinggi Appalachian.
Qp = Debit maksimum (Gambar ……) dari hidrograf satuan.
A = Luas daerah aliran sungai (mil kuadrat).
T = Panjang dasar hidrograf satuan (hari).
Persamaan-persamaan ini mengacu pada hidrograf satuan yang dihasilkan oleh curah hujan
tp
efektif . Untuk hujan angin dengan lama hujan ainnya, katakan td, tenggang waktu yang
5,5
disesuaikan, t'p, dapat ditentukan sebagai:
tp
t'p = c t L ca L b t d 0,25
0,3
5,5
Harga ini selanjutnya harus digunakan untuk menentukan Qp dan T yang disajikan di atas.
Persamaan-persamaan ini dan persamaan hidrograf satuan sintetik yang serupa (Gray,
1973) dibuat secara empiris dengan data yang diperoleh pada tempat-tempat lokal. Karena itu,
persamaan tersebut terbatas pada kawasan geografis yang serupa dengan kawasan dimana
persamaan tersebut diperoleh.
Pengembangan teori hidrograf satuan adalah konsep hidrograf satuan seketika yang
merupakan hidrograf satuan dari limpasan permukaan