Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH LATIHAN SLOW DEEP BREATHING

TERHADAP INTENSITAS NYERI KEPALA AKUT


PADA PASIEN CEDERA KEPALA RINGAN
Oleh: Tarwoto*

Abstrak

Slow deep breathing (SDB) merupakan teknik pernapasan dengan frekuensi bernapas
kurang dari 10 kali permenit dan fase inhalasi yang panjang. Latihan slow deep
breathing dapat meningkatkan suplai oksigen ke otak dan dapat menurunkan
metabolisme otak sehingga kebutuhan oksigen otak menurun. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh latihan SDB terhadap nyeri kepala akut pada pasien cedera
kepala ringan. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen pre post test dengan kelompok
kontrol terhadap 21 responden kelompok intervensi dan 21 responden kelompok kontrol.
Kelompok intervensi diberikan tindakan SDB pada hari pertama 3 kali dan pada hari
kedua 1 kali masing-masing selama 15 menit. Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan
yang bermakna rerata intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan SDB
(p=0,000; α = 0,05. Terdapat hubungan jenis kelamin dengan intensitas nyeri kepala
akut pada pasien cedera kepala ringan (p= 0,046), tetapi tidak ada hubungan antara
usia dan suku responden terhadap intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera
kepala ringan (berturut-turut p= 0,079 dan p=0,834; α = 0,05). Rekomendasi hasil
penelitian ini adalah SDB dapat diterapkan sebagai intervensi keperawatan dengan nyeri
kepala akut pada pasien cedera kepala ringan.
Kata kunci: nyeri kepala akut, cedera kepala ringan, slow deep breathing

Abstract

Slow deep breathing (SDB) is a breathing technique with breathing frequency of less than
10 times per minute and a long phase of inhalation. Slow Deep Breathing exercises
relaxation can increase the supply of oxygen to the brain and may decrease the
metabolism of the brain so the brain needs of oxygen will decrease. The purpose of this
study to determine the effect of SDB relaxation of headache in patients with acute mild
head injury. The study design was quasi-experimental pre-post test with a control group
of 21 respondents intervention group and control group. The intervention group is given
SDB intervention on the first day 3 times and on the second day of rehearsals SDB 1
each for 15 minutes. The results obtained there are significant differences in mean
intensity of headache pain in patients with acute mild head injury between the
intervention group and control group after exercise SDB (p= 0.000; α = 0.05). There is a
relationship of sex with pain intensity in patients with acute head injury light-headedness
(p= 0.046), but there was no association between respondent’s age and ras with the
intensity of acute headache in patients with mild head injury (perspectively p = 0,079 and
p=0,834; α = 0,05). Recommendation of this study is SDB can be applied as a nursing
intervention with acute headache in patients with mild head injury.
Key words: acute headache, mild head injury, slow deep breathing

*
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 201


PENDAHULUAN 2006). Konsumsi oksigen otak yang
besar ini disebabkan karena otak tidak
Otak merupakan organ yang sangat mempunyai cadangan oksigen,
vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi sehingga suplai oksigen yang masuk
tubuh, karena di dalam otak terdapat akan habis terpakai. Untuk
berbagai pusat kontrol seperti mempertahankan oksigenasi otak
pengendalian fisik, intelektual, yang adekuat maka diperlukan
emosional, sosial, dan keterampilan. keseimbangan antara suplai oksigen
Walaupun otak berada dalam ruang dengan kebutuhan (demand) oksigen
yang tertutup dan terlindungi oleh otak. Kesimbangan oksigen otak
tulang-tulang yang kuat namun dapat dipengaruhi oleh cerebral blood flow
juga mengalami kerusakan. Salah satu yang besarnya berkisar 15-20 % dari
penyebab dari kerusakan otak adalah curah jantung (Black & Hawks, 2009).
terjadinya trauma atau cedera kepala Besarnya cerebral blood flow sangat
yang dapat mengakibatkan kerusakan ditentukan oleh faktor tekanan darah
struktur otak, sehingga fungsinya juga sistemik, laju metabolisme otak, dan
dapat terganggu (Black & Hawks, PaCO2. Keadaan cerebral blood flow
2009). menentukan tekanan perfusi jaringan
otak yang normalnya dipertahankan 60
Angka kejadian cedera kepala – 70 mmHg (Deem, 2006; Caballos, et
semakin tahun semakin bertambah, al. 2005; Nortje & Gupta, 2006).
hal ini seiring dengan makin
meningkanya angka kejadian Pasien dengan cedera kepala dapat
kecelakaan. Berdasarkan data dari secara primer mengakibatkan
Polda Metro Jaya, angka kejadian kerusakan permanen pada jaringan
kecelakaan pada tahun 2007 otak atau mengalami cedera sekunder
sebanyak 5.154 kejadian dan pada seperti adanya iskemik otak akibat
tahun 2008 terjadi 6.399 kejadian, hipoksia, hiperkapnia, hiperglikemia
angka ini kemungkinan dapat atau ketidakseimbangan elektrolit
bertambah setiap tahun sesuai dengan (Arifin, 2008). Keadaan tersebut
makin bertambahnya populitas dan diakibatkan oleh adanya penurunan
jumlah kendaraan bermotor cerebral blood flow pada 24 jam
(Republika, 22 Agustus 2009). pertama cedera kepala, meningkatnya
Meningkatnya jumlah kecelakaan ini tekanan intrakranial, dan menurunnya
dapat meningkatkan angka kejadian perfusi jaringan serebral (Deem,
cedera kepala. Berdasarkan tingkat 2006). Iskemik jaringan otak juga
kegawatannya angka kejadian cedera disebabkan oleh peningkatan
kepala ringan lebih banyak (80 %) metabolisme otak karena peningkatan
dibandingkan cedera kepala sedang penggunaan glukosa pada 30 menit
(10 % ) dan cedera kepala berat (10 pertama post trauma yang kemudian
%) (Irwana, 2009). Diperkirakan lebih kadar glukosa akan dipertahankan
dari 30 % kasus cedera kepala lebih rendah dalam 5 – 10 hari
berakibat fatal sebelum datang ke (Madikians & Giza, 2006).
rumah sakit dan 20 % kasus cedera Peningkatan metabolisme glukosa
kepala mengalami komplikasi berasal dari hiperglikolisis dari
sekunder seperti iskemia serebral kekacauan gradien ionik membran sel
akibat hipoksia dan hipotensi, dan aktivasi energi dari pompa ionik
perdarahan serebral serta edema pada jaringan otak (Madikians & Giza,
serebral (Black & Hawks, 2009). 2006). Peningkatan metabolisme otak
mempunyai konsekuensi pada
Pada keadaan normal otak peningkatan konsumsi oksigen otak,
membutuhkan 30 - 40 % oksigen dari karena metabolisme membutuhkan
kebutuhan oksigen tubuh (Deem, oksigen dan meningkatkan kadar

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 202


karbondioksida. Jika kebutuhan kelemahan, pusing, mual, tidak
oksigen otak tidak terpenuhi maka konsentrasi dan insomnia.
metabolisme akan beralih dari aerob
ke metabolisme anerob. Pada Prinsip utama dalam penanganan
keadaan ini dihasilkan asam laktat nyeri kepala post trauma kepala
yang menstimulasi terjadinya nyeri adalah adekuatnya perfusi jaringan
kepala (Arifin, 2008). otak dengan mempertahankan
tekanan perfusi serebral 60 mmHg
Komplikasi lain yang terjadi pada atau lebih dan mengurangi tekanan
cedera kepala adalah peningkatan intrakranial kurang dari 25 mmHg
tekanan intrakranial, yaitu tekanan sehingga oksigenasi otak terjaga
yang terjadi pada ruang serebral akibat (Stiefel, et al. 2006). Untuk menjaga
bertambahnya volume otak melebihi kestabilan oksigen otak diperlukan
ambang toleransi dalam ruang keseimbangan antara suplay oksigen
kranium. Hal ini dapat disebabkan dan kebutuhan (demand) oksigen otak.
karena edema serebri dan perdarahan Suplay oksigen otak perlu ditingkatkan
serebral. Salah satu gejala dari melalui tindakan pemberian oksigen,
peningkatan tekanan intrakranial mempertahankan tekanan darah dan
adalah adanya nyeri kepala (Hickey, kadar hemoglobin yang normal. Upaya
2003). Nyeri kepala posttraumatik untuk menurunkan kebutuhan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (demand) oksigen otak dapat
nyeri akut dan nyeri kepala kronik. dilakukan dengan cara menurunkan
Nyeri kepala akut terjadi setelah laju metabolisme otak dengan
trauma sampai dengan 7 hari, menghindari keadaan kejang, stres,
sedangkan nyeri kepala kronik dapat deman, suhu lingkungan yang panas,
terjadi setelah 3 bulan pasca cedera dan aktivitas yang berlebihan (Dolan,
kepala (Perdossi, 2010). et al. 1996).
Terapi slow deep breathing mungkin
Evan, et al. (2004) melaporkan bahwa menjadi alternatif untuk mengatasi
30 - 90 % posttrauma kepala nyeri kepala akut post trauma kepala
mengalami nyeri kepala. Pada cedera karena secara fisiologis menimbulkan
kepala ringan, nyeri kepala merupakan efek relaksasi sehingga dapat
keluhan yang paling sering terjadi yaitu menurunkan metabolisme otak. Slow
sekitar 82 % (Levin, et al. 1987, dalam deep breathing merupakan tindakan
Wijayasakti, 2009). Keadaan nyeri ini yang disadari untuk mengatur
terjadi akibat perubahan organik atau pernapasan secara dalam dan lambat.
kerusakan serabut saraf otak, edema Pengendalian pengaturan pernapasan
otak dan peningkatan tekanan secara sadar dilakukan oleh korteks
intrakranial karena sirkulasi serebral serebri, sedangkan pernapasan yang
yang tidak adekuat (Black & Hawks, spontan atau automatik dilakukan oleh
2009). Nyeri kepala pada pasien tentu medulla oblongata (Martini, 2006).
menimbulkan perasaan tidak nyaman Napas dalam lambat dapat
dan hal ini akan berpengaruh terhadap menstimulasi respons saraf otonom,
aktivitasnya, tidak terpenuhinya yaitu dengan menurunkan respons
kebutuhan dasar, bahkan dapat saraf simpatis dan meningkatkan
berdampak pada faktor psikologis, respons parasimpatis. Stimulasi saraf
seperti: menarik diri, menghindari simpatis meningkatkan aktivitas tubuh,
percakapan, dan menghindari kontak sedangkan respons parasimpatis lebih
dengan orang lain (Potter & Perry, banyak menurunkan ativitas tubuh
2006). Moscato, Peracchi, Mazzotta, sehingga dapat menurunkan aktivitas
Savi dan Battistella. (2005) metabolik (Velkumary &
melaporkan nyeri kepala posttrauma Madanmohan, 2004).
kepala dapat menyebabkan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 203


Jerath, Edry, Barnes dan Jerath (2006) nyeri kepala akut pada pasien cedera
mengemukakan bahwa mekanisme kepala ringan.
penurunan metabolisme tubuh pada
pernapasan lambat dan dalam masih
belum jelas, namun menurut DISAIN PENELITIAN
hipotesanya napas dalam dan lambat
yang disadari akan mempengaruhi Penelitian ini menggunakan Quasi-
sistem saraf otonom melalui Experimental Design dengan
penghambatan sinyal reseptor pendekatan Pretest-Posttest Control
peregangan dan arus hiperpolarisasi Group Design. Pada disain penelitian
baik melalui jaringan saraf dan non- ini peneliti melakukan penilaian
saraf dengan mensinkronisasikan intensitas nyeri kepala pada kelompok
elemen saraf di jantung, paru-paru, intervensi dan kelompok kontrol
sistem limbik dan korteks serebri. sebelum latihan slow deep breathing.
Selama inspirasi, peregangan jaringan Pada kelompok intervensi diberikan
paru menghasilkan sinyal inhibitor atau perlakukan dengan latihan slow deep
penghambat yang mengakibatkan breathing kemudian diukur intensitas
adaptasi reseptor peregangan lambat nyeri kepalanya (post test) sedangkan
atau slowly adapting stretch reseptors kelompok kontrol tidak dilakukan
(SARs) dan hiperpolarisasi pada perlakuan tetapi diukur intensitas nyeri
fibroblas. Kedua penghambat hantaran kepalanya (post test)(Dimiter & Phillip,
impuls dan hiperpolarisasi ini untuk 2003)
menyinkronkan unsur saraf yang
menuju ke modulasi sistem saraf dan Pretest dilakukan pada kelompok
penurunan aktivitas metabolik yang perlakuan dan kelompok kontrol untuk
merupakan status saraf parasimpatis. mengetahui data dasar yang akan
Hasil penelitian Syamsudin (2009) digunakan untuk mengetahui efek dari
membuktikan bahwa terapi relaksasi varibel independen. Post tes dilakukan
napas dalam secara bermakna dapat pada kelompok kontrol yang tidak
menurunkan intensitas nyeri pada dilakukan perlakuan dan kelompok
anak dengan post operasi (p=0,001, α intervensi setelah dilakukan perlakuan.
= 0,05). Hasil dari pengukuran kedua kelompok
tersebut dibandingkan.
Dari hasil penyelusuran penulis
penelitian-penelitian yang sudah ada Jumlah sampel minimal untuk masing-
umumnya teknik relaksasi dilakukan masing kelompok sebesar 19
pada pasien yang mengalami nyeri responden. Untuk menghindari
kepala kronik setelah post trauma responden yang mengundurkan diri
kepala. Penelitian tentang relaksasi selama penelitian, peneliti menambah
pernapasan untuk mengatasi nyeri 10 % perkiraan besaran sampel.
kepala akut pada cedera kepala belum Sehingga jumlah sampel yang
dilakukan sehingga penulis tertarik digunakan adalah 21 responden yang
untuk membuktikan apakah ada masuk dalam kelompok intervensi dan
pengaruh latihan slow deep breathing 21 responden yang masuk dalam
terhadap nyeri kepala akut pasien kelompok kontrol. Dengan demikian,
cedera kepala. jumlah keseluruhan sampel sebesar
42 responden

TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di RSUP


Fatmawati yang merupakan Rumah
Tujuan penelitian ini adalah ingin Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit
mengidentifikasi pengaruh latihan slow Rujukan di Jakarta Selatan, Rumah
deep breathing terhadap intensitas Sakit Umum Daerah Budi Asih dan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 204


Rumah Sakit Umum Daerah Pasar pada kelompok intervensi dan 13
Rebo di Jakarta Timur yang orang (31,0%) untuk kelompok
merupakan rumah sakit milik Pemda kontrol. Sebagian besar responden
DKI Jakarta. Ketiga rumah sakit beretnis Betawi (40,2%), namun
tersebut merupakan rumah sakit besar demikian responden pada kelompok
yang memungkinkan target sampel intervensi lebih banyak beretnis
dapat terpenuhi. Disamping itu, Jawa (21,4%) sedangkan pada
penelitian tentang latihan slow deep kelompok kontrol responden lebih
breating terhadap nyeri kepala belum banyak beretnis Betawi (23,8%).
pernah dilakukan sebelumnya di
rumah sakit tersebut. Pada rencana Nilai rata-rata intensitas nyeri
penelitian, peneliti hanya memilih dua kepala sebelum dilakukan SDB
rumah sakit, yaitu RSUP Fatmawati pada kelompok intervensi adalah
dan RSUD Pasar Rebo. Akan tetapi 4,48 (SD=1,167). Dengan tingkat
mengingat jumlah sampel yang kepercayaan 95%, rata-rata
terbatas, terutama pada kelompok intensitas nyeri kepala sebelum
kontrol sehingga peneliti menambah SDB pada kelompok intervensi
satu tempat penelitian lagi yaitu di diyakini antara 3,94 sampai dengan
RSUD Budi Asih untuk pencapaian 5,01. Sedangkan rata-rata
jumlah sampel kelompok kontrol. intensitas nyeri setelah dilakukan
Penelitian dilakukan pada bulan April- SDB pada kelompok intervensi
Juni 2011 selama 7 minggu. sebesar 1,24 (SD=0,995). Dengan
tingkat kepercayaan 95%, rata-rata
HASIL PENELITIAN intensitas nyeri setelah SDB pada
kelompok intervensi diyakini antara
a. Gambaran karakteristik responden 0,79 sampai dengan 1,69.

Tabel 1. Distribusi responden Tabel 2. Hasil analisis rata-rata


berdasarkan umur pada kelompok intensitas nyeri kepala akut
intervensi dan kontrol April-Juni sebelum dan sesudah dilakukan
2011 (n1=n2= 21) SDB April-Juni 2011 (n1=n2=21)

Kelompok n Mean SD Min Intensitas Nyeri Kepala Akut


- Max Kelompok n Mean SD Min- 95% CI

Intervensi 21 30,43 10,8 18 - 45 Mak

Kontrol 21 26,19 8,4 18 -47 Intervensi


Sebelum 21 4,48 1,16 3-7 3,94 -
Total 42
5,01
Setelah 21 1,24 0,99 0-4 0,79 -
Hasil penelitian ini menunjukkan
rata-rata umur pada kelompok 1,69
intervensi 30,43 tahun (SD=10,824), Kontrol
sedangkan pada kelompok Sebelum 21 5,00 1,04 3-7 4,52 –
intervensi rata-rata usia sebesar 5,48
26,19 tahun (SD=8,424). Usia
Setelah 21 3,19 0,83 2-5 2,79 –
responden minimal 18 tahun dan
maksimal 47 tahun. 3,59

Karakteristik jenis kelamin laki-laki b. Pengaruh SDB terhadap intensitas


lebih banyak dari pada perempuan nyeri kepala akut pada pasien
(64,3 %), yaitu 14 orang (33,3%) cedera ringan sebelum dan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 205


setelah intervensi pada kelompok intensitas nyeri kepala sebesar
intervensi dan kelompok kontrol. 3,19 (SD=0,873). Dari hasil uji t
berpasangan diperoleh nilai mean
selisih antara rata-rata intensitas
Tabel 3. Hasil analisis rata-rata
nyeri kepala sebelum dan setelah
intensitas nyeri kepala akut pada
intervensi sebesar 1,81 (SD=0,
pasien cedera kepala ringan sebelum
601). Hasil uji statistik didapatkan
dan setelah intervensi SDB pada
nilai p= 0,000 (p<0,05), maka
kelompok intervensi dan kelompok
dapat disimpulkan bahwa ada
kontrol April-Juni 2011
perbedaan yang signifikan antara
rata-rata intensitas nyeri kepala
Kelompok Mean SD SE p
sebelum dan setelah intervensi
pada kelompok kontrol.
Intervensi
Sebelum 4,48 1,167 0,255 c. Perbedaaan selisih mean rata-rata
Setelah 1,24 0,995 0,217 0,000* intensitas nyeri kepala akut
setelah intervensi SDB antara
Selisih 3,24 0,831 0,181 kelompok intervensi dan kelompok
Kontrol kontrol.
Sebelum 5,00 1,049 0,229
Hasil penelitian ini didapatkan
Setelah 3,19 0,873 0,190 0,000*
rata-rata selisih mean intensitas
Selisih 1,81 0,601 0,131 nyeri kepala setelah intervensi
*bermakna pada α = 0,05 SDB pada kelompok intervensi
sebesar 3,24 (SD= 0,831),
Hasil penelitian menunjukkan sedangkan rata-rata selisih mean
bahwa rata-rata intensitas nyeri intensitas nyeri kepala setelah
kepala sebelum intervensi SDB intervensi pada kelompok kontrol
pada kelompok intervensi sebesar sebesar 1,081 (SD=0,602). Dari
4,48 (SD=1,167) dan setelah hasil uji t tidak berpasangan
intervensi SDB didapatkan rata- (Independent sample t- test)
rata intensitas nyeri kepala diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,05),
sebesar 1,24 (SD=0,995). Dari maka dapat disimpulkan ada
hasil uji t berpasangan perbedaan yang signifikan rata-
(Dependent sample t-test) rata selisih intensitas nyeri kepala
diperoleh nilai mean perbedaan setelah intervensi antara kelompok
antara rata-rata intensitas nyeri intervensi dengan kelompok
kepala sebelum dan setelah kontrol.
intervensi SDB sebesar 3,24 (SD=
0,831). Hasil uji statistik PEMBAHASAN
didapatkan nilai p= 0,000
(p<0,05), maka dapat disimpulkan Hasil penelitian ini menunjukkan
ada perbedaan yang signifikan bahwa pasien nyeri kepala akut pada
antara intensitas nyeri kepala cedera kepala ringan yang diberikan
sebelum dan setelah intervensi latihan relaksasi Slow Deep Breathing
SDB. selama tiga kali pada hari pertama dan
satu kali latihan pada hari kedua
Pada kelompok kontrol dapat dengan durasi setiap latihan 15 menit
didapatkan rata-rata intensitas memperlihatkan perbedaan yang
nyeri kepala sebelum intervensi bermakna rata-rata intensitas nyeri
sebesar 5,0 (SD=1,049). Setelah kepala sebelum dan sesudah latihan
intervensi didapatkan rata-rata SDB (p=0,000; α=0,05). Pada
kelompok kontrol, walaupun tidak

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 206


dilakukan latihan SDB tetapi terjadi deep breathing merupakan tindakan
penurunan intensitas nyeri kepala yang secara tidak langsung dapat
yang signifikan, hal ini terjadi karena menurunkan asam laktat dengan cara
faktor pengaruh pemberian obat meningkatkan suplai oksigen dan
analgetik dan perbaikan jaringan menurunkan kebutuhan oksigen otak,
serebral seperti adanya pemulihan sehingga diharapkan terjadi
edema serebri. Namun dilihat dari keseimbangan oksigen otak. Slow
perbedaan silisih mean kelompok deep breathing merupakan tindakan
intervensi dengan kelompok kontrol yang disadari untuk mengatur
menunjukkan nilai yang signifikan. Hal pernapasan secara dalam dan lambat.
ini berarti terapi analgetik yang Napas dalam lambat dapat
dikombinasi dengan teknik relaksasi menstimulasi respons saraf otonom
SDB lebih efektif menurunkan nyeri melalui pengeluaran neurotransmitter
kepala akut pada pasien cedera endorphin yang berefek pada
kepala ringan dibandingkan dengan penurunan respons saraf simpatis dan
hanya menggunakan terapi analgetik peningkatkan respons parasimpatis.
saja. Stimulasi saraf simpatis meningkatkan
aktivitas tubuh, sedangkan respons
Selisih rata-rata intensitas nyeri kepala parasimpatis lebih banyak
akut setelah dilakukan SDB berbeda menurunkan ativitas tubuh atau
secara signifikan antara kelompok relaksasi sehingga dapat menurukan
intervensi dengan kelompok kontrol aktivitas metabolik (Velkumary &
(nilai p=0,000; α=0,05). Berdasarkan Madanmohan, 2004). Stimulasi saraf
hasil yang diperoleh dalam penelitian parasimpatis dan penghambatan
ini, terlihat bahwa latihan SDB stimulasi saraf simpatis pada slow
mempunyai pengaruh yang signifikan deep breathing juga berdampak pada
terhadap penurunan intensitas nyeri vasodilatasi pembuluh darah otak yang
kepala akut pada pasien cedera memungkinkan suplai oksigen otak
kepala ringan. Peneliti berkeyakinan lebih banyak sehingga perfusi jaringan
bahwa latihan SDB memberikan otak diharapkan lebih adekuat (Denise,
pengaruh yang signifikan dalam 2007; Downey, 2009).
menurunkan intensitas nyeri kepala
akut pasien cedera kepala ringan Nyeri kepala pada cedera kepala akut
dalam penelitian ini dengan beberapa menurut beberapa ahli disebabkan
alasan, diantaranya penelitian ini adanya peregangan struktur otak
menggunakan desain kuasi karena edema serebral, peningkatan
eksperiman dengan pre and post with tekanan intrakranial yang kemudian
control group, variabel karakteristik menstimulasi reseptor nyeri pada
responden setara (homogen) antara meningens otak. Namun demikian
kelompok intervensi dengan kelompok penelitian Purnomo (1999) tentang
kontrol, dan variabel rata-rata gejala klinis dan gambaran tomografi
intensitas nyeri kepala akut sebelum computer pada pasien cedera kepala
intervensi setara antara kelompok ringan menunjukkan tidak terdapat
intervensi dan kelompok kontrol. perbedaan yang bermakna sidikan
tomografi antara kelompok yang
Mekanisme latihan slow deep mengalami nyeri kepala dengan
breathing dalam menurunkan kelompok tanpa nyeri kepala (p=0,71;
intensitas nyeri kepala akut pada α=0,05). Hal ini berarti ada faktor lain
pasien cedera kepala sangat terkait yang mempengaruhi adanya nyeri
dengan pemenuhan kebutuhan kepala pada pasien cedera kepala
oksigen pada otak melalui peningkatan ringan.
suplai dan dengan menurunkan
kebutuhan oksigen otak. Latihan slow

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 207


Menurut Packard dan Ham (1997)  Ada perbedaan yang bermakna
nyeri kepala post trauma kepala, pada selisih mean rata-rata
khususnya pada cedera kepala ringan intensitas nyeri kepala setelah
disebabkan perubahan neurokimia intervensi SDB antara kelompok
yang meliputi depolarisasi saraf, intervensi dan kelompok kontrol.
pengeluaran asam amino pada
neurotransmitter yang berlebihan,  Tidak ada hubungan antara umur
disfungsi serotonergik, gangguan pada dan suku/budaya dengan rata-rata
opiate endogen, kehilangan intensitas nyeri kepala pada pasien
keseimbangan kalsium dan perubahan cedera kepala setelah intervensi
kadar magnesium. Penelitian terakhir SDB, tetapi ada hubungan antara
menurut Packard dan Ham (1997) jenis kelamin dengan intensitas
bahwa nyeri kepala pada cedera nyeri kepala.
kepala disebabkan karena kerusakan
sel saraf akan memicu pelepasan SARAN
hormone tirotropin yang menjadi
antagonis dari efek opioid peptide  Bagi Pelayanan Keperawatan
endogen tanpa gangguan analgesik. Latihan SDB dapat dijadikan salah
satu intervensi keperawatan mandiri
KESIMPULAN pada pasien dengan nyeri kepala
akut yang mengalami cedera kepala
 Distribusi responden berdasarkan ringan. Namun demikian untuk
karakteristiknya meliputi: Rata-rata dapat melaksanakan latihan SDB,
responden berumur 28,31 perawat pelaksana harus dapat
(SD=9,17) tahun, sebagian besar melaksanakannya dengan benar
berjenis kelamin laki-laki (64,3%), sehingga diperlukan peningkatan
dan beretnis Betawi (40,5%). pengetahuan dan ketrampilan
melalui pelatihan atau seminar
 Ada perbedaan yang bermakna SDB.
rata-rata intensitas nyeri kepala
sebelum dan setelah intervensi Untuk menager pelayanan
SDB pada kelompok intervensi, dan keperawatan, latihan SDB dapat
juga ada perbedaan yang bermakna dijadikan standar operasional
rata-rata intensitas nyeri kepala prosedur dalam asuhan
sebelum dan setelah intervensi keperawatan pasien cedera kepala
pada kelompok kontrol. Penurunan ringan yang mengalami nyeri
intensitas nyeri kepala pada kedua kepala.
kelompok tersebut tidak terlepas
dari pengaruh pemberian obat
analgetik dan perbaikan jaringan  Bagi Pendidikan Keperawatan
serebral seperti adanya pemulihan Latihan SDB dapat dipertimbangkan
edema serebri. Namun demikian sebagai evidence based practice
jika dilihat dari perbedaan selisih untuk dijadikan materi yang
mean kelompok intervensi dengan diajarkan kepada para mahasiswa
kelompok kontrol menunjukkan nilai dalam mengurangi nyeri kepala.
yang signifikan. Hal ini berarti terapi Hasil penelitian ini diharapkan dapat
analgetik yang dikombinasi dengan dijadikan sumber ilmu atau referensi
teknik latihan SDB lebih efektif baru bagi para pendidik dan
menurunkan nyeri kepala akut pada mahasiswa sehingga dapat
pasien cedera kepala ringan menambah wawasan yang lebih
dibandingkan dengan hanya luas dalam hal intervensi
menggunakan terapi analgetik saja. keperawatan mandiri.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 208


 Bagi Penelitian selanjutnya dikembangkan lagi untuk
Diharapkan hasil penelitian ini memperkaya khasanah keilmuan
menjadi bahan kajian, dan rujukan keperawatan. Hasil penelitian ini
dalam melakukan penelitian sejenis. juga diharapkan menjadi inspirasi
Penelitian ini juga dapat dilanjutkan para peneliti selanjutnya untuk
dengan sampel yang lebih besar meneliti pada kasus-kasus lain
dan kriteria inklusi yang lebih ketat selain pada nyeri kepala akut.
seperti jenis obat analgetik dan cara
pemberian obat analgetik yang
sama. Karena penelitian ini bersifat
aplikatif sehingga layak untuk

REFERENSI Caballos, A.J.M., Cabezas, F.M., Dominguez,


A.C., Roldan, J.M.D., Ferrari, M.D.R.,
Anguita, J.V., et al. (2005). Cerebral
Ariawan, I. (1998). Besar dan Metode Sampel
pada penelitian Kesehatan, Jakarta, Perfusion Pressure and Risk of Brain
Hypoxia in Severe Head Injury: a
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan
Prospective Observational Study. Critical
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Care Journal, 9 (6).
Universitas Indonesia, tidak dipublikasikan.
Cunning, S.,& Houdek, D.L. (1998). Preventing
Arifin, M.Z. (2008). Korelasi antara Kadar
Secondary Brain Injuries.
Oxygen Delivery Dengan Length of Stay
http://www.springnet.com, diakses tanggal
pada Pasien Cedera Kepala Sedang,
10 Mei 2010
Program Pendidikan Bedah Dasar Bagian
Bedah FK Unpad.
Dahlan, M.S. (2006). Besar Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Arifin. M.Z. (2008). Kadar Laktat Darah Arteri
pada Penderita Cedera Kepala Ringan, Jakarta: PT Arkan.
Sedang dan Berat di RS Hasan Sadikin.
Dimitrov, M.D., & Phillip, D.R. (2003). Pretest-
Fakultas Kedokteran UNPAD
Posttest Designs and Measurement of
Change. Kent State University: IOS Press.
Barker & Ellen. (2002). Neuroscience Nursing
A, Spectrum of Care. Second Edition.
Dolan, T.J., et al. (1996). Critical Care Nursing
St.Louis Missouri: Mosby-Year Book, Inc.
Clinical Management Throuh the Nursing
Process. Philadelphia: F.A Davis Company.
Black, M. J., & Hawks, H.J. (2009). Medical
Surgical Nursing Clinical Management for
Positive Outcomes. 8 th Edition. St Louis Deem, S. (2006). Management of Acute Brain
Injury and Associated Respiratory Issues,
Missouri: Elsevier Saunders.
Symposium Papers, Journal Respiratory
Care, 51 (4), 357-367.
Breathesy. (2006). Blood Pressure reduction :
Frequently asked question,
Denise, M.L. (2007). Sympathetic Storning
http:www.control-your-blood-
After Severe Traumatic Brain Injury. Critical
pressure.com/faq.html, diakses tanggal 9
Care Nurse Journal, 27 (1), 30-37.
Januari 2011.

Brunner & Suddarth’s. (2004). Textbook of Downey, L.V. (2009). The Effects of Deep
Breathing Training on Pain Management in
Medical Surgical Nursing, Lippincott:
The Emergency Department. Southern
Williams & Wilkins
Medical Journal, (102), 688-692.
Bruns, J., & Hauser W.A. (2003). The
Evans, R.W. (2005). Post Traumatic
Epidemiology of Traumatic Brain Injury: A
Review. Epilepsia. 44 (10), 2-10. Headaches.
http:/web.ebscohost.com/ehost/delivery,
diakses tanggal 4 Mei 2010
Burke, A., & Marconett, S. (2008). The Role of
Breathing in Yogic Traditions: Alternate
Geng, A., & Ikiz, A. (2009). Effect of Deep
Nostril Breathing. Association for Applied
Breathing Exercises on oxygenatipn after
Psychophysiology & Biofeedback, 36 (2),
head and neck surgery. Elsevier Mosby
67-69.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 209


Hickey, V.J. (2003). The Clinical Practice Of Meliala, L.KRT., & Suryamiharja, A. (2007).
Neurological and Neurosurgical Nursing, 4 Penuntun Penatalaksanaan Nyeri
th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams Neuropatik. Edisi Kedua. Yogyakarta:
& Wilkins Medikagama Press.

Irwana, O. (2009). Cedera Kepala. Moscato, D., Peracchi, M.I., Mazzotta, G., Savi,
http://belibis-a17.com/2009/05/25/cedera- L., Battistella, P.A. (2005). Post-Traumatic
kepala/, diakses tanggal 30 Maret 2011 Headache From Moderate Head Injury,
Journal Headache Pain (6), 284 – 286
Jerath, R., Edry, J.W., Barnes, V.A., Jerath, V.
(2006). Physiology of long pranayamic Nasution. E.S.(2010). Karakteristik Cedera
breathing : Neural respiratory elements may Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas.
provide a mechanism that explains how http://repository.usu.ac.id/bitstream, diakses
slow deep breathing shifts the autonomic tanggal 20 Juni 2011
nervous system, Medical Hypothesis, 67,
566-571 Nortje, J., & Gupta, A.K. (2006). The Role of
Tissue Oxygen Monitoring in Patients with
Kiran, U., Behari, M., Venugopal, P., Acute Brain Injury. British Journal of
Vivekanandhan, S., & Pandey, R.M. (2005). Anaesthesia, 97 (1), 95-106.
The Effect of Autogenic Relaxation on
Chronic Tension Headeche and in Packard and Ham. (1996). Phatogensesis of
Modulating Cortisol Response. Indian J Posttraumatic Headache and Migraine: A
Anaesth, (49), 474-478 Common Headache Pathway. Headache
Management and Neurology
Kwekkeboom, L. K., & Gretarsdottir. (2005).
Systematic Review of Relaxation Perdossi. (2010). Konsensus Nasional III,
Interventions for Pain. Journal of Nursing Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri
Scholarship. Third Quarter, 269-277 Kepala, Kelompok Studi Nyeri Kepala.
Surabaya : Airlangga University Press.
Lane, C.J., & Arciniesgas. (2007). How to
Utilize Relaxation (or Biofeedback) Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamentals
Techique. Journal Current Treatment of Nursing. 6 th Edition. St.Louis Missouri:
Options in Neurology, (4), 89-104. Mosby-Year Book, Inc.

Larsson, B., & Jane, C. (2004). Relaxation Pick, M. (1998). Deep breathing the truly
Treatment of Adolescent Headache essential exercise. htt :www.women
Sufferers : Results From a School-Based towomen.com/fatiqueandstress/deepbreathi
Replication Series, ng.aspt, diakses tanggal 3 Mei 2010.
http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=
5&hid=111&sid=76de80e5-5527-4f6d, Purnomo, E. (1999), Aspek Gejala Klinis dan
diakses tanggal 28 April 2010 Gambaran Tomografi Komputer Kepala
Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Tesis,
LeJueune, M., & Tamara, H. (2002). Caring for Universitas Diponegoro, Fakultas
Patients With Increased Intracranial Kedokteran
Pressure. Jurnal Nursing, 32; ProQuest
Nursing. Republika, Safety Riding Demi mengurangi
kecelakaan, Edisi 22 Agustus 2009
Little, R.D. (2008). Increased Intracranial
Pressure. Elsevier.Inc. Reyes, R.M., & Wall, A. (2006). Deep
breathing. htt:www.psychsan
Machfoed, H.M., & Suharjanti, I. (2010). diego.org/downloads/DeeepBreathing.pdf,
Konsensus Nasional III Diagnostik dan diakses tanggal 2 Mei 2010
Penatalaksanaan Nyeri Kepala. Surabaya:
Airlangga University Press. Ritz, T., & Roth, W.T. (2003). Behavioral
intervention in asthma, Behavior
Madikians, A., & Giza, C.C. (2006). A Modification, 27 (5), 710-730
Clinician’s Guide to the Pathophysiology of
Traumatic Brain Injury. Indian Journal of Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). Dasar-
Neurotrauma, 5 (1), 9-17. dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-
3. Jakarta: Sagung Seto
Martini, F. (2006). Fundamentals of Anatomy &
Physiology. Seventh Edition, Pearson, Sjahrir, H. (2004). Mekanisme Terjadinya Nyeri
Benjamin Cummings. Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya, USU digital liberary.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 210


Stiefel, F.M., Udoetuk, J.D., Spiotta, A.M., University of Pittsburgh Medical Centre, (2003),
Gracias, V.H., Goldbrg, A., Wilensky, E.M., Slow Deep Breathing Technique,
et al. (2006). Conventional Neurocritical http://www.upmc.com/HealthAtoZ/patiented
Care and Cerbral Oxygenation After ucation/S/Pages/deepbreathing(smokingces
Traumatic Brain Injury. Journal sation).aspx, diakses tanggal 10 Mei 2010
Neurosurgical, (105), 568-575.

Sulistiyani, E. (2009). Pengaruh Kompres Es Velkumary, G.K.P.S., & Madanmohan. (2004).


Batu Terhadap Tingkat Nyeri Anak Pra Effect of Short-term Practice of Breathing
Sekolah di RSUPN Dr. Cipto Exercise on Autonomic Function in Normal
Mangunkusumo. Tesis: Tidak dipublikasikan Human Volunteers. Indian Journal
Respiration, (120), 115-121.
Sumedi. (2008). Pengaruh Pursed Lips
Breathing Terhadap Saturasi Oksigen Pada
Pasien PPOK di RSUP Persahabatan. Wood, G.L., & Haber.J. (2006). Nursing
Tesis: Tidak dipublikasikan Research Metods and Critical Appraisal for
Evidence – Based Practice. St. Louis,
Syamsuddin, A. (2009). Efektifitas Terapi Missouri: Mosby Elsevier
Relaksasi Napas Dalam dengan Bermain
Meniup Baling-baling untuk menurunkan
tingkat nyeri pada anak post perawatan luka Wijayasakti, R. (2009), Glasgow Coma Scale
operasi di dua Rumah Sakit di Banda Aceh, (GCS) dengan Keluhan Nyeri Kepala Pasca
Nanggoe Aceh Darussalam. Tesis: Tidak Trauma pada Pasien Cedera Kepala di
dipublikasikan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Karanganyar, Skripsi, Fakultas Kedokteran
Telles, S., & Desiraju, T. (1991). Oxygen Universitas Muhammadiyah Surakarta
Consumtion during Pranayamic Type of
Slow-rate Breathing. Indian Journal of
Medical Research, (94), 357-363.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 211

Anda mungkin juga menyukai