Anda di halaman 1dari 34

Uraian Materi

A. Karakteristik Khusus Perusahaan Manufaktur


Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan utamanya mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dua fungsi utama yang dimiliki perusahaan
manufaktur adalah fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Fungsi produksi bertugas untuk
mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, sedangkan fungsi pemasaran bertugas memasarkan
atau menjual produk tersebut. Untuk mendukung kedua fungsi tersebut, dibentuklah fungsi
ketiga yang biasa disebut sebagai fungsi administrasi dan umum. Fungsi ini bertanggungjawab
terhadap aktivitas-aktivitas di luar produksi dan pemasaran, antara lain bagian akuntansi,
keuangan serta personalia dan umum.

Selanjutnya, biaya-biaya dalam perusahaan manufaktur diklasifikasikan berdasarkan tiga


fungsi pokok tersebut: biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum. Biaya
produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh fungsi produksi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan
produk perusahaan. Dan terakhir, biaya administrasi & umum adalah biaya yang dikeluarkan
oleh fungsi-fungsi selain produksi dan pemasaran.

B. Terminologi Biaya
Apa yang dimaksud dengan biaya? Biaya umumnya didefinisikan sebagai kas atau setara kas
yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan
manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi perusahaan. Terdapat empat unsur pokok
dalam definisi biaya tersebut:
1. Merupakan pengorbanan ekonomi
2. Diukur dalam satuan moneter/uang
3. Yang telah terjadi atau potensial akan terjadi
4. Dilakukan untuk tujuan tertentu
Contoh:
Membeli kain untuk memproduksi batik sebanyak 1.000 meter dengan harga Rp15.000 per
meter sehingga biaya kain tersebut Rp15.000.000,00. Artinya, untuk memperoleh bahan baku
kain diperlukan pengorbanan sejumlah uang. Uang yang dibayarkan dapat diukur nilainya,
yaitu Rp15.000.000,00. Pengorbanan tersebut telah terjadi dan dilakukan dengan suatu tujuan,
yaitu memproduksi batik.

1
C. Klasifikasi Biaya
Dalam akuntansi manufaktur, biaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok biaya.
Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan oleh tujuan yang diharapkan dari penggolongan
biaya tersebut. Hal ini dikenal dengan konsep “biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda”
(different cost for different purposes). Berikut ini adalah beberapa dasar yang digunakan dalam
klasifikasi biaya:
1. Elemen produk
a. Biaya bahan baku (raw material costs): semua pengeluaran perusahaan untuk
memperoleh bahan baku sampai bahan baku siap diproduksi.
b. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour costs): pengeluaran perusahaan untuk
memberikan balas jasa kepada pekerja/karyawan.
c. Biaya overhead manufaktur (manufacturing overhead costs): semua pengeluaran
perusahaan untuk memproduksi barang, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja.
2. Ketertelusuran terhadap produk
a. Biaya langsung (direct costs): biaya yang dapat dilacak dengan mudah dan secara
ekonomis (dilacak) ke objek biaya.
b. Biaya tidak langsung (indirect costs): biaya yang tidak dapat dengan mudah atau
secara ekonomis ditelusuri ke objek biaya.
3. Hubungan dengan produksi
a. Biaya utama (prime costs): komponen utama biaya produksi, terdiri dari biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya konversi (conversion costs): biaya yang diperlukan untuk mengubah bahan
baku menjadi produk jadi, terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
4. Perilaku Biaya
a. Biaya variabel (variable costs): biaya yang jumlah totalnya akan berubah seiring
dengan perubahan volume kegiatan.
b. Biaya tetap (fixed costs): biaya yang jumlah totalnya tetap selama rentang volume
kegiatan tertentu, tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan.
c. Biaya campuran (mixed costs): biaya yang memiliki karakteristik komponen biaya
variabel maupun biaya tetap, sebagian bersifat tetap sebagian lagi bersifat variabel.

2
5. Fungsi pokok
a. Biaya produksi (production costs): biaya yang dikeluarkan oleh fungsi produksi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi
b. Biaya pemasaran (marketing costs): biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan
produk perusahaan.
c. Biaya administrasi dan umum (administrative costs): biaya yang dikeluarkan oleh
fungsi-fungsi selain produksi dan pemasaran.
6. Periode
a. Biaya produk (products costs): biaya yang melekat pada nilai produk sampai produk
tersebut terjual, sehingga akan melekat dalam nilai persediaan produk dalam proses
maupun persediaan produk jadi.
b. Biaya periodik (periodic costs): biaya yang diakui sebagai biaya dari periode tertentu
dimana biaya tersebut terjadi, bukan bagian dari nilai sediaan produk.
7. Jangka waktu manfaat
a. Pengeluaran modal (capital expenditure): biaya yang mempunyai manfaat lebih dari
satu periode akuntansi.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure): biaya yang hanya memiliki manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

Penggolongan biaya digambarkan secara ringkas dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. 1 Penggolongan biaya


Dasar Jenis Biaya Contoh Biaya
penggolongan (di usaha percetakan)
Elemen Produk Bahan baku Kertas dan tinta
Tenaga kerja langsung Upah karyawan dep. percetakan
Biaya overhead pabrik Upah lembur, biaya pemeliharaan
mesin & peralatan
Hubungan Biaya utama Kertas dan tinta
dengan Upah karyawan dep. percetakan
produksi Biaya konversi Upah karyawan, upah lembur, biaya
pemeliharaan mesin, biaya depresiasi
peralatan
Perilaku biaya Biaya variabel Biaya kertas dan tinta
Upah karyawan produksi
Biaya tetap Biaya gaji manajer, biaya sewa
peralatan, biaya sewa gedung
Biaya Campuran Gaji agen penjualan (gaji tetap plus
komisi penjualan)

3
Dasar Jenis Biaya Contoh Biaya
penggolongan (di usaha percetakan)
Fungsi pokok Biaya produksi Biaya kertas dan tinta, upah buruh,
upah lembur, biaya depresiasi mesin
Biaya pemasaran Biaya iklan, gaji karyawan pemasaran
Biaya administrasi dan umum Biaya gaji karyawan keuangan dan
akuntansi, biaya pemeriksaan akuntan
Ketertelusuran Biaya langsung Biaya kertas dan tinta
terhadap Upah karyawan produksi
produk Biaya tidak langsung Gaji supervisor produksi, bahan
penolong, biaya listrik & air
Periode Biaya produk Biaya kertas dan tinta, upah karyawan
produksi, biaya reparasi peralatan
Biaya periodik Aneka biaya pemasaran dan biaya
administrasi & umum
Jangka waktu Pengeluaran modal Biaya depresiasi, biaya amortisasi,
manfaat biaya deplesi
Pengeluaran pendapatan Biaya iklan, biaya telepon, biaya
tenaga kerja

D. Metode Pembebanan Biaya


Biaya terjadi karena adanya konsumsi sumber daya. Beberapa sumber daya dapat dibebankan
secara langsung ke objek biaya, misalnya biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, tetapi
sebagian sumber daya lainnya tidak dapat dibebankan secara langsung ke objek biaya. Untuk
jenis biaya tersebut dilakukan pembebanan dengan metode penelusuran tidak langsung, yaitu
melalui pendorong/penggerak atau melalui alokasi.

Berdasarkan ketertelusurannya, ada dua jenis biaya, yaitu:


1. Biaya langsung (direct costs) adalah biaya yang dapat dilacak dengan mudah dan secara
ekonomis (dilacak) ke objek biaya. Contoh: bahan baku dan tenaga kerja langsung.
2. Biaya tidak langsung (indirect costs) adalah biaya yang tidak dapat dengan mudah atau
secara ekonomis ditelusuri ke objek biaya. Biaya-biaya ini dialokasikan ke objek biaya
dengan cara yang rasional dan sistematis. Contoh: biaya listrik, biaya air, bahan penolong,
upah lembur, dan lain-lain.

Gambar di bawah ini menunjukkan metode pembebanan biaya yang dapat kita lakukan
terhadap masing-masing biaya tersebut.

4
Gambar 1. 1 Metode pembebanan biaya

Sumberdaya Biaya

Penelusuran Penelusuran Penelusuran


Langsung Pemicu (driver) Alokasi

Observasi Fisik Hubungan Kausal Hubungan Asumsi

Objek Biaya
Sumber: Hongren (2009)

Metode pembebanan biaya dibagi tiga yaitu:


1. Penelusuran langsung (direct tracing): apabila sumber daya biaya dapat ditelusuri dan
mudah diamati. Metode ini dapat diterapkan pada komponen bahan baku dan tenaga kerja
langsung.
2. Penelusuran pendorong/penggerak (driver tracing): apabila pengamatan tidak dapat
dilakukan, maka digunakan pertimbangan sebab akibat. Meskipun akurasinya lebih
rendah, tetapi jika hubungan sebab akibat logis maka tingkat keakuratannya dapat
diandalkan. Misalnya pembebanan biaya listrik yang digerakkan oleh lamanya pemakaian
jam mesin.
3. Penelusuran alokasi (allocation): apabila hubungan sebab akibat tidak ada maka
pendekatan alokasi digunakan berdasarkan kedekatan hubungan dan beberapa asumsi.
Contohnya pembebanan biaya gaji mandor pabrik ke departemen produksi.

E. Elemen Biaya Produksi


Biaya produksi merupakan semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang menjadi aktivitas utama perusahaan
manufaktur. Biaya produksi pada perusahaan manufaktur terdiri dari tiga komponen yaitu
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya manufaktur tidak langsung (indirect
manufacturing cost). Biaya harus dapat diukur dan dibebankan. Di sinilah kita mengenal objek

5
biaya, yaitu hal apa saja - seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, kegiatan - yang kita
bisa mengukur dan membebankan biaya terhadapnya.

Berikutnya kita akan bahas tiga komponen biaya produksi secara lebih detail.
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku adalah barang-barang yang dibeli perusahaan untuk digunakan dalam proses
produksi dan menghasilkan barang jadi siap dipakai. Bahan baku dibagi menjadi dua yaitu
bahan baku utama dan bahan baku pembantu/penolong.

Biaya bahan baku adalah jumlah rupiah (biaya) yang melekat pada bahan baku yang
dimasukkan dalam produksi (cost of raw material used). Biaya bahan baku terdiri dari semua
pengeluaran perusahaan untuk memperoleh bahan baku sampai bahan baku siap diproduksi.
Harga bahan baku, potongan dan retur, ongkos angkut, biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan bahan baku merupakan elemen yang membentuk biaya bahan baku.

Dalam suatu periode akuntansi harga bahan baku berfluktuasi sehingga harga beli bahan baku
tidak sama antara pembelian satu dengan pembelian berikutnya. Oleh karena itu, persediaan
bahan baku yang ada di gudang mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda
meskipun jenisnya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan metode
penentuan harga pokok bahan baku tertentu dalam produksi (materials costing methods). Ada
beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku, yaitu:

a. Metode identifikasi khusus. 


b. Metode masuk pertama keluar pertama 


c. Metode masuk terakhir keluar pertama. 


d. Metode rata-rata bergerak 


e. Metode biaya standar. 


f. Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan. 


a. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method)

6
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada
harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku
yang harga per satuannya berbeda dengan harga persatuan bahan baku yang sudah ada di
gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan
tersebut dibeli. Dalam metode ini, tiap-tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas
identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga
pokok per satuannya secara tepat. Kesulitan yang timbul dari pemakaian metode ini adalah
terletak dalam penyimpanan bahan baku di gudang.

b. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First-out Method)


Metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP) menentukan biaya bahan baku
dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam
gudang digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu
ditekankan di sini bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak
harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.

c. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (Last-in, First-out Method)


Metode masuk terakhir, keluar pertama (metode MTKP) menentukan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan
baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang dipakai untuk menentukan harga
pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

d. Metode Rata-rata Bergerak (Moving-Average Method)


Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata-
ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali
terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata
persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per
satuan yang baru.

e. Metode Biaya Standar (Standard Cost)


Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga
standar (standard price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan
akan terjadi di masa yang akan datang. Harga standar merupakan harga yang diperkirakan

7
untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada produk
pada harga standar tersebut.

f. Metode Rata-rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan


Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata-rata per
satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata per
satuan ini kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam produksi dalam bulan berikutnya.

2. Biaya Tenaga Kerja


Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan yang bekerja memberikan jasa kepada
perusahaan. Tenaga kerja dapat digolongkan sesuai dengan fungsi di mana karyawan bekerja,
misalnya fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum, serta fungsi
keuangan (apabila dianggap perlu dipisahkan).

Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua
karyawan. Biaya tenaga kerja di pabrik digolongkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan
biaya tenaga kerja tidak langsung.
a. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung terhadap proses
pengolahan barang, baik menggunakan kemampuan fisiknya maupun dengan bantuan
mesin. Tenaga kerja langsung memperoleh kontraprestasi yang dikategorikan sebagai
biaya tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung meliputi semua kontraprestasi
yang diberikan kepada tenaga kerja langsung. Contohnya upah pekerja di departemen
produksi.
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Tarif Upah x Jam Kerja Karyawan

b. Biaya tenaga kerja tak langsung


Tenaga kerja tak langsung(indirect labor) digunakan dalam proses produksi tetapi tidak
bisa dihubungkan atau dibebankan langsung pada suatu produk tertentu. Biaya tenaga
kerja tidak langsung meliputi balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik akan
tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu
yang dihasilkan perusahaan. Biaya yang terjadi terlalu rumit ditelusuri melekatnya pada

8
produk, karena itu diperlakukan sebagai Biaya Overhead Pabrik. Contohnya pengawas
(mandor), administrasi dan pemeriksa produk.

3. Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) pada umumnya didefinisikan sebagai bahan
baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak
dapat secara mudah diidentifikasi dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk, atau
objek biaya lain yang spesifik. Biaya Overhead Pabrik timbul dalam proses pengolahan namun
tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung serta melekat
pada fasilitas fisik dan penunjang dalam memproduksi barang.

a. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Sifatnya 


Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi

beberapa golongan berikut ini: 


1) Biaya Bahan Penolong


Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan
harga pokok produksi tersebut.

2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan


Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan
habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan
peralatan, kendaraan, perlengkapan laboratorium dan aktiva tetap lain yang digunakan
untuk keperluan pabrik.

3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung


Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja
tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:
a. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen

pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang. 


9
b. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala

departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, mandor. 


4) Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Penilaian terhadap Aktiva Tetap


Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi
pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan, perlengkapan laboratorium, alat kerja, dan
aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

5) Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Berlalunya Waktu


Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi
gedung, asuransi mesin dan peralatan, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan,
dan biaya amortisasi kerugian trial-run.

6) Biaya Overhead Pabrik Lain yang Secara Langsung Memerlukan Pengeluaran Uang
Tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya
reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.

b. Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik


Langkah - langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui dua tahap
berikut ini:

1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik


Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan
(kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga
macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead
pabrik: kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat dilakukan dengan lebih dulu
menentukan kapasitas teoritis, yaitu volume produksi maksimum yang dapat dihasilkan
oleh pabrik.

10
2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
Setelah anggaran biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya adalah memilih
dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik kepada
produk. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya

overhead pabrik kepada produk, di antaranya adalah: 


a) Satuan Produk
Metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung membebankan biaya
overhead pabrik kepada produk. Beban biaya overhead pabrik untuk setiap produk
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Taksiran Biaya Overhad Pabrik
Tarif BOP per Unit =
Taksiran Satuan Produk yang Dihasilkan
Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu macam
produk. Bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk yang serupa dan
berhubungan erat satu dengan yang lain (perbedaannya hanya pada berat atau
volume), pembebanan biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan dasar
tertimbang atau dasar nilai (point-basis). Jika dasar berat dan volume tidak
menghasilkan pembebanan yang wajar atas overhead maka metode ini dapat
diperbaiki dengan memberikan sejumlah poin ke setiap produk untuk
mengkompensasi perbedaan dalam jumlah sumber daya yang dikonsumsi.

b) Biaya Bahan Baku


Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku
(misalnya biaya asuransi bahan baku), maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Rumus
perhitungan tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
Taksiran Biaya Overhad Pabrik
Tarif BOP per Unit =
Taksiran Pemakaian Biaya Bahan Baku
Semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk semakin
besar pula biaya overhead pabrik yang dibebankan kepadanya. Metode ini terbatas
pemakaiannya. Suatu produk mungkin dibuat dari bahan baku yang harganya mahal,
sedangkan produk yang lain dibuat dari bahan yang lebih murah. Jika proses
pengerjaan kedua macam produk tersebut adalah sama, maka produk pertama akan

11
menerima beban biaya overhead pabrik yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
produk yang kedua.

c) Biaya Tenaga Kerja


Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat
dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah
karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk
membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya
overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Taksiran Biaya Overhad Pabrik
Tarif BOP per Unit =
Taksiran Pemakaian Biaya Tenaga Kerja

Metode ini mengandung kelemahan sebagai berikut:


1) Biaya overhead pabrik harus dipandang sebagai tambahan nilai produk.
Tambahan nilai seringkali disebabkan karena biaya depresiasi mesin dan
peralatan yang mempunyai harga pokok tinggi, yang tidak mempunyai hubungan
dengan biaya tenaga kerja langsung.
2) Jumlah biaya tenaga kerja langsung merupakan jumlah total upah dengan tarif
tinggi dan rendah. Bila suatu pekerjaan atau produk ditangani oleh karyawan yang
tarif upahnya tinggi, maka beban biaya overhead pabriknya akan relatif tinggi
bila dibandingkan dengan produk yang dikerjakan oleh karyawan yang tarif
upahnya rendah.

d) Jam Tenaga Kerja Langsung


Ada hubungan yang erat antara jumlah upah dengan jumlah jam kerja (jumlah upah
adalah hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif upah), maka di samping biaya overhead
pabrik dibebankan atas dasar upah tenaga kerja langsung dapat pula dibebankan atas
dasar jam tenaga kerja langsung. Jadi apabila biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk

membebankan adalah jam tenaga kerja langsung. 


Taksiran Biaya Overhad Pabrik


Tarif BOP per Unit =
Taksiran Jam Biaya Tenaga Kerja

12
e) Jam Mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (misalnya
bahan bakar atau listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang
dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin.
Taksiran Biaya Overhad Pabrik
Tarif BOP per Unit =
Taksiran Jam Biaya Kerja Mesin

F. Gambaran Aliran Biaya Produksi


Harga pokok produksi dan harga penjualan menjadi bagian dari Laporan Laba Rugi dan
merupakan representasi akuntansi dari arus biaya yang melalui sistem produksi. Perhatikan
aliran biaya produksi berikut ini:
Gambar 1. 2 Aliran biaya produksi

Sumber: Hongren (2009)

Aliran biaya produksi dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Tahap 1: Sediaan bahan baku langsung yang digunakan dalam proses produksi sebesar
$76,000. Nilai tersebut dihitung dari: sediaan awal bahan baku + pembelian bahan baku –
sediaan akhir bahan baku ($11,000 + $73,000 - $8,000).
2. Tahap 2: Selanjutnya biaya sediaan bahan baku langsung ($76,000) ditambah dengan
biaya tenaga kerja langsung ($9,000) dan biaya overhead pabrik ($20,000) menjadi total
biaya produksi yang terjadi di tahun 2009 ($105,000).

13
3. Tahap 3: Harga pokok produksi $104,000 dihitung dengan rumus: persediaan barang awal
($6,000) ditambah total biaya produksi ($105,000) dikurangi sediaan barang akhir
($7,000). Informasi harga pokok produksi ini selanjutnya digunakan untuk menghitung
sediaan barang jadi yang tersedia untuk dijual. Sediaan barang jadi yang tersedia untuk
dijual diperoleh dari sediaan barang jadi awal ($22,000) ditambah dengan sediaan barang
jadi ($104,000), hasilnya $126,000.
4. Tahap 4: Untuk menghitung harga pokok penjualan: sediaan barang jadi yang siap untuk
dijual ($126,000) dikurangi dengan sediaan barang jadi akhir ($18,000), hasilnya
$108,000. Apabila diketahui penjualan sebsar $210,000 maka jumlah laba kotor menjadi
$102,000 ($210,000 - $108,000). Selanjutnya laba kotor dikurangi dengan biaya periode
sebesar $70,000 (seperti biaya pengembangan, biaya desain, biaya pemasaran, biaya
distribusi, biaya jasa konsumen), hasil laba bersih menjadi $32,000.

G. Transaksi Keuangan Perusahaan Manufaktur


Siklus akuntansi (pencatatan dan pengikhtisaran) pada perusahaan manufaktur tidak berbeda
dengan siklus akuntansi perusahaan jasa dan dagang, yaitu:
1. Tahap pencatatan:
a. Pembuatan/penerimaan bukti transaksi
b. Pencatatan dalam jurnal
c. Pemindahbukuan (posting) ke buku besar
2. Tahap pengikhtisaran:
a. Pembuatan neraca saldo
b. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyesuaian
c. Penyusunan laporan keuangan
d. Pembuatan jurnal penutup
e. Pembuatan jurnal pembalik

H. Dokumen Transaksi
Dokumen transaksi untuk perusahaan manufaktur secara umum meliputi transaksi yang
menyangkut aktivitas produksi dan aktivitas penjualan hasil produksi. Dokumen transaksi
aktivitas penjualan perusahaan manufaktur pada dasarnya tidak berbeda dengan transaksi yang
digunakan perusahaan jasa dan dagang. Dokumen transaksi yang menyangkut aktivitas
produksi pada umumnya merupakan dokumen transaksi internal, antara lain:

14
1. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang sebagai bukti transaksi pemakaian

bahan baku atau bahan pembantu dalam proses produksi. 


2. Kartu jam kerja atau kartu tugas, daftar gaji dan upah sebagai bukti pemakaian tenaga kerja

dalam proses produksi. 


3. Surat order produksi sebagai dokumen pelaksanaan pembuatan produk.

4. Laporan produk selesai sebagai dokumen pencatatan harga pokok yang
 ditransfer ke

gudang produk jadi

I. Akun Buku Besar Perusahaan Manufaktur


Siklus akuntansi perusahaan manufaktur pada dasarnya tidak berbeda dengan siklus akuntansi
perusahaan jasa dan dagang. Untuk perusahaan manufaktur, pencatatan persediaan khususnya
persediaan bahan baku dan produk jadi, umumnya menggunakan sistem perpetual. Sesuai
dengan karakteristik kegiatan usaha manufaktur selain akun-akun yang sifatnya umum seperti
kas, piutang, utang dan sebagainya, di dalam buku besar disediakan akun-akun yang digunakan
untuk mengumpulkan dan mengikhtisarkan biaya produksi. Akun-akun yang dimaksud, yaitu:

1. Akun Sediaan Bahan Baku, sebagai tempat mencatat mutasi bahan baku. 


2. Akun Gaji dan Upah, sebagai tempat mencatat gaji dan upah yang terjadi pada suatu
periode, baik gaji dan upah bagian produksi maupun bagian penjualan dan administrasi
umum.
3. Akun Biaya Overhead Pabrik, sebagai tempat menampung biaya-biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
4. Akun Barang Dalam Proses (BDP), sebagai tempat menampung biaya produksi yang
terjadi dalam suatu periode. Akun tersebut dapat dipecah menjadi BDP-Biaya Bahan Baku,
BDP-Biaya Tenaga Kerja, dan akun BDP-Biaya Overhead Pabrik.
5. Akun Sediaan Produk Jadi, sebagai tempat mencatat harga pokok barang yang belum
selesai selama diproses pada akhir periode.
6. Akun Harga Pokok Penjualan, sebagai tempat mencatat harga pokok produk yang dijual.

J. Prosedur Pencatatan Biaya Produksi


Prosedur pencatatan biaya produksi, secara garis besar meliputi:
1. Prosedur pencatatan penggunaan bahan baku

15
Barang dalam proses Rp xxx
Sediaan bahan baku Rp xxx

2. Prosedur pencatatan tenaga kerja yang digunakan


Barang dalam proses Rp xxx


Biaya gaji Rp xxx

3. Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik


Barang dalam proses Rp xxx
Sediaan bahan pembantu Rp xxx
Sediaan supplies kantor Rp xxx
Biaya gaji Rp xxx
Biaya penyusutan Rp xxx
Biaya lain-lain Rp xxx

*Catatan: Semua rekening yang dikredit dapat diganti dengan akun Biaya Overhead
Pabrik Dibebankan.

4. Prosedur pencatatan pemindahan produk selesai dari pabrik ke gudang produk jadi
Sediaan produk jadi Rp xxx
Barang dalam proses Rp xxx

5. Prosedur mencatat harga pokok barang yang dijual


Harga pokok penjualan Rp xxx
Sediaan produk jadi Rp xxx

Variasi dari jurnal-jurnal dasar di atas sangat dimungkinkan. Sepanjang perhitungan dan
pencatatan semua biaya mulai dari proses produksi hingga produk selesai dijual menghasilkan
perhitungan yang sama, perbedaan pencatatan jurnal tidak menjadi persoalan. Berikut ini
disajikan ilustrasi pencatatan jurnal umum perusahaan manufaktur, silahkan Anda cermati
dengan seksama.

16
Ilustrasi pencatatan pemakaian bahan baku
Perusahaan manufaktur mencatat persediaan bahan baku menurut sistem perpetual. Data
mutasi persediaan bahan baku pada bulan Juli 2018, antara lain:
Juli 1 Nilai persediaan bahan baku per tanggal 1 Juli 2018 sebesar Rp22.500.000,00
Juli 5 Pembelian bahan baku secara kredit seharga Rp 5.000.000,00
Juli 10 Pemakaian bahan baku dalam proses produksi seharga Rp20.000.000,00

Jurnal umum untuk mencatat transaksi di atas:


5 Juli Persediaan Bahan Baku 15,000,000
Utang Dagang 15,000,000

10 Juli BDP- Biaya Bahan Baku 20,000,000


Sediaan Bahan Baku 20,000,000

Ilustrasi pencatatan pemakaian tenaga kerja yang digunakan


Berikut ini adalah informasi mengenai daftar gaji dan upah suatu perusahaan manufaktur pada
bulan Juli 2018:
Jumlah gaji dan upah bruto (kotor) 63,400,000
Potongan-potongan:
Dana pensiun 1,850,000
PPh pasal 21 1,280,000
Piutang karyawan 850,000
Jumlah Potongan 3,980,000
Jumlah gaji dan upah neto (bersih) 59,420,000

Gaji dan upah di atas terdiri dari:


Upah tenaga kerja langsung 39,400,000
Gaji tenaga kerja tidak langsung bagian produksi 8,800,000
Gaji dan upah karyawan bagian penjualan 7,400,000
Gaji karyawan bagian administrasi dan umum 7,800,000
Jumlah gaji dan upah 63,400,000

17
Data daftar gaji dan upah di atas, lebih dahulu dicatat dalam akun Gaji dan Upah dengan jurnal
sebagai berikut:
31 Juli Gaji dan Upah 63,400,000
Utang gaji dan upah 59,420,000
Dana pensiun 1,850,000
Utang PPh pasal 21 1,280,000
Piutang pada karyawan 850,000

Dengan anggapan perusahaan yang bersangkutan membuat lebih dari satu jenis produk
sehingga biaya tenaga kerja tidak langsung dicatat dalam akun BOP sesungguhnya. Jumlah
debet akun Gaji dan upah Rp63.400.000,00 dari pos jurnal di atas, dialokasikan pada akun-
akun tempat pembebanannya dengan jurnal sebagai berikut:
31 Juli BDP - Biaya tenaga kerja 39,400,000
BOP sesungguhnya 8,800,000
Biaya gaji bagian penjualan 7,400,000
Biaya gaji bagian adm. dan umum 7,800,000
Gaji dan upah 63,400,000

Biaya tenaga kerja langsung menjadi bagian dari harga pokok produk, sehingga dari akun gaji
dan upah dialokasikan pada akun BDP – Biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja tak langsung
dialokasikan pada akun BOP Sesungguhnya. Apabila BOP yang dibebankan pada produk BOP
yang sesungguhnya, seperti pada perusahaan yang membuat satu jenis produk, maka biaya
tenaga kerja tidak langsung dialokasikan pada akun BDP – Biaya overhead pabrik. Apabila
BOP sesungguhnya yang dibebankan pada produk, prosedur pencatatan biaya tenaga kerja
digambarkan dalam hubungan akun buku besar yang terkait tampak sebagai berikut:

18
Gambar 1. 3 Aliran pencatatan biaya tenaga kerja yang digunakan
Daftar Gaji dan Upah

BDP - BTK

Utang gaji & upah

Gaji dan upah BDP - BOP

Utang PPh pasal 21

Bi. Gaji bag. Penjualan

Dana pensiun

Bi. Gaji bag. Adm. & umum

Ilustrasi pencatatan pemakaian biaya overhead pabrik


Sebuah perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik Rp1.500,00 per jam kerja mesin.
Dalam suatu periode, mesin digunakan selama 16.000 jam. Biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan sebagai berikut:
Bahan penolong 5,200,000
Gaji pengawas produksi 5,500,000
Penyusutan mesin pabrik 3,000,000
Penyusutan gedung pabrik 1,500,000
Biaya pemeliharaan mesin 1,750,000
Biaya listrik 3,000,000
BOP lain-lain 5,850,000
Jumlah 25,800,000

19
Biaya–biaya overhead pabrik yang sesungguhnya tersebut ditampung dalam akun BOP
sesungguhnya dengan jurnal sebegai berikut:
BOP Sesungguhnya 25,800,000
Sediaan bahan penolong 5,200,000
Gaji dan upah 5,500,000
Akum.penyst. Mesin 3,000,000
Akum.penyst. Gedung 1,500,000
Biaya pemeliharaan mesin 1,750,000
Biaya listrik pabrik 3,000,000
Biaya produksi tidak langsung lain-lain 5,850,000

Apabila biaya overhead pabrik yang sesungguhnya tidak ditulis rinciannya, akun yang dikredit
dalam jurnal digunakan “Akun-akun yang harus dikredit”. Seperti contoh diatas, BOP
sesungguhnya berjumlah Rp25.800.000,00. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
sebagai berikut:
BOP Sesungguhnya 25,800,000
Akun-akun yang harus dikredit 25,800,000

1. Pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan


Dari data contoh di atas, jam kerja mesin yang sesungguhnya dapat dicapai 16.000 jam.
Tarif BOP Rp1.500.000,00 per jam mesin. Dari data tersebut, BOP yang dibebankan pada
produk sebesar 16.000 x Rp1.500,00 = Rp24.000.000,00. Pencatatan jurnalnya sebagai
berikut:
BDP- Biaya overhead pabrik 24,000,000
BOP yang dibebankan 24,000,000

2. Pencatatan selisih biaya overhead pabrik


Selisih biaya overhead pabrik akan tampak dalam akun BOP sesungguhnya setelah saldo
akun BOP Dibebankan ditutup (dipindahkan) ke dalam akun BOP sesungguhnya.
Selanjutnya saldo akun BOP sesungguhnya (selisih BOP), dipindahkan ke dalam akun
Selisih BOP. Sebagai contoh, berdasarkan data pos jurnal di atas akun BOP Dibebankan
kredit Rp24.000.000,00. Jumlah ini dipindahkan ke dalam akun BOP sesungguhnya
dengan jurnal sebagai berikut:
20
BOP dibebankan 24,000,000
BOP sesungguhnya 24,000,000

Dari pos jurnal pencatatan BOP yang sesungguhnya dan pos jurnal yang terakhir diatas,
akun BOP Sesungguhnya menunjukkan saldo debet (selisih BOP) sebesar
Rp1.800.000,00. Jumlah tersebut dipindahkan ke dalam akun Selisih BOP dengan jurnal
sebagai berikut:
Selisih BOP 1,800,000
BOP sesungguhnya 1,800,000

Dari pos-pos jurnal di atas, akun BOP Sesungguhnya menunjukkan data seperti di bawah ini:
Tabel 1. 2 Akun BOP Sesungguhnya
Saldo
Tgl Keterangan Debit Kredit Debit Kredit
Posting 25,800 - 25,800 -
Posting - 24,000 1,800 -
Posting - 1,800 - -

Akun BOP sesungguhnya di atas bersaldo nol, demikian pula akun BOP Dibebankan.
Sementara itu, akun Selisih BOP menunjukkan saldo debet Rp1.800.000,00 (selisih
merugikan). Pada akhir periode, Selisih BOP dipindahkan (dibebankan) pada Harga Pokok
Penjualan. Apabila BOP yang dibebankan pada produk ditetapkan berdasarkan tarif, prosedur
pencatatan biaya overhead pabrik, dapat digambarkan seperti di bawah ini.

21
Gambar 1. 4 Aliran pencatatan biaya overhead pabrik

BOPS BOP dibebankan

BDP - BOP
Macam rekening

HPP
Selisih BOP

Alur prosedur pencatatan biaya produksi dapat digambarkan dalam hubungan akun-akun buku
besar seperti dibawah ini:

Gambar 1. 5 Hubungan akun-akun buku besar


Sediaan bahan baku
Sediaan barang dalam proses

Gaji dan upah Barang dalam proses


Sediaan produk jadi

Biaya overhead pabrik

HPP

Ikhtisar laba rugi


Penjualan

22
Perhatikan bagan diatas!
1. Bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang digunakan/dipakai dalam proses

produksi, dicatat debet akun Barang Dalam Proses


2. Harga pokok produk yang selesai diproses, dari akun Barang Dalam Proses dipindahkan
ke dalam akun Persediaan Produk Jadi
3. Harga pokok barang yang belum selesai di proses pada akhir periode, dipindahkan dari
akun Barang Dalam Proses ke dalam akun Persediaan Barang Dalam Proses. Kegiatan

tersebut biasanya dilakukan pada saat penyusunan neraca. 


4. Harga pokok produk yang dijual, dipindahkan dari akun Persediaan Produk Jadi ke dalam

akun Harga Pokok Penjualan (pencatatan sistem perpetual). 


5. Harga pokok barang yang dijual dalam suatu periode, dipidahkan dari akun Harga Pokok
Penjualan ke dalam akun Ikhtisar Laba Rugi.

23
Berikut ini adalah tabel ringkasan contoh pencatatan transaksi akuntansi perusahaan
manufaktur:

Tabel 1. 3 Ringkasan contoh pencatatan transaksi akuntansi perusahaan manufaktur


Tgl Transaksi Rekening Debit Kredit
2 Membeli bahan baku untuk Sediaan bahan baku 5,000,000
proses produksi
Rp5.000.000,00 Kas 5,000,000

3 Semua bahan baku digunakan BDP – BTKL 5,000,000


dalam proses produksi Sediaan BB 5,000,000

4 Pembebanan BTKL sebesar BDP – BTKL 1,000,000


Rp1.000.000,00 ke dalam
proses produksi Gaji dan upah 1,000,000

5 BOP dibebankan ke produk BDP – BOP 400,000


sebesar 40% dari BTKL yaitu
Rp400.000,00 BOP dibebankan 400,000

25 Pemakaian bahan penolong BOPS 500,000


dalam proses produksi Bahan penolong 200,000
sebesar Rp200.000,00 dan
tenaga kerja tidak langsung
Rp300.000,00 Gaji dan upah 300,000

30 Mencatat produk dalam Sediaan produk jadi 6,400,000


proses ke produk jadi BDP – BBB 5,000,000
BDP – BTKL 1,000,000
BDP – BOP 400,000

30 Menutup akun BOP BOP dibebankan 400,000


dibebankan ke BOPS BOPS 400,000

30 Mencatat selisih BOP Selisih BOP 100,000


BOPS 100,000

31 Penjualan produk jadi sebesar Kas 7,500,000


Rp7.500.000,00 tunai Penjualan 7,500,000

31 Harga produk yang dijual HPP 6,400,000


sebesar Rp6.400.000,00 Sediaan produk jadi 6,400,000

24
K. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian untuk perusahaan manufaktur digunakan untuk menyesuaian akun sediaan
baik sediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Adapun ayat jurnalnya sebagai
berikut:
1. Jurnal Penyesuaian untuk Biaya bahan baku, terdiri atas:
a. Jurnal penyesuaian untuk memindahkan pembelian bersih ke persediaan bahan baku:
Sediaan bahan baku Rp xxx
Potongan pembelian bahan baku Rp xxx
Retur pembelian bahan baku Rp xxx
Pembelian bahan baku Rp xxx
Biaya angkut pembelian Rp xxx

b. Jurnal penyesuaian untuk mencatat dan memindahkan biaya bahan baku ke persediaan
produk dalam proses:
Sediaan barang dalam proses Rp xxx
Sediaan bahan baku Rp xxx

2. Jurnal penyesuaian untuk biaya tenaga kerja langsung, yaitu untuk memindahkan ke
persediaan produk dalam proses
Sediaan barang dalam proses Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx

3. Jurnal penyesuaian untuk Biaya Overhead Pabrik, terdiri dari:


a. Untuk mencatat BOP yang belum dicatat
Penyusutan mesin Rp xxx
Penyusutan peralatan pabrik Rp xxx
Biaya asuransi pabrik Rp xxx
BOP lain-lain Rp xxx
Macam-macam rekening Rp xxx

25
b. Jurnal penyesuaian untuk mengumpulkan BOP
BOP Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx
BTK-Tidak Langsung Rp xxx
Penyusutan mesin Rp xxx
Penyusutan peralatan pabrik Rp xxx
BOP lain-lain Rp xxx

c. Jurnal penyesuaian untuk memindahkan BOP ke sediaan barang dalam proses


Sediaan barang dalam proses Rp xxx
BOP Rp xxx

d. Jurnal penyesuaian untuk Harga pokok produk jadi


Sediaan produk jadi Rp xxx
Sediaan barang dalam proses Rp xxx

e. Jurnal penyesuaain untuk Harga Pokok penjualan


Harga pokok penjualan Rp xxx
Sediaan produk jadi Rp xxx

26
Ilustrasi kasus:
Berikut ini adalah informasi neraca saldo PT. Kepompong:
PT KEPOMPONG
NERACA SALDO
31 Desember 2017
Kas 16,000,000
Piutang 80,000,000
Cadangan kerugian piutang 8,000,000
Sediaan bahan baku 32,800,000
Sediaan barang dalam proses 16,000,000
Sediaan barang jadi 64,000,000
Perlengkapan kantor 8,400,000
Perlengkapan pabrik 12,800,000
Asuransi dibayar di muka 9,600,000
Gedung 60,000,000
Akum.penyst. Gedung 12,000,000
Peralatan pabrik 40,000,000
Akum.penyst.peralatan pabrik 8,000,000
Tanah 40,000,000
Utang dagang 36,000,000
Modal saham 200,000,000
Laba ditahan 81,200,000
Penjualan 204,000,000
Pembelian bahan baku 68,000,000
Biaya angkut pembelian 4,000,000
Retur pembelian 2,000,000
Upah langsung 28,000,000
Upah tidak langsung 16,000,000
Gaji pegawai produksi 6,000,000
Biaya pemeliharaan mesin 4,000,000
Biaya penjualan 8,400,000
Biaya iklan 2,400,000
Biaya administrasi dan umum 32,000,000
Biaya lain-lain 2,800,000
Jumlah 551,200,000 551,200,000

Data penyesuaian untuk tahun 2017 disajikan berikut ini:


1. Cadangan kerugian piutang menjadi 15% dari saldo piutang
2. Perlengkapan kantor yang masih ada Rp6.000.000,00
3. Perlengkapan pabrik yang terpakai Rp6.400.000,00
4. Asuransi dibayar pada tanggal 1 Agustus 2017 untuk satu tahun.
5. Penyusutan untuk peralatan dan gedung 10% dari nilai buku.

27
6. Upah langsung yang belum dibayar Rp4.000.000,00
7. Gaji pengawas produksi yang belum dibayar Rp2.000.000,00
8. Sediaan bahan baku Rp40.000.000,00; barang dalam proses Rp20.000.000,00; barang jadi
Rp7.000.000,00
Buatlah jurnal penyesuaian PT Kepompong untuk tahun 2017!

Jawab:

Tanggal Akun Debit Kredit

31 Des Biaya kerugian piutang 12,000,000


Cadangan kerugian piutang 12,000,000
(15% x Rp80.000.000,00 = Rp12.000.000,00)

31 Des Biaya perlengkapan kantor 2,400,000


Perlengkapan kantor 2,400,000
(Rp8.400.000,00-Rp6.000.000,00=
Rp2.400.000,00)

31 Des Biaya perlengkapan pabrik 6,400,000


Perlengkapan pabrik 6,400,000
(mencatat perlengkapan pabrik yang dipakai)

31 Des Biaya asuransi 4,000,000


Asuransi dibayar dimuka 4,000,000
(5/12 x Rp9.600.000,00)

31 Des Biaya penyusutan peralatan 4,000,000


Biaya penyusutan gedung 6,000,000
Akum.penyst. peralatan 4,000,000
Akmu. penyust. Gedung 6,000,000
(10% x Rp40.000.000,00 = Rp4.000.000,00)
(10% x Rp60.000.000,00 = Rp6.000.000,00)

31 Des Biaya tenaga kerja langsung 4,000,000


Utang gaji dan upah 4,000,000
(mencatat biaya terutang)

31 Des Ikhtisar produksi 48,800,000


Sediaan bahan baku 32,800,000
Sediaan barang dalam proses 16,000,000

Ikhtisar laba rugi 64,000,000

28
Tanggal Akun Debit Kredit

Sediaan produk jadi 64,000,000


(mencatat sediaan awal)

31 Des Sediaan bahan baku 40,000,000


Sediaan barang dalam proses 20,000,000
Ikhtisar prodksi 60,000,000

Sediaan produk jadi 7,000,000


Ikhtisar laba rugi
(mencatat sediaan akhir) 7,000,000
218,600,000 218,600,000

29
L. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
Sama dengan perusahaan jasa dan dagang, perusahaan manufaktur juga menyusun laporan laba
rugi. Jika pada perusahaan dagang harga pokok penjualan dihitung berdasarkan sediaan awal
ditambah pembelian dan dikurangi sediaan akhir, pada perusahaan manufaktur harga pokok
penjualan belum dapat ditentukan sebelum harga pokok produksi diketahui. Harga pokok
produksi adalah kumpulan biaya produksi selama satu siklus akuntansi biaya. Berikut ini
adalah ilustrasi perhitungan harga pokok produksi:

PT HIMALAYA
Laporan Harga Pokok Produksi
untuk tahun 2017

Bahan Baku
Sediaan bahan baku awal 28,000,000
Pembelian 84,600,000
Bahan baku siap digunakan 112,600,000
Sediaan bahan baku akhir 18,000,000
Bahan baku yang digunakan 94,600,000
Tenaga kerja langsung 88,400,000
Overhead pabrik:
Bahan baku penolong 13,600,000
Supplies 6,400,000
Gaji mandor 15,200,000
Tenaga kerja tidak langsung 9,000,000
Asuransi 7,400,000
Penyusutan 14,800,000
Listrik dan air 10,200,000
Pemeliharaan 5,600,000
Teknik produksi 7,000,000
Total overhead pabrik 89,200,000
Jumlah biaya produksi 272,200,000
Sediaan barang dalam proses awal 42,000,000
Harga pokok barang siap diproduksi 314,200,000
Sediaan barang dalam proses akhir 38,000,000
Harga Pokok Produksi 276,200,000

Setelah harga pokok produksi diketahui maka harga pokok penjualan dapat dihitung dengan
menambahkan harga pokok produksi dengan sediaan barang jadi awal dikurangi sediaaan
barang jadi akhir. Berikut ini ilustrasinya:

30
PT HIMALAYA
Laporan Harga Pokok Penjualan
untuk tahun 2017

Sediaan barang jadi awal 90,000,000


Harga pokok produksi 276,200,000
Sediaan siap dijual 366,200,000
Sediaan barang jadi akhir 73,200,000
Harga Pokok Penjualan 293,000,000

Setelah harga pokok penjualan diketahui dan ditandingkan (match) dengan penjualan maka
diperoleh laba kotor. Laba kotor dikurangi dengan biaya usaha akan menghasilkan laba usaha.
Selanjutnya jika ditambah dengan dengan pendapatan di luar usaha dan dikurangi biaya di luar
usaha serta pos-pos luar biasa dan pajak maka akan dihasilkan laba bersih. Laporan laba rugi
perusahaan manufaktur dapat disusun sebagai berikut:
PT HIMALAYA
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Untuk Tahun yang Berakhir 2017

Penjualan 600,000,000
Harga pokok penjualan 293,000,000
Laba kotor 307,000,000
Biaya penjualan 70,000,000
Biaya adm.&umum 85,000,000
Biaya bunga -5,000,000
Pajak final -22,200,000
127,800,000
Laba sebelum pajak 179,200,000
Pajak penghasilan -67,400,000
Laba periode berjalan 111,800,000

Penghasilan komprehensif lain


Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi
Keuntungan (kerugian) aktuaria 70,000,000
Pajak keuntungan aktuaria -500,000
69,500,000
Jumlah laba komprehensif periode berjalan 181,300,000

Catatan:
Seluruh laba periode berjalan dan laba komprehensif lain diatribusikan
kepada pemilik entitas

31
PT HIMALAYA
Laporan Perubahan Posisi Keuangan
31 Desember 2017

ASET
Aset Lancar
Kas 28,600,000
Deposito 7,000,000
Piutang 15,000,000
Persediaan 16,000,000
Biaya dibayar dimuka 2,500,000
Total Aset Lancar 69,100,000

Aset Tetap
Aset tetap 206,000,000
Properti investasi 47,000,000
Aset tidak berwujud 53,500,000
Aset pajak tangguhan 5,700,000
Total Aset tetap 312,200,000
Total Aset 381,300,000

LIABILITAS DAN EKUITAS


Liabilitas
Liabilitas jangka panjang 47,000,000
Liabilitas jangka pendek 53,000,000
Jumlah Liabilitas 100,000,000

Ekuitas
Modal saham 50,000,000
Laba ditahan 231,300,000
Jumlah Ekuitas 281,300,000
Total Liabilitas dan Ekuitas 381,300,000

32
PT HIMALAYA
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 2017

Arus Kas dari Aktivitas Operasi:


Penerimaan dari pelanggan 177,000,000
Pembayaran kepada pihak ketiga -141,000,000
Pembayaran kepada karyawan -14,000,000
Kas yang dihasilkan dari operasi 22,000,000

Pembayaran bunga -4,000,000


Pembayaran pajak -3,400,000
Arus kas bersih dari aktivitas operasi 14,600,000

Arus Kas dari Aktivitas Investasi:


Pencairan (penempatan) dana yang dibatasi penggunaannya -500,000
Perolehan aset tetap dan properti investasi -11,000,000
Hasil pelepasan aset -
Arus kas bersih dari aktivitas investasi -11,500,000

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan:


Penerimaan pinjaman bank 12,500,000
Pembayaran utang sewa pembiayaan -1,000,000
Pembayaran pinjaman bank -14,000,000
Arus kas dari aktivitas pendanaan -2,500,000

Kenaikan (penurunan) kas dan setara kas bersih 600,000


Selisih kurs belum direalisasi -
Kas dan setara kas awal tahun 28,000,000
Kas dan Setara Kas Akhir Tahun 28,600,000

PT HIMALAYA
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Tahun yang Berakhir 2017

Saldo laba ditahan 1 Januari 2017 50,000,000


Laba periode berjalan 111,800,000
Penghasilan komprehensif lain periode berjalan 69,500,000
Saldo laba ditahan 31 Desember 2017 231,300,000

33
M. Jurnal Penutup
Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur tidak jauh berbeda dengan jurnal penutup pada
perusahaan jasa maupun dagang. Hal yang membedakan pada jurnal penutup perusahaan
manufaktur adalah akun yang terkait dengan kegiatan produksi harus ditutup. Akun “Ikhtisar
Harga Pokok Produksi” digunakan untuk menutup semua akun yang ada dalam laporan harga
pokok produksi. Seperti telah dijelaskan di awal pada materi biaya overhead pabrik (BOP),
perusahaan manufaktur pada umumnya membuat estimasi BOP sehingga pada akhir periode
akan muncul perbedaan antara BOP yang dianggarkan dengan BOP yang sesungguhnya. Akun
BOP yang dianggarkan ini harus ditutup. Jurnal penutup untuk transaksi tersebut adalah:
31 Des Biaya overhead pabrik dianggarkan Rp xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxx

34

Anda mungkin juga menyukai