Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN

KEWARNEGARAAN

Aneesa Indiza Ghaizany


C0718008
S1 DKV FSRD UNS
2018
BAB 1. IDENTITAS NASIONAL

A. Hakekat identitas Nasional

Secara etimologis identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nasional”. Kata
identitas berasal dari Bahasa inggris “identity” yang memiliki pengertian harafiah
sebagai; ciri, tanda, atau jatidiri yang melekat.
Identitas berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jatidiri yang dimiliki seorang, kelompok,
masyarakat bahkan suatu bangsa sehingga dengan identitas itu bisa membedakan
dengan yang lain. Sedangkan Kata nasional berasal dari kata nation (Bahasa
inggris) yang berarti bangsa. Kata nasional merujuk pada konsep kebangsaan.
Identitas nasional berarti seperangkat ciri, tanda atau jati diri yang dimiliki oleh
sebuah nation/bangsa sehingga bisa membedakan itu dengan bangsa lain

Identifikasi nasional didekati melalui 4 pendekatan; yaitu:


1) Pendekatan kenilaian, dilakukan dengan mengacu pada nilai-nilai pandangan
hidup bangsa Indonesia
2) Pendekatan simbolik, melalui symbol bangsa Indonesia seperti Bhinekka
Tunggal Ika, Garuda Pancasila, dan bendera merah putih
3) Pendekatan kefisikan, bangsa Indonesia memiliki berbagai latar belakang ras
dan etnis
4) Pendekatan kebudayaan, yang mengacu pada 7 unsur universal kebudayaan,
bangsa Indonesia adalah bangsa yang:
- Agamis
- Berkembang
- Multiculture
- Berbahasa persatuan Indonesia
- Menjunjung kekeluargaan dan gotong royong
- Bermata pencaharian di sector agrarian dan maritime
- Menjunjung nilai kekerabatan dan adat ketimuran
(Koentjaraningrat: 1998)

Empat factor identitas nasional menurut Manuel Castells dalam buku The Power of
Identity:
1) Primer: Etnis, teretorial, Bahasa, agama
2) Pendorong: pembangunan komunikasi dan teknologi
3) Penarik: kodifikasi Bahasa, tumbuhnya birokrasi dan system Pendidikan
nasional
4) Reaktif: penindasan, dominasi dan pencarian identidas alternative

B. Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme diartikan sebagai paham kebangsaan, kesadaran kebangsaan atau
semangat kebangsaan, beberapa definisi nasionalisme menurutu para ahli:
a) Hans Kohln: Rumusan pemikiran yang menghendaki loyalitas tertinggi
Individu
b) Giddens: kesetiaan individu terhadap seperangkat symbol dan keyakinan
c) Hobsbown: istilah yang muncul diakhir abad ke-19 sebagai identifikasi
emosional rakyat
d) Mark J.: Individu secara ilmiah terikat dengan orang-orang dan tanah
kelahirannya secara turun temurun
e) L. Stoddard: Keadaan jiwa dan suatu kepercayaan dianut oleh manusia
sehingga membentuk suatu kebangsaan.

Kemunculan nasionalisme di Indonesia berawal dari decade awal abad ke-20,


dimana saat itu bangsa sedang berjuang melawan kolonialisme Belanda dan
menuntut kemerdekaan. Sejarah penjajahanlah yang melahirkan rasa nasionalisme,
rasa kebangsaan yang nanti menghasilkan negara bangsa Indonesia.
Perkembangan nasionalisme Indonesia berjalan melalui tahap-tahap berikut
1) Masa Perintis, dirintisnya semangat kebangsaan melalui pembentukan
organisasi-organisasi pergerakan.
2) Masa Penegas, mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada bangsa
Indonesia melalui peristiwa Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
3) Masa Pencoba, melalui organisasi pergerakan mencoba meminta
kemerdekaan dari Belanda.
4) Masa Pendobrak, semangat dan gerakan nasionalisme berhasil mendobrak
belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan.

C. Negara Bangsa Indonesia

Negara-bangsa (nation-state) adalah format modern kebangsaan dimana otoritas


negara secara otomatis meliputi dan mengatur secar keseluruhan bangsa-bangsa
tersebut yang ada dalam wilayah teretorialnya, muncul pada akhir abad ke-20.
Indonesia terbentuk dalam format negara-bangsa. Hakikat NKRI adalah negara
kebangsaan modern yaitu negara yang pembentuknannya didasarkan pada
nasionalisme masyarakat walaupun berbeda-beda agama, ras, etnik, atau
golongannya.

D. Proses Berbangsa dan Bernegara Indonesia

Sebelum ada bangsa Indonesia mereka dinamakan bangsa, demikiran bangsa


memiliki
dua pengertian yaitu sosiologis antropologis (cultural unity) dan politis (political
unity):
a) Sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang bediri
yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa disatukan
karna ras, bahasa, agama, dan adat.
b) Politis adalah ketika mereka diikat oleh satu kekuasaan politik yaitu negara
serta mereka tunduk terhadap kedaulatan negara mereka.

Terjadinya negara-bangsa Indonesia meripakan proses tahap-tahap yang


berkesinambungan, secara teoritik dilukiskan dalam keempat alenia Pembukaan
UUD 1945:
a) Terjadinya negara tidak sekedar dimulai dari proklamasi tetapi adanya
pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. (Alenia I)
b) Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. (Alenia II)
c) Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa
Indonesia. (Alenia III)
d) Negara Indonesia perlu menyusun tujuan, bentuk, sistem pemerintahan, UUD
dan dasar negara mereka. (Alenia IV)
E. Karakteristik Identitas Nasional Indonesia

Indentitas Nasional merunjuk pada indentitas kebangsaan.


a) Identitas cultural unity atau kesukubangsaan:
Merujuk pada pengertian kebudayaan atau bangsa, disatukan oleh adanya
kesamaan dalam hal ras, suku, agama, adat dan budaya, keturunan dan
daerah asal.
b) Identitas political unity atau kebangsaan:
Merujuk pada bangsa dalam pengertian politik yaitu bangsa-negara.
Kesamaan primordial dapat menciptakan bangsa tersebut untuk bernegara.

Identitas Nasional Indonesia memiliki beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:


1) Pancasila sebagai Dasar falsafah negara
2) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan atau nasional
3) Bendera merah putih sebagai bendera negara
4) Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
5) Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
6) Semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
7) Konstitusi (hokum dasar) negara yaitu UUD 1945
8) Bentuk NKRI yang berkedaulatan rakyat
9) Konsepsi wawasan nusantara
10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional

Identifikasi identitas nasional didekati melalui 4 pendekatan, yaitu:


1) Pendekatan kenilaian, nilai-nilai pandangan hidup bangsa Indonesia:
a. Agamis
b. Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan
c. Menujung tinggi nilai persatuan
d. Demokratis dengan musyawarah dan berkeadilan social
2) Pendekatan simbolik, meyakini symbol berbagain identitasnya:
a. Bhinneka Tunggal Ika
b. Berlambang Garuda Pancasila
c. Bendera Merah Putih
3) Pendekatan kefisikan, terdiri dari berbagai latar rasa atau etnit,
4) Pendekatan kebudayaan dengan mengacu 7 unsur universal
Koentjaraningrat (1998):
- Agamis
- Berkembang
- Multiculture
- Berbahasa persatuan Indonesia
- Menjunjung kekeluargaan dan gotong royong
- Bermata pencaharian di sector agrarian dan maritime
- Menjunjung nilai kekerabatan dan adat ketimuran
(Tugiman, dkk, 2008)
BAB 2. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

A. Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak-hak warga negara Indonesia secara constitutional menurut UUD 1945:


a. Setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya (Pasal 28A)
b. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (Pasal 28B ayat 1)
c. Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan (Pasal 28B ayat 3)
d. Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum dan
pemerintahan (Pasal 27 ayat 1)
e. Tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2)

Kewajiban warga negara Indonesia dapat dilihat dalam Pembukaan a dan masih
banyak lagi:
a) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan
(Alenia 1 Pembukaan UUD 1945)
b) Menghargai nilai-nilai persatuan, kemerdekaan dan kedaulatan bangsa
(Alenia 2 Pembukaan UUD 1945)
c) Menjunjung tinggi dan setia kepada konstitusi negara dan dasar negara
(Alenia 4 Pembukaan UUD 1945)
d) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dan tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J ayat 1)
e) Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (Pasal 30 ayat 1)
f) Setiap orang wajib mengikuti pendidikan dasar (Pasal 31 ayat 2)

B. Warga Negara Indonesia

1. Hakekat warga negara


Warga negara adalah orang-orang yang menurut undang-undang atau pernjanjian
atau melalui proses naturalisasi diakui sebagai warga negara. Bukan warga negara
adalah orang-orang yang beada di suatu negara tapi secara hokum tidak menjadi
anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada pemerintahan dimana
mereka berada. Ketentuan yang lebih rinci diatur dalam pasal 4 dan 5 UU no.12
tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.
Status warganegara dapat dibedakan menjadi empat:
1. Status positif, yaitu setiap warganegara berhak memperoleh sesuatu yang
bersifat positif dari negara terutama yang berhubungan dengan upaya
memenuhi kebutuhan untuk kemakmuran dan kesejahteraan.
2. Status negative, warganegara berhak untuk menolak atau tidak dicampuri
oleh negara dalam hal-hal tertentu, teruama hal-hak pribadi.
3. Statis pasid, yaitu kepatuhan warganegara kepada pemerintah yang
bersumber pada keadilan dan kebenaran.
4. Status aktif, merupakan partisipasi warganegara, terutama dalam proses
politik seperti kegiatan pemilu.

Asas kewarganegaraan adalah dasar berfikir dalam menentukan masuk tidaknya


seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara tertentu, yaitu Ius
Sanguinis dan Ius Soli.
Ius Sanguinis yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan menurut pertalian
darah atau keturunan.
Ius Soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan menurut negara dimana ia
dilahirkan.
Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan ini dapat menimbulkan
“apatride” dan ”bipatride”. “Apatride” adalah seseorang yang tidak memiliki
kewarganegaraan,
sedangkan “bipatride” adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan
sekaligus.

Peran Negara terhadap warga negaranya adalah Negara sebaiknya mempunya


tanggung jawab dalam pembentukan karakter warganegaranya agar bersikap
nasionalis dan demokratis. Ini dapat dicapai melalui tiga cara:
a. Mencegah otoriterisme dan anarkisme
b. Mengembangkan budaya kewarganegaraan
c. Mengembangkan politik kewarganegaraan

Mengembangkan budaya kewarganegaraan dalam rangka meewujudkan negara


yang demokratis dan sabil diperlukan berkembangnya budaya politik
kewarganegaraan. Politik kewarganegaraan merupakan kombinasi yang seimbang
antara karakteristik-karakteristik berikut: aktif, rasional, memiliki informasi yang
cukup, loyalitas pada system politik, kepercayaan dan kepatuhan terhadap
pemerintah, kepercayaan terhadap sesame warganegara dan keterikatan pada
keluarga, suku dan agama.

Perlunya pengembangan budaya politik kewarganegaraan karena aspek-aspek


orientasi politik mencakup aspek mikro-politik dan makro-politik, isalnya keterikatan
terhadap agama, etnis dan orientasi partisipan sebagai budaya peranan (role
culture). Aspek makro politik pada orientasi politik loyalitas kepada system politik
nasional, kepercayaan dan kepatuhan terhadap pemerintah.
BAB 3. NEGARA DAN KONSTITUSI

A. Hakekat Negara

Negara menurut asal usul berasal dari kata “nagari” atau “negara”, yang berarti kota.
Negara memiliki beberapa arti, namun dapat disimpulkan bahwa negara adalah
masyarakat atau wilayah yang merupakan suatu kesatuan politis atau negara adalah
lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan menguasai
wilayah itu.

B. Tujuan Negara

Menurut James Wilford Garner, negara punya 3 tujuan:


1) Pemeliharaan perdamaian, ketertiban keamanan dan keadilan
2) Sekunder, kesejahteraan warga negara, kolektif, membantu kemajuan
nasional
3) Peradaban, memajukan peradaban dan kemajuan negara

M Charles E. Merriam tentang Common Wealth:


1) Penciptaan keamanan ekstrim
2) Pemeliharaan ketertibam intern
3) Sistem itu juga dapat mewujudkan keadilan
4) Kesejahteraan umum

C. Hakekat Konstitusi

Konstitusi berasal dari baasa Prancis (Constituer) yang berarti membentuk.


Pemakaian istilah ini yang dimaksud adalah pembentukan negara atau menyusun
dan menyatakan suatu negara.
Konstitusi dan undang-undang itu tidak sama. UUD merupakan bentuk konstitusi
tertulis.
1) Pengertian sosiologis dan politik: konstitusi adalah factor kekuatan yang nyata
dan menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan yang terdapat
dengan nyata dalam suatu negara
2) Pengertian yuridis: system pemerintahan didalamnya terdapat peraturan
campuran antara baik yang legal maupun perauran hukum non legal atau
extra legal. Artinya kesimpulan peraturan legal dalam lapangan
ketatanegaraan

System berasal dari kata Yunani ‘systeme’ yang mempunyai pengertian:


1) Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak
2) Hubungan yang berlangsung di antara satu satuan atau komponen secara
teratur

Kedudukan, fungsi dan tujuan konstitusi dari zaman ke zaman tidak sama dan
cenderung berubah/berkembang. Hal itu sebagai dampak dari adanya
perkembangan iptek yang berjalan dengan cepat.
Sudah menjadi suatu fungsi yang klasik untuk negara barat maupun timur, bahwa
keberadaan suatu konstitusi di dalam suatu negara mempunyai peranan yang sagat
penting.
Konstitusi suatu negara mempunyai derajat yang tinggu:
1) Konstitusi dilihatdari aspekmempunyai derajat tertentu
2) Konstitusi dinilai dari aspek moral(normative, normal, simatik)

Perkataan ‘perubahan’ dalam ‘perubahan konstitusi’ asal katanya adalah rubah dan
kata kerjanya adalah mengubah.mengubah sama dengan mengamandemenkan.
Dalam karangan Ismail Sunny mengeukakan bahwa proses perubahan konstitusi
ddapat terjadi dengan:
1) Peribahan resmi
2) Penafsiran hukum
3) Kebiasaan ketatanegaraan

KC Whearemengungkapkan macam-maam konstitusi:


1) konstitasi tertulis dan tidak tertulis
2) konstitasi fleksibel dan rigid
3) konstitasi derajat tinggi dan tidak derajat tinggi
4) konstitasi serikat atau kesatuan
5) konstitusi presidential atau parlementer

D. Sistem Politik

Sistem politik menunjukan adanya unsur-unsur atau factor


1) fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarakat baik maupun ke luar
2) penetapan nilai dalam masyarakat nerdasarkan kewenangan
3) pengguna kewenangan/kekuasaan baik secara sah maupun tidak sah

pengertian system politik adalah system interaksi yang terjadi di dalam


masyarakatmelalui mana dialokasikan nilai-nilai kepada masyarakatdan
pengalokasian nilai-niai itu.
Ciri karakter system politik menurut Gabriel A. :
1) semua system politik pasti mempunyai struktur politik
2) semua system politik menjalankan fungsi yang sama walaupunfrekuensinya
berbeda beda
3) multifungsi
4) merupakan system campuran

E. Ketatanegaraan Indonesia

Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR) dihapus statusnya sebagai lembaga


tertinggi dinegara, dan terdiri dari anggota-anggota DPR ditambah DPD.

Badan Yudikatif terdiri atas: Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, dan
terdapat pula Komisi Yudisial.

Lembaga eksekutif terdapat Presiden, Wakil Presiden, Departemen Petimbangan


Menteri, Pemerintah Non Departemental, Kejaksaan Agung, Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia.

Pemerintah daerah disebut pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten,


dikepalai oleh Gubernur.

Sebagai pendukung negara, warganegara ikut menentukan susunan negara


berupa peraturan-peraturan hokum yang berlaku di dalam negara. WN sebagai
orang yang memiliki hak-hak politik dalam negara (body politic) yang dilaksanakan
melalui badan-badan perwakilan rakyat
BAB 4. DEMOKRASI INDONESIA

A. Konsep dan Prinsip Demokrasi

Secara etimologi, demokrasi berasal dari kata ‘demos’ dan ‘kratos’ yang berarti
kekuasaan. Dapat diartikan bahwa demokrasi adalah pemerintah rakyat oleh rakyat.

Menurut Hesselbein (1998) kualitas massa ideal massa adalah:

1. one standard
2. one heart
3. one mind
4. economic equality

Ucapan Abraham Lincoln tentang demokrasi yang dapat diartikan suatu


pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Menurut Polybios, pertumbuhan suatu pemerintahan merupakan suatu cyclus.


Awalnya muncul orang pemberani dantara masyarakat sederhana, lahirlah
monarchi, ketika raja mulai lalai memperhatikan kepentingan rakyat maka menjadi
tirani (mementingkan kepentingan sendiri). Lalu ketika menyeleweng lagu berdilrilah
aritrokrasi. Ketika lalai lagi berdirilah bentuk lain yaitu oligarchi. Sampai terjadi reaksi
masyarakat lalu dirombak menjadi demokrasi.

Ketika di dalam demokrasi terjadi perebutan kursi, negara menjadi kacau dan
anarchis. Teori ini hanya cocok untuk beberapa negara saja seperti Prancis.

Pada umumnya bangsa yang demokratis itu memiliki kultur yang demokrasi. Kultur
demokrasi paling tidak mengandung dua aspek yaiyu egaliter dan liberal, serta moral
menahan diri. Kemampuan menahan diri ini sangat diperlukan untuk mengimbangi
adanya kebebasan, seperti kebebasan berpendapat, memilih, bertindak. Jika ttdak
namanya itu tirani.

Jadi demokrasimembangun kondisi agar setiap warga mampu menyuarakan


pendapatnya

1. Kebebasan berkelompok
2. Kebebasan berpartisipasi
3. Kesetaraan gender
4. Kedaulatan rakyat
5. Rasa percaya
6. Kerja sama

Kondisi yang diperlukan untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi adalah:


1. Pertumbuhan ekonomi: menuntun pertumbuhan mendorongnya lapisan
masyarakat dan SDA
2. Pluralisme: dipahami dengan masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok
3. Hubungan seimbang antara negara dan rakyat

B. Mengapa Demokrasi Merupakan Pilihan?

Alasannya dengan adanya demokrasi yaitu pemerintah dapat dikontrol oleh


masyarakat. Dengan demokrasi maka masyarakat akan membentuk asosisasi yang
dapat mengimbangi kekuasaan pemerintah, mempertanyakan apa kepentingannya.

Parameter untuk mengamati apakah demokrasi terwujud atau tidak:

1. Pemilihan umum dilakukan secara teratur dengan tenggang waktu jelas,


kompetetif, jujur, dan adil.
2. Rekuitmen politik secara terbuka.
3. Akuntabilitan public, pemegang jabatan harus bertanggung jawab kepada
public
4. Diberlakukan setidaknya hak-hak dasar individu dalam negara.
5. Tewujudnya pengadilan independen

Menurut pengalaman politik di berbagai negara, ada beberapa system yang


dikembangkan untuk mendukung pemerintahan demokrasi:

1. System parlementer: Fusi legislatif dan eksekutif tidak dapat dipisahkan.


Kepala eksekutif yang utama adalah Perdana Mentri. Presiden sebagai
kepala negara.
2. Sitem Presidensil: menekankan pentingnya pemilihan presiden secara
langsung. Sehingga presiden dapat langsung mandate dari rakyat. Presiden
adalah kepala eksekutif sekaligus kepala negara.
3. Kekuasaan eksekutif terbatas: Masyarakat memberi batasan kepada
kekuasaan eksekutif. Tetapi lemahnya system pengawasan eksekutif
4. Pemberdayaan badan legislatif: badan legislatif dituntut untuk
memberdayakan dirinya selaku badan perwakilan rakyat

C. Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi


Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 bentuk pemerintahan
Indonesia adalah demokrasi Pancasila dengan system pemerintahan presidensil.
Namun Indonesia juga pernah terjadi penyelewengan demokrasi Pancasila dengan
mempraktekan demokrasi liberal dan terpimpin.
Memperhatikan pertumbuhan demokrasi dan praktek politik di Indonesia ada 3 hal
menarik yang dikemukakan
1. Sejak merdeka bangsa dan Pemerintahan Indonesia sudah berkemauan kuat
untuk memilih dan menerapkan demokrasi dalam kehidupan social dan
politiknya
2. Indonesia sudah melakukan uji coba demokrasi sebanyak tiga kali yaitu
demokrasi liberal, terpimpin, dan Pancasila.
3. Ada suatu keyakinan bahwa kita belum terlambat untuk memperbaiki
pertumbuhan demokrasi di negara kita.

Sanusi (1999) mengidentifikasikan 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia,


Demokrasi berdasarkan:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Hak asasi manusia
c. Kedaulatan rakyat
d. Pemisah kekuasaan negara
e. Otonomi daerah
f. Supremasi hukum
g. Peradlan yang bebas
h. Kesejahteraan rakyat
i. Keadilan social

Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi penegakan demokrasi konstitusional yaitu


sector ekonomi, factor budaya kewarganegaraan, dan akar sejarah (Bahmueller,
1996)

Pendidikan demokrasi telah menjadi wacana akademis yang berkembang pesat


sehubungan dengan pesatnya gerakan demokrasisasi di dunia. Ini merupakan suatu
konsep pendidikan yang sistematik dan kohoren yang mencakup pemahaman
tentang cita-cita, nilai, dan konsep, dan prinsip demokrasi melalui interaksi social.
Pendidikan demokrasi memerlukan perangkat pengalaman belajar seperti kurikulum
belajar dan pembelajaran secara progamatik dapat memandi terjadinya proses tadi.

Urgensi Rekonseptualisasi, Dalam upaya melakukan rekonseptualisasi, Winataputra


merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Komitmen nasional untuk memfungsikan pendidikan sebagai wahana untuk
‘mengembangkan’ kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
2. Transformasi demokrasi dalam masyarakat Indonesia memerlukan konsepsi
yang diyakini benar dan bermakna dan didukung dengan sarana pendidikan
yang tepat sasaran
3. Pendidikan demokrasi yang dilakukan dalam konteks pendidikan formal, non
formal dan informal selama ini belum mencapai sasaeran optimal
4. Secara psiko paedagosis dan sosio andragogis, pendidikan demokrasi yang
paling tepat adalah pendidikan untuk mengembangkan kewarganegaraan
yang demokratis.
5. Untuk mendapatkan model pendidikan kewarganegaaan sesuai poin ke 4 yg
handal diperlukan upaya untuk mengkaji kekuatan konteks, kehandalan input
dan proses, guna menghasilkan produk pendidikan sesuai dengan visi.

Anda mungkin juga menyukai