Anda di halaman 1dari 4

KASUS RELEVAN

Dikutip dari Bolaperjuangan.com di bawah ini akan dipaparkan kasus Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) secara sepihak yang dilakukan oleh PT. Tunas Bola terhadap karyawannya.
Jakarta, 15 Desember 2015

Bersama pernyataan ini, kami yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja sepihak
menyatakan berjuang melawan ketidakadilan atas keputusan sepihak serta sewenang-wenang
manajemen PT. Tunas Bola (Kelompok Kompas Gramedia), pada Rabu 11 November 2015.
Keputusan massal yang kami alami merupakan cerminan brutalnya praktik bisnis di ranah industri
media massa, dalam hal ini yang dilakukan oleh korporasi media terhormat, Kompas Gramedia.
Keputusan manajemen PT. Tunas Bola yang mengumumkan pemecatan 31 karyawannya, dinilai
bukan saja tidak adil serta sangat berbau dengan penipuan hukum dan peraturan di negara ini, tetapi
juga sebuah kezaliman dan pengingkaran terhadap jasa, kontribusi, dan reputasi para pekerja
profesional media. Dari 31 karyawan tersebut, 15 di antaranya menolak keputusan PHK.

Selama belasan bahkan puluhan tahun bekerja di PT. Tunas Bola, kelima belas orang ini, lima
di antaranya adalah wartawan senior, telah ikut berjasa membesarkan berbagai produknya sejak
Mingguan BOLA, Tabloid BOLA, bolanews.com, Majalah Bolavaganza, Harian BOLA, sampai
juara.net. Disebut penipuan karena manajemen PT. Tunas Bola mengambil keputusan PHK
berdasarkan hasil assesment oleh lembaga First Asia Consultan yang beralamat di Jalan S. Parman
76, Jakarta pada 2-5 November 2015. Padahal First Asia Consultan sendiri menyatakan hanya
memakai assesment sebagai pemetaan posisi karyawan di perusahaan untuk 2016.

Hasil assesment tidak diberikan kepada karyawan yang menjadi korban hingga di hari mereka
di PHK. Yang lebih merisaukan dan sangat meragukan adalah beberapa yang
menjalani assesment secara tidak serius, misalnya tidak mengisi lengkap tes psikologi, namun justru
tidak mengalami pemecatan. Ironisnya beberapa bulan sebelum keputusan dibuat, manajemen malah
melakukan rekrutmen besar-besaran calon karyawan baru untuk berbagai posisi di tiga media, Harian
BOLA, Tabloid BOLA, dan situs juaranet.

Oleh sebab itu, sampai hari ini pun kami masih merasakan keanehan dan kebingungan, sedih
bercampur marah, karena tidak mengerti apa sebenarnya kesalahan kami sehingga mendapat
pemecatan. Pertanyaannya adalah siapa yang membuat keputusan sehingga perusahaan rugi selama
ini? Segala ide, peringatan, kritikan, sampai masukan yang telah diberikan tidak pernah digubris.
Kerugian yang dialami PT. Tunas Bola sendiri merupakan puncak gunung es dari berbagai
penyimpangan dan kelemahan manajerial pimpinan PT. Tunas Bola, Arief Kurniawan (Direktur dan
Pemimpin Redaksi), Stella Soedibjo (Wakil Direktur ), dan Weshley Hutagalung (Wakil Pemimpin
Redaksi) sejak ditetapkan mulai l Desember 2012.

Ketidakmampuan mereka dalam memanfaatkan kemampuan dan kelebihan para karyawan,


memberi arah serta contoh, menyebabkan kondisi kerja yang terbangun di PT. Tunas Bola dipenuhi
intrik dan rasa curiga karena komunikasi antar pimpinan dan bawahan sangat buruk. Yang kami
sayangkan adalah pihak korporasi tidak mengambil tindakan tegas, bahkan seolah-olah sengaja tutup
mata dengan kondisi manajemen yang semakin destruktif di PT. Tunas Bola, tiga tahun belakangan.

Hal kedua yang membuat kami merasa dizalimi adalah keputusan PHK yang dilakukan Arief
Kurniawan dan Stella Soedibjo, sebagai direktur dan wakil direktur, berlangsung secara lisan, sebab
kami tak pernah tahu dan melihat adanya Surat Keputusan resmi dan tertulis dari direktur soal
pemecatan kami. Ada anggapan kuat jika kami setuju dipecat saat itu, maka SK-nya baru dibuat.
Sungguh ini sebuah keputusan brutal dan tindakan yang memalukan dari sebuah institusi bisnis yang
bernaung di bawah panji Kompas Gramedia.
Hal ketiga yang kami pertanyakan tidak lain adalah, di kala kedua alasan itu masih belum jelas
dan tidak bisa kami terima, manajemen PT. Tunas Bola langsung bertindak sewenang-wenang lagi
dengan menginstruksikan manajer HR PT. Tunas Bola, saudara Daniel Sianturi, untuk menghitung
dan menawarkan pesangon, disertai ancaman agar segera menyelesaikan persoalan hingga akhir
November jika tidak mau mendapat ganti rugi yang lebih kecil.

Untuk itu kelima belas (15) orang yang menjadi korban kemungkaran PT. Tunas Bola akan
tetap berjuang sampai ‘titik darah terakhir’ demi mendapat hak-haknya yang layak, pemulihan nama
baik dan kondisi psikologis kami, sekaligus untuk kepastian menghidupi keluarga kami ke depan.
Berdasarkan fakta di atas, dan pengakuan para korban PHK, serta beberapa bukti yang menguatkan
lainnya, ditemukan sejumlah kejanggalan dalam proses PHK yang dilakukan PT. Tunas Bola pada 11
November 2015.

Pertama, keputusan PHK tidak didahului oleh proses musyawarah antara pihak manajemen
dengan para karyawan yang sudah ‘diincar’. PHK sepihak seperti ini dilarang Undang-undang Tenaga
Kerja Nomor 13 Tahun 2003.

Kedua, PHK tidak berdasarkan alasan yang memadai sesuai peraturan perundang-undangan dan
tanpa melalui penetapan dari Dinas Tenaga Kerja maupun Pengadilan Hubungan Industrial. Praktik
PHK yang terjadi di PT. Tunas Bola pada November 2015 adalah sinyal makin santernya indikasi
praktik sewenang-wenang pengusaha di industri media dengan mengabaikan perlindungan hak-hak
tenaga kerja.

Ketiga, memecat dengan alasan efisiensi berlawanan dengan semangat Pasal 151 ayat 1, UU
no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menegaskan bahwa, “Pengusaha, pekerja/buruh,
serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan
terjadi pemutusan hubungan kerja.”

Dengan sejumlah alasan di atas dalam kasus ini, kami menyatakan:


1. Menyesalkan putusan PHK di PT. Tunas Bola yang dialami 15 karyawan dan pekerja media dan
mendesak untuk dipekerjakan kembali.
2. Meminta perusahaan untuk memberikan hak-hak karyawan sebagaimana diatur dalam UU no.13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Akan terus memperjuangkan hak yang seharusnya didapatkan atas putusan PHK tersebut.
4. Mendesak Dinas Tenaga Kerja Provinsi DKI untuk melakukan fungsi pengawasan atas kasus
PHK karyawan PT. Tunas Bola.
5. Menghimbau seluruh wartawan dan pekerja media segera mengorganisir diri dengan mendirikan
serikat pekerja. Keberadaan serikat pekerja merupakan kunci yang dapat menjamin perlindungan
hak-hak pekerja dan memudahkan proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Sumber :
https://bolaperjuangan.com/2015/12/15/press-release-pemutusan-hubungan-kerja-sepihak-oleh-
pt-tunas-bola/
ANALISIS KASUS
Salah satu kasus yang sering kali terjadi di sebuah perusahaan adalah adanya tindak PHK yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan kepada pegawai atau karyawannya. Sebagaimana kasus
yang dipaparkan di atas, kasus PHK secara sepihak terjadi di PT. Tunas Bola. Adanya kasus tersebut
jika kita mengacu kepada Hubungan Internal perusahaan sangat jelas bahwa Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) secara sepihak yang dilakukan oleh manajemen PT. Tunas Bola kepada 31 karyawannya
merupakan sebuah indikasi bahwa perusahaan sekelas PT. Tunas Bola yang juga merupakan
perusahaan di bawah naungan Kompas Gramedia memiliki sistem manajemen yang buruk. Mengapa
demikian, karena di dalam internal perusahaan tersebut seharusnya sudah ada staf humas/public
relations yang bisa meredam konflik perusahaan tersebut. Tetapi kenyataan manajemen PT. Tunas
Bola khususnya staf humas tidak bisa berbuat banyak terhadap kasus tersebut sehingga karyawannya
yang terkena PHK secara sepihak merasa keberatan dan ingin menindak lanjuti ke proses hukum.

Jelas kasus tersebut akan merusak citra perusahaan. Terlebih karyawan yang merasa dirugikan
telah melapor kepada pihak yang berwajib untuk mengurusi dan menindak lanjuti kasus tersebut
selain itu para karyawan juga telah menyebarluaskan ketidak puasan mereka melalui media sehingga
banyak orang yang tahu mengenai kasus tersebut. Dan akibatnya sudah jelas citra perusahaan PT.
Tunas Bola dimata publik akan tercoreng, yang lebih buruk lagi jika kasus tersebut berhasil diproses
ke meja pengadilan, perusahaan bukan hanya akan kehilangan citra baik dimata publik tetapi juga
akan kehilangan keuntungan akibat dari pelanggaran hukum.

Jika kita melihat lebih jauh lagi dari kasus tersebut, kita akan menemukan bahwa proses Human
Relations di perusahaan tersebut tidak berjalan dengan baik. Karena adanya pemutusan hubungan
kerja secara sepihak jelas sekali menandakan bahwa tidak adanya proses komunikasi atau
musyawarah terlebih dahulu antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak karyawan. Seharusnya
pihak manajemen melalui staf humasnya melakukan peninjauan kembali sebelum memutuskan untuk
melakukan PHK. Staf humas perusahaan PT. Tunas Bola bisa menggunakan pendekatan human
relations untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan mencoba melakukan proses komunikasi
yang lebih mendalam yang sifatnya interpersonal baik dengan pihak pimpinan perusahaan maupun
dengan pihak karyawan yang akan di PHK. Dengan begitu nantinya akan ditemukan titik
permasalahannya dan bisa diketahui atas dasar apa pihak manajemen perusahaan melakukan
pemutusan hubungan kerja kepada karyawannya, apakah itu murni akibat dari kesalahan patal dari
karyawannya ataukah ada sebab-sebab lain dibalik itu.

SOLUSI
Sebelum kasus ini diproses secara hukum sebenarnya pihak manajemen perusahaan melalui staf
humas bisa mencari jalan keluar yaitu dengan menganalisis kasus ini menggunakan four step public
relations process atau empat langkah prosespublic relations. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Cutlip and Center, empat langkah proses public relations adalah Fact Finding, Planning,
Communicating, dan Evaluating. Fact Finding, merupakan proses mendefinisikan permasalahan yang
dilakukan melalui penelitian dengan menganalisis situasi berupa pemahaman, opini, sikap dan
perilaku publik baik internal maupun eksternal terhadap lembaga. Planning, berdasarkan pada
rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program
kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan
publik. Communicating, dalam tahap ini PRO harus mengkomunikasikan pelaksanaan program
sehingga mampu mempengaruhi sikap publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung
pelaksanaan program tersebut. Evaluating, tahap ini melakukan penilaian terhadap hasil-hasil
pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program, pengkomunikasian, sampai
keberhasilan atau kegagalan yang terjadi dari program tersebut.
Jika kasus tadi kita masukan ke dalam four step public relations process, setidaknya kita akan
menemukan gambaran serta titik terang inti dari penyebab permasalahan yang memunculkan kasus
tersebut. Misalnya dengan proses yang pertama yaitu Fact Finding, staf humas PT. Tunas Bola bisa
melakukan penelitian untuk menemukan berbagai faktor yang melatar belakangi terjadinya kasus
tersebut. Proses penelitian tersebut bisa dilakukan kepada pihak pimpinan perusahaan dan juga pihak
karyawan. Kemudian tahap selanjutnya yaitu Planning. Setelah menemukan akar permasalahan, staf
humas bisa melakukan sebuah rencana yang bisa meredam gejolak internal di perusahaan tersebut.
Rencana tersebut bisa berupa rapat besar semua staf dengan pimpinan perusahaan sehingga nantinya
akan menemukan kesepakatan yang tidak merugikan sebelah pihak. Proses selanjutnya
adalah Communicating, setelah perencanaan sudah terkonsep maka staf humas bisa
mengkomunikasikannya kepada pimpinan perusahaan juga kepada karyawan. Setelah itu barulah
masuk kepada proses terakhir yaitu adanya Evaluating, staf humas mengevaluasi proses dari awal
sampai akhir dan kemudian hasilnya bisa diberikan kepada pimpinan perusahaan sebagai bahan
pertimbangan.

Dengan adanya proses seperti itu kemungkinan terjadinya proses pemutusan hubungan kerja
secara sepihak oleh perusahaan akan bisa diminimalisir karena segala permasalahan akan diungkap
secara jelas, transparan tanpa ditutup-tutupi. Kalaupun harus pada akhirnya keputusan perusahaan
tetap pada pemutusan hubungan kerja, pihak karyawan akan bisa menerima tanpa harus menuntut ke
pengadilan karena mereka tahu akar permasalahannya secara jelas.

Anda mungkin juga menyukai