Anda di halaman 1dari 22

MATERI 3 STRATEGI MENANGKAP PELUANG USAHA

INSPIRASI CERITA: PEBISNIS SUKSES MENANGKAP PELUANG


USAHA

KASUS 3.1
Greg Hambali: Usaha Penangkar Tanaman Hias Aglaonema Indonesia

Greg Hambali berhasil menyilangkan aglaonema pertamanya yang diberi nama


“Pride Of Sumatera” dan “Donacermen”. Saat itulah komunitas tanaman hias
Indonesia mengenal aglaonema hybrid pertama yang mempunyai warna merah,
dimana sebelumnya tanaman ini yang beredar dan dikenal oleh kolektor hanya
memiliki daun warna hijau, kuning maupun verigata (hijau kekuningan). Hasil
penyilangan Greg Hambali bersaun merah akhirnya mulai diikuti oleh petani
Thailand untuk diperkenalkan kepada masyarakat dunia. Hingga saat
ini, aglaonema yang paling diminati di Indonesia adalah yang berdaun merah
dengan harga yang murah.

Harga dan Tren

Harga aglaonema merupakan tanaman hias yang yang harga koreksinya cepat


setiap bulan berubah), bulan maret 2009 seharga Rp. 2 juta/daun, mungkin satu
bulan berikutnya bisa Rp. 1 juta/daun atau bisa jadi Rp. 2,5 juta/daun.
Harga aglaonema lokal lebih stabil dibandingkan dengan harga impor dari
Thailand. Ciri yang digunakan untuk mengenali aglaonema local dan impor
adalah impor adalah bagian bawah daun aglaonema  local pasti berwarna merah
sampai batangnya, sedangkan aglaonema impor tidak berwana merah pada bagian
bawah daunnya.
Jenis aglaonema yang paling mahal saat ini adalah sexy pink (Rp. 2,5
juta/daun) dan hot lady (Rp. 300 – 500 ribu/daun), sedangkan yang paling murah
adalah Donacermen, yakni Rp. 1,5/daun. Donacermen,  warna daun menyala dan
biasanya anakannya banyak. Daunnya lebat dan rimbun, bentuk daun cenderung
bulat. Warna daunnya merah dengan bercak hijau dan kuning kehijauan. Yang
paling jelas terlihat adalah tulang daunnya berwarna pink.

Tips Memulai Usaha Bagi Pemula

Bagi pemula yang ingnmemulai terjun ke usaha tanaman hias, bisa memulai usaha
denga modal sebesar Rp. 2 juta. Caranya bisa diawali dengan mencoba
tanaman aglaonema yang mudah diperbanyak dan berharga murah, agar jika
gagal, kerugian tidak begitu terasa. Sedangkan untuk modal seorang pedagang,
lebih baik memiliki tanaman atau jaringan pemasaran yang baik dulu. Barulah
bisa diperkirakan modal awal usaha/budidaya aglaonema. Dalam usaha tanaman
hiasa biasanya margin keuntungan yang bisa diperoleh yakni 20-30%.
Cara promosi yang jitu adalah dengan mengikuti pameran. Sedangkan cara untuk
pemasarannya yang baik terutama untuk pemula, yakni dengan mendisplay
produk di mursery yang berada di sentra tanaman hias, atau jika belum memiliki
nursery bisa dengan cara titip jual (konsinyasi dengan rekan usaha yang sudah
dikenal masyarakat). Pemasaran dengan cara online di internet untuk tanaman hias
saat ini saat ini terbilang masih belum efektif. Namun, penggunan internet saat ini
terus bertambah, sehingga ke depan pemasaran dengan online akan sangat lebih
baik.

Prospek dan Pesaing


Aglaonema dalam negeri sudah bisa memenuhi pasar lokal hamper 100 persen.
Untuk prospek usaha, aglaonema memiliki prospek yang bagus, selama orang
masih suka keindahan dan krisis moneter tidak semakin parah, adanya kolektor
tanaman hias dan keinginan untuk maju dan berkembang untuk menciptakan hasil
persilangan yang baru. Selain itu, menurut Greg Hambali pelaku usaha harus
pandai mencari pangsa pasar dan tetap disesuaikan dengan daya beli masyarakat.
Aglaonema yang harganya mahal biasanya merupakan jenis baru, dan jenis ini
lebih banyak dipasarkan untuk kalangan menengah atas dan daerah perkotaan atau
memang ditunjukan untuk kolektor, sedangkan daerah pedalaman merupakan
aglaonema jenis lama karena harganya murah. Namun, para pelaku usaha di
manapun harus tetap memahami selera pembelinya.
Sumber: Tabloid Peluang Usaha Muda, No. 15/Thn. IV/30 Maret-17 April 2008,
hlm. 12.
KASUS 3.2
Wirausaha
Adi Kharisma Meraih Peluang Usaha dengan Ubi Ungu
Kreativitas Adi Kharisma (50 tahun) mengolah es krim dengan bahan baku dari
ubi ungu yang direbus lalu digiling, dicampur susu, kelapa, ditambah sejumlah
bahan lain menambah pilihan kuliner. Makanan berbahan bak lokal jika diolah
dengan kreatif bisa menjadi alternatif kuliner berkelas.
Pusat makan ubi jalar Sweet Purple di Kawasan Bintaro Sektor I, Jakarta,
dapat menikmati aneka hidangan yang dibuat dari ubi ungu, mulai dari es krim,
jus, hingga ice burger. Di Sweet Purple, ubi ungu diolah dengan berbagai
kreativitas menjadi kuliner yang berkelas.
“Bila usaha Anda maju, buatlah sedikit berbeda dengan lainnya”, kata Adi
memaknai kreativitasnya mengolah produk makanan bebahan baku ubi. Bagi Adi,
kreativitas untuk menghasilkan sebuah produk pangan sangat menentukan maju
tidaknya sebuah usaha. Karena alas an itu pula, Adi tidak pernah berhenti
menciptakan berbagai produk pangan yang semula dicitrakan sebagai makanan
kampungan menjadi makanan berkelas.
Karena ubi ungu pula, Adi meningalkan usahanya sebagai distributor
makanan dan minuman di Bali. Bagitu pula dengan gelar akademisnya yang ia
peroleh dari San Francisco State University, AS, ia kesampingkan. Adi lebih
tertarik menekuni usaha ubi ungu.
Adi mengutamakan orisinalitas gagasan untuk menghasilkan produk yang
memiliki tempat tersendiri di hati konsumen. Omzet usaha ini relatif lumayan,
setidaknya, membuat Adi berani meninggalkan usaha lamanya yang telah mapan.
Konsep penjualan melalui sistem waralaba yang dikembangkan pun kini
mulai banyak peminat. Bahkan, dalam waktu dekat, ia berencana membuka satu
gerai lagi di Jakarta.
Ubi ungu, menurut pengamatan Adi, merupakan salah satu bahan pangan
yang mengandung antioksidan. Hal ini dikarenakan ubi unggu menandung serat
pangan alami yang tinggi, prebiotic, kadar Glycemic Index rendah, dan
oligosakarda. Pigmen warna ungu pada ubi ungu bermanfaat sebagai antioksidan
karena dapat menyerap populasi udara, racun, oksidasi dalam tubuh, dan
menghambat pengumpulan sel-sel darah.
Menjaga Kualitas
Dengan kreativitasnya, ubi ungu dapat menjadi makanan yang memenuhi selera
masyarakat. Saat ini, yang dibutuhkan Adi adalah menjaga konsistensi kualitas
ubi ungu. Untuk itu, Adi terjun langsung untuk menanam ubi. Varietas ubi ungu
yang dikembangkan dipilih dari Jepang. Selain kualitas warna ungunya yang
bagus, juga kualitas rasanya stabil bila teknik budidayanya diterapkan secara
tepat.
Perlahan tapi pasti, usaha makanan dan minuman berbasis ubi ungu yang
dibangun Adi mulai menunjakan hasil. Kunci sukses dari perjalanan bisnis Adi
adalah kreativitas dan kemampuan menangkap peluang.
Sumber: Kompas, Sabtu, 4 April 2009, hlm. 21.
Kasus 3.3
Bisnis Ritel
Carrefour Dinilai Dominan dalam Peluang Persaingan Usaha Ritel
“Setelah satu tahun mengakuisisi Gudang Rabat Alfa, posisi Carrefour kini dinilai
dominan dalam persaingan usaha ritel. Hal ini mengarah pada terciptanya
persaingan usaha yang tidak sehat,” demikian dikemukakan oleh Wakil Ketua
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Didik Akhmadi.
Pengembangan usaha yang dilakukan Carrefour dengan membentuk
Carrefour Express, pengganti Alfa Gudang Rabat, diduga telah membuat
perusahaan ritel ini menguasai pangsa pasar sebesar 50 persen.
Didik menjelaskan, walaupun lembaga survey The Nielsen Indonesia
mencatat pangsa pasar hypermart asal Prancis itu hanya 7 persen, data peneliti
KPPU menunjukan pangsa pasar Carrefour bisa mencapai 50 persen.
Dampak dari akuisisi yang dilakukan Carrefour, menurut KPPU,
menimbulkan perilaku yang merugikan. Kerugian itu antara lain pembuatan
perjanjian antara Carrefour dan pemasok. Karena itu, lanjut Didik, mulai
membentuk tim untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan.
Menanggapi pernyataan KPPU, Direktur Corporate Affairs PT Carrefour,
Irwan D. Kadarman menyatakan sangat menyesalkan tindakan KPPU yang sudah
membulikasikan perkara ini. Pihaknya merasa belum pernah diberi tahu aau diajak
bicara mengenai hal ini.
“Kalau dituding telah memonopoli pasar, jelas tudingan itu tidak tepat.
Kami mengakuisisi Alfa Gudang Rabat, bukan minimarket Alfamart yang
manajemennya berbeda sama sekali”, ujar Irawan.

Aset
Menurut catatan Kompas, Carrefour resmi mengumumkan akuisisi terhadap Alfa
pada 21 Januari 2008. Peritel asal Prancis ini menandatangani kesepakatan persero
dengan PT Sigmantara Alfindo and Prime Horizon Pte. Ltd., untuk membeli
saham mayoritas di PT Alfa Retailindo Tbk. Total saham yang dibeli 49,3 juta
Euro, saat ini sekitar Rp. 674 miliar.
Tahun 2006, Carrefour Indonesia memiliki hypermarket 29 gerai denga
besar penjualan 637 juta Euro. Tahun 2007 menjadi 37 gerai, dengan penjualan
Januari-Septemer 2007, naik 14,4 persen dari periode yang sama tahun
sebelumnya.
Sementara itu, PT Alfa Retailindo Tbk., pada tahun 2007 memiliki 29
gerai supermarket, sebanyak 13 gerai, diantaranya berlokasi strategis di Jakarta
dan sekitarnya, Penjualan tahun 2006 tercatat Rp. 3.642 miliar atau sekitar 265
juta Euro.
Alfa Retailindo merupakan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI), yang bisnisnya tersebar di seluruh Indonesia. Ini berbeda dengan
Alfamart yang dimiliki oleh PT Sumber Alfaria Trijaya.
Sumber: Kompas, Sabtu, 4 April 2009. Hlm. 21
Dari Kasus 3.1 dapat penulis simpulkan bahwa kreativitas penangkaran
aglaonema dilakukan oleh Greg Hambali adalah aglaonema yang paling diminati
khususnya di Indonesia adalah aglaonema yang berdaun merah dengan harga
yang murah. Harga murah menjadi pilihan bagi kebanyakan pembeli. Peluang
usaha ditangkap melalui krativitas Greg Hambali melalui penangkaran aglaonema
yang memiliki panngsa pasar sesuai dengan harga dari yang paling murah hingga
yang paling mahal.
Dari Kasus 3.2 dapat penulis simpulkan bahwa kunci sukses dari
perjalanan bisnis Adi adalah kreativitas dan kemampuan menangkap peluang,
yang ditempuh adalah upaya menjaga konsistensi kualitas ubi ungu dan
menghasilkan menu dari satu bahan baku yakni ubi ungu menjadi berbagai macam
produk dari hasil olahan ubi ungu. Untuk itu, Adi terjun langsung untuk menanam
ubi. Varietas ubi ungu yang dikembangkan dipilih dari Jepang. Selain kualitas
warna ungunya bagus, juga kualitas rasanya stabil bila teknik budidayanya
diterapkan secara tepat dan benar.
Dari Kasus 3.3 dapat penulis simpulkan bahwa tantangan bisnis retail
lokal Indonesia terdesak oleh ekspansi bisnis retail global seperti Carrefour dan
lambat laun jika tidak diadakan pembatasan izin operasional oleh Pemerintah
(hanya boleh ekspansi di kota-kota besar di Indonesia saja), maka niscaya
cengkeraman kuku mereka akan semakin tjam dan lambat laun akan
memusnahkan bisnis ritel, khususnya minimarket lokal yang tidak mampu
bersaing, baik karena tidak mampu bersaing dalam permodalan maupun juga
faktor pengalaman manajemen. Apakah strategi rite lasing seperti Carrefour
dalam perizinan ekspansinya akan tetal dibuka lebar oleh pengusaha dan
pemerintah (sebagai pemberi izin usaha, khususnya pemerintah daerah di ibu kota
provinsi hingga di bawahnya) negeri ini sampai ke pelosok-pelosok desa di
Indonesia atau perlu strategi pemikiran lain, sehingga peritel lokal tidak semakin
banyak yang gulung tikar? Carrefour menangkap peluang usaha dengan ekspansi
yang agresif melalui lemahnya sistem pemberian perizinan dari pemerintah daerah
yang selama ini ada.
Bila pemerintah selaku pemberi perizinan perdagangan tidak memandang
kepentingan keselamatan rakyat Indonesia dan keberlanjutan ritel lokal, maka
produk-produk unggulan nasional justru dipasokkan kepada hypermarket asing
seperti Carrefour, sehingga keuntungannya tidak lagi dinikmati oleh bangsa
Indonesia sendiri, namun nilai tambah dan keuntungannya akan dinikmati oleh
bangsa asing karena secara permodalan mereka yang lebih kuat, apalagi modal
yang kecil (dalam bentuk valuta asing di luar negeri) bila diinvestasikan di
negaranya tidak berate apa-apa, namun jika dialirkan/diinvestasikan di Indonesia,
sudah untung. Hal ini karena, secara nilai tukar valuta asing mereka bila
ditukarkan dengan rupiah sudah puluha ribu kali keuntungannya. Sebagai
ilustrasi, jika seorang investor asing memiliki US$1 juta diinvestasikan di
negaranya tidak berate apa-apa, tetapi bila sejumlah tersebut diinvestasikan di
Indonesia sudah menjadi Rp. 9.000.000.000 (9 miliar, dengan asumsi nilai tukar
US$1 menjadi Rp. 9.000) saja. Dengan modal US$1 juta, sudah dapat minimal
mendirikan 18 gerai Alfamart (bila asumsi 1 gerai Alfamart sebesar Rp. 500 juta).
Tidak hanya itu, hal yang mengkhawatirkan bagi kita semua, kerugian lain
atau dampak negative dengan berdirinya hypermarket di suatu kota, yakni
pedagang dan ritel lokal milik rakyat Indonesia yang beroperasi disekitarnya tidak
dapat bersaing/bertahan alias bangkrut (berapa tenaga kerja yang harus
menganggur?). apakah hal ini tidak menjadi pertimbangan besar bagi pengambil
keputusan mengenai mudahnya pemberian perizinan bagi hypermarket yang akan
melakukan ekspansi di pelosok wilayah Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia
lainnya, data penelitian Ketua KPPU menunjukan pangsa pasar Carrefour dapat
mencapai 50 persen (simak Kasus 3.3).

TANTANGAN BERKEWIRAUSAHAAN
E-commerce
Merupakan perkemmbangan dan bagian dari era teknologi informasi yang mampu
menciptakan ekonomi baru. Internet saat ini sudah umum digunakan oleh dunia
usaha dalam rangka mencari informasi dagang, promosi dagang, hubungan/kontak
dagang secara internasional keseluruh negara/dunia. Sarana ini walaupun pada
tahap awal investasinya cukup mahal, namun proses bisnis selanjutnya akan lebih
cepat dan sekaligus dapat mengakses data maupun informasi bisnis dalam tempo
yang cepat.
Hampir seluruh instansi pemerintah termasuk perwakilan Pemerintah
Republik Indonesia di luar negeri (kedaulatan besar, konsulat jendral, maupun
atase perdagangan), salah satu upaya komunikasi dan promosi sudah
menggunakan e-commerce.
Usaha yang menggunakan e-commerce yang dapat diakses menggunakan
internet merupakan suatu usaha yang sangat unik, karena hanya dengan
menggunakan satu media, perusahaan dapat melakukan usaha/bisnis, baik dengan
sesame perusahaan (Business to Business-B2B) atau dapat proses bisnis langsung
antara pembisnis dengan konsumen atau penjual dengan pembeli (Business to
Consumer-B2C). mereka dapat melakukan proses bisnis, mulai dari promosi
produk, penawaran, dan permintaan produk, tanya jawab antara konsumen dan
produsen atau antara pembeli dengan penjual dapat dilakukan secara aktif dengan
e-commerce.
Business to Business (B2B)
B2B artinnya proses bisnis antara penjual dengan penjual atau produsen dengan
produsen atau produsen dengan grosir, pedagang, agen, dan sejenisnya dilakukan
secara online. Mereka dapat melakukan proses bisnis, mulai dari promosi,
penawaran dan permintaan produk, tanya jawab antara mereka dapat dilakukan
dengan cara online melalui internet atau mobile phone yang memiliki fitur untuk
itu
Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan teknologi internet dan mobile
memang semakin hebat. Teknologi pencarian informasi bisnis maupun informasi
lainnya minsalnya melalui situs Google.com, diibaratkan oleh Hermawan
Kertajaya sebagai malaikat pencatat amal baik dan buruk. Ketik nama merek
Anda di sana, dan akan terlihat betul perbuatan apa yang telah Anda lakukan
selama ini. Kalau banyak positif, tentunya baik karena dapat mempengaruhi otak,
hati dan jiwa konsumen. Kita semua tahu bahwa Google, yang notabene-nya
perusahaan pemasang iklan merupakan fenomena internetnyang telah menjadi
bagaian dari wawasan kita dalam mencari informasi mulai dari produk atau jasa
yang terbesar sampai yang terkecil, melihat dunia luar (contohnya: Google Earth),
mendengar (Google Alert), dan berkolaborasi dengan rekan sekantor (Google
Docs, Gmail, Google Talk). Tidak hanya merevolusi industri teknologi informasi,
Google juga mengubah banyak tatanan industri mulai dari media (Google news,
YouTube/Google Video) sampai perpustakaan (Google Books, Google Schoolar).
Google adalah internet, dan internet adalah Google. Dengan misinya yang sangat
horizontal, yaitu “Mengelola informasi Dunia dan Membuatnya Mudah Diakses
dan Berguna”, Google telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat tulen
dunia, New Wave yang ingin mencari, melacak dan menggunakan sebuah
informasi. Teknologi Web 1.0 adalah era kita hanya dapat mencari, browsing, dan
read-only. Kini dunia internet telah berubah. Teknologi internet masuk pada Web
2.0 telah membuat internet bersifat lebih interaktif dan dinamis. Interaksi dengan
komunitas menjadi lebih memungkinkan karena pada dasarnya kekuatan
sesungguhnya dari aplikasi internet yang bersifat Web 2.0 adalah read and write.
Internet dengan Web 2.0 membuat proses horizontal semakin cepat. Di dunia yang
serba horizontal ini, berkat perkembangan teknologi internet, semua orang
sekarang mempunyai kesempatan yang sama untuk terhubung, dihubungi, dan
menghubungi. Kini eranya dimana kita dapat melihat sekaligus mennyentuh, dan
berinteraksi. Tidak hanya itu, dunia yang serba horizontal bukan hanya
disebabkan oleh perkembangan teknologi semata. Pendorong nomor satu adalah
perubahan teknololgi dari yang bersifat one-to-many ke many-to-many. Perubahan
teknologi ini mengundang datangnya berbagai tren lainnya. Berbagai tren yang
ada, antara lain:
1. From one-to-many broadcasting to many-to-many networking. Didorong
oleh teknologi Web 2.0 menyebabkan membanjirnya aplikasi berbasis
jejaring dari banyak ke banyak ini menyebabkan internet telah berubah.
Trennya adalah read and write, mendorong orang lain lebih
mengekspresikan dirinya, berpartisipasi, melakukan networking,
membentuk komunitas lewat situs jejaring, dan banyak hal lainnya.
2. From Ideology to Persona. Berekmbangnya teknologi juga telah membuka
dunia politik dan birokasi lebih transparan. Sejak adanya internet, kita
lebih dapat melihat gambaran politik secara nyata, sudah semakin susah
untuk merahasiakan sesuatu. Sebagai contoh saat ini semakin banyak
politis yangn masuk di Facebook. Ketika profil Perdana Mentri China
Wen Jiabao muncul di Facebook pada 14 Mei 2008, ia mendapat kawan
sekitar 14.000 orang dalam waktu cuma dua minnggu, sedangkan profil
Presiden Hu Jiantao waktu itu cuma punya 1.000 pengikut. Ini bukti
bahwa We lebih horizontal, meskipun keduanya adalah orang nomor satu
dan dua China.
3. From G7 to G20. Kelompok G7 (AS, Inggris Raya, Kanada, Prancis,
Jerman, Italia, dan Jepang). Dala sejarah perekonomian dunia era sebelum
krisis, G7 tersebut secara rutin memainkan peran konstruktif dalam
mengoordinasikan kebijakan global mengenai perekonomian dunia.
Artinya, secara vertical mendikte negara-negara lain, termasuk negara-
negara berkembang. Saat ini telah berubah, G7 telah secara perlahan
memudar. Mereka tidak lagi mereprensantikan wajah perekonomian dunia
sebagaimana yang diperlihatkan oleh G20, yaitu kelompok 20 negara
perekonomian besar dunia yang menghimpun hamper 90% GNP dunia,
80% total perdagangan dunia dan dua per tiga penduduk dunia. Dalam
kondisi perekonomian global seperti sekarang, kelompok G7 tampil lebih
horizontal, menunjukan sikap kompromi, dan kolaboratif dengan negara-
negara berkembang. Semakin kompetitifnya negra-negara berkembang
terutama China dan India, permasalahan dunia global diselesaikan
bersama-sama secara horizontal melalui G20.
4. From Belief to Humanity. Dalam era teknologi informasi dan komunikasi,
kita semua saling terjalin dalam dunia sosial dan budaya yang baru yang
lebih humanis. Contoh di dunia maya, membuktikan bahwa agama yang
bersifat vertical dapat hidup berdampingan dengan aspek kemanusiaan dan
sosial-budaya yang bersifat horizontal. Teknologi yang kita gunakan saat
ini dapat menjelajah dunia dan membuka cakrawala baru di mana tiap-tiap
manusia semakin kecil dan tidak berati.
5. From Close to Open Market. Keempat tren baru di atas, menurut
Hermawan Kertajaya membawa angina bar uke market yang berubah dari
relatif tertutup ke relatif lebih terbuka. Pasar global telah menjadi datarn
dan semua marketer memiliki kesempatan yang sama. Dengan adanya
kemajuan platform teknologi online dan mobile, pengusahas/penjualdapat
menjangkau pembeli tanpa batas, di sisi lain, pembeli pembeli mendapat
keleluasaan untukmemilih berbagai penawaran dari mamnapun untuk
mndapat barang dan atau jasa dengan value yang lebih baik. Platform yang
memfasilitasi transaksi antatra pengusaha/penjual dan pembeli yang
sifatnya Customer-to Customer (C2C), seperti eBay, Alibaba, dan Kaskus
di dunia online merupakan contoh konkret bahwa era New Wave, pasar
semakin horizontal.
6. From Competition to Co-opetition. Perkembangan teknologi terkini hingga
mengubah semua yang ada di lingkungan bisnis, mulai dari lingkungan
mikro hingga makro. Di tengah pasar yang semakin terbuka, persaingan
semakin menyimpan segudang peluang juga tantangan tersendiri bagi
pemasar. Untungnya di era sekarang, dunia semakin transparan, dan akses
informasi semakin mudah dan cepat. Kita dapat mengetahui kelemahan
dan kekuatan para kompetitor kita dan dapat mengakses ke konsumen
mereka, celakanya, kompetitor juga memiliki akses yang sama terhadap
kekuatan dan kelemahan kita, dan konsumen kita. Di era New Wave ini,
pesaingan yang sehat terjadi ketika bidang permainannya sama datar.
Semua permaidan berada pada posisi yang sejajar, tidak ada yang lebih
tinggi atau lebih rendah. Kita dapat menang bila kita unggul, sebaliknya
dapat kalah bila kita tidak memiliki keunggulan, bukan karena menjelek-
jelekan kompetitor atau bermain licik dan kasar. Kunci untuk meredam
munculnya permainan kasar dari kompetitor, pada akhirnya ditentukan
oleh siapa yang mau berkolaborasi secara adil (fair) dengan para
kompetitor. Tren yang disebut co-opetition ini menjadi contoh di era New
Wave, bagaimana pemasar pun semakin mengorizontalkan diri dengan
para kompetitor potensiannya.
7. The Rise of New Customer: Digital Native. Salah satu dari tiga konsumen
baru yang terus berkembang adalah masyarat tulen New Wave yang
dinamakan Digital Native alias konsumen yang asli digital. Konsumen
yang well-connected dengan dunia digital. Konsumen seperti ini sifatnya
transendetal (di luar pengertian dan pemahaman manusia biasa) tidak
berkotak-kotak secara umur, demografis, geografis, strata social dan status
lainnya. Benang merah dari konsumen baru ini adalah merasa “hidup” 24
jam secara horizontal di planet New Wave. Sudah saatnya tiap pemasar
untuk mengenali mereka, mengetahui perilaku mereka, dan mengenali
kegelisahan zaman ini/keinginan (anxiety & desire) yang mereka miliki.
8. The Rise of New Customer: New Emergig Youth. Konsumen baru kedua
adalah New Emerging Youth atau konsumen baru berumur delapan
hingnga dua puluh empat tahun yang merupakan generasi muda/baru di
era millennium. Merekalah yang memegang peran berikutnya di sektor
ekonomi, setelah punahnya generasi baby-boomer dan semakin menuanya
generasi X. beranjak dewasa dengan berbagai alat teknologi informasi dan
komunikasi, secara otomatis paradigma mereka menjadi sangat New Wave
dan serba horizontal. Sudah menjadi keharusan tersendiri bagi para ew
Wave Marketer untuk mengenali, memahami, dan menghampiri mereka
secara horizontal.
9. The Rise of New Customer: “New Urban Woman”. Konsumemn ketiga
adalah New Wave kaum wanita urban yang secara metafora/kiasan datang
dari planet vanus, tetapi kini telah migrasi ke planet New Wave. Kaum
wanita secara alami dipandang sebagai pembawa gerakan horizontal,
terutama karena isu-isu seputar perbedaan gender yang dicatat dalam
sejarah. Dengan kecanggihan alat teknologi informasi dan komunikasi saar
ini, kekuatan wanita dalam melakukan word of mouth (dari mulut ke
mulut) dan word of mouse menjadi lebih besar. Mereka yang dapat
mengajari para New Wave Marketer bagaimana menjadi pemasar yang
lebih menunjukan sisi emosional dan humanieme.
10. The Connector. Menghubungkan para pemasar dengan lingkungan
bisnisnya, competitor, konsumen, dan para change agents (agen
pembaruan) yang aktif membentuk perubahan tatana makro mulai dari
perubahan teknologi, politik dan legal, ekonomi, sosial budaya, dan pasar.
Konektor terdiri atas tiga jenis, yaitu mobile interaction, experiental
events, dan social media ada di belahan dunia online dan offline. Dengan
adanya konertor, pemasar di era New Wave dapat menerapkan apa yang
dinamakan Always-on-Conenection. Setiap waktu (detik) teah terjadi
koneksi yang menghubungkan perusahaan (company) dengan 3C lainnya,
yaitu Change Agents, Competitor, dan Customer. Tanpa konektor,
pemasar harus bersiap-siap menanti ajal,
(Simak, “10 Kekuatan Penyebab Horizontalisasi Pemasaran” oleh Hermawan
Kertajaya, Kompas, Rabu, 2 September 2009 s.d Minggu, 6 September 2009.)
Dari berbagai tren tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan teknologi
internet dan mobile communication yang mengalami perubahan yang begitu cepat,
setiap pengusaha dituntun untuk mampu memanfaatkan berbagai peluang bisnis
yang begitu terbuka, transparan, cepat, sehingga pengusaha dituntun jagan sampai
ketinggalan zaman/gagap teknologi.
Dalam buku ini, B2B tidak dibahas secara detail, tetapi yang akan dibahas
agar relatif lebih luas adalah B2C berikut.
Business to Customer (B2C)
Business to Customer (B2C) merupakan bagian dari e-commerce yang biasanya
merupakan sarana yang digunakan untuk bertransaksi/proses bisnis atau
melakukan jual beli secara onlie, minsalnya untuk mengetahui jumlah produk
yang ada di pasar, atau melakukan proses jual beli barang secara langsung. B2C
merupakan salah satu model e-commerce yang muncul untuk membantu suatu
perusahaan dan konsumen dapat melakukan transaksi secara elektronik atau
online di mana dan kapan saja,
B2C mengubah cara atau proses bebelanja dan lebih focus pada ajakan
penjual kepada pembeli untuk melakukan tawar-menawar dalam proses online
atau proses jual beli secara tidak langsung.
1. Berbagai peayanan B2C
Berbagai layanan yang dapat diberikan oleh B2C, antara lain:
a. Memuat sampel produk yang akan dijual beserta informasi penting
lainnya di internet atatu dunia maya;
b. Transaksi pemesanan barang secara online;
c. Transaksi pembayaran barang;
d. Transaksi pengiriman barang;
e. Memuat berbagai informasi mutakhir berbagai produk dan atau jasa;
f. Menginformasikan lokasi penjualan dan layanan;
g. Memberikan layanan servis lengkap secara online.
Secara garis besar tipe-tipe pelayanan B2C terbagi menjadi 3 bentuk,
yaitu:
a. Auction Stores. Took lelang internet sebagai tempat untuk memberikan
pelayanan dalam bidang perdagangan, minsalnya untuk mengiklan
produk perusahaan, cara pembayaran dan sebagainya, sehingga dapat
diketahui juga jika menggunakan pelayanan Anda dapat
memaksimalkan keuntungan yang inggin dicapai karena penawaran
yang sangat banyak dari berbagai negara. Keuntungan dari auction
store:
1. Convenience. Seorang dapat tetap tinggal di rumah atau kantor,
tetapi dapat berpartisipasi dalam perdagangan atau melakukan
tawar-menawar.
2. Flexibility. Dengan layanan ini dapat menyinkronisasikan tawar-
menawar antar penawar dan pelanggan bukan hanya untuk waktu
saat itu saja, tetapi dapat mengetahui proses bebrapa waktu lampau.
3. Increased reach. Layanan internet auction ini dapat memperluas
daerah jangkauan, sehingga tentunya mampu meningkatkan
keuntungan, karena penawaran dapat menjangkau ke pelosok dunia
manapun.
4. Economical to operate. Dengan menggunakan layanan ini makin
memperkecil biaya untuk pengembangan yang dibutuhkan.
5. Inspection of goods. Tidak dapat memungkinkan seseorang untuk
melakukan pemeriksaan barang secara fisik yang akan dibelinya.
6. Potential for fraud. Depat memungkinkan terjadinya penipuan
karena proses pembayaran dan pengiriman barang yang cenderung
tidak dilakukan secara bersama, sehingga memungkinkan penjual
telah mengirim barang, namun pembayaran masih belum dapat
diselesaikan bersama pengiriman barang.
b. Online Stores. Layanan ini merupakan tempat untuk menjual/membeli
barang secara digital dengan memilih dan memesan barang dengan
menggunakan internet tanpa harus bertatap muka secara langsung
denga penjual maupun yang inggin dibeli, contoh situs
www.amazon.com.
Keuntungan online stores bagi perusahaan:
1. Increased demand, bertambah banyaknya permintaan.
2. Low cost route to globe reach-lini biaya yang rendah menuju
capaian dunia atau global.
3. Cost reduction of promotion and sales-penurunan biya promosi
dan biaya penjualan.
4. Reduced cost-pengurangan biaya.
Keuntungan online stores bagi konsumen:
1. Lower price-harga relatif lebih murah.
2. Wider choice-pilihan yang lebih bagus.
3. Better information-informasi yang lebih baik.
4. Convenience-praktis/menyenangkan.
c. Online Services. Layanan ini merupakan tempat untuk meminta
informasi atau servis lain dari perusahaan dengan cepat dan mudah
atau dapat melakukan proses jual beli jasa, minsalnya tiket perjalanan,
jasa servis dan lain-lain, contoh, situs www.travelcity.com. Berbagai
kemampuan yang dimiliki dengan menggunakan layanan internet
dengan model online service antara lain:
1. Instantaneous communications-komunikasi yang segera atau
seketika.
2. Global access-akses global/seluruh dunia.
3. Customization-pembiasaan.
4. Increased availability-tersedianya peningkatan.
5. De-intermediation-de-intermediasi/perantara-penengah
6. Consolidation and convergence-konsolidasi dan bersatu di suatu
tempat.
7. Collaboration-kolaborasi/kerja sama.
Globalisasi
Sudah merupakan sebuah tren untuk menuju ke era ekonomi global yang
menciptakan kompetisi dan kesempatan/peluang bisnis di tingkat global. Ekonomi
kesejagatan atau ekonomi global mendorong munculnya berbagai peluang pasar di
tingkat dunia bagi setipa wirausahawan. Hal ini mendorong terjadinya globalisasi
perdagangan dunia.
Globalisasi perdagangan dunia memiliki manfaat dan kerugian, sebagai
berikut.
1. Manfaaat/keuntungan dari pedagangan dunia:
a. Perdagangan bebas telah diyakini seagai “obat mujarab” untuk
menciptakan efisiensi dalam perdagangan.
b. Produk murah dan bermutu akan menyingkirkan produk mahal dan
yang berkualitas rendah.
c. Posisi tawar-menawar antarnegara akan mempunyai kekuatan yang
sama.
Berdasarkan manfaat ini, seorang pengusaha dituntun harus mampu
menghasilkan produk yang murah, namun bermutu internasional.
Hanya dengan cara itu produk akan mampu bersaing di kacah
perdagangan global.
2. Kerugian dari perdagangan dunia:
a. Produsen di Indonesia karena proteksi olelh pemerintah akan mendapat
tekanan berat dalam pedagangan bebas.
b. Pengusaha yang belum mampu bersaing di pasar internasional akan
kesulitan menghadapi komoditas yang sama dari pesaing luar negeri.
c. Ketidaksiapan pengusaha Indonesia dikhawatirkan pasar akan dibanjiri
oleh produk asing yang pada akhirnya akan mematikan pengusaha
domestik/lokal.
d. Kebebasan investasi asing di Indonesia dikhawatirkan akan
menyingkirkan pengusaha domestik/lokal.
e. Sumber daya alam negara berkembang, khususnya Indonesia akan
terkuras habis oleh negara maju.
f. Upah buruh yang relatif murah di negara berkembang khususnya
Indonesia akan mennguntungkan negara maju.
g. Menurunkan ekspor negara berkembang, khususnya Indonesia karena
kalah bersaing dengan produk negara lain.
h. Meningkatkan impor negara berkembang, khususnya Indonesia karena
kalah bersaing dalam harga maupun kualitas,
i. Negara berkembang, khususnya Indonesia akan deficit dalam neraca
perdagangan karena impor lebih besar dari pada ekspornya.
j. Peluang pasar yang majuj akan direbut oleh negara maju.
KESEMPATAN BERKEWIRAUSAHAAN
Kesempatan berkewirausahaan di antaranya:
a. Suatu nilai yang mampu menciptakan inovasi dalam pasar yang potensial.
b. Suatu inovasi yang tepat waktu dan diinginkanlah yang mampu
menciptakan nilai tambah bagi pembeli atau pengguna yang berminat.
Dari kasus 4.2, usaha mengolah ubi ungu dapat penulis kemukakan bahwa
bahan baku yang tadinya dianggap sebagai makanan desa/kampungan ternyata
bila diolah dengan sentuhan kreativitas dan inovasi mampu menjadi peluang
bisnis yang menjanjikan, bahkan dapat dijual atau dikemas dengan sistem atau
usaha pola waralaba (franchise). Jadi, kreativitas dan inovasi tuntunan bagi
para pebisnis (apapun usahanya) agar kesempatan dan peluang dapat
ditangkap dengan baik oleh wirausahawan. Dengan kata lain, kreativitas dan
inovasi mampu menangkap peluang di berbagai relung/ceruk pasar, baik
ditingkat lokal, regional maupun internasional.

MENILAI PELUANG MEMBUKA USAHA/BISNIS BARU


Sering kali orang berhasrat untuk mendirikan usaha baru karena didorong oleh
adanya peluang yang membentang dihadapan tempat tinggalnya dan juga
memiliki impian dan optimism yang berlebihan. Untuk meredam adanya
impian dan optimisme yang berlebihan tersebut, sebaiknya sebelum
mengambil keputusan untuk mengkap peluang usaha baru, tidak salah jika
seorang usahawan perlu melakukan evaluasi secara cermat atas pelung-
peluang yang ada.
Bagaimana mengevaluasi berbagai peluang tersebut? Evaluasi berbagai
peluang yang ada dapat dilakukan melalui konsultan, atau orang-orang yang
telah berpengalaman di dunia bisnis sejenis, setidak-tidaknya meminta tolong
untuk dievaluasi oleh orang-orang yang akan menjadi mitra usaha, para
penanam modal atau investor, atau partner lain yang akan dilibatkan dalam
usaha tersebut.
Menurut Bygrave (1994), ada tiga komponen utama yang sebaiknya
diteliti dan dievaluasi bagi seseorang yang ingin sukses untuk membuka usaha
baru, yaitu:
1. The opportunity-kesempatan. Apakah dengan adanya suatu kesempatan
tersebut kita mampu menangkap dan menjalankannya di kemudian hari.
2. The entrepreneur (and the management team)-entrepreneur dan tim
manajemen. Apakah kita mampu menjadi wirausahawan dengan
membentuk suatu tim manajemen yang solid.
3. The resources needed to start the company and make it grow-kebutuhan
berbagai sumber daya untuk memulali usaha dan pertumbuhan
perusahaan. Apakah berbagai sumber daya yang mungkin kita perlukan
mampu kita sediakan, minimal sumber bahan baku, sumber daya manusia,
summber daya modal. Lebih jauh jika memungkinkan mampu menguasai
faktor produksi utama atau 6M (men, money, material, machine, method,
and market) plus sumber daya tanah dan manajemen.
Ketiga hal tersebut menurut Bygrave menjadi kunci atau komponen utama
yang dapat menentukan sukses gagalnya menjalankan bisnis atau usaha, tentu
masih banyak komponen lainnya.

KEUNGGULAN KOMPETITIF BAGI PERUSAHAAN YANG


BERKEWIRAUSAHAAN
Keunggulan komprtitif dapat dicapai melalui:
1. Focus pada pelanggan
Kurangi birokrasi, puaskan pelanggan, tanggapi keluhan, jalani
komunikasi yang baik, lakukan survei kepuasan pelanggan secara rutin
dan berkesinambungan. Harus care (peduli) terhadap pelanggan, sebab
pelanggan adalah pendapatan usaha Anda, semakin banyak pelanggan,
akan semakin tinggi pendapatan Anda. Sebaliknya, semakin sedikit
pelanggan, semakin sedikit penghasilan. Usahakan zero complain (tanpa
komplain).
2. Pencapain kualitas
Kualitas tidak terbatas hanya pada perusahaan besar. Kualitas memegang
peran penting dalam usahha, baik kualitas produk dan atau jasa, lebih-
lebih kualitas lainnyaseperti kualitas pelayanan.
3. Integritas dan tanggung jawab
Sebuah reputasi utuh daam membangun jejaring pelayanan yang
loyal/setia sangat diperlukan. Penuh tanggung jawab dan integritas kepada
setiap tuntunan, utamanya pelanggan dan juga pemangku kepentingan.
4. Inovasi dan kreativitas
UMKM-UKM merupakan sumber yang menonjol sebagai sumber inovasi
dan kreatifitas. Inovasi dan kreativitas akan membawa keunggulan
bersaing.
5. Produksi rendah biaya
Manajemen yang serasi dapat mewujudkan produksi rendah biaya. Bila
produk dan atau jasa dapat dihasilkan dengan biaya minimum, kita akan
mampu bersaing dari sesi harga. Pembeli yang sensitif terhadap harga dan
kualitas umumnya akan menjadi pertimbangan penting dalam mambeli
ulang atas suatu produk dan atau jasa yang bersangkutan.
Menurut Greg Hambali, pelaku usaha harus pandai mencari pangsa pasar dan
tetap disesuaikan dengan daya beli masyarakat. Ambil contoh, Aglaonema yang
harganya mahal biasanya merupakan jenis baru, dan jenis ini lebih banya
dipasarkan untuk kalangan menengah atas dan daerah perkotaan atau memang
ditunjukan untuk kolektor, sedangkan daerah pedalaman merupakan aglaonema
jenis lama karena harganya sudah murah. Namun, para pelaku usaha di manapun
harus tetap memahami selera pembeli (simak kembali Kasus 4.1).
Jadi, dapat penulis kemukakan agar produk dapat bersaing, kunci sukses
wirausahawan, yaitu:
1. Memiliki integritas, tanggung jawab, kreatif, dan penuh inovasi.
2. Pandai mencari pangsa pasar yang disesuaikan dengan daya beli
masyarakat (termasuk mencari pelanggan dan supaya pelanggan lama setia
dan loyal) pada produk dan atau jasa kita.
3. Kualitas produk/jasa harus unggu, artinya produk/jasa harus lebih baik
dibandingkan dengan produk/jasa sejenis (produksi rendah biaya).
4. Harga produk/jasa harus kompetitif (mampu membuat harga lebih murah,
tetapi dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan pesaing)
(produksi rendah biaya), sehingga harga dapat ditekan.
5. Jika dari point 1 sampai 4 terutama dari unsur inovasi, kulitas, dan harga
produk/jasa tersebut masih tetap kalah dibandingkan dengan produk
sejenis atau pesaing terdekat, maka usur pelayanan (services) harus lebih
unggul dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan
sejenis atau kompetitor terdekat kita.

STRATEGI MENANGKAP PELUANG USAHA


Menangkap Peluang Usaha/Berdagang
Membuka usaha atau berusaha adalah sesuatu yang sangat beresiko dan penuh
ketidakpastian, namun dibalik itu ada potensi yang menjanjikan bila usaha
tersebut berhasil. Semuanya mungkin dan akan pasti terjadi. Ada kalanya untung
dan adakalanya rugi. Untung rugi adalah hal yang biasa, artinya tidak ada
jamminan bahwa setiap usaha/bisnis/perdagangan selalu mendatangkan
keuntungan. Resiko senantiasa ada di manapun. Kita menghindar di satu resiko,
bisa jadi menemui jenis resiko lainnya.
Poin-poin berikut merupakan jawaban dari pertanyaan bagaimana strategi
kita untuk menghadapi usaha yang selalu bereluang untung dan atau berpeluang
rugi?
1. Pada saat usaha mengalami/berpeluang untung.
Keuntungan atau laba itu harus digunakan untuk menghasilkan
keuntungan baru berikutnya. Uang harus dijadikan uang untuk
menghasilkan uang lagi yang lebih banyak lagi. Setelah untung jika
mungkin bukan untuk mencari utang atau menimbun uang dan atau
menambah beban atau untuk berfoya-foya. Kecenderungan ini justru
akhirnya akan menjadi sebaliknya, kegagalan usaha.
Baca pendapat Robert T. Kiyosaki dan Sharon L. Lechter (2005)
dalam buku Rich Dad’s: Retire Young Retire Rich, “Orang dengan konteks
yang kaya mungkin berkata, “Saya harus meningkatkan IQ
Keuangan/finansial saya, sehingga saya dapat bekerja lebih sedikit, tetapi
mampu menghasilkan lebih banyak uang”. Dari saran ini uang/keuntungan
harus diinvestasikan, sehingga menghasilkan uang baru, walaupun kita
bekerja lebih sedikit. Jika kita inggat pada bab sebelumnya mengenai Cash
Flow Quadrant bagaimana kita mencapai pada posisi kuadrat I (sebagai
investor), sehingga uang bekerja untuk Anda.
2. Pada saat usaha mengalami/berpeluang gagal/rugi
Pada saat usaha mengalami gagal atau rugi, jangan sampai Anda putus asa.
Kegagalan harus dapat dijadikan sebagai guru atau pengalaman yang
baik/berharga karena kita dapat mempelajari berbagai kesalahan,
kekurangan, kelemahan, dan atau kegagalan kita, sehingga di kemudian
hari minimal dapat menghindari berbagai faktor penyebab kegagalan yang
sama. Bila bisnis tidak maju seperti yang diharapkan, Anda tetap harus
tabah (baca kembali Kasus 1.1 tentang bagaimana keuletan pendiri usaha
jamu/kosmetik Mustika Ratu, Ny. B.R.A. Mooryati Soedibjo, bertahun-
tahun sabar menjalankan bisnis dari nol dengan modal Rp. 25.000 dan 2
karyawan. Namun, kini usaha dari nol tersebut telah menjadi perusahaan
besar tidak hanya di dalam negeri, tetapi sudah dikenal di luar negeri
berkat kegigihan, keuletan, kesabaran, dan kerja kerasnya (yang tidak
dapat dipinjam dar bank atau keuangan manapun).
PENYEBAB UTAMA KEGAGALAN MENANGKAP PELUANG USAHA
Berbagai penyebab utama kegagalan menangkap peluang usaha:
1. Dalam berusaha kita sering bersikap hangat-hangat tahi ayam atau bagai
buih sabun (bersemangat pada tahap awal-awal saja, namun lama-
kelamaan dingin, putus asa atau menyerah), setelah itu berhenti, menyerah
dan lenyap/hilang tidak terdengar lagi.
2. Dalam berusaha kita sering kali sekadar ikut-ikutan atau menikmati tren
yang ada di sekitar kita atau ikut-ikutan teman dekat.
3. Kurang dedikasi atau tidak sepenuh hati atas bisnis yang telah dirintisnya.
4. Perencanaan dan pengelolaan keuangan yang buruk (tidak memisahkan
keuangan untuk perusahaan/usaha dengan keuangan untu pengeluaran
pribadi atau keluarga).
5. Pengalaman manajemen/pengelolaan usaha yang minim dan buruk, kurang
disiplin atau tidak terencana dengan matang dan tidak bersistem/kurang
sistematis.
6. Memilih lokasi usaha awal yang sering kali asal-asalan, lokasi usaha yang
tidak strategis.
7. Pengendalian bisnis yang tidak konsisten, kurang teliti (kutil).
8. Manajemen piutang atau penagihan yang buruk dan tidak tegas.
9. Kurang diyakini bahwa bisnisnya dapat berhasil, kurang iman (kuman).
Simak kekurangan-kekurangan yang sering terjadi pada setiap usaha di bagian
akhir bab ini.
Dalam perdagangan/wirausaha, seorang berpotensi menjadi kaya dan
berpotensi mendapatkan keuntungan besar dibandingkan orang yang mendapatkan
gaji (setiap bulannya hamper dapat dipastikan tidak mencukupi untuk pengeluaran
hidup sebulan dengan gaya mewah). Hal ini dapat dilihat dari bukti:
1. Karyawan. Berpenghasilan tetap bulanan, untuk biaya hidup tidak cukup
untuk pemenuhan biaya hidup satu bulan. Ada candaan yang berbunyi:
“Gajinya 15 koma, bukan 15 juta kota, tetapi setelah tanggal 15 dalam
bulan, sudah koma (konon mati suri/strees). Bahkan, ada yang 10 koma”.
2. Usahawan. Tetap berpenghasilan, penghasilan sebulan ada potensi dapat
untuk biaya hidup berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Bila usahanya
sudah dapat dijual dengan pola atau sistem waralaba atau telah
memperoleh hak intellectual property rights (sudah dipatenkan atas suatu
merek, cipta, dagang, dan hak lainnya, HAKI (Hak Atas Kekayaan
Intelektual), maka seorang usahawan tidak berusaha pun uang datang
sendiri (memperoleh franchise fee, pendapatan biaya lisensi dan atau
berbagai royalti-bagi keuntungan dan pendapatan lainnya). Simak kembali
perbedaan esensial antara seorang karyawan dengan seorang usahawan.
Anda memilih yang mana? Menjadi seorang karyaawan ataukah menjadi seorang
usahawan? Jawaban terserah Anda.
BEBERAPA KEKURANGAN YANG MENJADI PENYEBAB
KEGAGALAN USAHA
Kegagalan seseorang dalam berusaha sering kali disebabkan oleh hal-hal yang
remeh atau sepele yang sebenarnya dapat dicatat, sehingga di kemudian hari dapat
dihindari atau tidak mengulang kekurangan-kekurangan yang sama. Menurut
penulis, ada semibilan kekurangan dalam bisnis yang sering menjadi pembuat
kegagalan usaha, yakni:
1. Kuna akronims dari kurang bijaksana. Dalam mengelola bisnis terutama
dalam pengelolaan keuangan rumah tangga dan perusahaan/usaha, Anda
tidak ada pemisah. Penggunaan uang harus bijaksana. Bagaimana sulitnya
memperoleh uang dan bagaimana memberi nilali uang agar bermakna.
2. Kudis akronim kurangnya disiplin. Dalam berusaha tidak disiplin, terutama
kurang disiplin (tidak tepat waktu) dalam melayani order kepada
pelanggan Anda atau tidak disiplin dalam pengelolaan/manajemen umum/
pengawasan/ pengendalian, dan lain-lain.
3. Kutu akronim dari kurang bermutu. Terutama produk dan atau jasa serta
layanan yang diberikan kepada calon ataupun pelanggan atau para
pemangku kepentingan perusahaan tidak atau kurang bermutu.
4. Kurap akronim dari kurang rapi. Dalam banyak hal, mulai rapi dalam
perencanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan pengendalian usaha
Anda. Apalagis sering kurang rapi dalam pengepakan produk atau kurang
rapi dalam pelayana jasa Anda kepada pelanggan.
5. Kutang akronim dari kurang tanggung jawab. Terutama dalam
menanggapi setiap keluhan produk-produk cacat atau yang
diretur/ditolak/dikembalikan karena tidak sesuai dengan selera konsumen
dan atau jasa yang diberikan. Atau kurang tanggung jawab dalam
menanggapi keluhan yang ada dari para pelanggan atau pembeli produk
dan atau jasa Anda. Dapatkah prinsip zero complain diupayakan.
6. Kutil akronim dari kurang teliti. Dari banyaknya hal kurang teliti, terutama
dalam pencarian bahan baku pokok (inggat kualitas produk 85%
ditentukan oleh bahan baku). Kurang teliti dalam perencanaan dan kurang
teliti dalam pembukuan serta pengawasan usaha.
7. Kusir akronim dari kurang serius. Dalam menjalankan usaha kurang
serius, terutama dalam pengelolaan usha Anda, seringkali hanya sambal
lalu atau sebagai usaha sampingan/iseng-iseng saja dan tidak serius
menjalankannya.
8. Kujur akronim dari kurang jujur. Kurang jujur dengan konsumen,
pemasok, atau kujur kepada pemangku kepentingan.
9. Kuman akronim dari kurang beriman. Sering kali dalam berusaha kurang
dilandasi oleh iman yang kuat. Seharusnya, dalam bisnis, ada keyakinan
kuat bahwa bisnis yang dipilih dan digeluti akan berhasil dengan baik di
kemudian hari bila dikerjakan dengan dilandasi iman yang kuat. Karena
dengan iman, Anda diawasi oleh-Nya. Bila Anda takut dengan-Nya,
kejujuran, kelemahlembutan, kerendah hati, sopan santun, tidak korup, dan
sebagainya harus diupayakan dalam sepak terjang bisnis Anda.
Jika kesembilan kekurangan tersebut terjadi pada bisnis atau usaha Anda,
kekurangan-kekurangan tersebut harus diminimalkan atau dilawan (versus)
dengan tindakan-tindakan yang seharusnya, minsalnya seharusnya
kekurangan-kekurangan tersebut dapat diantisipasi dengan keharusan atau
seharusnya, seperti pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Kekurangan versus Seharusnya

No. Kekurangan vs Seharusnya


1. Kuna = kurang bijaksana vs Hana = harus bijaksana
2. Kudis = kurangnya disiplin vs Hadis = harus disiplin
3. Kutu = kurang bermutu vs Hantu = harus bermutu
4. Kurap = kurang rapi vs Harap = harus rapi
5. Kutang = kurang tanggung vs Matang = mari tanggug
jawab jawab
6. Kutil = kurang teliti vs Watel = wajib teliti
7. Kusir = kurang serius vs Hasir = harus serius
8. Kujur = kurang jujur vs Hajur = harus jujur
9. Kuman = kurang beriman vs Haman = harus beriman

STRATEGI MEMILIH JENIS USAHA


Ada beberapa strategi yang dapat dalam memilih jenis usasha. Berikut ini akan
diberikan penjelasannya.
1. Pilihlah jenis usaha yang paling Anda sukai (bermula dari hobi Anda),
seperti pendiri bisnis jamu/kosmetik Mustika Ratu, diawali dengan
keterampilan sejak kecil sebagai puteri keraton.
2. Sebaiknya jangan memilih binis yang telah besar walaupun kemampuan
keuangan Anda mungkin cukup memenuhi. Lebih baik usaha dari yang
kecil agar Anda dapat belajar dari setiap proses dan persoalan bisnis yang
terjadi, karena masalah pasti ada, dan akan selalu datang. Masalah dapat
diselesaikan jika masalah itu ada, dan masih skala kecil, namun dapat
belajar dari masalah yang kecil/ringan terlebih dahulu.
3. Jangan memilih jenis usaha secara musiman. Lebih baik
berusaha/berdagang kecil-kecilan, karena berusaha/berdagang kecil-
kecilan akan memiliki peluang untuk berkembang. Usaha musiman bukan
saja tidak berkembang, melainkan akan menghadapi masalah modal atau
ketersediaan dana yang siap dicairkan, lebih baik “Alon-alon asal kelakon”
daripada “Kelakon alon-alon”. Maksudnya, pelan-pelan, tetapi jalan
daripada perjalanannya tiba-tiba menjadi pelan.
4. Bisnis waralaba. Bagi calon wirausahawan yang memiliki modal dapat
memilih bisnis wirausaha dengan modal atau sistem waralaba (franchise)
terutama memilih yang telah terbukti sukses dalm jangka panjang dan
bahkan tahan terhadap krisis moneter. Jenis usaha ini dapat dijadikan jalan
pintas karena tidak repot dengan sistem atau format bisnis, tidak memakan
waktu lama untuk memperkenalkan produk, dan umumnya tidak
direpotkan dalam pembuatan produk dari awal. Bebrapa industri/usaha
yang sudah di waralabakan, baik untuk tingkat nasional maupun
internasional yang dapat dipilih disesuaikan dengan modal yang Anda
miliki seperti usaha:
a. Automotive dengan ikutan bisnisnya (service, car wash, rental, dll).
b. Rumah makan (Fastfood/food and beverages) dan sejenisnya.
c. Kesehatan dan olahraga (fitness center, poliklinik, salon kesehatan,
dll).
d. Penginapan, seperti losmen, motel, hotel jenis penginapan lainnya.
e. Salon (personal care & beauty, dll.).
f. Printing/copying/neon signing dll.
g. Agen property, ticketing, real estates, dll.
h. Pelayanan komunikasi.
i. Usaha wisata-tourism (tour & travel), wisata rohani, dll.
j. Rental and service (mobil, bus, truk, rumah, alat-alat berat, dll.).
k. Renovasi (repairs, decoration services rumah, kantor dll.).
l. Konsultan-consultant (tax, construction, manajemen dll.).
m. Hubungan masyarakat dan periklanan.
n. Jasa Pendidikan dan pelayanan bagi anak-anak.
o. Jasa rekreasi, wisata dan hiburan.
p. Jasa bimbingan belajar.
q. Jasa titipan kilat, pengangkutan.
r. Jasa tenaga kerja (recruitment, head hunter and outsourcing).
s. Jasa penndidikan, pelatihan, dan pendidikan keahlian (kursus-kursus).
t. Jasa penyelenggaraan seminar, meeting, event organizer (EO).
5. Memilih usaha tanpa modal (modal ringan): menjadi agen, penyalur
produk dari suatu perusahaan atau usaha tanpa modal (modal ringan)
lainnya dengan menjalankan usaha sistem Multilevel Marketing (MLM).
MLM adalah suatu metode bisis alternative yang berhubungan dengan
pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan),
yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkatan jaringan atas) dan
Dowline (tingkatan jaringan bawah), contoh Oriflame, Tianshi, Prudentia.

PELUANG USAHA MULTILEVEL MARKETING (MLM) DAN


NETWORKING
Usaha sistem MLM atau network marketing adalah bentuk bisis atau usaha yang
berbeda disbanding bisnis biasa. Kenali dan pelajarilah model bisnis MLM
tersebut, mana yang menurut Anda paling cocok terutama dengan karakter
kepribadian Anda. Banyak usaha perorangan yang sukses bisnisnya diawali
setelah menjalani bisnis MLM dahulu.
Secara prinsip, MLM tidaklah jelek, tetapi juga tidak semuanya baik, yang
membedakannya adalah bagaimana sistem bisnis yang dijalankan oleh perusahaan
induknya, sistem operasional, dan sistem jaringan atau distributor-distributornya.
MLM bukanlah cara cepat menjadi kaya seperti halnya bisnis
konvensional yang lain. MLM memerlukan pedidikan khusus, skil, dana, usaha,
waktu, dan konsistensi serta komitmen para pelaku yang terlibat di dalamnya.
Tidak semua orang berbakat pada bisnis MLM.
MLM didesan untukmenciptakan entrepreneur atau pengusaha-pengusaha
perorangan yang memang cocok atau sesuai dengan karakter dan jenis usaha
MLM-nya. Untuk berhasil menjalankan bisnis MLM, milikilah mental, ilmu,
modal, dan determinasi sebagai seorang pengusaha atau sebagai pemilik usaha
MLM dimaksud, sehingga dalam menajalankan usaha MLM tersebut dapat
dijalankan dengan penuh dedikasi dan motivasi.
Di antara fakto-faktor penentu kesuksesan Anda dalam bisnis MLM,
faktor terpenting adalah Anda sendiri, bukan perusahaan, bukan upline, downline,
bukan pula compensation iyaplan. Seperti halnya bisnis pada umumnya,
ketekunan, ketabahan, kesabaran, kejujuran, dan keuletan menjadi modal penting
dalam kunci sukses usaha Anda.
Keuntungan Bisnis MLM
1. Modal relatif kecil, yang penting Anda mau bekerja keras dan memiliki
keterampilan personal skill yang tinggi.
2. Penjualan produk, tidak terikat waktu dan tempat karena sifat bisnis adalah
jejaring (networking), umunya yang sukses adalah seseorang yang mampu
dan atau telah memiliki jaringan luas.
3. Tidak perlu skill khusus, sebab sistem atau pola manajemen dan
marketing-nya cenderung mengikuti perusahaan pemilik MLM yang
bersangkutan atau perusahaan induknya.
4. Jaringan luas, usaha dengan sistem MLM umumnya telah memiliki
jaringan luas. Tidak saja secara nasional, tetapi juga internasional.
5. Prtemuan-pertemuan rutin anatara orang senior (upline) dengan junio
(downline) melalui sistem sharing pengalaman dan motivasi mendorong
berkembangnya bisnis tersebut.
Kekurangan Bisnis MLM
1. Harga produk cenderung lebih mahal dibandingkan dengan produk sejenis
yang dijual dengan sistem konvensional.
2. Negara kehilangan devisa yang relatif cukup banyak sebab bisnis MLM
yang terbanyak adalah produk-produk impor (dari luar negeri).
3. Pemegang bisnis MLM meskipun seseorang sebelumnya telah menduduki
posisi di level atas dapat kembali terjun ke level bawah.
4. Informasi produk sering kali tidak jujur atau tidak terbua.
5. Sering dituduh sebaga ajang permainan uang (money game).
UNSUR-UNSUR UTAMA BERWIRAUSAHA
Unsur-unsur utama berwirausaha meliputi:
1. Modal. Uang atau permodalan adalah unsur utama dan pertama, namun
jangan dijadikan sebagai penghalang untuk memulai berwirausaha.
Asalkan ada kemauan, di situ biasanya pasti ada jalan. Modal dapat
diperoleh dari pihak lain. Mana yang Anda pilih di antara operasi berikut
ini:
a. BODOL = Bisnis Operasinya Dana Orang Lain.
b. BOTOL = Bisnis Operasinya Tenaga Orang Lain
c. BOSOL = Bisnis Operasinya Sistem Orang Lain
d. BOTTOL = Bisnis Operasinya Tenaga dan Tempat Orang Lain
e. BOPOL = Bisnis Operasinya Pikiran Orang Lain, dan
f. BODTTPSOL = Bisnis Operasinya Dana, Tenaga, Tempat, Pikiran dan
Sistemnya dari Orang Lain
Sebaliknyahal yang tidak dilakukan/tidak etis dilakukan oleh pengusaha
adalah BOMMOL = Bisnis Operasinya Menjiplak/Meniru Orang Lain.
2. Lokasi Untuk mendapatkan ikan yang besar kita harus menyediakan
umpann dan alat pancing yang baik. (Tempat harus mudah dikunjungi,
dihubungi, dan dicari, jangangan dipilih tempat usaha yang sulit dijangkau
apalagi sulit dijangkau oleh kendaraan, baik roda empat, maupun roda
dua). Lokasi yang strategis harus menadi pertimbangan utama dalam
bisnis sejak awal.
3. Peanggan. Pelanggan adalah sumber pendapatan dan keuntungan.
Pelanggan yang puas bukan saja akan kembali, melainkan akan membawa
teman-teman atau sanak family yang diharapkan akan menjadi pelanggan-
pelanggan baru. Usahawan tidak cukup hanya kepuasan pelanggan yang
dikejar, melainkan bagaimana bisa menjaga, peduli terhadap complain
pelanggan sekecil apapun (zero complain) dan dijaga agar tetap menjadi
pelanggan yang loyal/setia selama bisnis Anda beroperasi (customer care).
4. Rekan/Mitra Bisnis. Jika ingin mencari rekan bisnis, carilah yang dapat
dipercaya (jujur). Jika sekadar kawan dekat belum menjamin ia akan setia
dan tidak akan mengkianati kawannya. Kepercayaan, kesetiaan dan
kejujuran adalah modal untuk menjaga mitra usaha (jujur kepada mitra
pemasok bahan baku, maupun mitra dagang/peanggan lainnya,
pemerintah, dan para pemanngku kepentingan bisnis lainnya, dengan
prinsip saling menguntungkan kedua belah pihak, pihak atau menerapkan
prinsip win-win-solution (solusi menang-menang).
SIFAT-SIFAT YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG PEDAGANG/
USAHAWAN SUKSES
Di samping unsur-unsur berwirausaha yang telah diberikan, seorang usahawan
agar sukses harus:
1. Berani. Keberanian adalah modal utama dalam berusaha, terutama berani
dalam memutuskan untuk mengubah paradigma bahwa setelah selesai
kuliah adalah bukan menjadi pegawai/orang gajian, tetapi setelah lulus
sekolah/kuliah akan berani menjadi usahawan/berwirausaha.
2. Jujur. Kejujuran merupakan mata uang yang akan laku di mana-mana
(Pytagoras). Jujur kepada mitra/pemangku kepentingan usaha kita
(pembeli/pelanggan, pemsok, pemerintah, dan atau calon pembeli lainnya.
3. Tekun. Ketekunan merupakan kesadaran dan sifatnya penting bagi seorang
wirausahawan, terutama tetap tekun pada saat bisnis mengalami
guncangan.
4. Ulet. Keuletan menjadi modal utama agar tetap tahan banting dan tahan
dalam situasi dan kondisi apapun, kondisi kritis dan atau tidak.
5. Sabar. Kesabaran sering menjadi penentu dalam keberlanjutan usaha.
Orang yang tidak sabar sering mendorong untuk berbuat tidak jujur kepada
mitra usaha dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan besar dalam
jangka pendek, tidak memikiran bisnis jangka panjang.
6. Tabah. Ketabahan menjadi penentu bagi seorang terutama pada saat
usahas mengalami pasang surut.
7. Positif. Sikap dan berpikir positif akan mendorong dan memacu pengusaha
untuk meningkatkan usahanya.
8. Rendah hati. Rendah hati akan menjadi modal bagi pengusaha terutama
penilaian bagi pihak lain atau mitra usaha bahwa wirausaha tersebut dapan
dijadikan mitra usaha dalam jangka panjang sebab biasanya orang yang
rendah hati akan menyenangkan bagi mitra usaha.
9. Kamauan (daya juang tinggi). Kemauan atau daya juang tinggi merupakan
sikap yang harus dimiliki secara kuat, sebab akan mendorong perceptan
usaha tersebut untuk mau maju.
10. Tanggung jawab. Rasa tanggung jawab yang tinggi atas jenis usaha/bisnis
apapun yang dimiliki oleh seseorang pengusaha akan menata usahanya
lebih hati-hati dan penuh tanggung jawab terutama bagi mitra dan para
stafnya atau pegawainya.
PELUANG WIRAUSAHA WANITA
1. Tambah dan bertambah lagi wirausaha wanita
a. Di AS, wanita memiliki 38 persen dari seluruh bisnis.
b. Angkatan kerja pada bisnis yang dimiliki wanita telah mengikuti 108
persen sejak tahu 1992.
c. Wanita telah beralih ke industri-industri non-tradisional.
2. Masalah yang dihadapi oleh wirausaha wanita
a. Corak baru perana berkewirausahaan.
b. Kurangnya akses mendapatkan kredit.
c. Kurangnya koneksi jejaring personil di dalam komunnitas bisnis yang
ada.
KARAKTERISTIK WIRAUSAHA ARTISAN DAN OPORTUNIS
1. Karakteristik wirausaha artisan
a. Latar belakang: pelatihan artikel
b. Penedekatan yang paternalistik/kebapakan
c. Enggan mendelegasikan wewenang
d. Pandangan srategis yang sempit
e. Usaha penjualan personal
f. Perencanaan jangka pendek
g. Pecatatan yang sederhana
2. Karakteristik wirausaha oportunis
a. Latar belakang: pendidikan formal
b. Penedekatan masalah yang lebih scientific (ilmiah)
c. Memiliki keinginan untuk mendelegasikan wewenang
d. Pandangan strategis yang lebih luas
e. Pendekatan permasalahan yang lebih diversifikatif
f. Perencanaan lebih berjangka panjang
g. Kontrol akuntansi dan keuangan lebih canggih

Anda mungkin juga menyukai