KASUS 3.1
Greg Hambali: Usaha Penangkar Tanaman Hias Aglaonema Indonesia
Bagi pemula yang ingnmemulai terjun ke usaha tanaman hias, bisa memulai usaha
denga modal sebesar Rp. 2 juta. Caranya bisa diawali dengan mencoba
tanaman aglaonema yang mudah diperbanyak dan berharga murah, agar jika
gagal, kerugian tidak begitu terasa. Sedangkan untuk modal seorang pedagang,
lebih baik memiliki tanaman atau jaringan pemasaran yang baik dulu. Barulah
bisa diperkirakan modal awal usaha/budidaya aglaonema. Dalam usaha tanaman
hiasa biasanya margin keuntungan yang bisa diperoleh yakni 20-30%.
Cara promosi yang jitu adalah dengan mengikuti pameran. Sedangkan cara untuk
pemasarannya yang baik terutama untuk pemula, yakni dengan mendisplay
produk di mursery yang berada di sentra tanaman hias, atau jika belum memiliki
nursery bisa dengan cara titip jual (konsinyasi dengan rekan usaha yang sudah
dikenal masyarakat). Pemasaran dengan cara online di internet untuk tanaman hias
saat ini saat ini terbilang masih belum efektif. Namun, penggunan internet saat ini
terus bertambah, sehingga ke depan pemasaran dengan online akan sangat lebih
baik.
Aset
Menurut catatan Kompas, Carrefour resmi mengumumkan akuisisi terhadap Alfa
pada 21 Januari 2008. Peritel asal Prancis ini menandatangani kesepakatan persero
dengan PT Sigmantara Alfindo and Prime Horizon Pte. Ltd., untuk membeli
saham mayoritas di PT Alfa Retailindo Tbk. Total saham yang dibeli 49,3 juta
Euro, saat ini sekitar Rp. 674 miliar.
Tahun 2006, Carrefour Indonesia memiliki hypermarket 29 gerai denga
besar penjualan 637 juta Euro. Tahun 2007 menjadi 37 gerai, dengan penjualan
Januari-Septemer 2007, naik 14,4 persen dari periode yang sama tahun
sebelumnya.
Sementara itu, PT Alfa Retailindo Tbk., pada tahun 2007 memiliki 29
gerai supermarket, sebanyak 13 gerai, diantaranya berlokasi strategis di Jakarta
dan sekitarnya, Penjualan tahun 2006 tercatat Rp. 3.642 miliar atau sekitar 265
juta Euro.
Alfa Retailindo merupakan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI), yang bisnisnya tersebar di seluruh Indonesia. Ini berbeda dengan
Alfamart yang dimiliki oleh PT Sumber Alfaria Trijaya.
Sumber: Kompas, Sabtu, 4 April 2009. Hlm. 21
Dari Kasus 3.1 dapat penulis simpulkan bahwa kreativitas penangkaran
aglaonema dilakukan oleh Greg Hambali adalah aglaonema yang paling diminati
khususnya di Indonesia adalah aglaonema yang berdaun merah dengan harga
yang murah. Harga murah menjadi pilihan bagi kebanyakan pembeli. Peluang
usaha ditangkap melalui krativitas Greg Hambali melalui penangkaran aglaonema
yang memiliki panngsa pasar sesuai dengan harga dari yang paling murah hingga
yang paling mahal.
Dari Kasus 3.2 dapat penulis simpulkan bahwa kunci sukses dari
perjalanan bisnis Adi adalah kreativitas dan kemampuan menangkap peluang,
yang ditempuh adalah upaya menjaga konsistensi kualitas ubi ungu dan
menghasilkan menu dari satu bahan baku yakni ubi ungu menjadi berbagai macam
produk dari hasil olahan ubi ungu. Untuk itu, Adi terjun langsung untuk menanam
ubi. Varietas ubi ungu yang dikembangkan dipilih dari Jepang. Selain kualitas
warna ungunya bagus, juga kualitas rasanya stabil bila teknik budidayanya
diterapkan secara tepat dan benar.
Dari Kasus 3.3 dapat penulis simpulkan bahwa tantangan bisnis retail
lokal Indonesia terdesak oleh ekspansi bisnis retail global seperti Carrefour dan
lambat laun jika tidak diadakan pembatasan izin operasional oleh Pemerintah
(hanya boleh ekspansi di kota-kota besar di Indonesia saja), maka niscaya
cengkeraman kuku mereka akan semakin tjam dan lambat laun akan
memusnahkan bisnis ritel, khususnya minimarket lokal yang tidak mampu
bersaing, baik karena tidak mampu bersaing dalam permodalan maupun juga
faktor pengalaman manajemen. Apakah strategi rite lasing seperti Carrefour
dalam perizinan ekspansinya akan tetal dibuka lebar oleh pengusaha dan
pemerintah (sebagai pemberi izin usaha, khususnya pemerintah daerah di ibu kota
provinsi hingga di bawahnya) negeri ini sampai ke pelosok-pelosok desa di
Indonesia atau perlu strategi pemikiran lain, sehingga peritel lokal tidak semakin
banyak yang gulung tikar? Carrefour menangkap peluang usaha dengan ekspansi
yang agresif melalui lemahnya sistem pemberian perizinan dari pemerintah daerah
yang selama ini ada.
Bila pemerintah selaku pemberi perizinan perdagangan tidak memandang
kepentingan keselamatan rakyat Indonesia dan keberlanjutan ritel lokal, maka
produk-produk unggulan nasional justru dipasokkan kepada hypermarket asing
seperti Carrefour, sehingga keuntungannya tidak lagi dinikmati oleh bangsa
Indonesia sendiri, namun nilai tambah dan keuntungannya akan dinikmati oleh
bangsa asing karena secara permodalan mereka yang lebih kuat, apalagi modal
yang kecil (dalam bentuk valuta asing di luar negeri) bila diinvestasikan di
negaranya tidak berate apa-apa, namun jika dialirkan/diinvestasikan di Indonesia,
sudah untung. Hal ini karena, secara nilai tukar valuta asing mereka bila
ditukarkan dengan rupiah sudah puluha ribu kali keuntungannya. Sebagai
ilustrasi, jika seorang investor asing memiliki US$1 juta diinvestasikan di
negaranya tidak berate apa-apa, tetapi bila sejumlah tersebut diinvestasikan di
Indonesia sudah menjadi Rp. 9.000.000.000 (9 miliar, dengan asumsi nilai tukar
US$1 menjadi Rp. 9.000) saja. Dengan modal US$1 juta, sudah dapat minimal
mendirikan 18 gerai Alfamart (bila asumsi 1 gerai Alfamart sebesar Rp. 500 juta).
Tidak hanya itu, hal yang mengkhawatirkan bagi kita semua, kerugian lain
atau dampak negative dengan berdirinya hypermarket di suatu kota, yakni
pedagang dan ritel lokal milik rakyat Indonesia yang beroperasi disekitarnya tidak
dapat bersaing/bertahan alias bangkrut (berapa tenaga kerja yang harus
menganggur?). apakah hal ini tidak menjadi pertimbangan besar bagi pengambil
keputusan mengenai mudahnya pemberian perizinan bagi hypermarket yang akan
melakukan ekspansi di pelosok wilayah Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia
lainnya, data penelitian Ketua KPPU menunjukan pangsa pasar Carrefour dapat
mencapai 50 persen (simak Kasus 3.3).
TANTANGAN BERKEWIRAUSAHAAN
E-commerce
Merupakan perkemmbangan dan bagian dari era teknologi informasi yang mampu
menciptakan ekonomi baru. Internet saat ini sudah umum digunakan oleh dunia
usaha dalam rangka mencari informasi dagang, promosi dagang, hubungan/kontak
dagang secara internasional keseluruh negara/dunia. Sarana ini walaupun pada
tahap awal investasinya cukup mahal, namun proses bisnis selanjutnya akan lebih
cepat dan sekaligus dapat mengakses data maupun informasi bisnis dalam tempo
yang cepat.
Hampir seluruh instansi pemerintah termasuk perwakilan Pemerintah
Republik Indonesia di luar negeri (kedaulatan besar, konsulat jendral, maupun
atase perdagangan), salah satu upaya komunikasi dan promosi sudah
menggunakan e-commerce.
Usaha yang menggunakan e-commerce yang dapat diakses menggunakan
internet merupakan suatu usaha yang sangat unik, karena hanya dengan
menggunakan satu media, perusahaan dapat melakukan usaha/bisnis, baik dengan
sesame perusahaan (Business to Business-B2B) atau dapat proses bisnis langsung
antara pembisnis dengan konsumen atau penjual dengan pembeli (Business to
Consumer-B2C). mereka dapat melakukan proses bisnis, mulai dari promosi
produk, penawaran, dan permintaan produk, tanya jawab antara konsumen dan
produsen atau antara pembeli dengan penjual dapat dilakukan secara aktif dengan
e-commerce.
Business to Business (B2B)
B2B artinnya proses bisnis antara penjual dengan penjual atau produsen dengan
produsen atau produsen dengan grosir, pedagang, agen, dan sejenisnya dilakukan
secara online. Mereka dapat melakukan proses bisnis, mulai dari promosi,
penawaran dan permintaan produk, tanya jawab antara mereka dapat dilakukan
dengan cara online melalui internet atau mobile phone yang memiliki fitur untuk
itu
Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan teknologi internet dan mobile
memang semakin hebat. Teknologi pencarian informasi bisnis maupun informasi
lainnya minsalnya melalui situs Google.com, diibaratkan oleh Hermawan
Kertajaya sebagai malaikat pencatat amal baik dan buruk. Ketik nama merek
Anda di sana, dan akan terlihat betul perbuatan apa yang telah Anda lakukan
selama ini. Kalau banyak positif, tentunya baik karena dapat mempengaruhi otak,
hati dan jiwa konsumen. Kita semua tahu bahwa Google, yang notabene-nya
perusahaan pemasang iklan merupakan fenomena internetnyang telah menjadi
bagaian dari wawasan kita dalam mencari informasi mulai dari produk atau jasa
yang terbesar sampai yang terkecil, melihat dunia luar (contohnya: Google Earth),
mendengar (Google Alert), dan berkolaborasi dengan rekan sekantor (Google
Docs, Gmail, Google Talk). Tidak hanya merevolusi industri teknologi informasi,
Google juga mengubah banyak tatanan industri mulai dari media (Google news,
YouTube/Google Video) sampai perpustakaan (Google Books, Google Schoolar).
Google adalah internet, dan internet adalah Google. Dengan misinya yang sangat
horizontal, yaitu “Mengelola informasi Dunia dan Membuatnya Mudah Diakses
dan Berguna”, Google telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat tulen
dunia, New Wave yang ingin mencari, melacak dan menggunakan sebuah
informasi. Teknologi Web 1.0 adalah era kita hanya dapat mencari, browsing, dan
read-only. Kini dunia internet telah berubah. Teknologi internet masuk pada Web
2.0 telah membuat internet bersifat lebih interaktif dan dinamis. Interaksi dengan
komunitas menjadi lebih memungkinkan karena pada dasarnya kekuatan
sesungguhnya dari aplikasi internet yang bersifat Web 2.0 adalah read and write.
Internet dengan Web 2.0 membuat proses horizontal semakin cepat. Di dunia yang
serba horizontal ini, berkat perkembangan teknologi internet, semua orang
sekarang mempunyai kesempatan yang sama untuk terhubung, dihubungi, dan
menghubungi. Kini eranya dimana kita dapat melihat sekaligus mennyentuh, dan
berinteraksi. Tidak hanya itu, dunia yang serba horizontal bukan hanya
disebabkan oleh perkembangan teknologi semata. Pendorong nomor satu adalah
perubahan teknololgi dari yang bersifat one-to-many ke many-to-many. Perubahan
teknologi ini mengundang datangnya berbagai tren lainnya. Berbagai tren yang
ada, antara lain:
1. From one-to-many broadcasting to many-to-many networking. Didorong
oleh teknologi Web 2.0 menyebabkan membanjirnya aplikasi berbasis
jejaring dari banyak ke banyak ini menyebabkan internet telah berubah.
Trennya adalah read and write, mendorong orang lain lebih
mengekspresikan dirinya, berpartisipasi, melakukan networking,
membentuk komunitas lewat situs jejaring, dan banyak hal lainnya.
2. From Ideology to Persona. Berekmbangnya teknologi juga telah membuka
dunia politik dan birokasi lebih transparan. Sejak adanya internet, kita
lebih dapat melihat gambaran politik secara nyata, sudah semakin susah
untuk merahasiakan sesuatu. Sebagai contoh saat ini semakin banyak
politis yangn masuk di Facebook. Ketika profil Perdana Mentri China
Wen Jiabao muncul di Facebook pada 14 Mei 2008, ia mendapat kawan
sekitar 14.000 orang dalam waktu cuma dua minnggu, sedangkan profil
Presiden Hu Jiantao waktu itu cuma punya 1.000 pengikut. Ini bukti
bahwa We lebih horizontal, meskipun keduanya adalah orang nomor satu
dan dua China.
3. From G7 to G20. Kelompok G7 (AS, Inggris Raya, Kanada, Prancis,
Jerman, Italia, dan Jepang). Dala sejarah perekonomian dunia era sebelum
krisis, G7 tersebut secara rutin memainkan peran konstruktif dalam
mengoordinasikan kebijakan global mengenai perekonomian dunia.
Artinya, secara vertical mendikte negara-negara lain, termasuk negara-
negara berkembang. Saat ini telah berubah, G7 telah secara perlahan
memudar. Mereka tidak lagi mereprensantikan wajah perekonomian dunia
sebagaimana yang diperlihatkan oleh G20, yaitu kelompok 20 negara
perekonomian besar dunia yang menghimpun hamper 90% GNP dunia,
80% total perdagangan dunia dan dua per tiga penduduk dunia. Dalam
kondisi perekonomian global seperti sekarang, kelompok G7 tampil lebih
horizontal, menunjukan sikap kompromi, dan kolaboratif dengan negara-
negara berkembang. Semakin kompetitifnya negra-negara berkembang
terutama China dan India, permasalahan dunia global diselesaikan
bersama-sama secara horizontal melalui G20.
4. From Belief to Humanity. Dalam era teknologi informasi dan komunikasi,
kita semua saling terjalin dalam dunia sosial dan budaya yang baru yang
lebih humanis. Contoh di dunia maya, membuktikan bahwa agama yang
bersifat vertical dapat hidup berdampingan dengan aspek kemanusiaan dan
sosial-budaya yang bersifat horizontal. Teknologi yang kita gunakan saat
ini dapat menjelajah dunia dan membuka cakrawala baru di mana tiap-tiap
manusia semakin kecil dan tidak berati.
5. From Close to Open Market. Keempat tren baru di atas, menurut
Hermawan Kertajaya membawa angina bar uke market yang berubah dari
relatif tertutup ke relatif lebih terbuka. Pasar global telah menjadi datarn
dan semua marketer memiliki kesempatan yang sama. Dengan adanya
kemajuan platform teknologi online dan mobile, pengusahas/penjualdapat
menjangkau pembeli tanpa batas, di sisi lain, pembeli pembeli mendapat
keleluasaan untukmemilih berbagai penawaran dari mamnapun untuk
mndapat barang dan atau jasa dengan value yang lebih baik. Platform yang
memfasilitasi transaksi antatra pengusaha/penjual dan pembeli yang
sifatnya Customer-to Customer (C2C), seperti eBay, Alibaba, dan Kaskus
di dunia online merupakan contoh konkret bahwa era New Wave, pasar
semakin horizontal.
6. From Competition to Co-opetition. Perkembangan teknologi terkini hingga
mengubah semua yang ada di lingkungan bisnis, mulai dari lingkungan
mikro hingga makro. Di tengah pasar yang semakin terbuka, persaingan
semakin menyimpan segudang peluang juga tantangan tersendiri bagi
pemasar. Untungnya di era sekarang, dunia semakin transparan, dan akses
informasi semakin mudah dan cepat. Kita dapat mengetahui kelemahan
dan kekuatan para kompetitor kita dan dapat mengakses ke konsumen
mereka, celakanya, kompetitor juga memiliki akses yang sama terhadap
kekuatan dan kelemahan kita, dan konsumen kita. Di era New Wave ini,
pesaingan yang sehat terjadi ketika bidang permainannya sama datar.
Semua permaidan berada pada posisi yang sejajar, tidak ada yang lebih
tinggi atau lebih rendah. Kita dapat menang bila kita unggul, sebaliknya
dapat kalah bila kita tidak memiliki keunggulan, bukan karena menjelek-
jelekan kompetitor atau bermain licik dan kasar. Kunci untuk meredam
munculnya permainan kasar dari kompetitor, pada akhirnya ditentukan
oleh siapa yang mau berkolaborasi secara adil (fair) dengan para
kompetitor. Tren yang disebut co-opetition ini menjadi contoh di era New
Wave, bagaimana pemasar pun semakin mengorizontalkan diri dengan
para kompetitor potensiannya.
7. The Rise of New Customer: Digital Native. Salah satu dari tiga konsumen
baru yang terus berkembang adalah masyarat tulen New Wave yang
dinamakan Digital Native alias konsumen yang asli digital. Konsumen
yang well-connected dengan dunia digital. Konsumen seperti ini sifatnya
transendetal (di luar pengertian dan pemahaman manusia biasa) tidak
berkotak-kotak secara umur, demografis, geografis, strata social dan status
lainnya. Benang merah dari konsumen baru ini adalah merasa “hidup” 24
jam secara horizontal di planet New Wave. Sudah saatnya tiap pemasar
untuk mengenali mereka, mengetahui perilaku mereka, dan mengenali
kegelisahan zaman ini/keinginan (anxiety & desire) yang mereka miliki.
8. The Rise of New Customer: New Emergig Youth. Konsumen baru kedua
adalah New Emerging Youth atau konsumen baru berumur delapan
hingnga dua puluh empat tahun yang merupakan generasi muda/baru di
era millennium. Merekalah yang memegang peran berikutnya di sektor
ekonomi, setelah punahnya generasi baby-boomer dan semakin menuanya
generasi X. beranjak dewasa dengan berbagai alat teknologi informasi dan
komunikasi, secara otomatis paradigma mereka menjadi sangat New Wave
dan serba horizontal. Sudah menjadi keharusan tersendiri bagi para ew
Wave Marketer untuk mengenali, memahami, dan menghampiri mereka
secara horizontal.
9. The Rise of New Customer: “New Urban Woman”. Konsumemn ketiga
adalah New Wave kaum wanita urban yang secara metafora/kiasan datang
dari planet vanus, tetapi kini telah migrasi ke planet New Wave. Kaum
wanita secara alami dipandang sebagai pembawa gerakan horizontal,
terutama karena isu-isu seputar perbedaan gender yang dicatat dalam
sejarah. Dengan kecanggihan alat teknologi informasi dan komunikasi saar
ini, kekuatan wanita dalam melakukan word of mouth (dari mulut ke
mulut) dan word of mouse menjadi lebih besar. Mereka yang dapat
mengajari para New Wave Marketer bagaimana menjadi pemasar yang
lebih menunjukan sisi emosional dan humanieme.
10. The Connector. Menghubungkan para pemasar dengan lingkungan
bisnisnya, competitor, konsumen, dan para change agents (agen
pembaruan) yang aktif membentuk perubahan tatana makro mulai dari
perubahan teknologi, politik dan legal, ekonomi, sosial budaya, dan pasar.
Konektor terdiri atas tiga jenis, yaitu mobile interaction, experiental
events, dan social media ada di belahan dunia online dan offline. Dengan
adanya konertor, pemasar di era New Wave dapat menerapkan apa yang
dinamakan Always-on-Conenection. Setiap waktu (detik) teah terjadi
koneksi yang menghubungkan perusahaan (company) dengan 3C lainnya,
yaitu Change Agents, Competitor, dan Customer. Tanpa konektor,
pemasar harus bersiap-siap menanti ajal,
(Simak, “10 Kekuatan Penyebab Horizontalisasi Pemasaran” oleh Hermawan
Kertajaya, Kompas, Rabu, 2 September 2009 s.d Minggu, 6 September 2009.)
Dari berbagai tren tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan teknologi
internet dan mobile communication yang mengalami perubahan yang begitu cepat,
setiap pengusaha dituntun untuk mampu memanfaatkan berbagai peluang bisnis
yang begitu terbuka, transparan, cepat, sehingga pengusaha dituntun jagan sampai
ketinggalan zaman/gagap teknologi.
Dalam buku ini, B2B tidak dibahas secara detail, tetapi yang akan dibahas
agar relatif lebih luas adalah B2C berikut.
Business to Customer (B2C)
Business to Customer (B2C) merupakan bagian dari e-commerce yang biasanya
merupakan sarana yang digunakan untuk bertransaksi/proses bisnis atau
melakukan jual beli secara onlie, minsalnya untuk mengetahui jumlah produk
yang ada di pasar, atau melakukan proses jual beli barang secara langsung. B2C
merupakan salah satu model e-commerce yang muncul untuk membantu suatu
perusahaan dan konsumen dapat melakukan transaksi secara elektronik atau
online di mana dan kapan saja,
B2C mengubah cara atau proses bebelanja dan lebih focus pada ajakan
penjual kepada pembeli untuk melakukan tawar-menawar dalam proses online
atau proses jual beli secara tidak langsung.
1. Berbagai peayanan B2C
Berbagai layanan yang dapat diberikan oleh B2C, antara lain:
a. Memuat sampel produk yang akan dijual beserta informasi penting
lainnya di internet atatu dunia maya;
b. Transaksi pemesanan barang secara online;
c. Transaksi pembayaran barang;
d. Transaksi pengiriman barang;
e. Memuat berbagai informasi mutakhir berbagai produk dan atau jasa;
f. Menginformasikan lokasi penjualan dan layanan;
g. Memberikan layanan servis lengkap secara online.
Secara garis besar tipe-tipe pelayanan B2C terbagi menjadi 3 bentuk,
yaitu:
a. Auction Stores. Took lelang internet sebagai tempat untuk memberikan
pelayanan dalam bidang perdagangan, minsalnya untuk mengiklan
produk perusahaan, cara pembayaran dan sebagainya, sehingga dapat
diketahui juga jika menggunakan pelayanan Anda dapat
memaksimalkan keuntungan yang inggin dicapai karena penawaran
yang sangat banyak dari berbagai negara. Keuntungan dari auction
store:
1. Convenience. Seorang dapat tetap tinggal di rumah atau kantor,
tetapi dapat berpartisipasi dalam perdagangan atau melakukan
tawar-menawar.
2. Flexibility. Dengan layanan ini dapat menyinkronisasikan tawar-
menawar antar penawar dan pelanggan bukan hanya untuk waktu
saat itu saja, tetapi dapat mengetahui proses bebrapa waktu lampau.
3. Increased reach. Layanan internet auction ini dapat memperluas
daerah jangkauan, sehingga tentunya mampu meningkatkan
keuntungan, karena penawaran dapat menjangkau ke pelosok dunia
manapun.
4. Economical to operate. Dengan menggunakan layanan ini makin
memperkecil biaya untuk pengembangan yang dibutuhkan.
5. Inspection of goods. Tidak dapat memungkinkan seseorang untuk
melakukan pemeriksaan barang secara fisik yang akan dibelinya.
6. Potential for fraud. Depat memungkinkan terjadinya penipuan
karena proses pembayaran dan pengiriman barang yang cenderung
tidak dilakukan secara bersama, sehingga memungkinkan penjual
telah mengirim barang, namun pembayaran masih belum dapat
diselesaikan bersama pengiriman barang.
b. Online Stores. Layanan ini merupakan tempat untuk menjual/membeli
barang secara digital dengan memilih dan memesan barang dengan
menggunakan internet tanpa harus bertatap muka secara langsung
denga penjual maupun yang inggin dibeli, contoh situs
www.amazon.com.
Keuntungan online stores bagi perusahaan:
1. Increased demand, bertambah banyaknya permintaan.
2. Low cost route to globe reach-lini biaya yang rendah menuju
capaian dunia atau global.
3. Cost reduction of promotion and sales-penurunan biya promosi
dan biaya penjualan.
4. Reduced cost-pengurangan biaya.
Keuntungan online stores bagi konsumen:
1. Lower price-harga relatif lebih murah.
2. Wider choice-pilihan yang lebih bagus.
3. Better information-informasi yang lebih baik.
4. Convenience-praktis/menyenangkan.
c. Online Services. Layanan ini merupakan tempat untuk meminta
informasi atau servis lain dari perusahaan dengan cepat dan mudah
atau dapat melakukan proses jual beli jasa, minsalnya tiket perjalanan,
jasa servis dan lain-lain, contoh, situs www.travelcity.com. Berbagai
kemampuan yang dimiliki dengan menggunakan layanan internet
dengan model online service antara lain:
1. Instantaneous communications-komunikasi yang segera atau
seketika.
2. Global access-akses global/seluruh dunia.
3. Customization-pembiasaan.
4. Increased availability-tersedianya peningkatan.
5. De-intermediation-de-intermediasi/perantara-penengah
6. Consolidation and convergence-konsolidasi dan bersatu di suatu
tempat.
7. Collaboration-kolaborasi/kerja sama.
Globalisasi
Sudah merupakan sebuah tren untuk menuju ke era ekonomi global yang
menciptakan kompetisi dan kesempatan/peluang bisnis di tingkat global. Ekonomi
kesejagatan atau ekonomi global mendorong munculnya berbagai peluang pasar di
tingkat dunia bagi setipa wirausahawan. Hal ini mendorong terjadinya globalisasi
perdagangan dunia.
Globalisasi perdagangan dunia memiliki manfaat dan kerugian, sebagai
berikut.
1. Manfaaat/keuntungan dari pedagangan dunia:
a. Perdagangan bebas telah diyakini seagai “obat mujarab” untuk
menciptakan efisiensi dalam perdagangan.
b. Produk murah dan bermutu akan menyingkirkan produk mahal dan
yang berkualitas rendah.
c. Posisi tawar-menawar antarnegara akan mempunyai kekuatan yang
sama.
Berdasarkan manfaat ini, seorang pengusaha dituntun harus mampu
menghasilkan produk yang murah, namun bermutu internasional.
Hanya dengan cara itu produk akan mampu bersaing di kacah
perdagangan global.
2. Kerugian dari perdagangan dunia:
a. Produsen di Indonesia karena proteksi olelh pemerintah akan mendapat
tekanan berat dalam pedagangan bebas.
b. Pengusaha yang belum mampu bersaing di pasar internasional akan
kesulitan menghadapi komoditas yang sama dari pesaing luar negeri.
c. Ketidaksiapan pengusaha Indonesia dikhawatirkan pasar akan dibanjiri
oleh produk asing yang pada akhirnya akan mematikan pengusaha
domestik/lokal.
d. Kebebasan investasi asing di Indonesia dikhawatirkan akan
menyingkirkan pengusaha domestik/lokal.
e. Sumber daya alam negara berkembang, khususnya Indonesia akan
terkuras habis oleh negara maju.
f. Upah buruh yang relatif murah di negara berkembang khususnya
Indonesia akan mennguntungkan negara maju.
g. Menurunkan ekspor negara berkembang, khususnya Indonesia karena
kalah bersaing dengan produk negara lain.
h. Meningkatkan impor negara berkembang, khususnya Indonesia karena
kalah bersaing dalam harga maupun kualitas,
i. Negara berkembang, khususnya Indonesia akan deficit dalam neraca
perdagangan karena impor lebih besar dari pada ekspornya.
j. Peluang pasar yang majuj akan direbut oleh negara maju.
KESEMPATAN BERKEWIRAUSAHAAN
Kesempatan berkewirausahaan di antaranya:
a. Suatu nilai yang mampu menciptakan inovasi dalam pasar yang potensial.
b. Suatu inovasi yang tepat waktu dan diinginkanlah yang mampu
menciptakan nilai tambah bagi pembeli atau pengguna yang berminat.
Dari kasus 4.2, usaha mengolah ubi ungu dapat penulis kemukakan bahwa
bahan baku yang tadinya dianggap sebagai makanan desa/kampungan ternyata
bila diolah dengan sentuhan kreativitas dan inovasi mampu menjadi peluang
bisnis yang menjanjikan, bahkan dapat dijual atau dikemas dengan sistem atau
usaha pola waralaba (franchise). Jadi, kreativitas dan inovasi tuntunan bagi
para pebisnis (apapun usahanya) agar kesempatan dan peluang dapat
ditangkap dengan baik oleh wirausahawan. Dengan kata lain, kreativitas dan
inovasi mampu menangkap peluang di berbagai relung/ceruk pasar, baik
ditingkat lokal, regional maupun internasional.