Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS AKUNTANSI PT ULTRAJAYA

MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY TBK. (ULTJ)


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan
Dosen Pengampu: Prima Yusi Sari, S.E., M.E., Ak.

Disusun Oleh:
1. Nabila Yasmina Murtasiah 120110180068
2. Nisrina Alghifarin 120110180105
3. Sri Ayuni 120110180031

PRGORAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, karnuia serta rahmat-Nya
kami dapat menyeselaikan Makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami susun untuk dapat memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan. Makalah ini telah disusun dengan maksimal berkat kerja sama semua anggota
kelompok sehingga dapat melancarkan proses pengerjaan makalah ini.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada:
1 Ibu Prima Yusi Sari, S.E., M.E., Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan.
2 Rekan-rekan anggota kelompok 6.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah kami.
Tim penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
menerima semua kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk para pembaca.

Jatinangor, 02 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ....................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian Makalah ................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................................................... 5
LANDASAN TEORI .................................................................................................................................... 5
2.1 Manajemen Laba (Earnings Management) ........................................................................... 5
2.2 Red Flags .............................................................................................................................. 12
BAB III ................................................................................................................................................... 17
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 17
3.1 Profil PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. .......................................... 17
3.2 Analisis Penerapan Manajemen Laba (Earnings Management) ......................................... 36
3.3 Analisis Potensi Reg Flags.................................................................................................... 38
BAB IV ................................................................................................................................................... 45
PENUTUP............................................................................................................................................... 45
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 45
4.2 Saran..................................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 47

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akibat krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu, para petinggi
negara-negara yang tergabung dalam G20 mengadakan pertemuan dalam London
Summit 2008 dan memutusakan kebijakan yang akan diambil dalam mereformasi
perekonomian, diantaranya adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pelaporan keuangan dalam pasar modal dan meningkatkan kualitas audit dari akuntan
publik untuk menjamin keterbukaan dan akurasi informasi keuangan perusahaan.
Beberapa syarat dalam menyusun laporan keuangan adalah laporan keuangan harus
relevan, artinya laporan keuangan pada suatu perusahaan harus ada hubungan dengan
pihak-pihak yang memerlukan untuk mengambil keputusan, laporan keuangan juga harus
disajikan dengan angka, tulisan atau bahasa yang mudah dipahami oleh pihak pembaca
laporan keuangan tersebut, selanjutnya laporan keuangan harus bersifat netral artinya
laporan keuangan yang disajikan bersifat umum, objektif dan tidak memihak pada
kepentingan pemakai tertentu. Namun periode belakangan ini banyak sekali perusahaan
yang merekayasa laporan keuangan tersebut dengan berbagai tujuan yang ingin
dicapainya, sehingga perlu dilakukannya analisis akuntansi terhadap laporan keuangan
untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai standar dan aturan
yang berlaku, serta untuk mengidentifikasi kemungkinan manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1 Bagaimana PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. menerapkan PSAK
dalam laporan keuangannya?
2 Bagaimana kecukupan penyajian laporan keuangan PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company Tbk. berdasarkan aturan yang berlaku?
3 Apakah ada kemungkinan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
melakukan manajemen laba (earnings management)?
4 Apakah ada potensi apakah ada potensi reg flags pada PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company Tbk.?

3
1.3 Tujuan Penelitian Makalah
1 Untuk memahami bagaimana PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
menerapkan PSAK dalam laporan keuangannya?
2 Untuk memahami bagaimana kecukupan penyajian laporan keuangan PT Ultrajaya
Milk Industry & Trading Company Tbk. berdasarkan aturan yang berlaku?
3 Untuk mengetahui apakah ada kemungkinan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk. melakukan manajemen laba (earnings management)?
4 Untuk mengetahui apakah ada potensi reg flags pada PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company Tbk.?

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENTINGNYA ANALISIS AKUNTANSI


Tujuan analisis akuntansi adalah untuk mengevaluasi sejauh mana akuntansi
perusahaan menangkap realitas bisnis yang mendasarinya. Dengan mengidentifikasi
tempat-tempat di mana terdapat fleksibilitas akuntansi, dan dengan mengevaluasi
kesesuaian kebijakan dan estimasi akuntansi perusahaan, analis dapat menilai tingkat
distorsi dalam angka akuntansi perusahaan. Keterampilan penting lainnya adalah
menyusun kembali angka-angka akuntansi perusahaan menggunakan arus kas dan
informasi catatan kaki untuk "membatalkan" setiap distorsi akuntansi. Analisis akuntansi
yang baik meningkatkan keandalan kesimpulan dari analisis keuangan, langkah
selanjutnya dalam analisis laporan keuangan.

2.2 Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Berbasis


Akuntansi
Terdapat tiga sumber potensi kebisingan dan bias dalam data akuntansi: (1)
kebisingan dan bias yang disebabkan oleh kekakuan dalam aturan akuntansi, (2)
kesalahan ramalan acak, dan (3) sistematis pilihan pelaporan yang dibuat oleh manajer
perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu. Masing-masing faktor ini dibahas di bawah.
1 Aturan Akuntansi
Aturan akuntansi memperkenalkan kebisingan dan bias karena seringkali sulit untuk
membatasi kebijaksanaan manajemen tanpa mengurangi kandungan informasi dari
data akuntansi. Misalnya, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 yang
dikeluarkan oleh FASB mengharuskan perusahaan untuk membiayai pengeluaran
penelitian pada saat terjadinya. Jelasnya, beberapa pengeluaran penelitian memiliki
nilai di masa depan sementara yang lainnya tidak. Namun, karena PSAK No. 2 tidak
mengizinkan perusahaan untuk membedakan antara dua jenis pengeluaran, hal ini
menyebabkan distorsi sistematis dari angka akuntansi yang dilaporkan. Secara umum,
tingkat distorsi yang diperkenalkan oleh standar akuntansi bergantung pada seberapa
baik standar akuntansi yang seragam menangkap sifat transaksi perusahaan.

5
2 Kesalahan Prakiraan
Sumber kebisingan lain dalam data akuntansi muncul dari kesalahan ramalan
murni, karena manajer tidak dapat memprediksi konsekuensi masa depan dari
transaksi saat ini dengan sempurna. Misalnya, ketika perusahaan menjual produk
secara kredit, akuntansi akrual mengharuskan manajer untuk membuat penilaian
tentang kemungkinan mengumpulkan pembayaran dari pelanggan. Jika pembayaran
dianggap "cukup pasti", perusahaan memperlakukan transaksi tersebut sebagai
penjualan, membuat piutang di neracanya. Manajer kemudian membuat perkiraan
proporsi piutang yang tidak akan ditagih. Karena manajer tidak memiliki pandangan
jauh ke depan yang sempurna, default sebenarnya mungkin berbeda dari default
pelanggan yang diperkirakan, yang menyebabkan kesalahan perkiraan. Tingkat
kesalahan dalam prakiraan akuntansi manajer tergantung pada berbagai faktor,
termasuk kompleksitas transaksi bisnis, prediktabilitas lingkungan perusahaan, dan
perubahan ekonomi yang tak terduga.
3 Pilihan Akuntansi Manajer
Manajer perusahaan juga memperkenalkan kebisingan dan bias ke dalam data
akuntansi melalui keputusan akuntansi mereka sendiri. Manajer memiliki berbagai
insentif untuk menggunakan kebijaksanaan akuntansi mereka untuk mencapai tujuan
tertentu, yang mengarah ke pengaruh sistematis pada laporan perusahaan mereka:
 Perjanjian utang berbasis akuntansi
Manajer dapat membuat keputusan akuntansi untuk memenuhi kewajiban
kontraktual tertentu dalam perjanjian hutang mereka. Misalnya, perjanjian
pinjaman perusahaan dengan bank dan pemegang hutang lainnya mengharuskan
mereka untuk memenuhi perjanjian yang terkait dengan cakupan bunga, rasio
modal kerja, dan kekayaan bersih, semuanya didefinisikan dalam istilah angka
akuntansi. Pelanggaran terhadap batasan ini mungkin mahal karena memungkinkan
pemberi pinjaman untuk meminta pembayaran pinjaman mereka segera. Manajer
perusahaan yang hampir melanggar perjanjian hutang memiliki insentif untuk
memilih kebijakan dan perkiraan akuntansi untuk mengurangi kemungkinan
pelanggaran perjanjian. Motivasi perjanjian hutang untuk keputusan akuntansi
manajer telah dianalisis oleh sejumlah peneliti akuntansi.

6
 Kompensasi manajemen
Motivasi lain untuk pilihan akuntansi manajer berasal dari fakta bahwa kompensasi
dan keamanan kerja mereka sering kali dikaitkan dengan laba yang dilaporkan.
Misalnya, banyak manajer puncak menerima kompensasi bonus jika mereka
melebihi target laba yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini memberikan
motivasi bagi manajer untuk memilih kebijakan dan estimasi akuntansi untuk
memaksimalkan kompensasi yang diharapkan.
 Kontes kendali perusahaan
Dalam kontes pengendalian perusahaan, termasuk pengambilalihan yang tidak
bersahabat dan pertarungan proxy, kelompok manajemen yang bersaing berusaha
untuk memenangkan pemegang saham perusahaan. Nomor akuntansi digunakan
secara luas dalam memperdebatkan kinerja manajer dalam kontes ini. Oleh karena
itu, manajer dapat membuat keputusan akuntansi untuk mempengaruhi persepsi
investor dalam kontes pengendalian perusahaan.
 Pertimbangan pajak
Manajer juga dapat membuat pilihan pelaporan untuk pertukaran antara pelaporan
keuangan dan pertimbangan pajak. Misalnya, perusahaan AS diharuskan
menggunakan akuntansi persediaan LIFO untuk pelaporan pemegang saham agar
dapat menggunakannya untuk pelaporan pajak. Di bawah LIFO, ketika harga naik,
perusahaan melaporkan laba yang lebih rendah, sehingga mengurangi pembayaran
pajak. Beberapa perusahaan mungkin mengabaikan pengurangan pajak untuk
melaporkan laba yang lebih tinggi dalam laporan keuangan mereka.
 Pertimbangan regulasi
Sejak angka akuntansi digunakan oleh regulator dalam berbagai konteks, manajer
dari beberapa perusahaan dapat membuat keputusan akuntansi untuk
mempengaruhi hasil regulasi. Contoh situasi regulasi di mana nomor akuntansi
digunakan termasuk tindakan antimonopoli, tarif impor untuk melindungi industri
dalam negeri, dan kebijakan pajak.
 Pertimbangan pasar modal
Manajer dapat membuat keputusan akuntansi untuk mempengaruhi persepsi pasar
modal. Ketika ada asimetri informasi antara manajer dan pihak luar, strategi ini
mungkin berhasil memengaruhi persepsi investor, setidaknya untuk sementara.

7
 Pertimbangan pemangku kepentingan
Manajer juga dapat membuat keputusan akuntansi untuk mempengaruhi persepsi
pemangku kepentingan penting di perusahaan. Misalnya, karena serikat pekerja
dapat menggunakan keuntungan yang sehat sebagai dasar untuk menuntut kenaikan
upah, manajer dapat membuat keputusan akuntansi untuk menurunkan pendapatan
ketika mereka menghadapi negosiasi kontrak serikat. Di negara-negara seperti
Jerman, di mana serikat pekerja kuat, pertimbangan ini tampaknya memainkan
peran penting dalam kebijakan akuntansi perusahaan. Pemangku kepentingan
penting lainnya yang mungkin ingin dipengaruhi oleh perusahaan melalui laporan
keuangan mereka termasuk pemasok dan pelanggan.
 Pertimbangan kompetitif
Dinamika persaingan dalam suatu industri juga dapat mempengaruhi pilihan
pelaporan perusahaan. Misalnya, keputusan pengungkapan segmen perusahaan
dapat dipengaruhi oleh kekhawatirannya bahwa pengungkapan terpilah dapat
membantu pesaing dalam keputusan bisnis mereka. Demikian pula, perusahaan
tidak boleh mengungkapkan data pada margin mereka dengan lini produk karena
takut memberikan informasi hak milik. Akhirnya, perusahaan dapat mencegah
pendatang baru dengan membuat pilihan akuntansi yang menurunkan pendapatan.
Selain pilihan dan estimasi kebijakan akuntansi, tingkat pengungkapan juga
merupakan penentu penting kualitas akuntansi perusahaan. Manajer perusahaan dapat
memilih kebijakan pengungkapan yang membuatnya lebih atau kurang mahal bagi
pengguna eksternal laporan keuangan untuk memahami gambaran ekonomi
sebenarnya dari bisnis mereka. Peraturan akuntansi biasanya menetapkan persyaratan
pengungkapan minimum, tetapi tidak membatasi manajer untuk secara sukarela
memberikan pengungkapan tambahan. Manajer dapat menggunakan berbagai bagian
dari laporan keuangan, termasuk Surat kepada Pemegang Saham, Analisis dan
Pembahasan Manajemen, dan catatan kaki, untuk menggambarkan strategi
perusahaan, kebijakan akuntansi, dan kinerjanya saat ini. Ada variasi yang luas di
seluruh perusahaan dalam cara manajer menggunakan fleksibilitas pengungkapan

8
2.3 Manajemen Laba (Earnings Management)
Manajemen laba yaitu perilaku manajer untuk bermain dengan komponen
discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba. Manajemen laba juga
merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan
saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit usaha tersebut
(Hwihanus dan Hambur Qurba dalam Nayiroh (2012).
Beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba (Scott
dalam Dewi (2013)) adalah:
1 Rencana Bonus (bonus scheme)
Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus memotivasi para manajer
untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup peluang mereka
melakukan tindakan creative accounting agar dapat menampilkan kinerja
(performance) yang baik demi mendapatkan bonus yang maksimal.
2 Kontrak Jangka Panjang (debt convenant)
Agar kreditor mau menginvestasikan dananya di perusahaannya, tentunya manajer
harus menunjukkan performa yang baik dari perusahaannya. Dan untuk memperoleh
hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar, prilaku kreatif dari manajer untuk
menampilkan performa yang baik dari laporan keuangannya pun seringkali muncul.
Selain untuk mendapatkan pinjaman, kasus seperti itu juga berlaku untuk menjaga
perjanjian utang. Jika suatu perusahaan mendapatkan dana dari kreditor, perusahaan
berkewajiban menjaga rasio keuangannya agar berada pada batas bawah tertentu. Jika
hal ini dilanggar, maka perjanjian utang dibatalkan.
3 Motivasi Perpajakan (taxation motivation)
Perusahaaan yang belum go public cederung melaporkan dan menginginkan untuk
menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai sebenarnya.
Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif melakukan tindakan
manajemen laba agar laba fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa
melanggar aturan dan kebujakan akuntansi perpajakan.
4 Penawaran saham perdana (initial public offering)
Proses penjualan saham perusahaan ke publik akan direspon positif oleh pasar ketika
perusahaan penerbit saham (emiten) dapat “menjual” kinerja yang baik. Salah satu
ukuran kinerja yang dilihat oleh calon investor adalah penyajian laba pada laporan

9
keuangan perusahaan. Kondisi ini seringkali memotivasi manajer untuk berprilaku
kreatif dengan berusaha menampilkan kinerja keuangan yang lebih baik dari biasanya.
5 Pergantian Chief Executive Officer
Perilaku manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar periode pergantian direksi atau
chief executive officer (CEO). Menjelang berakhirnya masa jabatan, direksi cenderung
bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar performa kerjanya tetap terlihat
baik pada tahun terakhirnya ia menjabat.
6 Motivasi Politik (political motivation)
Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya banyak
menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan-perusahaan industri strategis
perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap mendapatkan subsidi,
perusahaan-perusahaan tersebut cenderung menjaga posisi keuangannya dalam
keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak terlalu baik.
Selain itu, terdapat pola-pola dalam manajemen laba. Scott (1997) merangkum pola
umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, yaitu:
1 Taking a Bath
Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi
sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode tahun sebelumnya atau
tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami
masalah organisasi (organizational stress) atau sedang dalam proses pergantian
pimpinan manajemen perusahaan.
2 Income Minimization
Pola ini dilakukan pada saat perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi
sehingga jika laba pada masa mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi
dengan mengambil laba periode sebelumnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan
motivasi perpajakan dan politis.
3 Income Maximization
Pola ini merupakan kebalikan dari pola income minimization. Dilakukan pada saat
laba menurun yang bertujuan untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan
oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang maupun oleh
perusahaan yang akan melakukan IPO agar mendapat kepercayaan dari kreditor.

10
4 Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil.
Para eksekutif yang memiliki kewenangan dalam menentukan metode dan
menetapkan kebijakan akuntansi menyebabkan mereka dapat berprilaku oportunistik.
Perilaku oportunistik para eksekutif perusahaan dapat dideteksi dengan berbagai metode,
salah satunya dengan melihat besarnya akrual diskresioner.
Dechow et al (1995) dalam Abdullah (2011) telah mengevaluasi beberapa model
untuk mendeteksi dan mengukur manajemen laba berdasarkan akrual. Model-model
tersebut adalah Model Healy, Model DeAngelo, Model Jones,Model Industri, dan Model
Jones yang dimodifikasi. Adapun model yang digunakan untuk menghitung besarnya
akrual diskresioner adalah model Jones yang dimodifikasi.
Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995) dirancang
untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan model Jones, ketika discretionary
diterapkan pada pendapatan. Perubahan pendapatan disesuaikan dengan perubahan
piutang, karena dalam pendapatan atas penjualan sudah tentu ada yang berasal dari
penjualan secara kredit. Pengurangan terhadap nilai piutang untuk menunjukkan bahwa
pendapatan yang diterima benar-benar merupakan pendapatan bersih (Dechow et al,
1995) Seperti yang dilakukan Jones (1991), perhitungan dilakukan dengan menghitung
total laba akrual, kemudian memisahkan nondiscretionary accrual (tingkat laba akrual
yang wajar) dan discretionary accrual (tingkat laba akrual yang tidak normal).
Model discretionary accrual (DAC) dapat diukur melalui empat langkah, yaitu:
1 Menghitung nilai total akrual (TAC)
𝑇𝐴𝐶 = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑓𝑟𝑜𝑚 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
2 Menghitung nilai akrual dengan OLS
𝑇𝐴𝐶𝑖,𝑡 1 ∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡 𝑃𝑃𝐸𝑖,𝑡
= 𝑏̂0 [ ] + 𝑏̂1 [ ] + 𝑏̂2 [ ]
𝑇𝐴𝐶𝑖,𝑡−1 𝑇𝐴𝑡−1 𝑇𝐴𝑖,𝑡−1 𝑇𝐴𝑖,𝑡−1
Keterangan:
TACi,t = Total akrual perusahaan i periode t.
TAt-1 = Total aset untuk perusahaan i periode t-1.
Salesi,t = Perubahan penjualan perusahaan i periode t.
PPEi,t = Aktiva tetap perusahan i periode t.

11
3 Menghitung nilai nondiscretionary total accrual (NDA)
1 ∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡 − ∆𝑇𝑅𝑖,𝑡 𝑃𝑃𝐸𝑖,𝑡
𝑁𝐷𝐴𝑖,𝑡 = 𝑏̂0 [ ] + 𝑏̂1 [ ] + 𝑏̂2 [ ]
𝑇𝐴𝑡−1 𝑇𝐴𝑖,𝑡−1 𝑇𝐴𝑖,𝑡−1
Keterangan:
NDAi,t = Nondiscretionary accrual pada tahun t.
TRi,t = Perubahan piutang dagang perusahaan I periode t.
b = Fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan
total
akrual
4 Menghitung nilai discretionary accruals (DAC)
𝑇𝐴𝐶𝑖,𝑡
𝐷𝐴𝐶 = − 𝑁𝐷𝐴𝑖,𝑡
𝑇𝐴𝑖,𝑡−1

2.4 Red Flags


Istilah red flags atau bendera merah sudah sering digunakan dalam berbagai literatur
audit, maknanya adalah tanda bahaya, tanda bahwa ada hal yang tidak sesuai pada
tempatnya dan perlu mendapat perhatian. Tuanakotta (2013) menyebutkan bahwa auditor
dan investigator menggunakan tanda bahaya red flags sebagai petunjuk atau indikasi
terjadinya fraud atau kecurangan pada sebuah laporan keuangan. Red flags juga bisa
dikatakan sebagai suatu kondisi yang janggal atau berbeda dengan keadaan normal.
Dengan kata lain, red flags adalah petunjuk atau indikasi adanya sesuatu yang tidak
biasa dan memerlukan penyidikan lebih lanjut. Red flags tidak mutlak menunjukan
apakah seseorang bersalah atau tidak tetapi merupakan tanda-tanda peringatan bahwa
kecurangan sedang atau telah terjadi. Red flags dikatakan penting sebagaimana dikutip
dalam SAS 99 - Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit yang
menyatakan bahwa auditor diminta untuk secara spesifik menilai risiko salah saji yang
disebabkan oleh kecurangan dan SAS 99 ini juga menyediakan pedoman operasi bagi
auditor saat menilai kecurangan ditengah proses audit.
Tidak hanya akuntan publik yang harus bisa mengenali red flags, akuntan yang
bekerja di sektor publik juga perlu memiliki kemampuan untuk mengenali red flags
karena potensi kecurangan tidak hanya ada pada perusahaan swasta. Di Napoli (2012)
dalam Red Flags for Fraud menyebutkan bahwa banyak studi yang membahas
kecurangan, dimana saat kecurangan tersebut sedang terjadi, red flags pun muncul, baik
itu di laporan keuangan perusahaan, atau terlihat pada saat auditor sedang melakukan

12
pemeriksaan, tapi tidak disadari atau mungkin disadari namun tidak ada tindakan yang
diambil.
Di Napoli mengatakan bahwa pada saat red flags telah muncul, seseorang harus
mengambil tindakan untuk mengivestigasi situasi dan menentukan apakah memang
kecurangan telah terjadi. Memang sudah seharusnya jika ada indikasi kecurangan
dilakukan tindakan untuk memeriksa apakah kecurangan terindikasi tersebut terjadi,
namun terkadang kesalahan salah saji dalam laporan, perubahan lifestyle karyawan,
volume penjualan yang tiba–tiba naik drastis, dan sebagainya tidak selalu
mengindikasikan adanya kecurangan.
Untuk itu, akuntan publik dan auditor harus bisa mengetahui perbedaannya dan
mengingat bahwa tanggung jawab untuk melakukan follow-up investigation untuk
sebuah tanda bahaya harus berada di tangan orang yang dapat dipercaya dan bertanggung
jawab. Agar akuntan publik dan auditor dapat mengenali red flags dengan baik maka
mereka perlu mengetahui kategori red flags. Red flags dikategorikan menjadi tiga
menurut Moyes (2007:10) dan terdiri atas:
1 Kesempatan (opportunities)
Opportunity atau kesempatan yang didefinisikan Tuanakotta (2013:46) sebagai
peluang untuk melakukan kecurangan seperti yang dipersepsikan pelaku kecurangan.
ACFE mendefenisikan kesempatan pada model segitiga kecurangan ini sebagai
metode yang bisa digunakan untuk melaksanakan kecurangan. Pelaku kecurangan
harus bisa melihat celah untuk bisa melakukan kecurangan dengan menghindari risiko
sekecil mungkin tindakan kecurangannya tersebut diketahui orang lain. Lister (2007:
63) mendefinisikan kesempatan sebagai “bahan bakar yang terus membuat api” atau
dengan kata lain, walaupun individu memiliki tekanan dalam dirinya untuk
melakukan fraud, itu tidak akan bisa dilakukan jika tidak ada kesempatan. Contoh
opportunity yang membuat fraud bisa terjadi misalnya; tingginya tingkat turnover di
divisi manajemen yang memegang peranan penting di perusahaan, atau pemisahan
tugas yang tidak memadai, atau transaksi yang sifatnya kompleks, atau bahkan
struktur manajemen.
2 Tekanan (pressures/incentives)
Pressure atau tekanan yang dirasakan pelaku kecurangan yang dipandangnya
sebagai kebutuhan keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain
(perceived non-shareable financial needs), maka dari itu si pelaku kecurangan mulai
mempertimbangkan tindakan illegal seperti menyalahgunakan asset perusahaan atau
13
melakukan salah saji yang disengaja pada laporan keuangan untuk menyelesaikan
masalah keuangannya. Lister (2007: 63) mendefinisikan pressure sebagai “sumber
panas untuk api” namun tidak berarti karena ada tekanan dalam diri seseorang, lantas
orang tersebut akan melakukan fraud. Menurut Lister (2007: 63), terdapat tiga jenis
tekanan yang memotivasi individu untuk melakukan fraud di perusahaan tempatnya
bekerja, yaitu:
a) Personal pressure, yaitu kondisi dimana individu melakukan kecurangan karena
gaya hidup.
b) Employment pressure, dimana individu tertekan untuk melakukan kecurangan
karena tuntutan pekerjaan atau target kerja, atau karena kepentingan keuangan
yang dimiliki manajemen perusahaan.
c) External pressure, misalnya ancaman terhadap stabilitas keuangan perusahaan,
ekspektasi pasar, dan sebagainya.
3 Perilaku (attitudes) atau rasionalisasi (rationalization)
Rasionalisasi adalah pembenaran yang “dibisikkan” untuk melawan hati nurani si
pelaku kecurangan. ACFE mengklaim bahwa kebanyakan pelaku kecurangan adalah
firsttime offender atau orang-orang yang baru pertama kali melakukan praktik
kecurangan, dan tidak melihat diri mereka sebagai pelaku kriminal. Mereka melihat
diri mereka sebagai individu yang jujur yang terjebak dalam situasi yang buruk, dan
mereka menjustifikasi praktik kecurangan mereka sebagai tindakan yang legal atau
bisa diterima secara umum. Vona (2008) menjabarkan contoh rasionalisasi yang
biasanya dilakukan manajer akan beralasan bahwa mereka melakukan kecurangan
karena dituntut untuk memenuhi target margin perusahaan tahun ini, dan ketika
mereka gagal, usaha terakhirnya adalah melakukan kecurangan untuk memberikan
comfortness kepada para stockholders.
Tiga kategori red flags ini telah dijelaskan pada bagian mengenai teori segitiga
kecurangan, dimana red flags memang diciptakan dengan berdasarkan konsep teori
segitiga kecurangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat ditemukan dengan mengamati atau
menyorot faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan karakteristik dan pengaruh
manajemen terhadap lingkungan pengendalian. Dalam SPAP (2011) dikatakan bahwa
faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang timbul pada laporan keuangan ini
dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:

14
1) Karakteristik dan pengaruh manajemen atas lingkungan pengendalian yang
melibatkan faktor kemampuan, tekanan, gaya, dan sikap manajemen atas
pengendalian interen dan proses pelaporan keuangan.
2) Kondisi industri. Pada faktor risiko ini mencakup lingkungan ekonomi dan peraturan
dalam industri yang menjadi tempat beroperasinya entitas.
3) Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan. Faktor yang berpengaruh pada
karakteristik ini berkaitan dengan sifat dan kekompleksan entitas dan transaksi,
keadaan keuangan entitas, dan kemampuan entitas dalam menghasilkan laba.
Untuk melakukan pedeteksian dalam menemukan kecurangan pada laporan keuangan
perusahaan terdapat beberapa metode yaitu panganalisisan laporan keuangan secara
horisontal dan vertikal, melakukan analisis rasio, khususnya trend pada beberapa tahun
sebelumnya, melakukan pemeriksaan lima rasio Beneisch, pengujian GAAP pada rating
pajak dengan rating pajak kas, melakukan benchmark 20 sampai 25 dan S&P dalam rata-
rata mencapai 36, dan melakukan penerapan auditor keuangan uang mengacu pada SAS
no.99.
Dikatakan Vicky, Hoffman, Morgan, dan Patton (1996, dalam Hegazy, 2010) bahwa
penggunaan red flag pada pendeteksisan kecurangan ketika sesuatu hal dicurigai dan
ditetapkan sebagai salah satu tanda (red flag) maka tanda ini dapat membantu auditor
untuk lebih memfokuskan kinerja mereka dalam melakukan penaksiran risiko
kecurangan. Juga dikatakan dan diusulkan oleh Hegazy (2010) bahwa penggunaan
standar pemeriksaan sangatlah diperlukan oleh seorang auditor ketika melakukan
penaksiran (assessment), mereka tidak menetapkan pedoman mereka pada tandatanda
fakta yang khusus. Dengan melihat dimana terdapat faktor yang lebih penting dan harus
dipertimbangkan, maka auditor dapat menaksir risiko audit yang terjadi di dalam
penugasan audit mereka dengan lebih konsisten dan efektif.
Berdasarkan penelitian Vicky, Hoffman, Morgan, dan Patton (1996, dalam Hegazy,
2010) ditemukan penyebab tanda-tanda (red flag) kecurangan yang ditemukan adalah
seperti manajer yang berbohong kepada auditor mengenai pelaporan keuangan
perusahaan, pengalaman tingkat ketidakjujuran manajer kepada auditor, perselisihan
yang sering terjadi antara auditor dengan manajer, dan juga dari keinginan klien untuk
mendapat persetujuan opinion shopping dan keinginan manajer untuk mencapai target
ataupun memperoleh keuntungan dari proyek yang ada.
Seorang auditor, baik itu auditor internal maupun eksternal harus mampu mengenali
tiga jenis kecurangan ini, untuk itu, auditor harus mengetahui apa saja yang termasuk
15
gejala-gejala awal terjadinya fraud dalam sebuah perusahaan. Ada dua kategori gejala
awal terjadinya fraud, yaitu:
a) Gejala fraud pada manajemen
Gejala awal fraud pada manajemen yang dapat dijadikan sebagai red flags, misalnya
ada ketidakcocokan antara manajemen puncak dalam menentukan kebijakan
perusahaan, menurunnya motivasi karyawan karena ketidakpercayaan terhadap
manajemen, tingkat keluhan yang tinggi dari pelanggan, vendor atau badan otoritas
terkait terhadap perusahaan, terjadi kekurangan kas yang tidak terstruktur karena ada
pengeluaran yang tidak dicatat atau tanpa bukti, terjadi penurunan kinerja perusahaan,
terjadi peningkatan utang dan piutang yang tidak wajar, dan lain sebagainya.
b) Gejala fraud pada karyawan
Gejala awal fraud pada karyawan yang muncul dan dapat dijadikan sebagai red flags
bagi auditor adalah misalnya, pengeluaran keuangan tanda dokumen pendukung,
sering terjadi kesalahan pencatatan atau catatan transaksi tidak akurat, bukti transaksi
yang merupakan dokumen sumber seringkali tidak dapat diperlihatkan dengan alasan
hilang, persediaan yang dibeli perusahaan seringkali tidak sesuai kuantitas dan
kualitasnya, harga persediaan yang terlalu tingi dari yang sebelumnya, terjadi
penyesuaian dalam pembukuan perusahaan tanpa ada bukti otorisasi dari manjamen.

16
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.


Bermula dari usaha keluarga yang dirintis sejak tahun 1960an oleh Bapak Achmad
Prawirawidjaja (alm), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. dari tahun
ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan yang
terkemuka di bidang industri makanan & minuman di Indonesia. Pada periode awal
pendirian, PT Ultrajaya hanya memproduksi produk susu yang pengolahannya dilakukan
secara sederhana.
Kantor pusat dan pabrik PT Ultrajaya berdiri di atas tanah milik PT Ultrajaya seluas
lebih dari 20 ha yang terletak di jalan Raya Cimareme no. 131, Padalarang, Kabupaten
Bandung Barat. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di daerah lintasan hasil
peternakan dan pertanian sehingga memudahkan PT Ultrajaya untuk memperoleh
pasokan bahan baku dan memudahkan pendistribusian hasil produksinya.
Kegiatan usaha utama PT Ultrajaya adalah bidang industri makanan dan minuman,
dan bidang perdagangan. Di kelompok minuman, PT Ultrajaya memproduksi berbagai
jenis minuman seperti minuman susu cair, minuman teh, minuman untuk kesehatan dan
minuman tradisional. PT Ultrajaya memiliki mesin-mesin pengolahan untuk masing-
masing jenis produk minuman tersebut. Sedangkan di bidang makanan PT Ultrajaya
memproduksi susu bubuk (powder milk), dan susu kental manis (sweetened condensed
milk).

3.2 Analisis Penerapan PSAK


Laporan keuangan konsolidasian ULTJ telah disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia (SAK). Standar baru, amandemen, revisi, penyesuaian
dan interpretasi yang telah diterbitkan, dan yang akan berlaku efektif untuk tahun buku
yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2019 namun tidak berdampak secara subtansial
terhadap kebijakan akuntansi Group dan tidak ada pengaruh material terhadap laporan
keuangan konsolidasian adalah sebagai berikut:

17
1 ISAK 33 - Transaksi Valuta Asing dan Imbalan Dimuka
Standar ini mengklarifikasi bagaimana penentuan tanggal transaksi dengan tujuan
untuk menentukan kurs yang digunakan untuk menjabarkan transaksi valuta asing
pada pengakuan awal dalam keadaan ketika entitas membayar atau menerima imbalan
di muka terkait asset, beban dan penghasilan dalam valuta asing. Intepretasi ini
menjelaskan tanggal transaksi dengan tujuan untuk menentukan kurs yang digunakan
dalam pengakuan awal asset, beban atau penghasilan terkait (atau bagian darinya)
adalah tanggal di mana entitas pertama kali mengakui asset non-moneter atau
liabilitas non-moneter yang timbul dari pembayaran atau penerimaan imbalan di
muka. Dalam arti kata, terkait dengan penghasilan, beban atau asset tidak diukur
kembali untuk perubahan kurs yang terjadi antara tanggal pengakuan awal imbalan di
muka dan tanggal pengakuan suatu transaksi.
2 ISAK 34 - Ketidakpastian Dalam Perlakuan Pajak Penghasilan
Standar ini memberikan panduan akuntansi untuk pajak penghasilan kini dan asset
atau liabilitas pajak tangguhan ketika terdapat ketidakpastian dalam perlakuan pajak
penghasilan. Interpretasi ini mensyaratkan:
a Perusahaan menentukan apakah perlakuan pajak tidak pasti harus dipertimbangkan
secara terpisah atau bersamaan, berdasarkan pendekatan mana yang memberikan
prediksi resolusi yang lebih baik.
b Perusahaan menentukan apakah besar kemungkinan badan otoritas perpajakan
akan menerima perlakuan pajak tidak pasti; dan
c Jika besar kemungkinan perlakuan pajak tidak pasti tidak akan diterima,
pengukuran ketidakpastian pajak berdasarkan jumlah yang paling mungkin atau
nilai ekspektasian, bergantung pada metode mana yang dapat memprediksi
penyelesaian ketidakpastian dengan lebih baik. Pengukuran ini mengasumsikan
bahwa otoritas perpajakan akan memeriksa jumlah yang berhak untuk diperiksa
dan otoritas tersebut memiliki pengetahuan penuh atas seluruh informasi terkait
ketika melakukan pemeriksaan tersebut.
3 PSAK 22 (Penyesuaian 2018) - Kombinasi Bisnis
Amandemen ini menjelaskan ketika salah satu pihak dalam suatu pengaturan
bersama (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 66: Pengaturan Bersama)
memperoleh pengendalian atas bisnis yang merupakan suatu operasi bersama, dan
memiliki hak atas aset dan kewajiban atas liabilitas terkait dengan operasi bersama
tersebut sesaat sebelum tanggal akuisisi, transaksi tersebut adalah kombinasi bisnis
18
yang dilakukan secara bertahap. Pihak pengakuisisi menerapkan persyaratan untuk
kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, termasuk pengukuran kembali
kepentingan yang dimiliki sebelumnya dalam operasi bersama. Dengan demikian,
pihak pengakuisisi mengukur kembali seluruh kepentingan yang dimiliki sebelumnya
dalam operasi bersama tersebut.
4 PSAK 26 (Penyesuaian 2018) - Biaya Pinjaman
Amandemen ini mengklarifikasi tentang pengecualian atas tarif kapitalisasi biaya
pinjaman. Pinjaman yang didapatkan secara spesifik untuk memperoleh aset
kualifikasian sampai secara substansial seluruh aktivitas yang diperlukan untuk
mempersiapkan aset kualifikasian agar dapat digunakan sesuai dengan intensinya atau
dijual telah selesai dapat dikapitalisasi seluruhnya. Namun jika pinjaman khusus
belum dilunasi setelah aset kualifikasian siap untuk digunakan atau dijual, itu menjadi
bagian dari pinjaman umum.
5 PSAK 46 (Penyesuaian 2018) - Pajak Penghasilan – Pengakuan Aset Pajak
Tangguhan Untuk Rugi Yang Belum Direalisasi
Amandemen tersebut mengklarifikasi konsekuensi pajak penghasilan dari dividen.
Entitas mengakui konsekuensi pajak penghasilan atas dividen dalam laba rugi,
penghasilan komprehensif lain atau ekuitas sesuai dengan di mana Entitas awalnya
mengakui transaksi atau peristiwa masa lalu tersebut. Persyaratan ini berlaku untuk
semua konsekuensi pajak penghasilan dari dividen.
6 PSAK 66 (Penyesuaian 2018) - Pengaturan Bersama
Amandemen tersebut mengklarifikasi bahwa pihak yang berpartisipasi dalam,
tetapi tidak memiliki pengendalian bersama atas suatu operasi bersama dapat
memperoleh pengendalian bersama atas operasi bersama, dalam hal aktivitas operasi
bersama yang merupakan suatu bisnis, tidak boleh mengukur kembali kepentingan
yang sebelumnya dimiliki dalam operasi bersama.
7 PSAK 69 - Aset Biologis
Efeketif 1 Januari 2018, Kelompok Usaha mengubah kebijakan akuntansi dari
metode biaya ke metode nilai wajar untuk hewan ternak mengikuti ketentuan PSAK
No. 69 yang berlaku sejak 1 Januari 2018.
Hewan ternak dimaksud adalah hewan ternak produksi (investasi) dan bukan
hewan ternak yang termasuk dalam persediaan. Entitas anak memiliki hewan ternak
produksi berumur panjang. Hewan ternak produksi berumur panjang merupakan
bagian dari aset tidak lancar yang dibagi menjadi hewan ternak belum menghasilkan
19
(dalam pertumbuhan) dan hewan ternak telah menghasilkan. Untuk hewan ternak
produksi belum menghasilkan dinilai sebesar biaya perolehan ditambah biaya
pemeliharaan dan biaya lain yang diakumulasi selama masa pertumbuhan.
Untuk hewan ternak produksi, sejak tanggal 1 Januari 2018, Entitas Anak
mengimplementasikan PSAK 69 ‘Aset Biologis’, secara retrospektif. Hewan ternak
yang telah menghasilkan diukur menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual, kecuali untuk kondisi dimana nilai wajar tidak dapat diukur secara andal,
diukur pada biaya dikurangi akumulasi depresiasi dan rugi atas penurunan nilai.
Keuntungan atau kerugian atas perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
diakui pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian.
8 PSAK No. 56 - Laba per Saham
Sesuai dengan PSAK No. 56 “Laba per Saham”, laba per saham dasar dihitung
dengan membagi laba tahun berjalan dengan jumlah rata-rata tertimbang yang
ditempatkan dan disetor penuh selama tahun yang bersangkutan. Tidak ada efek
berpotensi saham dilusian pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018. Oleh karenanya,
laba per saham dilusian tidak dihitung dan disajikan pada laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain konsolidasian.
Tedapat sejumlah standar dan interpretasi yang telah dikeluarkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan - IAI yang efektif dalam periode akuntansi masa depan dan bahwa
Group telah memutuskan untuk tidak mengadopsi penerapan dini, akan berlaku efektif
untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2020, yaitu :
1 PSAK 71 - Instrumen Keuangan
Perusahaan memutuskan untuk tidak terlebih awal mengadopsi PSAK 71 untuk
laporan 2019 tetapi saat ini dalam proses penilaian awal dampak potensial dari standar
baru atas laporan keuangan Perusahaan. Dampak yang diharapkan atas penerapan
PSAK 71 dijelaskan di bawah ini.
 Klasifikasi aset keuangan
Berdasarkan penilaian, Perusahaan meyakini bahwa klasifikasi baru tidak akan
berdampak material pada akuntansi untuk aset keuangan yang mencakup kas di
Bank piutang lain dan deposito jaminan yang diharapkan diukur masih diamortisasi
biaya.

20
 Penurunan nilai aset keuangan
Perusahaan meyakini bahwa kerugian penurunan nilai cenderung meningkat akibat
penerapan PSAK 71 yang bergerak maju. Berdasarkan penilaian Perusahaan,
adopsi tidak akan berdampak signifikan pada laporan keuangan pada tanggal 1
Januari 2020.
 Klasifikasi liabilitas keuangan
Perusahaan tidak menetapkan liabilitas keuangan apa pun pada nilai wajar melalui
laba/rugi dan tidak memiliki niat saat ini untuk melakukannya. Berdasarkan
penilaian Perusahaan, adopsi tidak akan berdampak signifikan terhadap liabilitas
keuangan pada tanggal 1 Januari 2020.
2 PSAK 72 - Pendapatan Dari Kontrak Dengan Pelanggan
Perusahaan saat ini pada penilaian awal potensi dampak standar baru. Dampak yang
diharapkan atas penerapan PSAK 72 dijelaskan di bawah ini.
 Waktu pengakuan pendapatan
Pendapatan dari penjualan barang saat ini diakui ketika barang dikirim ke lokasi
pelanggan, yang diambil untuk menjadi titik di mana pelanggan menerima barang
dan imbalan kepemilikan ditransfer. Berdasarkan penilaian manajemen, pengalihan
kendali atas barang bertepatan dengan pengiriman dan penerimaannya oleh
pelanggan. Oleh karena itu, manajemen tidak mengharapkan penerapan PSAK 72
untuk menghasilkan dampak yang signifikan terhadap pengakuan pendapatan atas
penjualan barang.
 Imbalan variable
Variabel imbalan seperti diskon dan tunjangan saat ini dikurangi dari harga
transaksi. Berdasarkan penilaian manajemen, penerapan PSAK 72 tidak akan
berdampak signifikan pada perlakuan terhadap variabel imbalan.
3 PSAK 73 - Sewa
Perusahaan saat ini pada penilaian awal dampak standar baru. Dampak aktual
penerapan PSAK 73 pada periode penerapan awal akan bergantung pada kondisi
ekonomi di masa mendatang, termasuk tingkat pinjaman inkremental perusahaan pada
1 Januari 2020, komposisi portofolio sewa perusahaan pada tanggal tersebut, penilaian
terbaru apakah akan melaksanakan setiap pilihan perpanjangan sewa dan sejauh mana
perusahaan memilih expedisasi praktis dan pengakuan pembebasan. Tidak ada
dampak yang signifikan yang diharapkan pada sewa pembiayaan Perusahaan.

21
Perusahaan tidak mengharapkan penerapan PSAK 73 berdampak pada
kemampuannya untuk mematuhi perjanjian pinjaman.
4 Amandemen PSAK 1 - Penyajian Laporan Keuangan dan PSAK 25 - Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, Dan Kesalahan
Amandemen tersebut mengklarifikasi beberapa susunan kata dan definisi material
dengan tujuan untuk menyelaraskan definisi yang digunakan dalam kerangka
konseptual dan beberapa PSAK yang relevan.
Standar baru, intepretasi dan amandemen standar berlaku efektif untuk tahun buku
yang dimulai 1 Januari 2020. Penerapan dini atas standar baru, interpretasi dan
amandemen standar tersebut diperkenankan, sementara penerapan dini atas PSAK 73
diperkenankan jika telah menerapkan dini PSAK 72.

3.3 Kesesuaian Pengungkapan (Disclosure) dengan Regulasi


Laporan keuangan konsolidasian PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
Tbk. disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia yang
mencakup Pernyataan dan Interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK). Regulasi mengenai pengungkapan laporan
keuangan diuraikan dalam PSAK 7 “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi” dan PSAK 60
“Instrumen Keuangan: Pengungkapan”. Selain regulasi dari PSAK juga ada Peraturan
No. VIII.G.7 mengenai “Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik” yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK sebagaimana terlampir dalam
surat keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. KEP-347/BL/2012.
Merujuk Peraturan No. VIII.G.7 yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK No. KEP-
347/BL/2012. mengenai “Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik”. Terdapat beberapa persyaratan yang tidak diungkapkan pada pos
laporan keuangan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk, antara lain:
1 Jumlah saldo Kas dan Setara Kas yang signifikan yang tidak dapat digunakan oleh
kelompok usaha disertai pendapat manajemen.
2 Jumlah cadangan kerugian penurunan nilai, beban cadangan kerugian penurunan nilai
secara individual dan kolektif, dan penghapusan piutang;
3 Jumlah diamortisasi piutang dengan menggunakan metode suku bunga efektif;
4 Informasi keterlibatan berkelanjutan atas piutang yang ditransfer, meliputi jumlah
yang ditransfer, beban bunga, retensi, jatuh tempo, dan ikatan penting lain yang diatur
dalam perjanjian.
22
5 Laba atau rugi neto pada setiap kelompok aset keuangan berdasarkan klasifikasi, baik
yang disajikan pada pos pendapatan komprehensif lainnya maupun yang diakui
sebagai laba atau rugi periode berjalan;
Meskipun begitu dikatakan bahwa pengungkapan yang tidak relevan atau tidak dapat
diterapkan pada Emiten atau Perusahaan Publik memang dikecualikan. Dalam artian
bahwa Emiten atau Perusahaan Publik juga wajib menyesuaikan pengungkapan sesuai
dengan karakteristik industri apabila pengungkapan tersebut dipersyaratkan oleh SAK
atau relevan untuk memahami laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
 PSAK 7 - Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi
Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan
entitas berisi pengungkapan yang diperlukan untuk dijadikan perhatian terhadap
kemungkinan bahwa posisi keuangan dan laba rugi telah dipengaruhi oleh keberadaan
pihak-pihak berelasi dan oleh transaksi dan saldo, termasuk komitmen, dengan pihak-
pihak tersebut. Pernyataan ini diterapkan dalam:
a mengidentifikasi hubungan dan transaksi dengan pihak-pihak berelasi;
b mengidentifikasi saldo, termasuk komitmen antara entitas dengan pihak-pihak
berelasi;
c mengidentifikasi keadaan pengungkapan yang disyaratkan di huruf (a) dan (b); dan
d menentukan pengungkapan yang dilakukan mengenai butir-butir tersebut.
Pernyataan ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak
berelasi, termasuk komitmen, dalam laporan keuangan konsolidasian dan laporan
keuangan tersendiri entitas induk atau investor dengan pengendalian bersama, atau
pengaruh signifikan atas, investee yang disajikan sesuai dengan PSAK 65: Laporan
Keuangan Konsolidasian atau PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri. Pernyataan ini
juga diterapkan untuk laporan keuangan individual.
Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang
menyiapkan laporan keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas
pelapor”). Suatu individu atau entitas dapat diklasifikasikan sebagai pihak berelasi
jika memenuhi hal-hal yang ditentukan definisi pihak-pihak berelasi dalam PSAK 7.
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2011.

23
Pengungkapan yang harus dilakukan meliputi:
1) Hubungan antara entitas induk dan entitas anak harus diungkapkan terlepas dari
apakah telah terjadi transaksi diungkapkan terlepas dari apakah telah terjadi
transaksi antara mereka
2) Jika entitas induk maupun pihak pengendali paling akhir tidak melaporkan laporan
keuangan konsolidasian yang tersedia untuk keperluan umum, nama entitas induk
berikutnya (next most senior parent) yang paling pertama menghasilkan laporan
keuangan diungkapkan.
3) Entitas mengungkapkan kompensasi anggota manajemen kunci secara total dan
untuk masing -masing kategori berikut:
a) imbalan kerja jangka pendek;
b) imbalan pasca-kerja
c) imbalan kerja jangka panjang lainnya;
d) imbalan pemutusan hubungan kerja; dan
e) pembayaran berbasis saham.
4) Jika entitas memiliki transaksi dengan pihak-pihak berelasi dalam satu periode
maka entitas mengungkapkan:
a) Sifat dari hubungan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
b) informasi mengenai transaksi dan saldo, termasuk komitmen, yang diperlukan
untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut dalam laporan keuangan.
c) Sekurang-kurangnya pengungkapan, meliputi :
o nilai transaksi;
o jumlah saldo, termasuk komitmen;
o penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut; dan
o beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau
penghapusan piutang dari pihak penghapusan piutang dari pihak-pihak yang
mempunyai hubungan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
5) Pengungkapan yang dilakukan secara terpisah untuk masing-masing kategori
a) entitas induk;
b) entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan terhadap entitas
terhadap entitas;
c) entitas anak;
d) entitas asosiasi;
e) ventura bersama dimana entitas merupakan venturer;
24
f) ventura bersama dimana entitas merupakan venturer;
g) anggota manajemen kunci dari entitas atau entitas induknya; dan
h) pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa lainnya.
6) Pos yang memiliki sifat yang serupa dapat diungkapkan secara agregat kecuali
ketika pengungkapan terpisah diperlukan untuk memahami dampak transaksi-
transaksi pihak-pihak berelasi terhadap laporan keuangan entitas.
PT ULTJ telah menerapkan PSAK 7 karena telah:
1) Mengungkapkan hubungan dengan pihak-pihak berelasi seperti yang terlihat pada
tabel di bawah ini:

2) Mengungkapkan saldo transaksi dengan pihak-pihak berelasi seperti PT Kraft


Ultrajaya Indonesia, PT Campina Ice Cream Industry dsb.

3) Mengungkapkan kompensasi atas personil manajemen kunci yaitu remunerasi


untuk Dewan Komisaris dalam 1 tahun dan satu kali THR serta memberikan
wewenang kepada Dewan Komisaris untuk menetapkan gaji, tunjangan dan
fasilitas lainnya bagi seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan.

25
4) Mengungkapkan komitmen yang dimiliki dengan beberapa entitas antara lain:
a PT Sanghiang Perkasa mengenai kerjasama produksi produk Morinaga Milk
Industry Co. Ltd.
b PT Bina San Prima sebagai penyalut eksklusif pada sektor afen pasar, warung,
apotek, toko obat dan institusi di seluruh Indonesia.
c PT Unilever Indonesia. Mengadakan perjanjian produksi untuk mengemas dan
memproduksi minuman UKT dengan merk dagang Buavita dan Go-Go dengan
nilai transaksi Rp400.000.000.000.
 PSAK 60 - Instrumen Keuangan: Pengungkapan
Tujuan PSAK ini adalah mensyaratkan entitas untuk menyediakan pengungkapan
dalam laporan keuangan yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi:
o Signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan entitas; dan
o Sifat dan cakupan risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas
terekspos selama periode dan akhir periode pelaporan, dan bagaimana entitas
mengelola risiko tersebut.
Jika PSAK ini mensyaratkan pengungkapan kelas instrument keuangan, maka
dikelompokan perkelas sesuai sifat informasi yang diungkapkan dan
mempertimbangkan karakteristiknya. Entitas mengungkapkan informasi yang
memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi signifikansi
instrument keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan. PSAK ini diterapkan oleh
seluruh entitas untuk seluruh jenis instrument keuangan, kecuali:
o Penyertaan pada entitas anak, entitas asosiasi atau ventura bersama. Tetapi dalam
beberapa kasus mengizinkan entitas untuk mencatatnya, dengan menerapkan
persyaratan.
o Hak dan kewajiban pemberi kerja diatur dalam PSAK 24: Imbalan Kerja.
o Kontrak asuransi.
o Instrument, kontrak, dan kewajiban keuangan dalam transaksi pembayaran berbasis
saham.
o Instrument yang diisyaratkan untuk diklasifikasikan sebagai instrument ekuitas.
PSAK ini diterapkan pada instrument keuangan yang diakui termasuk asset
keuangan dan liabilitas keuangan, dan yang tidak diakui. PSAK ini diterapkan pada
kontrak pembelian/penjualan item non keuangan dalam PSAK 55.

26
1 Laporan Posisi Keuangan
Kategori Aset Keuangan dan Liabilitas Keungan
Jumlah tercatat untuk tiap kategori dalam lap. posisi keuangan atau catatan atas
lap. keuangan:
o Asset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, menunjukan
secara terpisah : Asset keuangan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
saat pengakuan awal dan Asset keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk diperdagangkan
o Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
o Pinjaman yang diberikan dan piutang
o Asset keuangan tersedia untuk dijual
o Liabilitas keungan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, menunjukan
secara terpisah; Liabilitas keuangan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi dan Liabilitas keuangan yang dikalsifikasikan untuk diperdagangkan.
o Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.
Aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi
Jika entitas menetapkan suatu pinjaman melalui laba rugi, maka entitas
mengungkapkan:
o Eksposur maksimum terhadap risiko kredit atau piutang pada akhir periode
pelaporan
o Jumlah dari suatu derivatif kredit atau instrument serupa.
o Jumlah perubahan, selama periode dan secara komulatif yang ditentukan:
o Jumlah perubahan nilai wajar dari suatu derivatif diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi.
Jika entitas telah menetapkan suatu liabilitas keuangan untuk diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi sesuai PSAK 55, maka entitas menggungkapkan:
o Jumlah perubahan:
o Perbedaan antara jumlah tercatat liabilitas keuangan dan jumlah yang
disyaratkan secara kontaktual.
Entitas mengungkapkan:
o Metode yang digunakan untuk memenuhi persyaratan.
o Jika entitas meyakini bahwa pengungkapan yang memenuhi persyaratan.

27
o tidak menyajikan secara jujur, maka alasan yang menghasilkan kesimpulan
tersebut dan faktor yang dianggap revelan diungkapkan.
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif
lain
Reklasifikasi
Jika entitas mereklasifikasi aset keuangan yang diukur:
o Pada biaya perolehan atau biaya amortisasi, daripada nilai wajar,
o Pada nilai wajar, daripada biaya perolehan atau biaya perolehan diamortisasi.
jika entitas telah mereklasifikasi aset keuangan keluar dari diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi atau keluar dari tersedia utuk dijual, maka entitas
mengungkapkan:
o Jumlah yang direklasifikasi dalam dan keluar setiap kategori
o Jumlah tercatat dan nilai wajar seluruh aset keuangan yang telah direklasifikasi
o Situasi yang jarang terjadi dan fakta dan keadaan yang mengindikasikan bahwa
jarang terjadi
o Saat direklasifikasikan, kerugian/keuntungan nilai wajar diakui dalam laba rugi
o Untuk periode pelaporan hingga penghentian aset keuangan yang harusnya
diakui laba rugi jika tidak di reklasifikasi.
o Suku bunga efektif dan estimasi jumlah arus kas yang diharapkan entitas akan
dipulihkan pada tanggal reklasifikasi aset keuangan.
Saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan
Pengungkapan berlaku untuk instrument keuangan yang tunduk pada pengaturan
induk. Entitas mengungkapkan informasi untuk memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk mengevaluasi dampak atau potensi dampak perjanjian neto
terhadap posisi keuangan entitas. Untuk memenuhi tujuan entitas mengungkapkan:
o Jumlah bruto aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diakui tersebut,
o Jumlah yang saling dihapuskan ketika menentukan jumlah neto yang disajikan
dalam laporan posisi keuangan,
o Jumlah neto yang disajikan dalam laporan posisi keuangan,
o Jumlah yang tunduk pada pengaturan induk untuk menyelesaikan secara neto
dan tidak termasuk
o Jumlah neto setelah mengurangkan jumlah (d) dari jumlah (c) diatas.
o Jumlah total yang diungkapkan untuk instumen dibatasi.

28
Entitas menyajikan deskripsi mengenai hak saling hapus terkait aset keuangan
dan liabilitas keuangan termasuk sifat dari hak-hak tersebut, dalam pengungkapan.
jika informasi di diungkapkan dalam lebih dari satu catatan atas laporan keuangan,
maka entitas saling referensi silang antara catatan tersebut.
Agunan
Entitas mengungkapkan:
o Jumlah tercatat aset keuangan yang dijaminkan sebagai agunan untuk liabilitas
o Syarat dan ketentuan yang terkait dengan penjaminan tersebut.
Jika entitas memiliki agunan dan diizinkan untuk menjual atau menjamin kembali
tanpa didahului gagal bayar oleh pemilik agunan, maka entitas mengungkapkan:
o Nilai wajar agunan yang dimiliki.
o Nilai wajar dari setiap agunan yang dijual atau dijaminkan kembali.
o Syarat dan ketentuan yag terkait dengan penggunaan agunan tersebut.
Akun penyisihan kerugian kredit
Jika aset keuangan mengalami penurunan nilai karena kerugian kredit, maka entitas
mengungkapkan rekonsiliasi perubahan akun tersebut untuk setiap kelas aset
tersebut. Jika entitas menerbitkan instrument yang mengandung komponen
liabilitas dan ekuitas serta memeiliki derivative melekat, maka entitas
mengungkapkan keberadaan fitur tersebut.
Gagal bayar dan pelanggaran
Untuk pinjaman yang diterima dan diakui pada akhir periode, entitas
mengungkapkan:
o Rincian gagal bayar selama periode atas pokok, bunga, dana pelunasan, atau
syarat penebusan atas pinjaman diterima tersebut
o Jumlah tercatat pinjaman yang diterima yang mengalami gagal bayar pada akhir
preriode
o Apakah gagal bayar telah disepakati atau syarat diterima, sebelum laporan
keuangan diotorisasi.
Jika selama periode terdapat pelanggaran maka entitas mengungkapan informasi
yang sama.

29
2 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Pos penghasilan, beban, keuntungan, dan kerugian
Entitas mengungkapkan:
o Keuntungan dan kerugian neto atas : Aset atau libilitas keuangan yang diukur
nilai wajar secara terpisah, Aset keuangan tersedia untuk dijual, Investasi
dimiliki hingga jatuh tempo, Pinjaman yang diberikan dan piutang, dan
Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.
o Total penghasilan Bunga dan beban bunga untuk aset atau liabilitas keuangan
yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
o Penghasilan dan beban imbalan yang timbul dari: Aset atau liabilitas keuangan
yang tidak diukur nilai wajar dan Aktivitas amanah dan aktivitas fidusia
o Penghasilan bunga yang mengalami penurunan nilai
o Jumlah kerugian penurunan nilai untuk setiap kelas aset keuangan.
3 Pengungkapan Lain
Kebijakan akuntansi
Dalam ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan, dasar pengukuran yang digunakan
yang relevan.
Akuntansi lindung nilai
Entitas mengungkapkan hal berikut secara terpisah untuk setiap jenis lindung nilai
o Deskripsi setiap jenis lindung nilai
o Deskripsi instrument keuangan lindung nilai wajar pada akhir periode
o Jenis risiko yang dilindung nilai
Untuk lindung nilai atas arus kas, entitas mengungkapkan:
o Periode arus kas diperkirakan akan terjadi dan mempengaruhi laba rugi
o Deskripsi atas prakiraan transaksi
o Jumlah yang diakui dalam penghasilan komprehensif
o Jumlah yang direklasifikasikan dari ekuitas ke laba rugi
o Jumlah yang dipindahkan dari ekuitas selama periode termasuk biaya perolehan
awal
Entitas mengungkapkan secara terpisah:
o Dalam lindung nilai wajar, keuntungan dan kerugian: Atas instrument lindung
nilai dan Atas item yang dilindung nilai yang dalpat diatribusikan pada risiko
lindung nilai

30
o Ketidakefektifan yang diakui laba rugi yang timbul dari lindung nilai atas arus
kas
o Ketidakefektifan yang diakui laba rugi yang timbul dari lindung nilai atas
investasi neto.
Nilai wajar
Untuk setiap kelas aset keuangan mengungkapkan nilai wajar dari kelas aset
dengan membandingkan jumlah tercatatnya. Dalam pengungkapan nilai wajar,
entitas meneglompokan aset dan liabilitas dalam kelas-kelas. Dalam kasus entitas
tidak mengakui keuntungan dan kerugian pada pengakuan awal aset dan liabilitas
keuangan karena nilai wajar tidak dapat dibuktikakn dengan harga kuotasian
dipasar, entitas mengungkapkan:
o Kebijakan akuntansi dalam mengakui di laba rugi yang akan dipertimbangkan
ketika menentukan harga
o Gabunagn perbedaan yang belum diakui dan rekonsiliasi perubahan dalam saldo
perbedaan tsb
o Entitas menyimpulkan harga transaksi bkn bukti terbaik, termasuk bukti
mendukung nilai wajar.
Pengungkapan nilai wajar tidak di isyaratkan:
o Ketika jumlah tercatat adalah suatu perkiraan yang wajar atas nilai wajar
o Untuk investasi dalam instrument ekuitas yang tidak memiliki harga kuotasian
di pasar aktif untuk instrument yang identik.
o Untuk kontrak yang mengandung fitur partisipasi tidak mengikat.
Dalam kasus, entitas mengungkapkan informasi untuk membuat keputusan
mengenai tingkat perbedaan antara jumlah aset/liabilitas keungan dengan nilai
wajarnya, mencakup:
o Fakta informasi nilai wajar tidak diungkapkan karena tidak dapat diukur secara
andal
o Deskripsi instrument keuangan.
o Informasi mengenai pasar untuk instrument tersebut.
o Informasi mengenai apa dan bagaimana entitas bermaksud untuk melapas
instrument keuangan
o Jika instrument kuangan tidak dapat diukur secara andal, maka diungkapkan
fakta tersebut.

31
 Sifat Dan Cakupan Risiko Yang Timbul Dari Instrumen Keuangan
Entitas mengungkapkan informasi untuk mengevaluasi sifat dan cakupan risiko
dari instrument keuangan yg mana entitas terekspos pada akhir periode pelaporan.
Pengungkapan yang ada dibahas di atas memfokuskan pada risiko yang timbul dari
instrument keuangan dan bagaimana risiko tersebut dikelola. Penyediaan
pengungkapan kualitatif memungkinkan pengguna mampu mengevaluasi eksposur
risiko entitas dengan lebih baik.
Pengungkapan kualitatif
Untuk setiap jenis risiko yang timbul dari instrument keuangan, entitas
mengungkapkan:
o Eksposur risiko dan bagaimana risko tersebut timbul
o Tujuan, kebijakan, dan proses penegloalaan risiko dan merose yang digunakan
o Setiap perubahan pada (a) atau (b) dari periode sebelumnya.
Pengungkapan kuantitatif
Untuk setiap jenis risiko yang timbul dari instrument keuangan, entitas
mengungkapkan:
o Ikhtisar data kuantitatif tentang eksposur entitas terhadap risiko pada akhir periode
pelaporan
o Pengungkapan sepanjang tidak disediakan sesuai dengan (a)
o Konsntrasi risiko jika tidak terlihat dari pengungkapan yang dibuat sesuai dengan
(a)(b)
Jika data kunatitatif tidak mempresentasikan eksposur kuantitas, maka ada informasi
lanjut.
Risiko Kredit
Entitas menungkapkan berdasarkan kelas instrument keuangan:
o Jumlah yang paling merepresentasikan nilai maksimum eksposur risiko kredit pada
akhir periode pelaporan tanpa memperhitungkan agunan yang dimiliki atau
peningkatan kualitas kredit lain.
o Deskripsi dari agunan sebagai jaminan dan peningkatan kualitas kredit lain, dan
dampak keuangannya mengacu pada jumlah terbaik eksposur maksimum terhadap
risiko kredit
o Informasi mengenai kualitas kredit dari aset keuangan yang belum jatuh
tempo/tidak turun

32
Aset keuangan yang melewati jatuh tempo atau mengalami penurunan nilai
Entitas mengungkapkan berdasarkan kelas aset keuangan:
o Analisis umur aset keuangan yang lewat jatuh tempo tapi tidak mengalami
penurunan
o Analisis aset keuangan yang ditentukan secara individual mengalami penurunan
nilai
Agunan dan peningkatan kualitas kredit lain yang diperoleh
Jika entitas memperoleh aset keuangan/non keuangan dan memenuhi kriteria
pengakuan dalam SAK, maka entitas mengungkapkan aset tsb yg dimiliki pada
tanggal pelaporan:
o Jenis dan jumlah tercatat aset
o Jika aset tidak siap untuk di konversi menjadi kas, kebijakan entitas untuk melepas
aset tersebut
Risiko likuiditas
Entitas mengungkapkan:
o Analisis jatuh tempo untuk liabilitas keuangan nonderivatif yang menunjukan sisa
jatuh tempo
o Analisis jatuh tempo untuk untuk liabilitas keuanagn derivative.
o Deskripsi menegnai bagaimana entitas mengelola risiko likuiditas yang melekat.
Risiko pasar
Analisis sensitivitas
Entitas mengungkapkan:
o Analisis sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar dimana entitas terekspos pada
akhir periode.
o Metode dan asumsi yang digunakan dalam menyusun analisis sensitivitas
o Perubahan metode dan asumsi yang digunakna pada periode sebelumnya.
Jika entitas menyusun analisi sensitivitas yang berketergantungan antara variable
risiko:
o Penjelasan metode yang digunakan dalam menyusun analisis sensitivitas
o Penjelasan tujuan metode yang digunakan mencerminkan aset dan liabilitas terkait.
Pengungkapan risiko pasar lain
Jika analisis sensitivitas diungkapkan tidak mempresentasikan risiko inheren, maka
entitas mengungkapkan fakta tersebut dan alasan yang dipercayainya.

33
 Pengalihan Aset Keuangan
Persyaratan terkait pengalihan aset keuangan melengkapi persyaratan pengungkapan
lain dalam PSAK ini. Untuk tujuan penerapan persyaratan pengungkapan, entitas
mengalihkan seluruh aset keuangan, jika entitas:
o Mengalihkan hak kontarktual untuk menerima arus kas dari aset keuangan
o Tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan
keuangannya:
o Memahami hubungan aset keuangan alihan yang tidak dihentikan pengakuannya
o Untuk mengevaluasi telah dihentika pengakuannya.
o Entitas memiliki keterlibatan berkelanjutan dalam aset kuangan alihan jika sebagai
bagian dari pengalihan, entitas mempertahankan hak kontraktual. Hal berikut
bukan keterlibatan berkelanjutan:
o Representative fan jaminan norma yang terkait kecurangan pengalihan
o Forward
o Entitas mempertahankan hak kontraktual untuk menerima arus kas dari aset
keuangan.
Aset keuangan alihan yang tidak dihentikan pengakuannya secara keseluruhan
Untuk memenuhi tujuan, entitas mengungkapkan tiap tanggal pelaporan untuk setiap
kelas aset keuangan alihan yang tidak dihentikan pengakuannya:
o Sifat aset alihan
o Sifat risiko dan manfaat kepemilikan
o Deskripsi sifat hubungan antara aset alihan dan liabilitas terkait
o Ketika pihak lawan hanya memiliki aset alihan, jadwal yg menetapkan nilai wajar
aset alihan
o Ketika entitas terus mengakui seluruh aset alihan
o Ketika entitas terus mengakui aset sejauh keterlibatan yang berkelanjutannya.
Aset keuangan alihan yang dihentikan pengakuannya secara keseluruhan
Ketika entitas menghentikan pengakuan aset keuangan alihan tapi tetap terlibat,
entitas mengungkapkan untuk setiap jenis pada tiap tanggal pelaporan:
o Nilai tercatat aset dan liabilitas merepresentasikan keterlibatan atas aset keuangan
yang dihentikan.
o Nilai wajar aset dan liabilitas merepresentasikan keterlibatan keberlanjutan

34
o Jumlah yang paling merepresentasikan eksposur maksimum entitas terhadap
kerugian.
o Arus kas keluar tidak terdiskonto
o Analisis jatuh tempo atas arus kas tidak terdiskonto
o Informasi kualitatif yang menjelaskan kuantitatif yang diisyaratkan.
Entitas dapat menggabungkan informasi yang diisyaratkan sehubungan dengan aset
tertentu. Sebagai tambahan, entitas mengungkapkan setiap jenis keterlibatan
berkelanjutan:
o Kauntungan/kerugian yang diakui pada tanggal pengalihan aset
o Penghasilan dan beban yang diakui
o Jika jumlah total aktivitas pengalihan tidak terdistribusi secara merata:
o Ketika kegiatan pengalihan terbesar terjadi dalam periode pelaporan
o Jumlah
o Jumlah total hasil dari aktivitas pengalihan dalam bagian dari periode pelaporan.
PT ULTJ telah menerapkan PSAK 60 karena dilihat dari:
1) Pengungkapan estimasi nilai wajar dari instrument keuangan yang dimiliki

2) Pengungkapan sifat dan cakupan risiko yang timbul dari instrumen keuangan
seperti risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas berikut dengan cara
mengatasi risiko-risiko tersebut yang nantinya akan mempengaruhi kinerja
keuangan PT ULTJ.

35
3.4 Analisis Penerapan Manajemen Laba (Earnings Management)
Pengukuran manajemen laba ini menggunakan pendekatan discretionary accrual
untuk mengetahui ada atau tidaknya praktik manajemen laba yang terkandung dalam
laporan keuangan PT Ultrajaya. Untuk mendapatkan hasil perhitungan manajemen laba
yang diukur dengan menggunakan pendekatan discretionary accrual, maka hal-hal yang
perlu dilakukan sebagai berikut:
1 Memasukan data-data dari setiap laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel
pengukuran yaitu periode 2014-2019. Data-data tersebut berupa data piutang, aset
tetap, total aset, pendapatan, laba bersih, dan arus kas dari aktifitas operasi yang mana
data tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan setiap
tahunnya.
2 Setelah data-data yang diperlukan telah disiapkan,maka selanjutnya adalah mengikuti
langkah-langkah pengukuran model discretionary accrual yang telah disebutkan pada
bab landasan teori, yaitu:
 Menghitung nilai total akrual (TAC), menggunakan rumus:
𝑇𝐴𝐶 = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑓𝑟𝑜𝑚 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
 Menghitung nilai akrual dengan OLS, menggunakan rumus:
𝑇𝐴𝐶𝑖,𝑡 1 ∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡 𝑃𝑃𝐸𝑖,𝑡
= 𝑏̂0 [ ] + 𝑏̂1 [ ] + 𝑏̂2 [ ]
𝑇𝐴𝐶𝑖,𝑡−1 𝑇𝐴𝑡−1 𝑇𝐴𝑖,𝑡−1 𝑇𝐴𝑖,𝑡−1
Keterangan:
TACi,t = Total akrual perusahaan i periode t.
TAt-1 = Total aset untuk perusahaan i periode t-1.
Salesi,t = Perubahan penjualan perusahaan i periode t.
PPEi,t = Aktiva tetap perusahan i periode t.
 Menghitung nilai nondiscretionary total accrual (NDA), menggunakan rumus:
1 ∆𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑖,𝑡 − ∆𝑇𝑅𝑖,𝑡 𝑃𝑃𝐸𝑖,𝑡
𝑁𝐷𝐴𝑖,𝑡 = 𝑏̂0 [ ] + 𝑏̂1 [ ] + 𝑏̂2 [ ]
𝑇𝐴𝑡−1 𝑇𝐴𝑖,𝑡−1 𝑇𝐴𝑖,𝑡−1
Keterangan:
NDAi,t = Nondiscretionary accrual pada tahun t.
TRi,t = Perubahan piutang dagang perusahaan I periode t.
b = Fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total akrual

36
 Menghitung nilai discretionary accruals (DAC), menggunakan rumus:
𝑇𝐴𝐶𝑖,𝑡
𝐷𝐴𝐶 = − 𝑁𝐷𝐴𝑖,𝑡
𝑇𝐴𝑖,𝑡−1
Sehingga, jika dihitung menggunakan bantuan tabel excel maka hasilnya
perhitungannya adalah:
Variabel Y Variabel X1
Cash Flow from
Tahun Net Income TAC TA TAC/TA-1 1/TA-1 Sales
Operation
2014 283061 128022 2918133 3916789
2015 523100 669463 -146363 3539995 -0,050156384 3,42685E-07 4393932
2016 709826 779109 -69283 4239200 -0,019571497 2,82486E-07 4685988
2017 711681 1072516 -360835 5186940 -0,085118654 2,35894E-07 4879559
2018 701607 575823 125784 5555871 0,024250136 1,92792E-07 5472882
2019 1035865 1096817 -60952 6608422 -0,010970737 1,7999E-07 6241419
Variabel X2 Variabel X3
Sales/TA-1 PPE PPE/TA-1 Regresi 0 Regresi 1 Regresi 2 TR NDA DAC

1003229 407448
0,163509682 1160712 0,39775843 2,676 0,999 -1,317 477628 -0,384526336 0,334369952
0,082501811 1042072 0,294371037 2,676 0,999 -1,317 504381 -0,312816388 0,293244892
0,045662153 1336398 0,315247688 2,676 0,999 -1,317 538024 -0,377492314 0,29237366
0,114387866 1453135 0,280152653 2,676 0,999 -1,317 560619 -0,259038826 0,283288962
0,138328806 1556666 0,280183971 2,676 0,999 -1,317 652067 -0,247254577 0,23628384

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .219 .052 4.175 .150
X1 2.676 .903 .796 2.964 .207
X2 .999 .190 1.118 5.243 .120
X3 -1.317 .248 -1.567 -5.316 .118
a. Dependent Variable: Y
Table: Tabel ini merupakan output SPSS yang digunakan untuk membantu perhitunngan regresi masing-masing
variable

Dari hasil pengukuran akrual diskresioner di atas, terdapat indikasi manajemen laba
pada PT Ultrajaya. Hal ini ditandai dengan discretionary accrual (DAC) yang bernilai
positif, yang menandakan adanya upaya dari manajemen untuk menaikan angka laba
dengan memanfaatkan akrual. Pada PT Ultrajaya, dari tahun 2014 sampai dengan tahun
2019 memiliki nilai total akrual yang meningkat tiap tahunnya.

37
Akun Akrual PT Ultrajaya meningkat 35,2% senilai Rp22,5 milyar yaitu dari Rp63,8
milyar per 31 Desember 2014 menjadi Rp86,3 milyar per 31 Desember 2015. Lalu
meningkat 88,2% senilai Rp86,4 milyar yaitu dari Rp98,0 milyar per 31 Desember 2016
menjadi Rp184,4 milyar per 31 Desember 2017. Serta meningkat 8,4% senilai Rp20,1
milyar yaitu dari Rp238,7 milyar per 31 Desember 2018 menjadi Rp258,8 milyar per 31
Desember 2019. Dimana akun Akrual ini terdiri dari pos biaya pajak, biaya promosi,
beban angkutan untuk pengiriman dan pendistribusian produk ke kantor-kantor
perwakilan di daerah, biaya pengembangan dan pelatihan peternak, dan lain-lain yang
pada tanggal neraca masih belum dibayar. Selain itu terdapat akrual beban pajak yang
merupakan pajak tahun 2015 yang harus dibayar oleh PT Ultrajaya sebagai hasil dari
pemeriksaan pajak. Pada tanggal laporan per 31 Desember 2019, masih dalam proses
banding kepala otoritas pajak.
Dapat diketahui pula bahwa pola yang diterapkan dalam manajemen laba oleh PT
Ultrajaya adalah pola income smoothing yang dilakukan dengan cara meratakan laba
yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang
terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

3.5 Analisis Potensi Reg Flags


Analisis atas kinerja keuangan ini didasarkan kepada Laporan Keuangan
Konsolidasian PT Ultrajaya yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dengan opini
wajar tanpa pengecualian. Pertama, analisis akan dilakukan untuk akun-akun permanen
yaitu akun yang berada pada kelompok aset, liabilitas, dan ekuitas.
Total Aset mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Misalnya
per 31 Desember 2017 meningkat sebesar 22,36% senilai Rp947,7 milyar yaitu dari
Rp4.239,2 milyar per 31 Desember 2016 menjadi Rp5.186,9 milyar per 31 Desember
2017. Lalu per 31 Desember 2019 meningkat sebesar 18,9% senilai Rp1.052,5 milyar
yaitu dari Rp5.555,9 milyar per 31 Desember 2018 menjadi Rp6.608,4 milyar per 31
Desember 2019. Terdapat beberapa peristiwa khusus yang menyebabkan Total Aset
meningkat, diantaranya yaitu adanya Obligasi Pemerintah pada Surat Utang Negara
(SUN) dalam denominasi mata uang asing (USD) yang dilakukan pada tahun 2018
dengan saldo per 31 Desember 2019 sebesar Rp. 708,9 milyar; PT Ultrajaya bersama-
sama dengan PT Karya Putrajaya Persada, mendirikan perusahaan ventura bersama (joint
venture) PT Ultra Sumatera Dairy Farm, yang bergerak di bidang peternakan dan
industry pengolahan susu, dengan kepemilikan masing-masing sebesar 50%.
38
Kepemilikan saham Perseroan di PT Ultra Sumatera Dairy Farm menjadi 67,25% per 31
Desember 2017; serta saldo akun Hewan Ternak Produksi Berumur Panjang yang dinilai
melalui metode nilai wajar sesuai PSAK No. 69 yang berlaku sejak 01 Januari 2018.
Saldo akun ini menurut nilai wajar meningkat sebesar 97,3% senilai Rp. 78,3 milyar
yaitu dari Rp. 80,5 milyar per 31 Desember 2018 menjadi Rp. 158,8 milyar per 31
Desember 2019. Secara ringkas, perubahan-perubahan pada kelompok Aset ditampilkan
pada tabel dibawah ini:

Kelompok Liabilitas, yaitu Total Liabilitas tahun buku 2019 meningkat sebesar 22,1%
senilai Rp. 172,4 milyar, yaitu dari Rp. 780,9 milyar per 31 Desember 2018 menjadi Rp.
953,3 milyar per 31 Desember 2019 dan Total Liabilitas tahun buku 2017 meningkat
sebesar 30,4% senilai Rp. 228,2 milyar, yaitu dari Rp. 750,0 milyar per 31 Desember
2016 menjadi Rp. 978,2 milyar per 31 Desember 2017. Hal ini disebabkan karena
perubahan pada akun-akun Utang Sewa, Utang Bank, Utang Mesin, dsb. Untuk
kelompok Liabilitas ini, tidak terdapat peristiwa yang khusus/spesial yang menyebabkan
ketidakstabilan saldo dalam laporan keuangan. Secara ringkas, perubahan-perubahan
pada kelompok Liabilitas ditampilkan pada tabel dibawah ini:

39
Selanjutnya untuk kelompok Ekuitas sendiri Total Ekuitas per 31 Desember 2017
meningkat 20,6% senilai Rp. 719,6 milyar, yaitu dari Rp. 3.489,2 milyar per 31
Desember 2016 menjadi Rp. 4.208,8 milyar per 31 Desember 2017 dan Total Ekuitas per
31 Desember 2019 meningkat 18,4% senilai Rp. 880,1 milyar, yaitu dari Rp. 4.775,0
milyar per 31 Desember 2018 menjadi Rp. 5.655,1 milyar per 31 Desember 2019.
Terdapat beberapa peristiwa khusus yang menyebabkan Total Ekuitas meningkat yaitu
Tambahan Modal Disetor – bersih meningkat 0,2% senilai Rp. 0,1 milyar yaitu dari Rp.
51,1 milyar per 31 Desember 2016 menjadi Rp. 51,2 milyar per 31 Desember 2017.
Secara ringkas, perubahan-perubahan pada kelompok Beban Pokok Penjualan
ditampilkan pada tabel dibawah ini:

40
Selanjutnya analisis akan dilakukan untuk akun-akun nominal, yaitu akun Pendapatan
dan Beban. Untuk kelompok Pendapatan, seluruh pendapatan PT Ultrajaya diperoleh dari
penjualan produk minuman dan makanan, serta pendapatan dari jasa pengolahan (toll
packing). Penjualan produk dilakukan di dalam negeri (lokal) dan penjualan ekspor.
Total Penjualan Bersih tahun buku 2019 meningkat 14,0% senilai Rp768,5 milyar
dibandingkan dengan Total Penjualan Bersih tahun buku 2018, yaitu dari Rp5,47 triliun
di tahun 2018 menjadi Rp6,24 triliun di tahun 2019. Total Penjualan Bersih tahun buku
2017 meningkat 4,1% senilai Rp193,6 milyar dibandingkan dengan Total Penjualan
Bersih tahun buku 2016, yaitu dari Rp4,69 triliun di tahun 2016 menjadi Rp4,88 triliun
di tahun 2017. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya volume produk yang dijual
dan juga karena adanya kenaikan harga jual produk minuman UHT. Untuk kelompok
Pendapatan ini, tidak terdapat peristiwa yang khusus/spesial yang menyebabkan
ketidakstabilan saldo dalam laporan keuangan. Secara ringkas, perubahan-perubahan
pada kelompok Pendapatan ditampilkan pada tabel dibawah ini:

41
Selanjutnya untuk kelompok Beban, dibagi menjadi dua bagian, yaitu Beban Pokok
Penjualan dan Beban Usaha. Beban Pokok Penjualan terdiri atas biaya-biaya produksi
dari persediaan barang jadi yang dijual. Perbandingan antara Beban Pokok Penjualan
dengan Total Penjualan Bersih pada masing-masing tahun buku, menunjukkan
penurunan dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu dari 64,2% di tahun buku 2018
menjadi 62,4% di tahun buku 2019 dan Beban Pokok Penjualan tahun 2017
menunjukkan penurunan yaitu dari 65,2% di tahun buku 2016 menjadi 62,6% di tahun
buku 2017. Menurunnya Beban Pokok Penjualan terutama sekali disebabkan oleh
penurunan Persediaan Barang Jadi Awal dari 3,9% di tahun buku 2018 menjadi 2,5% di
tahun buku 2019 dan kenaikan Persediaan Barang Jadi Akhir dari 2,8% di tahun buku
2018 menjadi 3,7% di tahun buku 2019, serta menurunnya Biaya Pemakaian Bahan
Langsung dari 53,8% di tahun buku 2016 menjadi 51,5% di tahun buku 2017. Untuk
kelompok Beban Pokok Penjualan ini, tidak terdapat peristiwa yang khusus/spesial yang
menyebabkan ketidakstabilan saldo dalam laporan keuangan. Secara ringkas, perubahan-
perubahan pada kelompok Beban Pokok Penjualan ditampilkan pada tabel dibawah ini:

42
Beban Usaha terdiri dari Beban Penjualan dan Beban Administrasi & Umum.
Perbandingan Beban Usaha dengan Total Penjualan Bersih pada masing-masing tahun
buku maka Beban Usaha tahun buku 2019 menunjukkan penurunan dari 19,2% di tahun
2018 menjadi 17,8% di tahun 2019, serta perbandingan Beban Usaha dengan Total
Penjualan Bersih pada masing-masing tahun buku 2017 menunjukkan peningkatan dari
16,5% di tahun 2016 menjadi 17,6% di tahun 2017. Penyebab perubahan signifikan yang
pada kelompok Beban Usaha adalah Pos Biaya Iklan dan Promosi meningkat 14,4%,
yaitu dari Rp. 288,4 milyar di tahun 2016 menjadi Rp. 330,0 milyar di tahun 2017; Biaya
Sewa bangunan kantor dan bangunan gudang di depo-depo, meningkat dari 13,1% yaitu
dari Rp 47,4 milyar di tahun buku 2016 menjadi Rp 53,6 milyar di tahun buku 2017;
Biaya Angkutan, meningkat dari 9,6% yaitu dari Rp 203,7 milyar di tahun buku 2018
menjadi Rp 223,2 milyar di tahun buku 2019; Biaya Gaji dan Upah meningkat 18,1%,
yaitu dari Rp. 69,1 milyar di tahun 2018 menjadi Rp. 81,6 milyar di tahun 2019; Biaya
Iklan dan Promosi meningkat 2,1%, yaitu dari Rp. 446,5 milyar di tahun 2018 menjadi
Rp. 455,8 milyar di tahun 2019; serta Biaya Komunikasi, meningkat dari 46,4% yaitu

43
dari Rp 2,8 milyar di tahun buku 2018 menjadi Rp 4,1 milyar di tahun buku 2019. Secara
ringkas, perubahan-perubahan pada kelompok Beban Usaha ditampilkan pada tabel
dibawah ini:

Dikarenakan penurunan Beban Pokok Penjualan dari 64,3% di tahun buku 2018
menjadi 62,4% di tahun buku 2019. Secara tidak langsung meningkatkan Laba Tahun
Berjalan tahun buku 2019 sebesar Rp. 1.035,9 milyar yang sebelumnya pada tahun buku
2018 adalah sebesar Rp. 701,6 milyar.

44
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa PT ULTJ telah menerapkan beberapa
standar keuangan seperti ISAK 33, ISAK 34, PSAK 22, PSAK 26, 46, 66, 71, 72 dan PSAK 73.
Selain itu, PT ULTJ telah melakukan pengungkapan/disclosure sesuai dengan PSAK 7 tentang
Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi yang dapat dilihat dari adanya pengungkapan mengenai
hubungan dengan pihak-pihak berelasi, pengungkapan saldo transaksi dengan pihak pihak
berelasi hingga pengungkapan mengenai komitmen dengan beberapa perusahaan. Selanjutnya,
PT ULTJ juga telah mengungkapkan dalam CALK sesuai dengan PSAK 60 tentang Instrumen
Keuangan: Pengungkapan yang dapat dilihat dari adanya pengungkapan estimasi nilai wajar
dari instrument keuangan yang dimiliki hingga Pengungkapan sifat dan cakupan risiko
yang timbul dari instrumen keuangan.
Berdasarkan hasil pengukuran manajemen laba yang telah dilakukan selama periode
pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa PT Ultrajaya terindikasi melakukan praktik
manajemen laba dalam laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil discretionary
accrual (DAC) selama lima tahun yang bernilai positif. Hal ini berarti PT Ultrajaya
melakukan manajemen laba dengan cara menaikan angka laba.
Red flag yang perlu menjadi perhatian pada laporan keuangan PT Ultrajaya adalah
perubahan saldo-saldo yang cukup signifikan pada beberapa akun yang terjadi karena
ada peristiwa khusus/spesial seperti pada kelompok Aset yaitu akun Obligasi
Pemerintah, pendirikan perusahaan ventura bersama (joint venture) dengan PT Ultra
Sumatera Dairy Farm, perubahan saldo Hewan Ternak Produksi Berumur Panjang yang
dinilai melalui metode nilai wajar sesuai PSAK No. 69 yang berlaku sejak 01 Januari
2018; Kelompok Ekuitas yaitu peristiwa tambahan modal disetor; serta pada kelompok
Beban Usaha yang disebabkan perubahan signifikan pos biaya iklan dan promosi, biaya
sewa, biaya angkutan, biaya gaji dan upah, biaya iklan, serta biaya komunikasi.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya agar
menggunakan berbagai macam pendekatan dala mengukur manajemen laba, sehingga
dapat melihat adanya indikasi manajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda, dan
periode pengamatan hendaknya melakukan penelitian dengan periode yang relatif lama

45
sehingga dapat dilihat konsistensi hasil penelitiannya. Dan juga penelitian ini dapat
diperluas dengan menambah variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap
manajemen laba seperti kualitas audit, independensi audit, pergantian CEO, perubahan
aturan penyusunan laporan keuangan dan lainnya.

46
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan. (2012). Penyajian Dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik. From OJK:
https://www.ojk.go.id/Files/regulasi/pasar-modal/bapepam-pm/emiten-pp/standar-
akuntansi/VIII.G.7.pdf
Dewan Standar Akuntansi (DSAK). (n.d.). PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi.
From Ikatan Akuntan Indonesia (IAI): http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/pernyataan-sak-12-psak-7-pengungkapan-pihakpihak-berelasi
HMJA FEB Unsoed. (2020, July 12). Accounting Strandard Resume ( PSAK 60). From
HMJA: https://accountingunsoed.org/accounting-strandard-resume-psak-60/
Khaiyat, M. Dinul. Indikasi Manajemen Laba Melalui Akrual Diskresioner Pada Perusahaan
Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia. Sulawesi: Universitas Halu Oleo.
Manajemen PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. 2015. Laporan Tahunan
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk tahun 2015. Bandung: PT
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
Manajemen PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. 2017. Laporan Tahunan
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk tahun 2017. Bandung: PT
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
Manajemen PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. 2019. Laporan Tahunan
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk tahun 2019. Bandung: PT
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
Martiani, D. (2011, Maret). PSAK 7 – PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK BERELASI . From
Blog Staff Universitas Indonesia:
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/03/PSAK-7-PENGUNGKAPAN-PIHAK-
PIHAK-BERELASI.pdf
Tedjasukma, Fanny Novian. 2012. Pentingnya Red Flag Bagi Auditor Independen Untuk
Mendeteksi Kecurangan Dalam Laporan Keuangan. Surabaya: Unika Widya
Mandala.

47

Anda mungkin juga menyukai