Dalam akad, spesifikasi aset yang dipesan harus jelas, bila produk yang
dipesan adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas,
misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik merk Roman ukuran 40
x 40, toileteries merk TOTO dan lain sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci,
diharapkan persengketaan dapat dihindari.
Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan
pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak tetal terpenuhi atau kedua
belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad.
Skema Istishna’
(1)
Penjual (2) Pembeli
(3)
Keterangan:
2. Istishna’ Paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara penjual dan pemesan, di
mana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang
dipesan pemesan. Syarat akad istishna’ pertama (antara penjual dan pemesan)
tidak bergantung pada istishna’ kedua (anatara penjual dan pemasok). Selain itu,
akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus
terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi
(1)
Penjual (4)
Pembeli
(5)
(2) (3)
Produsen/Pemasok
Keterangan:
3. AKAD SYARIAH
Sumber Hukum Akad Istishna’
Ketentuan syariah
Untuk akun yang dikredit akan tergantung apa yang digunakan oleh perusahaan untuk
memenuhi kewajiban akad tersebut.
Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna’ jika akad disepakati. Jika akad disepakati maka biaya tersebut dibebankan pada
periode berjalan.
6. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok istishna’
diakui sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
7. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok dan
keuntungan sampai dengan pekerjaan telah dilakukan. Sehingga pendapatan
diakui pada periode di mana pekerjaan telah selesai dilakukan.
8. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan
melebihipendapatan istishna’ maka taksiran kerugian harus segera diakui.
9. Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akad selesai,
maka jurnal :
Dr. Piutang Istishna’ (sebesar nilai tunai) xxx
Kr. Termin Istishna’ xxx
Termin Istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari Aset
Istishna’ dalam Penyelesaian.
10. Pada saat penerimaan tagihan, maka jurnal:
Dr. Kas (sebesar uang yang diterima) xxx
Kr. Piutang Usaha xxx
11. Penyajian, penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
a. Piutang istishna’ yang berasai dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang
belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b. Termin sitishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan
termin penjual kepada pembeli akhir.
12. Pengungkapan, penjual mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan
keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
a. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak
istishna’
b. Metode yang digunakan dalam penentuan pesentase penyelesaian kontrak
yang sedang berjalan.
c. Rincian piutang istishna’ berdasarlan jumlah, jangka waktu, dan kualitas
piutang.
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.