Masa pergerakan Nasional yang dimulai dari tahun 1908 hingga 1942
merupakan awal mula pergerakan Indonesia. Hal ini dikarenakan timbul
banyaknya organisasi-organisasi yang sudah tersusun secara struktural. Organisasi
terstruktural yaitu lingkup yang menasional bahwa organisasi tersebut bukan
hanya terpaku oleh daerah-daerah saja, tetapi hingga meraih anggota dan
pengaruh ke daerah lain yang lebih luas.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Syarikat Islam (SI)?
2. Siapa pendiri Syarikat Dagang Islam?
3. Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan penting dalam Syarikat Islam?
4. Bagaimana sejarah perkembangan Syarikat Islam
1
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesyarikatan Islaman
2. Untuk bahan belajar mata kuliah Kesyarikatan Islaman
D. Manfaat
1. Dapat menjadi bahan pembelajaran dalam mata kuliah Kesyarikat
Islaman
2. Dapat mengetahui tentang biografi tokoh-tokoh penting dalam
perkembangan Syarikat Islam
3. Dapat mengetahui perkembangan Syarekat Islam dari masa ke masa
4. Dapat mengetahui makna lambang Syarekat Islam
2
BAB II PEMBAHASAN
Sarekat Islam (SI) dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (disingkat SDI)
didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, Sarekat Dagang
Islam merupakan organisasi pertama yang lahir di Indonesia, pada
awalnya Organisasi Sarekat Islam yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini
merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya
pedagang asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat.
1. Tujuan dibentuknya SI
3
Jawa dan Cina mendorong pedagang-pedagang Jawa untuk bersatu menghadapi
pedagang-pedagang Cina. Di samping itu agama Islam merupakan faktor pengikat
dan penyatu kekuatan pedagang-pedagang Islam.
Adapun Tujuan Serikat Islam (SI) di tinjau dari anggaran dasarnya meliputi:
4
2. Perubahan nama SDI menjadi SI
Pada tahun 1912 berkat keadaan politik dan sosial pada masa tersebut
HOS Tjokroaminoto menggagas SDI untuk mengubah nama dan bermetamorfosis
menjadi organisasi pergerakan yang hingga sekarang disebut Syarikat Islam, Hos
Tjokroaminoto mengubah yuridiksi SDI lebih luas yang dulunya hanya
mencakupi permasalahan sosial dan ekonomi kearah politik dan Agama untuk
menyumbangkan semangat perjuangan islam dalam semangat juang rakyat
terhadap kolonialisme dan imperialisme pada masa itu. Alasan H.O.S
Cokroaminoto merubah nama dari SDI menjadi SI, antara lain:
Kalau dalam SDI terbatas soal-soal perdagangan dan agama saja, maka
sekarang wawasan dapat menjangkau yang lain dalam memperbaiki nasih rakyat.
Perjuangan untuk membela kepentingan rakyat, menegakkan keadilan,
menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan sebagaimana rakyat dapat hidup
sejahtera (sejahtera lahir dan bathin).
Untuk menuju dan menjadi suatu bangsa yang utuh, maka rakyatnya harus
dapat berpikir luas karena kehidupan itu banyak jalan dan bidang lain selain dunia
perdagangan, seperti dunia pertanian, dunia hukum, dunia politik, dunia religi
(agama), lapangan perburuhan dan bidang Industeri.
Agar kehidupan beragama itu dapat baik dan benar, maka perlu diadakan
bidang pendidikan dan pengajaran apakah dalam pendidikan dan pengajaran
agama khususnya dan yang umum melalui Sekolah-sekolah. Membuka Sekolah-
sekolah partikulir (swasta), guna menampung anak-anak bumi putera yang tak
mungkin dapat masuk ke Sekolah pemerintah kala itu, karena persyaratan-
persyaratan dan ketentuan-ketentuan pemerintah JAJAHAN Belanda yang tidak
memungkinkan anak-anak rakyat bumi putera bersekolah disana.
5
c. Emansipasi atau persamaan hak dan kedudukan
Tenaga kerja sangat rendah sekali upahnya bahkan hamper tidak dapat
menutupi keperluan hidup berumah tangga. Oleh karena itu, perlu adanya
perubahan-perubahan demi memperbaiki nasib kepada yang lebih baik.
6
e. Menuntut kebebasan
7
Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis
perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan
politik kerja sama dengan pemerintah kolonial. Namun setelah tahun 1923,
Sarekat Islam menempuh garis perjuangan nonkooperatif. Artinya, organisasi
tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial, atas nama dirinya sendiri.
4. Kongres-kongres SI
Dalam pertemuan tokoh-tokoh SDI tahun 1911 di Solo keadaan SDI sudah
tidak dapat menampung aspirasi yang berkembang, akhirnya disetujui dan
disepakati untuk dirubah dan ditingkatkan peranannya, serta memiliki wawasan
yang lebih luas, sehingga disingkat menjadi Syarikat Islam (SI).
8
Kongres kedua diadakan di Surakarta pada tanggal 23 Maret 1913,
terpilihlah H. Samanhudi sebagai ketua dan HOS Cokroaminoto sebagai
wakilnya. Salah satu hasil kongres ke II ini menegaskan bahwa SI hanya terbuka
bagi rakyat biasa (para pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota).
Pada tahun 1919, ISDV beranggotakan sekitar 400 orang. Dari jumlah
tersebut, ada 25 orang yang berkebangsaan Belanda dan beberapa orang
Tionghoa. Selebihnya adalah kader-kader Indonesia. Pengusiran yang dilakukan
Pemerintah Kolonial terhadap pemimpin-pemimpan dan kader-kader
berkebangsaan Belanda di satu sisi dan kaderisasi terhadap kaum muda
bumiputera di sisi lain, telah membuat ISDV menjelma sebagai organisasi
perjuangan kaum bumiputera Hindia Belanda. Karena paham sosialis pada waktu
itu belum mendapatkan tempat di rakyat indonesia. Padahal ISDV tak akan
berkembang kalau tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia. Maka dari itu,
9
ISDV berusaha mendekati rakyat dengan memakai organisasi lain sebagai
perantaranya.
10
Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres CSI yang selanjutnya
dilaksanakan di Bandung. Dalam kongres ini CSI sudah mulai melontarkan
pernyataan politiknya. CSI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia
sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka).
Pada tahun 1918, kongres CSI digelar sejak akhir bulan September, dan
terpilihlah Semaoen dan Darsono sebagai komisaris CSI. Ditahun ini juga di
Eropa runtuhnya kekaisaran Jerman pada awal November 1918. Di tahun ini pula
tepatnya bulan Februari 1918 di Surabaya HOS Tjokroaminoto membentuk
tentara Kandjeng Nabi Muhammad. Dan pada tahun ini pula, tepatnya bulan Mei
1918, HOS Tjokroaminoto diangkat menjadi anggota Volksraad atau Dwan
Perwakilan Rakyat (DPR) mewakili Central Syarikat islam (CSI).
Dan tahun 1919 kongres CSI di Surabaya pada akhir Oktober sampai
dengan awal November 1919. Dengan terjadinya kongres di tahun ini, maka
serikat buruh tumbuh menjamur (bak cendawan). Beberapa diantaranya berada di
bawah kendali anggota SI/CSI.
11
markas CSI diboyong dari Surabaya menuju Yogyakarta. Sementara itu ISDV
berganti nama menjadi Perserikatan Komunis Indonesia (PKI).
Akan tetapi, di tahun 1924 PKI semakin kuat dan CSI semakin lemah.
Karena PKI semakin membenrontak dan membabi buta.
12
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal Soeprapto
3. Mayor Jenderal M.T. Haryono
4. Mayor Jenderal S. Parman
5. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
6. Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan
7. Letnan Satu Pierre Tendean.
Pada tahun 1927 akhirnya CSI berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam
Hindia-Timur. Ditahun ini pula CSI bergabung dengan Permufakatan
Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Tahun 1930 nama partai Sarekat Islam Hindia-Timur berubah lagi menjadi
Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Dan pada akhir tahun, PSII keluar dari
PPPKI.
13
5. Sepeninggalan H.O.S. Cokroaminoto sampai tahun 1938
Tokoh PSII Agus Salim yang berada pada kubu mempertahakan sikap
CO/NONCO pada kongres PSII ke XXII 1936 bahkan memiliki pandangan untuk
kooperatif dengan pemerintahan Belanda didasarkan atas pertimbangan bahwa
pada waktu itu telah timbul Nazi Jerman I, Fasis Italia dan Fasisme Jepang yang
menyulut Perang Dunia II, karena itu bagi Agus Salim perlu kerjasama dengan
Belanda untuk menolak Fasisme, maka dengan keputusan: Sikap Hijrah PSII
(hasil suara terkuat). Pada tahun 1937 (setahun setelah kongres) ia (Agus Salim)
keluar dari PSII, dan membuat gerakan baru dengan nama BPPSII (Badan
Penyadar Partai Syarikat Islam Indonesia). Selain Agus Salim, Tokoh Penyadar
lainnya adalah A.M. Sangaji, Sabirin dan Mohammad Roem.
PSII membalas surat ini dengan menolak permintaan itu; “hanya disiplin
partai terhadap Muhammadiyah yang bisa dibicarakan kembali”. Atas Penolakan
usulan Dr. Sukiman Cs oleh PSII, maka pada awal Desember 1938 di Solo
didirikan kembali PII (Partai Islam Indonesia). Ketuanya mula-mula adalah R.M.
Wiwoho (Anggota Dewan Rakyat, pemimpin Jong Islamieten Bond). Selanjutnya
partai ini bergabung dengan GAPPI.
Pada Kongres yang ke-24 PSII diadakan pada tanggal 30 Juli - 7 Agustus
1938 di Surabaya. Oleh S.M. Kartosuwiryo dijelaskan, bahwa ‘Hijrah” yang jadi
14
sikap politik partai itu haruslah jangan diartikan sama dengan non-kooperasi yang
diadakan oleh partai-partai lain terhadap Pemerintahan. Ia menunjukan bahwa
sikap non-kooperatif itu adalah suatu sikap yang negatif; sikap hijrah itu adalah
suatu sikap yang positif dan bersifat pembangun”. Sebab katanya, hijrah itu
sesungguhnya suatu sikap penolakan, akan tetapi disamping itu dijalankan usaha
dengan sekukat-kuatnya untuk membentuk kekuatan hebat, yang menuju kepada
Darul Islam”.
Pada tahun 1938 M. terjadi situasi baru, sebuah tuntutan politis bagi
bangsa Indonesia, untuk membuat pemerintahan sendiri terdiri dari unsur unsur
kekuatan politik/ organisasi-organisasi massa yang ada, lahir wadah organisasi
tersebut, yakni: ‘GAPPI’. Abikoesno sebagai pimpinan/ Presiden Partai; Telah
menggabungkan PSII ke dalam wadah nasional tersebut. Berarti tidak konsisten
terhadap keputusan Kongres dan mengkhianati amanat ummat. Yang termasuk
anggota GAPPI selain PSII Abi Koesno adalah : Parindra, Gerindo, Pasundan,
Persatuan Minahasa dan PII serta PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia) yang terdiri dari Budi Utomo, Pasundan, Serikat Sumatra,
Serikat Ambon, Timors Verbonds, Partai Serikat Selebes, Partai Indonesia dan
PNI Baru (Moh. Hatta).
15
Dari pihak PSII Abikoesno mengeluarkan pemecatan kepada S.M.K.
melalui Kongres PSII 1940. Perlu diketahui bahwa akhir tahun 1938 atau sebulan
sebelum Kongres PSII tahun 1939, S.M.K. telah mendirikan lembaga Suffah
(pusat pendidikan kaderisasi gerakan). Pada bulan Maret 1940 M di Malangbong/
Jawa barat (garut), KPK PSII dengan mendapat dukungan 21 cabang PSII
mengadakan rapat dan menyatakan kebulatan tekad: “melanjutkan politik Hijrah”
(Brosur Hijrah).
16
1. Central Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat memiliki
kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak
sendiri-sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat untuk
menentukan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI
Semarang.
2. Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai,
mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI
merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI)
dan berhasil meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916
menjadi 20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai
Ketua SI Semarang.
3. Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek mengakibatkan
membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan
perkebunan untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan
dengan mudahnya rakyat memihak pada ISDV.
4. Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik Pintu
Terbuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun
1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.
17
Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan
mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI
Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh karena
itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan (SI Putih).
Program asas dan program tandhim Syarikat Islam, yaitu suatu organisasi
yang bermaksud menjalankan Islam dengan seluas-luasnya dan sepenuh-
penuhnya. Ke-syarikat Islam-an menunjukan kesempurnaan Agama (Dinul) Islam
yang senantiasa menghendaki suatu ummat yang bersatu, seperti yang telah
terbuki secara nyata dalam sejarah perjuangan junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Persatuan yang semacam itulah yang harus dibangun oleh Syarikat Islam,
dan persatuan itu sendiri merupakan bahagian dari persatuan Ummat Islam itu
sendiri pula.
18
untuk mendapatkan kehidupan yang aman dan tenteram, untuk menjadi kaum
yang turut serta dalam pemerintah Negara dari bangsa sendiri, dan untuk
mencapai derjat kemanusiaan yang luhur serta mulia sebagai yang dijanjikan oleh
Allah SWT dalam ayat-ayat-Nya tersebut di atas, maka tidak boleh tidak, Insya
Allah Ta’ala kaum Muslimin akan dapat mencapai kehidupan masyarakat Islam
sempurna, yang bebas dari segala macam bentuk perhambaan, sehingga di
Indonesia hukum-hukum Islam dapat berlaku secara khusus dalam kalangan
masyarakat Islam sendiri sebagai bahagian dari masyarakat Indoneia yang lebih
luas. Untuk dapat mencapai maksud dan tujuan itu, kaum Muslimin haruslah lebih
dahulu memperoleh kemerdekaan ummat atau kemerdekaan kebangsaan (national
vrijheid) dan turut serta menunjukan jalannya pemerintahan atas bangsa dan
Negara kita sendiri.
d. Kehidupan Ekonomi
1) Sejak semula manusia telah dihinggapi oleh penyakit tamak kepada benda,
yang senantiasa bernafsu untuk memperbanyak benda dan harta, bahkan
berusaha menimbun danmenumpuk kekayaan dengan cara yang sangat
19
melampaui batas-batas hukum kemanusiaan dan batas-batas hukum Allah,
maka sejak itulah timbul nafsu untuk memperluas daerah jajahan (koloniale
expantie).
2) Ajaran Dunul Islam mewajibkan bagi setiap orang untuk beriktiar sungguh-
sungguh dengan seluruh tenaga dan kekuatan yang diberikan ole Allah SWT,
untuk mencari dan mendapat rezeki yang halal. Tetapi Dinul Islam melarang
setiap orang mencari dan mendapatkan rezeki dengan jalah dan usaha riba,
baik langsung maupun tidak langsung dengan cara sembunyi-sembunyi atau
dengan cara terang-terangan, karena perbuatan riba akan menuntun orang
cenderung untuk menuju nafsu kapitalisme, tegasnya: nafsu dan kehendak
untuk menumpuk dan menimbun harta dunia yang tidak selaras dengan
hukum Allah dan Sunnat-ur-Rasul.
20
e. Keadaan dan Derajat Manusia
Keadaan dan derajat manusia dalam pergaulan hidup bersama dan di dalam
hukum, dimana Syarikat Islam yakin dan percaya akan sikapnya sebagai berikut:
1) Kemerdekaan
“La haula wa la quata illa billah” (Tidak ada sandaran dan kekuatan lain,
kecuali dari Allah semata).
Beberapa orang Arab pada zaman rasulullah SAW yang tidak bias
bertempat tinggal yang tetap, belum pernah melihat gedung yang indah-indah,
dan dengan pakainya yang buruk mereka dikirimkan kepada raja-raja besar di
Persia dan Rome, namun orang-orang Arab tadi sekali-kali tidak uka
menundukan badannya apalagi kepalanya, dan mereka tidak tampak takut
sedikitpun juga di muka raja-raja tersebut, mekipun raja-raja ini
mempertunjukan kekuasaan dan kebesarannya. Bagi mereka tidak ada
sesuatupun yang ditakutinya kecuali Allah SWT belaka, dan hanya kepada
Allah sajalah mereka mempertanggungjawabkan atas segala perbuatannya.
21
Mereka itu merdeka bagaikan udara bebas dan mereka sungguh-sungguh
merasakan kemerdekaan dalam arti seluas-luasnya sejauh orang dapat
memikirkannya.
2) Persamaan
Pengertian persamaaan dalam Dinul Islam telah saya uraikan sekedarnya,
disini saya hanya menambahkan dengan menunjuk cita-cita persamaan
sebagai yang dinyatakan oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai
berikut:
3) Persaudaraan
Sifat dan pola ikatan persaudaraan yang didirikan oleh rasulullah
SAW diantara sahabat-sahabat Anshor dan sahabat-sahabat Muhajirin pada
awal permulaan zaman Madinah. Tiap-tiap sahabat Muhajir (yang turut hijrah
dari Mekkah ke Madinah) dipertemukan dalam satu ikatan kekeluargaan yang
bersifat komperatif, sehingga tiap-tiap sahabat Anshar (pembela) dalam
ikatan persaudaraan itu makin hari makin kelihatan sangat menakjubkan
karena rasa kecintaannya yang amat indah telah mempertemukan mereka satu
sama lainnya. Masing-masing orang dari sahabar Anshar mengambil seorang
Muhajir sebagai saudara di umahnya, dan menyerahkan sebahagian dari
rumahnya untuk dipakai oleh orang Muhajirin, serta membagi rata baik
barang-barang keperluan pribadi mereka maupun binatang ternak mereka
dengan orang Muhajir itu. Pekerjaan para sahabat Muhajir adalah selalu
berdagang bukan bertani, maka oleh karena itu para sahabat Anshar sendirilah
22
yang melkaukan pekerjaan bertani dan separoh dari hasilnya diberikan kepada
para sahabat Muhajirin.
23
D. SI dengan MIAI dan GAPPI
Hal ini adalah merupakan suatu kealfaan dan kelengahan tokoh PSII yang
tidak menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar). Para tokoh
PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII sebagai
partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu menggunakan PSII
sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah berdirinya Masyumi
sebagai partai politik Islam karena tindakan tersebut dapat diibaratkan mendirikan
sebuah mesjid baru disamping mesjid yang sudah ada dalam sebuah lingkungan.
Hukumnya adalah membuat firkah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah
dalam Al Qur’an surat Ali Imran (103).
Hal ini dinyatakan dalan Anggaran Dasar PSII, bahwa: “Sekalian anggota
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) haruslah berkeyakinan dan beri’tiqad,
24
bahwa Partai itu tidak dapat bubar atau dibubarkan. Adapun kalau sekiranya
ada udzur baginya, hendaklah dikembalikan kepada firman Allah dalam Al
Qur’an surat At Taghabun ayat 16: “Fattaqullaha mastatha’tum”, (Takutlah
kamu sekalian kepada Allah dengan sekuat kuatmu). Akan tetapi, meskipun
PSII dalam keadaan uzur, para pemimpin dan kader PSII tetap melakukan
berbagai kegiatan baik secara diam-diam di bawah tanah maupun kegiatan
formil dalam pemerintahan Jepang. Mereka telah turut berperan
mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan 17
Agustur 1945.
25
3) Menghindari perselisihan karena soal furuk dan khilafiah
26
ada pada waktu itu untuk tujuan mendirikan majelis imamah dan bukan untuk
menjadi partai politik. Idenya sebagai kelanjutan dari MIAI (Al Majlisul
Islamil A’la Indonesia) yang didirikan tahun 1937 di Surabaya untuk
menyelesaikan perbedaan dan perselisihan paham dikalangana ummat islam.
Hal ini adalah merupakan suatu kealpaan dan kelengahan tokoh PSII yang
tidak menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar) Para
tokoh PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII
sebagai partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu
menggunakan PSII sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah
berdirinya Masyumi sebagai partai politik Islam karena tindakan tersebut dapat
diibaratkan mendirikan sebuah mesjid baru disamping mesjid yang sudah ada
dalam sebuah lingkungan. Hukumnya adalah membuat firkah yang tidak sesuai
dengan ketentuan Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imran (103).
27
Agama Islam diatas segala apa-apa yang dapat saya pikirkan, maka saya akan
tetap mengerjakan segala perintah Allah dan perintah Rasul Allah dan
menjauhi segala larangan-Nya Saya hendak mengusahakan diri dengan
sekuat-kuat ketakutan saya kepada Allah Ta’ala dan dengan sekuat-kuat
fikiran dan tenaga saya hendak menyampaikan maksud Partai Syarikat Islam
Indonesia dan sekali-kali tidak akan membuat bencana atau khianat atas
Partai Syarikat Islam Indonesia. Saya hendak memperhatikan dan menurut
dengan sungguh-sungguh ketentuan-ketentuan Peraturan Dasar dan
keputusan-keputusan Majelis Tahkim Partai Syarikat Islam Indonesia dan
selalu membela Partai Syarikat Islam Indonesia dari pada bencana fihak mana
saja.
Kejadian tersebut menimbulkan salah paham dan friksi yang pertama dari
sebagian pemimpin Islam yang ada di Masyumi kepada para tokoh dan kaum
PSII yang mengaktifkan kembali PSII, yang dipandang sebagai telah keluar
dan tidak taat dalam persatuan Islam dengan mendirikan PSII itu, pada hal
keadaannya adalah karena taat kepada azas partai tentang uzur dan taat kepada
bai’at yang tercantum dalam anggaran dasar PSII. Kondisi kesalah pahaman ini
berkembang dan berlanjut hingga saat ini tanpa pernah adanya clarifikasi dan
penjernihan serta pemecahan masalah tentang pemahaman arti persatuan dalam
ummat Islam dibidang politik.
Berdasarkan hal hal yang diuraikan tersebut diatas kita tidak dapat
menyalahkan betul keterlanjuran berdirinya Masyumi pada waktu itu, akan
tetapi kita juga tidak dapat menyalahkan tokoh-tokoh PSII mengaktifkan
kembali Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Keadaan yang demikian itu
telah menyebabkan terjadinya firkah partai politik Islam di Indonesia.
Persoalan selanjutnya adalah bahwa partai Masyumi telah dibubarkan oleh
pemerintah Sukarno, karena alasan terlibat dalam pemebrontakan PRRI dan
PERMESTA.
28
Jika secara hukum hal pembubaran itu sah adanya, maka partai Masyumi
tidak memenuhi syarat lagi untuk diaktifkan atau dihidupkan kembali, akan
tetapi jika tindakan Sukarno membubarkan Masyumi dianggap tidak syah
secara hukum, hanya sah secara politik maka Masyumi menurut pandangan
demokrasi liberal boleh hidup lagi jika keadaan politik mengizinkannya.
Akan tetapi jika ditinjau dari sudut pandangan Islam berdasarkan
Qur’an surat Ali ‘Imran (103), bila telah ada partai Islam maka tindakan
mendirikan lagi partai Islam adalah termasuk tindakan membuat firkah.
Apalagi jika ditinjau dari sejarah terbentuknya Masyumi dimana telah ada
Partai Syarikat Islam Indonesia yang sedang uzur, maka seharusnya Partai
Syarikat Islam Indonesialah yang mesti digunakan sebagai wadah partai bagi
Ummat Islam Indonesia.
29
MI, PSII dan PERTI. Setelah itu PSII berubah menjadi organisasi
kemasyarakatan non politik dengan nama Syarikat Islam.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang dibentuk semasa orde baru itu
meskipun dilahirnya sangat sesuai dengan doktrin atau paham kemasyarakatan
Syarikat Islam tentang persatuan dalam ummat Islam, akan tetapi usaha
tersersebut disinyalir kuat berbau rekayasa untuk mengendalikan dan memecah
kekuatan dan persatuan dalam kelompok kelompok ummat Islam. Hal tersebut
menjadi dasar keengganan sebagaian besar kaum Syarikat Islam untuk
memfusikan kegiatan politiknya kepada PPP dan lagi pula karena hal itu
bertentangan dengan Anggaran Dasar, keyakinan dan i’tiqad kaum Syarikat
Islam bahwa PSII itu tidak dapat bubar atau dibubarkan sebagaimana yang
dinyatakan oleh anggaran dasarnya.
30
Pencabutan asas Islam kemudian diberlakukan pula kepada semua ormas
Islam yang ada termasuk SI yang telah menjadi ormas, menggantinya dengan
Pancasila, sebagai syarat untuk memperoleh legalitas atau syarat perizinan
melakukan kegiatannya secara formil. PPP yang telah berhasil dijadikan
ornament pemerintah ini lebih jauh telah menjadi partai per “SATE” an bagi
kehidupan ormas pendiri PPP. Politik belah bambu yang sering diterapkan para
fungsionaris PPP terhadap ormas-ormas pendiri PPP karena tekanan politik
penguasa yang dalam istilahnya dikenal dengan nama operasi TUNTAS yaitu
TUNTUNAN DARI ATAS dan ditambah lagi dengan berkembangkanya
usaha-usaha untuk memperjuangkan kepentingan kelompok sendiri didalam
partai telah menghasilkan perpecahan dalam tubuh ormas-ormas pendiri PPP.
Organisasi kaum Syarikat Islam adalah salah satu korban yang tercabik-
cabik oleh rekayasa sistem politik orde baru itu disamping NU, MI dan PERTI.
Pernyataan NU kembali kepada khitah tahun 26 menjelang pemilu 1987 adalah
sebagai akibat dan jawaban dari sepak terjang kebijakan penguasa orde baru
yang menekan dan mendorong PPP untuk menjalankan politik belah bambu
yang sangat merugikan organisasi NU itu. Kelompok MI yang tidak
terorganisir secara formil dan tidak pernah melaksanakan kongres ataupun
munas, seperti mendapat penunjukan dari penguasa untuk memegang kendali
yang mengontrol PPP. Tidak pernah PPP di ketua umumi oleh orang bukan MI
setelah tidak menjadi partai Islam.
Setelah berlalunya masa orde baru, dengan adanya gerakan moral oleh para
mahasiswa yang mendorong dilakukannya reformasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, untuk mengembalikan kehidupan demokrasi dan
melepaskan pemasungan hak politik rakyat, maka Syarikat Islam sebagai
organisasi perintis dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang telah
mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan 17
31
Agustus 1945, serta turut aktif dalam kegiatan politik dan kemasyarakatan
mengisi kemerdekaan, telah mengambil sikap dan langkah mengembalikan
kiprahnya sebagai partai politik pada tanggal 29 Mei 1998 yaitu mengaktifkan
kembali PSII dengan berasaskan Dinul Islam sebagaimana semula.
Tujuan yang sangat fundamental dari SDI ialah untuk menghimpun para
pedagang pribumi muslim (khususnya pedagang batik) supaya mampu bersaing
dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa (Cina). Syarikat Dagang Islam juga,
merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan
perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. SDI juga tidak membatasi
keanggotaannya, dalam artian tidak hanya untuk masyarakat Pulau Jawa dan
Madura saja, akan tetapi untuk seluruh umat Islam (keanggotaan SDI terbuka
untuk semua lapisan masyarakat muslim).
Penamaan Syarikat Dagang Islam (SDI) muali dari tahun berdiri 1905
sampai dengan tahun 1912. Tiga tahun kemudian, setelah berdirinya SDI maka
terbentuklah organisasi yang bergerak dalam bidang perekonomian dan
pendidikan (tidak bergerak dalam bidang politik praktis) dengan nama organisasi
Boedi Utomo (ejaan lama) dan menurut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ialah
Budi Utomo (BU), organisasi ini didirikan di Batavia (Jakarta). Selanjutnya, pada
tahun 1909 terbentuklah cabang BU di Surakarta. Ditahun ini juga Samanhudi
32
ikut bergabung bersama BU, Samanhudi tidak terlalu lama ikut BU yang pada
akhirnya Samanhudi meninggalkan BU ketika ditawari bergabung dengan Kong
Sing. Pada tahun selanjutnya 1910 Tirto Adhi Soerjo, yang merupakan pimpinan
redaksi Medan Pijaji mendirikan sebuah perusahaan dengan nama Syarekat
Dagang Islam NV. Tahun 1911 Republik Rakyat Cina (RRC) dideklarasikan oleh
Dr Sun Yat Sen, yang mana gema revolusi tersebut terdengar sampai ke
Nusantara.
Pada tahun 1912, atas kuasa pengurus, serta gagasan dari Cokroaminoto
menjadikan SDI (Syarikat Dagang Islam) berubah nama menjadi SI (Syarikat
Islam) dengan ketetapan statuten Syarikat Islam Notaris 10 September 1912.
Setelah disetujui dan disepakati untuk dirubah dan ditingkatkan peranannya, serta
pastinya memiliki wawasan serta cakupan yang jauh lebih luas dari sebelumnya.
Berawal dari tahun 1913 terjadi kongres pertama Syarikat Islam di Surabaya
tepatnya pada tanggal 13/26 Januari 1913. Dalam kongres ini Cokroaminoto
menyatakan bahwa SI bukan organisasi politik (bersifat kooperatif), tapi Syarikat
Islam bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antar bangsa Indonesia,
membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi, serta mengembangkan
kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia.
33
Selanjutnya kongres SI kedua, tepatnya pada tanggal 23 Maret 1913,
tempatnya di Sriwedari (Surakarta) pokok dari kongres ini ialah terpilihnya
Samanhudi sebagai ketua SI danCokroaminoto sebagai wakil ketua SI.
Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres CSI yang dilaksanakan di
Bandung. Dalam kongres ini CSI sudah mulai melontarkan pernyataan politiknya
(bersifat non kooperatif).
34
Tahun 1918, kongres CSI digelar sejak akhir bulan September, dan
terpilihlah Semaoen dan Darsono sebagai komisaris CSI. Di tahun ini pula
tepatnya bulan Februari 1918 di Surabaya Cokroaminoto membentuk tentara
Kandjeng Nabi Muhammad. Dan pada tahun ini pula, tepatnya bulan Mei 1918,
Cokroaminoto diangkat menjadi anggota Volksraad mewakili Central Syarikat
islam (CSI).
Tahun 1919 kongres CSI di Surabaya pada akhir Oktober sampai dengan
awal November 1919. Dengan terjadinya kongres di tahun ini, maka serikat buruh
tumbuh menjamur (bak cendawan). Akan tetapi meskipun banyak sekali
organisasi-organisasi buruh, tapi beberapa diantaranya berada di bawah kendali
CSI.
35
Tahun 1923 CSI menyelenggarakan kongres yang bertempat di Madiun
pada tanggal 17-23 Februari 1923. Pada tahun ini pula kepiawaian HOS
Cokroaminoto dalam bermain politik ditunjukan ia (Ckroaminoto dan Agus
Salim) mendekap (mendekat) ke PKI, dengan tujuan bukan untuk masuk ataupun
mengikuti faham PKI, akan tetapi hanya kepentingan politik semata. Ditahun ini
pula Cokroaminoto terpilih lagi sebagai ketua CSI.
Tepatnya pada tahun 1927 CSI berganti nama menjadi Partai Syarekat
Islam Hindia Timur. Ditahun ini pula Partai Syarekat Islam Hindia Timur
bergabung dengan Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI).
Tahun 1930 nama partai Sarekat Islam Hindia Timur berubah lagi menjadi
Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Dan pada akhir tahun, PSII keluar dari
PPPKI.
6) Kembali ke SI (1934-sekarang)
Semenjak tahun 1934 dari PSII berganti nama menjadi SI, bahkan sampai
sekarang namanya tetaplah SI (Syarikat Islam).
36
dengan membuka perusahaan batik pada tahun 1888. Ia berhasil dalam bidang ini
sehingga ia membuka cabang-cabang perusahaannya di berbagai kota di jawa
seperti Surabaya, banyuwangi, tulung agung, bandung dan parakan.
2. H.O.S Cokroaminoto
37
Musso yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang
agamis. Namun ketiga muridnya itu saling berselisih.
38
sistem belanda kemudian mengajukan permintaan untuk pengakuan akhirnya
diberikan.
39
dianggap guru oleh Semaun. Singkat cerita jurang antara SI Merah dan SI Putih
semakin lebar saat muncul pernyataan Kominteren (Partai Komunis Internasional)
yang menentang Pan-Islamisme (apa yang selalu menjadi aliran Tjokroaminoto
dan rekan-rekannya). Hal ini mendorong Muhammadiyah pada Kongres Maret
1921 di Yogyakarta untuk mendesak SI agar segera melepas SI merah dan
Semaun karena memang sudah berbeda aliran dengan Sarekat Islam. Akhirnya
Semaun dan Darsono dikeluarkan dari SI.
3. Agus Salim
Haji Agus Salim lahir pada 8 Oktober 1884 dengan nama Mashudul Haq
(berarti "pembela kebenaran") di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat. Agus
Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti
Zainab. Jabatan terakhir ayahnya adalah Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus
anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di
Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia
Belanda.
40
Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi.
Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam
bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian
Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan
selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka
kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan
dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat
Islam.
Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan menjadi
pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto. Perkenalan ia dalam Sarekat
Islam amatlah ganjil, dia mendapat kabar dari seorang polisi Belanda yang
menyatakan bahwa Cokroaminoto telah menjual Sarekat Islam kepada Jerman
dengan harga 150.000 poundsterling, dengan menggunakan uang tersebut dia
dapat membangunkan pemberontakan besar di jawa, dan akan mendapat bantuan
persenjataan dari Jerman. Dari kabar tersebut dia menyimpulkan dua hal, yang
pertama kabar itu hanya bohong belaka.
Yang kedua jika kabar itu benar maka akan menjadi besar bagi negeri dan
rakyat. Lalu dia melakukan penyelidikan dan berkenalan dengan pemimpinnya
yakni H.O.S Cokroaminoto, hingga ia mengetahui tujuan mulia dari Sarekat Islam
yang menyebabkan Agus Salim menjadi seorang anggota Sarekat Islam. Agus
Salim meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada umur 70 tahun).
Haji Agus Salim adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Haji Agus
Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27
Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.
4. Abikusno Cokrosuyoso
41
merupakan anggota Panitia Sembilan yang merancang pembukaan UUD 1945
(dikenal sebagai Piagam Jakarta). Setelah kemerdekaan, ia menjabat sebagai
Menteri Perhubungan dalam Kabinet Presidensial pertama Soekarno dan juga
menjadi penasihat Biro Pekerjaan Umum.
42
Kabinet Presiden pertama Soekarno dan diwakili oleh Moh.Hatta, dan juga
menjadi penasehat Dinas Pekerjaan Umum.
5. A.M. Sangaji
43
Pada tahun 1920-an, di Samarinda Kalimantan Timur, A.M. Sangaji
mendirikan Balai Pengadjaran dan Pendidikan Rakjat (BPPR) serta mengelola
Neutrale School untuk menampung anak-anak sekolah dari kalangan bumiputera.
Setelah mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, A.M.
Sangaji melakukan perjalanan dari Samarinda ke Banjarmasin untuk bertemu
dengan pemimpin BPRI, menyebarkan berita kemerdekaan bangsa Indonesia di
daerah yang dilalui, dan megibarkan bendera Sang Saka Merah Putih.
6. Kartosoewirjo
Pada tahun 1901, Belanda menetapkan politik etis (politik balas budi).
Penerapan politik etis ini menyebabkan banyak sekolah modern yang dibuka
44
untuk penduduk pribumi. Kartosoewirjo adalah salah seorang anak negeri yang
berkesempatan mengenyam pendidikan modern ini. Hal ini disebabkan karena
ayahnya memiliki kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat
itu. Pada umur 8 tahun, Kartosoewirjo masuk ke sekolah Inlandsche School der
Tweede Klasse (ISTK). Sekolah ini menjadi sekolah nomor dua bagi kalangan
bumiputera. Empat tahun kemudian, ia masuk ELS di Bojonegoro (sekolah untuk
orang Eropa). Orang Indonesia yang berhasil masuk ELS adalah orang yang
memiliki kecerdasan yang tinggi.
45
S. M. Kartosoewirjo pernah bekerja sebagai Pemimpin Redaksi Koran
harian Fadjar Asia. Ia membuat tulisan-tulisan yang berisi penentangan terhadap
bangsawan Jawa (termasuk Sultan Solo) yang bekerja sama dengan Belanda.
Dalam artikelnya nampak pandangan politiknya yang radikal. Ia juga menyerukan
agar kaum buruh bangkit untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka, tanpa
memelas. Ia juga sering mengkritik pihak nasionalis lewat artikelnya.
7. Aruji Kartawinata
46
Selain itu sejak usia muda ia juga aktif dalam berbagai macam gerakan
kebangsaan.
47
Tahkim Luar Biasa di Surabaya telah banyak dipergunakan tenaga dan tempo
untuk menyelesaikan peristiwa Sdr. Abikusno Cokrosuyoso, tetapi karena Sdr
Abikusno Cokrosuyoso sendiri kerja sama dengan anggota Pucuk Pimpinan yang
ada, dan bahkan menolak tugas yang diputuskan oleh Majlis Tahkim Luar Biasa,
seperti diatas telah dijelaskan maka usaha terscbut yang menjadi harapan sebagian
besar Cabang-cabang partai tidak mendapatkan hasil apa-apa, Bahkan kemudian
ternyata, setelah selesainya Majlis Tahkim luar Biasa kita, membaca sebuah
Statmen yang yang ditandatangani oleh AS. Matcik dan Idris Basin, bahwa PSII
Sumatra Selatan keluar dari PSII yang dipimpin oleh Arudji Anwar, dan
membentuk apa yang dinamakan PSII Abikusno.
Sebagai identitas suatu organisasi atau suatu Negara pada suatu bangsa pasti
memiliki lambang dan benderanya masing-masing. Dalam hal ini tak kecualinya
pada organisasi Syarikat Islam, oleh Karen itu, arti dan makna akan lambang dan
bendera itu sangat penting untuk diketahui dan dimengerti khususnya bagi yang
bersangkutan
48
1. Lambang kebesaran Syarikat islam adalah “KALIMAT TAUHID” dan
lima buah kata (lapadz) Allah mengelilingi kata Syarikat islam semua
ditulis dengan huruf Arab dan seluruhnya berbentuk bulan bintang.
2. Panji Kebesaran Syarikat Islam, dasarnya berwarna hijau tua dengan
lambang Syarikat Islam di Tengah-tengah yang berwarna kuning emas.
3. Panji perjuangan atau Bendera sehari-hari Syarikat Islam dasarnya
berwarna hitam dengan lambang Syarikat Islam di tengah-tengah berwarna
putih.
49
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan landasan Islam pada organisasi SDI kemudian berubah menjadi
Syarekat Islam (SI), berubah menjadi Central Syarikat islam (CSI), menjadi Partai
Syarikat Islam Hindia Timur (PSI H-T), sebagai Partai Syarikat Islam Indonesia
(PSII), dan pada akhirnya kembali lagi kepada Syarikat Islam (SI), maka
pemikiran politik pada pendahulu memberikan refresentasi terhadap pemikiran
yang Quranis. Organisasasi yang didirikan tidak dilandasi oleh etnis kesukuan,
warna kulit, strata sosial masyarakat, dll tetapi oleh Islam yang rahmatan lil
alamiin. Spirit para pendahulu inilah yang mesti di tauladani oleh generasi
sekarang dalam kiprah sosial apapun juga.
B. Saran
Setelah menyelesaikan makalah ini, saya berharap kritik dan saran dari
Bapak Dosen dan rekan-rekan Mahasiswa. Dalam makalah ini masih banyak
tokoh-tokoh penting lainnya yang belum saya sampaikan. Dan masih banyak
keselahan dalam penulisan saya.
50
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Abikoesno_Tjokrosoejoso
https://id.wikipedia.org/wiki/Arudji_Kartawinata
https://id.wikipedia.org/wiki/A.M._Sangadji
http://www.markijar.com/2015/06/sejarah-lengkap-sarekat-islam-si.html
http://kendakaku.blogspot.co.id/2014/05/latar-
belakangperkembangankemunduran.html
http://www.google.com
Rangkuman materi yang diberikan oleh Dosen pengampu Heri Kurnia, S.Pd
51
52