BAB 1. PENDAHULUAN
keagamaan Sarekat Islam melarang pegawai Negeri untuk menjadi anggota dari
organisasi tersebut demi mempertahankan sebuah pandangan bahwa sarikat islam
merupakan organisasi yang merakyat. Selain Sarikat islam terdapat pula organisasi
gerakan nasional keagamaan lainnya yaitu, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan
golongan-golongan organisasi yang berdasarkan agama Kristen. Pergerakan nasional
yang berbeda ini pada dasarnya memiliki cita-cita yang sama yakni kemerdekaaan
Indonesia. Untuk lebih memahami oranisasi gerakan nasional berbasisikan
keagamaan akan di bahas lebih mendalam pada bab 2.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah organisasi Sarekat Islam ?
2. Bagaimanakah organisasi Muhammadiyah ?
3. Bagaimanakah organisasi Nahdlatul Ulama ?
4. Bagaimanakah organisasi Perkumpulan Golongan-Golongan yang Berdasarkan
Agama Kristen?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui seluk beluk organisasi Sarekat Islam.
2. untuk mengetahui seluk beluk organisasi Muhammadiyah.
3. untuk mengetahui seluk beluk organisasi Nahdlatul Ulama.
4. untuk mengetahui seluk beluk organisasi Perkumpulan Golongan-Golongan
yang Berdasarkan Agama Kristen.
BAB 2. PEMBAHASAAN
Kegiatan perpolitikan di Indonesia mulai terdengar sejak awal abad ke-20,
ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada tahun 1908 dan Sarekat
Islam pada tahun 1912, yang semula bernama Sarekat Dagang Islam yang didirikan
pada tahun 1905. Pembentukan organisasi-organisasi gerakan nasional ini mampu
menciptakan munculnya rasa solidaritas dan interaksi antar-kaum terpelajar bahkan
masyarakat pada umumnya. Organisasi-organisasi tersebut mampu menjadi wadah
untuk menciptakan hubungan sosial baru yang berfungsi sebagai tumpuan identitas,
sosial, budaya hingga kemauan politik kolektif. Sarekat Islam merupakan organisasi
pergerakan pertama yang berbasiskan keagamaan. Namun pada perkembangan
selanjutnya, muncul juga pergerakan berbasiskan keagamaan lainnya seperti
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan golongan-golongan organisasi yang
berdasarkan agama Kristen. Berikut beberapa oraganisasi gerakan nasional
berbasisikan keagamaan.
2.1 Sarekat Islam
Sarekat Islam merupakan perkumpulan ke dua setelah tiga tahun Budi Utomo
berdiri. Sebagai perkumpulan social pertama sarikat Islam didirikan pada tahun 1911
di kota Solooleh seorang pengusaha saudagar batik yang benama Haji Samanhudi.
Nama semula sarikat islam adalah Sarekat Dagang Islam yang memiliki dua dasar
yaitu Dasar agama, ialah Agama Islam dan dasar ekonomi. Tujuan awal organisasi ini
adalah untuk membantu dan menyelamatkan para pengusaha batik pribumi dari para
pedagang tionghoa saat itu yang memonopoli perdagangan batik pribumi. Sejak
semula organisasi ini memang didirikan dengan diarahkan khusus bagi kepentingan
rakyat jelata. Alasan lain yang mendorong berdirinya organisasi Sarekat Islam (SI)
adalah kemajuan penyebaran agama Kristen dan hinaan parlemen Negeri Belanda
tentang tipisnya kepercayaan beragama bangsa Indonesia.
Menurut Deliar Noer, trdapat dua alasan organisasi ini berdiri, pertama
kompetisi yang tinggi pada sector perdagangan batik, terutama dengan golongan
Cina dan sikap superioritas orang Cina terhadap orang pribumi sebagai akibat dari
berhasilnya revolusi Cina dalam tahun 1911.Sebagai akibat dari digantinya tekstil
pribumi dengan bahan-bahan yang diimpor dan dibeli oleh para pembatik dari
pedagang perantara Cina, seluruh industri batik beralih ke tangan orang Cina. Untuk
mempertahankan diri terhadap praktek-praktek orang Cina, para pedagang batik Jawa
akhirnya bersatu pada tahun 1911 dan mendirikan SI.
Dengan tujuan utamanya yang berkaitan dengan perlawanan menghadapi para
pedagang tionghoa, maka muncullah sikap permusuhan rakyat terhadap bangsa
Tionghoa. Berbagai perkelahian sering terjadi, yang mengakibatkan rasa khawatir di
dalam pemerintahan kolonial. Permusuhan yang sering terjadi membuat pemerintah
bersikap represif terhadap Sarekat Dagang Islam yang berada di Surakarta. Tindakan
tersebut mengakibatkan pada tanggal 12 Agustus 1912, SDI diskors selama 4 hari
oleh residen Surakarta dilarang menerima anggota baru dan mengadakan rapat-rapat.
Menindak lanjuti kekhawtiran pemerintah belanda maka di lakukan penggeledahaan
rumah-rumah, namun tidak ditemukan tanda-tanda untuk melakukan perlawanan
terhadap pemerintah. Sehingga, pada tanggal 16 agustus skorsan di cabut lagi.
Berdasarkan usulan dari Umar Said Tjokroamito Sarekat Dagang Islam
berganti nama menjadi Sarekat Islam . Keputusan pengubahan nama ini bertujuan
agar Sarekat Islam tidak terbatas pada golongan pedagang saja sehingga dengan
demikian dapat memperluas perkumpulan tersebut . meskipun
telah merambah
berbagai aspek kehidupan tujuan SI tetaplah sama yaitu mencapai kemajuan rakyat
yang nyata dengan jalan persaudaraan, persatuan dan tolong-menolong di antara
kaum Muslimin semuanya. Suatu hal yang menarik dan sangat penting adalah di
mana anggota dari Sarekat Islam tidak boleh berasal dari kalangan pegawai negeri
atau pejabat pemeritahan kolonial Hindia-Belanda.
Tujuan Anggaran Dasar Sarekat Islam adalah sebagai berikut :
semakin khawatir melihat kekuatan SI, dimana masanya sangat besar melebihi masa
dari organisasi lainnya.meskipun anggota SI sangatlah banyak, namun tidak
semuanya memiliki pengertian dan pemahaman akan tujuan dan kegiatan organisasi,
sehinggs bsnysk terjadi penyimpangan yang mengatas namakan Sarekat Islam. Di
beberapa cabang Sarekat Islam timbul berbagai gerakan anti-Cina, dikarenakan
golongan Tionghoa dianggap sebagai penghalang usaha ekonomi pribumi. Daerah
tersebut antara lain: Sala, Bangil, Tuban, Rembang, Cirebon, Tuban, Kudus (1918).
Hal itu juga diperkuat karena adanya perbedaan agama. Di Batavia saat itu juga
banyak terjadi bentrokan yang mengatasnamakan Sarekat Islam dengan para
pengusaha pelacuran dan perjudian.
Kekhawatiran pemerintah colonial melihat perkembangan SI yang sangat pesat
dan sikap SI yang berani, maka permohonan pengurus SI untuk mendapat pengakuan
badan hukum ditolak. Penolokan ini termuat dalam keputusan Gubernur-Jendral
tanggal 30 juni 1913. Isi penolakan tersebut menjelaskan bahwa yang di tolak untuk
mendapat pengakuan badan hokum adalah SI seluruhnya sebagai satu perkumpulan,
akan tetapi cabang-cabang SI sebagai suatu perkumpulan sendiri-sendiri di akui oleh
pemerintah Belanda. Hal ini merupakan salah satu wujud dari politik belanda yaitu
memecah dan memerintah. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya
10
SI mulai mengarah atau bergeser ke haluan kiri. Buktin nyata bahwa SI mulai
mengarah pada pergerakan piolitik adalah dengan diputuskannya pada kongres
tersebut bahwa SI akan turut serta dalam Komite Nasional yang didirikan atas anjuran
BU. Komite ini bertujuan untuk membuat daftar nama calon anggota Volksraad untuk
dipilih oleh majelis daerah atau di angkat oleh pemerintah Hindia Belanda. SI
memajukan dua calon yaitu Tjokroaminoto dan Abdul Muis.
Kongres SI Nasional Ketiga dilangsungkan di Surabaya adalah pada tanggal
29 September-6 Oktober 1918 memutuskan menentang segala kebijakan pemerintah
sepanjang tindakannya melindungi kapitalisme yang berujung pada aksi penindasan
kaum buruh. Pada kongres ini SI menuntut perluasan pengajaran dan penghapusan
Heredianisten yaitu kerja paksa untuk negara secara pajak tidak berupa uang, tetapi
berupa tenaga yangharus di berikan di desa-desa oleh penduduk kepada pemerintah.
Karena telah bergeser ke aliran kiri sudah pantas jika SI bergabung dalam Radicale
Concentratie pada tanggal 16 November 1918.
Kongres Nasional SI Keempat pada 26 Oktober-2 November 1919 di
Surabaya membicarakan tentang serikat kerja yang bertujuan melakukan gerakan
perlawanan menentang kelas-kelas sosial yang ada dalam masyarakat. Pada kongres
ini Douwes Dekker atau Setia Budi, mengingatkan kepada kongres agar terlebih
dahulu memperhatikan perjuangan kebangsaan dari pada lapangan Ekonomi. Nasihat
Douwes Dekker ialah Janganlah menekankan pertentangan perekonomian antar
kelas, tetapi hendaklah lebih dahulu ditekankan pertentangan antar bangsa. Pengaruh
ISDV semakin kuat yang pada tanggal 23 Mei 1920 resmi mengubah namanya
menjadi PKI. Semaun yang pada saat itu menjadi ketua SI semarang dan merangkap
sebagai ketua PKI berpeluang besar untuk memperluas pengaruhnya dalam tubuh SI
Kongres SI, Oktober 1921 mengambil keputusan gerakan Disiplin Partai
dengan mengeluarkan anggota PKI. Hal ini dilakukan untuk mencegah serangan PKI
tehadap SI dan untuk mencegah pula agar rakyat umum yang menjadi pengikut SI
tidak dirampas keseluruhan oleh SI. Mekipun PKI tidak memperoleh seluruh anggota
11
SI akan tetapi sebagian anggota SI telah msuk dalam pengaruh PKI dan sebagian
cabang SI keluar dari CSI. Disisi lain diadakan Kongres PKI (SI Merah), 24-25
Desember 1921 di Semarang, dan dipimpin oleh Tan Malaka dan wakilnya adalah
Semaoen, sementara Darsono merapatkan hubungan dengan poros Moskow dan pergi
ke sana pada Oktober 1921. Dalam kongres ini mereka berterus terang menyatakan
dirinya sebagai komunis dengan mengakui pemimpin-pemimpin Komunis Uni Soviet
seperti Trotsky dan Lenin sebagai pahlawan mereka. Pada kongres ini pula diambil
keputusan menyusun cabang SI yang keluar dari CSI dalam satu sentral SI Merah
untuk menantang CSI Putih dri Tjokroaminoto.
Kongres SI Putih, 17-20 Februari 1923 di Madiun, menghasilkan dua
keputusan yaitu, pembentukan partai SI dan mempertahankan disiplin partai.
Sedangkan Kongres SI Merah, 4 Maret 1923 yang bertempat di Bandung yang
dihadiri oleh 16 cabang PKI, 14 cabang SI Merah dan perkumpulan serikat kerja
komunis. Pada kongres ini SI merah diproklamirkan sebagai cabang PKI akan tetapi
diberi nama Sarekat Rakyat (SR). Dalam kongres mereka menyerang SI Putih dengan
tuduhan SI telah terbentuk untuk lebih mementingkan kaum pemilik modal dan
melakukan pemborosan uang rakyat. Dari sini mulai terjadi kongres-kongres balasan
antara SI Putih dan SI Merah yang saling mempropagandakan dan memperdebatkan
pemikiran dan ideologi masing-masing. Selanjutnya dalam tubuh SI muncul suatu
aliran yang ingin memperluas lapangan pergerakannya yang tidak hanya di dalam
negeri, tetapi dengan hubungan gerakan islam di luar negeri. Aliram ini dinamakan
Pan-Islamisme yang di kemukakan oleh pemimpin SI Haji Agus Salim.
Kongres SI, 8-11 Agustus 1924 di Surabaya, mengambil keputusan nonkooperasi terhadap pemerintah dan Volksraad, namun kepada anggota partai diberi
kebebasan untuk menjabat anggota badan perwakilan akan tetapi bukan atas nama
partai melainkan atasa nama sendiri serta keputusan menentang kaum komunis secara
giat .Kemudian Kongres CSI 21-27 Agustus 1925 di Yogya bertujuan untuk
memerdekakan bangsa Indonesia dari penindasan dan penjajahan melalui pembukaan
12
mencapai kemerdekaab nasional atas nama agama islam. Karena tujuannya dengan
tegas untuk kemerdekaan nasional maka setelah didirikannya PPPKI (Permufakatan
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) pada tanggal 17 Desember 1927 atas
inisiatif PNI, maka SI menggabungkan diri juga dalam PPPKI. Pada bulan januari
1929 nama partai sarekat islam diganti dengan nama Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII). Selanjutnya dalam tubuh SI terjadi pertentangan antara dua aliran yaitu aliran
Tjokroaminoto dengan aliran DR. Sukiman dan Surjopranoto, yang pada intinya
hanya pada tekanan dari pada tujuan PSII. Golongan Tjokroaminota lebih
menekankan pada asas keagamaan dan golongan Sukiman-Surjopranoto lebih
menekankan pada asas kebangsaan. Konflik ini menimbulkan perpecahan, yang pada
akhirnya tahun 1932 Dr. Sukiman dan kawan-kawanya dipecat dari PARII. Karena
menyadari bahwa perpecahan ini kedua golongan ini sempat bersatu kembali pada
bulan juli tahun 1937. Namun pada bulan Desember 1938 berselisih kembali dan Dr.
Sukiman kembali mendirikan PARII yang berhalauan kooperasi.
Kemudian dalam tahun 1940, terjadi perpecahan lagi dalam tubuh PSII
dengan keluarnya segolongan anggota dibawah pimpinan Kurtosuwirjo yang
kemudian mendirikan perkumoulan sendiri akan tetapi tetap menggunakan nama
PSII. Sehingga terdapat dua PSII, yaitu PSII biasa dan PSII kurtosuwirjo. Pada saat
Jepang mendarat tahun 1942, pergerakan politik Islam terpecah dalam tiga aliran
yaitu PSII Abikusno, PSII Kartosuwiryo dan PARII. Setelah kedatangan
pemerintahan Jepang semua perkumpulan-oerkumpulan di Indonesia di larang
terutama perkumpulan politik. Jadi ketika Jepang berkuasa di tanah air partai-partai
politik fakum untuk sementara.
13
2.2 Muhammadiyah
Latar belakang kelahiran muhammadiyah tidak terlepas dari dua factor yaitu
factor intern dan factor ekstern. Factor iternnya ialah kemunduran umat agama islam
pada masa penjajahan colonial Belanda baik dalam social, ekonomi, budaya dan
keagamaan. Factor eksternalnya yaitu kolonialisme yang dilakukan oleh pemerintah
Belanda di Indonesia. Namun, dibalik kolonialisme, Belanda juga mempunyai tujuan
lain yaitu untuk menyebarkan agama Kristen di Indonesia,dimana sebagian besar
rakyat Indonesia beragama Islam. Hal inilah yang menjadi salah satu factor banyak
bermunculannya gerakan-gerakan islam. Akibat kolonisasi Belanda, masyarakat
Indonesia mengalami kemunduran dalam bidang social, ekonomi budaya dan agama.
Dalam bidang sosial-ekonomi, taraf kehidupan umat Islam berada dalam
kemiskinan sehingga banyak yang tidak memperoleh pendidikan layak. Begitu juga
dalam bidang keagamaan. Pengamalan ajaran-ajaran agama justru telah banyak
terjadi penyelewengan seperti tradisi mengkultuskan tokoh secara berlebih-lebihan
(ghuluw), peribatan yang bernuansa TBC (Takhayul,Bidah dan Churafat) banyak
dilakukan oleh masyarakat akibat adanya akulturasiantara budaya Hindu-Budha
dengan Islam.
Kondisi inilah yang melatar belakangi Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 18
Nopember 1912 mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta yang bertujuan
memajukan pengajaran berdasarkan agama, pengrtian ilmu agama dan hidup menurut
agama. Tujuan tersebut akan dicapai dengan mendirikan, memelihara, menyokong,
rumah-rumah sekolah berdasarkan agama islam, mendirikan dan memelihara masjid..
Dengan kata lain Muhammadiyah memiliki tujuan melakukan pemurnian agama
(purifikasi) dan modernisasi pendidikan Islam serta berupaya mengembalikan ajaran
Islam kepada ajaran agama yang sebenarnya dalam masyarakat Indonesia. Dengan
demikian, dapat di simpulkan bahwa Muhammadiyah bergerak dalam bidang socialpendidikan dan keagamaan. Sehingga kesamaan BU dan Muhammadiyah adalah
14
untuk memajukan pengajaran akan tetapi Muhammadiyah berada diluar politik, akan
tetapi tidak selanya Muhammadiyah berada di luar politik Indonesia, pada
perkembangan selanjutnya pengikut Muhammadiyah boleh msuk ke dalam
perkumpulan politik.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan
baru diberikan pada tahun 1914 dengan Surat Ketetapan Pemerintah No.81 tanggal 22
Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta sehingga organisasi ini
hanya boleh bergerak di daerah tersebut. Hal itu dikarenakan Pemerintah Belanda
mengkhawatirkan perkembangan organisasi ini. Walaupun kegiatan Muhammadiyah
dibatasi, tetapi di daerah lain telah berdiri cabang-cabangnya dan Ahmad Dahlan
menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta
menggunakan nama lain. Dengan demikian Muhammadiyah tetap dapat berkembang
di berbagai daerah.
Muhammadiyah adalah organisai Islam-Modern. Awal usaha Muhammadiyah
lebih banyak menitikberatkan dalam bidang pendidikan. Muhammadiyah pada awal
berdiri sudah mulai mendirikan sekolah formal di kampung Kauman Yogyakarta
(Mulkhan. 1990:52). Sekolah tersebut menjadi sekolah Islam pertama yang dikelola
secara modern dalam arti sudah menggunakan peralatan seperti bangku, papan tulis
dll. Demikian pula dengan pelajarannya yaitu pelajaran berhitung, membaca huruf
latin yang pada saat itu sebagian umat Islam menganggapnya suatu hal yang haram
dan kafir karena dianggap telah mencontoh Belanda. Alasan utama Muhammadiyah
mengelola sekolah secara formal dan modern adalah agar masyarakat Indonesia dapat
mengikuti perubahan dan tututan zaman. Hal ini dilakukan dengan mendirikan
sekolah-sekolah Muhammadiyah. Menurut Abdurrahman (1990:118), kegiatan
Muhammadiyah dalam bidang kesejahteraan sosial dan kemasyarakatan adalah
dengan mendirikan rumah sakit, poliklinik, rumah yatim-piatu dll yang dikelola
melalui lembaga. Badan atau lembaga pendidikan sosial di dalam Muhammadiyah
15
16
lagi dalam majelis ulama SI. Sedangkan PSII dalam kongresnya telah memutuskan
disiplin Partai terhadap Muhammadiyah. Kemajuan Muhammadiyah dapat dilihat
dari kenaikan jumlah cabang dan anggotanya, sebgai berikut.
a. 1 Januari 1928 terdapat 50 cabang dengan anggota 10.320.
b. 1 jnuari 1929 terdapat 209 cabang dengan angota 17.550
c. 1 januari 1931 terdapat 267 cabang dengan 24.338 anggota.
Kesimpulannya Muhammadiyah telah menjadi lebih besar dari PSII. Dalam
tahun 1930 Muhammadiyah juga memperlua pengaruhnya ke pulau-pulau lain di
Indonesia. Dapat dicatat tidak hanya PSII dan NU yang menentang Muhammadiyah,
tetapi kaum Nsionalis tidak menaruh simpati kepadanya karena muhammadiyah
tetapa di luar perjuangan kemerdekaan, bahkan menerima sokongan uang dari
pemerintah jajahan.
Muhammadiyah mengadakan kongres ke 21 di Makasar pada bulan mei 1932.
Dalam kongres ini terdapat protes terhadap campur tangan pemerintah dalam urusan
agama islam yang dipandang tidak pada tempatnya. Muhammadiyah selalu menjaga
hidup diluar gelombang politik. Tetapi terhadap campur tangan pemerintah dalam
urusan administrasi mengenai agama Muhammadiyah dapat dikatakan sejalan dengan
PSII. Kongres ke 22 diadakan di Semarang pada bulan juni 1933. Kongres ini
memutuskan akan berusaha untuk menghapus peraturan-peraturan adat yang
dianggap bertentangan dengan agama islam dan juga peraturan-peraturan adat dan
UU negeri mengenai pernikahan.
Tanggal 19-25 Juli 1934 diadakan kongres ke 23 di Yogyakarta yang
memutuskan untuk membangun suatu badan yang menyelidiki tentang pengiriman
pemuda-pemuda ke luar negeri untuk menerskan sekolah. Kongres ke 24 diadakan di
Banjarmasin pada tanggal 15-22 juli. Pda kongres ini dipropagandakan untuk
menyewa atau memeli kapal untuk naik haji agar jangan terus tergantung terhadap
maskapai eropa dengan tarif ongkos yang sangat tinggi.
17
18
sebagai
salah
seorang
dari
Empat
Serangkai
merupakan
19
Belanda. Pada tahun 1926 PSII melakukan disiplin partai dengan ketat. Setiap
anggota PSII tidak boleh menjadi anggota Muhammadiyah.
Sejak saat itu hubungan antara Muhammadiyah dan PSII mengalami banyak
perubahan, diantaranya secara organisasi Muhammadiyah tidak lagi menganjurkan
kepada para anggotanya untuk memilih PSII. Meskipun ada yang tetap berkiprah di
PSII, hanyalah bersifat perseorangan, bahkan tidak dapat menjadi anggota
Muhammadiyah lagi karena dengan adanya peraturan yang dibuat oleh PSII. Untuk
itu Muhammadiyah selanjutnya lebih memilih ikut terlibat dengan partai Islam
lainnya.
2. Muhammadiyah dan MIAI
MIAI merupakan suatu federasi dari organisasi dan partai-partai politik Islam
di Indonesia. MIAI didirikan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu pada
tanggal 21 September 1937 di Surabaya, yang diprakarsai oleh K.H Mas Mansur
(Muhammadiyah), K.H. Abdul Wahab Hasbullah (NU) dan W. Wandoamiseno (SI).
Ide dasar pendirian ini adalah untuk menjalin persatuan umat Islam Indonesia, karena
selama ini mereka hanya memikirkan masalah-masalah perbedaan dalam ajaran
agama. Untuk itu diantara umat Islam seringkali terjadi adanya perpecahan satu sama
lain. MIAI memang bukanlah suatu partai politik, tetapi anggota-anggotanya banyak
yang bergerak dalam bidang politik seperti PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia), PII
(Partai Islam Indonesia) dll. Salah satu contoh bahwa MIAI mempunyai kontribusi
dalam perpolitikan di Indonesia ketika MIAI mendukung GAPI (Gabungan Politik
Indonesia) bersama-sama dengan PII dan PSII dalam menuntut Indonesia untuk
berparlemen.
Peranan Muhammadiyah di dalam MIAI terlihat dalam pembentukan panitia
untuk menyusun pedoman penjelasan tentang perlunya persatuan yang berdasarkan
Al-Quran. Tokoh-tokoh dari Muhammadiyah ikut serta dalam perumusan pedoman
MIAI. Selain itu dapat juga dilihat bahwa Muhammadiyah mempunyai peran yang
20
21
22
tampaknya karena mereka menginginkan NU tidak terlibat dalam dunia politik dalam
bentuk apapun.
Pada bulan Juli 1939 diadakan kongres di Magelang. Dalam kon gres
diputuskan untuk melebarkan sayapnya dengan mendirikan badan-badan di daerah
kolonisasi terutama di Lampun g dibawah konsul NU daerah Palembang. Keputusan
lain yang di ambil antara lain :
a. Pasal 177 indische staatsrregeling jngan di cabut, jika dicbut umat Kristen
akan dapat di propagandakan dimana-manadengan leluasa. hal ini akan
dapat menimbulkan bentrokan.
b. Guru ordanatie 1925 agar dicabut sehinga dalam pengajaran islam tidak
ada ikatan yang tidak perlu.
c. Jangan memberikan subsidi kepada usaha agama manapun juga.
d. Penyelesaian urusan waris dikembalikan lagi kepada raad Agama.
e. Mengadakan
ancaman
hukum
terhadap
penghinaan
islam
Nabi
Muhammad.
Kongres ke 15 berlangsund di Surabaya tanggal 9-15 desember 1940,
menyebutkan berdirinya bagian wanit (NUM, Nahdatul ulama muslimat). Bagi
pemuda, 5 tahun lalu telah diadakan wadah tersendiri yaitu Ansor. Menurut keputusan
kongres semua anggota Ansor harus memakai uniform. Ansor memutuskan akan
masuk hanya akan masuk persatuan pemuda muslimin Indonesia (Persipi) jika badan
federasi ini menghilangkan pasal 5 anggaran dasarnya, yang menyebutkan disamping
disamping beragama islam anggota harus juga berhalauan nasional Indonesia. Ansor
mengatakan mereka berdasarkan agama islam oleh karenanya berhalauan
Internasional.
2.4 Perkumpulan Golongan-Golongan yang Berdasarkan Agama Kristen
Pada tanggal 22 Pebruari 1925 berdiri perkumpulan politik Katolik Djawi di
Yogyakarta. PPKD bertujuan akan turut berusaha sekuat-kuatnya untuk kemajuan
23
24
Desember 1930 di Jakarta berdiri pula Partai Kaum Masehi Indonesia (PKMI)
sebagai perkumpulan politik kedua dari golongan protestan Indonesia. Perkumpulan
ini berpendapat bahwa
negeri Belanda untuk membawa Indonesia kearah berdiri sendiri. pada perkembangan
selanjutnya partai ini boleh dibilang tidak berarti sama sekali. Dari uraian di atas
terbukti bawsanya kaum Kristen baikpun Protestan maupun Katolik memiliki
keinginan mengenai cita-cita bangsa yang nyata, meskipun golongan ini bersikap
sangat tenang dan memilih jalan kooperasi dengan pemerintah Hindia Belanda.
25
BAB 3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Di dalam organisasi ini agama Islam berfungsi sebagai ideologi, sehingga
gerakan tersebut lebih bersifat revivalisme, yaitu semangat kembali pada kepercayaan
dengan jiwa atau semangat yang berkobar-kobar atau dalam kata lain sebuah gerakan
pembaharuan yang bertujuan pada kebangkitan Islam. Semangat religius ini dapat
kita lihat dengan semakin banyaknya organisasi berbasisikan islam yang muncul
seperti Muhammadiyah dan NU. Semangat pergerakan ini muncul tidak pernah
terlepas dari gejolak situasi sosial yang melingkupinya. Seperti yang kita ketahui
bahwasanya pada saat itu semngat pergerakan telah mencapai puncaknya, sehingga
dalam kalngan umat islam yang menjadi Mayoritas pun tidak mengherankan jika
mendirikan sebuah organisasi pergerakan. Namun pada kenyataannya, tidak hanya
umat islam yang hanya memiliki kesadaran kebangsaan yang tinggi melainkan umat
agama lain seperti Kristen dan Protestan telah memiliki rasa kebangsaan tersebut. Hal
ini terbukti mereka juga mendirikan organisasi pergerakan, meskipun pergerakannya
lebih tenang dan bersifat kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Disisi lain organisasi pergerakan ini dalam perjalanannya tidak berjalan
mulus. Hal ini dikarenakan masih sering terjadi persaingan antar organisasi
pergerakan untuk mendapatkan pengaruh yang besar dari masyarakat Indonesia.
Secara tidak langsung hal ini akan menjadikan munculnya perpecahan di kalangan
organisasi pergrakan termasuk pula organisasi yang berbasiskan agama. Untuk
mengatasi hal ini sempat diadakan upaya untuk menyatukan Visi dan misi pergerakan
seperti MIAI, Sumpah Pemuda yang lebih bersifat nasional.
25