Anda di halaman 1dari 3

SAREKAT ISLAM SEBAGAI WADAH PEDAGANG BATIK HINGGA

ORGANISASI KEBANGKITAN NASIONAL


Annisa Nur Hidayah

(2288190032@gmail.com)

Sarekat Islam menjadi salah satu nama yang cukup penting dalam
perkembangan organisasi nasional di Indonesia. lahirnya Sarekat Islam terlebih
dahulu diawali oleh Sarekat Dagang Islam (SDI). Terjadinya Perang Dunia I (1914-
1918) sangat berdampak pada Negeri Belanda dan juga wilayah yang menjadi
koloninya. Anggaran belanja tanah jajahan sedemikian rupa dikikis akibat
pengeluaran persenjataan saat perang. Van Niel (1984: 141) tahun-tahun
peperangan mungkin saja memberi rangsangan kepada perusahaan Indonesia,
tetapi yang amat banyak berpartisipasi dalam kehebatan perkembangan perkebunan
adalah orang Cina dan Arab.

Hal tersebut memunculkan kekuatan ekonomi dari kelompok-kelompok


bukan Indonesia memunculkan kesukaran, atau pun ketidakmungkinan, untuk
mendapatkan kedudukan dalam percaturan ekonomi yang lebih tinggi (Van Niel,
1984: 142). Darinya muncul istilah kelas dalam masarakat yang mempengaruhi
kehidupan sosial. Dalam lingkup agama pun terdapat perbedaan. Mereka –kaum
muslim– yang berada di pedesaan mengelompokan diri dan mendekap pada guru-
guru agama mereka (kyai) serta sekolah sekolah agama mereka (pesantren).
Sedangkan mereka yang bermukim di perkotaan banyak berkecimpung dalam
bidang perdagangan.

Para kaum muslim yang berada di perkotaan mulai bersentuhan dengan


gagasan-gagasan pembaharuan dan kemajuan (Ricklefs, 1984: 358). Adanya kelas
sosial yang terbentuk tentunya memberi pengaruh dalam berbagai bidang termasuk
perdagangan. Dan dari hal terbut kemudian timbullah rasa sentimen para kaum
muslim pekotaan –para pedagang batik Jawa– dengan orang-orang Tionghoa
setempat. Sentimen pun semakin menjadi-jadi tatkala meningkatnya kesombongan
pedagang Tionghoa akibat revolusi Cina.
Melihat keadaan para pedagang batik di Surakarta yang semakin melemas
menjadikan Haji Samanhudi membentuk sebuah perhimpunan sebagai wadah para
pedagang batik yang dikenal dengan sebutan Sarekat Dagang Islam (SDI) pada
tanggal 16 Oktober 1905. Dan juga dibantu oleh jurnalis ternama sekaligus pemilik
surat kabar pertama yaitu Tirto Adisuryo. Cabang-cabang lainnya kemudian segera
didirikan. Jadi secara tidak langsung latar belakang didirikannya SDI setidaknya
meliputi 1.) mengembangkan jiwa dagang dan kesejahteraan masyarakat pribumi
akibat sentimen persaingan dagang kaum muslim kelas menengah dengan para
pedagang Tionghoam di Jawa; 2.) mengatasi tekanan dari bangsawan yang
dirasakan mayarakat Indonesia di Solo; dan 3.) sebagai front perlawanan
menghadapi diskriminasi.

Seiring berjalannya waktu pada tahun 1912 nama Sarekat Dagang Islam
diubah oleh HOS Cokroaminoto menjadi Sarekat Islam. Adanya perubahan nama
tersebut diharapkan agar organisasi tersebut tidah hanya mencakup para golongan
pedagang saja, sehingga dapat mencakup berbagai golongan kaum muslim dalam
masyarakat. istilah islam dalam nama barunya sedikit banyak lebih mencerminkan
adanya kesadaran umum bahwa anggota-anggotanya sebagai bangsa Indoensia
adalah kaum muslim, sedangkan orang Tionghoa dan Belanda bukannlah muslim
(Ricklefs, 1984: 359).

Endang (2010) nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam saja dengan dasar
atau tujuan 1.) memajukan perdagangna pribumi; 2.) memberi pertolongan kepada
anggota-anggota yang mengalami kesukaran; 3.) memajukan kepentingan rohani
dan jasmani masyarakat bumiputra; 4.) memajukan kehidupan agama islam.
Dampak dari perubahan nama juga membuat Sarekat Islam semakin populer dan
berkembang pesat di masyarakat. Ricklefs (1984: 360) Sarekat Islam memiliki
anggota sebanyak 2 juta orang dan berkembang ke dareah-daerah luar Jawa.

Pesatnya perkembangan tersebut membuat Cokroaminoto –saat itu menjadi


pemimpin SI– mengajukan agar SI mendapatkan badan hukum dari pemerintah
kolonial. Namun permintaan tersebut adanya ditolak hanya perkumpulan SI yang
berdiri untuk perkumpulan Sarekat Islam seluruhnya, tetapi perkumpulan Sarekat
Islam yang berdiri sendiri sebagai cabang dapat diterima sebagai badan hukum.
Sarekat Islam menjadi sebuah organisasi yang tumbuh pesat seiring meningkatnya
rasa nasionalisme di masyarakat.

Sarekat Islam dari yang awalnya terbentuk sebagai wadah bagi pedagang
batik Jawa kini telah berubah haluan. Tujuannya tidak semata lagi hanya untuk
membantuk perekonomian perdagangan para pribumi, namaun telah menjadi
sebuah organisasi yang kuat guna melawan ketidak adilan yang dirasa rakyat baik
terhadap pemerintah Kolonial Belanda maupun pedagang Tionghoa. Ricklefs (1984:
360) Sarekat Islam tampaknya didorong oleh perasaan tidak suka kepada orang-
orang Cina, mereka yang tidak menjadi anggota SI, dan orang-orang Belanda.

Seiring berjalannya waktu diikuti dengan keanggotaan yang semakin melejit


tentunya membuka jalan lebar untuk masuknya paham-paham baru. Pada masa ini
pula mulai terjadi perbedaan pendapat dalam organisasi. Pemicunya yaitu
masuknya ajaran sosialis komunis yang dibawa Semaun –setelah ia bergabung
dengan ISDV–dalam tubuh SI cabang Semarang. Hingga puncaknya berakibat pada
perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam yaitu SI merah dibawah kepemimpinan
Semaun dan SI putih dibawah kepemimpinan Cokroaminoto.

Sumber Referensi:
Muryanti, Endang. 2010. Muncul dan Pecahnya Sarekat Islam di Semarang 1913-
1920. Paramita. Volume 20, No.1.
Niel Van, Robert. 1984. Munculnya Elit Modern Indonesia. Bandung: Pustaka Jaya.
Terjemahan Zahra Delia Noer.
Rahim, Arif. 2020. Sarekat Islam: Gerakan Islam Modernis atau Tradisional?. Jurnal
Ilmiah Dikdaya. Volume 10, No. 1.
Ricklefs, M.C. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.

Anda mungkin juga menyukai