Anda di halaman 1dari 6

SAREKAT ISLAM

DISUSUN OLEH :

AGNES GEBRIA RIZKY


ANDIKO MOHAMMAD NOVRIZA
HAYATIN SAPITRI
PUTRI KIRANI
Adanya monopoli pedagang Cina dalam perdagangan bahan baku batik
di Solo snagat merugikan para pedagang pribumi. Para pedagang Cina tersebut
sering mempermainkan harga seperti dengan menjual bahan-bahan tersebut
sedikit demi sedikit. Pada tahun 1911, di Kota Solo muncul perkumpulan dagang
Islam yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang bercorak agama dan
ekonomi didirikan oleh R.M. Tirtoadisuryo dengan Haji Samanhudi sebagai
pemimpin. Kemudian oleh Haji Oemar Said (H.O.S) Cokroaminoto tahun 1912
perkumpulan Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI).

Maksud dari pergantian nama tersebut adalah ruang gerak organisasi


ini tidak hanya dalam bidang perdagangan saja, tetapi juga meliputi pendidikan
dan politik serta keanggotaan organisasi ini tidak hanya para pedagang, tetapi
juga meliputi umat Islam pada umumnya. Sarekat Islam mendapat sambutan
yang baik dari seluruh golongan masyarakat, baik dari golongan atas maupun
dari golongan bawah.
Latar belakang didirikan Sarekat Dagang Islam antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Terjadinya persaingan perdagangan antara Cina dan
pribumi
2. Faktor Agama : Persaingan antara agama Nasrani dan Islam
3. Faktor Sosial : Perlakuan yang sewenang-wenang bangsawan terhadap
rakyat

Tujuan dari Sarekat Islam :


1. Menjalankan usaha dagang pribumi
2. Membantu anggotanya yang mengalami kesulitan berusaha
3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang dapat meningkatkan derajat
bangsa
4. Memperbaiki pendapat yang keliru dalam paktik agama Islam
5. Hidup menurut perintah agama
Dalam perkembangannya, Sarekat Islam mengadakan beberapa kali kongres
sebagai berikut :
1. Kongres pertama pada tanggal 20 Januari 1913 di Surabaya dengan
keputusan kongres sebagai berikut :
a) Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak melawan pemerintah Hindia
Belanda
b) Surabaya dipusatkan sebagai pusat Sarekat Islam
c) H.O.S. Cokroaminoto ditetapkan sebagai ketua Sarekat Islam
2. Kongres kedua pada tanggal 16 Maret 1916 di Surakarta
dalam kongres ini, Sarekat Islam menidrikan Central Sarekat Islam dan
menetapkan bahwa keanggotaan Sarekat Islam terbuka bagi rakyat biasa
3. Kongres ketiga pada tanggal 17-24 Juni 1916 di Bandung
dalam kongres ini, Sarekat Islam melontarkan pernyataan politiknya, yaitu
bercita-cita untuk menyatukan seluruh Indonesia sebagai bangsa yang
merdeka
4. Kengres keempat di Jakarta
Sarekat Islam menegaskan cita-citanya untuk memperoleh kemerdekaan
dan mendesak pemerintah agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat
(Volksraad)
Keanggotaannya yang bersifat terbuka dan diperbolehkannya keanggotaan
rangkap, di samping menguntungkan bagi perkembangan Sarekat Islam
ternyata juga membawa dampak negatif.
Hal tersebut disebabkan karena Sarekat Islam kemudian disusupi paham
komunis sehingga Sarekat Islat pecah menjadi 2 yaitu :
1. Sarekat Islam putih yang berhaluan nasionalisme dan keislaman ang
dipimpun Haji Agus Salim berpusat di Semarang
2. Sarekat Islam merah yang berhaluan komunis yang dipimpin Semaun dan
Tan Malaka berpusat di Jogjakarta

Akibat perpecahan tersebut Sarekat Islam kemudain mengeluarkan disiplin


partai yang melarang keanggotaan rangkat bagi anggotanya

Anda mungkin juga menyukai