Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

SEREKAT ISLAM

NAMA: Pujiati Septia Ningsih

KELAS: XI-4

NO A: 19

TAHUN AJARAN 2022/2023

SMA NEGERI 1 TRORJUN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Makalah Sarekat Islam ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.

Adapun tujuan dari penulisan makalah serakat islam ini adalah sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi yang membacanya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dan
membangun demi penyempurnaan makalah ini. Maaf Jika makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha
Kuasa yaitu Allah SWT.

Demikian akhir kata ,semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,sehingga
dapat membuka wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di
masa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR
ISI.......................................................................................... ii

BAB l PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah......................................................................01

1.2. Rumusan
Masalah..................................................................................07

BAB II ISI

2.1. Tujuan
masalah.......................................................................................07

2.2.
Pengertian.............................................................................................
.....08

BAB III PENUTUP


3.1.
Kesimpulan...........................................................................................
....08

3.2. Daftar
Pustaka........................................................................................09

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asal usul dan pertumbuhan gerakan politik di kalangan Muslimin Indonesia


dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan Sarekat Islam, terutama
pada dua puluh tahun pertama sejak didirikan. Perkembangan Sarekat Islam
menurut Deliar Noer dapat dibagi dalam empat bagian: Periode pertama, dari 1911
sampai 1916 yang memberi corak dan bentuk bagi partai tersebut; kedua, dari
1916 sampai 1921 yang dapat dikatakan sebagai periode puncak; ketiga, dari
1921 sampai 1927, periode konsolidasi. Pada periode ini partai tersebut bersaing
keras dengan golongan Komunis, disamping juga mengalami tekanan-tekanan yang
dilancarkan oleh pemerintah Belanda dan keempat, dari 1927 sampai 1942 yang
memerlihatkan usaha partai untuk tetap memertahankan eksistensinya di forum
politik Indonesia.

Faktor yang mendorong berdirinya Sarekat Islam salah satunya adalah


kebijakan pemerintah Belanda di bidang sosial, yaitu membuat kelas sosial di
masyarakat,

01

sehingga penduduk Indonesia terbagi menjadi golongan Pribumi, Asia, Eropa.Ini


mengakibatkan rendahnya martabat penduduk pribumi yang berada dibawah bangsa
asing.

Di samping dalam bidang sosial, ada upaya lain dari pemerintah kolonial
Belanda, yakni dengan menggunakan politik zending, artinya suatu usaha dari
pemerintah Hindia-Belanda untuk mengkristenkan bangsa yang dijajah. Atas dasar
ini, maka rasa kebersamaan agama bagi yang diperintah dan memerintah bisa
dicapai, hal ini semata-mata sebagai salah satu upaya untuk memerkuat
kekuasaannya di Indonesia. Sebab, Belanda mengetahui, mayoritas bangsa
Indonesia yang beragama Islam masih memiliki keyakinan yang kuat, yakni tidak
bisa diperintah oleh pemerintah yang berlainan agama.

Pembagian kelas dalam tata kehidupan rakyat ditahap jajahan itu membuat
rakyat pribumi menjadi kelas terbawah di antara golongan Eropa. Pada zaman
politik pintu terbuka, dengan diperluasnya penguasa swasta maka peranan golongan
Cina dalam perdagangan menempati posisi yang strategis terutama dalam sektor
perdagangan ekspor. Besarnya peranan golongan Cina dalam hal ini memang
beralasan, sebab dengan keluarnya Undang-Undang Agraria tahun 1870,
menunjukkan batasan terhadap kepemilikan tanah atas orang-orang Cina. Hanya
orang Cina yang merasa setaraf dengan orang Belanda,dan memandang rendah

02

terhadap bangsa Indonesia. Kedudukan orang Cina tidak hanya sekedar dalam hal
perdagangan saja, tetapi juga dalam hal penarikanpajak atas jalan-jalan tertentu
yang dibuat oleh pemerintah.

Di tengah-tengah kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk pribumi, kaum


santri berhasil menghimpun kembali kekuatan dalam masyarakat untuk
melancarkan gerakan baru. Kelahiran Sarekat Islam merupakan peristiwa yang luar
biasa dan tidak ada duanya, karena mendahului gerakan kebangsaan, sementara dari
segi Islam, ia mendahului reformasi keagamaan.
Sarekat Dagang Islam pada tahun 1911 didirikan di Solo oleh Haji
Samanhoedi, bermula sebagai Sarekat Dagang Islam, berdasarkan koperasi dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam, agama yang
terbesar dalam masyarakat Indonesia. Sarekat Dagang Islam terus melaju dengan
sangat pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa Sarekat Dagang Islam adalah
organisasi yang telah lama diinginkan oleh rakyat umum (juga di antara kaum
pedagang dan kalangan agama) Sarekat Dagang Islam mengalami masa kejayaan
ketika Haji Oemar Said Tjokroaminoto (selanjutnya ditulis H.O.S Tjokroaminoto
atau Tjokroaminoto) bergabung. Di bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto.
Sarekat Dagang Islam menjelma menjadi sebuah organisasi Islam besar yang
mampu membuat

03

pemerintah Belanda merasa khawatir jika suatu saat dapat mengancam


eksistensinya di Indonesia. Tjokroaminoto

mempunyai sebuah prinsip, berjuang untuk pembebasan bangsanya dari belenggu


penjajahan. Untuk itu beliau tidak pernah berhenti sampai pada akhir hayatnya.
Awal mula bergabunya Tjokroaminoto menjadi anggota Sarekat Dagang Islam
adalah melalui Haji Hasan Ali Soerati, seorang saudagar kaya dari India. Oleh
Hasan Ali, Tjokroaminoto diperkenalkan dengan empat pengurus Sarekat Dagang
Islam yang sedang menjajaki pembukaan cabang. Sejak itulah Tjokroaminoto
menunjukkan ketertarikannya dan resmi menjadi anggota Sarekat Dagang Islam
untuk kemudian menjadi ketua cabang di Surabaya. Oleh Tjokroaminoto, Sarekat
Dagang Islam menjadi organisasi pergerakan pertama yang mampu mengadakan
mobilisasi massa dalam sebuah Vergadering (rapat terbuka) yang diadakan pada 26
Januari 1913 di Surabaya. Rapat terbuka tersebut dihadiri 12 afdeling (cabang)
dari 15 afdeling yang ada dan berhasil menyedot atensi massa sebanyak 80.000
orang. Namun, menurut Schippers 64.000 peserta rapat di Surabaya ini berasal dari
Surakarta. Selanjutnya, pada kongres pertama yang diadakan di Surakarta pada 23
Maret 1913 yang diikuti oleh
04

48 afdeling Tjokroaminoto ditunjuk sebagai wakil ketua Sarekat Islam dan


redaktur pelaksana Oetoesan Hindia.

Di tangan Tjokroaminoto Sarekat Dagang Islam mengubah konsep pergerakannya


dari pergerakan di bidang ekonomi menjadi organisasi pergerakan nasional yang
berorientasi sosial politik. Itu terbukti dengan dihapuskannya kata “Dagang” dari
nama organisasi. Perubahan nama dari Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam
bukan hanya perubahan nama semata, melainkan lebih dari pada itu perubahan
nama sekaligus perubahan orientasi, yaitu dari sifat ekonomi ke politik.

Pada awalnya dihapuskannya kata Dagang dari Sarekat Islam dimaksudkan untuk
memerkuat tujuan dan ruang lingkup perjuangan organisasi, tidak hanya mencakup
bidang ekonomi saja, tetapi berorientasi ke bidang politik, sosial, kultural dan
sebagainya, dan keanggotaannya sudah mencakup seluruh umat Islam di Indonesia
yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia, karena semakin
banyaknya rakyat yang masuk ke dalam organisasi ini, maka Sarekat Islam
mengajukan badan hukum.

Kepiawaian Tjokroaminoto sebagai negosiator ulung tidak perlu diragukan lagi.


Melalui lobi-lobinya kepada pemerintah Belanda, Sarekat Islam berhasil
memperoleh status hukum dan mengubah afdeling-afdeling menjadi Sarekat Islam
lokal.
05

Selain itu, Sarekat Islam juga berhasil mendapat izin untuk membentuk
kepengurusan pusat yang kemudian dinamai Central Sarekat Islam (CSI). Sampai
Kongres kedua sudah 60 afdeling yang berhasil diubah menjadi Sarekat Islam lokal
dan nantinya terus bertambah, maka amat wajar pengaruh Tjokroaminoto semakin
besar dan banyak cabang-cabang yang meliriknya untuk menjadi suksesor
Samanhoedi dan kenyataan ini membuat pemerintah kolonial Belanda menjadi
khawatir jika Sarekat Islam tersebut berkembang menjadi organisasi politik yang
melawan pemerintah Hindia Belanda.

Alur perubahan Sarekat Islam ketika dipimpin oleh Haji Oemar Said
Tjokroaminoto inilah yang menurut penulis menarik untuk dibahas. Karena sejak
berada dibawah pimpinan beliau Sarekat Islam mengubah orientasi dari semula
organisasi berorientasi ekonomi menjadi organisasi berorientasi Islam nasionalis.
Menarik untuk mengetahui siapa dan apa usaha yang dilakukan oleh Tjokroaminoto
ketika memimpin Sarekat Islam sehingga organisasi ini berkembang begitu pesat
dalam waktu yang terbilang cukup singkat

06
B. Rumusan Masalah

Dari deskripsi latar belakang masalah diatas penulis mengambil dua rumusan
masalah, yaitu:

1. Mengapa H.O.S Tjokroaminoto mengubah Sarekat Dagang Islam menjadi


Sarekat Islam?

2. Bagaimana H.O.S Tjokroaminoto mampu membawa Sarekat Islam menjadi


organisasi Islam yang besar pada masanya?

BAB II ISI

A. Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui mengapa H.O.S Tjokroaminoto mengubah Sarekat Dagang islam


menjadi sarekat Islam.

2. Mengetahui bagaimana H.O.S Tjokroaminoto dapat membawa Sarekat Islam


yang menjadi organisasi Islam besar pada masanya.

07
B. Pengertian

SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan
perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H.
Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang
berpengaruh. R.M. Tirtoadisuryo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang
Islamiah di Batavia.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disampaikan di muka, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Tjokroaminoto mengubah Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam


bertujuan untuk memperluas pandangan dan jangkauan guna menarik banyak
masyarakat untuk bergabung. Dengan menghilangkan kata “Dagang” dari nama
awal organisasi ini, dan mengubah anggaran dasarnya, Tjokroaminoto
mengharapkan para anggota organisasi ini nantinya tidak hanya berasal dari
kalangan pedagang saja,

08

namun mencakup semua umat Islam Indonesia.


2. Tjokroaminoto mampu membawa Sarekat Islam menjadi organisasi Islam yang
besar pada masa itu tidak lain adalah karena Tjokroaminoto berhasil
membangkitkan kesadaran penduduk pribumi, khususnya umat Islam, yaitu dengan
agama Islam sebagai lambang persatuan, mereka akan menjadi sebuah kekuatan
yang sangat besar. Dengan ideologi Islam yang dibawanya, Sarekat Islam dianggap
sebagai jawaban atas segala penderitaan yang dialami rakyat setelah sekian lama,
rakyat percaya jika Sarekat Islam di bawah pimpinan Tjokroaminoto akan
membawa mereka menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Sarekat Islam di bawah
pimpinan Tjokroaminoto tidak membedakan antara Islam ortodoks dan sinkretik,
dan dengan begitu menjaga agar masalah religio-kultural tetap terpendam. Dalam
masalah sosial, Sarekat Islam menganggap dirinya mempelopori perjuangan
pedagang kecil, kaum buruh, kaum tani, yang merupakan massa rakyat jelata.

B. Daftar pustaka

Amelz. H.O.S. Tjokroaminoto: Hidup dan Perjuangannya. Jakarta: Bulan Bintang,


1952.

Anshari, Endang Saifuddin. Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Jakarta: Rajawali,


1983.

09

Badan Arsip Nasional RI. Sarekat Islam Lokal. Jakarta: Sumber-Sumber Sejarah
Nasional Indonesia No.7, 1975.
Benda, Harry J. Bulan Sabit dan Matahari Terbit. Jakarta: Pustaka Jaya, 1985.
Dijk, Kees Van. Hindia Belanda dan Perang Dunia I. Jakarta: Banana-KITLV,
2013.
Gani, M. Abdul. Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1984.

Gottshalk, Louis. Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press,


1995.

Kansil, C.S.T. dan A., Julianto S. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan


Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1993.
Kartodirjo, Sartono. Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Kolonialisme Sampai
Nasionalisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Koch, D.M.G. Menuju Kemerdekaan: Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Sampai 1942. Jakarta: Pembangunan, 1951.
Korver, A.P.E. Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil? Jakarta: Grafiti Pers, 1985.
Larson, D. Goerge. Masa Menjelang Revolusi: Keraton dan Kehidupan Politik di
Surakarta 1912-1942. Terj. A.B. Lapian. Yogyakarta: Gadjah Mada
10

University Press, 1990.


Leirissa, R.Z. Sejarah Masyarakat Indonesia 1900-1950. Jakarta: Akademika
Presindo, 1985.
Nagazumi, Akira. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918.

Jakarta Pustaka Utama Grafiti, 1989.


Nasihin, Sarekat Islam Mencari Ideologi 1924-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012.
Niel, Robert van. Munculnya Elit Modern Indonesia. Terj. Zarah Deliar Noer.
Jakarta: Pustaka Jaya. 1984.
Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES,
1990.
Poeponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional
Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka, 1993.
Poespoprodjo, W. Jejak-Jejak Sejarah 1908-1926 Terbentuknya Suatu Pola.
Bandung: Remaja Karya, 1984.

Pringgodigdo, A.K. Ensiklopedi Umum. Semarang: Kanisius, 1993.

Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat, 1994.


11

Ricklefs, M.C. Sejarah Indoneia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. 2008.


Siraishi, Takashi. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Terj
Himar Farid. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997.
Suhartono. Sejarah Nasional Indonesia: Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi
1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.
Suminto, Aqib. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES, 1986.
Suradi. Haji Agus Salim dan Konflik Politik dalam Sarekat Islam. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1997.
Tirtoprojo, Susanto. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta:
Pembangunan, 1996.
Tjokroaminoto, H.O.S. Islam dan Socialism. Jakarta: Bulan Bintang, 1950.
Widiyastuti. Sisi Lain Seorang Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Keluarga Besar KHA
Dahlan, 2010.

12

Anda mungkin juga menyukai