DIBAWAH BIMBINGAN
DRH. ROSLIZAWATY, M. P
ETIOLOGI
Penyakit ini sangat patogen pada kucing dan menyebar luas. Virus ini
menyebabkan gangguan saluran pernapasan bagian atas dan mulut. Virus ini
merupakan virus RNA untai tunggal, tidak berselubung, sense positif genom
RNA sekitar 7,7 kb. Struktur kapsid virus ini adalah iksohedral, calicivirus
stabil di lingkungan dan resisten terhadap inaktivasi oleh panas dan bahan
kimia seperti, eter, kloroform, dan deterjen (King dkk., 2012; Hanzel dkk.,
2012).
Transmisi virus dapat terjadi secara langsung dari kucing terinfeksi kepada
kucing sehat atau adanya kontaminasi dari tangan pemilik ataupun peralatan
kandang yang tercemar virus. Kucing terinfeksi melalui rute nasal, oral, atau
Viremia terjadi 3-4 hari setelah terjadi infeksi, dan virus dapat terdeteksi di
biasanya terdapat di tepi lidah dan berkembang menjadi ulser, di daerah yang
terserang pada bagian dermis terdapat infiltrasi neutrofil. Kucing yang telah
sembuh dari penyakit ini dapat menjadi karier, pada kucing karier virus ini
GEJALA KLINIS
Gejala klinis feline calicivirus bergantung kepada virulensi, umur kucing, dan
pemeliharaan. Gejala klinis yang dapat ditemukan adalah ulser pada mulut,
bersin, keluarnya cairan serous dari hidung. Dapat diikuti oleh demam,
terkadang terjadi hipersalivasi karena erosi pada lidah dan anoreksia. Erosi
menyebabkan ginggivitis dan stomatitis kronis. Pada kasus yang parah dapat
DIAGNOSA
Diagnosa tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat gejala klinis, tetapi
dilakukan dengan deteksi virus dan antigen serta deteksi antibodi. Deteksi
virus dan antigen dilakukan dengan isolasi virus dan deteksi asam nukleat
DIFFERENSIAL DIAGNOSA
TERAPI
yang bersifat suportif. Kucing sebisa mungkin dicegah dari kejadian dehidrasi
PENCEGAHAN
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Bush, BM. 1991. Interpretation of laboratory Result for Small Animall Clinicians.
Blackwell Scientific Publications, London.
Henzel A., M.C.S. Brum, C. Lautert, M. Martins, L. T. Lovato, and R. Weiblen. 2012.
Isolation and identification of feline calicivirus and feline herpesvirus in
Southern Brazil. Brazilian Journal of Microbiology. 560-568
King, A.M.Q., M.J. Adams, E.B. Carstens, and E.J. Lefkowitz. 2012. Virus Taxonomy
Classification and Nomenclature of Viruses. London, Elsevier.
Radford, A.D., D. Addie, S. Belak, C.B. Baralon, H. Egberink, T. Frymus, T.G. Jones, K.
Hartmann, M.J. Hosie, A. Lloret, H. Lutz, F. Marsilio, M.G. Pennisi, E. Thiry, U.
Truyen, and M.C. Horzinek. 2009. Feline calicivirus infection ABCD guidelines
on prevention and management. Journal of Feline Medicine and Surgery. 11:
556-564.
Radford, A.D., K.P. Coyne, S. Dawson, C.J. Potter, and R.M. Gaskell. 2007. Feline
calicivirus. Vet. Res. 38: 319-335.
Scherk, M.A., R.B. Ford, R.M. Gaskel, K. Hartmann, K.F. Hurley, M.R. Lappin, J.K. Levy,
S.E. Little, S.K. Nordone, and A.H. Sparkes. 2013. Disease information fact
sheet: feline calicivirus. Journal of Feline Medicine and Surgery. 15.