Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319702062

Pengembangan Model Pembelajaran Abad 21 Dengan Menggunakan Teknologi


Web 2.0

Article · June 2015

CITATIONS READS

0 29,400

1 author:

Udin Saripudin
Universitas Pendidikan Indonesia
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

21st century learning model View project

A typical OER Development Method for Vocational High School teachers in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Udin Saripudin on 14 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengembangan Model Pembelajaran Abad 21 Dengan
Menggunakan Teknologi Web 2.0
Saripudin
Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran Pertama
Direktorat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl.Dr.Setiabudhi No. 229 Bandung
saripudin@upi.edu

Abstrak: Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada abad ini membawa dampak yang sangat
signifikan terhadap dunia pendidikan, dimana proses peralihan dari abad industrialisasi ke abad pengetahuan
menuntut setiap bidang dalam kehidupan berubah sangat cepat dan harus dapat beradaptasi dengan cepat, begitu
pula dengan pendidikan, karakteristik umum model pembelajaran abad pengetahuan berbeda dengan dengan
karakteristik pembelajaran abad industrialisasi.
Model praktik pendidikan yang dianggap menguntungkan pada abad industrial, seperti belajar fakta, drill dan
praktik, kaidah dan prosedur digantikan belajar dalam konteks dunia nyata, otentik melalui problem dan proyek,
inkuiri, discovery, dan invensi dalam praktik abad pengetahuan. Akan tetapi pola belajar yang diterapkan pada
masa industrialisasi sudah dianggap tidak cocok lagi di abad pengetahuan, dimana perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi berkembang begitu pesat, dan teknologi tersebut merupakan katalis penting untuk
gerakan menuju metode belajar di Abad pengetahuan.
Makalah ini akan membahas perancangan model pembelajaran abad 21, dengan cara mengintegrasikan model
pembelajaran Project Based Learning, Project Oriented Learning, dan Cooperative Learning dengan teknologi
informasi Web 2.0.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek, Pembelajaran Berorientasi Proyek, Pembelajaran Berbasis Masalah,
W Pembelajaran Kooperatif Web 2.0

Abstract: The development of information technology is very rapid in this century brought a very significant impact
on the education sector, where the process of transition from century of industrialization to the century of
knowledge in every field of life is changing very fast and should be able to adapt quickly, as well as education, the
general characteristics of the learning model in the industrial century is different than in the knowledge century.
Many educational practices that are considered beneficial to the industrial age, such as learning facts, drill and
practice, rules and procedures replaced by learn in real-world contexts, through authentic problems and projects,
inquiry, discovery, and invention into practice the knowledge century. However, the pattern of learning that is
applied at the time of industrialization has been deemed not fit anymore in the age of knowledge, in which the
development of information and communication technology evolving so rapidly, and the technology is an important
catalyst for movement toward learning methods in the knowledge century.
This paper will discuss the design of 21st century learning model, learning model design by integrating Projects
Based Learning, Project Oriented Learning, and Cooperative Learning with information technology.based on web
2.0.

Keyword: Project Based Learning, Project Oriented Learning,Problem Based Learning,Cooperatif,Web 2.0

1. PENDAHULUAN pendidikan, karakteristik umum model pembelajaran


abad pengetahuan berbeda dengan karakteristik
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pembelajaran abad industrialisasi.
pada abad ini membawa dampak yang sangat Banyak praktik pendidikan yang dianggap
signifikan terhadap dunia pendidikan, dimana proses menguntungkan pada abad industrial, seperti belajar
peralihan dari abad industrialisasi ke abad fakta, drill dan praktik, kaidah dan prosedur digantikan
pengetahuan menuntut setiap bidang dalam belajar dalam konteks dunia nyata, otentik melalui
kehidupan berubah sangat cepat dan harus dapat problem dan proyek, inkuiri, discovery, dan invensi
beradaptasi dengan cepat, begitu pula dengan dalam praktik abad pengetahuan. Akan tetapi pola
belajar yang diterapkan pada masa industrialisasi sumber belajar dan bahan ajar tidak hanya
sudah dianggap tidak cocok lagi di abad pengetahuan, mengadalkan dari satu sumber saja.
dimana perkembangan teknologi informasi dan Tabel 1. Belajar Abad Pengetahuan versus Abad
komunikasi berkembang begitu pesat, dan teknologi Industrial menurut Trilling & Hood (Trilling & Hood,
tersebut merupakan katalis penting untuk gerakan 1999).
menuju metode belajar di abad pengetahuan. Industrial Age Knowledge Age
Implementasi Kurikulum 2013. Tema pengembangan
kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Teacher-as- Teacher-as-
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif Director Facilitator, Guide,
melalui penguatan sikap (tahu mengapa),
keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan Consultant
(tahu apa) yang terintegrasi. Diakui dalam Teacher-as- Teacher-as-Co-
perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad
21, kini memang telah terjadi pergeseran baik ciri Knowledge learner
maupun model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi Source
pada kurikulum 2013. Tabel 1 menunjukkan
pergeseran paradigma belajar abad 21 yang Curriculum- Student-directed
berdasarkan ciri abad 21 dan model pembelajaran directed Learning Learning
yang harus dilakukan.
Pergeseran paradigma pendidikan abad 21.Informasi, Time-slotted, Open, Flexible,
komputasi, otomasi, dan komunikasi merupakan Rigidly On-demand
empat komponen yang disampaikan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai ciri dari Scheduled Learning
pendidikan abad 21 yang menyebabkan terjadinya Learning
pergeseran paradigma dalam pembelajaran. Alih-alih
literasi informasi, keterampilan komputer, pemanfaatan Primarily Fact- Primarily Project-
teknologi informasi dan komunikasi dalam proses based & Problem-based
komunikasi serta keterampilan komunikasi menjadi
sejumlah kemampuan yang harus dikuasai oleh Theoretical, Real-world,
seorang guru saat ini. Abstract concrete
TABEL 1: Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21 Principles & Actions &
Ciri Abad 21 Model Pembelajaran Survey Reflections
INFORMASI Pembelajaran diarahkan
Tersedia di mana untuk mendorong peserta Drill & Practice Inquiry & Design
saja, kapan saja didik mencari tahu dan Rules & Discovery &
berbagi dan berbagi sumber
observasi bukan diberi tahu Procedures Invention
KOMPUTASI Pembelajaran diarahkan Competitive Collaborative
Lebih cepat untuk mampu merumuskan
memakai mesin masalah (bertanya), bukan Classroom- Community-
hanya menyelesaikan focused focused
masalah (menjawab)
OTOMASI Pembelajaran diarahkan Prescribed Open-ended
Menjangkau semua untuk melatih berfikir Results Results
pekerjaan ruti analitis (pengambilan
keputusan) bukan berfikir Conform to Norm Creative Diversity
mekanistis (rutin)
Computers-as- Computers-as-
KOMUNIKASI Pembelajarn menekankan
Dari mana saja, pentingnya kerjasama / Subject of Study Tool for all
kemana saja kolaborasi dalam
Learning
menyelesaikan masalah.
(Litbang Kemdikbud: 2013) Static Media Dynamic
Perubahan paradigma dimana Teacher-as-Director Presentations Multimedia
pada abad industrialisasi menjadi Teacher-as-
Facilitator, Guide, dan Consultant, di era pengetahuan Interactions
dan teknologi merupakan hal yang wajar, karena
Classroom- Worldwide- mendefinisikan (2014), bahwa belajar berbasis proyek
memiliki karakteristik:
bounded unbounded
a. Pebelajar membuat keputusan, dan membuat
Communication Communication kerangka kerja,
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak
Test-assessed by Performance- ditentukan sebelumnya,
Norms assessed by c. Pebelajar merancang proses untuk mencapai
hasil,
Expert, Mentors, d. Pebelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan
Peers & Self dan mengelola informasi yang dikumpulkan,
e. Melakukan evaluasi secara kontinyu,
f. Pebelajar secara teratur melihat kembali apa yang
Perkembangan teknologi informasi, dalam hal ini mereka kerjakan,
teknologi web telah mengalami perkembangan yang g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi
sangat pesat, dari web 1.0 yang sifatnya statis dan kualitasnya, dan
searah, telah berevolusi menjadi web 2.0 dimana h. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi
prinsip kolaborasi, antar komponen; manusia, proses kesalahan dan perubahan.
dan teknologi menjadi lebih fleksibel, dengan teknologi Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model
ini batasan untuk mendapatkan informasi yang sesuai pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
dengan kebutuhan hampir tidak ada batasan. konstruktivistik. Strategi pembelajaran yang menonjol
Perubahan paling mendasar dari teknologi ini ada dalam pembelajaran konstruktivistik antara lain adalah
pada antar muka (interface) yang ramah terhadap strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas
pengguna (user friendly) tyidak jauh dari tampilan siswa daripada aktivitas pengajarnya, mengenai
computer desktop yang kita pakai sehari-hari. kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi
Dampak positif dari teknologi ini dapat juga diterapkan kasus, pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi,
dalam proses pembelajaran, namun harus brainstorming, dan simulasi (Ajeyalemi, 1993).
menggunakan disain formula atau model Blumenfeld et.al. (1991) mendiskripsikan model belajar
pembelajaran yang tepat, agar hasil yang ingin dicapai berbasis proyek (project-based learning) berpusat
dapat sesuai dengan tujuan dari proses pembelajaran pada proses relatif berjangka waktu, berfokus pada
di abad pengetahuan ini. masalah, unit pembelajaran bermakna dengan
mengitegrasikan konsep-konsep dari sejumlah
2. Kajian Literatur komponen pengetahuan, atau disiplin, dan atau
lapangan studi. Sedangkan dalam problem-based
2.1 Project-Based Learning learning pebelajar lebih didorong dalam kegiatan yang
Project based learning is a comprehensive prespective memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data,
focused on teaching by engaging students in dan analisis data.
investigattion (Blumenfeld 1991 p371, in project-based Moursund, 2002; J. W. Thomas et al., 1999,
learning situations student are more motivated and menjelaskan, bahwa project-based learning dapat
cognitive engaged (Blumenfeld et al 1991) didefinisika sebagai berikut :
1. Focuses on the central concepts of a discipline
Sejarah perkembangan project-based learning; 2. Engaging learning experiences that involve
 1590-1765: The beginnings of project work at students in complex, real-world projects through
architectural schools in Europe. which they develop and apply skills and
 1765-1880: The project as a regular teaching knowledge
method and its transplantation to America. 3. Learning that requires students to draw from many
 1880-1915: Work on projects in manual training information sources and disciplines in order to
and in general public schools. solve problems
 1915-1965: Redefinition of the project method and 4. Learning in which curricular outcomes can be
its transplantation from America back to Europe. identified up-front, but in which the outcomes of
 1965-today: Rediscovery of the project idea and the student's learning process are neither
the third wave of its international dissemination. predetermined nor fully predictable
(Knoll, 1997) 5. Experiences through which students learn to
manage and allocate resources such as time and
Dalam project-based learning pebelajar lebih didorong materials
pada kegiatan desain: merumuskan job, merancang Dalam project-based learning, siswa bekerja secara
(designing), mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan, individu dan kelompok, mereka melakukan konstruksi
dan mengevaluasi hasil. Buck Institute for Education pengetahuan, siswa menjadi kolaborator dalam proses
pengembangan pemahaman. Project-based learning Proyek melibatkan pembelajar untuk bekerja dengan
menyajikan pemahaman tentang pengetahuan yang orang lain termasuk pengajar, dan partner ahli.
sebenarnya. Siswa melakukan cara eksplorasi,
penilaian, interperetasi dan sintesis sendiri dalam 2.3 Problem-Based Learning
memahami suatu informasi. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis proyek, guru atau instruktur (problem-based learning) ini mirip pendekatan belajar
tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan berbasis proyek (project-based learning) yang awalnya
tetapi menjadi instruktur pendamping, fasilitator, dan berakar pada pendidikan medis yang diterapkan pada
memahami pikiran pebelajar. Hakikat kerja proyek bpendidikan bidang kedokteran (Waras Kamdi:2008).
adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan Karena model project-oriented learning dan problem-
tersebut berlangsung di antara pebelajar, dalam based learning memiliki kemiripan, sehingga dalam
proses pekerjaan proyek yang dikerjakan secara beberapa literatur istilahnya sering kali
kelompok, kekuatan individu dan cara belajar yang dipertukarbalikkan. Pada dasarnya kedua model
diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu kesatuan tersebut pada prakteknya menekankan lingkungan
yang utuh. belajar siswa aktif, kerja kelompok (kolaboratif), dan
teknik evaluasi otentik (authentic assessment).
2.2 Project-Oriented Learning Perbedaannya terletak pada perbedaan objek. Jika
Project-oriented learning melibatkan pembelajar dalam dalam problem-based learning, pebelajar lebih
suatu poyek misalnya proyek tersebut berupa sebuah didorong dalam kegiatan yang memerlukan
produk, tapi tujuan utamanya bukan hasil dari produk perumusan masalah, pengumpulan data, dan analisis
itu sendiri akan tetapi lebih mengutamakan pada data (berhubungan dengan proses diagnosis pasien);
proses dan dampak dari pembelajaran tersebut. maka dalam project-based learning, seperti yang telah
Karakter utama dari project-oriented learning adalah, dijelaskan sebelumnya, pebelajar lebih didorong pada
bahwa proyek merupakan bagian dari tugas riset dan kegiatan disain: merumuskan job, merancang
pengembagan dimana prosesnya dibatasi oleh waktu, (designing), mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan,
pembelajar secara individu maupun kelompok dan mengevaluasi hasil
diperkenalkan pada subyek, isi dan metodologi, untuk Characteristics of Problem-Based learning;
bekerja secara bebas. (Eckstein 1978:134 dikutip a) Is contentext-based using “real-life” situations
kembali oleh Burdewick, 2003). b) Focuses on thingking skills (problem solving,
Aspek inti dari project-oriented learning menurut analysis, decision making, critical thingking)
Burdewick (2003) adalah; c) Requires integration of inter-disciplinary
 Working autonomy knowledge/skills/behaviours
 Practical relevance d) Is self-directed develops life-long learning
 Learning of soft skills skills
 Cooperation of university and practice e) Often requires substantive interaction with
Proulx (2004:29-36 dikutip kembali dari edutechwiki) clients and other who are outside the student
(2014) mengidentifikasikan project-oriented learning “team”
kedalam beberapa karakter sebagai berikut: f) Is share in small groups
 A systematic process (i.e. a project is done in
stages and needs some "system")
 Acquisition and transfer of knowledge (something
needs to be learned, at least how to apply more
typical "school knowledge")
 Anticipation, planning, implementation (qualified as
the three major "moments")
 Alone or with pairs
 Under the supervision of a teacher
 An observable activity
 Leading to a final product that can be evaluated.
Dari beberapa pendapat kita dapat menyimpulkan Gambar 1. Problem-Based Learning Cycle (Eli
bahwa; bekerja dalam proyek dapat meningkatkan Chohen, p124,2002)
motivasi dan dampak positif pada pembelajaran,
proyek dapat melibatkan pembelajar terhubung 2.4 Cooporative Learning
dengan pengetahuan baru dan pengetahuan Model Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
sebelumnya, oleh karena itu proyek merupakan merupakan model pembelajaran berkelompok dengan
komponen penting dalam pendekatan konstruktif. jumlah tertentu dengan tujuan untuk saling memotivasi
diantara sesama anggota kelompok agar 4. TAI (Team Assisted Individualization atau
mendapatklan hasil beajar secara maksimal. Team Accelerated Instruction) dikembangkan
oleh Slavin
5. Think-Pair-Share
6. Picture and Picture
7. Problem Posing
8. Problem Solving
9. Team Games Tournament (TGT)
10. Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC)
11. Learning Cycle (Daur Belajar)
12. Cooperative Script (CS)
Dari sejumlah tipe-tipe tersebut di atas yang paling
terkenal yaitu tipe jigsaw dimana dengan metode
tersebut pada dasarnya didesain untuk meningkatkan
tanggung jawab siswa terhadap pembelajaranya
sendiri dan orang lain, sehingga apabila berhasil dapat
memberikan dampak positif baik bagi dirinya sendiri
maupun kelompok.Model ini memiliki kecocokan jika
Gambar 2. Model Pembelajaran kooperatif diterapkan dibandingkan dengan metoda konvesional,
(http://teachers.henrico.k12.va.us/staffdev/mcdonald_j, misalnyaya; pekerjaan pengajar menjadi lebih ringan,
2014) siswa lebih aktif, membutuhkan waktu lebih singkat,
dan dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan dari
Menurut Holubec dalam Nurhadi (Nurhadi : 2003) setiap peserta didik.ngkina bahwa model akan lebih
mengatakan bahwa model belajar kooperatif efektif ika diterapkan dalam metoda belajar
merupakan pendekatan pembelajaran dalam bentuk kepemimpinan (leadership).
kelompok-kelompok kecil siswa dengan tujuan untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar 2.5 Web 2.0
dalam mencapai tujuan belajar. Jadi model Web 2.0 is a set of economic, social, and technology
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang trends that collectively from the basis for the next
secara sadar dan sistematis mengembangkan generation of internety a more mature, distinctive
interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh, medium caraacterized by user participation, openness
dalam metoda atau model pembelajaran kooperatif and network effect (O`Reilly, 2006, p4)
peran pengajar sebagai fasilitator. Tujuan dari model Tim O’Reilly mendefinisikan mengenai Web 2.0
ini adalah untuk memaksimalkan hasil belajar yang sebagai berikut; ‘Web 2.0 is the network as platform,
ingin dicapai dari tujuan belajar yang telah ditetapkan spanning all connected devices; Web 2.0 applications
sebelumnya, karena anggota dari kelompok belajar ini are those that make the most of the intrinsic
memiliki tingkatan pengetahuan yang berbeda dari advantages of that platform: delivering software as a
rendah,sedang dan tinggi, sesuai dengan kaidah dari continually-updated service that gets better the more
model pembelajaran tersebut dimana penggunaan people use it, consuming and remixing data from
model pembelajaran memiliki tujuan untuk multiple sources,including individual users, while
meningkatan potensi dan kemampuan siswa selama providing their own data and services in a form that
manjalani proses pembelajaran.Perbedaan tingkatan allows remixing by others, creating network effects
pada kelompok belajar ini pada prosesnya diharapkan through an “architecture of participation,” and going
terjadi interaksi positif yang konstruktif dimana beyond the page metaphor of Web 1.0 to deliver rich
kerjasama yang dibangun oleh anggota kelompok user experiences.
berkemampuan rendah, sedang maupun tinggi dapat Web 2.0 merupakan teknologi web generasi kedua,
saling melengkapi baik kekurangan maupun kelebihan teknologi ini berbanding terbalik dengan teknologi web
masing-masing. 1.0 sebelumnya, pada teknologi web 1.0, web berisi
Tipe-tipe Cooperative Learning ; data yang statis atau searah dan hanya administrator
1. Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson’s saja yang dapat melakukan edit dan tulis, web 1.0
2. NHT (Number Heads Together) memiliki ciri-ciri umum yang mencolok yaitu consult,
dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) surf dan search. Jadi pada jaman web 1.0 kita
3. STAD (Student Teams Achievement kebanyakan hanya sekedar mencari atau browsing
Divisions) dikembangkan oleh Slavin dkk. untuk mendapatkan informasi tertentu, jadi jelas sekali
sifat informasinya searah, karena pengguna/user
hanya dapat membaca data dan informasi yang
ditampilkan secara statis. Sedangkan pada teknologi
web 2.0 yang terjadi adalah kebalikan dari teknologi
web 1.0 dimana pola kerjanya lebih menitik beratkan
pada kolaborasi secara online, dimana posisi admin
dari sebuah web hanya sebagai fasilitator, triger atau
moderator, sedangkan isi atau informasi dari web yang
ditampilkan diserahkan pada penggunanya.
Web 2.0 hadir untuk menggantikan Web 1.0 dimana
interaksi sosial di dunia maya sudah menjadi
kebutuhan sehingga era Web 2.0 ini memiliki
beberapa ciri mencolok yaitu share, collaborate dan
exploit. Di era Web 2.0 sekarang, penggunaan web
untuk berbagi, pertemanan, kolaborasi menjadi
sesuatu yang penting. Web 2.0 hadir seiring maraknya
pengguna blog, Myspace, Youtube dan Flickr. Jadi Gambar 5. SECI model based learning process
disini kehidupan sosial di dunia maya benar-benar (Mohamed Amine Chatti : 2007)
terasa.
Pada model ini (Mohamed : 2007) menggambarkan
solusi lebih luas tentang kombinasi integrasi konsep
belajar blended learning dengan konsep pembelajaran
formal dan non formal, knowledge management, dan
Web 2.0, kedalam apa yang disebut Web 2.0 kedalam
SECI model based learning process.
Apabila melihat ilustrasi konsep yang ditawarkan oleh
Mohamed Amine Chatti pada tahun 2009 ini
pemanfaatan teknologi web 2.0 bagi perkembangan
dunia pengetahuan dan model pemebelajaran abad 21
Gambar 3. Perbadingan teknologi web 1.0 dengan
web 2.0 sangatlah luas. Tergantung arah pengembangan dan
visi dari pendidikan yang diharapkan.
Dapat disimpulkan bahwa teknologi web 2.0 memiliki
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kadinamisan yang sangat baik sehingga hal inilah
yang menjadi dasar bagi pengembangan model
Konsep Integrasi Model Pembelajaran Dengan
pembelajaran di abad pengetahuan, dengan
Teknologi Web 2.0
menyediakan fasilitas bagi pengguna untuk dapat
melakukan proses penciptaan, kolaboarasi,
penimpanan,ekstraksi dan berbagi pengetahuan Model integrasi yang dirancang pada makalah ini
secara online dengan sesama penggguna di seluruh merupakan proses implementasi penggunaan
teknologi web 2.0 dalam proses belajar mengajar,
dunia, sehingga diharapkan hilangnya sekat ilmu
pengetahuan dimana teknologi web 2.0 dalam hal ini weblog,
wordpress, wikis, google, facebook, youtube, RSS,
podcast, dll., digunakan sebagai media dalam proses
belajar mengajar.

Gambar 4. Web 2.0 aplikasi dan fasilitasnya

Gambar 6. Model kolaborasi web 2.0


Prinsip kerja teknologi web 2.0 memiliki konsep
interkoneksi yang tidak terbatas ini tentu saja dapat
dimanfaatkan dalam proses kolaborasi belajar
mengajar dan manajemen ilmu pengetahuan, karena
dengan semakin banyak link atau koneksi maka akan
semakin banyak sumber-sumber informasi yang
berhubungan dengan kebutuhan masing-masing
individu dapat diakses dan dijadikan nara sumber
dalam proses pembelajaran.

Gambar 7. Community of Inquiry

Pada gambar community of inquiry tersebut tampak


jelas hubungan antar komponen satu dan yang lainnya
besifat saling mendukung, masing-masing memiliki
peranan penting guna tercapainya satu tujuan yaitu,
educational experience.

Gambar 11. Framework berpikir instruksional


menggunakan web 2.0 (www.speedofcreativity.org)

Gambar 8. Konsep web 2.0 dan penggunaannya

Gambar 9. Proses transfer pengetahuan dari kolektif


menjadi kolaboratif

Gambar 12. Model belajar berbasis web 2.0

Pada Model belajar berbasis web 2.0 ini teknologi Web


2.0 digunakan sebagai media dalam mengintegrasikan
berbagai model belajar yang telah ada sebelumnya
berinterkasi, proses interaksi dengan memanfaatkan
kelebihan dari teknologi web yang ada kolaborasi,
berbagi, eksplorasi dan eksploitasi informasi ilmu dan
pengetahuan, baik yang bersifat baru maupun lama.
Gambar 10. Interkoneksi antar pengguna dengan web
Antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar
2.0
dengan tenaga ahli maupun antar pembelajar itu dalam kegiatan yang memerlukan perumusan
sendiri sehingga pada akhirnya akan mengahasilkan masalah, pengumpulan data, dan analisis data;
suatu knowledge baru yang dapat memeperkaya sementara pada model project-based learning,
pemahaman dan pemecahan suatu masalah dalam pebelajar lebih didorong pada kegiatan desain:
proses pembelajaran, maka secara tidak langsung merumuskan job, merancang (designing),
proses transfer tacit knowledge ke explicit knowledge mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan, dan
pun akan terjadi dengan sendirinya. mengevaluasi hasil. Dari.
Model yang diusulkan merupakan jawaban atas Penerapan model ini seharunya dapat lebih mudah
tantangan terhadap pesatnya teknologi terutama diimplementasikan dengan memanfaatkan teknologi
teknologi informasi dan komunikasi, sehingga peluang- web 2.0 karena baik model pembelajaran maupun
peluang yang ada dapat diaplikasikan untuk teknologi yang ada didisain dan mengutamakan kerja
mempermudah proses pengembangan media dan kolaboratif.
proses pembelajaran dengan harapan melalui model d. Integrasi model Cooperative Learning dengan
tersebut dapat menghasilkan output pendidikan yang teknologi web 2.0.
lebih berkualitas. Integrasi model pembelajaran cooperative learning
Supaya Penerapan model pembelajaran yang dengan teknologi web 2.0 sangat cocok diterapkan
ditawarkan tepat guna berikut akan dijelaskan proses pada proses pembelajaran di berbagai tingkatan
integrasi masing-masing model pembelajaran yang pendidikan dari mulai tingkat PAUD, SD, SMP,SMA
telah ada dengan teknologi web 2.0 ; bahkan pergruan tinggi, hal ini dikarenakan model
a. Integrasi Project-Based Learning dengan teknologi belajarnya sangat fleksibel, media yang dimanfaatkan
web 2.0; sangat beragam, seperti telpon pintar, tablet, laptop,
Pada proses implementasi penerapan model ini pc, dll., yang telah terkoneksi dengan jaringan internet.
pengajar dan pembelajar memanfaatkan media e. Integrasi ketiga model dengan teknologi web 2.0
teknologi informasi untuk melakukan proses Keberhasilan penerapan model integrasi yang
pembelajaran, bedanya pembelajar atau murid lebih ditawarkan pada makalah ini tidak terlapas dari
aktif baik melakukan eksperimen maupun eksplorasi berbagai faktor, adapun faktor-faktor tersebut antara
terhadap suatu proyek sementara instruktur atau lain;
pengajar berperan sebagai fasilitator atau member 1. Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi
pendampingan melalui pemanfaatan teknologi 2. Sumber daya manusia tenaga pengajar dan
informasi. 3. Sumber daya manusia peserta didik.
b. Integrasi Project-Oriented Learning dengan Seperti kita ketahui bahwa permasalahan negara
teknologi web 2.0 berkembang terkait infrastruktur IT bukanlah
Inti dari Penerapan model ini adalah proses dan permasalahan yang mudah untuk dipecahkan, untuk
dampak dari penerapan model pembelajaran, karena dapat pengembangan infrastruktur ideal dibutuhkan
sukses dan tidaknya suatu proyek yang harus anggaran yang cukup besar akibatnya biaya akses
dikerjakan merupakan bagian dari tugas riset dan menjadi mahal sehingga tidak semua tingkat
pengembagan dimana prosesnya dibatasi oleh waktu, masyarakat dapat menikmati fasilitas yang tersedia,
pembelajar secara individu maupun kelompok masyarakat di negara berkembang umumnya memiliki
diperkenalkan pada subyek, isi dan metodologi, untuk kemampuan eknomi menengah kebawah, hal ini
bekerja secara bebas. Pembelajar dan pengajar atas sangat jauh berbeda dengan negara berkembang,
dasar proyek yang ditugaskan melalui pemanfaatan dimana permasalahan infrastruktur bukan lagi sebagai
media teknologi informasi web 2.0 bekerja sama untuk kendala bahkan tidak hanya ketersediaan saja,
menyelesaikan tugas riset sesuai dengan subyek, reliabilitas dan kecepatannyapun sudah sangat bagus.
metodologi dan waktu yang telah ditentukan Sementara di negara berkembang tidak hanya
sebelumnya. Di akhir proses output diukur dan ketersediaan akan tetapi distribusinya saja masih
dievaluasi untuk menentukan sejauh mana sangat terbatas dengan kata lain belum merata
keberahasilan penerapan metoda pembelajaran sehingga dampaknya menyebabkan pemerataan dan
tersebut. kemampuan masyarakat perkotaan dengan pedesaan
c. Integrasi Problem-Based Learning dengan menjadi timpang (digital gap).
teknologi web 2.0 Adanya celah digital berpengaruh juga terhadap
Model pembelajaran problem-based learning memiliki kemampuan pengajar dan siswa dalam memanfaatkan
kemiripan dengan model pembelajaran project-orinted sumberdaya informasi yang bermanfaat untuk
learning Keduanya menekankan lingkungan belajar mengembangkan kemapuan siswa dan pengajar
siswa aktif, kerja kelompok (kolaboratif), dan teknik dalam meningkatan kualitas pendidikan
evaluasi otentik (authentic assessment).Perbedaannya Celah digital (digital gap) antara masyarakat perkotaan
hanya terletak pada objek. Perbedaannya dalam dan pedesaan yang terjadi berdampak terhadap
problem-based learning, pebelajar lebih didorong kesiapan dan kemampuan mengimplementasikan
model-model pembelajaran yang ada untuk Model yang dihasilkan dari hasil kajian ini pada
mengantisipasinya tidak semudah membalikan telapak dasarnya dapat diterapkan pada semua jejang
tangan perlu uluran semua pihak, jika memang pendidikan selama infrastruktur dan sumber daya
qualitas pendidikan yang menjadi tujuannya maka, manusia tersedia dan mau beradaptasi terhadap
pemerataan infrastruktur IT tidak dapat ditawar-tawar perkembangan teknologi khusunya teknologi informasi
lagi harus menjadi komitmen semua stakeholder dan komunikasi.
negara ini. Pemerataan distribusi infrastuktur akan Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi
berdampak sangat siginifikan baik terhadap biaya informasi semakin mempermudah kita dalam
pemanfaatan yang semakin terjangkau, peningkatan mendaptakan informasi untuk memeperkaya ilmu dan
partisipasi masyarakat, peningkatan ekonomi dan pengetahuan, dalam proses belajar mengajar di era
kualitas pendidikan. pengetahuan ini peran sentral guru berubah menjadi
Permsalahan infrastruktur bukanlah satu-satunya fasilitator, peran teknologi informasi dalam proses
karena seperti diungkapan oleh Menteri pendidikan manajemen pengetahuan tidak terbantahkan lagi, jadi
republik Indonesia terkait rendahnya Kualitas guru di satu keharusan meskipun teknologi informasi bukanlah
Indonesia, Pada salah satu media Menteri Pendidikan yang utama.
dan Kebudayaan menyatakan keprihatinannya atas Pengembangan model pembelajaran didasari oleh
hasil Uji Kompetensi Guru (UKG). Hasil UKG kebutuhan akan adaptasi dan optimalisasi terhadap
menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih teknologi yang sedang berkembang, guna
rendah. Nilai capaian yang diperoleh guru secara memudahkan proses belajar mengajar serta
rerata hanya mencapai nilai 44,5 atau masih di bawah memudahkan manajemen pengetahuan, dengan
rata-rata nasional.(M.Nuh : 2012). Hal tersebut memanfaatkan teknologi web 2.0 maka, prinsip belajar
membuktikan bahwa guru/tenaga pengajar di Idonesia tidak mengenal jarak, waktu dan tempat dapat dengan
memiliki pekerjaan rumah yang tidak sedikit, mudah direalisasikan, sehingga pada akhirnya kualitas
bagaimana siswanya mau maju jika kemapuan tenaga pendidikan yang diharapkan dapat terrealisasi.
pengajarnya masih rendah. Penggunaan model ini menuntut kedewasaan peserta
Permasalahan yang terakhir yaitu terkait kemapuan didik, dan pengajar karena dengan tidak terbatasnya
siswa, dalam realitas kehidupan pada umumnya media dan sumber bahan ajar, maka diperlukan pola
memanfaatkan teknologi informasi dikalangan siswa pikir yang lebih realistis dan proses filterisasi informasi.
tidak jarang mengalahkan kemampuan orang dewasa Pengembangan model ini baru terbatas pada tataran
bahkan kadang jauh lebih tahu dan lebih mudah konsep, artinya belum sampai pada tahap uji coba dan
menyerap informasi, yang menjadi permasalahan implementasi, sehingga perlu adanya proses
justru terletak pada adanya celah kemampuan dijital pengujian dan pembuktian secara empirik, untuk dapat
antar guru dan siswa sering timpang,ketimpangan ini melakukan proses evaluasi dan perbaikan dari konsep
terjadi pada umumnya akibat guru/pengajar kurang model yang ditawarkan. Diharapkan dengan adanya
terbuka dan tidak adaptif terhadap perkembangan, proses penelitian lanjutan diharapkan model ini akan
tidak mau atau tidak mampu menyerap semakin sempurna dan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan, apabila keadaaan seperti ini dibiarkan akan pengembangan proses belajar mengajar dan
dan tidak diantisipasi maka, kesenjangan tersebut pada akhirnya tujuan dan hakekat pembelajaran dapat
akan semakin renggang, ujung-ujungnya dapat dilaksanakan sesuai dengan perkembangan jaman
ditebak sebaik apapun model pembelajaran yang dan tujuan dari pemebalajaran itu sendiri.
diterapkan, secangih apapun teknologi yang tersedia Proses implementasi pembelajaran di abad
tidak akan dapat menghasilkan atau berdampak pengetahuan pada dasarnya sangat mudah untuk
apapun terhadap perkembangan qualitas pendidikan diterapkan karena masing-masing pihak sudah
negara ini. difasilitasi oleh teknologi, peran pengajar dan murid
Implementasi proses model pembelajaran di abad pun semakin mudah karena segala kebutuhan
pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi web terhadap dukungan informasi tersedia dan dapat
2.0, dapat diterapkan secara optimal jika persyartan- diakses tanpa mengenal waktu dan tempat.
persyaratan yang telah disebutkan di atas sudah Dengan pemanfaatan teknologi web 2.0 proses
terpenuhi. penciptaan, penyebaran dan penyimpanan, serta
pemanggilan kembali terhadap setiap informasi yang
4. SIMPULAN DAN SARAN bermanfaat dapat dilakukan dengan mudah.

Empat model pemebalajaran yang telah sengaja dipilih 5.UCAPAN TERIMA KASIH
karena dianggap paling cocok untuk diintegrasikan, Pada ksempatan ini penulis mengucapkan terimaksih
meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk kepada pihak yang telah mendukung sehingga
mengintegrasikan model-model pembelaran yang selesainya artikel ini, Kementrian Pendididikan dan
lainnya untuk diintegrasikan dengan teknologi web 2.0. Kebudayaan RI, PUSTEKOM KEMENDIKBUD RI,
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Wakil Rektor /08/06/15/663259/kualitas-guru-masih-rendah.
Bidang Akademik Pengembangan dan Hubungan (diakses Senin, 6 Agustus 2012 − 09:43 WIB)
Internasional UPI, Direktur Direktorat TIK UPI, Direktur [12]. Mcdonald_j,http://teachers.henrico.k12.va.us/sta
Direktorat SDM UPI.Pada kesempatan ini penulis juga ffdev/mcdonald_j/downloads/21st/comm/Benefit
menyampaikan terima kasih kepada Iistri tercinta sOfCL/OverviewOfCoopLrng_Benefits_files/outc
Emma Siti Nurahmah,A.Md. atas segala dorongan omes.gif. diakses 07 Agustus 2014.
untuk selalu maju dan berkarya dan tentunya untuk [13]. Michael Simkins, [et al.],”Increasing student
buah hati tercinta Deema Nasheeta Nufajrsi S, dan learning through multimedia projects, ASCD,
Muhammad Fadhlan Arayhan tercinta. Tidak lupa 2002.
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada [14]. Mimi Neamen,Mary Strong,"More Literature
semua pihak atas kontribusi terhadap isi dan materi Circles: Cooperative Learning",Libraries
dari artikel ini yang tentunya tidak dapat disebutkan. Unlimited, 2001.
[15]. Mohamed Amine Chatti, The Web 2.0 Driven
6.DAFTAR PUSTAKA SECI Model Based Learning Process
http://mohamedaminechatti.blogspot.com,
[1]. Ajeyalemi,D.A.(1993).Teacher Strategies Used diakses 07 Mei 2009
by Exemplary STS Teachers. what Research [16]. Moursund, David (2002) Project-based learning:
Says to Science Teaching. Woshington DCV: Using Information Technology, 2nd edition,
National Science Teacher Association. ISTE. ISBN 1-56484-196-0.
[2]. Bentley [at al],"Problem-Based Learning in [17]. Nurhadi, Agus Gerald Senduk, 2003,
Information Systems Analysis and Design”, Idea Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
group Publishing, 2002. and Learning/CTL), Malang: Penerbit
[3]. Beth R. Crisp, [at al], Learning and teaching in Universitas Negeri Malang
socialwork education, SCIE, 2003. [18]. Thomas, J.W. 2000. A Review od Research on
[4]. Blumenfeld, P.C., E. Soloway, R.W. Marx, J.S. Project-Based Learning. California: The
Krajcik, M. Guzdial, and A. Palincsar. 1991. Autodesk Foundation. Available on:
Motivating Project-Based Learning: Sustaining http://www.autodesk.com/foundation.
the Doing, Supporting the Learning. Educational [19]. Thomas, J.W., Margendoller, J.R., &
Psychologist, 26 (3&4), 369—398. Michaelson, A. 1999. Project-Based Learning: A.
[5]. Buck Institute for Education. Introduction to Handbook for Middle and High School Teachers.
Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.bgsu.edu/organizations/ctl/proj.html.
http://www.bie.org/.../20fa7d42c216e2ec171a21 [20]. Trilling, B., & Hood, P. 1999. Learning,
2e97fd4a9e.pdf (13 Agustus 2014) Technology, and Education Reform in the
[6]. Burdewick, Ingrid (2003), Aspects Of Knowledge Age, or “We’re Wired, Webbed, and
Methodology And Education Psychology In Windowed, Now What?”. Educational
Project-Oriented Studies, International Technology, Mey-Juni, 5—18.
Workshop on Project Oriented Learning, March [21]. Trilling dan Hood, Learning, Technology, and
2003, Hanzehogeschool Groningen, Faculty of Education Reform in the Knowledge Age (1999)
Technology. PDF, retrieved August 2007. [22]. Waras Kamdi, “Project-Based Learning :
[7]. edutechwiki,http://edutechwiki.unige.ch/en/Proje Pendekatan Pembelajaran Inovatif”, Universitas
ct-oriented_learning (diakses, 13 Agustus 2013) Negeri Malang, 2008.
[8]. Eli Cohen,"Challenges of Information [23]. Wesley Fryer, www.speedofcreativity.org,
Technology Education in the 21st Century", Idea diakses 07 Mei 2009.
Group Publishing, 2002.
[9]. Kemendikbud,Pergeseran Paradigma Belajar
Abad 21, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
http://litbang.kemdikbud.go.id/site/index.php/ho
me2-4/233-pergeseran-paradigma-belajar-abad-
21.( diakses 13 Juni 2013)
[10]. Knoll, Michael (1997). The Project Method: Its
Vocational Education Origin and International
Development, Journal of Industrial Teacher
Education, 43 (3).
[11]. M.Nuh, Kualitas guru masih rendah, Koran
SINDO,http://nasional.sindonews.com/read/2012

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai