Anda di halaman 1dari 8

Metode Seismik

Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak dipakai di dalam
teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismik mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi
di dalam memodelkan struktur geologi di bawah permukaan bumi. Dalam menentukan struktur
geologi, metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yang besar yaitu seismik bias dangkal
(head wave or refrected seismic) dan seismik refleksi (reflected seismic). Seismik refraksi efektif
digunakan untuk penentuan struktur geologi yang dangkal sedang seismik refleksi untuk struktur
geologi yang dalam. (Nurdiyanto dkk, 2011)

Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert Mallet, yang oleh
kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi
gelombang seismik, yang dikenal sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah
ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber
ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk be-riak. Pada tahun 1909, Andrija
Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari sumber gempa bumi untuk eksperimennya dan
menemukan keberadaan bidang batas antara mantel dan kerak bumi yang sekarang disebut sebagai
Moho. Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan mineral dimulai pada tahun
1920an. Teknik seismik refraksi digunakan secara intemsif di Iran untuk membatasi struktur yang
mengandung minyak. Tetapi, sekarang seismik refleksi merupakan metode terbaik yang digunakan di
dalam eksplorasi minyak bumi. Metode ini pertama kali didemonstrasikan di Oklahoma pada tahun
1921.

Dasar teknik seismik dapat digambarkan sebagai berikut. Suatu sumber gelombang dibangkitkan di
permukaan bumi. Karena material bumi bersifat elastik maka gelombang seismik yang terjadi akan
dijalarkan ke dalam bumi dalam berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini
sebagian dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi.
Dipermukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang
umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan (profil line), kemudian
dicatat/direkam oleh suatu alat seismogram. Dengan mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak
antar geophone dan sumber ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat
diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya. (Susilawati, 2004)

Asumsi Dasar

Berbagai anggapan yang dipakai untuk medium bawah permukaan bumi antara lain medium bumi
dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan kecepatan yang
berbeda, makin bertambahnya kedalaman batuan lapisan bumi makin kompak. Sedangkan anggapan
yang dipakai untuk penjalaran gelombang seismik antara lain panjang gelombang seismik sangan
kecil dibandingkan ketebalan lapisan bumi. Hal ini memungkinkan setiap lapisan bumi akan
terdeteksi. Gelombang seismik dipandang sebagai sinar seismik yang memenuhi hukum Snellius dan
perinsip Huygens. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan kecepatan
gelombang pada lapisan dibawahnya. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya
kedalaman.
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi sumber
ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah gangguan
pertama (first break) diabaikan, sehingga sebenarnya hanya datafirst break saja yang dibutuhkan.
Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh cepat rambat gelombang dalam medium.
Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal
sebagai parameter elastisitas batuan.

Sedangkan dalam seismik refleksi, analisis dikonsentrasikan pada energi yang diterima setelah
getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah gelombang-gelombang yang
terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah permukaan. Analisis yang dipergunakan
dapat disamakan dengan ‘echo sounding’ pada teknologi bawah air, kapal, dan sistem radar.
Informasi tentang medium juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo gelombang refleksi yang
direkam. Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis yang dilakukan masih
sama dengan seismik refraksi, yaitu analisis berdasar kontras parameter elastisitas medium

Berdasar perbedaan-perbedaan tersebut, teknik refleksi lebih mampu menghasilkan data pengamatan
yang dapat diinterpretasikan (interpretable). Seperti telah dinyatakan sebelumnya, bagaimanapun
juga teknik refleksi membutuhkan biaya yang lebih besar. Biaya tersebut biasanya sangat signifikan
secara ekonomis. Karena survey refleksi membutuhkan biaya lebih besar daripada survey refraksi,
maka sebagai konsekuensinya survey refraksi lebih senang digunakan untuk lingkup sempit/kecil.
Misalnya digunakan dalam mendukung analisis lingkungan atau geologi teknik. Sedangkan survey
refleksi digunakan dalam eksplorasi minyak bumi.

Metode Seismik Refraksi

Metode seismik refraksi merupakan teknik umum yang digunakan dalam survai geofisika untuk
menentukan kedalaman batuan dasar, litologi batuan dasar (bed rock), sesar, dan kekerasan batuan.
Pada prinsipnya, metode seismik refraksi memanfaatkan perambatan gelombang seismik yang
merambat kedalam bumi. Pada dasarnya dalam metoda ini diberikan suatu gangguan berupa
gelombang seismik pada suatu sistem kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap
gelombang tersebut melalui geophone. Waktu tempuh gelombang antara sumber getaran dan
penerima akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan.

Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan berdasarkan
penghitungan waktu tempuh gelombang antara sumber getaran (shot) dan penerima (geophone).
Waktu yang diperlukan oleh gelombang seismik untuk merambat pada lapisan batuan bergantung
pada besar kecepatan yang dimiliki oleh medium yang dilaluinya tersebut. Data yang diperoleh
berupa travel time dari gelombang pada tiap-tiap geophone.Untuk mendapatkan kualitas rekaman
seismik refraksi yang tinggi dan mengandung bentukfirst breakyang tajam, dilakukan
teknikstacking,gain danfiltering.

Pada survai seismik refraksi hukum dasar yang digunakan yaitu dasar pemantulan dan pembiasan
diantaranya: hukum Snellius, azas Fermat, dan hukum Huygens. Menurut hukum Snellius
menjelaskan hubungan antara sinus sudut datang dan sudut bias terhadap kecepatan gelombang
dalam medium. Azas Fermat yang menyatakan dalam penjalaran gelombang dari satu titik ke titik
selanjutnya yang melewati suatu medium tertentu akan mencari suatu lintasan dengan waktu tempuh
yang paling sedikit. Sedangkan untuk hukum Huygens menyatakan bahwa suatu gelombang yang
melewati suatu titik akan membuat titik tersebut menjadi sumber gelombang baru dan akan begitu
seterusnya. (Telford, 1976)

Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk menjalar pada
batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini,
gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama (firstbreak) diabaikan, karena gelombang seismik
refraksi merambat paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada jarak (offset)
yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali gelombang diterima oleh
setiapgeophone. Kecepatan gelombang P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan gelombang S
sehingga waktu datang gelombang P yang digunakan dalam perhitungan metode ini. Parameter jarak
dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat rambat gelombang dalam medium.
Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada
dalam material yang dikenal sebagai parameter elastisitas.

Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh penerima pada permukaan bumi hanyalah
gelombang seismik refraksi yang merambat pada batas antar lapisan batuan. Hal ini hanya dapat
terjadi jika sudut datang merupakan sudut kritis atau ketika sudut bias tegak lurus dengan garis
normal (r = 90° sehingga sin r = 1). Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan
dibawah interfacelebih besar dibandingkan dengan kecepatan diatas interface.

Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan kecepatan V1 menuju bidang
batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan sudut datang kritis sepanjang interface dengan
kecepatan V2. Dengan menggunakan prinsip Huygens pada interface, gelombang ini kembali ke
permukaan sehingga dapat diterima oleh penerima yang ada di permukaan.

Tahapan akhir dalam metode seismik refraksi adalah membuat atau melakukan interpretasi hasil dari
survei menjadi data bawah permukaan yang akurat. Data-data waktu dan jarak dari kurva travel time
diterjemahkan menjadi suatu penampang seismik, dan akhirnya dijadikan menjadi penampang
geologi. Survey geofisika dengan metode seismik refraksi adalah bertujuan untuk mendeteksi struktur
geologi di bawah permukaan dangkal, misalnya patahan. Untuk menentukan kedalaman di bawah
sumber pada medium dua lapis atau lebih yang horizontal maupun miring serta menentukan jenis
batuan berdasarkan kecepatan gelombang yang merambat dalam batuan tersebut.

Akuisisi pada Metode Seismik Refraksi

Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel time dari sumber
energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada jenis sumber energi yang dipilih.
Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator. Sumber impulsif
adalah sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi secara sangat cepat dan suara yang
dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk akuisisi data seismik yang
digunakan untuk akusisi data seismik di laut adalah air gun. Sumber energi vibrator merupakan
sumber energi dengan durasi beberapa detik. Panjang sinyal input dapat bervariasi. Gelombang
outputnya berupa gelombang sinusoidal. Seismik refleksi resolusi tinggi menggunakan vibrator
dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.

Perekaman data seismik melibatkan detektor dan amplifier yang sangat sensistif serta magnetic tape
recorder. Alat untuk menerima gelombang-gelombang refleksi untuk survei seismik di laut adalah
hidropon. Hidropon merespon perubahan tekanan. Hidropon terdiri atas kristal piezoelektrik yang
terdeformasi oleh perubahan tekanan air. Hal ini akan menghasilkan beda potensial output. Elemen
piezoelektrik ditempatkan dalam suatu kabel streamer yang terisi oleh kerosin untuk mengapungkan
dan insulasi.

Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output dari hidropon sangat lemah
dan output amplitude decay dalam waktu yang sangat singkat, maka sinyal ini harus diperkuat.
Amplifier bisa juga dilengkapi dengan filter untuk meredam frekuensi yang tidakdiinginkan.
Dalam survei seismik refraksi dilakukan desain survei konfigurasi peralatan yang disusun seperti
pada Gambar 2. Geophone dan sumber gelombang ditempatkan pada suatu garis lurus (line seismik).
Near offset, far offset, dan jarak antar geophone ditentukan berdasarkan kondisi lapangan tempat
melakukan survei. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan sumber getar yang dalam
penelitian ini menggunakan weightdrop seberat 50 kg untuk jarak 10 meter dari geophone yang
pertama. Sistem perekaman dilakukan oleh 12 geophone dalam satu garis lurus dengan sumber getar.
Pasangan geophone ditempatkan dengan masing-masing spasi geophone yang telah ditentukan yaitu
2 meter.

Pengukuran dilakukan dengan memberikan impuls vertikal pada permukaan tanah dan merekam
sinyal yang terjadi, sensor diletakkan sepanjang garis lurus dari sumber impuls. Sensor yang
digunakan adalah seismometer darat yaitu geophone. Akuisisi dalam pengambilan data seismik
menggunakan cara end-on (Common Shot). Dari akusisi data ini akan didapatkan data mentah
seismik, berupa trace-trace seismik dari geophone yang merekam waktu tempuh gelombang seismik.

Peralatan yang digunakan dalam survei seismik refraksi antara lain geophone, seismograph, baterai,
kabel, radio dan portabel drill. Sumber energi yang biasa digunakan dalam survei ini antara lain
Buffalo gun(energi lebih banyak), Sledge hammer (mudah digunakan dan murah), bahan peledak
(lebih banyak energi yang dihasilkan), drop weight (membutuhkan daerah yang datar), serta air gun
yang biasanya digunakan untuk survei di danau atau laut. Dinamit yang digunakan bermerk Power
Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-sambung sesuai dengan berat yang
diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan detenator atau ‘cap’ sebagai
sumber ledakan pertama, serta dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.
Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah pemboran selesai, dengan tujuan untuk
menghindari efek pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh
regu loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah mempunyai pengetahuan keamanan yang
berhubungan dengan bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis dari migas.
Dalam membuat desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang harus
diperhatikan. Trace adalah point untuk data seismic yang terekam oleh satu perekam (geophone),
sedangkan trace interval sendiri adalah jarak antar trace. Station unit adalah alat yang di gunakan
sebagai pengubah sinyal yang di terima yaitu sinyal analog ke dalam sinyal digital. Far Offset adalah
jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh. Near Offset adalah jarak antara sumber
seismik dengan trace terdekat. Jumlah shot point adalah banyaknya SP yang digunakan dalam satu
lintasan. Jumlah Trace banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP. Record length dalah lamanya
merekam gelombang seismic. Fold coverage adalah Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece
terekam oleh geophone di permukaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuisisi yaitu:

1. Mencari informasi literatur mengenai daerah tersebut, diantaranya apakah sudah pernah
dilakukan penelitian dengan metode geofisika tertentu. Agar diperoleh point survey.

2. Mencari informasi mengenai kondisi/struktur geologi area, misalnya peta geologi.

3. Tentukan tujuan/main goal dari akuisisi

4. Dibuat design survey dengan menyesuaikan kondisi lapangan.design survey dibuat


serapat/seideal mungkin agar didapat data yang diinginkan.

5. Ditentukan konfigurasi yang akan diterapkan di lapangan, serta Source yang akan digunakan

6. Chek list kelengkapan sebagai berikut :

 Kalibrasi alat

 Akomodasi transportasi

 Job description masing-masing peserta survei

 Form data akuisisi


Dalam survey seismik refraksi pada umumnya dilakukan prosedur sebagai Berikut :

1. Menyusun konfigurasi peralatan (sesuai kondisi lapangan), pada umumnya geophone dan
sumber gelombang dipasang dalam satu garis lurus (line seismic). Jarak pisah antara geophone
adalah jarak horizontal dan ditentukan oleh kondisi lapangan.

2. Penempatan sumber gelombang dilakukan untuk mendapatkan sumber imformasi struktur


bawah permukaan bumi secara detail. Sumber gelombang yang berada di tengah spread (satu
rangkaian geophone) diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling atas, dan sumber gelombang
yang berada di luar spread diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling bawah yang dapat
dicapai (lapisan bed rock).

3. Data yang diperoleh dari survey seismik refraksi adalah waktu tempuh jalar gelombang dari
sumber ke tiap geophone yang disebut travel time.

4. Untuk survei yang efisien, minimal harus ada 2 offset shots, 2 end shots, dan 2 center shot.
(Jenny, 2013)
Atau bisa juga seperti metode berikut ini

1. Membuat bentangan berupa garis lurus

2. Menentukan jarak antar geophone dan menentukan titik tembak dengan memperhatikan
kondisi lingkungan

3. Memasang geophone dengan interval 3 meter

4. Menentukan arah bentangan dengan menggunakan kompas dan mengukur posisi


tiap geophone

5. Menghubungkan semua geophone dengan utama (seismograf) unit menggunakan kabel


konektor

6. Mengoperasikan alat Pasi

7. Memberi gangguan pada shoot point pada enset 1 dan enset 2. Dimana ensed 1 berada pada
1,5 meter sebelum geophone pertama dan ensed 2 berada 1,5 meter setelah geophone 24

8. Merekam data berupa respon yang diperoleh berupa penjalaran gelombang di bawah
permukaan yang akan terekam otomatis pada alat pasif.

9. Selanjutnya lintasan pengukuran dipindahkan lagi ke lintasan berikutnya dan mengikuti


urutan kerja seperti pada point 1 – 8 (N.K. Adnyawati, et al. 2012)
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan adalah nois yang sifatnya
mengganggu. Ada beberapa hal penyebab nois antara lain adalah angin, pohon, aliran sungai (parit),
benda-benda lain yang bergerak dekat dengan geophone (orang berjalan, sepeda motor, dan
sebagainya). Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, nois ini harus ditekan sekecil mungkin. Ada
dua macam nois yang dapat dibedakan,

1. Nois yang timbul sesaat kemudian lenyap. Nois ini diakibatkan oleh orang berjalan,
motor/mobil, dan sebagainya. Untuk menghindari nois semacam ini, pada saat sumber
gelombang (source) ditimbulkan, diusahakan agar tidak ada sesuatu yang bergerak disekitar
geophone.

2. Nois yang timbul terus menerus. Nois ini biasanya ditimbulkan oleh angin, pohon
(bergoyang), aliran air sungai, dan sebagainya. Untuk menghindari keadaan semacam ini
sebaiknya setiap kali mengadakan pengukuran seismik, diadakan terlebih dahulu “nois tes”. Jika
nois yang timbul cukup kecil dibanding dengan sinyal yang dihasilkan maka pengukuran dapat
dilaksanakan. Tetapi jika nois cukup besar dibanding sinyal, pengukuran perlu ditunda beberapa
saat sampai nois menjadi kecil.
Untuk menghindari nois, signal yang masuk dapat ditumpuk (di-stack) beberapa kali, sehingga data
yang diperoleh lebih baik dan jelas. Dilakukan demikian karena dengan stacking, sinyal dijumlahkan
sedang nois ditiadakan (nois bersifat random dan acak). Sebelum melakukan pengukuran ditentukan
terlebih dahulu garis lintasan pengukuran, lintasan pengukuran diusahakan datar dan mewakili
daerah seismik penelitian atau dengan kata lain penempatan lintasan penelitian didasarkan pada
pertimbangan teknis dan kaitannya dengan usaha untuk mendapatkan gambaran keadaan bawah
permukaan yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

N. K. Adnyawati, et. Al. 2012. Analisis Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan Metode
Seismik Refraksi di Universitas Tadulako.

Nurdiyanto, Boko dkk. 2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik
Refraksi. Jurnal Meteorologi dan geofisika.

Priyantari, Nurul. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode Seismik Refraksi di
Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Alam.

Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera Utara : USU Digital
Library

Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. 1976. Applied geophysics, New York:
Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai