Anda di halaman 1dari 35

Materi : Menghitung Harga Pokok

A. Harga Pokok Perdagangan

Harga pokok perdagangan ialah harga pembelian barang ditambah biaya – biaya lain
yang diperhitungkan sampai barang siap dijual.

Fungsi harga pokok adalah :


1. Untuk menetapkan harga jual
2. Untuk menghitung laba / rugi
3. Untuk menilai efisiensi ( alat pengawasan )
4. Untuk menilai persediaan barang ( dalam neraca )

Unsur – unsur harga pokok dalam perhitungan laporan rugi / laba :


1. Persediaan awal
2. Pembelian
3. Retur pembelian
4. Potongan pembelian dan pengurangan harga
5. Beban angkut pembelian
6. Barang tersedia untuk dijual
7. Persediaan akhir

Format – format perhitungan harga pokok :

Persediaan Awal xx
Pembelian = xxxx
Retur pembelian = x (-)
= xxx
Pot.Pembelian & pengur.harga = x (-)
= xx
Beban angkut pembelian = x (+)
Pembelian bersih = xxx xxx (+)
Barang tersedia untuk dijual xxxxx
Persediaan akhir x (-)
Harga Pokok xxxx

Contoh Soal :
Diketahui data persediaan barang PT. ABC sbb :
Persediaan awal = Rp. 2.000.000
Pembelian = Rp. 4.000.000
Retur pembelian = Rp. 1.000.000
Potongan pembelian dan pengurangan harga = Rp. 500.000
Beban angkut pembelian = Rp. 750.000
Persediaan akhir = Rp. 1.000.000
Hitung harga pokok penjualan barang tersebut !

Jawab :

Persediaan awal Rp. 2.000.000


Pembelian Rp. 4.000.000
Retur pem & pengurangan.harga Rp. 1.500.000 (-)
Rp. 2.500.000
Beban angkut pembelian Rp. 750.000 (+)
Pembelian bersih Rp. 3.250.000 Rp. 3.250.000 (+)
Barang tersedia untuk dijual Rp. 5.250.000
Persediaan akhir Rp.1.000.000 (-)

Harga Pokok Rp. 4.250.000

HP = Persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir

Pembelian bersih = Pembelian – Retur pembelian – Potongan pembelian + Beban angkut pembelian

Format nota pembelian barang / faktur pembelian barang

Berat kotor =
.........…kg

Tara ekstra (%) = - (bulat)


.........…kg

=
.........…kg

Tara % = - (bulat)
.........…kg

=
.........…kg

Refaksi % = - (bulat)
.........…kg
=
.........…kg

Potongan lain = -
.........…kg

Berat bersih = x Rp........./kg = Rp.........…


.........…kg

Rabat % = Rp.........… -

= Rp.........…

Biaya lelang % = Rp.........… +

= Rp.........…

Potongan tunai = Rp.........… -

= Rp.........…

Ongkos – ongkos :

Kurtasi 10 % = Rp.........…

Lainnya = Rp.........… + = Rp.........… +

= Rp.........…

Komisi % = Rp.........… +

Pembelian bersih = Rp.........…


Catatan :

½ kg keatas dibulatkan menjadi 1 kg

Kurang dari ½ kg, hilangkan

½ rupiah ke atas dibulatkan menjadi 1 rupiah

kurang dari ½ rupiah, hilangkan

2). Keterangan Istilah – Istilah Dalam Nota / Faktur Pembelian dan Nota / Faktur
Penjualan

(a) Potongan berat meliputi :

§ Tara ekstra atau tara istimewa, potongan terhadap pembungkus (kemasan) khusus, biasanya
dinyatakan dalam % tara = pembungkus

§ Tara atau pembungkus dapat dinyatakan dalam %

§ Refaksi, potongan yang diperhitungkan terhadap kemungkinan menyusutnya barang


dinyatakan dalam %

§ Potongan lainnya secara khusus adalah yang sering disebutkan dalam satuan Kg.

(b) Bruto atau Berat kotor adalah berat barang beserta pembungkus / kemasannya. Netto atau
Berat bersi adalah berat barang setelah dikurangi potongan – potongan berat.

(c) Potongan harga meliputi :

§ Rabat, potongan yang diberikan jika membeli dalam partai besar dan biasanya diberikan
kepada pihak yang akan menjual kembali

§ Potongan tunai atau potongan kontan, diberikan apabila pembayaran dilakukan tunai.

(d) Macam – macam biaya :

§ Biaya lelang, bila jual beli dilakukan melalui pelelangan umum. Biaya ini biasanya dinyatakan
dalam % dan selalu ditambahkan baik dalam faktur pembelian ataupun faktur penjualan.

§ Kurtasi atau propisi merupakan ongkos jasa seorang perantara (makelar) biasanya dinyatakan
dalam %

§ Komisi, ongkos jasa perantara komisioner yang dinyatakan dalam %

§ Biaya / ongkos lain – lain, seperti ongkos angkuta, sewa gudang, ongkos bongkar muat, dll
Ketiga biaya (1, 2, 3) dalam faktur pembelian ditambahkan, sedang dalam faktur
penjualan dikurangkan.

Contoh Soal dan Jawab Pembelian Barang Dagangan :

1. Seorang pedagang simplisia di jakarta menyuruh komisioner di semarang untuk membeli


12,650Kg simplisia. Tara 2%, tara ekstra 1%, harga Rp. 800,00/kg netto. Rabat 4%, pot. Tunai 1
½ dan biaya lelang 1%. Komisioner memperhitungkan ongkos angkut ke jakarta sebesar Rp.
240.000,00 kurtasi 1% dan komisi 5%. Susunlah faktur pembelian sebagaimana harus dibuat
oleh komisioner tersebut.

Jawab :

Berat kotor = 12.650 Kg

Tara ekstra 1% X 12.650 = 127 Kg (-)

= 12.523 Kg

Tara 2% X 12.523 = 250 Kg (-)

Berat bersih = 12.273 Kg x Rp. 800,00 = Rp. 9.818.400,00

Rabat 4% …………….. = Rp. 392.736,00 (-)

= Rp. 9.425.664,00

Biaya lelang 1% = Rp. 94.256,64 (+)

= Rp. 9.519.920,64

Pot. Tunai 1 ½% = Rp. 141.384,96 (-)

= Rp. 9.378.535,68

Ongkos – ongkos :

Kurtasi 1% 94.256,64

Angkutan 240.000,00 = Rp. 334.256,64 (+)

= Rp. 9.712.792,32

Komisi 5% = Rp. 485.639,62 (+)


Harga pokok = Harga pembelian bersih = Rp. 10.198.431,94

Nota penjualan / Faktur penjualan barang dagangan

1). Format Nota / Faktur Penjualan Barang

FAKTUR PENJUALAN

Berat kotor a.d. berat bersih lihat faktur pembelian : (sama caranya dengan faktur pembelian)

Berat bersih = …………… Kg x Rp. ……….. / Kg = Rp. ………………..

Rabat % = Rp. ……………….. (-


) = Rp. ………………..

Biaya Lelang % = Rp.


………………. (-)

= Rp.
………………..

Ongkos – ongkos :

Kurtasi % = Rp. …………….

Lainnya = Rp. …………….

Komisi % = Rp. …………….

= Rp.
……………….. (-)

Penjualan bersih = Rp.


………………..

2) Keterangan tentang perantara dalam perdagangan barang

Dikenal ada 2 ( dua ) macam perantara, yaitu :


Makelar : Seorang perantara perdagangan yang diangkat oleh pejabat negara
atas nama presiden dan diambil sumpahnya sebelum melaksanakan
tugasnya. Ia menjalankan tugas pekerjaannya atas nama orang lain
(pihak penyuruhnya atau prinsipalnya) tetapi tidak mempunyai
hubungan tetap atau tidak terikat dengan hubungan tetap. Atas
jasanya ia memperoleh imbalan : kurtasi atau propisi yang dinyatakan
dalam %.

Komisioner : Seorang perantara yang melakukan usahanya dapat mengadakan


persetujuan atas nama sendiri, tetapi atas perintah dan tanggung
jawab pihak lain ( prinsipalnya ).Imbalan jasanya : komisi dalam %

Perbedaan antara Komisioner dengan Makelar.


KOMISIONER Makelar
a. Jabatan bebas a. Diangkat pemerintah dan disumpah
b. Bertindak atas nama sendiri, tetapi atas b. Bertindak atas nama penyuruhnya
perintah dan tanggung jawab penyuruhnya c. Tidak memikul kewajiban keuangan
c. Memikul kewajiban keuangan d. Merupakan perwakilan langsung
d. Merupakan perwakilan tidak langsung

Contoh soal dan jawab Nota / Faktur Penjualan Barang Dagangan

Seorang saudagar kopra di Ujung Pandang menyuruh komisioner di Surabaya untuk menjualkan
2,186 Kg Simplisia dengan ketentuan sbb : Tara 2%, Tara istimewa 1%, Rabat 3%, Pot. Tunai
1%, ongkos angkutan dan bongkar muat sebesar Rp. 225.000,00. Komisi dan kurtasi yang
diperhitungkan 4% dan 1%. Susunlah faktur penjualan dengan harga netto Rp. 2.000,00 per Kg.

Jawab :

Berat kotor = 2.186 Kg

Tara ist. 1% = 22 Kg (-)

= 2.164 Kg

Tara 2% = 43 Kg (-)

Berat bersih = 2.121 Kg x Rp. 2.000,00 = Rp.


4.242.000,00
Rabat 3% x 4.242.000 = Rp. 127.000,00
(-)

= Rp. 4.114.740,00

Potongan tunai 1 % x 4.114.740 = Rp. 41.147,40


(-)

= Rp. 4.073.592,60

Ongkos – ongkos :

Kurtasi 1% x 4.114.740 = Rp. 41.147,40

Ongk. Angkut = Rp. 225.000,00

Komisi 4% x 4.073.592,60 = Rp. 162.943,70


(+)

Harga penjualan bersih = Rp. 348.901,10


(-)

= Rp. 3.689.501,5

Harga Pokok Barang di Apotik

1. Harga Netto Apotik ( HNA )

Harga netto apotik sama dengan harga beli yang dibayarkan apotik kepada penyalur tanpa
memperoleh potongan penjualan. Sering disebut Harga Pokok Penjualan. Untuk menetapkan
Harga Jual maka apotik mempunyai kebijaksanaan sendiri dalam menentukan % (persentase)
laba.

Jadi :

Harga Jual = HNA + Laba

Contoh :
1. Tanggal 3/3 2003 Apotik Jaya Abadi membeli Kalpicillin Kaplet 500mg 1 (satu)
dos @ Rp. 85.000. dari PT. Prima Medika dengan Harga Netto Apotik (HNA). Bila laba
yang diinginkan apotik = 30% dari harga pokok, hitunglah harga jualnya !

Jawab :

Diketahui : HNA = Rp. 85.000

Laba = 30 %

Perhitungan : Harga jual = HNA + Laba

= 85.000 + ( 0,3 x 85.000 )

= 85.000 + 25.500

= Rp. 110.500,00

2. Tanggal 5/3 2003 Apotik Jaya Abadi membeli separtai obat – obatan dengan
harga Rp. 2.000.000,00 (HNA ) PPN 10% = Rp. 200.000,00 maka jumlah yang dibayar
apotik kepada PT. Sumber Makmur = Rp. 2.200.000,00. Bila apotik mempunyai kebijaksanaan
laba 331/3% dari harga pokok, maka harga jualnya ?

Jawab :

Harga jual = HNA + PPN Laba

= 2.000.000,00 + 200.000,00 + ( 331/3 % x 2.200.000 )

= 2.200.000,00 + 733.333,00

= 2.933.333,00

Harga Eceran Tertinggi (HET)


Harga eceran tertinggi adalah harga jual yang tertinggi yang ditetapkan oleh penyalur /
oleh produksi farmasi sebagai imbalan keuntungan yang diperoleh apotik berupa potongan
penjualan.

Harga Pokok Penjualan Apotik = HET – Potongan Penjualan

Atau

HPP = HET – Potongan Penjualan ( Laba )

Contoh -1:

5/5 2003 dibeli Pehacort tablet sebanyak 1 fls (500 Tab.) seharga Rp. 210.000,00 (HET) dari
PT.Bhakti Wira Husada dengan potongan penjualan 331/3%. Hitunglah harga pokok penjualan !

Jawab :

Harga Jual Tertinggi = Rp. 210.000,00

Lab / Potongan Penjualan = 33 1/3 = Rp. 70.000,00 (-)

Harga Pokok Penjualan = Rp. 140.000,00

Contoh-2 :

7/5 2003 dibeli Bartolium Kapsul 1 fls (50 kapsul) dengan harga Rp. 81.000 (HET) dengan
PPN 10% (Rp. 8100,00) dengan potongan 33 1/3%. Maka harga pokok penjualan sbb :

HET = Rp. 81.000,00

Potongan Penjualan = 33 1/3% = Rp. 27.000,00 (-)

Harga Netto Apotik = Rp. 54.000,00

Pajak ( PPN 10% ) = Rp. 5.400,00 (+)

Harga Pokok Penjualan = Rp. 59.400,00


Jadi :

HPP = HET – Potongan Penjualan + PPN

Harga Pokok Produksi

1. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur,
biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :

1. Biaya Produksi

2. Biaya Pemasaran

3. Biaya Administrasi

Biaya Produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen,
biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji dan karyawan yang bekerja dalam bagian –
bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi :

1. Biaya bahan baku,

2. Biaya tenaga kerja langsung, dan

3. Biaya overhead pabrik (factory overhead cost)

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya
utama (prime cost). Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut
biaya konversi (coversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan
baku menjadi produk jadi.
Biaya pemasaran merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang
perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian – bagian yang melaksanakan kegiatan
pemasaran, biaya contoh (samlpe).

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya – biaya untuk mengkoordinasi kegiatan
produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan,
akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya
cotocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan
istilah Biaya Komersil (Commercial Expenses).

2. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya
dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :

1. Biaya langsung ( Direct Cost )

2. Biaya tidak langsung ( Indirect cost )

Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua, yaitu biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen,
biaya dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung
departemen.

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu – satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung
ini akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu
yang dibiayai.

Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya langsung departemen (direct departement costs) adalah semua biaya yang terjadi di dalam
departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen bagi
Departemen Pemeliharaan dan Biaya Depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut,
merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut.

Biaya langsung adalah biaya yang langsung membebani produk ( hasil produksi ),
seperti :

§ Harga bahan baku serta bahan tambahan yang dipakai

§ Upah kerja ( mesin dan manusia )


Biaya ini disebut sebagai biaya variable (tidak tetap) karena bergantung pada volume produksi.

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu
yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah
biaya produk tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini tidak
mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.

Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A, B dan C merupakan biaya tidak
langsung bagi baik produk A, B maupun C, karena gaji mandor tersebut terjadi bukan hanya
karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut, melainkan karena memproduksi
ketiga jenis produk tersebut.

Jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (misalnya perusahaan semen,
pupuk urea, gula) maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan
produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik (factory overhead costs).

Dalam hubungannya dengan departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari
satu departeme. Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen Pembangkit Tenaga Listrik.
Biaya ini dinikmati oleh departemen – departemen lain dalam perusahaan, baik untuk
penerangan, maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang mengkonsumsi listrik. Bagi
departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya Departemen
Pembangkit Tenaga Listrik merupakan biaya tidak langsung departemen.

Biaya tidak langsung, ialah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak langsung membebani
hasil produksi, misal :

§ pemakaian listrik

§ biaya pemeliharaan mesin - mesin

§ biaya penyusutan mesin dan gedung pabrik

§ gaji teknisi mesin - mesin

§ biaya administrasi dan lainnya di pabrik tsb.

3. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan biaya
nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan
bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya – biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi
dan umum.
Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk menghitung
harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntans masih dalam
proses. Biaya nonproduksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total
harga pokok produk.

Unsur – unsur harga pokok produksi dengan metode Full Costrip sbb :

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Biaya overhead pabrik tetap xx

Harga pokok produksi

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan Full costing terdiri dari unsur
harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya
pemasaran, biaya administrasi dan umum). Lihat gambar yang melukiskan unsur harga pokok
produksi dan harga pokok produk dengan pendekatan full costing.

Contoh Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Produk serta Harga Jual.

Contoh-1

Dalam memproduksi 1000 botol sirup antihistaminika dikeluarkan biaya – biaya sbb :

Biaya langsung

- Bahan Utama Rp. 472.000,00

- Bahan Pembantu Rp.


128.000,000

Rp. 600.000,00

- Upah Mesin

80 Jam x Rp. 2.000 Rp. 160.000,00

- Upah Karyawan
80 Jam x Rp. 1.200 Rp. 96.000,00

Rp. 256.000,00 +

Jumlah biaya langsung Rp. 856.000,00

Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung 20% dari biaya +


langsung :
Rp. 171.200,00
20% x Rp. 856.000,00

Jumlah harga pokok produksi Rp. 1.102.000,00

per 1000 botol

Laba yang diinginkan 20% Rp. 220.400,00 +

Harga jual bersih pabrik Rp. 1.322.400,00

per 1000 botol

Harga jual produk per unit / per botol Rp. 1.322,40

Contoh – 2 :

Sebuah perusahaan farmasi membuat obat – obatan dalam suatu proses produksi membutuhkan
biaya – biaya :

- Bahan utama = Rp. 520.000,00

- Bahan penolong = Rp. 342.000,00

- Upah mesin dan karyawan = Rp. 441.000,00

- Biaya tidak langsung diperhitungkan 30 % dari biaya langsung

- Biaya umum satu bulan = Rp. 1.204.200,00

Proses produksi berlangsung selama 15 hari. Barang yang dihasilkan dikemas 3 kemasan dengan
perbandingan 2 : 3 : 5, yang masing – masing berjumlah 1.000 kesatuan per unit

Hitunglah harga pokok barang untuk tiap – tiap kemasan.


Jawab :

Biaya langsung :

Bahan utama …………………………………………………..Rp. 520.000,00

Bahan penolong ……………………………………………….Rp. 342.000,00

Upah mesin dan karyawan …………………………………….Rp. 441.000,00 (+)

Jumlah biaya langsung Rp. 1.303.000,00

Biaya tidak langsung :

0,5 x 1.0.900,00 ……………………………………………….Rp. 390.900,00 (+)

Jumlah harga pokok produksi Rp. 1.693.900,00

Biaya umum untuk 15 hari :

½ x Rp. 1.204.200,00 …………………………………………Rp. 602.100,00 (+)

Jumlah harga pokok produk Rp. 2.296.000,00 / 3000 unit kemasan


yang berbeda

Barang yang dihasilkan : 1000 kst kemasan I

1000 kst kemasan II

1000 kst kemasan III

Perbandingan I : II : III = 2 : 3 : 5

Bila seandainya seluruh batch dihasilkan hanya untuk jenis kemasan I, akan diperoleh :

Jenis kemasan I ……………………. = 1.000 kst I

1.000 kst I = 3/2 x 1.000 kst = 1.500 kst I

1.000 kst III = 5/2 x 1.00 kst = 2.500 kst I


Jumlah = 5.000 kst

Maka harga pokok / kst I = Rp. 2.296.000 = Rp. 429,20

Harga pokok / kst II = 3/2 x Rp. 459,20 = Rp. 688,80

Harga pokok / kst III = 5/2 x Rp. 459,20 = Rp. 1.148,00

Cara Menghitung Harga Jual Apotek (HJA)

HNA

adalah Harga Netto Apotek, merupakan harga (modal) awal apotek dalam membeli obat dari
distributor

(PBF atau PBF Cabang).

Mark Up

adalah % keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,25) dan ada yang menetapkan 30% (1,3).

PPN 10% (1,1)

adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan untuk setiap pertambahan nilai dari proses
transaksi dari produsen sampai ke konsumen.

HJA

adalah Harga Jual Apotek, harga yang ditawarkan kepada konsumen setelah diperhitungkan
HNA, PPN 10% dan Mark Up.

HJA = HNA x PPN 10% x Mark Up

Contoh soal penghitungan harga jual apotek :


Resep

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 03. 04. 01.


RUMAH SAKIT TINGKAT 03. 07. 02. SALAK - BOGOR
JL. JENDRAL SUDIRMAN NO. 8 TELP. 8344609-8345222

Dokter : Dr. Risman Rais, Sp. THT.KL


LETKOL. CKM NRP 11960005980568
Tanggal :Bogor, 11 Januari 2013

R/ Cefat 500 mg No. XII


S.2.dd.I

R/ Asam Mefenamat 500 mg 1 tab


Loratadine ½ tab
Ambroxol ½ tab
mf. pulv da in cap No. XV
S.3.d.d.I

Pro : Nn. Dewi


Umur : 22 tahun
Alamat: Cisarua - Bogor

W RS. SALAK (12)

II. Skrining Resep


1. Nama dokter : Dr. Risman Rais, Sp. THT.KL
2. Alamat : Jalan Jendral Sudirman No. 8 Bogor
3. Izin praktek dokter : LETKOM. CKM NRP 11960005980568
4. Tanggal penulisan resep (incriptio) : 11 Januari 2013
5. Invacatio
a. Tanda R/ pada bagian setiap penulisan resep : ada
b. Nama setiap obat dan komposisi resep : ada

6. Aturan pemakaian obat (Signature) : ada


a. Cefat : Sehari dua kali satu kapsul
b. Asam Mefenamat : Sehari tiga kali satu kaplet
c. Loratadin : Sehari tiga kali ½ tablet
d. Ambroxol : Sehari tiga kali ½ tablet
7. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai perundang-undangan yang berlaku
(Subscriptio) : ada

III. Perhitungan Dosis


Dosis
Dosis Lazim
Obat Kandungan Resep Keterangan
(DL)
(DR)
Cefat
1-2 x sehari 0,5-1 gram
(ISO vol 2x1
Sefadroksil (Drug Information 2010, DR = DL
47 hal 500 mg
hal 106)
136)
Pemula 500 mg;
Asam
kemudian 250 mg, setiap
Mefenamat Asam 3x1
6 jam DR > DL
(ISO vol Mefenamat 500 mg
(Drug Information 2010,
47 hal 4)
hal 2135)
Loratadine
3x1 1x 1 sehari 10 mg (Drug
(ISO vol Loratadine DR>DL
5 mg Information, hal 41)
47 hal 73)
Ambroxol
(ISO vol Ambroxol 2-3 x sehari 1 tablet
15 mg DR < DL
47 hal Hidroklorida (OOP hal 664)
490)

Sumber:
American society of Health-System Pharmacist . 2010. Drug Information. Bethesda: Maryland
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting. Jakarta: Gramedia
Tim Redaksi ISO. 2012. ISO Indonesia Volume 47. Jakarta: PT ISFI Penerbitan

IV. Perhitungan Bahan


Cefat : 12 tablet
Asam Mefenamat : 15 x 1 tablet = 15 tablet
Loratadin : 15 x ½ tablet = 7 ½ tablet
Ambroxol : 15 x ½ tablet = 7 ½ tablet

V. Perhitungan Harga
Asumsi harga pada ISO adalah HNA
PPN = 10 %, Mark Up = 25 %
Biaya non racik = Rp 1.000,00, Biaya Racik = Rp 5.000,00

Cefat
 Harga Obat (ISO) : 10 x 10 kapsul Rp. 872.500,00
 HNA :
 HJA :Rp. x 1,1 x 1,25 = Rp. 11.996,88/tablet

Asam Mefenamat
 Harga Obat (ISO) : 10 x 10 kaplet Rp. 20.000,00
 HNA :
 HJA :Rp200,00 x 1,1 x 1,25 = Rp. 275,00/kaplet

Loratadine
 Harga Obat (ISO) : 50 tablet Rp. 15.500,00
 HNA :
 HJA :Rp. x 1,1 x 1,25 = Rp. 426,25/tablet

Ambroxol
 Harga Obat (ISO) : 10 x 10 tablet Rp. 15.000,00
 HNA :
 HJA :Rp. x 1,1 x 1,25 = Rp. 206,25/tablet

Jumlah Jumlah yang Total harga


Obat Harga obat
Obat harus dibayar per R/
Cefat 12 tab Rp.11.996,88/tab Rp. 143.962,56
Uang R/ non
1 R/
racik Rp. 1.000,00/R/ Rp. 1.000,00 Rp.144.962,56
Asam
15 kapl
Mefenamat Rp. 275,00/kapl Rp. 4.125,00
Loratadine 8 tab Rp. 426,25/tab Rp 3.410,00
Ambroxol 8 tab Rp. 206,25/tab Rp. 1.650,00
Uang R/
1 R/
racik Rp. 5.000,00/R/ Rp. 5.000,00 Rp. 14.185,00
Total Pembayaran Rp.159.147,56

VI. DRP (Drug Related Problem)


Cefat
Indikasi : Infeksi saluran pernafasan
Kontra Indikasi : Hipersenditivitas

Asam Mefenamat
Indikasi : Meredakan nyeri ringan sampai sedang karena sakit kepala,
sakit gigi, dismenore primer, trauma, nyeri otot dan pasca
operasi.
Kontra Indikasi : Tukak peptic, kerusakan ginjal, asma yang sensitive
terhadap AINS
Efek Samping : Reaksi hematologi dan kulit, gangguan ginjal
Perhatian : Hamil, menyusui, gangguan ginjal dan hati

Loratadine
Indikasi : Meredakan gejala ringitis alergi, Urtikaria kronik idiopatik
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap komponen obat ini
Efek Samping : Sedasi, efek antikolinergik, rasa lelah, mual, sakit kepala,
takikardi, sinkop, alopesia, anafilaksis, fungsi hati abnormal,
takiaritmia supraventrikuler
Interaksi Obat : Simetidin, Eritromisin, ketokonazol, kuinidin, flukonazol,
fluoksetin

Ambroxol
Indikasi : Gangguan saluran nafas akut dan kronik disertai sekresi
bronki sub normal
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap ambroxol

1. Berdasarkan Dosis
a) Cefat
Dosis obat yang digunakan pada resep sudah sesuai dosis lazim. Jadi tidak terjadi efek dosis
lebih tinggi dan kurangnya efek terapi akibat dosis yang rendah.
b) Asam mefenamat
Dosis obat yang digunakan pada resep lebih besar daripada dosis lazim, sehingga akan
meningkatkan efek samping obat.
c) Loratadin
Dosis obat yang digunakan pada resep lebih besar daripada dosis lazim, sehingga akan
meningkatkan efek samping obat.
d) Ambroksol
Dosis obat yang digunakan pada resep sudah sesuai dosis lazim. Jadi tidak terjadi efek dosis
lebih tinggi dan kurangnya efek terapi akibat dosis yang rendah.

2. Berdasarkan Harga
Harga yang harus dikeluarkan oleh pasien sebesar Rp. 159.147,56 adalah harga yang tidak
rasional, karena apabila obat cefat diganti dengan obat generik, harga obat akan jauh lebih
murah.
VII. Pembuatan dan Penyerahan
1. Terima resep dan analisis resep
2. Cek persediaan obat
3. Hitung harga obat
4. Informasikan harga kepada pasien
5. Jika pasien setuju, beri nomor resep dan siapkan obat :
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil 12 kapsul Cefat, dimasukkan kemasan, dberi etiket
c. Diambil 15 kaplet Asam mefenamat, gerus hingga halus.
7 tablet Loratadin digerus hingga halus, ditambahkan ½ tablet loratadin (digerus 1 tablet
loratadine, ditimbang beratnya kemudian dibagi menjadi 2 bagian sama rata).
7 tablet ambroxol digerus hingga halus, ditambahkan ½ tablet ambroxol (digerus 1 tablet
ambroxol, ditimbang beratnya kemudian dibagi menjadi 2 bagian sama rata).
Campurkan semua obat yang telah digeus halus, aduk hingga rata. Timbang seluruh serbuk, berat
dibagi 15 kemudian ditimbang untuk 1 kapsul. Sisa dibagi menjadi 2 bagian sama rata, dan
masing-masing dibagi menjadi 7 bagian sama rata masukan kedalam cangkang kapsul. Kemas
dan diberi etiket
6. Dilakukan pengecekan ulang oleh orang lain ( kesesuaian obat dengan resep, jenis dan jumlah
obat)
7. Diserahkan obat kepada pasien
 Minta no.resep pasien, dicocokkan dengan no. pada resep, nama pasien dan nama dokter
 Beri informasi kepada pasien
Contoh Resep Dan Cara Mengerjakannya ( puyer).

dr. Hadi S
SIP : 123/DU-01/VII/2005
Jl. Tekukur 41 Samarinda
Samarinda, Feb 2015

R/ Amoxycillin 200 mg
Luminal 10 mg
CTM 2 mg
m.f. Pulv. dtd.No X
S. tdd.pulv. ac

Pro: Yanti ( 10 thn )


Alamat : Jl. Kini Balu 35 Samarinda

Terjemahan Latin :
 R/ : recipe : ambillah
 m.f.pulv.dtd.No.X : misce fac pulveres da tales doses nomero decim : campur dan buat serbuk
bagi berikan dalam dosis demikian sebanyak 10 bungkus
 S.t.d.d.pulv.ac : signa ter de die pulverem... ante coenam : tandai 3 x sehari ... bungkus sebelum
makan
 Pro : untuk

I. Kelengkapan Resep :
1. Nama, SIP, alamat dokter = ada
2. Nomor resep = tidak ada
3. Incriptio = tidak ada
4. Invecatio = ada
5. Praescriptio= ada
6. Signatura = tidak ada ( belum jelas berapa bungkus?)
7. Subcriptio = tidak ada
8. Nama, umur, alamat pasien= ada
II. Keterangan : ( Resep Standart, Buku referensi, Isi Zat Aktif, Keterangan Dosis, OTT, Usul
Perbaikan, dll ) : -
Buku referensi = FI edisi III
Isi zat aktif = 1. Amoxcyllin
2. Luminal
3. CTM
Keterangan dosis ( DM) = Luminal 1x =300mg , 1H =600 mg ( FI edisi III hal
CTM = 1 H = 40 mg ( FI edisi III hal
Usul Perbaikan = memperjelas signatura tentang berapa bungkus yang diminum

III. Monografi Kelarutan :


Penggolongan Obat :
Nama Bahan Golongan Obat
1. Amoxycillin Obat Keras
2. Luminal Obat Psikotropika
3. CTM Obat keras

Perhitungan Dosis :

DOSIS PENYESUAIAN DOSIS


KETERANGAN % DOSIS
MAKSMIAL DOSIS PEMAKAIAN
1X = 300 mg 1X = 10/20 X 1X = 10 mg 1X = 10 mg/150 mg
300mg = 150 mg X 100% = 6,67 %
LUMINAL
1H = 600 mg 1H = 10/20 X 600 1H = 10 mg X 3 1H = 30 mg/300 mg
mg = 300 mg = 30 mg X 100% = 10%
1X = - 1X = - 1X = 2 mg 1X = -
CTM 1H = 40 mg 1H = 10/20 X 40 1H = 2 mg X 3 = 1H = 6 mg/20 mg X
mg = 20 mg 6 mg 100% = 30%

IV. Penimbangan Bahan :


Jumlah
No. Nama Bahan Perhitungan E.D Bahan
Ditimbang
Amoksisilin 10 x 200 mg = 2000 mg/500 mg/tab 4 tab
1.
= 4 tab
2. Luminal 10 x 10 mg = 100 mg 100 mg
3. CTM 10 x 2 mg = 20 mg/4 mg/tab = 5 tab 5 tab

V. Cara Kerja :
1. Ditimbang Luminal 100 mg
2. Diambil CTM 5 tab, dimasukkan kedalam mortir.
3. Diambil amoksisili 4 tab, dimasukkan ke dalam mortir, digerus sampai homogen
4. Ditambahkan Luminal,digerus sampai homogen
5. Dikeluarkan dari dalam mortir, dibagi menjadi 10 bagian yang sama rata, dibungkus yang rapi
dimasukkan kedalam kemasan, diberi etiket putih, label NI dan diserahkan ke pasien
Cara Mengerjakan Rerep Kapsul Dengan Keterangan "dtd"

R/ Antalgin 0,250

GG 0,050

Theofylin 0,100

m.f caps dtd No XII


S. S.os caps 1

Pro : Andika (12th)

Resep Standar

Dosis Maksimum
Theofylin 1 kali : 0,500
1 hari : 1

Teori/Usul/Keistimewaan
Usul saccarum lactis
Pemakaian maksimal 1 hari (3x)

Perhitungan Dosis Maksimum


Theofylin :
Dosis pemakaian: 1 kali : 0,100
1 hari : 0,100 x 3 = 0,300

Konfersi DM 1 kali : 12 x 0,500 = 0,300 g


20
1 hari : 12 x 1 = 0,600 g
20

Persentasi DM 1 kali : 0,100 x 100% = 33,34 %


0,300
1 hari : 0,300 x 100% = 50%
0,600

Perhitungan Bahan
Antalgin 0,250 x 12 = 3 g
GG 0,050 x 12 = 0,600 g
Theofylin 0,100 x 12 = 1,2 g
SL 0,300 x 12 = 3,6 - ( 3 + 0,600 + 1,2)
= 3,6 - 4,8
= - 1,2 g
Usul SL 0,500 g
Cangkang kapsul : 3 + 0,600 + 1,2 + 0,500 = 0,441 (kapsul no 3)
12
Penimbangan Bahan
Antalgin 3 g
GG 0,600 g
Theofylin 1,2 g
SL 0,500 g

Teknik Pembuatan

1. lapisi mortir dengan sebagian SL

2. tambahkan GG gerus homogen

3. tambahkan theofylin gerus homogen

4. tambahkan antalgin gerus homogen

5. tambahkan sisa SL gerus homogen

6. timbang bagi dua sama banyak, masing-masing bagian bagi enam sama banyak

7. masukan serbuk kedalam cangkang kapsul

8. kemas, beri etiket

9. serahkan, berikan informasi obat


Cara Mengerjakan Resep Salep Luka Bakar

R/ Salep luka bakar 15


Adde
Benzocain 1%

S tdd applic part dol

Pro : Tn. Sodikin

Resep Standar
Olei Iecoris Unguentum (FN hal 217)
Tiap 10 gram mengandung :
oleum iecoris aselli 2,5 g
Cera flava 250 mg
vaselin flavum hingga 10 g

Teori/Usul/Keistimewaan
Tanya luka bakar baru atau lama
cera flava dan vaselin flav dilebur
oleum iecoris aselli ditambahkan setelah dingin

Perhitungan Bahan
oleum iecoris aselli = 15/10 x 2,5 = 3,75 g
Cera flava = 15/10 x 0,250 = 0,375 g
vaselin flavum = 15 - ( 3,75 + 0,375 )
= 15 - 4,125
= 10,87 g
benzocain = 1/99 x 15 = 0,151 g

Penimbangan Bahan
oleum iecoris aselli : 3,75 g
cera flava : 0,375 g
vaselin flav : 10,87 g

Teknik Pembuatan

1. dalam cawan penguap lebur cera flava dan vaselin flavum ad cair
2. dalam mortir masukan benzocain, tambahkan hasil leburan , gerus homogen
3. tambahkan sedikit demi sedikit oleum iecoris aselli, gerus homogen
4. kemas, beri etiket
5. serahkan, berikan informasi obat
Contoh:
Dokter membuat resep " Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol Forte syrup ialah
240 mg tiap 5 mL (mililiter)
Jawab:
120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth

Rumus ini juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang tidak harus
menggunakan batas waktu atau alat mesin syringe pump

Contoh:
Metronidazole injeksi 3 dd x 150 mg. Sediaan obat Metronidazole injeksi untuk setiap 100 mL
adalah 500 mg.
Jawab:
150 mg/ 500 mg X 100 ml = 30 ml

Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dosis pada anak, yaitu:

1. Rumus Young (untuk anak usia di bawah 8 tahun)

2. Rumus Dilling (untuk anak usia di atas 8 tahun)

3. Rumus Fried (untuk bayi)


4. Rumus Thremich Fier (berdasarkan bobot anak)

Dalam penulisan resep sediaan pulveres, ada 2 versi yaitu:

1. Ditulis sejumlah bahan untuk dibuat dan dibagi menjadi beberapa bungkus serbuk (tanpa dtd)
contoh: mf pulv no X

2. Ditulis jumlah bahan untuk tiap bungkus dan jumlah bungkus yang harus dibuat (ada dtd)

contoh: mf pulv dtd no X

dtd = da tales doses (berikan dalam dosis demikian)

Jika ada dtd maka penimbangan dilakukan dengan mengalikan masing masing bahan dengan
jumlah sediaan yang dibuat, sehingga bobot setiap bahan dalam tiap sediaan akhir akan sesuai
dengan yang tertulis di resep.

Jika tanpa dtd maka penimbangan dilakukan sesuai yang tertulis dalam resep.

Oleh karena itu dosis obat yang menggunakan dtd akan lebih besar daripada yang tidak
menggunakan dtd (source: here)

Contoh Soal:

1. R/ Efedrin HCl 10 mg

Mf pulv dtd no. X

Stdd pulv I

pro: Frimi (7 tahun)

–> Efedrin HCl dengan dosis 10 mg, diberikan tiga kali sehari, untuk anak usia 7 tahun
Jawab:

ada dtd, artinya efedrin HCl 10 mg untuk tiap bungkus serbuk

di FI III, dosis maksimum untuk Efedrin HCl adalah 50 mg – 150 mg

artinya, dosis maksimum untuk sekali pemakaian adalah 50 mg, dan untuk sehari pemakaian
adalah 150 mg

dosis maksimum anak untuk sekali pemakaian:

dosis maksimum anak untuk sehari pemakaian:

% dosis untuk sekali pemakaian = 10 mg (tertera di resep) / 18,42 mg x 100% = 54,28%

% dosis untuk sehari pemakaian = 10 mg x 3 (karena 3 kali sehari) / 55,26 mg x 100% = 54,28%

maka, dosis tidak melewati dosis maksimum

2. R/ Aminophyllin 150 mg

Mf pulv dtd no. X

Sbdd pulv I

pro: Aira (10 tahun)


–> Aminophyllin dengan dosis 150 mg, diberikan dua kali sehari, untuk anak usia 10 tahun

Jawab:

ada dtd, berarti aminofilin 150 mg untuk setiap bungkus

di FI III, dosis maksimum untuk Aminophyllin adalah 500 mg – 1,5 g

artinya, dosis maksimum untuk sekali pemakaian adalah 500 mg, dan untuk sehari pemakaian
adalah 1500 mg

dosis maksimum anak untuk sekali pemakaian:

dosis maksimum anak untuk sehari pemakaian:

% dosis untuk sekali pemakaian = 150 mg (tertera di resep) / 250 mg x 100% = 60%

% dosis untuk sehari pemakaian = 150 mg x 2 (karena 2 kali sehari) / 750 mg x 100% = 40%

maka, dosis tidak melewati dosis maksimum

3. R/ Eritromisin 150 mg
Mf pulv dtd no. X
Stdd pulv I

pro: Fajar (25 kg)


–> Eritromisin dengan dosis 150mg, diberikan tiga kali sehari, untuk anak dengan berat badan
25kg

Jawab:
ada dtd, artinya eritromisin 150 mg untuk tiap bungkus serbuk

di FI III, dosis maksimum untuk Eritromisin adalah 500 mg – 4 g

artinya, dosis maksikum untuk sekali pemakaian adalah 500 mg, dan untuk sehari pemakaian
adalah 4000 mg

dosis maksimum anak untuk sekali pemakaian:

dosis maksimum anak untuk sehari pemakaian:

% dosis untuk sekali pemakaian = 150 mg (tertera di resep) / 178,5 mg x 100% = 84%

% dosis untuk sehari pemakaian = 150mg x 3 (karena 3 kali sehari) / 1.428,5 mg x 100% =
31,5%

maka, dosis tidak melewati dosis maksimum

4. R/ Hidrokortison 180 mg
Mf pulv no XII
Sbdd pulv I

pro: Daehan (4 tahun)

Jawab:
tidak ada dtd, berarti hidrokortison 150 mg untuk 12 bungkus serbuk, maka 1 bungkus
mengandung hidrokortison 15 mg (180 mg/12 bungkus = 15 mg/bungkus)

di FI III, dosis maksimum untuk Hidrokortison adalah 100 mg – 200 mg

artinya, dosis maksimum untuk sekali pemakaian adalah 100 mg, dan untuk sehari pemakaian
adalah 200 mg
dosis maksimum anak untuk sekali pemakaian:

dosis maksimum anak untuk sehari pemakaian:

% dosis untuk sekali pemakaian = 15 mg / 25 mg x 100% = 60%

% dosis untuk sehari pemakaian = 15 mg x 2 (karena 2 kali sehari) / 50 mg x 100% = 60%

Anda mungkin juga menyukai