Anda di halaman 1dari 45

ANALISA PADA PIPA FURNACE

UNIVERSITAS MERCU BUANA

DISUSUN OLEH
CHANDRA BUDI KUNCORO 41317110029
NURAKHMAN 41314110021
ANDHI RIFALDY F 41318120079
MARIPUL SAGALA 41316110030
FAHMI D PAHLEVI 41318120038
I KADEK BENNY H 41318120025
RIAN KURNIADI 41318120025
NURUL HUDA 41314110078
BAB 1
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabalalamin, puji syukur selalu dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
petunjuk dan kekuatan sehingga pada akhirnya telah diselesaikan makalah ini, Makalah ini berisi
ANALISA PADA PIPA FURNACE Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada
setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian laporan
penelitian design pompa sentrifugal ini. Penulis juga berharap semoga laporan magang ini dapat
memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Tujuan pembuatan makalah ANALISA PADA PIPA FURNACE ini untuk mengetahui
macam macam dan juga cara kerja dari PIPA FURNACE Disadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik membangun dari seluruh
pembaca dan penggunanya sebab sekali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa disertai saran yang konstruktif.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami Bapak Tanjun yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 29 Juni 2019

Penulis
1.1 Latar Belakang

Furnace atau juga sering disebut dengan tungku pembakaran adalah sebuah perangkat yang digunakan
untuk pemanasan. Nama itu berasal dari bahasa latin Fornax, oven. Kadang-kadang orang juga
menyebutnya dengan kiln. Furnace sendiri sering di analogikan dengan furnace sebagai keperluan
industri yang digunakan untuk banyak hal, seperti pembuatan keramik, ekstraksi logam dari bijih
(smelting) atau di kilang minyak dan pabrik kimia lainnya, misalnya sebagai sumber panas untuk
kolom distilasi fraksional.

Adapun bahan bakar yang paling umum untuk furnace modern adalah gas alam, termasuk LPG
(liquefied petroleum gas), bahan bakar minyak, batu bara atau kayu. Dalam beberapa kasus pemanasan
resistensi listrik juga sering digunakan sebagai sumber panas, jika saja biaya listriknya rendah.

Hampir seluruh furnace menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas atau listrik sebagaimasukan
energinya.

• Furnace induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan baja dan besi tuang.
• Furnace pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan bakar minyak.

Furnace yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya menggunakan minyak furnace,
terutama untuk pemanasan kembali dan perlakuan panas bahan.

Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam furnace bila tidak dikehendaki adanya sulfur.Idealnya
furnace harus memanaskan bahan sebanyak mungkin sampai mencapai suhu yangseragam dengan
bahan bakar dan buruh sesedikit mungkin. Kunci dari operasi furnace yangefisien terletak pada
pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara berlebih yangminim. Furnace beroperasi
dengan efisiensi yang relatif rendah (serendah 7 persen) dibandingkandengan peralatan pembakaran
lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90 persen). Halini disebabkan oleh suhu operasi yang
tinggi dalam furnace. Sebagai contoh, sebuah furnace yang memanaskan bahan sampai suhu 1200
Deg.C akan mengemisikan gas buang pada suhu 1200 Deg.C atau lebih yang mengakibatkan
kehilangan panas yang cukup signifikan melalui cerobong.

Dimensi furnace dan kemampuan menghasilkan panasnya dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
sesuai fungsi dan kebutuhannya. Misalkan furnace untuk kebutuhan pembangkit listrik sudah barang
tentu memerlukan dimensi yang besar. Karena untuk menghasilkan uap melalui boiler diperlukan
energi panas yang besar pula.
Material furnace juga ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan energi apa yang akan digunakannya.
Bisa menggunakan dinding terbuat dari plat ss dengan isolasi ceramic fiber, atau menggunakan dinding
bata tahan api. Semuanya tergantung sesuai aplikasinya.

Furnace secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metode pembangkitan panasnya: furnace
pembakaran yang menggunakan bahan bakar, dan furnace listrik yang menggunakan listrik. Furnace
pembakaran dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, jenis bahan bakar yang digunakan, cara
pemuatan bahan baku, cara perpindahan panasnya dan cara pemanfaatan kembali limbah panasnya.
Tetapi, dalam praktiknya tidak mungkin menggunakan penggolongan ini sebab furnace dapat
menggunakan berbagai jenis bahan bakar, cara pemuatan bahan ke furnace yang berbeda.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang analisa pipa furnace.
2. Sebagai media untuk membantu pemahaman khususnya untuk mahasiswa Teknik Mesin.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini dibatasi pad masalah yang berupa pengertian pipa furnace
(walkingbeam) serta isolator refractory, perpindahan panas, radiasi (blackbody) dan desain pipa serta
perhitunganya.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan dari makalah dengan judul ” analisa pipa pada furnace” ini sesuai dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan, lingkup pembatasan
masalah, metodologi penyusunan laporan, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi teori dasar analisa pipa furnace serta isolator refractory.
BAB III PERPINDAHAN PANAS
Berisi tentang perpindahan suhu panas

BAB VI ANALISA RADIASI (BLACKBODY)


Berisi tentang kemungkinan kemungkinan kerusakan yang terjadi pada pompa
sentrifugal dan juga perbaikan baik perbaikan kerusakan ataupun perawatan
pencegahan kerusakan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan yang diambil dari analisa design pompa setrifugal dan perawatannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 FURNACE
Furnace I Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk
melelehkan logam untuk pembuatan bagian mesin (casting) atau untuk
memanaskan bahan serta mengubah bentuknya (misalnya rolling/penggulungan,
penempaan) atau merubah sifat-sifatnya (perlakuan panas).
Karena gas buang dari bahan bakar berkontak langsung dengan bahan

baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi penting. Sebagai contoh, beberapa
bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan bakar. Bahan bakar padat akan
menghasilkan bahan partikulat yang akan mengganggu bahan baku yang ditempatkan
didalam tungku. Untuk alasan ini:
a) Hampir seluruh tungku menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar
gas atau listrik sebagai masukan energinya.
b) Tungku induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan baja dan besi
tuang.
c) Tungku pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan bakar
minyak.
d) Tungku yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya
menggunakan minyak mngku, terutama untuk pemanasan kembali dan perlakuan
panas bahan.
e) Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam tungku bila tidak dikehendaki
adanya sulfur
Furnace adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk pernanasan, seperti ekstraksi
logam dari bijih (peleburan) atau di kilang minyak dan pabrik kimia lainnya, misalnya
sebagai sumber panas untuk pipa distilasi fraksional . Energi panas untuk bahan bakar
furnace didapat dari pembakaran bahan bakar, melalui listrik seperti tungku busur listrik,
atau melalui pemanasan dalam tungku induksi lnduksi
Seluruh tungku memiliki komponen-komponen seperti
a) Ruang refraktori dibangun dari bahan isolasi untuk menahan panas pada suhu operasi
yang tinggi.
b) Perapian untuk menyangga atau membawa baja, yang terdiri dari bahan refraktori
yang didukung oleh sebuah bangunan baja, sebagian darinya didinginkan oleh air.
c) Burners yang menggunakan bahan bakar cair atau gas digunakan untuk
menaikan dan menjaga suhu dalam ruangan. Batubara atau listrik dapat digunakan
dalam pemanasan ulang/reheating tungku.
d) Cerobong digunakan untuk membuang gas buang pembakaran dari ruangan
e) Pintu pengisian dan pengeluaran digunakan unruk pernuatan dan pengeluaran
muatan. Peralatan bongkar muat termasuk roller tables, conveyor, mesin pemuat dan
pendorong tungkI
1.2 JENIS – JENIS FURNACE

1. Muffle Furnace (Dapur Kotak)

merupakan tungku pemanas type indirect heating dengan satu heating chamber yang dilengkapi
oleh dua buah treatment muffle untuk proses kalsinasi dan reduksi. Untuk proses reduksi saat ini
telah dimodifikasi karena adanya kelemahan bagian - bagian tertentu dari sistem tungku yang
harus ditambahkan untukmeningkatkan faktor keamanan pengoperasian tungku. Diantaranya
lemahnya sistem pengaman gas buang, yang meliputi pembakaran gas yang keluar dari tungku,
pemantau laju aliran gas buang dan saluran gas buang itu sendiri yang selalu terbuka. Selain
itu konstruksi bagian dalam tungku yang berongga memungkinkan adanya udara terjebak harus
menjadi perhatian khusus mengingat operasi reduksi menggunakan gashidrogen. Tungku ini
dilengkapi dengan : sistirn pendingin, sistirn sirkulasi gas (Hjdan N2), sistim pembakaran gas
hidrogen otamatis (pilot burner), pemanas hingga 1200°C, sistim kendali suhu dan sistim pengaman
"interlock"
2. Salt Bath Furnace

Salt Bath Furnace direkayasa untuk perlakuan panas dari segala jenis logam dengan
tujuan pengerasan & quenching, anil, karburasi, pemanasan awal, dll tungku ini dipanaskan
dengan listrik, minyak atau gas. Salt bath Furnace dapat diberikan sebagai satu unit
atau garispengolahan kornprehensif yang dapat sepenuhnya tertutup dengan semua
ekstraksi asap dan fasilitas yang diperlukan penanganan mekanis.
3. Tempering Furnace Heating

Gambar skema temper Furnace Tungku menernpa direkayasa memberikan produktivitas tinggi dan
terus beroperasi pada suhu tempa yang biasanya tinggi. Dinding dan perapian dibangun
sedernikian rupa sehingga tahan terhadap abrasi dan shock.Operasi ini dibuat arnan untuk
operator dengan menyediakan perisai berjajar disesuaikan refraktori. Perisai juga mencakup bahwa
posisi slot tidak digunakan. Untuk melindungioperator Jebih Janjut tirai udara disediakan antara
perisai dan tungku untukmembawa kelebihan panas pergi. Pembakar operasi juga
aman.FiturBerikut adalah fitur dari tungku menempa:
a) Shell tungku yang dibuat dari tugas berat pelat baja dengan basis besi struktural miring.
b) Lapisan tungku berkualitas tinggi.
c) lsolasi ini dilengkapi dengan rendah zat besi bata api isolasi yang didukung dengan
batu bata api berkualitas tinggi
4. Pit Furnace

Pit furnace adalah alat yang diterapkan untuk pemanasan berbagai Jogam atau paduan Jogam.
Pit furnace tersedia dalam berbagai ukuran dan menggunakan gas atau bahan bakar. Pit furnace
dapat beroperasi pada berbagai suhu dan dirancang sedemikian rupa sehingga kehilangan panas
adalah minimum.Operasi yang aman, merupakan aspekpenting dari tungku ini karena kipas dan
elemen pemanas yang terpisahdari ruang beban. Karena ini kerusakan dari kontak tidak
disengaja untuk dihilangkan. Lapisan Jogam yang digunakan dalam ruang seluruh pekerjaan yang
memberikan daya tahan maksimurn tungku.
Berikut adalah fitur dari Pit Furnace :
a) Pit furnace bisa menahan operasiterus-menerus.
b) Beberapa Jubang tungku memiliki plug dalam jenis pintu I retort penutup
c) Suhu didistribusikan merata
d) Untuk elemen kehidupan elemen pemanas lagi beroperasi padabeban permukaan
rendah.
e) Tungku ini juga terisolasi dengan menggunakan batu bata
berkualitastinggi I serat keramik untuk konservasi energi.
f) Tungku Jubang terbaru ini menggunakan kontrol suhu otomatisolehcontroller
digital dengan aman back-up non-rnenunjukkan kontroler.
g) Operasi tungku aman karena penggunaan Interlocks keselamatan dan perangkat
perlindungan.
h) Menggunakan motor fan dengan pores dan bilah dari bahan tahan panas didinginkan
dengan air bantalan sirkulasi udara yang dilakukan.

5. MUFFLE FURNACE

Muffle furnace adalah tungku dimana bahan subyek dan semua produk pembakaran termasuk
gas dan abu terisolasi dari bahan bakar. Setelah pengembangan pemanas listrik ternperatur tinggi
dengan elemen dan elektrifikasi yang berkembang di negara-negara maju, muffle furnace
dengan cepat berubah ke listrik. Saat ini, muflle furnace biasanya berupa sebuah front-loading
kotak-jenis oven atau kiln untuk aplikasi suhu tinggi seperti kaca sekering, menciptakan lapisan
enamel, keramik dan barang solder dan mematri.
Muffle furnace juga digunakan dalam banyak penelitian, misalnya oleh ahli kimia untuk
menentukan berapa proporsi sampel yang mudah terbakar dan non-volatile. jenis Vecstar, sekarang
bisa menghasilkan kerja suhu sampai 1800 derajat Celcius, yang memfasilitasi aplikasi metalurgi
lebih canggih.
6. VACUUM FURNACE

Vacuum furnace adalah jenis furnace yang dapat memanaskan bahan, biasanya logam, pada
temperatur sangat tinggi dan melaksanakan proses seperti mematri, sintering dan perlakuan
panas dengan konsistensi tinggi dan kontaminasi rendah.Dalam sebuah vacuum furnace produk
dalam tungku dikelilingi oleh ruang hampa. Tidak adanya udara atau gas lainnya mencegah
perpindahan panas dengan produk melalui konveksi dan menghilangkan sumber kontaminasi.

7. WALKING BEAM FURNACE

Walking beam furnace yang digunakan dalam industri baja untuk aplikasi seperti anil, penempaan,
pemanasan, penghilang stres, pendinginan dan temperatur dengan suhu operasi maksimum -/+1100 °
C. Bahan tersebut secara bertahap diumpankan melalui tungku dengan bantuan balok berpendingin air
yang mengangkat dan memindahkan barang selangkah demi selangkah menuju transportasi.
Dindingnya yang terbuat dari batu bata tahan api. Sistem penggerak tungku balok berjalan dilindungi
dari timbangan dengan menyegel baja pegas dan arester. Balok dilengkapi dengan sistem pendingin
terintegrasi untuk menjamin masa pakai yang lama dan downtime yang rendah. Walking beam furnace
dilengkapi dengan pintu yang membuka dan menutup secara bertahap setelah barang melewati tungku.
Tungku dapat dikirim secara terpisah atau sebagai bagian dari jalur tungku sepenuhnya otomatis
dengan konveyor dan peralatan pengisian otomatis seperti robot penanganan dll. Untuk menjamin
tingkat produktivitas yang tinggi.
2. Refactory (Bahan Tahan Api)
2.1. Umum

Bahan apa pun dapat digambarkan sebagai ‘tahan api,’ jika dapat menahan aksi benda padat,
korosif, cairan atau gas pada suhu tinggi. Berbagai kombinasi kondisi operasi di mana refraktori
digunakan, membuatnya perlu untuk memproduksi berbagai bahan refraktori dengan sifat yang
berbeda. Bahan tahan api dibuat dalam berbagai kombinasi dan bentuk tergantung pada aplikasinya.
Persyaratan umum dari bahan tahan api adalah:
• Tahan suhu tinggi
• Tahan perubahan suhu yang tiba-tiba
• Menahan aksi terak logam cair, kaca, gas panas, dll
• Tahan beban pada kondisi layanan
• Menahan beban dan gaya abrasive
• Hemat panas
• Memiliki koefisien ekspansi termal yang rendah
• Sebaiknya tidak mencemari bahan yang bersentuhan dengannya

Tabel 1. Khas Sifat Tahan Api (The Carbon Trust, 1993)


Property High Thermal Mass Low Thermal Mass
(High density (Ceramic fiber)
refractories)
Thermal conductivity (W/m K) 1.2 0.3

Specific heat (J/kg K) 1000 1000

Density (kg/m3) 2300 130


Gambar 1a. Refractory lining of a furnace
Gambar 1b. Refractory walls of a
arch (BEE, 2005)
furnace interior with burner blocks
(BEE, 2005)

2.2. Sifat Refractory


Beberapa sifat penting dari refraktori adalah:
• Titik lebur:
Titik leleh refraktori adalah suhu di mana piramida uji (kerucut) gagal menopang
bobotnya sendiri.
• Ukuran:
Ukuran dan bentuk refraktori adalah bagian dari desain tungku, karena hal itu
mempengaruhi stabilitas struktur tungku.
• Densitas curah:
Densitas curah adalah properti refraktori yang berguna, yang merupakan jumlah
material refraktori dalam volume (kg / m3).
• Porositas:
Porositas semu adalah volume pori-pori terbuka, di mana cairan dapat menembus,
sebagai persentase dari total volume refraktori. Sejumlah besar pori-pori kecil umumnya lebih
disukai daripada sejumlah kecil pori-pori besar.
• Kekuatan penghancuran dingin:
Kekuatan penghancuran dingin adalah resistensi refraktori terhadap penghancuran,
yang sebagian besar terjadi selama transportasi..
• Kerucut pyrometric dan setara kerucut Pyrometric (PCE):
'refractoriness' dari bata (refraktori) adalah suhu di mana refraktori membungkuk
karena tidak dapat lagi menopang bobotnya sendiri. Kerucut pirometri digunakan dalam
industri keramik untuk menguji daya tahan batu bata (refraktori). Satu kerucut akan ditekuk
bersama dengan bata tahan api. Ini adalah kisaran suhu dalam oC di atas mana refraktori tidak
dapat digunakan. Ini dikenal sebagai suhu Setara Pyrometric Cone. (Gambar 3)

Gambar 2: Pyrometric Cones


(Bureau of Energy Efficiency, 2004)
• Creep pada suhu tinggi:
Creep adalah properti yang bergantung pada waktu, yang menentukan deformasi pada
waktu tertentu dan pada suhu tertentu oleh bahan tahan api di bawah tekanan.
• Stabilitas volume, ekspansi, dan penyusutan pada suhu tinggi:
Kontraksi atau ekspansi refraktori dapat terjadi selama masa pakai. Perubahan
permanen dalam dimensi tersebut mungkin disebabkan oleh:
1. Perubahan bentuk alotropik, yang menyebabkan perubahan berat jenis
2. Reaksi kimia, yang menghasilkan bahan baru dengan gravitasi spesifik yang berubah
3. Pembentukan fase cair
4. Reaksi sintering
5. Fusion debu dan terak atau oleh aksi alkali pada refraktori fireclay, untuk membentuk
silikat alkali-alumina. Ini umumnya diamati dalam blast furnace.
• Ekspansi termal reversibel:
Ekspansi termal reversibel adalah refleksi dari transformasi fase yang terjadi selama
pemanasan dan pendinginan.
• Konduktivitas termal:
Konduktivitas termal tergantung pada komposisi kimia dan mineralogi dan konten
silika refraktori dan pada suhu aplikasi. Konduktivitas biasanya berubah dengan naiknya suhu.
Konduktivitas termal yang tinggi dari suatu refraktori diinginkan ketika perpindahan panas
melalui pekerjaan batu bata diperlukan, misalnya dalam recuperator, regenerator, muffles, dll.
Konduktivitas termal yang rendah diinginkan untuk konservasi panas, karena refraktori
bertindak sebagai isolator. Insulasi tambahan menghemat panas tetapi pada saat yang sama
meningkatkan suhu permukaan yang panas dan karenanya kualitas refraktori yang lebih baik
diperlukan. Beberapa contoh adalah:
1. Materials Bahan yang terbentuk secara alami seperti asbes adalah isolator yang baik
tetapi tidak terlalu tahan api
2. Wol mineral tersedia yang menggabungkan sifat isolasi yang baik dengan ketahanan
panas yang baik tetapi ini tidak kaku
3. Batu bata berpori kokoh pada suhu tinggi dan memiliki konduktivitas termal yang
cukup rendah.

2.3. Jenis refraktori

Refraktori dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia, penggunaan akhir dan metode
pembuatan seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Tabel 2. Klasifikasi refraktori berdasarkan komposisi kimia (Diadaptasi dari Gilchrist)
Metode klasifikasi Contoh
Komposisi Kimia
ACID, yang siap digabungkan dengan basis Silika, Semisilika, Aluminosilikat
BASIC, yang terutama terdiri dari oksida Magnesit, Chrome-magnesit, Magnesit-
logam yang menahan aksi basa kromit, Dolomit
NETRAL, yang tidak bergabung dengan asam Batu bata Fireclay, Chrome, Alumina Murni
atau basa
Khusus Karbon, Silikon Karbida, Zirkonia
Penggunaan Akhir Lubang pengecoran tanur tinggi
Metode pembuatan Proses pengepresan kering, cetakan berpadu,
cetakan tangan, terbentuk normal, dipecat atau
diikat secara kimia, tidak berbentuk
(monolitik, plastik, Beat ram, tembakan
castable, spraying)
2.3.1. Fireclay refraktori
Firebrick adalah bentuk paling umum dari bahan tahan api. Ini digunakan secara
luas dalam industri besi dan baja, metalurgi nonferrous, industri kaca, kiln
tembikar, industri semen, dan banyak lainnya.
Refraktori fireclay, seperti batu bata api, fireclays siliceous dan refraktori tanah
liat alumina terdiri dari aluminium silikat dengan berbagai kandungan silika (SiO2)
hingga 78 persen dan kandungan Al2O3 hingga 44 persen. Tabel 3 menunjukkan
bahwa titik leleh (PCE) bata fireclay berkurang dengan meningkatnya pengotor dan
penurunan Al2O3.
. Tabel 3. Properti batu bata fireclay khas (BEE, 2005)

Table 3. Properties of Brick type Percentage Percentage Percentage


typical fireclay bricks SiO2 Al2O3 other
(BEE, 2005) constituents
Super Duty 49-53 40-44 5-7 1745-1760
High Duty 50-80 35-40 5-9 1690-1745
Intermediate 60-70 26-36 5-9 1640-1680
High Duty (Siliceous) 65-80 18-30 3-8 1620-1680
Low Duty 60-70 23-33 6-10 1520-1595

2.3.2. Refraktori alumina tinggi


Refraktori alumina silikat yang mengandung lebih dari 45 persen alumina
umumnya disebut sebagai bahan alumina tinggi. Konsentrasi alumina berkisar dari
45 hingga 100 persen.

2.3.3. Bata silica


Bata silika (atau Dinas) adalah refraktori yang mengandung setidaknya 93
persen SiO2. Bahan bakunya adalah batu berkualitas. Berbagai tingkatan bata silika
telah banyak digunakan dalam tungku peleburan besi dan baja dan industri kaca.
Selain refraktori multi-jenis titik fusi tinggi, sifat penting lainnya adalah
ketahanannya yang tinggi terhadap goncangan termal (spalling) dan
refraktilitasnya yang tinggi.
2.3.4. Magnesit
Refraktori magnesium adalah bahan kimia dasar, mengandung setidaknya 85
persen magnesium oksida. Mereka dibuat dari magnesit yang terjadi secara alami
(MgCO3). Sifat-sifat refraktori magnesit tergantung pada konsentrasi ikatan silikat
pada suhu operasi. Magnesit berkualitas baik biasanya dihasilkan dari rasio CaO-
SiO2 kurang dari dua dengan konsentrasi ferit minimum
2.3.5. Refraktori Chromite
Dua jenis refraktori kromit dibedakan:
Refraktori Chrome-magnesit, yang biasanya mengandung 15-35 persen
Cr2O3 dan 42-50 persen MgO. Mereka dibuat dalam berbagai kualitas dan
digunakan untuk membangun bagian penting dari tungku suhu tinggi.
Ref Refraktori Magnesit-kromit, yang mengandung setidaknya 60
persen MgO dan 8-18 persen Cr2O3. Mereka cocok untuk layanan pada suhu
tertinggi dan untuk kontak dengan terak paling dasar yang digunakan dalam
peleburan baja
.

2.4. Bahan isolasi


Bahan isolasi sangat mengurangi kehilangan panas melalui dinding. Insulasi dicapai
dengan menyediakan lapisan material dengan konduktivitas panas rendah antara permukaan
panas internal tungku dan permukaan eksternal, sehingga menjaga suhu permukaan eksternal
tetap rendah
Bahan isolasi dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:
• Batu bata isolasi
• Isolasi castables
• Serat keramik
• Kalsium silikat
• Lapisan keramik
Tabel 4. Sifat fisik bahan isolasi (BEE, 2005)

Table 4. Physical Type Thermal Max. safe Cold Porosity


properties of insulating conductivit temperatur crushing percent
materials (BEE, 2005) o o strength
y at 400 C e ( C)
2
(kg/cm )
Diatomite Solid Grade 0.025 1000 270 52 1090
Diatomite Porous Grade 0.014 800 110 77 540
Clay 0.030 1500 260 68 560
High Alumina 0.028 1500-1600 300 66 910
Silica 0.040 1400 400 65 830

2.4.1. Castables dan concret


Pelapisan monolitik dari bagian tungku dapat dibangun dengan menuang beton isolasi
tahan api, dan menstempel agregat ringan ke tempat yang terikat dengan baik. Aplikasi lain
termasuk basis terowongan mobil kiln yang digunakan dalam industri keramik.
2.4.2. Serat keramik
Serat keramik adalah bahan isolasi massa termal rendah, yang telah merevolusi sistem
lapisan desain tungku. Serat keramik diproduksi dengan memadukan dan melelehkan
alumina dan silika pada suhu 1800 – 2000OC, dan memecah aliran leleh dengan meniupkan
udara tekan atau menjatuhkan aliran leleh pada cakram pemintalan untuk membentuk serat
keramik longgar atau curah. Temperatur pengoperasian serat yang disarankan secara
kontinu diberikan pada Tabel 7.

Tabel 5. Suhu pengoperasian serat yang disarankan secara berkelanjutan (BEE, 2005)
Al2O3 SiO2 ZrO2
1150oC 43 – 47 persen 53 – 57 persen -
1250oC 52 – 56 persen 44 – 48 persen -
1325oC 33 – 35 persen 47 – 50 persen 17 – 20 persen
Karakteristik serat keramik adalah kombinasi yang luar biasa dari sifat-sifat refraktori
dan bahan isolasi tradisional:
a) Konduktivitas termal yang lebih rendah
b) Ringan
c) Penyimpanan panas yang lebih rendah
d) Tahan goncangan termal
e) Resistensi kimia
f) Ketahanan mekanik
g) Biaya pemasangan murah
h) Mudah dalam perawatan
i) Mudah dalam penanganan
j) Efisiensi termal
2.4.3. Pelapis emisivitas tinggi
Emisivitas (yaitu ukuran kemampuan suatu bahan untuk menyerap dan memancarkan
panas) sering dianggap sebagai sifat fisik yang melekat yang biasanya tidak berubah
(contoh lain adalah kepadatan, panas spesifik, dan konduktivitas termal). Namun,
perkembangan emisivitas tinggi lapisan memungkinkan emisivitas permukaan bahan
ditingkatkan. Pelapis emisivitas tinggi diterapkan pada permukaan interior tungku. Gambar
10 menunjukkan bahwa emisivitas berbagai bahan isolasi berkurang dengan meningkatnya
suhu proses. Keuntungan dari lapisan emisivitas tinggi adalah bahwa emisivitas tetap lebih
atau kurang konstan.
Emisivitas tungku yang beroperasi pada suhu tinggi adalah 0,3. Dengan menggunakan
pelapis emisivitas tinggi ini dapat naik ke 0,8, menghasilkan peningkatan perpindahan
panas melalui radiasi.
Manfaat lain dari lapisan emisivitas tinggi di ruang tungku adalah pemanasan seragam
dan masa pakai refraktori dan komponen logam yang panjang seperti tabung radiasi dan
elemen pemanas. Untuk tungku berselang atau di mana pemanasan cepat diperlukan,
penggunaan pelapis tersebut ditemukan untuk mengurangi bahan bakar atau daya sebesar
25 - 45 persen.
Gambar 3. Emisivitas Bahan Tahan Api pada Temperatur yang Berbeda (BEE, 2005)

3. PERPINDAHAN PANAS
3.1 perpindahan panas
Perpindahan panas secara radiasi terjadi tanpa adanya media yang menghubungkan antara pengirim
radiasi (benda panas) ke penerima radiasi (benda tidak panas). Sebenarnya, semua benda yang suhunya
di atas 0 K akan melepaskan panasnya secara radiasi ke benda di sekelilingnya, tinggal tergantung,
benda mana yang paling panas, itulah yang akan menjadi pemberi radiasi panas, sementara yang lebih
dingin akan menjadi penerima.

Karena semua benda diatas suhu o K meradiasikan panas, maka basis untuk melakukan penghitungan
perpindahan panas secara radiasi adalah menggunakan suhu mutlak ( Kelvin).

Besarnya panas yang diradiasikan oleh suatu benda dirumuskan melalui hukum Stefan-Boltzmann.

dimana A adalah luas permukaan radiasi, Ts adalah suhu mutlak permukaan benda yang mengemisikan
panas secara radiasi. Konstanta Stefan-Boltzmann dinyatakan dengan huruf yunani sigma dan
besarnya adalah:
Sementara

adalah emisivitas permukaan (emissivity) yang nilai nya bervariasi antara 0 hingga 1. Benda dengan
emisivitas 1 disebut dengan black body. Sementara emisivitas dari beberapa material pada suhu 300
K dapat dilihat pada tabel berikut.
BAB III
RADIASI BLACK BODY
1. Pengertian

Radiasi termal adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh tubuh berdasarkan temperatur
tubuhnya. Dalam hal ini, pertama-tama harus menggambarkan sifat radiasi termal, karakteristiknya,
dan sifat-sifat itu digunakan untuk menggambarkan bahan sejauh radiasi yang bersangkutan.
Selanjutnya, transfer radiasi melalui ruang akan dipertimbangkan. Akhirnya, masalah keseluruhan
perpindahan panas oleh radiasi termal akan dianalisis, termasuk pengaruh sifat material dan susunan
geometris tubuh pada total energi yang dapat ditukar.

2. Mekanisme Fisik

Ada banyak jenis radiasi elektromagnetik; radiasi termal hanya salah satu dari jenis radiasi, kita
mengatakan bahwa itu diperbanyak dengan kecepatan cahaya, 3 × 108 m / s. Ini kecepatan sama
dengan produk dari panjang gelombang dan frekuensi radiasi,

Unit untuk λ satuan bisa centimeter, angstrom (1 Å = 10−8 cm), atau mikrometer (1 μm = 10−6
m). Sebagian dari spektrum elektromagnetik ditunjukkan pada Gambar 8-1. Radiasi termal terletak
pada kisaran sekitar 0,1 hingga 100 μm, sedangkan bagian cahaya tampak spektrumnya sangat sempit,
memanjang dari sekitar 0,35 hingga 0,75 μm. Perambatan radiasi termal terjadi dalam bentuk kuanta
diskrit, masing-masing kuantum memiliki energi

di mana h adalah konstanta Planck dan memiliki nilai


Gambaran fisik yang sangat kasar tentang perambatan radiasi dapat diperoleh dengan
mempertimbangkan setiap kuantum sebagai partikel yang memiliki energi, massa, dan momentum,
seperti yang kita pikirkan molekul gas. Jadi, dalam arti tertentu, radiasi bisa dianggap sebagai "gas
foton" itu dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Menggunakan hubungan relativistik antara
massa dan energi, ekspresi untuk massa dan momentum "partikel" dengan demikian dapat diturunkan;
yaitu

Dengan mempertimbangkan radiasi sebagai gas, prinsip-prinsip termodinamika statistik-kuantum


dapat diterapkan untuk memperoleh ekspresi kepadatan energi radiasi per unit volume dan per satuan
panjang gelombang.

dimana k adalah konstanta Boltzmann, 1.38066 × 10−23 J / molekul · K. Ketika kepadatan energi
terintegrasi pada semua panjang gelombang, total energi yang dipancarkan sebanding dengan absolut
suhu ke kekuatan keempat:
Persamaan (8-3) disebut hukum Stefan-Boltzmann, Eb adalah energi yang dipancarkan per satuan

waktu dan per satuan luas oleh radiator ideal, dan σ adalah konstanta Stefan-Boltzmann, yang
memiliki nilai

Satuan Eb dalam watt per meter persegi dan T dalam derajat Kelvin. Dalam termodinamika
analisis kepadatan energi terkait dengan energi yang dipancarkan dari permukaan per satuan waktu
dan per satuan luas. Dengan demikian permukaan interior yang dipanaskan dari enklosur menghasilkan
energi tertentu kepadatan radiasi termal di kandang. Kami tertarik dalam pertukaran berseri-seri
dengan permukaan. Maka, alasan untuk ekspresi radiasi dari suatu permukaan dalam hal itu suhu.
Subskrip b dalam Persamaan (8-3) menunjukkan bahwa ini adalah radiasi dari benda hitam. Biasa
disebut radiasi black body karena bahan yang mematuhi hukum ini tampak hitam ke mata; mereka
tampak hitam karena mereka tidak memantulkan radiasi apa pun. Demikianlah sebuah benda hitam
juga dianggap sebagai salah satu yang menyerap semua insiden radiasi di atasnya. Eb disebut emissive
(memancarkan) kekuatan benda hitam.
Penting untuk dicatat pada titik ini bahwa "kegelapan" suatu permukaan terhadap radiasi termal bisa
sangat menipu sejauh pengamatan visual yang bersangkutan. Permukaan dilapisi dengan lampblack
tampak hitam di mata dan ternyata hitam untuk spektrum radiasi termal. Di sisi lain, salju dan es
terlihat cukup cerah di mata tetapi pada dasarnya "Hitam" untuk radiasi termal jarak panjang
gelombang. Banyak cat putih pada dasarnya juga hitam untuk radiasi jarak panjang gelombang.
3. PROPERTI RADIASI
Ketika energi radiasi menghantam permukaan material, sebagian dari radiasi dipantulkan,
sebagian lagi diserap, dan sebagian ditransmisikan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8-2.
Kami mendefinisikan reflektivitas ρ sebagai fraksi terefleksi, absorptivitas α ketika fraksi
terserap, dan transmisivitas τ sebagai fraksi ditransmisikan. Demikian

Kebanyakan benda padat tidak memancarkan radiasi termal, sehingga untuk banyak
masalah terapan transmisivitas dapat dianggap nol. Kemudian

Dua jenis fenomena refleksi dapat diamati ketika radiasi menyerang permukaan. Jika sudut
datang sama dengan sudut pantulan, pantulan itu disebut specular. Di sisi lain, ketika sinar
datang didistribusikan secara merata ke segala arah setelah refleksi, refleksi disebut diffuse. Dua
jenis refleksi ini digambarkan pada Gambar 8-3.
Perhatikan bahwa refleksi specular menyajikan gambar cermin dari sumber kepengamat.
Tidak ada permukaan nyata yang specular atau diffuse. Cermin biasa cukup specular untuk
cahaya tampak, tetapi tidak harus specular di seluruh rentang panjang gelombang radiasi termal.
Biasanya, permukaan kasar menunjukkan perilaku diffuse lebih baik daripada permukaan yang
halus.
Demikian pula, permukaan yang halus lebih specular daripada permukaan yang kasar.
Pengaruh kekasaran permukaan pada sifat radiasi-termal material adalah masalah-masalah serius
dan tetap menjadi subjek untuk melanjutkan penelitian.
Daya pancar suatu benda didefinisikan sebagai energi yang dipancarkan oleh tubuh per
satuan luas dan per satuan waktu. Seseorang dapat melakukan eksperimen pemikiran untuk
membangun hubungan antara daya emisi benda dan sifat material yang didefinisikan di atas.
Anggap itu sempurna kandang hitam tersedia, yaitu, yang menyerap semua radiasi kejadian yang
jatuh di atasnya, seperti yang ditunjukkan secara skematis pada Gambar 8-4. Penutup ini juga
akan memancarkan radiasi sesuai dengan hukum T 4. Biarkan fluks radiasi yang tiba di beberapa
area dalam enklosur menjadi qi W / m2.

Sekarang misalkan benda diletakkan di dalam selungkup dan dibiarkan menjadi suhunya
keseimbangan dengan itu. Pada keseimbangan energi yang diserap oleh tubuh harus sama
dengan energi yang dipancarkan; kalau tidak, akan ada aliran energi yang masuk atau keluar dari
tubuh menaikkan atau menurunkan suhunya. Pada keseimbangan kita dapat menulis
Jika sekarang kita ganti body di dalam sekeliling blackbody dengan ukuran dan bentuk
yang sama dan memungkinkannya untuk mencapai kesetimbangan dengan penutup pada suhu
yang sama,

karena absorptivitas black body adalah kesatuan. Jika Persamaan (8-5) dibagi dengan
Persamaan (8-6),

Didapatkan bahwa rasio daya emisi suatu benda terhadap daya emisi black body pada suhu
yang sama dengan daya serap tubuh. Rasio ini dapat didefinisikan sebagai emisivitas tubuh, €

Kemudian

Persamaan (8-8) disebut identitas Kirchhoff. Pada titik ini kita perhatikan bahwa emisivitas
dan absorptivitas yang telah dibahas adalah sifat total material tertentu, yang mewakili perilaku
terpadu material pada semua panjang gelombang. Nyata zat memancarkan radiasi kurang dari
permukaan hitam ideal yang diukur dengan emisivitas dari bahan. Pada kenyataannya, emisivitas
material bervariasi dengan suhu dan panjang gelombang radiasi.

4. GRAY BODY
Gray body didefinisikan sedemikian rupa sehingga emisivitas monokromatik λ tubuh
independen panjang gelombang. Emisivitas monokromatik didefinisikan sebagai rasio
monokromatik daya pancar tubuh ke daya pancar monokromatik dari benda hitam di panjang
gelombang dan suhu yang sama. Demikian

Emisivitas total tubuh mungkin terkait dengan emisivitas monokromatik dengan mencatat
bahwa
yang seperti itu

Di mana Ebλ adalah daya emisi dari blackbody per satuan panjang gelombang. Jika tubuh
abu-abu kondisi dikenakan, yaitu, λ = konstan, Persamaan (8-9) berkurang menjadi

Emisivitas berbagai zat sangat bervariasi dengan panjang gelombang, suhu, dan kondisi
permukaan. Beberapa nilai tipikal dari total emisivitas dari berbagai permukaan diberikan
Lampiran A. Kami dapat mencatat bahwa nilai yang ditabulasikan tunduk pada percobaan yang
cukup besar ketidakpastian. Survei sifat radiasi yang agak lengkap diberikan dalam Referensi
14.
Hubungan fungsional untuk Ebλ diturunkan oleh Planck dengan memperkenalkan
kuantum konsep untuk energi elektromagnetik. Derivasi sekarang biasanya dilakukan dengan
metode termodinamika statistik, dan Ebλ terbukti berhubungan dengan kepadatan energi
Persamaan (8-2) oleh

atau

dimana
λ = panjang gelombang, µm
T = suhu, K
C1 = 3,743 × 108 W · µm4 / m2 [1.187 × 108 Btu · µm4 / h · ft2]
C2 = 1.4387 × 104 µm · K [2.5896 × 104 µm · ◦R]
dimana Ebλ sebagai fungsi dari suhu dan panjang gelombang ditunjukan pada Gambar 8-5a.
Melihat bahwa puncak kurva bergeser ke panjang gelombang yang lebih pendek untuk suhu yang
lebih tinggi. Titik maksimum dalam kurva radiasi ini terkait dengan hukum perpindahan Wien.
Gambar 8-5b menunjukkan spektrum radiasi relatif dari benda hitam pada 3000◦F dan
greybody ideal yang sesuai dengan emisivitas sama dengan 0,6. Juga ditampilkan adalah kurva
yang menunjukkan perilaku perkiraan untuk permukaan nyata, yang mungkin sangat berbeda
dari entah itu blackbody yang ideal atau greybody yang ideal. Untuk keperluan analisis
permukaan biasanya dianggap sebagai grey body, dengan emisivitas dianggap sebagai nilai rata-
rata terintegrasi.
Pergeseran titik maksimum kurva radiasi menjelaskan perubahan warna body seperti yang
dipanaskan. Karena pita panjang gelombang yang terlihat oleh mata terletak di antara sekitar 0,3
dan 0,7 μm, hanya sebagian kecil dari spektrum energi radiasi pada suhu rendah terdeteksi oleh
mata. Saat tubuh dipanaskan, intensitas maksimum digeser ke panjang gelombang yang lebih
pendek, dan tanda pertama yang terlihat dari kenaikan suhu tubuh adalah merah-gelap warna.
Dengan semakin meningkatnya suhu, warnanya muncul sebagai merah terang, kemudian cerah
kuning, dan akhirnya putih. Bahan itu juga tampak jauh lebih terang pada suhu yang lebih tinggi
karena sebagian besar dari total radiasi berada dalam kisaran yang terlihat.
Kita sering tertarik pada jumlah energi yang dipancarkan dari blackbody di kisaran panjang
gelombang tertentu yang ditentukan. Fraksi energi total terpancar antara 0 dan λ diberikan oleh

Persamaan (8-12) dapat ditulis ulang dengan membagi kedua sisi dengan T 5, sehingga

Sekarang, untuk suhu apa pun yang ditentukan, integral dalam Persamaan (8-14) dapat
dinyatakan dalam hal dari variabel tunggal λT. Rasio dalam Persamaan (8-14) diplot pada
Gambar 8-6 dan ditabulasikan dalam Tabel 8-1, bersama dengan rasio dalam Persamaan (8-15).
Jika energi radiasi dipancarkan antara panjang gelombang λ1 dan λ2 diinginkan, maka :
di mana Eb0 − ∞ adalah radiasi total yang dipancarkan atas semua panjang gelombang,

dan diperoleh dengan mengintegrasikan rumus distribusi Planck dari Equation (8-12) di atas
semuanya panjang gelombang.
Radiasi matahari memiliki spektrum yang mendekati benda hitam pada 5800 K. Kaca
jendela biasa mentransmisikan radiasi hingga sekitar 2,5 μm. Tabel Konsultasi 8-1 untuk λT =
(2.5) (5800) = 14.500 μm · K, kami menemukan fraksi spektrum surya di bawah 2.5μm menjadi
sekitar 0,97. Dengan demikian kaca mentransmisikan sebagian besar insiden radiasi matahari di
atasnya. Sebaliknya, radiasi ruangan sekitar 300 K di bawah 2,5 μm memiliki λT = (2.5) (300)
= 750 µm · K, dan hanya sebagian kecil (kurang dari 0,001 persen) dari radiasi ini akan
ditransmisikan melalui kaca. Kaca, yang pada dasarnya transparan untuk cahaya tampak, hampir
benar-benar buram untuk radiasi termal yang dipancarkan pada suhu kamar biasa
BAB IV
SKID PIPE FURNACE DISGN
Skid Pipe Furnace Design
Pipa Skid adalah suatu equipment di dalam furnace yang berfungsi untuk menopang slab dan
juga mentransfer slab ke depan dengan sistem walking beam. Didalam pipa skid juga dialiri air sebagai
pendingin untuk pipa dan juga terisolasi eksternal dengan dua lapisan isolasi, menjaga agar skid tidak
overheating dan banding.
Pada Furnace Walking Beam, Skid Pipe dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Fix Skid dan juga

Gambar 5. 1 Furnace Design

Movable Skid. Fix skid ini berarti posisi pipa pada posisi fix, sedangkan untuk movable skid ini dapat
bergerak untuk mentransfer slab kedepan dengan penggerak secara cycle.

Gambar 5. 2 Skid Pipe Design


A

Gambar 5. 3 Skid Pipe Detail

Pada design pipa skid ini dilapisi dengan beberapa lapisan refractory. Pada lapisan tersebut
memiliki konduktivitas thermal masing – masing berdasarkan material yang digunakan dan juga pana
temperature kerja tertentu. Maka dari itu equipment ini sangat rawan terhadap masalah yang mungkin
terjadi dikarenakan yang bekerja pada temperature 1250°C, dan juga menanggung beban slab saat
beroperasi. Berikut material refraktori yang digunakan.
A. Licofest PL 370 QH (Castable)
B. LM 1260 d.128 thk. 1” (Fiber blanket/Glasswool)
C. Anchor Metalic (Angkur pengikat fiber blanket)

Analisa Perhitungan Temperatur tiap Titik pada Pipa


Menghitung berdasarkan desain yang ada dengan mengasumsikan T ambien didalam furnace
0 dan T furnace saat beroperasi 1300°C. Stefan – Boltzmann (𝜎 = 5.669 x 10−8 ).
Perhitungan q atau energy dari furnace secara radiasi:

𝑞 = 𝜎𝐴𝑇 4 = 𝑤
𝑞
= 𝜎𝑇𝑓𝑢𝑟𝑛𝑎𝑐𝑒 4 = 𝑤/𝑚2
𝐴
𝑞 𝜎𝑇𝑓𝑢𝑟𝑛𝑎𝑐𝑒 4
= = 𝑤/𝑚2 𝑘
𝐴∆𝑇 𝑇𝑓𝑢𝑟𝑛𝑎𝑐𝑒 − 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑖𝑒𝑛
𝜎𝑇𝑓𝑢𝑟𝑛𝑎𝑐𝑒 3
(5.669 x 10−8 )(1300 + 273)3 = 220 𝑤/𝑚2 𝑘
Gambar 5. 4 Skid Pipe Design CAD

Konveksi Paksa
Konveksi paksa yaitu suatu kejadian dimana aliran panas dipaksa dialirkan ke tempat yg dituju
dgn bntuan alat tertentu.
Aliran Pipa Dalam

Properties air pada suhu 45°C


ρ = 990 kg/m³
μ = 596 x 10−6
k = 0.638 w/mk
Pr = 3.91

Reynolds:
𝜌𝑈𝑑
𝑅𝑒 =
𝜇
3
ṁ 720 𝑚 /3600𝑠
𝑼= = = 0.117209279 𝑚/𝑠
𝑨 1.70634954 𝑚²
𝑘𝑔
990 3 × 0.117209279𝑚/𝑠 × 0.16
𝑅𝑒 = 𝑚 = 31150,92247
596 × 10−6
Nusselt:
Untuk Aliran Turbulen pada pipa (Re = >2300)
𝑁𝑢 = 0.023𝑅𝑒 0.8 𝑃𝑟 𝑛
Nila n : n = 0.4 untuk pemanasan
n = 0.3 untuk pendinginan
𝑁𝑢 = 0.023𝑅𝑒 0.8 𝑃𝑟 0.4 = 156.0900675
𝒉𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 :
𝑘
ℎ𝑤 = 𝑁𝑢 = 622.4091443 𝑤/𝑚²𝐶
𝑑

R1, T1

R2, T2

R3, T3

R4, T4
Diketahui:
Panjang Refractory = 9.275 m
Keliling Refractory = 1.1253982 m
Gambar 5. 5 Thermal Conductivity Glasswool LM 1260 d.128

Gambar
Gambar 5. 65.Thermal
7 Thermal Conductivity
Conductivity Steel Carbon
Castable Licofest1.5
PL%370

Hambat Panas air di pipa (Konveksi):


1
𝑅𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓 =
ℎ𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 2𝜋𝑟4𝐿
1
= = 0.000941577
(622.4091443 × 1.70634954)
Hambat Panas Refractory Castable (Konduksi):
−𝐼𝑛(𝑟2/𝑟1)
𝑅𝟏 =
𝑘𝑐𝑎𝑠𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 2𝜋𝐿
−𝐼𝑛(0.12/0.18)
𝑅𝟏 = = 0.00605
1.15 × 2𝜋 × 9.275
Hambat Panas Refractory Glaswool (Konduksi):
−𝐼𝑛(𝑟3/𝑟2)
𝑅𝟐 =
𝑘𝑔𝑙𝑎𝑠𝑠𝑤𝑜𝑜𝑙 2𝜋𝐿
−𝐼𝑛(0.10/0.12)
𝑅𝟐 = = 0.011587252
0.27 × 2𝜋 × 9.275
Hambat Panas Pipa (Konduksi):
−𝐼𝑛(𝑟4/𝑟3)
𝑅𝟑 =
𝑘𝑝𝑖𝑝𝑎 2𝜋𝐿
−𝐼𝑛(0.08/0.10)
𝑅𝟑 = = 1.063 × 10−4
36 × 2𝜋 × 9.275
Hambat Panas Furnace:
1
𝑅𝒇𝒖𝒓𝒏𝒂𝒄𝒆 = 2
= 4.354 × 10−4 𝑤/𝑘
220 𝑤/𝑚 𝑘 × 𝐴𝑟𝑒𝑓𝑟𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟𝑦
Hambat Panas Total
𝑅𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝑅𝒇𝒖𝒓𝒏𝒂𝒄𝒆 + 𝑅𝟏 + 𝑅𝟐 + 𝑅𝟑 + 𝑅𝒘𝒂𝒕𝒆𝒓
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 4.354 × 10−4 + 0.00605 + 0.011587252 + 1.063 × 10−4
+ 0.000941577
= 0.019120529
LMTD (Log Mean Temperature Difference)
Untuk mencari perbedaan suhu rata – rata pada pipa yang dialiri air.

45°C 60°C

∆𝑇0 − ∆𝑇1
𝐿𝑀𝑇𝐷 ( )
𝐼𝑛(∆𝑇0 /∆𝑇1
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

1300°C
∆𝑇0
60°C

∆𝑇1

45°C

∆𝑇0 = 1240°𝐶
∆𝑇1 = 1255°𝐶
1240 − 1255
𝐿𝑀𝑇𝐷 ( )
𝐼𝑛(1240/1255
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 0.019120529
= 65243.2247 𝑊

Temperatur Tiap Titik

T1

T2

T3

T4

Temperatur Tiap Titik


𝑇𝟏 = 𝑇𝒇𝒖𝒓𝒏𝒂𝒄𝒆 − 𝑞𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 × 𝑅𝒇𝒖𝒓𝒏𝒂𝒄𝒆
= 1300 − 65243.2247 × (4.354 × 10−4 ) = 1271.5931°𝐶
𝑇𝟐 = 𝑇𝟏 − 𝑞𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 × 𝑅𝟏
= 1271.5931 − 65243.2247 × 0.00605 = 876.8716°𝐶
𝑇𝟑 = 𝑇𝟐 − 𝑞𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 × 𝑅𝟐
= 876.8716 − 65243.2247 × 0.011587252 = 120.8819°𝐶
𝑇𝟒 = 𝑇𝟑 − 𝑞𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 × 𝑅𝟑
= 120.8819 − 65243.2247 × (1.063 × 10−4 ) = 113.9465°𝐶
BAB V
KESIMPULAN
Walking beam furnace kami terutama digunakan dalam industri baja untuk aplikasi seperti anil, penempaan,
pemanasan, penghilang stres, pendinginan dan temper dengan suhu operasi maksimum 1100 ° C. Bahan
tersebut secara bertahap diumpankan melalui tungku dengan bantuan balok berpendingin air yang mengangkat
dan memindahkan barang selangkah demi selangkah menuju transportasi.

Dindingnya terbuat dari batu bata tahan api. Sistem penggerak tungku balok berjalan dilindungi dari timbangan
dengan menyegel baja pegas dan arester. Balok dilengkapi dengan sistem pendingin terintegrasi untuk
menjamin masa pakai yang lama dan downtime yang rendah. Walking beam furnace dilengkapi dengan pintu
yang membuka dan menutup secara bertahap setelah barang melewati tungku.

Tungku dapat dikirim secara terpisah atau sebagai bagian dari jalur tungku sepenuhnya otomatis dengan
konveyor dan peralatan pengisian otomatis seperti robot penanganan dll. Untuk menjamin tingkat produktivitas
yang tinggi. Semua tungku dan oven industri kami dilengkapi dengan dokumentasi lengkap dan Sertifikat CE
sesuai dengan LVD, EMC, dan Petunjuk Mesin.

Keuntungan Menggunakan Tungku Beam Berjalan Tungku balok walkin pada dasarnya adalah tungku
pemanas ulang canggih yang sangat efisien. Stok yang akan diproses disimpan di punggung stasioner, dengan
balok berputar yang menggerakkannya serta melalui tungku. Ini berlanjut sampai stok mencapai pintu keluar,
ketika balok berputar kembali di pintu masuk tungku. Dilaporkan bahwa penghematan besar dicapai dalam
konsumsi listrik dan bahan bakar dengan pemasangan tungku balok berjalan yang menggunakan sistem
teknologi tinggi untuk mengatur pembakaran.

Penggunaan Tungku Beam Berjalan Walking beam furnace digunakan terutama untuk memanaskan kembali
produk yang belum selesai seperti batangan, kawat, tulangan, tabung, dan berbagai bentuk struktural hingga
suhu yang seragam, sebelum memasuki area toko dari fasilitas industri. Ini mengadopsi empat fungsi-siklus
untuk memandu produk dalam tungku dengan melakukan empat fungsi pengangkatan, lintasan, lebih rendah
serta pengembalian. Tungku balok berjalan sebagian besar bekerja dengan menggunakan gas alam.

Anda mungkin juga menyukai