Anda di halaman 1dari 47

Profil Negara Bangladesh

Profil Negara Bangladesh – Bangladesh adalah sebuah negara yang secara geografisnya terletak di Benua
Asia Selatan. Secara astronomis, Bangladesh berada diantara 21,69°-26,64°LU dan 87,9°-92,46°BT.
Negara yang memiliki luas wilayah sebesar 148.460km2 ini berbatasan dengan India di sebelah Barat,
Utara dan Timur. Sedangkan sebelah tenggaranya berbatasan dengan Myanmar. Sebelah Selatan Myanmar
adalah Teluk Benggala. Ibukota Bangladesh adalah kota Dhaka.

Bangladesh yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 157.826.578 jiwa ini merupakan negara dengan
jumlah penduduk terbanyak ke-8 di dunia. Hampir semua penduduk Bangladesh adalah etnis Bengali
(lebih dari 98%) dan mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam (sekitar 89,1%). Bangladesh
juga merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang beragama Islam terbesar ke-4 di dunia.

Negara yang lepas dari pemerintahan Pakistan pada tanggal 16 Desember 1971 ini merupakan salah satu
negara yang tingkat kemiskinannya sangat tinggi yaitu sekitar 31,5% rakyat berada di garis kemiskinan
(data World Factbook di tahun 2010). Bahasa resmi Bangladesh adalah bahasa Bengali.

Sistem pemerintahan yang dianut oleh Bangladesh adalah sistem pemerintahan Republik Parlementer yaitu
sistem pemerintahan yang kepala negaranya adalah seorang Presiden yang dipilih oleh badan legislatif
untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan 5 tahun kedua kalinya.
sedangkan kepala pemerintahannya adalah seorang Perdana Menteri yang pemimpin partai yang memiliki
kursi mayoritas di parlemen.

Di bidang perekonomian, Bangladesh yang termasuk sebagai negara berkembang ini memiliki pendapatan
domestik bruto atau PDB berdasarkan paritas daya beli adalah sebesar US$628,4 miliar dengan pendapatan
perkapitanya hanya sebesar US$3.900,-. Tulang punggung perekonomian Bangladesh adalah Industri
Garment yang memiliki kontribusi sekitar 75% dari total pendapatan ekspor. Ekspor Garment Bangladesh
mencapai US$25 miliar dari total US$33,32 miliar penerimaan ekspor Bangladesh.

Selain Garment, Penduduk Bangladesh yang sebagian besar adalah Petani ini juga menghasilkan tanaman
Yute yaitu tanaman yang kulit pohonnya dapat dijadikan tali untuk karung/goni. Komoditas agrikultur
lainnya yang penting bagi perekonomian Bangladesh diantaranya seperti beras, teh, gandum, tebu,
kentang, tembakau dan buah-buahan. Sedangkan industri-industri penting bagi perekonomian Bangladesh
diantaranya adalah Industri garment, yute, farmasi, keramik, kertas, kulit, pupuk, semen, baja, minyak
bumi dan gas alam.

Di hubungan luar negeri, Bangladesh yang merupakan negara anggota PBB dan lembaga-lembaga dibawah
PBB ini telah banyak menyumbangkan tentaranya bagi misi penjagaan perdamaian dunia diseluruh dunia
seperi misi perdamaian di Republik Demokratik Kongo, Liberia, Sudan, Timor Leste dan Pantai Gading.
Bangladesh merupakan penyumbang tentara terbesar ke-2 untuk misi perdamaian.

Profil Negara Bangladesh


 Nama Lengkap : Republik Rakyat Bangladesh (People’s Republic of Bangladesh)
 Nama Lokal : Gana Prajatantri Bangladesh
 Bentuk Pemerintahan : Republik Parlementer
 Kepala Negara : Presiden Abdul HAMID (sejak 24 April 2013)
 Kepala Pemerintahan : Perdana Menteri Sheikh HASINA (sejak 6 Januari 2009)
 Ibukota : Dhaka
 Luas Wilayah : 148.460km2
 Jumlah Penduduk : 157.826.578 jiwa (estimasi di Juli 2017)
 Pertumbuhan Penduduk : 1% (2017)
 Angka Kelahiran : 18,8 bayi per 1000 penduduk (2017)
 Suku Bangsa/Etnis : Bengali (minimal 98%)
 Bahasa Resmi : Bahasa Bengali
 Agama : Islam 89.1%, Hindu 10%, agama lainnya 0.9% (2013)
 Mata Uang : Taka Bangladesh (BDT)
 Hari Nasional : 26 Maret 1971 (Hari Pendeklarasian Kemerdekaan); 16 Desember 1971 (Hari
Kemerdekaan)
 Hari Kemerdekaan : 16 Desember 1971 (dari Pakistan (Pakistan Barat)
 Lagu Kebangsaan : “Amar Shonar Bangla” (My Golden Bengal)
 Kode Domain Internet : .bd
 Kode Telepon : 880
 Pendapatan Per Kapita : US$3.900,-
 Pendapatan Domestik Bruto Nominal : US$628,4 miliar
 Lokasi : Benua Asia (Asia Selatan)

Pembagian Wilayah Administrasi di Bangladesh


Secara Administratif, Bangladesh terbagi atas 8 divisi. Berikut ini adalah 8 Divisi di Bangladesh beserta
ibukotanya.

No. Nama Divisi Ibukota


1 Barisal Division Barisal
2 Chittagong Division Chittagong
3 Dhaka Division Dhaka
4 Khulna Division Khulna
5 Mymensingh Division Mymensingh
6 Rajshahi Division Rajshahi
7 Rangpur Division Rangpur
8 Sylhet Division Sylhet

Konflik perbatasan India-Bangladesh 2001


Konflik perbatasan India-Bangladesh 2001

Tanggal 16 April 2001 - 20 April 2001

Lokasi Perbatasan India-Bangladesh

Hasil Status quo ante bellum


Pihak terlibat

India Bangladesh

Kekuatan

Tidak diketahui 1.000[1]

Korban

3-16 tewas[2] 2-3 tewas[2]

Konflik perbatasan India-Bangladesh 2001 adalah konflik bersenjata singkat


antara India dan Bangladesh di wilayah perbatasan antar kedua tahun 2001. Konflik ini adalah
satu-satunya konflik antara kedua negara yang sebelumnya memiliki hubungan yang baik
sejak Perang Kemerdekaan Bangladesh tahun 1971.
Konflik ini disebabkan karena demarkasi perbatasan yang kurang jelas selama Pembagian
Benggala tahun 1947. Kedua pihak mengklaim kepemilikan atas beberapa desa.
Lima batalion dari divisi ke-19 tentara Bangladesh dengan tambahan personel dari Bangladesh
Rifles (BDR) menyerang tentara perbatasan India di Pyrdiwah pada tanggal 16
April 2001.[3] India mengklaim bahwa tentara Bangladesh menduduki sebuah desa dan
menyandera lebih dari 20 tentara India.[2] Namun, Bangladesh menyatakan bahwa tentara India
melancarkan serangan di Kurigram pada Rabu 16 April 2001.[2] Tentara India merespon dengan
merebut kembali desa yang diduduki Bangladesh. Pertempuran terjadi hanya antara tentara
perbatasan kedua negara, meskipun mortir juga digunakan.
Konflik perbatasan India-Bangladesh berakhir dengan hasil status quo ante bellum. Sekitar
10.000 hingga 20.000 penduduk desa mengungsi akibat dari konflik ini.

Perang Kemerdekaan Bangladesh


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Kemerdekaan Bangladesh

Tanggal 26 Maret 1971 – 16 Desember 1971

Lokasi Bangladesh

Hasil
• Kemenangan Bangladesh dan India
• Kemerdekaan Bangladesh

Perubahan Pakistan Timur menjadi Bangladesh


wilayah

Pihak terlibat
Pakistan
Bangladesh

 Mukti Bahini

India (dari 3 Desember

1971)[1]

Tokoh dan pemimpin

Jenderal M A G Osmani Jenderal A. A. K. Niazi

Jenderal Jagjit Singh Jenderal Tikka Khan

Aurora

Jenderal Sam
Manekshaw

Kekuatan

India: 250.000 [2]


Pakistan: ~ 100.000
Mukti Bahini: 100.000[2][3]
Paramiliter: ~25.000[4]

Korban

India: 1.426 tewas Pakistan ~8.000 tewas

3.611 terluka (resmi) ~10.000 terluka

1.525 tewas 91.000 ditangkap


[5]
4.061 terluka (56.694 tentara

12.192 paramiliter

sisanya penduduk)[5]
Mukti Bahini: ??? tewas.
[6]

Sekitar 26.000[7] hingga 3.000.000[8] penduduk tewas

Perang Kemerdekaan Bangladesh (Bengali: মুক্তিযুদ্ধ Muktiyud'dha), adalah konflik bersenjata


antara Pakistan Barat (kini Pakistan) dan, Pakistan Timur (kini Bangladesh) dan India, yang
menyebabkan didirikannya negara Bangladesh. Perang ini berlangsung dari tanggal 26
Maret sampai 16 Desember 1971 dengan Pakistan Barat melancarkan operasi militer terhadap
penduduk, pelajar dan personel bersenjata di Pakistan Timur untuk menghancurkan perlawanan
mereka menuju kemerdekaan dari Pakistan. Bantuan India terhadap Mukti Bahini menyebabkan
konflik bersenjata antara India dan Pakistan (Perang India-Pakistan 1971). Tentara militer India
dan Mukti Bahini berhasil mengalahkan pasukan Pakistan Barat di Pakistan Timur. Setelah
perang ini, Pakistan Timur merdeka sebagai negara yang kini disebut Bangladesh.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Latar belakang
o 1.1Keluhan Pakistan Timur
 1.1.1Eksploitasi ekonomi
 1.1.2Perbedaan politik
 1.1.3Ketidakseimbangan militer
 1.1.4Kontroversi bahasa
 1.1.5Respon terhadap siklon Bhola 1970
o 1.2Operasi Searchlight
o 1.3Deklarasi kemerdekaan
 2Perang Kemerdekaan
o 2.1Maret sampai Juni
o 2.2Juni – September
o 2.3Oktober - Desember
 3Kooperasi dengan India
o 3.1Respon Pakistan
o 3.2Perang laut dan udara
 4Menyerah dan akibat
o 4.1Reaksi Pakistan Barat terhadap perang
 5Kekejaman
 6Reaksi internasional
o 6.1Amerika Serikat dan Uni Soviet
o 6.2Republik Rakyat Tiongkok
o 6.3Perserikatan Bangsa-Bangsa
 7Lihat pula
 8Catatan kaki
 9Referensi
 10Daftar pustaka
 11Pranala luar

Latar belakang[sunting | sunting sumber]


Pada Agustus 1947, pembagian India melahirkan negara baru yang disebut Pakistan. Pakistan
terdiri dari wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Dalam negara Pakistan,
terdapat dua wilayah yang secara geografis dan budaya terpisah, salah satunya berada di ujung
barat sub benua India, sedangkan yang lainnya berada di ujung timur. Kedua wilayah ini terpisah
oleh ribuan mil teritori India. Zona Barat umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat,
dan zona Timur (Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya Pakistan Timur.
Secara umum terlihat bahwa Pakistan Barat lebih dominan secara politik dan mengeksplotasi
Timur secara ekonomi, menimbulkan banyak keluhan.
Pada tanggal 25 Maret 1971, meningkatnya ketidakpuasan politik dan nasionalisme budaya di
Pakistan Timur menyebabkan dilakukannya operasi penekanan oleh pasukan Pakistan
Barat[9] yang brutal[10], yang disebut Operasi Searchlight.[11]
Kekerasan oleh tentara Pakistan Barat[12] menyebabkan pernyataan kemerdekaan Pakistan
Timur sebagai negara Bangladesh dan dimulainya perang saudara. Perang ini menyebabkan
pengungsi (diperkirakan sekitar 10 juta penduduk)[13][14] membanjiri provinsi timur India[13].
Karena menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan, India mulai membantu dan mengorganisir
grup perlawanan Bangladesh yang disebut Mukti Bahini.
Keluhan Pakistan Timur[sunting | sunting sumber]
Eksploitasi ekonomi[sunting | sunting sumber]
Pakistan Barat (terdiri dari empat provinsi: Punjab, Sindh, Balochistan dan Provinsi Perbatasan
Barat Laut) mendominasi politik negara dan menerima lebih banyak dana daripada Timur yang
lebih padat.

Pengeluaran Jumlah
Pengeluaran
Pakistan Timur pengeluaran di
Tahun Pakistan Barat
(dalam crore Timur sebagai
(dalam croreRupee)
Rupee) persentase Barat

1950–55 1.129 524 46,4

1955–60 1.655 524 31,7

1960–65 3.355 1.404 41,8

1965–70 5.195 2.141 41,2

Jumlah 11.334 4.593 40,5

Sumber: Laporan Juri Penasehat Rencana Lima Tahun ke-4 1970-75, Volume I, dipublikasikan oleh Komisi
Perencanaan Pakistan (Referensi cepat: crore = 107, atau 10 juta)

Perbedaan politik[sunting | sunting sumber]


Meskipun penduduk Pakistan Timur merupakan mayoritas, kekuatan politik dipegang kuat oleh
Pakistan Barat, terutama Punjabi. Karena sistem representasi langsung berdasarkan populasi
akan memusatkan kekuatan politik di Pakistan Timur, pendirian Pakistan Barat dilakukan dengan
skema "Satu Kesatuan", dengan seluruh Pakistan Barat dianggap sebagai satu provinsi. Hal ini
semata-mata dilakukan untuk mengimbangi suara sayap Timur. Ironisnya, setelah Timur
memisahkan diri untuk membentuk Bangladesh, provinsi Punjabi meminta dengan tegas bahwa
politik di Pakistan Barat kini ditentukan dengan basis suara langsung, karena Punjabi berjumlah
lebih banyak dari grup lainnya, seperti Sindhi, Pashtun, atau Baloch.
Setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan Liaquat Ali Khan tahun 1951,
kekuataan politik mulai dipusatkan pada Presiden Pakistan, dan kadang-kadang militer.
Pakistan Timur menyadari jika salah satu dari mereka, seperti Khawaja Nazimuddin, Muhammad
Ali Bogra, atau Huseyn Shaheed Suhrawardy, terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan,
dengan cepat mereka akan dijatuhkan oleh Pakistan Barat. Kediktatoran militer Ayub Khan (27
Oktober 1958 – 25 Maret 1969) dan Yahya Khan (25 Maret 1969 – 20 Desember 1971), yang
keduanya berasal dari Pakistan Barat, hanya meningkatkan perasaan seperti itu.
Pidato bersejarah Sheikh Mujibur Rahman pada tanggal 7 Maret 1971.

Situasi mencapai klimaksnya ketika pada tahun 1970, Liga Awami, partai politik terbesar
Pakistan Timur, dipimpin oleh Sheikh Mujibur Rahman, memenangkan pemilihan umum. Partai
ini memenangkan 167 dari 169 kursi yang terbagi untuk Pakistan Timur, dan demikian
merupakan mayoritas dari 313 kursi Majelis Nasional. Hal ini memberikan Liga Awami hak
konstitusi untuk membentuk pemerintahan. Namun, Zulfikar Ali Bhutto (seorang Sindhi),
pemimpin Partai Rakyat Pakistan, menolak Rahman menjadi Perdana Menteri Pakistan. Ia
mengusulkan agar terdapat dua Perdana Menteri, satu untuk tiap sayap. Usulan ini menimbulkan
kemarahan di sayap timur. Bhutto juga menolak menerima Enam Poin Rahman. Pada 3
Maret 1971, kedua pemimpin dari dua sayap bersama dengan Presiden Jenderal Yahya Khan
bertemu di Dhaka untuk menentukan nasib negara. Pembicaraan akhirnya gagal.
Pada 7 Maret 1971, Sheikh Mujibur Rahman berpidato di Lapangan Pacuan Kuda (kini
disebut Suhrawardy Udyan). Dalam pidatonya, ia menyebutkan empat poin untuk
mempertimbangkan pertemuan Majelis Nasional pada 25 Maret:

1. Dicabutnya darurat militer.


2. Ditariknya seluruh personel militer ke barak.
3. Penyelidikan kematian.
4. Penyerahan kekuasaan untuk wakil yang terpilih oleh rakyat sebelum pertemuan majelis
nasional 25 Maret.
Ia meminta "rakyatnya" untuk mengubah setiap rumah menjadi bentang perlawanan. Ia menutup
pidatonya dan mengatakan "Perlawanan kita untuk kebebasan kita. Perlawanan kita untuk
kemerdekaan kita." Pidato ini dianggap sebagai hal utama yang menginspirasi negara untuk
memperjuangkan kemerdekaan mereka. Jenderal Tikka Khan dikirim ke Dhaka untuk menjadi
Gubernur Benggala Timur. Hakim Pakistan Timur, seperti Justice Siddique, menolak untuk
mengambil sumpahnya.
Antara 10 dan 13 Maret, Pakistan International Airlines membatalkan semua rute penerbangan
internasional mereka karena secara darurat menerbangkan "Penumpang Pemerintahan" ke
Dhaka. "Penumpang Pemerintahan" tersebut hampir semuanya merupakan tentara Pakistan
yang mengenakan pakaian sipil. MV Swat, kapal dari Angkatan Laut Pakistan, membawa
amunisi dan tentara, berlabuh di Pelabuhan Chittagong dan pekerja dan pelaut Benggala di
pelabuhan menolak membongkar muatan kapal. East Pakistan Rifles menolak mematuhi
komando untuk menyerang demonstran Benggala, memulai pemberontakan tentara Benggala.
Rohingya girls targeted by
child traffickers at Bangladesh
border crossings
By South Asia correspondent Siobhan Heanue

Updated about an hour ago

PHOTO: Ali Akbar's daughter Tamsin was taken by traffickers to Dhaka to work as a domestic maid. (ABC News:
Siobhan Heanue)

RELATED STORY: Predators scouring Rohingya refugee camps to exploit women for 'survival sex'

RELATED STORY: The next wave of boat people: Stranded Rohingyas tempted by a dangerous $610 escape

RELATED STORY: 'They're a problem': Rohingya refugees face increasing hostility in Bangladesh

MAP: Burma

Somewhere in the swampy forests and paddy fields that make


up the border-land between Myanmar and Bangladesh, 13-
year-old Tasmin was separated from her family and snatched
by people traffickers.
The teenaged Rohingya refugee never made it to the camps where
the rest of her family now lives.
Her father, Ali Akbar, spent months trying to learn what happened
to his daughter.
"We came to know that a woman took her away to Dhaka," Mr
Akbar told the ABC.
In a disheartening twist, he believes it was a woman from his own
community that trafficked his daughter.
"We heard from many sources that she was a Rohingya woman,
not a Bangladeshi."
Unexpectedly, his daughter called his mobile phone a few months
later and confirmed that story.
She told him she was working as a domestic maid in the capital
Dhaka, and she was not allowed to leave the house where she
worked.
But the surprise phone call had been orchestrated with a sinister
purpose.

PHOTO: Rohingya Children are being targeted


by traffickers at Bangladesh border crossings. (By Siobhan Heanue)

"They demanded another girl to give them," Mr Akbar said of the


traffickers who had his daughter.
"If I can give another girl for one month they will set free my
daughter in six months."
Not knowing any better, and not knowing how else to get his
daughter back, he convinced a friend from his village to hand over
his daughter to the same people.
The friend willingly agreed, believing his girl would be returned in a
month as promised.
Now several months have passed, and both girls are still missing.
"Her mother is crying all the time," Farim Alam, the father of the
second girl, said.
"I gave my daughter because I wanted to get back his daughter," he
said.
Mr Alam's daughter is just 12 years old.
Children make up 60 per cent of the population at the refugee
camps, and are often instant targets of trafficking and rape.
Traffickers often pose as friendly helpers, promising a well-paying
job or a good marriage to parents of children they want to take.
Young girls are also being targeted by local men, who force them
into sex and unwanted marriages.
Media player: "Space" to play, "M" to mute, "left" and "right" to seek.

VIDEO: Rohingya girls targeted by child traffickers at Bangladesh border crossings (ABC News)

'He tortured me'


Halima Noor, 18, was also separated from her family during the
border crossing to Bangladesh.
She says she was kidnapped by a local man and forced to marry
him.
"He took me away to his house and kept me there for three
months," she said.
"He was torturing me there a lot, it was unbearable.
"When I got a chance to flee, I fled away from his house."
Ms Noor is still married to the man who assaulted her, even though
she hasn't heard from him in several months.
In the conservative Rohingya community, that means she is unable
to remarry and her abandonment is seen as a source of shame for
her family.
For the missing girls and young brides of the Rohingya refugee
crisis, escaping Myanmar hasn't been the end of their peril.

Ketidakseimbangan militer[sunting | sunting sumber]


Bengali kurang diwakili dalam militer Pakistan. Perwira yang berasal dari Bengali di sayap
angkatan bersenjata yang berbeda hanya 5% dari seluruh pasukan pada tahun 1965; dari 5%
tersebut, hanya sedikit yang berada pada posisi komando, dengan mayoritas bertugas dalam hal
teknis dan administratif.[15] Pakistan Barat percaya bahwa Bengali tidak
seperkasa Pashtun dan Punjabi; pengertian "ras perkasa" dihilangkan dari Bengali.[15] Lebih lagi,
meskipun biaya pertahanan besar, Pakistan Timur tidak menerima keuntungan, seperti kontrak,
pembelian dan pekerjaan pendukung militer. Perang India-Pakistan 1965 yang memperebutkan
wilayah Kashmir juga menunjukan ketidakamanan militer Bengali, sebab hanya terdapat
divisi infantri dibawah kekuatan dan 15 pesawat tempur tanpa bantuan tank yang berada di
Pakistan Timur untuk melawan serangan-serangan India selama konflik.[16][17]
Kontroversi bahasa[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pergerakan Bahasa Bengali

Pada tahun 1948, Mohammad Ali Jinnah, Gubernur Jenderal pertama Pakistan, menyatakan di
kota Dhaka bahwa "Urdu, dan hanya Urdu" yang akan menjadi bahasa resmi di seluruh
Pakistan.[18] Hal ini menjadi kontroversi besar, karena Urdu adalah bahasa yang hanya
dituturkan di Barat oleh Muhajir dan di Timur oleh Bihari. Mayoritas grup di Pakistan Barat
menuturkan bahasa Punjabi dan bahasa Sindhi, sementara bahasa Bengali dituturkan oleh
mayoritas penduduk Pakistan Timur.[19] Kontroversi bahasa akhirnya mencapai puncaknya ketika
Pakistan Timur berevolusi. Beberapa mahasiswa dan penduduk kehilangan nyawa mereka
dalam penumpasan oleh polisi pada tanggal 21 Februari 1952.[19] Hari itu disebut sebagai Hari
Martir Bahasa di Bangladesh dan Benggala Barat. Selanjutnya, dalam ingatan pembunuhan
tahun 1952, UNESCO menyatakan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu
Internasional tahun 1999.[20]
Di Pakistan Barat, pergerakan ini dianggap sebagai pemberontakan terhadap Pakistan[21] dan
ideologi pendiri Pakistan, Teori Dua Negara.[22] Politikus Pakistan Barat menganggap Urdu
sebagai hasil karya budaya Islam India,[23] seperti yang dikatakan Ayub Khan pada tahun 1967:

Benggala Timur... masih berada di bawah budaya dan pengaruh Hindu yang cukup
“ besar."[23] ”
Namun, jatuhnya korban menimbulkan perasaan pahit di antara Pakistan Timur, dan merupakan
faktor utama dalam dorongan menuju kemerdekaan.[22][23]
Respon terhadap siklon Bhola 1970[sunting | sunting sumber]

Jalur siklon Bhola.

Siklon Bhola 1970 tiba di pantai Pakistan Timur pada sore tanggal 12 November, dalam waktu
yang sama dengan air pasang lokal,[24]menyebabkan kira-kira 300.000 sampai 500.000 orang
tewas. Meskipun jumlah kematian langsung tidak diketahui, siklon ini dianggap sebagai siklon
tropis paling mematikan.[25] Satu minggu setelah siklon, Presiden Khan mengakui bahwa
pemerintahannya "terpeleset" dan melakukan "kesalahan" dalam menangani usaha bantuan
karena kurangnya pengertian mengenai besarnya bencana.[26]
Sebuah pernyataan dikeluarkan oleh sebelas pemimpin politik di Pakistan Timur sepuluh hari
setelah siklon menimpa dan membebankan pemerintah dengan "kelalaian bruto, kelalaian tidak
berperasaan dan kelalaian penuh". Mereka juga menuduh presiden memainkan ulasan
berita.[27] Pada 19 November, mahasiswa melakukan demonstrasi di Dhaka memprotes
mengenai lambatnya respon pemerintah[28] dan Maulana Abdul Hamid Khan
Bhashani memanggil 50.000 orang pada 24 November, sementara ia menuduh presiden tidak
efisien dan meminta pengunduran dirinya sebagai presiden
Dengan konflik antara Pakistan Timur dan Barat berkembang pada bulan Maret, kantor dua
organisasi pemerintahan di Dhaka yang secara langsung terlibat dalam usaha bantuan ditutup
selama dua minggu, pertama oleh demonstrasi dan lalu oleh pelarangan bekerja di Pakistan
Timur oleh Liga Awami. Dengan meningkatnya ketegangan, personel asing dievakuasi karena
ketakutan akan kekerasan. Pekerja sosial terus bekerja di lapangan, tetapi rencana jangka
panjang dibatasi.[29] Konflik ini meluas menjadi Perang Kemerdekaan Bangladesh pada bulan
Desember dan berakhir dengan didirikannya negara Bangladesh. Siklon Bhola 1970 merupakan
peristiwa alam pertama yang menyebabkan terjadinya perang saudara.[30]
Operasi Searchlight[sunting | sunting sumber]
Pengamanan militer oleh Angkatan Darat Pakistan — dinamai Operasi Searchlight — dimulai
pada tanggal 25 Maret untuk mengendalikan gerakan nasionalis Benggala[31] dengan menguasai
kota utama pada 26 Maret, dan lalu menghabisi semua oposisi, politik ataupun militer[32], dalam
waktu satu bulan. Sebelum dimulainya operasi, semua jurnalis asing secara sistematis
dideportasi dari Pakistan Timur [33]
Fase utama Operasi Searchlight berakhir dengan jatuhnya kota utama terakhir Benggala pada
pertengahan bulan Mei. Operasi ini juga memulai kekejaman di Bangladesh 1971. Pembunuhan
sistematis tersebut membuat marah orang Bengali, yang menyebabkan penarikan pasukan dari
Pakistan Timur pada tahun yang sama. Media internasional dan buku referensi mempublikasikan
jumlah korban, dari 5.000–35.000 di Dhaka, dan 200.000–3.000.000 di seluruh Bangladesh.[8][34]
Menurut Asia Times,[35]
Pada pertemuan petinggi militer, Yahya Khan menyatakan: "Bunuh 3 juta dari mereka dan
sisanya akan menyerah pada kita." Pada malam 25 Maret, Tentara Pakistan
melancarkan Operasi Searchlight untuk menghancurkan perlawanan Benggala dengan anggota
pelayanan militer Benggala dilucuti dan dibunuh, pelajar dan kaun cendekiawan secara
sistematis dibunuh dan pria Benggala yang sehat dan tidak cacat dibawa dan ditembak.
Meskipun kekerasan terpusat di ibukota provinsi, Dhaka, proses pembunuhan etnis juga
dilakukan di seluruh Bangladesh. Balai Universitas Dhaka menjadi sasaran. Satu-satunya balai
Hindu — Balai Jagannath — dihancurkan oleh Angkatan Darat Pakistan, dan diperkirakan 600
hingga 700 orang tewas dibunuh. Tentara Pakistan membantah adanya pembunuhan di
universitas, meskipun komisi Hamood-ur-Rehman di Pakistan menyatakan bahwa terlalu banyak
tentara yang dikirim ke universitas. Fakta mengenai pembantaian di Balai Jagannath dan asrama
pelajar Universitas Dhaka terdekat dikuatkan oleh video yang diam-diam direkan oleh Prof. Nurul
Ullah dari Universitas Tekhnik Pakistan Timur, yang kediamannya secara langsung
berseberangan dengan asrama pelajar.[36]
Wilayah Hindu di seluruh Bangladesh mengalami pukulan keras. Pada tengah malam, Dhaka
terbakar, terutama kota bagian timur yang didominasi oleh orang Hindu.
Majalah Timemelaporkan pada 2 Agustus 1971, "Warga beragama Hindu, yang merupakan 3/4
dari pengungsi dan mayoritas korban yang tewas, telah mendapat kemalangan besar dari
kebencian militer Pakistan."
Sheikh Mujibur Rahman ditangkap oleh Tentara Pakistan. Yahya Khan menunjuk
Brigadir Rahimuddin Khan (nantinya Jenderal) untuk memimpin pengadilan khusus Mujib
dengan dua tuduhan. Pemimpin Liga Awami lainnya juga ditangkap, sementara sebagian
melarikan diri dari Dhaka agar tidak ditangkap. Liga Awami dilarang oleh Jenderal Yahya
Khan.[37]
Deklarasi kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Kekerasaan yang disebabkan oleh tentara Pakistan pada 25 Maret 1971, membuat marah orang
Bengali. Dengan kemarahan tersebut, Sheikh Mujibur Rahman menandatangani deklarasi resmi
yang berisi:
Hari ini, Bangladesh adalah negara yang merdeka dan berdaulat. Pada Kamis malam, Angkatan
Darat Pakistan Barat tiba-tiba menyerang barak polisi di Razarbagh dan markas EPR di
Pilkhana, Dhaka. Banyak rakyat tak berdosa dan tak bersenjata dibunuh di kota Dhaka dan
tempat lainnya di Bangladesh. Pecahnya kekerasan antara E.P.R. dan Polisi dalam satu tangan
dan Angkatan Darat Pakistan di tangan lainnya, sedang terjadi. Rakyat Benggala bertempur
melawan musuh dengan keberanian besar untuk kemerdekaan Bangladesh. Semoga Allah
membantu kita bertempur untuk kebebasan. Joy[38] Bangla.[39]
Melalui pesan di radio, Sheikh Mujib juga mengajak rakyat untuk melawan tentara
pendudukan.[40] Mujib ditangkap pada tanggal 25-26 Maret 1971 sekitar pukul 1:30 pagi (menurut
berita di Radio Pakistan tanggal 29 Maret 1971).
Telegram berisi deklarasi Sheikh Mujibur Rahman didapat oleh mahasiswa di Chittagong. Pesan
tersebut diterjemahkan ke bahasa Bengali oleh Dr. Manjula Anwar. Para mahasiswa gagal untuk
mendapat izin untuk menyiarkan pesan dari Stasiun Agrabad milik Radio Pakistan. Mereka
menyebrangi Jembatan Kalurghat ke wilayah yang dikuasai oleh Resimen Benggala Timur
dibawah Mayor Ziaur Rahman. Tentara Benggala menjaga stasiun ketika sedang
mempersiapkan transmisi. Pada pukul 19:45 tanggal 27 Maret 1971, Mayor Ziaur Rahman
menyiarkan pengumuman mengenai deklarasi deklarasi kemerdekaan atas nama Sheikh Mujibur
yang berisi sebagai berikut.
Ini adalah Shadhin Bangla Betar Kendro. Saya, Mayor Ziaur Rahman, atas pengarahan sheikh
Bangobondhu Mujibur Rahman, mendeklarasikan bahwa Republik Rakyat Bangladesh yang
merdeka telah didirikan. Atas arahannya, saya telah mengambil komando sebagai Kepala
Republik sementara. Atas nama Sheikh Mujibur Rahman, saya mengajak semua rakyat
Benggala untuk bangkit melawan serangan Tentara Pakistan Barat. Kita akan bertempur sampai
akhir untuk membebaskan Tanah Air kita. Atas kemuliaan Allah, kemenangan milik kita. Joy
Bangla. Suara pengumuman Zia (wawancara - Belal Mohammed)
Kemampuan transmisi Stasiun Radio Kalurghat terbatas. Pesan ini dibawa oleh kapal Jepang
di Teluk Benggala. Pesan ini lalu ditransmisikan kembali oleh Radio Australia dan nantinya
oleh British Broadcasting Corporation.
M A Hannan, pemimpin Liga Awami dari Chittagong, dikatakan telah mengumumkan deklarasi
kemerdekaan di radio pada tanggal 26 Maret 1971[41]. Terdapat kontroversi mengenai deklarasi
tersebut. Sumber BNP menyatakan bahwa deklarasi dinyatakan pada tanggal 26 Maret, dan
tidak terdapat pesan berisi deklarasi kemerdekaan dari Mujibur Rahman. Sumber Pakistan,
seperti Siddiq Salik dalam Witness to Surrender telah menulis bahwa ia mendengar mengenai
pesan Mujibor Rahman di radio sementara Operasi Searchlight berlangsung, dan Mayor
Jenderal Hakeem A. Qureshi di bukunya, The 1971 Indo-Pak War: A Soldier's Narrative,
memberikan tanggal pidato Zia pada 27 Maret 1971[42].
26 Maret 1971 secara resmi adalah Hari Kemerdekaan Bangladesh, dan nama Bangladesh
digunakan untuk selanjutnya. Pada Juli 1971, Perdana Mentri India, Indira Gandhisecara terbuka
menyebut bekas Pakistan Timur sebagai Bangladesh.[43] Beberapa orang Pakistan dan pejabat
India terus menggunakan nama "Pakistan Timur" sampai 16 Desember 1971.

Perang Kemerdekaan[sunting | sunting sumber]


Maret sampai Juni[sunting | sunting sumber]
Awalnya, perlawanan dilakukan spontan dan tidak terorganisir, dan tidak diduga akan
berlangsung lama.[44] Namun, ketika Tentara Pakistan mengambil tindakan keras terhadap
penduduk, perlawanan mulai meningkat. Keaktifan Mukti Bahini meningkat. Militer Pakistan
berusaha menumpas mereka, tetapi jumlah tentara Benggala yang berkhianat ke "tentara
Bangladesh" meningkat. Tentara Bangladesh tersebut pelan-pelan bergabung dengan Mukti
Bahini dan mendukung persenjataan mereka dengan bantuan dari India. Pakistan merespon
dengan mengirim dua divisi infantri dan mereorganisir tentara mereka. Mereka juga memanggil
tentara paramiliter di Razakar, Al-Badr dan Al-Sham (yang kebanyakan merupakan anggota
dari Jamaat-e-Islami dan grup Islamis lainnya), dan juga rakyat Benggala yang melawan
kemerdekaan, dan Muslim Bihar yang menetap selama pembagian India. Pemerintahan
Bangladesh dalam pembuangan didirikan pada 17 April di Mujib Nagar.
Juni – September[sunting | sunting sumber]

Sebelas sektor di Bangladesh.

Komando tentara Bangladesh didirikan pada 11 Juli, dengan Kolonel M A G Osmani sebagai
kepala komando, Letnan Kolonel Abdur Rab sebagai kepala Petugas Tentara dan Kapten A K
Khandker sebagai Wakil Kepala Petugas Tentara dan kepala Angkatan Udara.
Bangladesh terbagi menjadi Sebelas Sektor, dengan tiap sektor terdapat komandan yang dipilih
dari perwira yang berkhianat dari tentara Pakistan untuk melakukan operasi gerilya dan melatih
tentara. Kebanyakan dari kemah pelatihan terletak di dekat wilayah perbatasan dan beroperasi
dengan bantuan India. Sektor ke-10 secara langsung dibawah Panglima Tertinggi dan termasuk
Panglima Tertinggi Angkatan laut dan Panglima Tertinggi pasukan khusus.[45] Maka tiga brigade
(11 batalion) dibentuk untuk peperangan konvensional; sedangkan pasukan gerilya yang besar
(diperkirakan 100.000) juga dilatih.
Operasi gerilya, yang berkurang selama fase pelatihan, diangkat setelah Agustus. Sektor
ekonomi dan militer di Dhaka di serang. Kisah sukses utama adalah Operasi Jackpot, dengan
komando angkatan laut mensabotase kapal Pakistan di Chittagong dengan ranjau pada 16
Agustus1971. Pembalasan dendam Pakistan merenggut nyawa ribuan nyawa penduduk.
Tentara India memberikan bantuan kepada Mukti Bahini melalui BSF. Mereka mengorganisir
enam sektor untuk pemberian bantuan kepada tentara Bangladesh.
Oktober - Desember[sunting | sunting sumber]
Tentara Bangladesh menyerang pos perbatasan. 90 dari 370 pos perbatasan jatuh ke tangan
tentara Bangladesh. Serangan gerilya diperkuat, namun pembalasan dendam Pakistan dan
Razakar terhadap penduduk juga meningkat. Tentara Pakistan diperkuat dengan delapan
batalion dari Pakistan Barat. Pejuang kemerdekaan Bangladesh bahkan berhasil merebut
landasan terbang di Lalmonirhat dan Shalutikar untuk sementara waktu.[46] Kedua landasan
tersebut digunakan untuk menerima bantuan dan senjata dari India. Pakistan mengirim 5
batalion dari Pakistan Barat sebagai bantuan.

Kooperasi dengan India[sunting | sunting sumber]

Ilustrasi menunjukan pergerakan tentara dan satuan militer selama perang.

Pertempuran utama

 Pertempuran Boyra
 Pertempuran Garibpur
 Pertempuran Dhalai
 Pertempuran Hilli
 Pertempuran Kushtia

Khawatir akan meningkatnya keterlibatan India, Angkatan Udara


Pakistan melancarkan serangan terhadap India. Serangan ini dilakukan seperti Operasi
Focus yang dilakukan oleh Angkatan Udara Israel selama Perang Enam Hari. Namun, rencana
Pakistan untuk mencapai keberhasilan gagal dan dianggap sebagai agresi terhadap India.
Perdana Menteri India, Indira Gandhi, menyatakan perang terhadap Pakistan dan mendukung
Mukti Bahini. Ia memerintahkan mobilisasi tentara dan melancarkan invasi skala penuh. Hal ini
menandai dimulainya Perang India-Pakistan tahun 1971.
Tiga korps India terlibat dalam invasi Pakistan Timur. Mereka didukung oleh tiga brigade Mukti
Bahini. Tentara ini lebih besar daripada tiga divisi tentara Pakistan[47]. India dengan cepat
mengacaukan negara, melewati benteng-benteng yang sangat dilindungi. Tentara Pakistan tidak
dapat melakukan serangan balasan, karena mereka didistribusikan dalam satuan kecil di sekitar
perbatasan untuk membalas serangan gerilya Mukti Bahini.[48] Tidak dapat melindungi Dhaka,
Pakistan menyerah pada 16 Desember 1971.

Tank T-55 India bergerak menuju Dhaka. Keterlibatan militer India memainkan peranan penting dalam
kemenangan pemberontak Bangladesh.

Intelijen eksternal India, R.A.W., memainkan peran penting dalam menyediakan bantuan logistik
ke Mukti Bahini selama perang.
Respon Pakistan[sunting | sunting sumber]
Pakistan melancarkan beberapa serangan ke front barat India agar tentara India menjauh dari
Pakistan Timur. Pakistan mencoba melawan dan meningkatkan moral dengan
menggunakan Special Services Group dalam misi sabotase dan penyelamatan. Hal tersebut
tidak dapat menghentikan serangan India, yang kecepatan dan kekuatannya terlalu besar untuk
Pakistan.
Perang laut dan udara[sunting | sunting sumber]
Angkatan Udara India melakukan beberapa serangan terhadap Pakistan, dan dalam waktu satu
minggu, India berhasil mendominasi udara Pakistan Timur. India mencapai keunggulan udara
pada akhir minggu pertama dengan semua kontingen udara Pakistan di timur, PAF No.14
Squadron, jatuh karena serangan udara India di Tejgaon, Kurmitolla, Lal Munir Hat dan
Shamsher Nagar. Sea Hawks dari INS Vikrant juga menyerang Chittagong, Barisal, Cox's Bazar,
menghancurkan sayap timur Angkatan Laut Pakistan dan memblokade pelabuhan Pakistan
Timur, sehingga memotong jalur tentara Pakistan untuk melarikan diri. Angkatan Laut
Bangladesh (terdiri dari perwira dan pelaut yang berkhianat dari Pakistan) membantu India
dalam peperangan laut, membantu melakukan serangan, terutama dalam Operasi Jackpot.

Menyerah dan akibat[sunting | sunting sumber]


Letjen Pakistan A. A. K. Niazimenandatangani instrumen menyerah pada 16 Desember.

Tanda tangan letjen India J.S. Aurora dan Letjen Pakistan A.A.K. Niazi dalam Instrumen Menyerah.

Pakistan menyerah kepada India dan Bangladesh pada tanggal 16 Desember 1971. Rakyat
Bangladesh gembira akan pembebasan mereka. Bangladesh kini memerlukan pengakuan
internasional, karena hanya sedikit negara yang mengakui Bangladesh. Bangladesh meminta
pengakuan di PBB, tetapi Tiongkok memveto hal ini karena Pakistan adalah sekutu
mereka.[49]Amerika Serikat adalah salah satu dari negara terakhir yang mengakui
Bangladesh.[50] Untuk memperlancar transisi, pada tahun 1972, Persetujuan
Simla ditandatangani antara India dan Pakistan. Persetujuan ini menyatakan bahwa Pakistan
mengakui kemerdekaan Bangladesh dan sebaliknya tahanan perang Pakistan dilepaskan.
Untuk menunjukkan itikad baik, hampir 200 tentara Benggala yang dicari karena kejahatan
perang diampuni India. Persetujuan ini juga mengembalikan lebih dari 13.000 km² wilayah yang
dikuasai India di Pakistan Barat selama perang, meskipun India tetap menahan beberapa
wilayah strategis;[51] terutama Kargil (Kargil merupakan tempat terjadinya perang antara India
dan Pakistan tahun 1999). Hal ini dilakukan sebagai sebuah langkah untuk mengangkat
"perdamaian kekal" dan diakui oleh banyak pengamat sebagai tanda kedewasaan India. Namun,
beberapa di India merasa bahwa traktat ini terlalu toleran terhadap Bhutto. Mereka menganggap
bahwa demokrasi yang retak di Pakistan akan hancur jika persetujuan ini dirasa kejam oleh
Pakistan.
Reaksi Pakistan Barat terhadap perang[sunting | sunting sumber]
Lepasnya Pakistan Timur merupakan sebuah hantaman bagi petinggi militer dan sipil. Tidak ada
yang menduga bahwa Pakistan akan kalah dalam perang dan juga sangat marah karena
menyerahnya tentara di Pakistan Timur. Kediktatoran Yahya Khan jatuh dan memberikan
kesempatan kepada Bhutto untuk mendapatkan kekuasaan. Jenderal Niazi, yang menyerah
bersama 93.000 tentara, diperlakukan dengan sinis setelah ia kembali ke Pakistan. Ia dihindari
dan dianggap sebagai penghianat. Perang ini juga membuka kelemahan doktrin yang dinyatakan
Pakistan bahwa "pertahanan Pakistan Timur bergantung pada Pakistan Barat".[52] Pakistan juga
gagal mengumpulkan dukungan internasional, dan bertempur sendiri dengan hanya Amerika
Serikat yang menyediakan bantuan. Hal ini semakin menyakiti hati Pakistan yang telah
menghadapi kekalahan.
Kegagalan segera mendorong diadakannya penyelidikan yang dikepalai oleh Hamdoor Rahman.
Disebut Komisi Hamoodur Rahman, penyelidikan ini ditekan oleh Bhutto karena membuat militer
terlihat buruk. Penyelidikan menunjukan banyak kegagalan dari kegagalan strategis hingga
siasat. Penyelidikan ini juga mengutuk kekejaman dan kejahatan perang yang dilakukan.
Penyelidikan ini mengkonfirmasi perampasan, pemerkosaan dan pembunuhan oleh tentara
Pakistan dan menghitung jumlah warga Bangladesh yang tewas akibat kekejaman. Menurut
sumber Bangladesh, 200.000 wanita diperkosa dan lebih dari 3 juta orang tewas, sementara
Komisi Rahman melaporkan 26.000 orang tewas dan ratusan wanita diperkosa.

Kekejaman[sunting | sunting sumber]


Selama perang, terjadi pembunuhan dan kekejaman lainnya - termasuk pemindahan penduduk
di Bangladesh (Pakistan Timur pada saat itu) dan pelanggaran hak asasi manusia - dilakukan
oleh tentara Pakistan dengan dukungan dari milisi politik dan religius. Kekejaman ini dimulai
dengan dilaksanakannya Operasi Searchlight tanggal 25 Maret 1971.
Bangladesh mengklaim bahwa tiga juta orang tewas,[8] sementara Komisi Hamoodur Rahman,
grup investigasi resmi pemerintah Pakistan, menyatakan hanya sekitar 26.000
penduduk.[7] Media dan buku referensi internasional dalam bahasa Inggris juga mempublikasikan
perkiraan yang bervariasi dari 200.000 sampai 3.000.000 orang.[8] Diperkirakan delapan sampai
sepuluh juta orang melarikan diri ke India.[53]
Banyak kaum intelektual Bangladesh yang dibunuh, kebanyakan oleh pasukan Al-Shams dan Al-
Badr,[54] atas instruksi tentara Pakistan.[55] Hanya dua hari sebelum menyerah, tanggal 14
Desember 1971, tentara Pakistan dan milisi Razakar (pendukung lokal) membawa sekitar 100
sampai 300 dokter, profesor, penulis dan insinyur di Dhaka dan mengeksekusi mereka,
meninggalkan mayat mereka dalam kuburan massal.[56] Terdapat banyak kuburan massal di
Bangladesh, dan masih terus ditemukan (seperti kuburan di sumur tua dekat masjid di Dhaka,
ditemukan pada Agustus 1999).[57] Malam pertama perang terhadap Benggala, yang
didokumentasikan dalam telegram dari Konsulat Amerika Serikat di Dhaka kepada Departemen
Negara Amerika Serikat, berisi pembunuhan terhadap mahasiswa di Universitas Dhaka dan
penduduk lainnya.[58]
Beberapa wanita disiksa, diperkosa dan dibunuh selama perang; jumlah korban pasti tidak
diketahui. Sumber Bangladesh memperkirakan sekitar 200.000 wanita diperkosa, menyebabkan
lahirnya ribuan bayi. Tentara Pakistan juga menyimpan beberapa wanita Bangladesh sebagai
budak seks. Kebanyakan gadis ditangkap di Universitas Dhaka dan rumah pribadi.[59]
Terdapat beberapa kekerasan yang tidak hanya dilakukan dan disebabkan oleh tentara
Pakistan,[60] tetapi juga oleh nasionalis Benggala terhadap minoritas non-Benggala, terutama
orang Bihari.[61]
Pada 16 Desember 2002, Arsip Keamanan Nasional Universitas George
Washington menerbitkan koleksi dokumen yang kebanyakan berisi komunikasi antara pejabat
kedutaan besar Amerika Serikat dan United States Information Service di Dhaka dan India, dan
pejabat di Washington DC.[62] Dokumen tersebut menunjukan bahwa pejabat AS bekerja di
institusi diplomatik di Bangladesh dan menggunakan istilah genosida
selektif[63] adan genosida untuk mendeskripsikan kejadian yang mereka ketahui pada saat
itu. Genosida adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kejadian yang ada hampir di
seluruh koran dan media utama di Bangladesh[64][65], meskipun di tempat lain, terutama di
Pakistan, jumlah kematian, motif, jangkauan dan dampak tindakan tentara Pakistan masih
diperdebatkan.

Reaksi internasional[sunting | sunting sumber]


Amerika Serikat dan Uni Soviet[sunting | sunting sumber]
Amerika Serikat mendukung Pakistan baik secara politik maupun kebendaan. Presiden
AS Richard Nixon membantah terlibat dalam perang ini, menyatakan bahwa keadaan tersebut
merupakan masalah internal Pakistan. Namun ketika kekalahan Pakistan semakin terlihat, Nixon
mengirim USS Enterprise ke Teluk Benggala, tindakan yang dianggap oleh India sebagai
ancaman nuklir. Enterprise tiba pada tanggal 11 Desember 1971. Pada 6 Desember dan 13
Desember, Angkatan Laut Soviet mengirim dua grup kapal, dipersenjatai dengan senjata nuklir,
dari Vladivostok; mereka mengikuti U.S. Task Force 74 di Samudra Hindia dari 18
Desember hingga 7 Januari 1972.

Pemerintahan Nixon memberikan bantuan kepada Presiden Pakistan Yahya Khan selama Perang
Kemerdekaan Bangladesh.

Nixon dan Henry Kissinger takut akan ekspansi Soviet ke Asia Selatan dan Tenggara. Pakistan
adalah sekutu dekat Republik Rakyat Tiongkok. Nixon telah menegosiasikan pemulihan
hubungan dan ia akan mengunjungi Tiongkok pada Februari 1972. Nixon takut bahwa invasi
India ke Pakistan Barat akan berarti dominasi penuh Soviet terhadap wilayah tersebut, dan akan
menggerogoti posisi global Amerika Serikat dan posisi regional Tiongkok. Untuk menunjukan
Tiongkok bona fides Amerika Serikat sebagai sekutu, Nixon mengirimkan bantuan militer ke
Pakistan dan mengirimkannya melalui Yordania dan Iran,[66] yang juga mendorong Tiongkok
meningkatkan bantuan bersenjatanya ke Pakistan. Pemerintahan Nixon juga mengacuhkan
laporan aktivitas genosida tentara Pakistan di Pakistan Timur.
Uni Soviet bersimpati dengan Bangladesh, dan mendukung tentara India dan Mukti
Bahini selama perang, menganggap bahwa kemerdekaan Bangladesh akan melemahkan posisi
musuh Soviet - Amerika Serikat dan Tiongkok. Soviet memberi jaminan pada India bahwa jika
konfrontasi dengan Amerika Serikat dan Tiongkok berkembang, Uni Soviet akan memberikan
tindakan balasan. Hal ini memperkuat traktat persahabatan India-Soviet yang ditandatangani
pada Agustus 1971. Soviet juga mengirim kapal selam nuklir untuk menangkis ancaman USS
Enterprise di Samudra Hindia.
Republik Rakyat Tiongkok[sunting | sunting sumber]
Sebagai sekutu Pakistan, Republik Rakyat Tiongkok gelisah dengan situasi di Pakistan Timur
dan prospek India menginvasi Pakistan Barat dan Kashmir yang dikuasai Pakistan. Yakin bahwa
serangan India akan terjadi, Nixon mendorong Tiongkok mememobilisasikan tentaranya di
perbatasan Tiongkok dengan India untuk mencegah hal tersebut; Tiongkok tidak melakukannya.
Namun, Tiongkok terus membantu Pakistan. Dipercaya jika Tiongkok bertindak melawan India
untuk melindungi Pakistan Barat, Soviet akan melakukan tindakan militer terhadap Tiongkok.
Seorang penulis Pakistan menspekulasikan bahwa Tiongkok memilih tidak menyerang India
karena jalan di Himalaya tertutup salju pada bulan musim dingin November dan Desember.[67]
Perserikatan Bangsa-Bangsa[sunting | sunting sumber]
Meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk pelanggaran hak asasi manusia, PBB gagal
untuk menenangkan situasi politik sebelum dimulainya perang. Dewan Keamanan rapat pada
tanggal 4 Desember untuk mendiskusikan situasi di Asia Selatan. Uni Soviet memveto resolusi
dua kali. Setelah diskusi panjang pada tanggal 7 Desember, Dewan Keamanan dengan segera
menetapkan resolusi utama yang meminta "gencatan senjata dan ditariknya pasukan." Amerika
Serikat pada tanggal 12 Desember meminta Dewan Keamanan berkumpul kembali. Namun
pada saat Dewan Keamanan berkumpul kembali dan menyelesaikan proposal, perang telah
berakhir.
Ketidakbecusan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menghadapi krisis di Pakistan Timur telah
menuai kritik.

40 Facts About Bangladesh


Bangladesh, a country of lush greenery and many waterways. Its Padma, Meghna
and Jamuna rivers create fertile alluvial plains, and travel by boat is common. On the
southern coast, the Sundarbans, an enormous mangrove forest shared with India,
are home to the Royal Bengal tiger. Here are 40 facts about Bangladesh .

Arun Chandran
View lists

shareOnfacebook
shareOntwitter
1. 1
The official name of Bangladesh is the People's
Republic of Bangladesh. The word Bangladesh means
"Country of Bengal" in the local language.
Source: www.operationworld.org

2. 2
Historically, Bangladesh is prone to monsoon flooding
and cyclones due to its unique geographic make up.
The country is almost entirely flat and is dominated
by the Ganges-Brahmaputra delta where the Ganges,
Brahmaputra and Meghna Rivers make their way
down from the Himalayas and converge on the
lowlands.
Source: www.lonelyplanet.com

3. 3
More than half of Bangladesh’s population is
composed of farmers.
Source: ning.com

4. 4
Despite the prevalence of farmers in Bangladesh, its
export earnings come mainly from the garments
industry.
Source: www.apparelcloud.org

5. 5
There are more than 2,000 periodicals and daily
newspapers published in Bangladesh. However, the
country’s average constant readership is only at 15%.
Source: alltimebd.com

6. 6
Bangladesh is sometimes called “the playground of
seasons” because it has six – not four – separate
seasons, which it calls grismo (summer), barsha
(rainy), sharat (autumn), hemanto (cool), sheet
(winter), and bashonto (spring).

Source: demotix.com

7. 7
Most of the population consider themselves Bengali.
Bangla, often known as Bengali, is the official
language. English is also spoken.

8. 8
The predominant religion in Bangladesh is Islam,
with 88.3% of the population adhering to that faith.
Among Bangladeshi Muslims, 96% are Sunni, over
3% are Shi'a, and a fraction of 1% are Ahmadiyyas.
Hindus are the largest minority religion in
Bangladesh, at 10.5% of the population. There are
also tiny minorities (less than 1%) of Christians,
Buddhists and animists.

9. 9
The hilly region of north east Bangladesh, Sylhet has
many monuments that are similar to those found in
Europe.
Source: vtourist.com

10. 10
Bangladesh’s oldest known city site is the city of
Mahasthangarh.
Source: tourmet.com

11. 11
Bangladesh is in the eighth place on population in the
world (163 654 860 people).
Source: http

12. 12
Bangladesh is home to the world’s largest river delta
and the world’s largest mangrove.
Source: www.seos-project.eu

13. 13
Cox's Bazar, Bangladesh is longest unbroken sea
beach in the world.
Source: goista.com

14. 14
The alluvial soil deposited by these rivers each year
means Bangladesh has some of the most fertile delta
lands in the world, farming is very important because
of this.
Source: www.jimbojack.com

15. 15
Renowned British journalist Tasmin Lucia Khan is of
Bengali descent. She used to be a presenter for BBC
news and is now part of the ITV breakfast show,
Daybreak.
Source: celebmafia.com

16. 16
The largest city and capital of Bangladesh is Dhaka.
The city has an estimated population of 15 million
people making it one of the largest city in the world.
It is known as the "City of Mosques".

Source: larawansalente.wordpress.com

17. 17
The currency of Bangladesh is called the taka which
means 'currency' in Bengali.
Source: flagpedia.net

18. 18
The Royal Bengal Tiger is Bangladesh’s national
animal. This majestic creature has a roar that can be
heard up to 3 kilometers away. Unfortunately, it is
now an endangered species.
Source: fineartamerica.com

19. 19
Bangladesh has the third largest Muslim population
in the world after Indonesia and Pakistan. With more
than 1,000 people per square kilometer (2,600 per
square mile), the country is one of the most crowded
on Earth.
Source: wikimedia.org

20. 20
In Bangladesh, the left hand is considered unclean, so
always use your right hand when eating or passing
food, drinks – or business cards!

21. 21
Bangladesh has a lack of rock for construction, and
therefore there are hundreds of brick kilns with
massive chimneys scattered across the country. Once
the bricks are fired, they break them up into ‘rock’ to
use as aggregate for construction.

22. 22
Cricket is the most popular sport in the country. In
1999, its national cricket team was part of the World
Cup, and in 2000, it received Test status, an honor in
the sport for it is the ultimate test of a team’s ability
and endurance.
Source: wikimedia.org

23. 23
Over 30% of Bangladesh's population live below the
poverty line, however, the economy and standards of
living have been improving over recent years.

24. 24
Due to Bangladesh being so low lying and tropical,
the ground has never frozen over with a record low of
4.5°C in Jessore during the winter of 2011.

25. 25
The highest peak in Bangladesh is Saka Haphong in
the southeastern Mowdok Range at just 1,052 m
(3,451 ft).
Source: panoramio.com

26. 26
The national day of Bangladesh is celebrated on
March 26. This day marks the declaration of
independence and the commencement of Bangladesh
Liberation War in 1971. It is celebrated as a national
holiday.

27. 27
Bangladesh original flag color is Dark shiny Green
and inside a Circle of Red bright color. The Green
Stand for the villages of Bangladesh and Red stand
for the Freedom. Although Bangladesh did have flag
with Green, Red, and a map of Bangladesh in Yellow
inside the red circle. But original stayed as Green and
Red.

28. 28
Kabaddi is the national game.
Source: sportsgranny.com

29. 29
The national anthem was been written by
Rabindranath Tagore.

Source: ytimg.com

30. 30
Bangladesh has a number of archaeological and
historical sites dating back as far as the third century
BC, but the frequent floods and the damp climate
have destroyed much of the country's heritage.

31. 31
The people of Bangladesh seldom smile. This is not
because they are unfriendly but because smiling
much is considered a sign of immaturity.

Source: www.letstravelsomewhere.com

32. 32
The Government is headed by the Prime Minister as
the head of the Government and the President is the
chief of state.

33. 33
The President is chosen through election and serves a
term for 5 years, with the maximum of being able to
serve 2 terms. The Prime Minister should be
representing the majority coalition and is appointed
by the President.

34. 34
It has a population density of almost 3000 people per
square mile.

Source: teaoglobalschool.wikispaces.com

35. 35
Bangladesh sits in one of the most disaster-prone
areas of the world. Frequent cyclones and floods have
killed thousands and impeded economic growth for
decades.
36. 36
The Magpie Robin (or Doyel or Doel) is the national
bird of Bangladesh.

Source: www.pohela.com
37. 37
The national flower of Bangladesh is the white-
flowered water lily, called Shapla.

Source: hdwallpapersdownload.org

38. 38
Jackfruit (Kathal in Bengali) is the national fruit and
the Mango tree is the national tree of Bangladesh.

39. 39
The area that is now Bangladesh has been settled for
many thousands of years. There have been a series of
ruling dynasties including the Buddhist Pala dynasty
and the Hindu Sena dynasty. By the 12th century,
Arab merchants had come to Bengal and the religion
of Islam had begun to spread. In the 16th century,
The Mughal Empire took control of Bengal and the
city of Dhaka became an important center of the
Mughal administration.

40. 40
Bangladesh is a developing country, with per capita
income of just about $1,300 US/year. Nevertheless,
the economy is growing rapidly, with a 5-6% annual
growth rate from 1996 to 2008.

Anda mungkin juga menyukai