Republik Rakyat Bangladesh
Republik Rakyat Bangladesh
Asia Selatan yang berbatasan dengan India di barat, utara, dan timur, Myanmar di tenggara, serta Teluk Benggala di
selatan. Bangladesh, bersama dengan Benggala Barat di India, membentuk kawasan etno-linguistik Benggala.
Bangladesh (গগগগগগগগ) secara harfiah bermakna "Negara Bangla". Ibu kota dan kota terbesar Bangladesh ialah
Dhaka.
Perbatasan Bangladesh ditetapkan melalui pemisahan India pada tahun 1947. Negara ini merupakan sayap timur
Pakistan (Pakistan Timur) yang terpisah dari sayap barat sejauh 1.600 kilometer. Perbedaan politik, bahasa, dan
ekonomi menimbulkan perpecahan antara kedua sayap, yang berujung pada meletusnya perang kemerdekaan tahun
1971 dan pendirian negara Bangladesh. Tahun-tahun setelah kemerdekaan ditandai dengan kelaparan, bencana
alam, kemiskinan, huru-hara politik, korupsi, dan kudeta militer.
Bangladesh memiliki jumlah penduduk terbesar kedelapan di dunia dan merupakan salah satu negara terpadat di
dunia dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, namun pendapatan per kapita Bangladesh telah meningkat dua kali
lipat sejak tahun 1975 dan tingkat kemiskinan turun 20% sejak awal tahun 1990-an. Negara ini dimasukan sebagai
salah satu bagian dari "Next Eleven". Ibu kota Dhaka dan wilayah urban lainnya menjadi penggerak utama dibalik
pertumbuhan ini.
Secara geografis, negara ini berada di Delta Gangga-Brahmaputra yang subur. Bangladesh mengalami banjir muson
dan siklon tahunan.
BNS Bangabondhu. Bangladesh memiliki kebijakan luar negeri yang moderat dan bergantung pada diplomasi
multinasional. Pada tahun 1974, negara ini bergabung dengan Persemakmuran dan Perserikatan Bangsa-Bangsa,
dan telah terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1978–1979 dan
2000–2001. Pada tahun 1980-an, Bangladesh memainkan peran penting dalam pendirian South Asian Association
for Regional Cooperation (SAARC) untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara Asia Selatan lainnya.
Hubungan luar negeri Bangladesh yang paling penting adalah hubungan dengan India. Hubungan India dengan
Bangladesh berawal baik karena India membantu Bangladesh mencapai kemerdekaannya. Seiring waktu, hubungan
antar kedua negara naik turun karena berbagai alasan. Sumber ketegangan utama antara Bangladesh dengan India
adalah Bendungan Farakka. Pada tahun 1975, India membangun bendungan di Sungai Gangga, 11 mil (18 km) dari
perbatasan dengan Bangladesh. Bangladesh menuduh bendungan itu mengalihkan air dari Bangladesh dan
menimbulkan bencana. Di sisi lain, India khawatir dengan gerakan separatis anti-India dan militan Islam dan juga
masuknya imigran ilegal. Pada tahun 2007, kedua negara setuju untuk menyelesaikan masalah keamanan, ekonomi,
dan perbatasan secara kooperatif.
Bangladesh memiliki hubungan yang hangat dengan Republik Rakyat Tiongkok. Antara tahun 2006 hingga 2007,
perdagangan antar kedua negara meningkat 28.5% dan telah dibuat persetujuan untuk memberikan akses bebas
tarif bagi berbagai komoditas Bangladesh yang akan masuk ke pasar Cina. Kerja sama antara militer Bangladesh
dan RRT juga meningkat, dengan dilakukannya penandatanganan persetujuan militer.
Kini, Angkatan Bersenjata Bangladesh memiliki sekitar 200.000 personel aktif, 17.000 personel angkatan udara, dan
24.000 personel angkatan laut. Saat ini Bangladesh tidak terlibat dalam perang manapun, namun negara ini telah
menyumbangkan 2.300 tentara dalam Perang Teluk I tahun 1991 dan juga menyumbangkan tentara bagi misi
penjaga perdamaian PBB di seluruh dunia. Pada Mei 2007, tentara Bangladesh terlibat dalam misi perdamaian di
Republik Demokratik Kongo, Liberia, Sudan, Timor Leste, dan Pantai Gading. Kini, Bangladesh adalah penyumbang
tentara penjaga perdamaian terbesar ke-2.
adaalah konflik bersenjata antara Pakistan Barat (kini Pakistan) dan, Pakistan
Timur (kini Bangladesh) dan India, yang menyebabkan didirikannya negara Bangladesh. Perang ini
berlangsung dari tanggal 26 Maret sampai 16 Desember 1971 dengan Pakistan Barat melancarkan
operasi militer terhadap penduduk, pelajar dan personel bersenjata di Pakistan Timur untuk
menghancurkan perlawanan mereka menuju kemerdekaan dari Pakistan. Bantuan India terhadap
Mukti Bahini menyebabkan konflik bersenjata antara India dan Pakistan (Perang India-Pakistan
1971). Tentara militer India dan Mukti Bahini berhasil mengalahkan pasukan Pakistan Barat di
Pakistan Timur. Setelah perang ini, Pakistan Timur merdeka sebagai negara yang kini
disebut Bangladesh.
Pada Agustus 1947, pembagian India melahirkan negara baru yang disebut Pakistan. Pakistan
terdiri dari wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Dalam negara Pakistan,
terdapat dua wilayah yang secara geografis dan budaya terpisah, salah satunya berada di ujung
barat sub benua India, sedangkan yang lainnya berada di ujung timur. Kedua wilayah ini terpisah
oleh ribuan mil teritori India. Zona Barat umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat, dan
zona Timur (Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya Pakistan Timur. Secara
umum terlihat bahwa Pakistan Barat lebih dominan secara politik dan mengeksplotasi Timur secara
ekonomi, menimbulkan banyak keluhan.
Pada tanggal 25 Maret 1971, meningkatnya ketidakpuasan politik dan nasionalisme budaya di
Pakistan Timur menyebabkan dilakukannya operasi penekanan oleh pasukan Pakistan Barat[9] yang
brutal[10], yang disebut Operasi Searchlight.[11]
Kekerasan oleh tentara Pakistan Barat[12] menyebabkan pernyataan kemerdekaan Pakistan Timur
sebagai negara Bangladesh dan dimulainya perang saudara. Perang ini menyebabkan pengungsi
(diperkirakan sekitar 10 juta penduduk)[13][14] membanjiri provinsi timur India[13]. Karena menghadapi
krisis ekonomi dan kemanusiaan, India mulai membantu dan mengorganisir grup perlawanan
Bangladesh yang disebut Mukti Bahini.
Perbedaan politik[
Meskipun penduduk Pakistan Timur merupakan mayoritas, kekuatan politik dipegang kuat oleh
Pakistan Barat, terutama Punjabi. Karena sistem representasi langsung berdasarkan populasi akan
memusatkan kekuatan politik di Pakistan Timur, pendirian Pakistan Barat dilakukan dengan skema
"Satu Kesatuan", dengan seluruh Pakistan Barat dianggap sebagai satu provinsi. Hal ini semata-
mata dilakukan untuk mengimbangi suara sayap Timur. Ironisnya, setelah Timur memisahkan diri
untuk membentuk Bangladesh, provinsi Punjabi meminta dengan tegas bahwa politik di Pakistan
Barat kini ditentukan dengan basis suara langsung, karena Punjabi berjumlah lebih banyak dari grup
lainnya, seperti Sindhi, Pashtun, atau Baloch.
Setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan Liaquat Ali Khan tahun 1951, kekuataan
politik mulai dipusatkan pada Presiden Pakistan, dan kadang-kadang militer.
Pakistan Timur menyadari jika salah satu dari mereka, seperti Khawaja Nazimuddin, Muhammad Ali
Bogra, atau Huseyn Shaheed Suhrawardy, terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan, dengan cepat
mereka akan dijatuhkan oleh Pakistan Barat. Kediktatoran militer Ayub Khan (27 Oktober 1958 – 25
Maret 1969) dan Yahya Khan (25 Maret 1969 – 20 Desember 1971), yang keduanya berasal dari
Pakistan Barat, hanya meningkatkan perasaan seperti itu.
Situasi mencapai klimaksnya ketika pada tahun 1970, Liga Awami, partai politik terbesar Pakistan
Timur, dipimpin oleh Sheikh Mujibur Rahman, memenangkan pemilihan umum. Partai ini
memenangkan 167 dari 169 kursi yang terbagi untuk Pakistan Timur, dan demikian merupakan
mayoritas dari 313 kursi Majelis Nasional. Hal ini memberikan Liga Awami hak konstitusi untuk
membentuk pemerintahan. Namun, Zulfikar Ali Bhutto (seorang Sindhi), pemimpin Partai Rakyat
Pakistan, menolak Rahman menjadi Perdana Menteri Pakistan. Ia mengusulkan agar terdapat dua
Perdana Menteri, satu untuk tiap sayap. Usulan ini menimbulkan kemarahan di sayap timur. Bhutto
juga menolak menerima Enam Poin Rahman. Pada 3 Maret 1971, kedua pemimpin dari dua sayap
bersama dengan Presiden Jenderal Yahya Khan bertemu di Dhaka untuk menentukan nasib
negara. Pembicaraan akhirnya gagal.
Pada 7 Maret 1971, Sheikh Mujibur Rahman berpidato di Lapangan Pacuan Kuda (kini
disebut Suhrawardy Udyan). Dalam pidatonya, ia menyebutkan empat poin untuk
mempertimbangkan pertemuan Majelis Nasional pada 25 Maret:
1. Dicabutnya darurat militer.
2. Ditariknya seluruh personel militer ke barak.
3. Penyelidikan kematian.
4. Penyerahan kekuasaan untuk wakil yang terpilih oleh rakyat sebelum pertemuan majelis
nasional 25 Maret.
Ia meminta "rakyatnya" untuk mengubah setiap rumah menjadi bentang perlawanan. Ia menutup
pidatonya dan mengatakan "Perlawanan kita untuk kebebasan kita. Perlawanan kita untuk
kemerdekaan kita." Pidato ini dianggap sebagai hal utama yang menginspirasi negara untuk
memperjuangkan kemerdekaan mereka. Jenderal Tikka Khan dikirim ke Dhaka untuk menjadi
Gubernur Benggala Timur. Hakim Pakistan Timur, seperti Justice Siddique, menolak untuk
mengambil sumpahnya.
Antara 10 dan 13 Maret, Pakistan International Airlines membatalkan semua rute penerbangan
internasional mereka karena secara darurat menerbangkan "Penumpang Pemerintahan" ke Dhaka.
"Penumpang Pemerintahan" tersebut hampir semuanya merupakan tentara Pakistan yang
mengenakan pakaian sipil. MV Swat, kapal dari Angkatan Laut Pakistan, membawa amunisi dan
tentara, berlabuh di Pelabuhan Chittagong dan pekerja dan pelaut Benggala di pelabuhan menolak
membongkar muatan kapal. East Pakistan Rifles menolak mematuhi komando untuk menyerang
demonstran Benggala, memulai pemberontakan tentara Benggala.
Ketidakseimbangan militer[sunting | sunting sumber]
Bengali kurang diwakili dalam militer Pakistan. Perwira yang berasal dari Bengali di sayap angkatan
bersenjata yang berbeda hanya 5% dari seluruh pasukan pada tahun 1965; dari 5% tersebut, hanya
sedikit yang berada pada posisi komando, dengan mayoritas bertugas dalam hal teknis dan
administratif.[15] Pakistan Barat percaya bahwa Bengali tidak seperkasa Pashtun dan Punjabi;
pengertian "ras perkasa" dihilangkan dari Bengali.[15] Lebih lagi, meskipun biaya pertahanan besar,
Pakistan Timur tidak menerima keuntungan, seperti kontrak, pembelian dan pekerjaan pendukung
militer. Perang India-Pakistan 1965 yang memperebutkan wilayah Kashmir juga menunjukan
ketidakamanan militer Bengali, sebab hanya terdapat divisi infantri dibawah kekuatan dan 15
pesawat tempur tanpa bantuan tank yang berada di Pakistan Timur untuk melawan serangan-
serangan India selama konflik.[16][17]
Kontroversi bahasa[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Pergerakan Bahasa Bengali
Pada tahun 1948, Mohammad Ali Jinnah, Gubernur Jenderal pertama Pakistan, menyatakan di
kota Dhaka bahwa "Urdu, dan hanya Urdu" yang akan menjadi bahasa resmi di seluruh
Pakistan.[18] Hal ini menjadi kontroversi besar, karena Urdu adalah bahasa yang hanya dituturkan di
Barat oleh Muhajir dan di Timur oleh Bihari. Mayoritas grup di Pakistan Barat menuturkan bahasa
Punjabi dan bahasa Sindhi, sementara bahasa Bengali dituturkan oleh mayoritas penduduk
Pakistan Timur.[19] Kontroversi bahasa akhirnya mencapai puncaknya ketika Pakistan Timur
berevolusi. Beberapa mahasiswa dan penduduk kehilangan nyawa mereka dalam penumpasan oleh
polisi pada tanggal 21 Februari 1952.[19] Hari itu disebut sebagai Hari Martir Bahasa di Bangladesh
dan Benggala Barat. Selanjutnya, dalam ingatan pembunuhan tahun 1952, UNESCO menyatakan
tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 1999.[20]
Di Pakistan Barat, pergerakan ini dianggap sebagai pemberontakan terhadap Pakistan[21] dan
ideologi pendiri Pakistan, Teori Dua Negara.[22] Politikus Pakistan Barat menganggap Urdu sebagai
hasil karya budaya Islam India,[23] seperti yang dikatakan Ayub Khan pada tahun 1967:
“ ”
Benggala Timur... masih berada di bawah budaya dan pengaruh Hindu yang cukup
besar."[23]
Namun, jatuhnya korban menimbulkan perasaan pahit di antara Pakistan Timur, dan merupakan
faktor utama dalam dorongan menuju kemerdekaan.[22][23]
Respon terhadap siklon Bhola 1970[sunting | sunting sumber]
Siklon Bhola 1970 tiba di pantai Pakistan Timur pada sore tanggal 12 November, dalam waktu yang
sama dengan air pasang lokal,[24] menyebabkan kira-kira 300.000 sampai 500.000 orang tewas.
Meskipun jumlah kematian langsung tidak diketahui, siklon ini dianggap sebagai siklon tropis paling
mematikan.[25] Satu minggu setelah siklon, Presiden Khan mengakui bahwa pemerintahannya
"terpeleset" dan melakukan "kesalahan" dalam menangani usaha bantuan karena kurangnya
pengertian mengenai besarnya bencana.[26]
Sebuah pernyataan dikeluarkan oleh sebelas pemimpin politik di Pakistan Timur sepuluh hari
setelah siklon menimpa dan membebankan pemerintah dengan "kelalaian bruto, kelalaian tidak
berperasaan dan kelalaian penuh". Mereka juga menuduh presiden memainkan ulasan
berita.[27] Pada 19 November, mahasiswa melakukan demonstrasi di Dhaka memprotes mengenai
lambatnya respon pemerintah[28] dan Maulana Abdul Hamid Khan Bhashani memanggil 50.000 orang
pada 24 November, sementara ia menuduh presiden tidak efisien dan meminta pengunduran dirinya
sebagai presiden
Dengan konflik antara Pakistan Timur dan Barat berkembang pada bulan Maret, kantor dua
organisasi pemerintahan di Dhaka yang secara langsung terlibat dalam usaha bantuan ditutup
selama dua minggu, pertama oleh demonstrasi dan lalu oleh pelarangan bekerja di Pakistan Timur
oleh Liga Awami. Dengan meningkatnya ketegangan, personel asing dievakuasi karena ketakutan
akan kekerasan. Pekerja sosial terus bekerja di lapangan, tetapi rencana jangka panjang
dibatasi.[29] Konflik ini meluas menjadi Perang Kemerdekaan Bangladesh pada bulan Desember dan
berakhir dengan didirikannya negara Bangladesh. Siklon Bhola 1970 merupakan peristiwa alam
pertama yang menyebabkan terjadinya perang saudara.[30]
Komando tentara Bangladesh didirikan pada 11 Juli, dengan Kolonel M A G Osmani sebagai kepala
komando, Letnan Kolonel Abdur Rab sebagai kepala Petugas Tentara dan Kapten A K Khandker
sebagai Wakil Kepala Petugas Tentara dan kepala Angkatan Udara.
Bangladesh terbagi menjadi Sebelas Sektor, dengan tiap sektor terdapat komandan yang dipilih dari
perwira yang berkhianat dari tentara Pakistan untuk melakukan operasi gerilya dan melatih tentara.
Kebanyakan dari kemah pelatihan terletak di dekat wilayah perbatasan dan beroperasi dengan
bantuan India. Sektor ke-10 secara langsung dibawah Panglima Tertinggi dan termasuk Panglima
Tertinggi Angkatan laut dan Panglima Tertinggi pasukan khusus.[45] Maka tiga brigade (11 batalion)
dibentuk untuk peperangan konvensional; sedangkan pasukan gerilya yang besar (diperkirakan
100.000) juga dilatih.
Operasi gerilya, yang berkurang selama fase pelatihan, diangkat setelah Agustus. Sektor ekonomi
dan militer di Dhaka di serang. Kisah sukses utama adalah Operasi Jackpot, dengan komando
angkatan laut mensabotase kapal Pakistan di Chittagong dengan ranjau pada 16 Agustus 1971.
Pembalasan dendam Pakistan merenggut nyawa ribuan nyawa penduduk. Tentara India
memberikan bantuan kepada Mukti Bahini melalui BSF. Mereka mengorganisir enam sektor untuk
pemberian bantuan kepada tentara Bangladesh.
Pertempuran utama
Pertempuran Boyra
Pertempuran Garibpur
Pertempuran Dhalai
Pertempuran Hilli
Pertempuran Kushtia
Khawatir akan meningkatnya keterlibatan India, Angkatan Udara Pakistan melancarkan serangan
terhadap India. Serangan ini dilakukan seperti Operasi Focus yang dilakukan oleh Angkatan Udara
Israel selama Perang Enam Hari. Namun, rencana Pakistan untuk mencapai keberhasilan gagal dan
dianggap sebagai agresi terhadap India.
Perdana Menteri India, Indira Gandhi, menyatakan perang terhadap Pakistan dan mendukung Mukti
Bahini. Ia memerintahkan mobilisasi tentara dan melancarkan invasi skala penuh. Hal ini menandai
dimulainya Perang India-Pakistan tahun 1971.
Tiga korps India terlibat dalam invasi Pakistan Timur. Mereka didukung oleh tiga brigade Mukti
Bahini. Tentara ini lebih besar daripada tiga divisi tentara Pakistan[47]. India dengan cepat
mengacaukan negara, melewati benteng-benteng yang sangat dilindungi. Tentara Pakistan tidak
dapat melakukan serangan balasan, karena mereka didistribusikan dalam satuan kecil di sekitar
perbatasan untuk membalas serangan gerilya Mukti Bahini.[48] Tidak dapat melindungi Dhaka,
Pakistan menyerah pada 16 Desember 1971.
Tank T-55 India bergerak menuju Dhaka. Keterlibatan militer India memainkan peranan penting dalam
kemenangan pemberontak Bangladesh.
Intelijen eksternal India, R.A.W., memainkan peran penting dalam menyediakan bantuan logistik ke
Mukti Bahini selama perang.
Respon Pakistan[sunting | sunting sumber]
Pakistan melancarkan beberapa serangan ke front barat India agar tentara India menjauh dari
Pakistan Timur. Pakistan mencoba melawan dan meningkatkan moral dengan
menggunakan Special Services Group dalam misi sabotase dan penyelamatan. Hal tersebut tidak
dapat menghentikan serangan India, yang kecepatan dan kekuatannya terlalu besar untuk Pakistan.
Perang laut dan udara[sunting | sunting sumber]
Angkatan Udara India melakukan beberapa serangan terhadap Pakistan, dan dalam waktu satu
minggu, India berhasil mendominasi udara Pakistan Timur. India mencapai keunggulan udara pada
akhir minggu pertama dengan semua kontingen udara Pakistan di timur, PAF No.14 Squadron, jatuh
karena serangan udara India di Tejgaon, Kurmitolla, Lal Munir Hat dan Shamsher Nagar. Sea
Hawks dari INS Vikrant juga menyerang Chittagong, Barisal, Cox's Bazar, menghancurkan sayap
timur Angkatan Laut Pakistan dan memblokade pelabuhan Pakistan Timur, sehingga memotong
jalur tentara Pakistan untuk melarikan diri. Angkatan Laut Bangladesh (terdiri dari perwira dan pelaut
yang berkhianat dari Pakistan) membantu India dalam peperangan laut, membantu melakukan
serangan, terutama dalam Operasi Jackpot.
Tanda tangan letjen India J.S. Aurora dan Letjen Pakistan A.A.K. Niazi dalam Instrumen Menyerah.
Pakistan menyerah kepada India dan Bangladesh pada tanggal 16 Desember 1971. Rakyat
Bangladesh gembira akan pembebasan mereka. Bangladesh kini memerlukan pengakuan
internasional, karena hanya sedikit negara yang mengakui Bangladesh. Bangladesh meminta
pengakuan di PBB, tetapi Tiongkok memveto hal ini karena Pakistan adalah sekutu
mereka.[49] Amerika Serikat adalah salah satu dari negara terakhir yang mengakui
Bangladesh.[50] Untuk memperlancar transisi, pada tahun 1972, Persetujuan Simla ditandatangani
antara India dan Pakistan. Persetujuan ini menyatakan bahwa Pakistan mengakui kemerdekaan
Bangladesh dan sebaliknya tahanan perang Pakistan dilepaskan.
Untuk menunjukkan itikad baik, hampir 200 tentara Benggala yang dicari karena kejahatan perang
diampuni India. Persetujuan ini juga mengembalikan lebih dari 13.000 km² wilayah yang dikuasai
India di Pakistan Barat selama perang, meskipun India tetap menahan beberapa wilayah
strategis;[51] terutama Kargil (Kargil merupakan tempat terjadinya perang antara India dan Pakistan
tahun 1999). Hal ini dilakukan sebagai sebuah langkah untuk mengangkat "perdamaian kekal" dan
diakui oleh banyak pengamat sebagai tanda kedewasaan India. Namun, beberapa di India merasa
bahwa traktat ini terlalu toleran terhadap Bhutto. Mereka menganggap bahwa demokrasi yang retak
di Pakistan akan hancur jika persetujuan ini dirasa kejam oleh Pakistan.
Reaksi Pakistan Barat terhadap perang[sunting | sunting sumber]
Lepasnya Pakistan Timur merupakan sebuah hantaman bagi petinggi militer dan sipil. Tidak ada
yang menduga bahwa Pakistan akan kalah dalam perang dan juga sangat marah karena
menyerahnya tentara di Pakistan Timur. Kediktatoran Yahya Khan jatuh dan memberikan
kesempatan kepada Bhutto untuk mendapatkan kekuasaan. Jenderal Niazi, yang menyerah
bersama 93.000 tentara, diperlakukan dengan sinis setelah ia kembali ke Pakistan. Ia dihindari dan
dianggap sebagai penghianat. Perang ini juga membuka kelemahan doktrin yang dinyatakan
Pakistan bahwa "pertahanan Pakistan Timur bergantung pada Pakistan Barat".[52] Pakistan juga
gagal mengumpulkan dukungan internasional, dan bertempur sendiri dengan hanya Amerika Serikat
yang menyediakan bantuan. Hal ini semakin menyakiti hati Pakistan yang telah menghadapi
kekalahan.
Kegagalan segera mendorong diadakannya penyelidikan yang dikepalai oleh Hamdoor Rahman.
Disebut Komisi Hamoodur Rahman, penyelidikan ini ditekan oleh Bhutto karena membuat militer
terlihat buruk. Penyelidikan menunjukan banyak kegagalan dari kegagalan strategis hingga siasat.
Penyelidikan ini juga mengutuk kekejaman dan kejahatan perang yang dilakukan. Penyelidikan ini
mengkonfirmasi perampasan, pemerkosaan dan pembunuhan oleh tentara Pakistan dan
menghitung jumlah warga Bangladesh yang tewas akibat kekejaman. Menurut sumber Bangladesh,
200.000 wanita diperkosa dan lebih dari 3 juta orang tewas, sementara Komisi Rahman melaporkan
26.000 orang tewas dan ratusan wanita diperkosa.
Pemerintahan Nixon memberikan bantuan kepada Presiden Pakistan Yahya Khan selama Perang
Kemerdekaan Bangladesh.
Nixon dan Henry Kissinger takut akan ekspansi Soviet ke Asia Selatan dan Tenggara. Pakistan
adalah sekutu dekat Republik Rakyat Tiongkok. Nixon telah menegosiasikan pemulihan
hubungan dan ia akan mengunjungi Tiongkok pada Februari 1972. Nixon takut bahwa invasi India
ke Pakistan Barat akan berarti dominasi penuh Soviet terhadap wilayah tersebut, dan akan
menggerogoti posisi global Amerika Serikat dan posisi regional Tiongkok. Untuk menunjukan
Tiongkok bona fides Amerika Serikat sebagai sekutu, Nixon mengirimkan bantuan militer ke
Pakistan dan mengirimkannya melalui Yordania dan Iran,[66] yang juga mendorong Tiongkok
meningkatkan bantuan bersenjatanya ke Pakistan. Pemerintahan Nixon juga mengacuhkan laporan
aktivitas genosida tentara Pakistan di Pakistan Timur.
Uni Soviet bersimpati dengan Bangladesh, dan mendukung tentara India dan Mukti Bahini selama
perang, menganggap bahwa kemerdekaan Bangladesh akan melemahkan posisi musuh Soviet -
Amerika Serikat dan Tiongkok. Soviet memberi jaminan pada India bahwa jika konfrontasi dengan
Amerika Serikat dan Tiongkok berkembang, Uni Soviet akan memberikan tindakan balasan. Hal ini
memperkuat traktat persahabatan India-Soviet yang ditandatangani pada Agustus 1971. Soviet juga
mengirim kapal selam nuklir untuk menangkis ancaman USS Enterprise di Samudra Hindia.
Daftar isi
1Deklarasi pertama
2Majelis Konstituante
3Lihat pula
4Referensi
5Pranala luar
Pada 25 Maret 1971, negosiasi antara Presiden Pakistan Yahya Khan dan pemimpin Liga
Awami Sheikh Mujibur Rahman gagal setelah Khan menolak untuk menerima rencana Rahman
untuk konstitusi federal yang baru di Pakistan. Partai Rahman memenangkan mayoritas mutlak
dalam Majelis Nasional selama pemilihan umum pertama Pakistan pada tahun 1970. Namun,
parlemen yang baru terpilih dilarang mengambil alih kekuasaan karena keberatan dari militer
Pakistan dan pendirian Pakistan Barat. Usulan 6 poin untuk federasi Pakistan ditentang keras oleh
birokrat dan politisi senior seperti Zulfikar Ali Bhutto di Pakistan Barat. Liga Awami memulai
kampanye pembangkangan sipil di Pakistan Timur untuk mendesak diadakannya parlemen, di
tengah meningkatnya aspirasi Bengali untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan. Pada 7
Maret 1971, Rahman berpidato di depan sebuah unjuk rasa besar-besaran pro-kemerdekaan di
Dhaka. Yahya Khan dan Bhutto berada di kota sepanjang Maret untuk bernegosiasi. Proses politik
secara tiba-tiba diakhiri oleh Presiden Khan, yang menghadapi tekanan dari militer untuk tindakan
keras.[1]
Pada malam hari tanggal 25 Maret, Mujib mengadakan pertemuan para pemimpin nasionalis
Bengali senior, termasuk Tajuddin Ahmad dan Kolonel M A G Osmani, di kediamannya
di Dhanmondi. Mereka diberi pengarahan oleh orang-orang dalam Bengali di dalam militer dari
penumpasan yang akan datang. Para pemimpin nasionalis memutuskan untuk membentuk
pemerintahan sementara di pengasingan di India dan meluncurkan perjuangan bersenjata untuk
kemerdekaan. Namun, Mujib memutuskan untuk tetap tinggal di Dhaka dan berani melakukan
tindakan keras, meskipun ada permintaan dari yang lain untuk bergabung dengan mereka di India.
Mengucapkan selamat tinggal kepada para pemimpin, Mujib mengatakan, "Saya telah memberi
Anda kemerdekaan. Sekarang pergilah dan pertahankanlah."[1]
Pada malam tanggal 25 Maret, Angkatan Bersenjata Pakistan meluncurkan Operasi Searchlight di
ibu kota Pakistan Timur. Tank-tank meluncur di jalan-jalan Dhaka.[2] Pasukan itu dikatakan telah
membantai para pelajar dan intelektual di Universitas Dhaka, serta banyak warga sipil di bagian lain
kota.[3] Pasukan ini mengatur lingkungan Hindu terbakar dan menghancurkan perlawanan dari polisi
dan senapan Pakistan Timur. Pada tengah malam, Mujib mengirim telegram nirkabel
ke Chittagong yang memerintahkan pemimpin Liga Awami untuk menyatakan kemerdekaan. Teks
telegramnya dibaca:-[4]
Pesan kepada orang-orang Bangladesh dan dunia. Angkatan Bersenjata Pakistan tiba-tiba
menyerang markas Pasukan Penembak Pakistan Timur di Pilkhana dan kantor polisi Rajarbagh di
Dacca pada pukul 00:00 pada 26 Maret, menewaskan sejumlah orang yang tidak bersenjata.
Pertarungan sengit terjadi dengan senapan Pakistan Timur di Dakka. Orang-orang bertempur
dengan gagah berani dengan musuh untuk kemerdekaan Bangla Desh. Setiap bagian dari
masyarakat Bangla Desh diminta untuk melawan pasukan musuh dengan biaya apapun di setiap
sudut Bangla Desh. Semoga Allah memberkati Anda dan membantu dalam perjuangan Anda untuk
kebebasan dari musuh. Joy Bangla
Militer Pakistan melanjutkan untuk menangkap Mujib dari kediamannya sekitar pukul 01:00
malam.[1]. Tepat sebelum penangkapannya, Mujib mengirim pesan telegrafnya untuk 'Deklarasi
Kemerdekaan Bangladesh'.[5]
Pada pukul 02:30 malam pada 26 Maret 1971, pemimpin Liga Awami M A Hannan mulai
menyiarkan deklarasi kemerdekaan Mujib melalui Stasiun Radio Independen Bangladesh di
Chittagong, yang dilaporkan secara luas di media internasional.[6][4] Teks deklarasi tersebut berisi:-[7]
Hari ini Bangladesh adalah negara yang berdaulat dan merdeka. Pada Kamis malam, pasukan
bersenjata Pakistan Barat tiba-tiba menyerang markas polisi di Razarbagh dan markas EPR di
Pilkhana di Dhaka. Banyak orang yang tidak bersalah dan tidak bersenjata telah terbunuh di kota
Dhaka dan tempat-tempat lain di Bangladesh. Bentrokan keras antara EPR dan Polisi di satu sisi
dan pasukan bersenjata Pindi di sisi lain, sedang berlangsung. Orang-orang Bengali berjuang
melawan musuh dengan keberanian besar untuk Bangladesh yang merdeka. Semoga Tuhan
membantu kita dalam perjuangan kita untuk kebebasan. Viva Bangla.
Pada 27 Maret, Mayor Ziaur Rahman, komandan Resimen Bengal Timur di Chittagong, menyiarkan
dua deklarasi atas nama Sheikh Mujib.[8] Yang pertama, ia menyatakan dirinya sebagai Kepala
Negara sementara. A K Khan mengintervensi dan menyusun deklarasi kedua untuk Zia, yang
dibacakan kembali di Radio Independen Bangladesh.[8] Deklarasi tersebut berbunyi:-[9]
Pemerintah Negara Berdaulat Bangladesh, atas nama pemimpin nasional kita yang besar, panglima
tertinggi Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman, dengan ini memproklamasikan kemerdekaan
Bangladesh. Lebih lanjut diberitakan bahwa Sheikh Mujibur Rahman adalah satu-satunya pemimpin
perwakilan terpilih dari 75 juta orang Bangladesh. Karena itu saya mengajukan permohonan atas
nama pemimpin besar kami Sheikh Mujibur Rahman kepada pemerintah dari semua negara
demokratis dunia, terutama negara-negara besar dunia, dan negara-negara tetangga, untuk
mengambil langkah-langkah efektif untuk segera menghentikan genosida mengerikan yang telah
dilakukan oleh tentara pendudukan dari Pakistan. Untuk menjuluki kita, perwakilan yang dipilih
secara hukum dari mayoritas rakyat sebagai penindas adalah lelucon yang kejam dan kontradiksi
dalam hal yang seharusnya tidak ada. Prinsip yang membimbing negara baru adalah yang pertama,
netral, kedua, damai, dan ketiga, persahabatan untuk semua dan permusuhan kepada tidak ada.
Semoga Allah membantu kita. Viva Bangla
Bangladesh merupakan salah satu negara muslim terbesar yang terletak di Asia
Selatan. Sebelum merdeka negara ini memiliki perjalanan yang berliku. Mulai dari
menjadi satu dengan India di bawah pemerintah kolonial Inggris, hingga menjadi
bagian dari Negara Pakistan. Meskipun sebagai salah negara muslim terbesar,
negara ini tidak pernah lepas dari bencana dan konflik, sehingga kemiskinan pun
tidak terhindarkan.
Secara luar biasa, hampir 150 juta orang – setengah dari populasi Amerika
Serikat, atau sekitar lima kali lebih banyak orang yang tinggal di seluruh Kanada
– hidup di wilayah kecil ini. Kondisi ini menciptakan kepadatan penduduk tertinggi
di dunia, 2.600 orang per mil persegi.
Pada awal abad ke-20,wilayah Bengal merupakan salah satu wilayah Asia Selatan
yang masuk dalam kolonialisasi Inggris. Bengal pada tahun 1905 dibagi menjadi
dua wilayah; Bengal Barat dan Timur (Bangladesh sekarang ini).
Bengal Barat yang beribukota di Calcutta lebih banyak didominasi oleh orang
Hindu. Sementara Bengal Timur yang beribukita di Dhaka lebih didominasi
muslim.
Akan tetapi pada tahun 1912, Inggris kembali menyatukan wilayah Bengal akibat
desakan dari orang-orang Hindu. Konflik pun tidak dapat dihindarkan dan semakin
memuncak ketika wilayah-wilayah muslim di India meminta untuk dipisahkan dari
India dan menjadi negara independen. Gagasan itu mendapatkan dukungan kuat
dari Liga Muslim India.
Pakistan merdeka pada tanggal 14 Agustus 1947, dan India merdeka pada tanggal
15 Agustus 1947. Kekacauaan pun tidak dapat dihindarkan.
Permasalah pun muncul, karena kebanyakan orang di Pakistan Timur tidak bisa
mengerti bahasa Urdu. Mereka sangat marah atas keputusan politik yang dibuat
pemerintah untuk mengangkat bahasa Urdu sebagai bahasa resmi negara
tersebut.
Namun, benih pemisahan antara Pakistan Timur dan Barat sudah tertanam
dengan kokoh karena masalah bahasa.
Isu baru yang semakin memanaskan pemisahan Pakistan Timur dan Barat
muncul, setelah bantuan luar negeri yang dikirim ke negara itu kebanyakan
diberikan ke Pakistan Barat dan sedikit sekali untuk Pakistan Timur.
Pada tahun 1966, pemimpin Liga Awami, Sheikh Mujibur Rahman (yang biasanya
dipanggil Mujib), mengeluarkan enam point program politik dan ekonomi untuk
Pakistan Timur. Gagasan utama dalam agendanya adalah untuk meningkatkan
otonomi Pakistan Timur.
Peristiwa berubah tak terduga pada tanggal 12 November 1970, ketika sebuah
topan yang menghancurkan menghantam Pakistan Timur. Seperempat juta orang
meninggal. Dua hari setelah topan tersebut, Jenderal Yahya datang dari Karachi
untuk melihat situasinya. Ia tampak acuh tak acuh terhadap masalah, sehingga
membuat rakyat Pakistan Timur semakin marah.
Keretakan politik terlihat jelas pada pemilihan bulan Desember tahun 1970 dan
Pakistan Barat mulai memindahkan lebih banyak tentara ke Timur. Pada masa ini
keretakan politik, ekonomi, dan sosial antara Timur dan Barat telah mencapai titik
puncak.
Militer Pakistan terus memaksa Pakistan Timur untuk tunduk pada kekuasaan
pemerintah pusat Pakistan. Bahkan mereka telah menyiapkan daftar pemimpin
Pakistan Timur yang harus dilenyapkan. Ratusan orang meninggal pada malam
pertama pertempuran sengit.
Di sisi lain, masyarakat lokal Pakistan Timur menyadari ini sebagai awal perang
untuk pembebasan. Perang tersebut membawa banyak korban di Pakistan Timur.
Tidak hanya tanah, infrastruktur, dan alam yang rusak atau hancur, tetapi juga
diperkirakan satu juta orang meninggal dalam sembilan bulan pertempuran.
Akibat perang, delapan sampai sepuluh juta pengungsi membanjiri India dari
Pakistan Timur. Hal ini mendorong Parlemen India untuk bertindak, mengutuk
militer Pakistan dan memberikan dukungan kepada pemberontak di Bangladesh.
Setelah masa kerjanya berakhr, oposisi Zia, yang dipimpin oleh Sheikh Hasina
Wajed, mengambil alih pemerintahan. Dari tahun 1996 sampai 2001, Hasina
menjabat sebagai perdana menteri dan bekerja untuk melanjutkan proses tata
pemerintahan yang baik di negara ini. Salah satu kontribusinya adalah
peningkatan pelayanan kesehatan. Zia kembali sebagai perdana menteri pada
tahun 2001.
Tapi masalah ini hanyalah permulaan dari masalah ekonomi negara. Banjir, siklon,
dan tsunami menyedot sumber daya ekonomi Bangladesh. Kegagalan panen
berulang mengakibatkan seringnya kelaparan yang menimpa jutaan orang.
Korupsi politik dan pertikaian politik melemahkan kemampuan pemerintah untuk
memenuhi potensinya dalam melakukan pembangunan
Pertumbuhan penduduk yang cepat seringkali melampaui keuntungan ekonomi
tahunan. Kepadatan penduduk yang tinggi di negara tersebut menghilangkan
lahan yang berpotensi produktif dari penggunaan pertanian. Pencemaran
lingkungan juga adalah masalah besar dan membutuhkan biaya mahal untuk
dipecahkan. Kekuasaan tidak memadai, bahkan negara menjadi salah satu
negara dengan penggunaan energi per kapita paling rendah di dunia
Biaya tenaga kerja rendah memikat banyak produsen asing ke negara tersebut.
Sejumlah perusahaan A.S. mempekerjakan penduduk dengan keterampilan
rendah di Bangladesh dan tempat lain di Asia selatan dan timur.
Komoditi utama ekspor Bangladesh adalah pakaian, rami, kulit, dan makanan laut.
Sementara mereka mengImpor beberapa barang yang meliputi mesin dan
peralatan, bahan kimia, besi dan baja, tekstil, bahan makanan, produk minyak
bumi, dan semen. Sayangnya, negara ini masih melakukan impor lebih banyak
daripada ekspor dan defisit perdagangan ini menambah hutang dan kemiskinan
negara.
Empat puluh satu persen produk negara itu dipasarkan ke negara lain. Pasar
utama ekspor Bangladesh adalah negara maju seperti Amerika Serikat (24,2
persen), Jerman (13,2 persen), Inggris (10,6 persen), Prancis (6 persen), dan Italia
(4 persen).
Sementara pasar impor berasal dari China (18,7 persen), India (14,7 persen),
Kuwait (8 persen), Singapura (6 persen), dan Jepang (4,4 persen).
Khawatir akan meningkatnya keterlibatan India, Angkatan Udara Pakistan melancarkan serangan
terhadap India. Serangan ini dilakukan seperti Operasi Focus yang dilakukan oleh Angkatan Udara
Israel selama Perang Enam Hari. Namun, rencana Pakistan untuk mencapai keberhasilan gagal dan
dianggap sebagai agresi terhadap India.
Perdana Menteri India, Indira Gandhi, menyatakan perang terhadap Pakistan dan mendukung Mukti
Bahini. Ia memerintahkan mobilisasi tentara dan melancarkan invasi skala penuh. Hal ini menandai
dimulainya Perang India-Pakistan tahun 1971.
Tiga korps India terlibat dalam invasi Pakistan Timur. Mereka didukung oleh tiga brigade Mukti
Bahini. Tentara ini lebih besar daripada tiga divisi tentara Pakistan[47]. India dengan cepat
mengacaukan negara, melewati benteng-benteng yang sangat dilindungi. Tentara Pakistan tidak
dapat melakukan serangan balasan, karena mereka didistribusikan dalam satuan kecil di sekitar
perbatasan untuk membalas serangan gerilya Mukti Bahini.[48] Tidak dapat melindungi Dhaka,
Pakistan menyerah pada 16 Desember 1971.
Tank T-55 India bergerak menuju Dhaka. Keterlibatan militer India memainkan peranan penting dalam
kemenangan pemberontak Bangladesh.
Intelijen eksternal India, R.A.W., memainkan peran penting dalam menyediakan bantuan logistik ke
Mukti Bahini selama perang.
Respon Pakistan[sunting | sunting sumber]
Pakistan melancarkan beberapa serangan ke front barat India agar tentara India menjauh dari
Pakistan Timur. Pakistan mencoba melawan dan meningkatkan moral dengan
menggunakan Special Services Group dalam misi sabotase dan penyelamatan. Hal tersebut tidak
dapat menghentikan serangan India, yang kecepatan dan kekuatannya terlalu besar untuk Pakistan.