Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KONFLIK ASIA SELATAN KASUS BANGLADESH


Guru Pembimbing Mata Pelajaran Sejarah Peminatan:Heni Nuraeni , S.Pd

Di susun oleh:

Ade Irma Yuliana

XII IPS 3

SMA SERBA BAKTI SURYALAYA


Jl. Suryalaya RT05/RW02 Tanjungkerta Pagerageung

Tasikmalaya Jawa Barat

2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan pada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan
memuliakannya diatas makhluk-makhluk yang lain.Juga tidak lupa pula shalawat dan salam atas
pemimpin umat islam yakni baginda besar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan
pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan


makalah sejarah tentang konflik Asia Selatan Kasus Bangladesh. Makalah ini terdiri dari pokok-
pokok bahasan materi yang membahas mengenai sejarah konflik Asia Selatan Kasus
Bangladesh.

Terima kasih kepada Ibu Heni Nuraeni S.Pd selaku guru mata pelajaran Sejarah Peminatan,
yang telah membimbing untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pada mata
pelajaran Sejarah Peminatan.Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, Saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ini. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya,dan bagi pembaca

Tasikmalaya, 23 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan penulisan

Manfaat penulisan

BAB II PEMBAHASAN
BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pada Agustus 1947,pembagian India melahirkan negara baru yang disebut
Pakistan.Pakistan terdiri dari wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Muslim.
Dalam negara Pakistan, terdapat dua wilayah yang secara geografis dan budaya
terpisah, salah satunya berada di ujung barat sub benua India, sedangkan yang lainnya
berada di ujung timur.Zona Barat umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat,
dan zona Timur (Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya Pakistan
Timur.

Pada tanggal 25 Maret 1971, meningkatnya ketidakpuasan politik dan nasionalisme


budaya di Pakistan Timur menyebabkan dilakukannya operasi penekanan oleh pasukan
Pakistan Barat yang disebut Operasi Searchlight.

Kekerasan oleh tentara Pakistan Barat menyebabkan pernyataan kemerdekaan


Pakistan Timur sebagai negara Bangladesh dan dimulainya perang saudara. Perang ini
menyebabkan pengungsi (diperkirakan sekitar 10 juta penduduk) membanjiri provinsi
timur India.Karena menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan, India mulai membantu
dan mengorganisir grup perlawanan Bangladesh yang disebut Mukti Bahini.
BAB II

PEMBAHASAN

KELUHAN PAKISTAN TIMUR


Eksploitasi ekonomi

Pakistan Barat (terdiri dari empat provinsi: Punjab, Sindh, Balochistan dan Provinsi
Perbatasan Barat Laut) mendominasi politik negara dan menerima semakin banyak dana
daripada Timur yang semakin padat.

Perbedaan politik

Meskipun penduduk Pakistan Timur merupakan mayoritas, kekuatan politik dipegang


kuat oleh Pakistan Barat, terutama Punjabi. Karena sistem representasi langsung
berdasarkan populasi akan memusatkan kekuatan politik di Pakistan Timur, pendirian
Pakistan Barat dilakukan dengan skema "Satu Kesatuan", dengan seluruh Pakistan Barat
dianggap sebagai satu provinsi.Ironisnya, setelah Timur memisahkan diri untuk
membentuk Bangladesh, provinsi Punjabi meminta dengan tegas bahwa politik di
Pakistan Barat kini ditentukan dengan basis suara langsung, karena Punjabi berjumlah
lebih banyak dari grup lainnya, seperti Sindhi, Pashtun, atau Baloch.

Setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan Liaquat Ali Khan tahun 1951,
kekuataan politik mulai dipusatkan pada Presiden Pakistan, dan kadang-kadang
militer.Pakistan Timur menyadari jika salah satu dari mereka, seperti Khawaja
Nazimuddin, Muhammad Ali Bogra, atau Huseyn Shaheed Suhrawardy, terpilih sebagai
Perdana Menteri Pakistan, dengan cepat mereka akan dijatuhkan oleh Pakistan Barat.
Kediktatoran militer Ayub Khan (27 Oktober 1958 – 25 Maret 1969) dan Yahya Khan (25
Maret 1969 – 20 Desember 1971), yang keduanya berasal dari Pakistan Barat, hanya
meningkatkan perasaan seperti itu

Situasi mencapai klimaksnya ketika pada tahun 1970, Liga Awami, partai politik terbesar
Pakistan Timur, dipimpin oleh Sheikh Mujibur Rahman, memenangkan pemilihan umum.Partai
ini memenangkan 167 dari 169 kursi yang terbagi untuk Pakistan Timur.Hal ini memberikan Liga
Awami hak konstitusi untuk membentuk pemerintahan. Namun, Zulfikar Ali Bhutto (seorang
Sindhi), pemimpin Partai Rakyat Pakistan, menolak Rahman menjadi Perdana Menteri
Pakistan.Ia mengusulkan agar terdapat dua Perdana Menteri, satu untuk tiap sayap. Usulan ini
menimbulkan kemarahan di sayap timur. Bhutto juga menolak menerima Enam Poin Rahman.
Pada 3 Maret 1971, kedua pemimpin dari dua sayap bersama dengan Presiden Jenderal Yahya
Khan bertemu di Dhaka untuk menentukan nasib negara. Pembicaraan akhirnya gagal.
Pada 7 Maret 1971, Sheikh Mujibur Rahman berpidato di Lapangan Pacuan Kuda (kini disebut
Suhrawardy Udyan). Dalam pidatonya, dia menyebutkan empat poin untuk mempertimbangkan
pertemuan Majelis Nasional pada 25 Maret

Dicabutnya darurat militer.

Ditariknya seluruh personel militer ke barak.

Penyelidikan kematian.

Penyerahan kekuasaan untuk wakil yang terpilih oleh rakyat sebelum pertemuan majelis nasional 25
Maret.

Pidato bersejarah Sheikh Mujibur Rahman pada tanggal 7 Maret 1971.

Anda mungkin juga menyukai