Anda di halaman 1dari 28

Konflik Bangladesh

Muhammad Fajarrochman Sasmito/21/XII IPS II


Latar Belakang Konflik
• Pada Agustus 1947, pembagian India melahirkan negara baru yang
disebut Pakistan. Pakistan terdiri dari wilayah yang mayoritas
penduduknya beragama Muslim. Dalam negara Pakistan, terdapat dua
wilayah yang secara geografis dan budaya terpisah, salah satunya
berada di ujung barat sub benua India, sedangkan yang lainnya berada
di ujung timur.
• Kedua wilayah ini terpisah oleh ribuan mil teritori India. Zona Barat
umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat, dan zona Timur
(Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya Pakistan
Timur. Secara umum terlihat bahwa Pakistan Barat lebih dominan
secara politik dan mengeksplotasi Timur secara ekonomi,
menimbulkan banyak keluhan.
• Pada tanggal 25 Maret 1971, meningkatnya ketidakpuasan politik dan
nasionalisme budaya di Pakistan Timur menyebabkan dilakukannya
operasi penekanan oleh pasukan Pakistan Barat yang brutal yang
disebut Operasi Searchlight.
• Kekerasan oleh tentara Pakistan Barat menyebabkan pernyataan
kemerdekaan Pakistan Timur sebagai negara Bangladesh dan
dimulainya perang saudara. 
Operasi Search Light
• Perang ini menyebabkan pengungsi (diperkirakan sekitar 10 juta
penduduk membanjiri provinsi timur India. Karena menghadapi krisis
ekonomi dan kemanusiaan, India mulai membantu dan mengorganisir
grup perlawanan Bangladesh yang disebut Mukti Bahini.
• Pemerintah memutuskan upaya “pembersihan”. Banyak kaum
intelektual Bangladesh yang dibunuh, kebanyakan oleh
pasukan pasukan Al Syam dan Al Badar atas instruksi tentara
Pakistan.Hanya dua hari sebelum menyerah, tentara Pakistan dan
milisi Razakar (pendukung lokal) membawa sekitar 100 sampai 300
dokter, profesor, penulis dan insinyur di Dhaka dan mengeksekusi
mereka, meninggalkan mayat mereka dalam kuburan massal. Terjadi
pula banyak pemerkosaan wanita di Bangladesh.
Konflik
Konflik Jalur Bukit Chittagong adalah konflik politik dan perjuangan
bersenjata antara Pemerintah Bangladesh dan Parbatya Chattagram
Jana Sanghati Samiti (PCJSS) (Partai Rakyat Bersatu Jalur Bukit
Chittagong) dan sayap bersenjatanya, Shanti Bahini, atas isu otonomi
dan hak-hak suku Jumma yang beragama Buddha dan Hindu, suku
Chakma, dan suku-suku di Jalur Bukit Chittagong. 
• Konflik di Jalut Bukit Chittagong Hill ditelusuri kembali ke masa
ketika Bangladesh merupakan sayap timur dari Pakistan. Kebencian
yang meluas terjadi atas perpindahan sebanyak 100.000 penduduk
asli karena pembangunan Bendungan Kaptai pada tahun 1962. 
• Para pengungsi tidak menerima kompensasi dari pemerintah dan
ribuan melarikan diri ke India. Sheikh Mujib dilaporkan telah
mengancam untuk menempatkan secara paksa suku Bengali Muslim
di Jalur Bukit untuk mengurangi proporsi penduduk asli Buddhis dan
Hindu sehingga mereka menjadi minoritas.
Syekh Mujib aka Presiden Pertama
Bangladesh
• Akibatnya, Larma dan lainnya mendirikan Parbatya Chhatagram Jana
Shanghatti Samiti (PCJSS) sebagai sebuah organisasi politik bersatu
dari semua penduduk asli dan suku pada tahun 1973. Sayap
bersenjata PCJSS, yakni Shanti Bahini diorganisir untuk menolak
kebijakan pemerintah.
• Dalam tahun-tahun berikutnya, ada laporan yang dapat dipercaya
mengenai para tentara yang menargetkan masyarakat adat sipil untuk
penganiayaan termasuk penggusuran paksa, penghancuran properti,
penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, dan pembunuhan.
Menurut salah satu sumber, lebih dari 2.000 perempuan masyarakat
adat diperkosa selama konflik 1971-1994. Pasukan keamanan
terlibat dalam banyak kasus kekerasan seksual.
Penyelesaian Konflik
• Pada 2 Desember 1997 dibuatnya kesepakatan damai yang bertujuan
untuk mengakhiri kekerasan ini dan secara resmi mengakui etnisitas
yang berbeda dan otonomi relatif dari suku dan masyarakat adat di
wilayah Chittagong Hills.
Poin penting
• Kelompok pemberontak harus menyerah pada Pemerintah
Bangladesh dan ditugaskannya Tentara Pengamanan di
daerah Chittagong Hills
• Pemberian kompensasi bagi Rakyat Jumma yang
terdampak
• Pengembalian 50,000 orang yang terusir dari tanah mereka
• Perjanjian tersebut mendapat banyak tanggapan beragam, mulai dari
dianggap sebagai batu loncatan Bangladesh untuk mempererat
hubungan dengan Suku Jumma,dan disisi lain dikritik berat dan
dituduh oleh partai oposisi saat itu, BNP karena kerahasiaan dan
minimnya dokumentasi perjanjian damai dan akomodasi dari
pemerintah yang dijanjikan tidak sesuai dengan ketetapan.
Dokumentasi perjanjian damai
Keadaan sekarang
• Namun, 17 tahun kemudian, ketentuan perjanjian perdamaian masih belum
dilaksanakan. Sebaliknya, masyarakat Jumma menghadapi meningkatnya
tingkat kekerasan dari penduduk etnis Benggala, dengan tidak ada respon
yang efektif dari negara. Anggota Komisi CHT, sekelompok aktivis yang
memantau pelaksanaan perjanjian damai 1997, mengatakan kepada Human
Rights Watch bahwa para pemukim (Muslim Benggala) telah menyerang
rumah-rumah, toko, dan tempat-tempat ibadah penduduk adat, dalam
beberapa kasus dengan melibatkan aparat keamanan. Ada laporan
tentang bentrokan antara dua komunitas. Situasi ini begitu tegang bahkan
beberapa anggota Komisi CHT diserang oleh sekelompok pemukim pada
bulan Juli 2014. Para pelakunya belum diidentifikasi dan dituntut.
• Perjanjian damai tersebut secara khusus menyerukan demiliterisasi
wilayah Chittagong Hill. Tapi hampir setelah dua dekade wilayah
tersebut tetap di bawah pendudukan militer. Tentara gagal untuk
melindungi masyarakat Jumma dari para pemukim (etnis Benggala),
dan dalam beberapa kasus tentara membantu dalam serangan
terhadap keluarga-keluarga masyarakat adat, dan hal ini
telah didokumentasikan dengan baik.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai