Latar Belakang Konflik • Pada Agustus 1947, pembagian India melahirkan negara baru yang disebut Pakistan. Pakistan terdiri dari wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Dalam negara Pakistan, terdapat dua wilayah yang secara geografis dan budaya terpisah, salah satunya berada di ujung barat sub benua India, sedangkan yang lainnya berada di ujung timur. • Kedua wilayah ini terpisah oleh ribuan mil teritori India. Zona Barat umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat, dan zona Timur (Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya Pakistan Timur. Secara umum terlihat bahwa Pakistan Barat lebih dominan secara politik dan mengeksplotasi Timur secara ekonomi, menimbulkan banyak keluhan. • Pada tanggal 25 Maret 1971, meningkatnya ketidakpuasan politik dan nasionalisme budaya di Pakistan Timur menyebabkan dilakukannya operasi penekanan oleh pasukan Pakistan Barat yang brutal yang disebut Operasi Searchlight. • Kekerasan oleh tentara Pakistan Barat menyebabkan pernyataan kemerdekaan Pakistan Timur sebagai negara Bangladesh dan dimulainya perang saudara. Operasi Search Light • Perang ini menyebabkan pengungsi (diperkirakan sekitar 10 juta penduduk membanjiri provinsi timur India. Karena menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan, India mulai membantu dan mengorganisir grup perlawanan Bangladesh yang disebut Mukti Bahini. • Pemerintah memutuskan upaya “pembersihan”. Banyak kaum intelektual Bangladesh yang dibunuh, kebanyakan oleh pasukan pasukan Al Syam dan Al Badar atas instruksi tentara Pakistan.Hanya dua hari sebelum menyerah, tentara Pakistan dan milisi Razakar (pendukung lokal) membawa sekitar 100 sampai 300 dokter, profesor, penulis dan insinyur di Dhaka dan mengeksekusi mereka, meninggalkan mayat mereka dalam kuburan massal. Terjadi pula banyak pemerkosaan wanita di Bangladesh. Konflik Konflik Jalur Bukit Chittagong adalah konflik politik dan perjuangan bersenjata antara Pemerintah Bangladesh dan Parbatya Chattagram Jana Sanghati Samiti (PCJSS) (Partai Rakyat Bersatu Jalur Bukit Chittagong) dan sayap bersenjatanya, Shanti Bahini, atas isu otonomi dan hak-hak suku Jumma yang beragama Buddha dan Hindu, suku Chakma, dan suku-suku di Jalur Bukit Chittagong. • Konflik di Jalut Bukit Chittagong Hill ditelusuri kembali ke masa ketika Bangladesh merupakan sayap timur dari Pakistan. Kebencian yang meluas terjadi atas perpindahan sebanyak 100.000 penduduk asli karena pembangunan Bendungan Kaptai pada tahun 1962. • Para pengungsi tidak menerima kompensasi dari pemerintah dan ribuan melarikan diri ke India. Sheikh Mujib dilaporkan telah mengancam untuk menempatkan secara paksa suku Bengali Muslim di Jalur Bukit untuk mengurangi proporsi penduduk asli Buddhis dan Hindu sehingga mereka menjadi minoritas. Syekh Mujib aka Presiden Pertama Bangladesh • Akibatnya, Larma dan lainnya mendirikan Parbatya Chhatagram Jana Shanghatti Samiti (PCJSS) sebagai sebuah organisasi politik bersatu dari semua penduduk asli dan suku pada tahun 1973. Sayap bersenjata PCJSS, yakni Shanti Bahini diorganisir untuk menolak kebijakan pemerintah. • Dalam tahun-tahun berikutnya, ada laporan yang dapat dipercaya mengenai para tentara yang menargetkan masyarakat adat sipil untuk penganiayaan termasuk penggusuran paksa, penghancuran properti, penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, dan pembunuhan. Menurut salah satu sumber, lebih dari 2.000 perempuan masyarakat adat diperkosa selama konflik 1971-1994. Pasukan keamanan terlibat dalam banyak kasus kekerasan seksual. Penyelesaian Konflik • Pada 2 Desember 1997 dibuatnya kesepakatan damai yang bertujuan untuk mengakhiri kekerasan ini dan secara resmi mengakui etnisitas yang berbeda dan otonomi relatif dari suku dan masyarakat adat di wilayah Chittagong Hills. Poin penting • Kelompok pemberontak harus menyerah pada Pemerintah Bangladesh dan ditugaskannya Tentara Pengamanan di daerah Chittagong Hills • Pemberian kompensasi bagi Rakyat Jumma yang terdampak • Pengembalian 50,000 orang yang terusir dari tanah mereka • Perjanjian tersebut mendapat banyak tanggapan beragam, mulai dari dianggap sebagai batu loncatan Bangladesh untuk mempererat hubungan dengan Suku Jumma,dan disisi lain dikritik berat dan dituduh oleh partai oposisi saat itu, BNP karena kerahasiaan dan minimnya dokumentasi perjanjian damai dan akomodasi dari pemerintah yang dijanjikan tidak sesuai dengan ketetapan. Dokumentasi perjanjian damai Keadaan sekarang • Namun, 17 tahun kemudian, ketentuan perjanjian perdamaian masih belum dilaksanakan. Sebaliknya, masyarakat Jumma menghadapi meningkatnya tingkat kekerasan dari penduduk etnis Benggala, dengan tidak ada respon yang efektif dari negara. Anggota Komisi CHT, sekelompok aktivis yang memantau pelaksanaan perjanjian damai 1997, mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa para pemukim (Muslim Benggala) telah menyerang rumah-rumah, toko, dan tempat-tempat ibadah penduduk adat, dalam beberapa kasus dengan melibatkan aparat keamanan. Ada laporan tentang bentrokan antara dua komunitas. Situasi ini begitu tegang bahkan beberapa anggota Komisi CHT diserang oleh sekelompok pemukim pada bulan Juli 2014. Para pelakunya belum diidentifikasi dan dituntut. • Perjanjian damai tersebut secara khusus menyerukan demiliterisasi wilayah Chittagong Hill. Tapi hampir setelah dua dekade wilayah tersebut tetap di bawah pendudukan militer. Tentara gagal untuk melindungi masyarakat Jumma dari para pemukim (etnis Benggala), dan dalam beberapa kasus tentara membantu dalam serangan terhadap keluarga-keluarga masyarakat adat, dan hal ini telah didokumentasikan dengan baik. Terima kasih