Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

FARMASETIKA DASAR

AEROSOL INHALER

DISUSUN OLEH :
NAMA : ISSA ANISATUL AZIZAH
NIM : 201805036
KELAS : 2A
PRODI : S1 FARMASI

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik hidayah
serta inayahnya sehingga saya bisa menyelesaikan pembuatan makalah “Aerosol Inhaller”
untuk memenuhi nilai remidi Farmasetika Dasar.
Tidak lupa juga saya ucapkan banyak terimakasih kepada ibu Heny Setyoningsih,
M.Farm.,Apt yang telah membimbing dalam proses pembelajaran mata kuliah Farmasetika
Dasar, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan memberi
kesematan untuk saya memperbaiki nilai UAS.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Kritik dan
saran pembaca sangat saya harapkan agar saya dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Kudus, 1 Juli 2019


Hormat Saya,

Issa Anisatul Azizah


NIM: 201805036
BAB1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan pesat pada teknologi inhalasi telah memberikan manfaat yang
besar bagi pasien yang menderita penyakit saluran pernafasan, tidak hanya pasien yang
menderita penyakit asma, tetapi juga pasien brokitis kronis, PPOK (Penyakit Paru
Obstruktif Kronik), bronkiektasis, dan sistik fibrosis. Keuntungan utama pada terapi
inhalasi bahwa obat dihantarkan langsung kedalam saluran pernafasan langsung masuk
keparu paru, kemudian menghasilkan konsentrasi local yang lebi tinggi dengan resiko
yang jauh lebih rendah terhadap efek samping sistemik yang ditimbulkan (Gina, 2008).
Inhaler dan nebulizer merupakan jenis sediaan farmasi dengan bentuk sediaan
yang khusus. Keberhasilan terapi sangat dipengaruhi oleh ketepatan cara
penggunaannya. Pasien yang menggunakan nebukizer harus dilatih secara hati hati
mengenai cara penggunaannya, karena mereka akan tergantung dengan alat terseut.
Percobaan terapi dengan inhalre perlu dilakukan 3-4 minggu untuk menilai manfaat
yang didapatkan secara signifikan dan untuk dinyatakan bermanfaat, terapi ini
normalna harus dapat memberikan perbaikan setidakya 15% dari nilai sebelum terapi
(Cates et al., 2002). Nebulizer dapat digunakan pada semua usia, dan untuk beberapa
tingkat keparahan penyakit tertentu (Geller, 2005). Keuntungan dari nebulizer adalah
kurang diperlukannya koordinasi pasien terhadap alat ini dibandinggkkan dengan
metered dose inhaler (MDI).
Penemuan yang berhubungan dengan inhaler aerosol, digunakan untuk
mengeluarkan aerosol yang mengandung obat dalam jumlah yang diukur, dan
berhubungan lebih speifik dengan inhaler aerosol untuk mengatur waktu pelepasan
aerosol yang mengandung obat untuk bertepatan dengan inhalasi pengguna dan lebih
efisien memperkenalkan obat secara mendalam kedalam paru paru pengguna.
Bronkodilator adalah sebuah subtansi yang dapat mengubah luas permukaan
bronkus dan bronkiolus pada paru paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen paru
paru meningkat. Senyawa bronkolidator dapat tersedia secara alami dari dalam tubuh,
maupun didapat melalui asupan obat obatan. Umumnya bronkodilator tersedia dalam
bentuk inhaler atau obat semprot terdosis yang disemprotkan secara oral melalui mulut
dan langsung menuju kejalur pernafasan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dmaksud dengan inhalasi/ inhaler?
2. Apa itu bronkodlator?
3. Bagaimana cara penggunaan inhaler?
C. TUJUAN
1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan inhalasi atau inhaler
2. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan bronkodilator
3. Agar mengerti bagaiman cara penggunaan inhaler.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. INAHALASI / INHALER
Inhaler merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat kedalam
tubuh melalui paru paru. Sistem penghantaran obat juga berpengaruh terhadap
banyaknya obat yang dapat terdeposisi pada teknik inhalasi. Ada 3 tipe penghantaran
obat yang ada hingga saat ini, yakni: Meterd Dose Inhaler (MDI), Meterd Dose Inhaler
(MDI) dengan spacer, Dry Powder Inhaler (DPI).
1. MDI (Metered Dose Inhaler) atau Inhaler dosis terukur merupakan cara inhalasi
yang memerlukan teknik tertentu agar sejumlah dosis obat mencapai saluran
respiratori. Propelan atau zat pembawa bertekanan tiinggi menjadi penggerak,
menggunakan tabung alumunium (canister). Partikel yang dihasilkan oleh MDI
adalah ukuran partikel berukuran <5 mikrometer. Penggunaan MDI mungkin tidak
praktis pada sebagian pasien seperti anak kecil, usia lanjut, cacat fisik, penderita
aartritis, dan pasien yang cenderung memakai MDI secara berlebihan (Suwondo,
1991).
2. MDI (Meterd Dose Inhaler) dengan ruang antara (spacer). Ruang antara akan
menambah jarak antara akuator dengan mulut sehingga kecepatan aerosol pada saat
dihirup menjadi berkurang dan akan menghasilkan partikel berukuran kecil yang
masuk kesaluran respiratori yang kecil (small airway). Selain itu juga dapat
mengurang pengendapan di orofaring. Ruang antara ini berupa tabung 80ml dengan
panjang 10-20 cm.
3. DPI (Dry Powder Inhaler). Inhaler jenis ini tidak mengadung propelan sehingga
mempunyai kelebihan disbanding dengan MDI. Menurut NACA (2008), inhaler
tipe ini berisi serbuk kering. Pasien cukup melakukan penghirupan yang cepat dan
dalam untuk menarik obat dari dalam alat ini. Zat aktifnya dalam bentuk serbuk
kering yang akan tertarik masuk ke paru paru saat menarik napas (inspirasi).
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan turbunhaler adalah tidak membuka
tutup, tidak memutar searah jarum jam, tidak menahan napas, dan pasien meniup
turbanhaler hingga basah.

B. BRONKODILATOR
Bronkodilator adalah sebuah subtansi yang dapat memperlebar las permukaan
bronkus dan bronkeolus pada paru paru meningkat. Senyawa bronkodilator dapat
tersedia dengan cara alami dari dalam tubuh ataupun didapat melalui asupan obat
obatan dari luar.
Bronkodilator mengandung agonis reseptor beta-2 adrenergik yang dapat mengurangi
gejala serangan asma yang muncul tiba tiba (bronkostriksi akut). Umumnya
bronkodilator tersedia dalam bentuk inhaler atau obat semprot terdosis yang
disemprotkan secara oral melalui mulut dan langsung menuju ke jalur pernafasan.
Penggunaan bronkodilator inhaler pada penyakit asma lebih aman dibandingkan
dengan obat telan. Disebabkan obat telan harus melalui sitem peredarang darah terlebih
dahulu sebelum mencapai tempat kerjany yaitu paru paru, dan meninggalkan residu
kimia yang dapat merusak hati pada penggunaan jangka panjang.
Masalah lama jenis perawatan ini adalah waktu rilis yang tepat dari obat
bronkodilator sehubungan dengan timbunya inspirasi. Jika pasien asma menerima
sebagian besar obat aerosol, pada saat inspirasi obat dapat dibawa jauh kedalam paru
paru dan dengan demikian merupakan terapi yang lebih efektif. Sebaliknya jika obat
aerosol dibagikan terlalu dini atau terlalu lambat sehubungan dengan tibulnya inspirasi,
medikasi akan disemprotka secara tidak efektif kedalam mulut, atau mungkin hanya
dihirup dangkal, sehngga obat dikeluarkan tanpa pernah mencapai paru paru napas
pasien.

C. CARA PENGGUNAAN INHALER


Cara penggunaan obat inhaler adalah sebagai berikut
1. Duduk atau berdiri tegak saat menggunakan inhaler
2. Kocok inhaler dengan baik sebelum menggunakannya atau menghirupnya
3. Langsung tarik nafas perlaha saat anda menekan inhaler
4. Tahan nafas selama minimal 10 detik setelah menghirupnya
5. Bila anda perlu menggunakan lebih dari satu hirupan perdosis, tunggu bebrapa
menit dulu diantara setiap isapan. Jika anda menggunakan obat bronkodilator kerja
cepat berikan jeda 3-5 menit. Untuk jenis lainnya gunakan jeda satu menit
6. Tarik dan buang nafas perlahan diatara setiap isapan.

BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Inhaler merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat kedalam
tubuh melalui paru paru. Sistem penghantaran obat juga berpengaruh terhadap
banyaknya obat yang dapat terdeposisi pada teknik inhalasi. Ada 3 tipe penghantaran
obat yang ada hingga saat ini, yakni: Meterd Dose Inhaler (MDI), Meterd Dose Inhaler
(MDI) dengan spacer, Dry Powder Inhaler (DPI).
Bronkodilator adalah sebuah subtansi yang dapat memperlebar las permukaan
bronkus dan bronkeolus pada paru paru meningkat. Senyawa bronkodilator dapat
tersedia dengan cara alami dari dalam tubuh ataupun didapat melalui asupan obat
obatan dari luar.
Bronkodilator mengandung agonis reseptor beta-2 adrenergik yang dapat
mengurangi gejala serangan asma yang muncul tiba tiba (bronkostriksi akut).
DAFTAR PUSTAKA

Wiliam C, Waters, IV, 1255 Kingsley Cir., Atlanta, Ga.30324;


Howard C. Ansel. Pengantar bentuk sediaan Farmasi (Terjemahan). UI-Press. Jakarta. 1989.
Hal.466
David Jones. Fast Tract : Pharmaceutical Dosage Form and design. Pharmaceutical Press.
London. 2008. Hal. 187, 188, 195.
Ditjen POM RI. Farmakope Indonesia edisi ke iv. Departemen keshatan RI. Jakarta. 1995.

Anda mungkin juga menyukai