TUGAS AKHIR
Oleh :
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir
yang berjudul “Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:2007
PT. Tunas Jaya Sanur pada proyek Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali”.
Selesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran, dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT. selaku dosen
pembimbing 1, Bapak Made Dodiek Wirya Ardana, ST., MT. selaku dosen
pembimbing 2, Bapak Nyoman Murdana selaku Project Manager sekaligus Safety
Coordinator Proyek Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali atas bantuannya, Bapak
Nyoman Agus Sandika Putra selaku Site Manager sekaligus Safety Officer, Bapak
Ketut Sutresna Artha selaku Safety Officer, seluruh staf pegawai pada proyek
Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali, seluruh keluarga atas dorongan semangat dan
doa yang diberikan serta teman-teman sipil ’13 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas perhatian, bantuan, dan semangatnya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat
kekurangan, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
tugas akhir ini. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 3
1.5 Batasan Masalah ............................................................... 4
iii
2.12.5 Elemen 4.5 Pemeriksaan ......................................... 35
2.12.6 Elemen 4.6 Tinjauan Manajemen ............................ 38
2.13 Analisa Statistik................................................................ 39
2.13.1 Penentuan Skala Pengukuran .................................. 39
2.13.2 Pengertian Analisis Faktor ...................................... 40
2.14 Resort .............................................................................. 41
2.14.1 Pengertian Resort .................................................. 41
iv
4.5 Pembahasan hasil analisis tingkat penerapan OHSAS
18001:2007 pada Proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort Bali. ...................................................................... 69
4.5.1 Elemen 4.1 Persyaratan Umum ........................................... 69
4.5.2 Elemen 4.2 Kebijakan K3 ................................................... 70
4.5.3 Elemen 4.3 Perencanaan ..................................................... 71
4.5.4 Elemen 4.4 Penerapan dan Operasi ..................................... 71
4.5.5 Elemen 4.5 Pemeriksaan ..................................................... 72
4.5.6 Elemen 4.6 Tinjauan Manajemen........................................ 73
4.6 Kendala-kendala Penerapan OHSAS 18001:2007 pada
Proyek Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali .................................. 74
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan........................................................................................ 75
5.2 Saran .............................................................................................. 75
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Checklist Utama ................................................................ 78
Checklist Pendukung ......................................................... 87
LAMPIRAN B
Struktur Organisasi SMK3 Jumeirah Resort Bali ............... 92
Kebijakan SMK3 Jumeirah Resort Bali ............................. 93
Identifikasi Aspek dan Bahaya .......................................... 94
Sasaran dan Program K3 Jumeirah Resort Bali .................. 103
Prosedur Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi .............. 107
Form Safety Meeting proyek Jumeirah Resort Bali ............. 117
Dokumentasu Safety Meeting ............................................ 125
Prosedur Kesiagaan dan Tanggap Darurat .......................... 127
Identifikasi potensi keadaan darurat .................................. 135
Daftar peralatan tanggap darurat ....................................... 136
Berita acara Simulasi Keadaan Darurat.............................. 137
Jadwal Simulasi Keadaan Darurat ..................................... 160
Form laporan Keadaan Darurat .......................................... 161
Daftar nomor telepon keadaan darurat ............................... 162
Daftar lokasi APAR .......................................................... 163
Prosedur Inspeksi Tempat Kerja ........................................ 166
Prosedur Pengendalian Ketidaksesuaian SMK3 ................. 173
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebanyak 60.322 kasus, tahun 2013 sebanyak 97.144 kasus, dan tahun 2014
sebanyak 40.694 kasus. Beberapa sumber mencatat paling tidak 30% kasus
kecelakaan kerja terjadi di sektor konstruksi (BpjsKetenagakerjaan, 2016b; Pritanti
et al., 2012). Dengan jumlah porsi tenaga kerja yang besar dan juga risiko yang
besar membuat kecelakaan kerja di sektor konstruksi merupakan aspek yang perlu
diperhatikan. Terdapat tiga faktor utama (Three Main Factor Theory) penyebab
terjadinya kecelakaan (Three Main Factor Theory) antara lain :
1. Faktor Manusia
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Peralatan
Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dapat dihindari atau dikurangi, jika
sistem manajemen K3 benar-benar diterapkan pada lingkungan kerja. Mengingat
gangguan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bukan hanya menimbulkan kerugian
berupa materi yang besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang
merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi
apapun.
Pada saat ini OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series)
18001:2007 menjadi pilihan utama bagi kontraktor yang ingin menerapkan sistem
manajemen K3 secara konsisten dan sistematis. OHSAS 18001:2007 merupakan
suatu standar sertifikasi internasional yang memperhatikan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Sertifikasi OHSAS 18001:2007 ini menunjukkan kontraktor
mempunyai bukti nyata yang diakui secara nasional maupun internasional bahwa
perusahaan tersebut telah menerapkan sistem manajemen K3 dalam proses
produksinya. Spesifikasi OHSAS 18001:2007 memberikan persyaratan bagi sistem
manajemen K3 yang memungkinkan suatu organisasi untuk mengendalikan resiko
K3 dan meningkatkan pelaksanaannya.
Sebagai perusahaan konstruksi bertaraf nasional, PT. Tunas Jaya Sanur telah
mendapatkan sertifikat OHSAS 18001:2007 dan menerapkannya dalam
pelaksanaan proyek-proyek jasa kontruksi. Salah satu penerapan OHSAS
18001:2007 adalah pada proyek pembangunan Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali
yang berlokasi di Pecatu Indah Resort, Badung. Namun, penerapan K3 pada PT.
Tunas Jaya Sanur saat ini belum diketahui. Ini karena belum pernah dilakukan
2
penelitian mengenai penerapan sistem manajemen K3 dengan mengacu kepada
OHSAS 18001:2007. Berdasarkan latar belakang diatas, maka topik ini diangkat
untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem manajemen K3 OHSAS
18001:2007 PT. Tunas Jaya Sanur pada proyek Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali.
3
1.5 Batasan Masalah
Batasan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini, adalah:
1. Penelitian dilakukan pada PT. Tunas Jaya Sanur, dengan mengambil
studi kasus pada Pembangunan Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali yang
berlokasi di Pecatu Indah Resort, Badung.
2. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja OHSAS 18001:2007 yang
ditinjau adalah pada elemen 4 karena elemen 1, 2, 3 hanya membahas
tentang ruang lingkup, referensi dan publikasi serta istilah dan
definisinya saja. Elemen 4 tersebut memiliki 6 sub elemen, yaitu:
- Persyaratan umum K3 OHSAS 18001:2007
- Kebijakan K3 OHSAS 18001:2007
- Perencanaan
- Implementasi dan operasi
- Pemeriksaan
- Tinjauan manajemen
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.2 Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode
kerja, proses kerja, dan kondisi yang bertujuan untuk (Siahaan, 2006):
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja
disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
6
2.1.5 Insiden, Kecelakaan, dan Near Miss
1. Insiden
Insiden adalah kejadian yang dapat menimbulkan kecelakaan atau memiliki
potensi mengarah kepada suatu kecelakaan (termasuk: near miss accident).
2. Kecelakaan
Kecelakaan adalah kejadian tidak diinginkan yang menyebabkan sakit,
cidera, kerusakan, kematian, atau kerugian lainnya. Contoh kecelakaan/accident :
a. Jatuh dari ketinggian ketika bekerja di gedung tinggi.
b. Cedera rnata terkena spark/bunga api
c. Kulit terbakar terkena bahan kimia
d. Kebakaran
e. Bahan kimia tumpah ke tanah
f. dll.
3. Near Miss
Near miss adalah kejadian yang tidak menghasilkan cidera atau
kerusakan tetapi memiliki potensi (hampir) menyebabkan hal tersebut. Contoh near
miss:
a. Terjatuhnya barang dari rak di gudang
b. Tersandung
c. Hampir tertabrak
d. Silau karena cahaya
7
1. Undang-Undang No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No.
120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
2. Undang-Undang Nu. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja (lembaran Negara No. 55 Tahun 1969).
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan-Keselamatan
Kerja (lembaran Negara No. 1 Tahun 1970).
4. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Undang -Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Keselamatan Kesehatan.
5. Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1991 Tentang Ketenagakerjaan.
6. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul
Karena Hubungan Kerja.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/Men11980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.05/Men/I996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
9. Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
Nomor Kep. 174/Men/1986-104/KPTS/1986 tentang pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat konstruksi.
8
2. Persyaratan Teknis
Pintu masuk/keluar, lampu/penerangan, ventilasi, kebersihan, pencegahan
terhadap kebakaran, perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian
bangunan yang rubuh, terali pengaman, kebisingan dan getaran (vibrasi), dan
sebagainya.
3. Ketentuan-ketentuan lain
Ketentuan teknis mengenai perancah, tangga, peralatan pengangkat, tali, rantai,
permesinan, peralatan, pekerjaan bawah tanah, penggalian-penggalian,
pemancangan, pengerjaan beton, pembongkaran.
9
dinamakan "safety construction engineer" dan petugas ini pada dasarnya
harus mempunyai sertifikat.
b. Demikian pula pada proyek konstruksi tersebut, pemilik proyek harus
mengangkat pula seorang yang menangani K3 dan dinamakan "safety
construction officer".
10
9. Peningkatan kesadaran terhadap K3.
10. Sistem pemeriksaan dan pendataan.
11
3. Kacamata Kerja
Kaca mata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu
atau serpih besi yang berterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel
debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat/kasat oleh mata.
Oleh karenanya, mata perlu diberikan perlindungan. Tidak semua jenis
pekerjaan membutuhkan kaca mata kerja. Namun, pekerjaan yang mutlak
membutuhkan perlindungan mata adalah mengelas.
4. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan
bising. Namun demikian, bukan berarti seorang pekerja tidak dapat bekerja
bila tidak menggunakan alat ini. Kemungkinan akan terjadi gangguan pada
telinga tidak dirasakan saat itu, melainkan pada waktu yang akan datang.
5. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis kegiatan. Tujuan utama
pengguaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras
dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Namun, tidak semua jenis
pekerjaan memerlukan sarung tangan. Salah satu kegiatan yang memerlukan
adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang
seperti mendorong gerobag cor secara terus-menerus dapat mengakibatkan
lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobak.
6. Helm
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya
dengan benar sesuai peraturan pemakai yang dikeluarkan dari pabrik
pembuatnya. Keharusan mengenakan helm lebih dipentingkan bagi
keselamatan si pekerja sendiri mengingat kita semua tidak pernah tahu kapan
dan dimana bahaya akan terjadi. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala
dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan
maupun material konstruksi, yang jatuh dari atas kemudian kotoran (debu)
yang berterbangan di udara dan panas matahari. Namun, sering kita lihat
bahwa kedisiplinan para kerja untuk menggunakannya masih rendah yang
12
tentunya dapat membahayakan diri sendiri. Kecelakaan saat bekerja dapat
merugikan pekerja itu sendiri maupun kontraktor yang lebih disebabkan oleh
kemungkinan terhambat dan terlambatnya pekerjaan.
7. Masker
Pelindung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi
mengingat kondisi lokasi proyek itu sendiri. Berbagai material konstruksi
berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan,
misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengamplas, menyerut
kayu. Tentu saja seorang pekerja yang secara terus-menerus menghisapnya
dapat mengalami gangguan pada pernafasan, yang akibatnya tidak langsung
dirasakan saat itu. Berbagai jenis macam masker tersedia di pasaran,
pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan.
8. Jas Hujan
Perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat bekerja
adalah dengan menggunakan jas hujan. Pada tahap konstruksi, terutama di
awal pekerjaan umumnya masih berupa lahan terbuka dan tidak terlindungi
dari pengaruh cuaca, misalnya pada pelaksanaan pekerjaan pondasi.
Pelaksanaan kegiatan di proyek selalu bersinggungan langsung dengan panas
matahari ataupun hujan karena dilaksnakan di ruang terbuka. Tujuan utama
pemakaian jas hujan tidak lain untuk kesehatan para pekerja.
9. Safety harness
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan
tali pengaman atau safety harness. Fungsi utama tali pengaman ini adalah
menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya
saja kegiatan erection baja pada bangunan tinggi, atau kegiatan lain yang
harus dikerjakan di lokasi.
10. Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pada
mulanya tangga hanya terdiri dari dua buah balok bambu kemudian diberikan
batang melintang pada jarak tertentu. Namun, saat ini pengembangan bentuk
tangga sangat bervariasi dengan tingkat keamanan yang semakin tinggi.
13
Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mencapai ketinggian tertentu dalam
posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.
11. P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada
pekerjaan konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di
proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang
digunakan untuk pertolongan pertama. Adapun jenis dan jumlah obat-obatan
disesuaikan dengan aturan yang berlaku.
14
2.6 Penyebab Kecelakaan Kerja
Berdasarkan data dari organisasi buruh dunia (ILO) pada tahun 2006, sebab
dari kecelakaan kerja yaitu :
1. Tindakan tidak aman (80%)
Bisa berasal dari tingkah laku/sikap yang tidak aman, kelelahan, kurangnya
pengetahuan/keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat.
2. Kondisi yang tidak aman. (20%)
Bisa berasal dari peralatan, lingkungan, proses, metode, kebijakan perusahaan.
Sebagaimana yang telah dipaparkan, ada beberapa kecelakaan kerja yang paling
sering terjadi pada pekerjaan konstruksi. Kecelakaan kerja tersebut, disebabkan
oleh :
1. Kecelakaan karena pengangkutan alat yang bergerak dan lalu-lintas
(30%).
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh:
a. Penempatan alat dan bahan kurang baik
b. Disiplin yang kurang dari para operator dalam mengangkut bahan dan alat
c. Pengoperasian alat oleh tenaga yang belum terampil
d. Terlalu banyaknya muatan
e. Tidak ada atau kurang memadainya rambu/tanda lalu lintas atau
pengamanan
2. Kecelakaan karena kejatuhan benda (29%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh :
a. Kurang baik atau tidak tepatnya pemasangan dan penggunaan bahan atau
alat kerja
b. Tidak terdapatnya pengamanan terhadap benda-benda yang jatuh
c. Mengangkat bahan atau alat ketempat yang tinggi secara tidak benar, terlalu
banyak atau terlalu berat
d. Tidak mengenakan topi pelindung/helm kepala
15
3. Kecelakaan karena tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/keras
(26%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh:
a. Jalan yang dilalui licin, berdiri atau berjalan pada tempat yang tidak
seharusnya dilalui
b. Terkena benda tajam karena membiarkan tergeletak
c. Kecelakaan karena terpukul
4. Kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi (10%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh:
a. Bekerja pada ketinggian
b. Pekerjaan dinding/turap yang menggunakan perancah
c. Tangga yang tidak kokoh
d. Jatuh dari lubang
e. Pelataran yang tidak utuh
5. Kecelakaan karena terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan (5%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh:
a. Pekerja menyentuh kabel listrik dan panel yang rusak
b. Terjadi kebakaran di proyek. Kebakaran ini di mungkinkan terjadi karena
adanya arus pendek, bahan kimia yang peka gesekan dan panas tidak
ditempatkan pada tempat yang semestinya sesuai petunjuk pabriknya.
c. Kurangnya pengamanan seperti lingkungan kerja yang tidak rapi dan
kesalahan penempatan bahan-bahan yang memiliki kepekaan yang tinggi
meyebabkan terjadinya ledakan.
16
c. Getaran yang mampu mengganggu sirkulasi darah dan saraf (sindrom
vibrasi, raynaund’s phenomena dan lain-lain);
d. Penerangan yang kurang atau terlalu kuat, sinar infra merah yang dapat
merusak mata, sinar ultra violet yang dapat menimbulkan peradangan;
e. Radiasi sinar radio aktif dapat menyebabkan sakit tumor atau kanker.
2. Faktor kimia, yaitu:
a. Gas yang berbahaya seperti amoniak, kobalt, hidrogen sulfida;
b. Uap logam yang dapat menimbulkan penyakit kulit;
c. Semen menimbulkan sakit kulit;
d. Cat dapat menimbulkan sakit dada;
e. Debu dapat menimbulkan kanker paru atau asma.
3. Faktor biologis, yaitu:
a. Cacing, serangga;
b. Bakteri, virus;
c. Jamur menimbulkan penyakit kulit (panu);
d. Getah tumbuhan menyebabkan penyakit kulit.
4. Faktor mental-psikologis, yaitu:
a. Ketegangan kerja karena pekerjaan yang tidak sesuai bakat/pendidikan;
b. Stres akibat beban kerja atau tanggung jawab yang terlalu berat;
c. Tidak mampu bekerja sama dengan teman sekerja.
5. Faktor fisiologi, yaitu:
a. Mengangkat barang yang terlalu berat;
b. Cara kerja yang tidak benar;
c. Kelelahan fisik karena kesalahan konstruksi/mesin/peralatan;
d. Kerja dengan berdiri terus-menerus menyebabkan varises.
17
2. Bekerja dengan peralatan yang bergetar, seperti:
Gergaji listrik, vibrating plate tamper, vibrator beton, dapat mengakibatkan
sirkulasi darah tepi dan gangguan saraf, antara lain:
a. Waxy White Finger atau disebut White Finger Disease;
b. Finger Cyanosis, Finger Numbness;
c. Foot numbness;
d. Lowback Pain (Lumbago);
e. Vibration Syndrom;
f. Gangguan pendengaran sampai tuli.
3. Operator: Generator, Tiang Pancang, penghancur batu dan sebagainya.
a. Gangguan pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian;
b. Pada tempat tertutup dapat menyebabkan ganguan pernapasan ataupun heat
stroke;
c. Pneumoconiosis.
4. Tukang kayu (carpenter, joiner).
a. Sakit pada pinggul dan tulang belakang;
b. Syndrom sciatica;
c. Degenerasi tulang pinggang (lumbal spine) akibat beban yang terus
menerus;
d. Nyeri pada lutut (patela) krepitasi sampai terjadinya degenerasi persendian
lutut.
5. Tukang Batu.
a. Semen damatis atau peradangan kulit akibat kontak dengan semen.
b. Kelelahan pinggang terutama adanya rasa nyeri di daerah lumbal bagian
bawah.
6. Tukang Las.
a. Conjuctivitis, yaitu radang pada conjuctiva (selaput putih);
b. Retinis sampai terjadi luka di retina;
c. Heat cataract, akibat radiasi panas yang terus menerus, sehingga lensa mata
mengeruh;
d. Ganguan pernafasan, dari uap/gas yang timbul pada pengelasan;
e. Kelainan kulit akibat terbakar.
18
7. Pekerja dengan bahan peledak.
Dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada sistem darah/sistem saraf yang
terjadi karena keracunan asam nitrat.
8. Pekerja Pengecatan (tukang cat, tukang kapur, dll).
a. Dapat menyebabkan gejala batuk ringan sampai dengan gangguan
pernapasan.
b. Pneumokoniosis dan asma;
c. Peradangan kulit;
d. Penyakit ginjal, sampai dengan terjadinya kerusakan glomerulus (gulungan
kapiler darah), akibat terpapar oleh xylene, toluene dan sebagainya;
e. Gangguan pencernaan, mual-mual sampai terjadi peradangan (gastritis
akut).
9. Petugas laboratorium.
Khusus pada laboratorium aspal mereka dapat terpapar oleh xylene white spirit,
methilene chloride yang dapat berakibat adanya gangguan pada sistem darah
pada organ-organ haemopoictic dan gangguan faal hati.
10. Pekerja kantor, Administrasi dan lain-lain.
a. Syndrome sciatic;
b. Gangguan penglihatan;
c. Ganguan pernapasan;
d. Psikosomatis.
11. Petugas survey, pekerjaan pada jaringan irigasi, rawa-rawa, sungai.
a. Heat stroke/hypertermia;
b. Kurap;
c. Jamur akibat basah dan lembab;
d. Malaria;
e. Penyakit kulit akibat serangga;
f. Gangguan pencernaan;
g. Mual, muntah hingga peradangan.
19
2.8 Penerapan OHSAS 18001:2007
Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001:2007
adalah pengembangan dari OHSAS 18001:1999. Perubahan dari sebagai pedoman
menjadi British Standard yang dipublikasikan pertama kali oleh British Standard
Institute (BSI) pada April 2007, menyesuaikan dengan perubahan pada standar ISO
9001:2000 dan ISO 14001:2004 untuk mempermudah integrasi sistem manajemen.
OHSAS 18001 menggunakan pendekatan kesisteman mulai dari perencanaan,
penerapan, pemantauan, dan tindakan perbaikan yang mengikuti siklus PDCA
(Plan-Do-Check-Action) yang merupakan proses peningkatan berkelanjutan.
Elemen implementasi dari sistem manajemen K3 menurut OHSAS 18001:2007
akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.
20
Secara umum, OHSAS 18001 dapat digunakan bagi setiap organisasi yang
ingin:
a. Mengembangkan suatu sistem manajemen K3 untuk menghilangkan atau
mengurangi risiko terhadap individu atau pihak terkait lainnya.
b. Menerapkan, memelihara atau meningkatkan sistem manajemen K3,
c. Memastikan bahwa kebijakan K3 telah terpenuhi, dan
d. Menunjukkan kesesuaian organisasi dengan standar SMK3 dengan cara:
pernyataan sendiri bahwa organisasi telah memenuhi standar SMK3,
memperoleh konfirmasi kesesuaian SMK3 oleh pihak ketiga yang memiliki
kepentingan dengan organisasi seperti pelanggan dan pemasok,
mendapatkan konfirmasi tentang pernyataan sendiri oleh pihak eksternal
organisasi,
memperoleh sertifikasi/registrasi SMK3 oleh badan sertifikasi.
21
Catatan 1: a. Independen tidak selalu berarti eksternal organisasi. Dalam banyak
hal, khususnya pada organisasi kecil, independen dapat ditunjukkan
dengan kebebasan dari pertanggung jawaban terhadap bagian yang
diaudit.
Catatan 2: b. Untuk penjelasan mengenai "bukti audit" dan "kriteria audit" lihat
ISO 19011.
22
8. Elemen 3.8 Gangguan Kesehatan Kerja
Kondisi yang dapat merusak fisik atau mental yang timbul dari dan/atau dapat
memburuk oleh aktivitas kerja dan/atau situasi yang berhubungan dengan
pekerjaan.
23
Catatan 2: Suatu sistem manajemen meliputi struktur organisasi, rencana aktivitas
(termasuk misalnya analisa risiko dan menetapkan objektif), tanggung
jawab, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya.
Catatan 3: Diadaptasi dari ISO 14001:2004.
24
Catatan: Untuk organisasi dengan lebih dari satu unit operasi, suatu unit mungkin
dapat didefinisikan sebagai organisasi.
25
Catatan: Dalam memberikan pertimbangan untuk menentukan tempat kerja,
organisasi dapat memasukkan dalam pertimbangan efek K3 terhadap individu yang
melakukan perjalanan atau berpindah (misalnya pengemudi kendaraan, penerbang,
pelaut atau masinis kereta api), bekerja pada lingkungan pelanggan atau bekerja di
rumah.
Peningkatan berkelanjutan
1. Kebijakan K3
Tinjauan Manajemen
Perencanaan:
2. Identifikasi Bahaya, penilaian,
dan pengendalian
3. Persyaratan legal dan syarat
Pemeriksaan: lainnya
12. Pengukuran kinerja dan pemantauan 4. Objektif dan program K3
13. Evaluasi pemenuhan
14. Penyelidikan insiden,
ketidaksesuaian,
koreksi, dan pencegahan
15. Pengendalian rekaman
16. Audit internal Implementasi dan Operasi:
5. Sumberdaya, peran, tanggung gugat, dan
wewenang
6. Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian
7. Komunikasi, partisipasi, dan konsultasi
8. Dokumentasi
9. Pengendalian dokumen
10. Pengendalian operasi
11. Tanggap darurat
Gambar 2.2 Elemen Implementasi dari sistem manajemen K3 menurut OHSAS 18001
26
mengacu persyaratan standar K3 ini dan menentukan bagaimana
pemenuhan persyaratan tersebut.
Organisasi harus menetapkan dan mendokumenkan lingkup sistem
manajemen K3.
Organisasi harus menetapkan dan memelihara system manajemen K3,
persyaratan ditampilkan dalam elemen 4.
27
a. Aktifitas rutin dan non-rutin
b. Aktifitas dari semua orang yang mempunyai akses ke lokasi kerja (termasuk
kontraktor dan pengunjung)
c. Perilaku orang, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya.
d. Bahaya yang telah teridentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang dapat
merugikan keselamatan dan kesehatan orang-orang di lokasi kerja.
e. Bahaya bagi lingkungan sekitar lokasi kerja yang dihasilkan oleh aktifitas-
aktifitas dari lokasi kerja
Catatan 1: Lebih tepat bila bahaya seperti diatas dinilai sebagai aspek
lingkungan.
f. Infrastruktur, peralatan dan material di lokasi kerja, baik yang dihasilkan oleh
organisasi maupun oleh pihak lain;
g. Perubahan-perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, aktifitas atau
material.
h. Perubahan dari sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan
akibat dari perubahan tersebut bagi operasi, proses dan aktifitas;
i. Semua persyaratan legal terkait dengan penilaian risiko dan penerapan kontrol
yang diperlukan;
j. Rancangan area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur operasional dan
pengaturan kerja, termasuk penyesuaiannya dengan kemampuan manusia
Metodologi untuk identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus:
a. Ditentukan lingkupnya, sifatnya, waktunya untuk menjamin agar identifikasi
bahaya dan penilaian risiko dilakukan secara pro-aktif, bukan reaktif; dan
b. Memberi panduan untuk identifikasi, prioritasisasi dan dokumentasi risiko, dan
penerapan kontrol dengan layak.
Untuk mengatur perubahan, organisasi harus mengidentifikasi bahaya K3 dan
risiko K3 yang berhubungan dangan perubahan-perubahan dalam organisasi, sistem
manajemen atau aktifitas sebelum perbuahan-perubahan tersebut diberlakukan.
Organisasi harus menjamin bahwa hasil dari penilaian dipertimbangkan
dalam menentukan kontrol. Ketika menentukan kontrol, atau ingin merubah kontral
yang sudah ada, harus dipertimbangkan untuk menurunkan risiko menurut hirarki
sebagai berikut:
28
a. Penghilangan
b. Penggantian
c. Kontrol secara teknis
d. Pemberian tanda dan/atau kontrol administatif
e. Pemakaian peralatan pelindung
Organisasi harus mendokumentasikan hasil dari identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan kontrol yang ditentukan dan menjaga dokumentasi tersebut
tetap up-to-date.
Organisasi harus menjamin agar risiko K3 dan kontrol yang telah ditentukan
dipertimbangkan dalam mengembangkan, menerapkan dan memelihara sistem
manajemen K3.
29
Saat menentukan dan meninjau sasaran, organisasi harus
mempertimbangkan persyaratan-persyaratan legal dan persyaratan lainnya dan
risiko-risiko K3. Organisasi juga harus mempertimbangkan pilihan-pilihan
teknologi yang tersedia, masalah finansial, operasional dan persyaratan-persyaratan
bisnis, dan pandangan-pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara program-
program untuk mencapai sasaran. Minimal, program harus mencakup:
a. Penentuan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai sasaran-sasaran
pada fungsi-fungsi dan tingkatan yang relevan dalam organisasi, dan
b. Cara dan kerangka waktu sasaran tersebut akan dicapai.
Program-program harus ditinjau secara berkala pada interval yang
terencana, harus di sesuaikan bila diperlukan untuk menjamain sasaran-sasaran
tersebut dapat tercapai.
30
a. Menjamin bahwa sistem manajemen K3 ditetapkan, diterapkan dan dipelihara
sesuai dengan standar OHSAS ini.
b. Menjamin agar laporan-laporan terkait kinerja sistem manajemen K3 di berikan
kepada manajemen puncak untuk ditinjau dan digunakan sebagai dasar
peningkatan sistem manajemen K3.
Catatan 2: Manajemen puncak yang ditunjuk (dalam organisasi besar,
misalnya, anggota komite eksekutif atau dewan eksekutif) dapat
mendelegasikan tugas-tugas mereka kepada wakil manajemen di
bawah mereka dengan tetap mempertahankan akuntabilitas.
Identitas dari manajemen puncak yang ditunjuk harus dapat diketahui oleh semua
orang yang bekerja di bawah kontrol organisasi. Semua yang mempunyai tanggung
jawab manajemen harus menunjukkan komitmen mereka untuk peningkatan secara
berkelanjutan kinerja K3. Organisasi harus menjamin agar orang-orang di lokasi
kerja mengambil tanggung jawab terhadap aspek-aspek K3 yang berada dalam
kontrol mereka dan taat kepada persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku.
31
sistem manajemen K3, termasuk persyaratan mengenai kesiapan dan tanggap
darurat.
c. Konsekuensi potensial bila mengabaikan prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan.
Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam hal:
a. Tanggung jawab, kemampuan, bahasa dan tulisan
b. Risiko
32
4. Elemen 4.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi sistem manajemen K3 harus mencakup:
a. Kebijakan dan sasaran K3
b. Penjelasan tentang lingkup sistem manajemen K3
b. Elemen-elemen utama sistem manajemen K3 dan interaksinya, dan acuan-
acuan dokumennya.
c. Dokumen, termasuk catatan, yang diperlukan oleh standar K3 ini.
d. Dokumen, termasuk catatan, yang dianggap perlu oleh organisasi untuk
menjamin perencanaan, operasi dan kontrol proses yang efektif terkait dengan
manajemen dan risiko K3.
Catatan: Penting sekali bahwa dokumentasi proporsional dengan kompleksitas,
bahaya dan risiko yang ada, dan dijaga agar minimal, seperlunya untuk efektifitas
dan efisiensi.
33
6. Elemen 4.4.6 Kontrol Operasional
Organisasi harus menentukan operasi dan aktifitas yang terkait dengan
bahaya-bahaya yang telah teridentifikasi, Semua operasi dan aktifitas tersebut
memerlukan kontrol untuk penanganan risiko K3. Perubahan-perubahan terhadap
aktifitas dan operasi tersebut juga harus diatur.
Untuk operasi dan aktifitas tersebut, organisasi harus menerapkan dan
memelihara:
a. Kontrol operasional yang dapat diterapan. Organisasi harus mengintegrasikan
kontrol operasional dalam sistem manajemen K3 secara keseluruhan.
b. Kontrol terkait dengan barang-barang, peralatan dan jasa yang dibeli,
c. Kontrol terkait kontraktor dan pengunjung lain ke lokasi kerja
d. Prosedur terdokumentasi, diperlukan bila dianggap bahwa ketiadaan prosedur
dapat membuat penyimpangan terhadap kebijakan dan sasaran K3,
b. Kriteria operasi, bila dianggap bahwa ketiadaan kriteria dapat membuat
penyimpangan terhadap kebijakan dan sasaran K3.
34
2.12.5 Elemen 4.5 Pemeriksaan
1. Elemen 4.5.1 Pengukuran dan pemantauan kinerja
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
memantau dan mengukur kinerja K3 secara teratur. Prosedur tersebut harus
memberi aturan tentang:
a. Ukuran kualitatif dan kuantitatif yang sesuai dengan kebutuhan organisasi
b. Pemantauan tingkat pencapaian sasaran K3 Organisasi harus menetapkan,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja
K3 secara teratur.
c. Pemantauan efektifitas dari kontrol (baik untuk kesehatan maupun
keselamatan)
d. Ukuran kinerja yang bersifat proaktif yang memantau kesesuaian dengan
program-program K3, kontrol dan kriteria operasional
e. Ukuran kinerja yang bersifat reaktif yang memantau kondisi kesehatan yang
buruk, insiden (termasuk kecelakaan dan ‘nyaris kecelakaan’, dll) dan bukti-
bukti historis lain tentang kurang baiknya kinerja K3
f. Pencatatan data dan hasil dari pemantauan dan pengukuran yang cukup untuk
dijadikan bahan analisa tindakan koreksi dan pencegahan selanjutnya.
Jika diperlukan peralatan untuk melakukan pemantauan atau pengukuran kinerja,
organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengkalibrasi dan
memelihara peralatan tersebut dengan layak. Catatan kalibrasi dan pemeliharaan
dan hasilnya harus disimpan.
35
b. Elemen 4.5.2.2
Organisasi harus mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan K3 lain yang
berlaku bagi organisasi (lihat 4.3.2). Organisasi dapat menggabungkan evaluasi ini
dengan evaluasi kesesuaian terhadap persyaratan legal yang disebut dalam klausul
4.5.2.1 atau membuat prosedur yang terpisah. Organisasi harus menyimpan catatan
hasil evaluasi.
Catatan: Frekuensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap persyaratan
36
d. Mencatat dan mengkomunikasikan hasil tindaka koreksi dan tindakan
pencegahan.
e. Meninjau efektifitas tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang
diambil.
b. Bila dalam tindakan koreksi dan tindakan pencegahan teridentifikasi adanya
bahaya baru atau bahaya yang berubah atau dibutuhkan kontrol baru atau
perubahan kontrol, prosedur harus mensyaratkan agar penilaian risiko
dilakukan sebelum tindakan diterapkan.
Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil untuk
menhilangkan penyebab dari ketidaksesuaian aktuan dan potensial harus layak
sesuai dengan tingkat permasalahan dan sepadan dengan risiko K3 yang dihadapi.
Organisasi harus menjamin agar setiap perubahan yang terjadi karena
dilakukannya tindakan koreksi dan tindakan pencegahan disertai dengan perubahan
dokumentasi sistem manajemen K3 yang diperlukan.
37
Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan dipelihara
oleh organisasi, didasarkan pada hasil penilaian risiko dari aktifitas-aktifitas
organisasi dan pada hasil audit sebelumnya.
Prosedur audit harus ditetapkan, diterapkan dan dipelihara, mencakup:
a. Tanggung jawab, kompetensi dan syarat-syarat dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit dan penyimpanan catatan terkait.
b. Penentuan kriteria audit, lingkup, frekuensi dan metoda.
Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus menjamin objektifitas dan
impartiality (tidak berat sebelah) proses audit.
38
a. Kinerja K3,
b. Sasaran dan kebijakan K3,
c. Sumberdaya, dan
d. Elemen-elemen lain dari sistem manajemen K3.
Hasil yang relevan dari tinjauan manajemen harus tersedia (dapat diakses)
untuk proses komunikasi dan konsultasi (lihat 4.4.3).
39
gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian
sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk
membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu
dijawab oleh responden. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala
likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain (Sugiono, 2004):
Skor 5: Baik Sekali (80<% sampai dengan 100%)
Skor 4: Baik (60<% sampai dengan ≤80%)
Skor 3: Sedang (40<% sampai dengan ≤60%)
Skor 2: Buruk (20<% sampai dengan ≤40%)
Skor 1: Buruk Sekali (≤20%)
Sedangkan untuk perhitungan skor dipakai rumus sebagai berikut (Gaspersz, 2002):
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑘𝑜𝑟 (𝐴)
𝑆𝑘𝑜𝑟 = × 100% …………………………………………. (2.1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟 (𝐵)
Skor (A) = Nilai skor (1 – 5)
Skor (B) = Nilai skor maksimum tiap prosedur (5)
40
2.14 Resort
41
BAB III
METODE PENELITIAN
42
1. Tata cara mengisi checklist
Bagian ini berisi penjelasan dan cara menjawab pertanyaan yang akan
dijawab oleh responden.
2. Isi checklist
Bagian ini berisikan pernyataan uraian proses sistem manajemen K3
OHSAS 18001:2007 yang akan diajukan kepada responden, sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan.
3.4.1 Audit
Pada checklist utama, metode audit dilakukan dengan pengisian skor pada
checklist yang berisi pernyataan dan aspek-aspek mengenai elemen 4.1 sampai
elemen 4.6 sistem manajemen K3 OHSAS 18001:2007. Dalam pengisian skor pada
daftar, penulis melakukan pendampingan terhadap masing-masing petugas di
proyek dan menggali informasi sesuai dengan daftar yang telah dibuat pada masing-
masing petugas proyek.
Pada checklist pendukung, metode audit dilakukan dengan pengisian jawaban
pada pernyataan mengenai aspek-aspek K3 umum. Dalam pengisian jawaban pada
daftar, penulis melakukan pendampingan terhadap tenaga kerja di proyek dan
menggali informasi sesuai dengan daftar yang telah dibuat. Responden terdiri dari
86 orang pekerja diambil secara acak. Responden atau sampel didapat dari
perhitungan menggunakan metode slovin dengan 600 orang populasi dan nilai batas
kesalahan sebesar 10%.
43
Perhitungan untuk mendapatkan jumlah sampel adalah sebagai berikut.
𝑁
n= (3.1)
1+𝑁𝑒 2
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
E = Batas toleransi kesalahan
Diketahui :
N = 600
e =10%
Maka :
𝑁 600
n= = = 85,71 = 86 orang pekerja.
1+𝑁𝑒 2 1+(600 𝑥 0,12 )
44
umum (Sugiyono, 2009). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
obeservasi dan hasil audit serta wawancara.
Untuk memperoleh data kualitatif pada pengisian checklist, dibuat skala
pengukuran variable dengan memberi skor pada masing-masing item checklist.
Dalam mengevaluasi penerapan OHSAS pada penelitian ini, digunakan sistem skor
audit yang dikembangkan dengan rating scale (skala rating). Skala ini digunakan
untuk menghasilkan data statistik pada lembar observasi untuk mempermudah
peneliti memperoleh data. Data kuantitatif yang diperoleh selanjutkan ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Responden tidak akan menjawab salah satu jawaban
kualitatif (buruk sekali, buruk, sedang, baik, baik sekali), tetapi menjawab salah
satu jawaban kuantitatif (berupa angka) yang telah disediakan (Sugiyono, 2009).
Kelebihan skala rating, yakni mudah dibuat dan mudah dalam proses penilaian
karena data berupa data kuantitatif. Rater hanya tinggal memberikan tanda silang
(X) atau melinkari (O) pada kolom yang sesuai terhadap masing-masing faktor atau
karakteristik yang dinilai. Dengan skala rating, instrument penelitian yang dibuat
dapat dalam bentuk checklist.
3.5.1 Penilaian/Scoring
Dalam penelitian ini, sistem skor yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Sistem Skor Pengisian Checklist Audit K3
Skor 1 2 3 4 5
Kriteria BRS BR S B BS
Sistem X √ √ √ √
Manajemen K3
Dokumentasi X X √ √ √
Implementasi X X √ √ √
≤60% 60% - 80% >80%
Sumber : Sugiyono (2009)
45
c. Implementasi tidak ada.
2. Skor 2 (Buruk/BR)
a. Sistem manajemen K3 ada.
b. Dokumentasi tidak ada.
c. Implementasi tidak terlaksana di lapangan.
3. Skor 3 (Sedang/S)
a. Sistem manajemen K3 ada.
b. Dokumentasi ada tetapi tidak terorganisir dengan baik.
c. Implementasi tidak dilakukan secara penuh di lapangan (diterapkan
≤ 60%).
4. Skor 4 (Baik/B)
a. Sistem manajemen K3 ada.
b. Dokumentasi ada dan terorganisir dengan baik.
c. Implementasi tidak dilakukan secara penuh di lapangan (diterapkan
60% - 80%).
5. Skor 5 (Baik Sekali/BS)
a. Sistem manajemen K3 dan dokumentasi sudah sesuai dengan
OHSAS 18001:2007 dan implementasinya sudah sepenuhnya
dilaksanakan (diterapkan > 80%).
Katagori penilaian dalam skala rating adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2009).
1. Baik Sekali : (80<% sampai dengan 100%)
2. Baik : (60<% sampai dengan ≤80%)
3. Sedang : (40<% sampai dengan ≤60%)
4. Buruk : (20<% sampai dengan ≤40%)
5. Buruk Sekali : (≤20%)
3.5.2 Tabulasi
Hasil lembar checklist yang telah diisi, kemudian ditabulasikan untuk
mempermudah menganalisis data. Tabulasi ini berisikan nilai dari pertanyaan pada
masing-masing elemen yang diperoleh dari wawancara responden. Hasil penelitian
46
terhadap checklist responden yang telah ditabulasikan, selanjutnya dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini.
Keterangan:
Nilai Skor ( A ) = Nilai skor (1 - 5)
Total Skor ( B) = Nilai skor maksimum tiap prosedur (5)
Dari hasil nilai skor yang diperoleh, kemudian dikelompokkan seperti berikut.
1. Baik Sekali : (80<% sampai dengan 100%)
2. Baik : (60<% sampai dengan ≤80%)
3. Sedang : (40<% sampai dengan ≤60%)
4. Buruk : (20<% sampai dengan ≤40%)
5. Buruk Sekali : (≤20%)
47
2. B (4 pertanyaan) =6x4 = 24
3. S (2 pertanyaan) =2x3 =6
4. BR (0 pertanyaan) =1x2 =2
5. BRS (0 pertanyaan) =0x1 =0
+
Total Skor elemen 4.3 = 47
c. Perhitungan persentase implementasi elemen 4 adalah sebagai berikut.
Nilai skor maksimum elemen 4.3 adalah 5 x 12 = 60
Nilai skor minimum elemen 4.3 adalah 1 x 12 = 12
Hasil wawancara adalah 47
Maka implementasi elemen 4.3 adalah
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑘𝑜𝑟 (𝐴)
𝑆𝑘𝑜𝑟 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟 (𝐵)
47
𝑆𝑘𝑜𝑟 = × 100%
60
𝑆𝑘𝑜𝑟 = 78,3 %
Hasil penilaian termasuk katagori ‘Baik’ (60<% sampai dengan kurang dari 80%).
48
3.6 Kerangka Penelitian`
Kerangka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 3.3.
Permasalahan
Pembuatan Checklist
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penilaian/ Scoring
Tabulasi
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
50
manajemen K3 OHSAS 18001:2007. Pengisian skor pada daftar dilakukan dengan
wawancara terhadap masing-masing petugas di proyek, dimana wawancara ini
sesuai dengan checklist yang digunakan. Dalam proses pemberian skor pada
masing-masing pernyataan checklist, penulis menanyakan kepada petugas proyek
menggali informasi sesuai dengan pernyataan yang telah dibuat pada checklist dan
diikuti penunjukan bukti bahwa setiap pernyataan itu telah dilakasanakan untuk
kemudian diberi skor sesuai ketentuan yang telah dibuat.
51
Tabel 4.1 Hasil Audit Elemen 4.1
KRITERIA
Nomor
OHSAS NO Skor
Elemen
18001:2007
1 5
2 5
3 5
4.1 Persyaratan Umum 4 5
5 5
6 5
7 5
TOTAL SKOR 35
Hasil persentase penerepan elemen 4.1 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort didapat sebagai berikut.
1. Total nilai skor hasil audit 7 pernyataan elemen 4.1 adalah 35
Nilai skor Maksimum pada elemen 4.1 = 5 x 7 = 35
2. Hasil analisis penerapan elemen 4 adalah :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Skor = 𝑥 100 %
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
35
Skor = 𝑥 100 %
35
Skor = 100 %
Hasil penilaian penerapan elemen 4.1 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort termasuk dalam katagori Baik Sekali 80%≤Skor≤100%
52
Tabel 4.2 Hasil Audit Elemen 4.2
KRITERIA
Nomor
OHSAS NO
Elemen
18001:2007 Skor
1 5
4.2 Kebijakan K3 2 5
3 5
TOTAL SKOR 15
Hasil persentase penerepan elemen 4.2 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort didapat sebagai berikut.
1. Total nilai skor hasil audit 3 pernyataan elemen 4.2 adalah 15
Nilai skor Maksimum pada elemen 4.2 = 5 x 3 = 15
2. Hasil analisis penerapan elemen 5 adalah :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Skor = 𝑥 100 %
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
15
Skor = 𝑥 100 %
15
Skor = 100 %
Hasil penilaian penerapan elemen 4.2 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort termasuk dalam katagori Baik Sekali 80%≤Skor≤100%
53
Tabel 4.3 Hasil Audit Elemen 4.3
KRITERIA
Nomor
OHSAS NO Skor
Elemen
18001:2007
Identifikasi bahaya, 1 5
penilaian risiko dan 2 5
4.3.1
penetapan
pengendalian 3 5
Peraturan 4 5
4.3.2 perundangan dan 5 4
Persyaratan lainnya 6 4
7 5
8 5
9 5
4.3.3 Tujuan dan Program
10 5
11 5
12 5
TOTAL SKOR 58
Hasil persentase penerepan elemen 4.3 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort didapat sebagai berikut.
1. Total nilai skor hasil audit 12 pernyataan elemen 4.3 adalah 58
Nilai skor Maksimum pada elemen 4.3 = 5 x 12 = 60
2. Hasil analisis penerapan elemen 4.3 adalah :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Skor = 𝑥 100 %
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
58
Skor = 𝑥 100 %
60
Skor = 96,66 %
96,66%
Hasil penilaian penerapan elemen 4.3 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort termasuk dalam katagori Baik Sekali 80%≤Skor≤100%
54
4.3.4 Elemen 4.4 (Penerapan dan Operasi)
Dari hasil penilaian dengan menggunakan metode audit pada checklist
elemen 4.4 didapatkan tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Audit Elemen 4.4
KRITERIA
Nomor
OHSAS NO Skor
Elemen
18001:2007
Sumberdaya, peran, 1 4
tanggung jawab, 2 4
4.4.1
akuntabilitas dan
wewenang 3 5
4 5
5 5
Kompetensi, 6 5
4.4.2 pelatihan, dan
kepedulian 7 5
8 5
9 5
10 5
11 5
12 5
Komunikasi, 13 5
4.4.3 Partisipasi, dan
Konsultasi 14 5
15 5
16 5
17 5
18 5
19 5
20 5
21 4
4.4.4 Dokumentasi
22 5
23 5
24 5
25 5
26 5
Pengendalian
4.4.5 27 5
Dokumen
28 5
29 5
Pengendalian
4.4.6 30 5
Operasional
31 4
55
Tabel 4.4 (Lanjutan 1)
KRITERIA
Nomor
OHSAS NO Skor
Elemen
18001:2007
32 5
33 4
34 5
Kesiapsiagaan dan 35 5
4.4.7
Tanggap Darurat 36 4
37 3
38 5
39 5
TOTAL SKOR 187
Hasil persentase penerepan elemen 4.4 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort didapat sebagai berikut.
1. Total nilai skor hasil audit 39 pernyataan elemen 4.4 adalah 187
Nilai skor Maksimum pada elemen 4.4 = 5 x 39 = 195
2. Hasil analisis penerapan elemen 4.3 adalah :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Skor = 𝑥 100 %
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
187
Skor = 𝑥 100 %
195
Skor = 95,89 %
Hasil penilaian penerapan elemen 4.4 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort termasuk dalam katagori Baik Sekali 80%≤Skor≤100%
56
Tabel 4.5 Hasil Audit Elemen 4.5
KRITERIA
Nomor
OHSAS NO Skor
Elemen
18001:2007
Pemantauan dan 1 5
4.5.1
Pengukuran Kinerja 2 5
4.5.2 Evaluasi Kesesuaian 3 5
4 5
5 5
6 4
7 5
Investigasi insiden, 8 5
ketidaksesuaian, 9 5
4.5.3
tindakan koreksi dan 10 5
tindakan pencegahan 11 5
12 5
13 5
14 5
15 5
16 5
17 5
18 5
4.5.4 Audit Internal 19 5
20 5
21 5
22 5
TOTAL SKOR 109
Hasil persentase penerepan elemen 4.5 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort didapat sebagai berikut.
1. Total nilai skor hasil audit 22 pernyataan elemen 4.5 adalah 109
Nilai skor Maksimum pada elemen 4.5 = 5 x 22 = 110
2. Hasil analisis penerapan elemen 4.5 adalah :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Skor = 𝑥 100 %
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
109
Skor = 𝑥 100 %
110
Skor = 99,1 %
57
Gambar 4.5 Rentang interval elemen berdasarkan skala rating
Hasil penilaian penerapan elemen 4.5 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort termasuk dalam katagori Baik Sekali 80%≤Skor≤100%
Hasil persentase penerepan elemen 4.6 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort didapat sebagai berikut.
1. Total nilai skor hasil audit 3 pernyataan elemen 4.6 adalah 15
Nilai skor Maksimum pada elemen 4.6 = 5 x 3 = 15
2. Hasil analisis penerapan elemen 4 adalah :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Skor = 𝑥 100 %
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
15
Skor = 𝑥 100 %
15
Skor = 100 %
58
Hasil penilaian penerapan elemen 4.6 pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort termasuk dalam katagori Baik Sekali 80%≤Skor≤100%
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat penerapan Sistem Manejemen
K3 OHSAS 18001:2007 dari elemen 4.1 sampai elemen 4.6 dapat dikatagorikan
baik sekali. Hal ini menandakan bahwa seluruh penerapan Sistem Manajemen
OHSAS 18001:2007 dari elemen 4.1 sampai elemen 4.6 sudah dilaksanakan dengan
baik sekali dengan persentase penerapan sebesar 98,61%.
59
Berikut tingkat penerapan setiap elemen disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.8
100%
100% 100% 99.10% 100%
90% 96.66% 95.89%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
Dari grafik di atas dapat diketahui tingkat penerapan terendah terjadi pada
elemen 4.4 yaitu sebesar 95,89 %. Ini mengartikan bahwa dalam pelaksanaan
proyek, penerapan dan operasi SMK3 masih dapat dimaksimalkan lagi, dalam
kedepannya manajemen proyek dapat melakukan proses menetepkan, menerapakan
dan mendokumentasikan serta melakukan perbaikan secara terus menerus. Untuk
tingkat penerapan yang tertinggi terjadi pada elemen 4.1, 4.2, dan 4.6 yaitu sebesar
100%. Hal ini mengartikan bahwa dalam hal sistem manajemen K3 pada proyek ini
sudah berlangsung sangat baik.
60
4.4.1 Tukang Kayu
Dari hasil penilaian dengan menggunakan pertanyaan langsung terhadap
tukang kayu didapatkan tabel 4.8
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Penilaian Checklist Tukang Kayu
TUKANG KAYU
NO 21 Orang PERSENTASE
Ya Tidak
1 21 0 100,00 %
2 21 0 100,00 %
3 19 2 90,48 %
4 17 4 80,95 %
a 21 0 100,00 %
b 17 4 80,95 %
c 0 21 0,00 %
d 18 3 85,71 %
6
e 0 21 0,00 %
f 21 0 100,00 %
g 19 2 90,48 %
h 0 21 0,00 %
7 21 0 100,00 %
a 21 0 100,00 %
b 21 0 100,00 %
8
c 21 0 100,00 %
d 21 0 100,00 %
Berikut nilai checklist tukang kayu disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.9
18
16
14
12 13
10
8
6
4
2 3
0 0 2
0
BRS BR S B BS
61
Dari grafik di atas dapat diketahui tingkat persentase jawaban dari tukang
kayu pada proyek Jumeirah Pecatu Beach Resort didapat sebagai berikut.
1. 13 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada kategori
baik sekali (80<% sampai dengan 100%).
2. 2 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada kategori
baik (60<% sampai dengan ≤80%).
3. 3 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada kategori
buruk sekali (≤20%), namun nilai ini dapat diabaikan karena untuk pekerjaan
kayu tidak memerlukan peralatan kerja yg tertulis pada pertanyaan c, e, dan h.
TUKANG BESI
NO 19 Orang PERSENTASE
Ya Tidak
1 19 0 100,00 %
2 19 0 100,00 %
3 18 1 94,74 %
4 17 1 89,47 %
a 19 0 100,00 %
b 18 1 94,74 %
c 0 19 0,00 %
d 17 2 89,47 %
6
e 0 19 0,00 %
f 19 0 100,00 %
g 18 1 94,74 %
h 0 19 0,00 %
7 19 0 100,00 %
a 19 0 100,00 %
b 19 0 100,00 %
8 c 19 0 100,00 %
d 19 0 100,00 %
e 19 0 100,00 %
62
Berikut nilai checklist tukang besi disajikan dalam bentuk grafik pada gambar
4.10
18
16
14 15
12
10
8
6
4
2 3
0 0 0
0
BRS BR S B BS
Hasil persentase jawaban dari tukang besi pada proyek Jumeirah Pecatu
Beach Resort didapat sebagai berikut.
1. 15 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori baik sekali (80<% sampai dengan 100%).
2. 3 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori buruk sekali (≤20%), namun nilai ini dapat diabaikan karena
untuk pekerjaan kayu tidak memerlukan peralatan kerja yg tertulis pada
pertanyaan c, e, dan h.
63
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Checklist Tukang Beton
TUKANG BETON
NO 28 Orang PERSENTASE
Ya Tidak
1 28 0 100,00 %
2 28 0 100,00 %
3 24 4 85,71 %
4 19 5 67,86 %
a 28 0 100,00 %
b 25 3 89,29 %
c 0 28 0,00 %
d 27 3 96,43 %
6
e 0 28 0,00 %
f 23 5 82,14 %
g 21 7 75,00 %
h 0 28 0,00 %
7 28 0 100,00 %
a 28 0 100,00 %
b 28 0 100,00 %
8 c 28 0 100,00 %
d 28 0 100,00 %
e 28 0 100,00 %
Berikut nilai checklist tukang beton disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.11
18
16
14
12 13
10
8
6
4
2 3
0 0 2
0
BRS BR S B BS
64
Hasil persentase jawaban dari tukang beton pada proyek Jumeirah Pecatu
Beach Resort didapat sebagai berikut.
1. 13 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori baik sekali (80<% sampai dengan 100%).
2. 2 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori baik (60<% sampai dengan ≤80%).
3. 3 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori buruk sekali (≤20%), namun nilai ini dapat diabaikan karena
untuk pekerjaan kayu tidak memerlukan peralatan kerja yg tertulis pada
pertanyaan c, e, dan h.
TUKANG LAS
NO 8 Orang PERSENTASE
Ya Tidak
1 8 0 100,00 %
2 8 0 100,00 %
3 7 1 87,50 %
4 7 0 87,50 %
a 8 0 100,00 %
b 7 1 87,50 %
c 3 5 37,50 %
d 8 0 100,00 %
6
e 0 8 0,00 %
f 8 0 100,00 %
g 5 3 62,50 %
h 8 0 100,00 %
7 8 0 100,00 %
a 8 0 100,00 %
b 8 0 100,00 %
8 c 8 0 100,00 %
d 8 0 100,00 %
e 8 0 100,00 %
65
Berikut nilai checklist tukang las disajikan dalam bentuk grafik pada gambar
4.12
18
16
14 15
12
10
8
6
4
2
1 1 0 1
0
BRS BR S B BS
Hasil persentase jawaban dari tukang las pada proyek Jumeirah Pecatu Beach
Resort didapat sebagai berikut.
1. 15 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada kategori
baik sekali (80<% sampai dengan 100%).
2. 1 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada kategori
baik (60<% sampai dengan ≤80%).
3. 1 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada kategori
buruk (20<% sampai dengan ≤40%).
4. 1 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada kategori
buruk sekali (≤20%), namun nilai ini dapat diabaikan karena untuk pekerjaan
las tidak memerlukan peralatan kerja yg tertulis pada pertanyaan e.
66
4.4.5 Tukang Listrik
Dari hasil penilaian dengan menggunakan pertanyaan langsung terhadap
tukang listrik didapatkan tabel 4.12
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Checklist Tukang Listrik
TUKANG
LISTRIK
NO 10 Orang PERSENTASE
Ya Tidak
1 10 0 100,00 %
2 10 0 100,00 %
3 10 0 100,00 %
4 9 1 90,00 %
a 10 0 100,00 %
b 10 0 100,00 %
c 0 10 0,00 %
d 10 0 100,00 %
6
e 0 10 0,00 %
f 10 0 100,00 %
g 8 0 80,00 %
h 0 10 0,00 %
7 10 0 100,00 %
a 10 0 100,00 %
b 10 0 100,00 %
8 c 10 0 100,00 %
d 10 0 100,00 %
e 10 0 100,00 %
Berikut nilai checklist tukang listrik disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.13
18
16
14 15
12
10
8
6
4
2 3 0 0 0
0
BRS BR S B BS
67
Hasil persentase jawaban dari tukang listrik pada proyek Jumeirah Pecatu
Beach Resort didapat sebagai berikut.
1. 15 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori baik sekali (80<% sampai dengan 100%).
2. 3 dari 18 pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori buruk sekali (≤20%), namun nilai ini dapat diabaikan karena
untuk pekerjaan listrik tidak memerlukan peralatan kerja yg tertulis pada
pertanyaan c, e, dan h.
Berikut rekapitulasi nilai checklist tenaga kerja disajikan dalam bentuk grafik
pada gambar 4.14
14.44%
1.11%
5.56%
78.89%
BRS BR S B BS
68
Dari grafik diatas dapat diketahui tingkat penerapan K3 pada tenaga kerja
adalah sebagai berikut.
1. 78,89% pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori baik sekali.
2. 5,56% pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori baik.
3. 1,11% pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori buruk.
4. 14,44% pertanyaan mendapatkan nilai persentase yang masuk pada
kategori sangat buruk, namun nilai ini dapat diabaikan karena pekerja
tidak memerlukan peralatan kerja yang tertulis pada pertanyaan tersebut.
69
1. Kick-Off Meeting Safety, yang merupakan rapat mengenai K3 yang
dilaksanakan pada awal proyek dan tiap ada sub-kontraktor baru yang masuk.
Rapat ini melibatkan pihak owner, staf proyek, sub-kontraktor dan safety team.
Materi pembahasan dalam rapat ini antara lain:
a. Memberikan pengarahan kepada para peserta rapat mengenai kebijakan
umum K3, objektif K3, dan visi K3 perusahaan.
b. Memberikan gambaran pelaksanaan K3 secara garis besar di lapangan.
c. Memberikan sosialisasi mengenai Sistem Manajemen K3 (SMK3) proyek.
2. Safety Meeting, merupakan rapat K3 yang dilaksanakan tiap bulan yang
dipimpin oleh ketua P2K3. Materi yang dibahas pada rapat bulanan antara lain:
a. Mengkaji ulang hasil rapat bulan terdahulu.
b. Pembahasan pencapaian program K3 yang telah disusun berdasarkan
prosedur K3dan instruksi kerja dalam bulan yang bersangkutan.
70
pihak-pihak lain yang terkait dengan bisnis atau aktivitas perusahaan dan proyek,
seperti misalnya pemasok dan mitra bisnis lainnya.
4.5.3 Elemen 4.3 (Perencanaan)
Pada elemen Perencanaan pada SMK3 OHSAS 18001:2007 penerapannya
sebesar 96,66%, yang artinya penerapannya menurut kriteria yang ditentukan
sangat baik.
Perencanaan SMK3 ini merupakan tindak lanjut dan penjabaran kebijakan K3
yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak dengan mempertimbangkan hasil
audit yang pernah dilakukan dan masukan dari berbagai pihak termasuk hasil
pengukuran kinerja K3. Perencanaan SMK3 mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan penentuan pengendaliannya
2. Persyaratan hukum dan persyaratan lainnya
3. Tujuan dan program
Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan Panitia
Pembina K3 (P2K3) antara lain adalah dengan melakukan identifikasi bahaya dan
penilaian risiko serta menetapkan, memelihara, dan menerapkan prosedur serta
metode dalam pengendalian risiko; prosedur atau instruksi kerja juga ditempel atau
diletakkan di dekat komponen atau alat pekerjaan, meskipun di lapangan sebagian
kecil instruksi tersebut yang tulisan kurang jelas dan atau terlepas dari tempat
seharusnya.
Daftar Peraturan, Perundangan dan persyaratan lain yang mengatur tentang
pelaksanaan K3 baik berupa Keputusan Menteri dan lainnya berstatus masih dalam
proses pemenuhan.
71
memverifikasi kegiatan-kegiatan yang mempunyai pengaruh kepada risiko K3
dalam aktifitas proyek. Prosedur dan peraturan-peraturan telah dibuat dan juga
dipelihara dengan baik di lapangan. Komunikasi sudah dilakukan dengan baik dan
merata pada lapisan-lapisan pekerja mengenai isu-isu K3, namun dalam
pelaksannannya tetap ada insiden yang menimpa para pekerja baik itu ringan
maupun berat. Dalam meminimalisir hal tersebut, pengarahan-pengarahan telah
dilakukan dengan mengadakan briefing morning dengan melibatkan seluruh
komponen pekerja di proyek.
72
Penanganan Bahan dan Limbah B3
Identifikasi dan Aspek Bahaya
Identifikasi Peraturan dan Evaluasi Pemenuhannya
Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi
Pengendalian Dokumen dan Rekaman
Kesiagaan dan Tanggap Darurat
Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3
Inspeksi Tempat Kerja
Pemantauan Kesehatan Pegawai
Pengendalian Ketidaksesuaian K3, Tindakan Pencegahan dan Perbaikan
Audit Internal
Tinjauan Manajemen
Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
Perawatan dan Perbaikan Peralatan Kerja
Audit lapangan dilaksanakan oleh petugas kantor yang ahli dalam bidang K3
OHSAS 18001:2007, dan dilaksanakan secara rutin tiap-tiap 3 bulan. Tiap-tiap
temuan pelanggaran, kejadian/insiden, dan kesalahan akan dicatat dalam sebuah
laporan audit yang kemudian akan ditinjau dan dilakukan tindakan perbaikan.
4.5.6 Elemen 4.6 (Tinjauan Manajemen)
Pada elemen Tinjauan Manajemen pada SMK3 OHSAS 18001:2007
penerapannya sebesar 100%. Artinya menurut kriteria yang telah ditentukan
penerapannya sangat baik.
Langkah-langkah yang telah dilakukan pada tinjauan manajemen, antara lain
adalah:
1. Melakukan peninjauan ulang dan tindakan perbaikan terhadap hasil audit
internal dan hasil evaluasi kesesuaian
2. Pembahasan mengenai isu-isu K3 dan mencari solusi/pemecahannya
3. Melakukan peninjauan terhadap kinerja organisasi dalam bidang K3
4. Menetapkan prosedur-prosedur yang akan dilakukan untuk tindakan
investigasi insiden, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan
5. Menindaklanjuti hasil tinjauan manajemen sebelumnya untuk melakukan
peningkatan berkelanjutan
73
4.6 Kendala - Kendala Penerapan OHSAS 18001:2007 pada Proyek
Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali
Kendala-kendala pada penerapan sistem manajemen K3 OHSAS 18001:2007
pada proyek Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali ini berdasarkan hasil penilaian
dengan skor 3 (sedang) dan 4 (baik) pada checklist. Adapun kendalanya adalah
sebagai berikut,
1. Elemen 4.3 Perencanaan
Pada Elemen 4.3 (Perencanaan), terdapat kendala pada kriteria, yaitu
sebagai berikut.
a. Daftar peraturan perundang-undangan terkait dengan lingkup kegiatan
K3 sudah edisi terbaru namun status pemenuhan sampai saat ini masih
dalam proses.
2. Elemen 4.4 Penerapan dan Operasi
Pada Elemen 4.4 (Penerapan dan Operasi), terdapat kendala pada kriteria,
yaitu sebagai berikut.
a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk tenaga kerja sudah sesuai
standar yang berlaku, namun implementasi dilapangan masih belum
maksimal. Hal ini disebabkan karena kesadaran pekerja terhadap
keselamatan diri sendiri di ligkungan kerja belum maksimal.
b. Faktor dokumentasi masih belum maksimal. Beberapa dokumen belum
terbaharui secara berkala. Namun pada dasarnya, dokumen-dokumen
tersebut sudah cukup lengkap.
c. Simulasi penanggulangan keadaan darurat sudah disosialisasikan dan
dilaksanakan namun belum maksimal dan belum secara periodik. Hal ini
disebabkan karena tenaga kerja yang bertanggung jawab pada setiap
divisi di proyek terbatas dan masing-masing memiliki fungsi dan tugas
yang tidak sedikit sehingga tidak memungkinkan apabila melakukan
simulasi penanggulangan keadaan darurat secara periodik.
74
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan OHSAS
18001:2007 yang ditinjau dari elemen-elemen pada Sistem Manajemen K3 dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Tingkat penerapan OHSAS 18001:2007 PT. Tunas Jaya Sanur pada Proyek
Jumeirah Pecatu Beach Resort Bali pada masing masing elemen yaitu, elemen
4.1 dikategorikan baik sekali dengan persentase 100%, elemen 4.2
dikategorikan baik sekali dengan persentase 100%, elemen 4.3 dikategorikan
baik sekali dengan persentase 96,66%, elemen 4.4 dikategorikan baik sekali
dengan persentase 95,89%, elemen 4.5 dikategorikan baik sekali dengan
persentase 99,10%, dan elemen 4.6 dikategorikan baik sekali dengan persentase
100%, sehingga rata-rata seluruh elemen dikategorikan baik sekali dengan
persentase 98,61%.
2. Penerapan K3 pada tingkat tenaga kerja mendapatkan hasil sebagai berikut,
pertanyaan yang mendapatkan nilai dikategori baik sekali sebesar 79,89%,
pertanyaan yang mendapatkan nilai dikategori baik sebesar 5,56%, pertanyaan
yang mendapatkan nilai dikategori buruk sebesar 1,11%, dan pertanyaan yang
mendapatkan nilai dikategori sangat buruk sebesar 14,44%, namun untuk nilai
dikategori sangat buruk dapat diabaikan karena tenaga kerja tidak memerlukan
peralatan kerja yang tertulis pada pertanyaan tersebut. Ini mengartikan
penerapan K3 dilapangan sudah sesuai dengan tingkat manajemen dimana
hanya memiliki persentase ketidaksesuaian sebesar 1,11%.
5.2 Saran
Dari hasil simpulan di atas ada beberapa hal yang dapat menjadi saran dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Daftar peraturan perundang-undangan terkait dengan lingkup kegiatan K3 harus
sudah terpenuhi sesuai peraturan pemerintah karena ini merupakan bagian yang
dipersyaratkan OHSAS 18001:2007.
75
2. Untuk memaksimalkan kedisiplinan tenaga kerja dalam menggunakan APD
dapat diatasi dengan cara melakukan sosialisasi secara langsung untuk
mengingatkan kesadaran dari tenaga kerja, namun apabila masih belum cukup
dapat dilakukan dengan memberikan sanksi kepada tenaga kerja yg
bersangkutan.
3. Pengendalian dokumen hendaknya dilakukan pembaharuan secara berkala
sesuai kapan dokumen tersebut diterbitkan, dengan tujuan untuk memudahkan
ketika diperlukan dikemudian hari.
4. Simulasi penanggulangan keadaan darurat hendaknya dilakukan secara periodik
minimal 1 tahun sekali sesuai dengan permenkes no 66 tahun 2016, hal ini perlu
dilakukan agar semakin mendekati keadaan yang sebenarnya.
76