Anda di halaman 1dari 9

TEKNIK LUKIS PADA KAOS SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN SENI DI SLB PUTRA ASIH KOTA KEDIRI

NAMA : JIHAN ALFAN ALFIAN

NIM : 16020124043

PRODI : PENDIDIKAN SENI RUPA


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah
Sekitar 24 juta jiwa pendududk indonesia adalah penyandang disabilitas
dan diantaranya adalah penyandang tuna grahita (www.oit.org). Angka
tersebut bukanlah angka yang kecil perlu diketahui Tuna Grahita merupakan
keterbatasan fungsi intelektual atau IQ dan keterbatasan dalam beradaptasi,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal tersebut tak jarang
membuat penyandang Tuna Grahita mendapat perlakuan yang kurang
menyenangkan dari lingkungan, terlebih pada masa anak-anak mereka
cenderung dikucilkan oleh teman-temannya, akibatnya mereka lebih
memilih untuk menghindari dunia luar yang membuat potensi pada dirinya
tidak dapat dikembangkan.
Hasil wawancara dengan kepala sekolah SLB-C Putra Asih Bapak
Sugiyarto Slamet Riyadi, saya mendapatkan informasi bahwa di SLB Putra
Asih terdapat ekstrakulikuler membatik dan menggambar, namun masih
kurang intensif dan hasilnya pun kurang maksimal dikarenakan wawasan
mengenai teknik penciptaan karya seni serta media yang digunakan masih
sangat kurang. Saya melihat bahwa anak tuna grahita di SLB-C Putra Asih
Kota Kediri memiliki potensi untuk membuat sebuah karya seni rupa,
terlihat dari banyaknya hasil karya seni rupa berupa gambar- gambar
bermedia kertas dan krayon yang ditempel pada mading serta tembok –
tembok kelas ketika saya berkunjung kesana.
Hal tersebut semakin mendorong saya untuk melakukan suatu proses
penciptaan karya seni rupa dua dimensi dengan pengaplikasian Teknik
Lukis Pada Kaos Sebagai Media Pembelajaran Seni di SLB Putra Asih Kota
Kediri. Sebagai solusi untuk mengatasi kurangnya media pembelajaran
dalam pembuatan karya serta untuk mengembangkan potensi siswa SLB
Putra Asih pada bidang seni rupa. Anak – Anak penyandang Tuna Grahita
akan dibimbing untuk menciptakan sebuah karya lukis pada kaos dan diberi
kebebasan dalam menentukan desain karya karena setiap siswa SLB
mempunyai perbedaan keunikan dan karakteristik tersendiri. Saya juga
membantu dengan membuatkan akun di beberapa media sosial untuk
disebarkan secara luas dan berupaya mendapatkan apresiasi dari masyarakat
luar terhadap karya – karya siswa SLB Putra Asih Kota Kediri.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang dianalisis dapat disimpulkan
identifikasi masalah meliputi :
1. Kurangnya perhatian masyarakat luar terhadap anak tuna grahita
berakibat menurunnya tingkat kepercayaan diri anak dan enggan
berinteraksi dengan dunia luar
2. Potensi yang dimiliki siswa SLB Putra Asih dalam penciptaan
karya seni rupa
3. Kurangnya media pembelajaran seni yang berpengaruh pada
perkembangan minat dan bakat siswa

1.3 Rumusan Masalah


Berdasrkan identifikasi masalah yang dianalisis dapat disimpulkan
rumusan masalah meliputi:
1. Bagaimana metode yang dilakukan daalam proses pembimbingan
pembuatan karya lukis pada kaos terhadap siswa SLB Putra Asih
Kota Kediri?
2. Apa latar belakang siswa SLB Putra Asih dalam menciptakan
sebuah karya?
3. Apa dampak yang diperoleh siswa SLB Putra Asih setelah
melakukan proses prmbuatan karya lukis pada kaos?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui metode yang tepat untuk melakukan proses
pertimbangan pembuatan karya lukis pada kaos terhadap siswa
SLB Putra Asih Kota Kediri.
2. Mengetahui hal apa yang mempengaruhi siswa SLB Putra Asih
dalam menciptakan sebuah karya.
3. Mengetahui dampak secara psikis dan psikologis yang diperoleh
siswa SLB Putra Asih setelah melakukan sebuah proses pembuatan
karya lukis pada kaos.
1.5 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaat baik secara teoritis Maupun
secara praksis:

 Manfaat Teoritis : Berupa konsep temuan teori/pengembangan


konsep dalam konteks pendidikan untuk menunjang
berlangsungnya proses pembelajaran.

 Manfaat Praktis : dikaitkan dengan ruang lingkup praksis


pendidikan di sekolah secara umun ataupun khusus di daerah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


Sebelumnya telah terdapat penelitian yang relevan dilakukan oleh peneliti
terdahulu, penelitian tersebut dapat dijadikan bahan refrensi dan sebagai data- data
pendukung dalam penelitian ini, penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh :
a. Mohammad Fathurrohman Hidayat dengan judul skripsi “Gambar Anak
Autis di SLB Negeri Jombang” tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan perwujudan warna, garis , dan tema
gambar siswa autis di SLB Negeri jombang.
b. Devina Anggreini dengan judul skripsi “ Karakteristik Karya Lukis Anak
Autis Siswa Sekolah Dasar Galuh Handayani Surabaya “ tahun 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran umum sekolah
dasar Galuh Handayani Surabaya sebagai subyek penelitian,
mendeskripsikan karakteristik karya seni lukis anak-anak autis siswa
sekolah dasar Galuh Handayani Surabaya serta mendeskripsikan karya seni
lukis anak-anak autis siswa sekolah dasar Galuh Handayani Surabaya
ditinjau dari kategorisasi ganguan autis menurut pendapat Tejo Sampurno.
c. Muhammad Charish Shodiq dengan judul skripsi “ Pengembangan Media
Pembelajaran Buku Mewarnai Dengan Tema Budaya Lokal di TK Nurul
Ulum Desa Gencen Tikung Lamongan “ tahun 2017. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembuatan buku mewarnai dengan
tema budaya lokal di Tk Nurul Ulum serta mendeskripsikan validitas buku
mewarnai dengan tema budaya lokal di TK Nurul Ulum desa Genceng
Tikung Lamongan.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Fathurrohman,
Devina Angreini dan Muhammad Charish Shodiq yaitu tentang cakupan
permasalahan yang berbeda. Penulis melakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui metode yang tepat untuk melakukan proses pembuatan karya
lukis pada kaos terhadap siswa SLB Putra Asih Kota Kediri, mengetahui hal
apa yang mempengaruhi siswa SLB Putra Asih dalam menciptakan sebuah
karya serta mengetahui Dampak secara psikis maupun psikologis yang
diperoleh siswa SLB Putra Asih setelah melakukan sebuah proses pembuatan
karya lukis pada kaos.

2.2 Media Pembelajaran


Istilah media brasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar. Proses belajar mengajar
pada dasarnya merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan
dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Banyak para ahli yang membatasi tentang media pembelajaran seperti
Gegne misalnya yang mengartikan media sebagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar, Brigs pun juga
sepemikiran bahwa media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi
siswa agar terjadi proses belajar.
Berikut adalah jenis media pembelajaran menurut para ahli :
a. Herry (2007:6.31) menyatakan : “ada tiga jenis media pembelajaran
yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran
oleh guru disekolah yaitu :
1. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan indra penglihatan terdiri atas media yang dapat
diproyeksikan (projekted visual) dan media yang tidak dapat
diproyeksikan ( non projrkted visual ).
2. Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar
dan sejenisnya.
3. Media Audio Visual merupakan kombinasi dari media audio dan
media visual yang digabung menjadi media audio visual atau
media pandang dengar.
b. Rudi Bretz (2003) mengidentifikasi jenis – jenis media berdasarkan tiga
unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Dari ketiga unsur tersebut
Bretz mengklarifikasinya ke dalam tujuh kelompok, yaitu :
 Media audio
 Media cetak
 Media visual gerak
 Media audio semi gerak
 Media audio visual diam
 Media audio visual gerak
Menurut Kempt dan Dayton (1998) terdapat 3 fungsi utama media pembelajaran
yaitu :
 Memotivasi minat dan tindakan, direalisasikan dengan teknik drama atau
hiburan.
 Menyajikan informasi, digunakan dalam rangka penyajian informasi
dihadapan sekelompok siswa
 Memberi instruksi, informasi yang terdapat dalam media harus melibatkan
siswa.
2.3 Tinjauan Tentang Seni Lukis
Menurut kamus besar bahasa indonesia melukis berasal dari kata Lukis
yang berati membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen, kuas dan
sebagainya baik dengan warna maupun tidak.
Melukis sendiri merupakan sebuah media untuk menuangkan ekspresi
senimannya dari gambar lukisan yang awam seperti naturalis dan realis hingga
lukisan yang penuh makna filosofis didalamnya seperti surealis dan abstrak. Lukis
sendiri tergolong seni rupa 2 dimensi meskipun tak dibatasi dalam pemilihan media
berkarya seperti kanvas, kertas, tembok, kayu, bahkan jalanan pun dapat dijadikan
media untuk berkarya seni lukis.
Dalam kurun waktu belakangan telah marak di berbagai daerah dipamerkan
seni kontemporer seperti “manifesto” (bienale) yang dilakukn di galnas pada 3 mei
2018 lalu, yang para ahli sebutkan adalah seni masa kini yang tengah mengalami
perkembangan. Tidak seperti seni klasik yang telah mapan dan berada di puncak
penciptaan tertinggi pada suatu masyarakat, seni kontemporer itu radikal dan selalu
mrnjadi sorotan kontroversi, seni ini tak menentukan bahan, media, maupun alat
akan tetapi membebaskan seniman berkarya dengan media apapun.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lukis adalah karya
seni rupa 2 dimensi, sedangkan melukis adalah proses berkarya/mencipta sebuah
karya 2 dimensi yang tidak menentukan atau membebaskan media dalam
pembuatannya (kategori masa kini) dengan memasukkan unsur garis, bidang ,
maupun warna.
2.4 Tuna Grahita
Dalam bahasa jawa Tuna grahita berasal dari kata Tuno yang berarti cacat
sedangkan grahita berarti nvgrahito atau berpikir berarti tuna grahita dapat disebut
kurangnya daya pikir . Tuna grahita sendiri mempunyai kelainan fungsi intelektual
umim dibawah rata rata yaitu IQ 84 kebawah berdasarkan tes yang dilakukan
sebelum usia 16 tahun. Menurut Efendi (2006:89) anak tuna grahita ringan akan
tampak jelas ketunagrahitaanya setelah anak masuk taman kanak- kanak atau
setelah masuk sekolah, karena ditempat itulah anak dituntut dalam pendidikan
beberapa klarifikasi tuna grahita menurut psikologis dibagi 3 kategori, yaitu :
 Idiot ( anak tuna grahita mampu latih )
Anak tuna grahita mampu latih adalah anak tuna grahita yang memiliki
kecerdasan yang sangat rendah sehingga mereka mampu mengurus diri dan
sosialisasi, mereka memiliki IQ 0-25 (efendi,2006:90)
 Imbecile ( anak tuna grahita mampu latih )
Anak tuna grahita tuna mampu latih adalah anak tuna grahita yang memiliki
kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin mrngikuti
program yang diperuntukan bagi anak tuna grahita mampu didik, serta
mereka mempunyai IQ 25 – 50 ( Efendi, 2006:90 )
 Debil ( anak tuna grahia mampu didik )
Anak tuna grahita mampu didik adalah anak tuna grahita yang tidak mampu
mengikuti program sekolah biasa , tetapi mereka masih mempunyai
kemampuan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal, pada
klarifikasi ini mereka mempunyai IQ 50 – 75 (Efendi, 2006:90) .
Menurut Kustawan , D (2016) merupakan anak yang memiliki inteligensi yang
signifikan b3rada fibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan sehingga dalam proses
layanan pembelajarannya memerlukan modifikasi yang sesuai dengan kebutuhan
khususnya. Selaras dengan pendapat kustawan bahwa anak tuna grahita mempunyai
hambatan dalam proses pembelajaran . Meski anak tuna grahita mempunyai
hambatan tersebut, tidak menutup kesempatan untuk menerima pendidikan yang
layak dan tepat baik di rumah khususnya disekolah. Agar anak dengan tuna grahita
memiliki masa depan yang cerah, sama seperti annak pada umumnya
(jurnal.unpad.ac.id)

BAB III
METODE PENRLITIAN
3.1Jenis Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
pengembangan atau pada bahasa inggrisnya Reseach and development merupakan
metode untuk menghasilkan atau mengembangkan produk tertentu. Untuk
menunjang keefektifan dalam proses pembelajaran disalah satu SLB kota kediri.
Peneliti mengembangkan teknik lukis pada kaos sebagai media pembelajaran di
SLB Putra Asih kota Kediri.
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang
bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji kefektifan produk tersebut agar
berfungsi masyarakat luas, maka diperlukan untuk menguji kefektifan produk
tersebut (sugiyono 2012: 297)

3.2Subyek dan Lokasi Penelitian


Subyek dalam penelitian ini adalah teknik lukis ppada kaos untuk siswa
SLB. Lokasi penelitian ini di SLB -C Putra Asih kota Kediri.
3.3 Rancangan Penelitian
Teori sugiyono terdapat 10 tahapan dalam penelitian dan pengembangan
produk. Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan hanya sampai tahap uji
coba. Luas yang di terapkan pada SLB Putra Asih
3.3.1 Potensi Masalah
Potensi adalah segala sesuatu bila didayagunakan dan akan memiliki nilai
tambah (sugiyono 2012:298) dan penelitian ini memiliki potensi dan masalah
pengembangan teknik lukis dan media pembelajatan di SLB Putra Asih
Masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya mengembangkan media
pembelajran dalam konteks melukis bersangkutan dengan observasi penulis media
pembelajaran yang digunakan SLB Putra Asih sudah kuno. Dan siswa bosan hanya
itu itu saja. Dan tidak ada nilai guna seperti kertas dan lain lain.
3.3.2 Pengumpulan Data
Penelitian diperlukan pengumpulan data agar informasi yang di dapat sesuai
dengan permasalahan dan sebagai pertimbangan dalam pengembangan produk,
teknik pengumpulan data peneliti sebagai berikut.
3.3.2.1 wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan tak terstruktur dan peneliti langsung
ke kepala sekolah SLB Putra Asih Sugiyarto Slamet Riyadi untuk mendapatkan
data tentang siswa dan guru Putra Asih . Terdapat 10 guru dan 37 siswa laki laki
serta 19 siswa pereempuan. Dan terdapat kegiatan seni seperti membatik,
menggambar.
3.3.2.2 observasi
Observasi dilakukan peneliti guna mendukung data wawancara peneliti ikut
terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui bagaimana pembingbingan
yang tepat untuk dilakukan SLB Putra Asih.
3.3.3 Ujicoba Kecil
Uji coba kecil dilakukan di SLB C Putra Asih kota Kediri dengan
menenrapkan metode pembimbingan dalam memberikan media kaos putih polos.
Tema lukis di bebaskan dalam berkarya.
3.3.4 Ujicoba Luas
Pada tahap ini peneliti sudah mengetahui metode pengeajaran yang tepat
dan mengetahui respon para siswa SLB Putra Asih. Sebagai uji coba luas dilakukan
SLB A , SLB B dan SLB C serta guru pembimbing kelas SLB Putra Asih. Uji coba
luas untuk mengetahui bagaimana kefektifan media yang digunakan serta respon
dari para siswa SLB Putra Asih kota kediri.

Anda mungkin juga menyukai