Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PROSES PRODUKSI 1

Disusun Oleh :
Prasetyo Suhada
14/369556/TK/42637

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
PROSES PRODUKSI MUR DAN BAUT

A. Pendahuluan

Benda kerja yang dibuat oleh manusia


umumnya terdiri dari berbagai komponen.
Proses pembuatannya tentu melalui proses
pengerjaan dan perlakuan yang berbeda
sehinggauntuk dapat merangkainya
menjadi sebuah benda utuh, elemen
penyambung sangatlah diperlukan.
Melihat fungsinya, elemen penyambung
sudah pasti akan ikut mengalami
pembebanan saat benda yang dirangkainya
dikenai beban. Ukurannya akan lebih kecil dari elemen yang disambung sehingga akan
mengakibatkan beban terkonsentrasi terhadap sambungan tersebut.
Ada dua jenis sambungan, yaitu sambungan tetap dan sambungan tidak tetap.
Sementara mur dan baut ini merupakan contoh dari sambungan tidak tetap (semi
permanent), yaitu sambungan yang dapat dibongkar pasang selagi masih dalam kondisi
normal.

B. Proses Pembuatan

a) Pembuatan baut
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan benda
kerja berbentuk baut. Langkah-langkahnya yaitu :

1. Pemotongan benda kerja


Ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Silinder pejal dengan
diameter 20 cm dan panjang 25 cm dipotong. Pemotongan dilakukan dengan
dua alat, yaitu gergaji besi dan gergaji tangan.
Pemotongan dengan gergaji mesin, benda kerja ditempatkan tepat di bawah
pisau pemotongnya, kemudian di potong sehingga panjang yang terbentuk
adalah 9,5 cm. memotong dengan mesin ini menghasilkan permukaan yang
halus dan memakan waktu yang tidak lama. Sebelumnya, ukur dahulu panjang
baut yang akan dibuat dengan menggunakan jangka sorong.
Memotong menggunakan mesin harus sangat hati-hati karena akan
menimbulkan percikan api dan suara yang keras. Maka dari itu, ketika
memotong, diharuskan menggunakan APD berupa kacamata dll.

2. Pembubutan
Setelah dipotong, kemudian silinder dibubut. Sebelumnya ukur terlebih
dahulu bagian yang akan dibubut dengan menggunakan jangka sorong dan
penggaris. Panjang silinder yang akan dibubut yaitu 50 mm dengan diameter
yang dihasilkan sebesar 10 mm.
Pembubutan harus dilakukan
secara konstan, yaitu kecepatan
memutar mesin haruslah tetap.
Sehingga benda kerja yang
dihasilkan memiliki permukaan
yang rata. Pembubutan dilakukan
berulang-ulang hingga
menghasilkan diameter 10 mm.
caranya dengan mengatur skala
pada mesin bubut.
Sebelum melakukan
pembubutan, pastikan bahwa
benda kerja tepat berada di tengah (center) dan tertancap kuat. Hal ini dilakukan
agar ketika pembubutan dimulai, benda kerja tidak akan goyang. Jika posisi baut
itu miring, maka baut yang terbentuk pun tidak akan sempurna dan secara
ekstetika tidak indah dan bentuknya pun akan menjadi miring sehingga tidak
muat untuk dipasangkan mur. Lalu, sebelum menyalakan mesin, goreskan
dahulu mata bor kepada benda kerjanya. Selain itu, kita pun harus memberikan
air selama proses berlangsung agar mata bor tidak panas.
Dan hal ini pun terjadi kepada kami. Kesalahan yang kami lakukan adalah
pemutaran yang tidak konstan, sehingga bubut yang dihasilkan tidak ‘mulus’.
Pembubutan yang kami lakukan kira-kira lebih dari lima kali. Hal ini karena
baut yang dihasilkan harus memiliki diameter 10 mm, di mana setiap kali
membubut, kedalaman pisau yang diatur sebesar 2 mm sehingga pengerjaannya
harus berulang.

3. Mengikir
Mengikir dilakukan setelah silinder selesai dibubut. Bagian yang dikikir yaitu
bagian hasil pembubutan. Silinder yang akan dikikir ditempatkan di atas ragum,
sehingga pengikiran akan lebih mudah. Dalam mengikir, usahakan dilakukan satu
arah agar hasil yang diperoleh akan baik.

4. Membuat ulir
Setelah permukaan silinder halus,
maka langkah berikutnya adalah
pembuatan ulir. Panjang silinder yang
akan diulir yaitu 50 mm. oleh karena itu,
harus diukur dan diberi tanda terlebih
dahulu.
Alat yang digunakan adalah snai.
Jadi, baut ditempatkan di atas ragum
dengan posisi kepala baut di bawah.
Kemudian memasangkan tap dengan
ukuran 1.25 kedalam baut. Kemudian
diputar mengikuti arah jarum jam.
Snai yang digunakan ada tiga buah. Yang pertama yang lancip, lalu agak
lancip dan yang terakhir yang tumpul. Ketika menyenai, perlu ditambahkan
sedikit oli sebagai pelumas, sehingga ketika memutar snai tidak terlalu sulit.
Penyenaian dilakukan hingga batas baut yang akan diulir, setelah selesai putar
snai berlawanan jarum jam.
Pada saat penggunaan snai harus hati-hati. Karena benda kerja dijepit pada
snai, maka harus diperhatikan betul apakah benda kerja terjepit sempurna. Jika
tidak terjepit dengan sempurna maka resiko tidak terbentuk ulir dengan
sempurna dan resiko sney patah akan terjadi. Snai bisa patah jika kita terlalu
kencang memutar snai dan snai tidak terjepit benar.

5. Membuat segi enam


Langkah ini merupakan langkah terakhir dari rangkaian pembuatan baut.
Sebelumnya, kita membuat pola segi enam di kertas kecil, kemudian
ditempelkan di kepala baut.
Pembentukan kepala baut ini bias dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
dikikir ataupun dipotong dengan gergaji. Kelompok kami awalnya menggunakan
gergaji, namun hasil yang diperoleh tidak terlalu baik. Sehingga disiasati dengan
kikir.
b) Pembuatan mur
Langkah – langkah dalam
pembuatan mur hampir sama seperti
membuat baut. Yang berbeda yaitu
adanya proses pengeboran dan
pengetapan dalam membuat mur.
Pengeboran dilakukan setelah
memotong silinder sehingga
menghasilkan 2 bagian yang
berukuran kecil, yaitu 12,5 mm.
Pemotongannya dilakukan dengan
menggunaka gergaji besi. Memang
sangat sulit memotong dengan
gergaji besi. Kesulitan yang dialami yaitu ketika akan menggoreskannya kepada
silinder, juga ketika ditengah-tengah pemotongan sangat berat. Sehingga waktu
yang digunakan dalam proses ini cukup lama dan jika dibandingkan, hasil yang
diperoleh dengan gergaji besi tidak sebaik dengan gergaji mesin.
Sebelum dibor, kita beri tanda di tengah-tengah mur. Kemudian dititikdengan
penitik agar ketika melubangi, mata bor tidak goyang, tapi langsung tepat sasaran.
Namun, hasil pengeboran mur kelompok kami tidak pas di center, sedikit keluar
batas. Hal ini mungkin terjadi karena jam terbang yang kurang, sehingga keahlian
dalam mengebor masih minim.
Proses ini harus dilakukan dengan pengawasan penuh hampir sama seperti
bubut dan dilakukan dengan kehati-hatian dalam menentukan kecepatan bor. Hal
ini harus diperhatikan karena jika kita mengebor besi dengan kecepatan yang
terlalu kencang atau cepat maka resiko mata bor patah akan terjadi karena mata
bor menjadi lebih cepat panas apalagi jika kita tidak memberikan cairan pendingin
atau oli pada saat proses pengeboran.
Setelah dibor, kemudian dibuat alur di dalam mur tersebut dengan
menggunakan tap. Sama halnya dengan membuat ulir dengan snai, mengulir
dengan tap pun harus diberikan oli. Dalam proses ini kesulitan yang dialami yaitu
pada awal pengetapan, agak berat, namun setelah beberapa lama , pengetapan
menjadi lebih mudah.
Proses terakhir yaitu membuat bentuk segi enam. Pembentukannya kali ini
menggunakan kikir, sehingga hasil yang diperoleh lebih baik dari baut yang dibuat
dengan gergaji.

Referensi:
http://punyapipitaja.blogspot.com/2010/05/laporan-tentang-baut.html

Anda mungkin juga menyukai