Ruptl 2012 2021 PDF
Ruptl 2012 2021 PDF
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2012-2021 ini disusun untuk memenuhi amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang
menyatakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dilaksanakan sesuai dengan
Rencana Umum Ketenagalistrikan dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
RUPTL ini memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 2682.K/21/MEM/2008 tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2008–2027 dan
draft Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2012–2031 yang telah disusun oleh Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral.
RUPTL ini disusun untuk menjadi pedoman pengembangan sarana ketenagalistrikan di seluruh Indonesia
bagi PT PLN (Persero) pada kurun waktu 2012 – 2021, yang akan digunakan dalam penyusunan rencana
jangka panjang perusahaan dan penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan tahunan.
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan kondisi industri kelistrikan di Indonesia, RUPTL ini akan
dievaluasi secara berkala dan diubah seperlunya agar rencana pengembangan sistem kelistrikan lebih
sesuai dengan kondisi terkini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas kontribusi semua pihak sehingga RUPTL
ini dapat diselesaikan.
DIREKTUR UTAMA
NUR PAMUDJI
ix
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 2
1.2. Landasan Hukum 3
1.3. Visi dan Misi Perusahaan 3
1.4. Tujuan dan Sasaran Penyusunan RUPTL 3
1.5. Proses Penyusunan RUPTL dan Penanggungjawabnya 4
1.6. Ruang Lingkup dan Wilayah Usaha 6
1.7. Sistematika Dokumen RUPTL 7
x
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
xi
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
BAB 8 KESIMPULAN 95
DAFTAR PUSTAKA 97
xii
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
GAMBAR BAB 1
Gambar 1.1. Proses Penyusunan RUPTL 5
Gambar 1.2. Peta Wilayah Usaha PT PLN (Persero) 7
GAMBAR BAB 5
Gambar 5.1. Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2012 dan 2021 47
Gambar 5.2. Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2012-2021 47
Gambar 5.3. Perbandingan Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik RUPTL dan RUKN 48
Gambar 5.4. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Gabungan Indonesia (GWh) 63
Gambar 5.5. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Sistem
Jawa-Bali 65
Gambar 5.6. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Wilayah Operasi Indonesia Barat (GWh) 66
Gambar 5.7. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Wilayah Operasi Indonesia Timur (GWh) 67
Gambar 5.8. Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar (Gabungan Indonesia) 68
Gambar 5.9. Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar pada Sistem Jawa-Bali 69
Gambar 5.10. Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Barat 70
Gambar 5.11. Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur 70
GAMBAR BAB 6
Gambar 6.1. Proyeksi Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia (Tidak Termasuk IPP) 84
Gambar 6.2. Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Sistem Jawa-Bali 85
Gambar 6.3. Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat 86
Gambar 6.4. Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur 87
Gambar 6.5. Total Kebutuhan Dana Investasi Indonesia, PLN + IPP 88
GAMBAR BAB 7
Gambar 7.1. Pemetaan Risiko Implementasi RUPTL 93
xiii
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
TABEL BAB 3
Tabel 3.1. Penjualan Tenaga Listrik PLN (TWh) 18
Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Pelanggan (Ribu Unit) 19
Tabel 3.3. Perkembangan Rasio Elektrifikasi (%) 19
Tabel 3.4. Pertumbuhan Beban Puncak Sistem Jawa-Bali 2007-2011 20
Tabel 3.5. Kapasitas Terpasang Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur (MW) Tahun 2011 20
Tabel 3.6. Daftar Sewa Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur Tahun 2011 21
Tabel 3.7. Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Jawa-Bali 22
Tabel 3.8. Perkembangan Kapasitas Trafo GI Wilayah Operasi Indonesia Barat
dan Indonesia Timur (MVA) 22
Tabel 3.9. Perkembangan Saluran Transmisi Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur (kms) 23
Tabel 3.10. Perkembangan Kapasitas Trafo GI Sistem Jawa-Bali 23
Tabel 3.11. Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa Bali 23
Tabel 3.12. Kapasitas Pembangkit dan Interbus Transformer (IBT) 24
Tabel 3.13. Rugi Jaringan Distribusi (%) 24
Tabel 3.14. SAIDI dan SAIFI PLN 24
TABEL BAB 4
Tabel 4.1. Perkiraan Pasokan Gas untuk Pembangkit PLN di Jawa-Bali 31
Tabel 4.2. Perkiraan Pasokan Gas untuk Pembangkit PLN di Luar Jawa Bali 32
Tabel 4.3. Potensi Proyek PLTA Berdasarkan Masterplan Of Hydro Power Development 35
Tabel 4.4. Potensi dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 37
TABEL BAB 5
Tabel 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 44
Tabel 5.2. Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 45
Tabel 5.3. Pertumbuhan Penduduk (%) 45
Tabel 5.4. Pertumbuhan Ekonomi, Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
dan Beban Puncak Periode 2011-2021 45
Tabel 5.5. Proyeksi Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Pelanggan
dan Rasio Elektrifikasi Periode 2011-2021 46
Tabel 5.6. Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan dan Rasio Elektrifikasi 46
Tabel 5.7. Asumsi Harga Bahan Bakar 49
Tabel 5.8. Daftar Proyek Percepatan Pembangkit 10.000 MW
(Peraturan Presiden No. 71/2000 jo Perpres No. 59/209)
Status September 2012 49
xiv
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
TABEL BAB 6
Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia (Tidak Termasuk IPP) 84
Tabel 6.2 Kebutuhan Dana Investasi untuk Sistem Jawa–Bali 85
Tabel 6.3 Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat 86
Tabel 6.4 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur 87
Tabel 6.5 Total Kebutuhan Dana Investasi Indonesia, PLN + IPP 88
xv
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
xvi
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
xvii
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
xviii
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
ADB : Air Dried Basis, merupakan nilai kalori batubara yang memperhitung-
kan inherent moisture saja
ASEAN Power Grid : Sistem interkoneksi jaringan listrik antara negara-negara ASEAN
Beban puncak : Atau peak load / peak demand, adalah nilai tertinggi dari langgam be-
ban suatu sistem kelistrikan dinyatakan dengan MW
Captive power : Daya listrik yang dibangkitkan sendiri oleh pelanggan, umumnya
pelanggan industri dan komersial
Excess power : Kelebihan energi listrik dari suatu captive power yang dapat dibeli oleh
PLN
xix
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Life Extension : Program rehabilitasi suatu unit pembangkit yang umur teknisnya men-
dekati akhir
MMBTU : Million Metric BTU, satuan yang biasa digunakan untuk mengukur ka-
lori gas
Mothballed : Pembangkit yang tidak dioperasikan namun tetap dipelihara, tidak di-
perhitungkan dalam reserve margin
MMSCF : Million Metric Standard Cubic Foot, satuan yang biasa digunakan untuk
mengukur volume gas pada tekanan dan suhu tertentu
Neraca daya : Neraca yang menggambarkan keseimbangan antara beban puncak dan
kapasitas pembangkit
Non Coincident Peak Load : Jumlah beban puncak sistem-sistem tidak terinterkoneksi tanpa meli-
hat waktu terjadinya beban puncak
Prakiraan beban : Demand forecast, prakiraan pemakaian energi listrik di masa depan
Reserve margin : Cadangan daya pembangkit terhadap beban puncak, dinyatakan dalam
%
xx
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
1
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
PT PLN (Persero), selanjutnya disebut PLN, sebagai sebuah perusahaan listrik merencanakan dan
melaksanakan proyek-proyek kelistrikan yang lead time-nya relatif panjang, sehingga PLN secara alamiah
perlu mempunyai sebuah rencana pengembangan sistem kelistrikan yang berjangka panjang1. Dengan
demikian rencana pengembangan sistem kelistrikan yang diperlukan PLN harus berjangka cukup panjang,
yaitu 10 tahun, agar dapat mengakomodasi lead time yang panjang dari proyek-proyek kelistrikan.
Perlunya PLN mempunyai rencana pengembangan sistem kelistrikan jangka panjang juga didorong oleh
keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi yang efisien, dalam arti PLN tidak melaksanakan
sebuah proyek kelistrikan tanpa didasarkan pada perencanaan yang baik. Hal ini penting dilakukan
karena keputusan investasi di industri kelistrikan akan dituntut manfaatnya dalam jangka panjang2. Untuk
mencapai hal tersebut PLN menyusun sebuah dokumen perencanaan sepuluh tahunan ke depan yang
disebut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, atau RUPTL.
RUPTL merupakan sebuah pedoman pengembangan sistem kelistrikan bagi PLN sepuluh tahun mendatang
yang optimal, disusun untuk mencapai tujuan tertentu serta berdasarkan pada kebijakan dan kriteria
perencanaan tertentu. Dengan demikian pelaksanaan proyek-proyek kelistrikan di luar RUPTL yang dapat
menurunkan efisiensi investasi perusahaan dapat dihindarkan.
Selain didorong oleh kebutuhan internal PLN sendiri untuk mempunyai RUPTL, dokumen perencanaan ini
juga dibuat oleh PLN untuk memenuhi peraturan dan perundangan yang ada di sekor ketenagalistrikan.
Penyusunan RUPTL tahun 2012-2021 ini untuk memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun
2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan didorong oleh timbulnya kebutuhan untuk
memperbaharui RUPTL 2011-2020 setelah memperhatikan adanya keterlambatan beberapa proyek
pembangkit tenaga listrik seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi, beberapa pembangkit listrik
tenaga air dan pembangkit listrik tenaga uap batubara, baik proyek PLN maupun proyek listrik swasta
atau IPP (independent power producer).
Selanjutnya sejalan dengan UU No.30/2009 dimana pemerintah provinsi (dan juga pemerintah kabupaten/
kota) wajib membuat Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah atau RUKD, maka dalam RUPTL 2012-
2021 ini juga terdapat perencanaan sistem kelistrikan per provinsi. Namun demikian proses optimisasi
perencanaan tetap dilakukan per sistem kelistrikan apabila telah ada jaringan interkoneksi untuk
mengoptimalkan pemanfaatan dan alokasi sumber daya. RUPTL per provinsi tersebut akan bermanfaat
untuk memperlihatkan apa yang telah direncanakan oleh PLN pada setiap provinsi.
Dalam RUPTL ini terdapat beberapa proyek pembangkit yang telah committed akan dilaksanakan oleh
PLN dan beberapa proyek yang telah committed akan dilaksanakan oleh swasta sebagai IPP. Kebutuhan
tambahan kapasitas yang belum committed akan disebut sebagai tambahan kapasitas yang belum
dialokasikan sebagai proyek PLN atau IPP.
Proyek transmisi dan distribusi pada dasarnya akan dilaksanakan oleh PLN. Namun khusus untuk beberapa
ruas transmisi yang menghubungkan suatu pembangkit IPP ke jaringan terdekat dapat dibangun oleh
pengembang IPP.
1 Sebagai contoh, diperlukan waktu 8-9 tahun untuk mewujudkan sebuah PLTU batubara kelas 1.000 MW sejak dari rencana awal
hingga beroperasi
2 Sebuah PLTU batubara diharapkan beroperasi komersial selama 25 – 30 tahun.
2
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pada Anggaran Dasar PLN Tahun 2008 Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan dan lapangan usaha PLN
adalah menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan
mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang
ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan
terbatas.
Berkenaan dengan tujuan dan lapangan usaha PLN tersebut di atas, maka visi PLN adalah sebagai berikut:
“Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang, Unggul dan Terpercaya dengan
bertumpu pada Potensi Insani.”
Selain visi tersebut, saat ini PLN tengah bercita-cita untuk berubah menjadi perusahaan kelas dunia, bebas
subsidi, menguntungkan, ramah lingkungan dan dicintai pelanggan.
Untuk melaksanakan penugasan Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan mengacu
kepada visi tersebut, maka PLN akan:
• Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan,
anggota perusahaan, dan pemegang saham.
• Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
• Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
• Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan
Pada dasarnya tujuan penyusunan RUPTL adalah memberikan pedoman dan acuan pengembangan sarana
kelistrikan PLN dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik di wilayah usahanya secara lebih efisien dan
lebih terencana, sehingga dapat dihindari ketidak-efisienan perusahaan sejak tahap perencanaan.
3
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
• RUKN 2008-2027 dan draft RUKN 2012-2031 digunakan sebagai pertimbangan, khususnya mengenai
kebijakan Pemerintah tentang perencanaan ketenagalistrikan, kebijakan pemanfaatan energi primer
untuk pembangkit tenaga listrik, kebijakan perlindungan lingkungan, kebijakan tingkat cadangan
(reserve margin), asumsi pertumbuhan ekonomi dan prakiraan kebutuhan tenaga listrik.
• PLN Kantor Pusat menetapkan kebijakan dan asumsi dasar setelah memperhatikan RUKN dan
kebijakan Pemerintah lainnya, seperti pengembangan panas bumi yang semakin besar.
• Dilakukan evaluasi terhadap asumsi dasar tersebut dan realisasinya dalam RUPTL perioda
sebelumnya dalam Forum Perencanaan, yaitu sebuah forum pertemuan antara Unit-Unit Bisnis
PLN dan PLN Kantor Pusat untuk membahas dan menyepakati parameter kunci untuk menyusun
prakiraan pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik.
• Dengan memperhatikan asumsi-asumsi dasar, terutama pertumbuhan ekonomi, selanjutnya disusun
prakiraan beban (demand forecast), rencana pembangkitan, rencana transmisi dan gardu induk
(GI), rencana distribusi dan rencana pengembangan sistem kelistrikan yang isolated. Penyusunan
ini dilakukan oleh Unit-unit Bisnis dan PLN Kantor Pusat sesuai tanggung-jawab masing-masing.
Demand forecast, perencanaan GI dan perencanaan distribusi dibuat oleh PLN Distribusi/ Wilayah.
Perencanaan transmisi dibuat oleh PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (PLN P3B) atau oleh
PLN Wilayah yang mengelola transmisi. Rencana pembangkitan pada sistem-sistem interkoneksi
yang cukup besar dilakukan oleh PLN Kantor Pusat.
• Penyusunan demand forecast oleh PLN Wilayah/Distribusi dibuat dengan metoda regresi -
ekonometrik menggunakan data historis penjualan energi listrik, pertumbuhan ekonomi, daya
tersambung dan jumlah pelanggan. Selanjutnya dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan
ekonomi dan populasi, dibentuk model yang valid4.
• Workshop perencanaan yang melibatkan Unit-Unit Bisnis PLN dan PLN Kantor Pusat dilaksanakan
minimal 1 kali dalam setahun, dimaksudkan untuk memverifikasi dan menyepakati demand forecast,
capacity balance dan rencana gardu induk, rencana transmisi dan rencana pembangkit sistem isolated
yang dihasilkan oleh Unit-unit Bisnis PLN. Pada workshop perencanaan juga dilakukan verifikasi
jadwal COD5 proyek-proyek pembangkit PLN dan IPP, estimasi pasokan gas alam dan LNG/CNG, serta
kebutuhan dan pogram pembangkit sewa untuk mengatasi kekurangan tenaga listrik jangka pendek.
4
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Workshop
Demand forecast per Wilayah dan
Demand Forecast
per Provinsi
Pada workshop demand forecast, PLN Kantor Pusat dan PLN Distribusi/Wilayah membahas dan menyepakati
asumsi-asumsi dasar untuk pembuatan demand forecast di setiap wilayah, dilanjutkan dengan menyusun
demand forecast secara agregat, namun belum dibuat secara spasial6. Berbekal hasil kerja pada workshop
demand forecast tersebut, setiap unit PLN Distribusi/Wilayah kembali ke tempat masing-masing dan
membuat capacity balance atau penjabaran demand forecast secara spasial untuk memperkirakan
kenaikan pembebanan setiap gardu induk dan sinyal penambahan trafo atau gardu induk baru, yang harus
diselesaikan dalam waktu dua bulan.
Pada saat yang sama, PLN Kantor Pusat membuat rencana pengembangan pembangkit pada sistem
interkoneksi dan perencanaan transmisi tegangan tinggi bersama dengan PLN P3B/Wilayah.
Pembagian tanggung jawab penyusunan RUPTL ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Keterangan:
E: Pelaksana (Executor); P: Pembinaan (Parenting); U: Pengguna (User); S: Pendukung (Supporting),*)
untuk Sistem Besar
6 Demand forecast spasial menunjukkan bagaimana pertumbuhan demand kelistrikan terdistribusi pada daerah-daerah/locality.
5
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PLN telah ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral sesuai Surat Keputusan No. 634-12/20/600.3/2011 tanggal 30 September 2011. Surat keputusan
tersebut menetapkan Wilayah Usaha PLN yang meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia, kecuali yang
ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Wilayah Usaha bagi Badan Usaha Milik Negara lainnya, Badan Usaha
Milik Daerah, Badan Usaha Swasta atau Koperasi.
Ruang Lingkup RUPTL 2012-2021 ini mencakup seluruh Wilayah Usaha PLN yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Menteri ESDM tersebut, yaitu tidak termasuk wilayah usaha PT Pelayanan Listrik Nasional
Batam dan PT Pelayanan Listrik Nasional Tarakan, walaupun keduanya merupakan anak perusahaan PLN.
Sejalan dengan organisasi PLN dimana wilayah usaha PLN dibagi menjadi tiga wilayah operasi, yaitu
Indonesia Barat, Indonesia Timur dan Jawa-Bali, maka RUPTL ini akan menjelaskan rencana pengembangan
sistem pada tiga wilayah operasi tersebut. Selain itu RUPTL ini juga menampilkan rencana pengembangan
sistem per provinsi.
Wilayah operasi Indonesia Barat terdiri dari Sumatra dan Provinsi Kalimantan Barat.
Sumatera
Pulau Sumatera dan pulau-pulau di sekitarnya seperti Kepulauan Riau, Bangka, Belitung, Nias, dilayani
oleh PLN Wilayah Aceh, PLN Wilayah Sumatera Utara, PLN Wilayah Sumatera Barat, PLN Wilayah Riau dan
Kepri, PLN Wilayah Sumatera Selatan – Jambi – Bengkulu, PLN Distribusi Lampung, PLN Wilayah Bangka –
Belitung dan PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera.
Pembangkit tenaga listrik di Pulau Sumatera pada dasarnya dikelola oleh PLN Pembangkitan Sumatera
Bagian Utara dan PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, kecuali beberapa pembangkit skala kecil
di sistem-sistem kecil isolated yang dikelola oleh PLN Wilayah. Pulau Batam sendiri merupakan wilayah
usaha anak perusahaan PLN, yaitu PT Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga tidak tercakup dalam
RUPTL PT PLN (Persero).
Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Barat dilayani oleh PLN Wilayah Kalimantan Barat.
Wilayah operasi Indonesia Timur terdiri dari Kalimantan kecuali Provinsi Kalimantan Barat, Sulawesi,
Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, Papua, dan Nusa Tenggara. Khusus untuk Pulau Tarakan merupakan
wilayah usaha anak perusahaan PLN, yaitu PT Pelayanan Listrik Nasional Tarakan, sehingga tidak tercakup
dalam RUPTL PT PLN (Persero).
Kalimantan
Wilayah usaha PLN di Kalimantan yang merupakan wilayah operasi Indonesia Timur dilayani oleh PLN
Wilayah Kalimantan Selatan Tengah dan PLN Wilayah Kalimantan Timur.
Sulawesi
Wilayah usaha PLN di Sulawesi dilayani oleh PLN Wilayah Sulawesi Utara-Tengah-Gorontalo dan PLN
Wilayah Sulawesi Selatan-Tenggara-Barat.
6
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Wilayah usaha PLN di Jawa dan Bali dilayani oleh PLN Distribusi Jawa Barat & Banten, PLN Distribusi
Jakarta Raya & Tangerang, PLN Distribusi Jawa Tengah & DI Yogyakarta, PLN Distribusi Jawa Timur
dan PLN Distribusi Bali. Di wilayah ini terdapat unit operasi dan pemeliharaan pembangkitan, yaitu
PLN Pembangkitan Tanjung Jati B, PLN Pembangkitan Lontar dan PLN Pembangkitan Jawa Bali. Selain
itu terdapat PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali dan anak perusahaan PLN di bidang
pembangkitan, yaitu PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali, serta beberapa listrik swasta.
Peta wilayah usaha PLN diperlihatkan pada Gambar 1.2.
Dokumen RUPTL ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab I menjelaskan latar belakang,
landasan hukum, visi dan misi perusahaan, tujuan dan sasaran, dan sistematika dokumen. Bab II
menjelaskan kebijakan umum pengembangan sarana yang meliputi kebijakan-kebijakan pengembangan
sistem. Bab III menjelaskan kondisi kelistrikan saat ini, Bab IV menjelaskan ketersediaan energi primer. Bab
V menjelaskan rencana penyediaan tenaga listrik, meliputi kriteria dan kebijakan perencanaan, asumsi
dasar, prakiraan kebutuhan listrik dan rencana pengembangan pembangkit, transmisi dan distribusi, serta
neraca energi dan kebutuhan bahan bakar. Bab VI menjelaskan kebutuhan investasi. Bab VII menjelaskan
analisis risiko dan langkah mitigasinya. Bab VIII memberikan kesimpulan.
Selanjutnya rencana pengembangan sistem yang rinci diberikan dalam lampiran–lampiran yang
menjelaskan rencana kelistrikan setiap sistem kelistrikan dan setiap provinsi.
7
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sejalan dengan arahan Presiden Republik Indonesia pada pertemuan dengan PLN yang juga dihadiri oleh
anggota Kabinet Indonesia Bersatu di Mataram pada tanggal 27 Juli 2010, PLN diminta mempertahankan
bebas pemadaman listrik. Konsekuensi dari arahan tersebut adalah PLN harus menyediakan tenaga listrik
dalam jumlah yang cukup kepada masyarakat di seluruh Indonesia secara terus menerus, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian PLN pada dasarnya bermaksud melayani kebutuhan
tenaga listrik masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam jangka pendek dimana kapasitas pembangkit PLN masih terbatas karena proyek-proyek
pembangkit belum sepenuhnya selesai, PLN telah dan akan memenuhi permintaan tenaga listrik dengan
menyewa pembangkit sebagai solusi interim. Pada tahun-tahun berikutnya dimana penambahan kapasitas
pembangkit dan transmisi diharapkan telah selesai7 dan reserve margin telah mencukupi, maka penjualan
akan dipacu untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembangkit listrik.
RUPTL ini disusun dengan berdasar pada proyeksi kebutuhan tenaga listrik dalam RUKN 2008-2027 yang
diperbaharui dengan draft RUKN 2012-2031 yang telah disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral pada tahun 2012.
RUPTL ini juga disusun untuk mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi secara signifikan dengan
menyambung konsumen residensial baru dalam jumlah yang cukup tinggi setiap tahun, dan melayani semua
daftar tunggu yang ada. Pada daerah-daerah tertentu RUPTL ini telah mempertimbangkan permintaan
listrik yang tinggi karena pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara.
Kebijakan lain yang dianut dalam RUPTL 2012-2021 ini adalah belum diperhitungkannya dampak program
demand side management (DSM) dan program energy efficiency dalam membuat prakiraan demand.
Kebijakan ini diambil untuk memperoleh perencanaan pembangkitan yang lebih aman, disamping karena
implementasi kedua program tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi efektif.
Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dalam RUPTL ini telah direncanakan cukup tinggi sehingga
diperkirakan akan cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi pada setiap koridor pertumbuhan
ekonomi sebagaimana direncanakan dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI).
Pengembangan kapasitas pembangkit tenaga listrik diarahkan untuk memenuhi pertumbuhan beban yang
direncanakan, dan pada beberapa wilayah tertentu diutamakan untuk memenuhi kekurangan pasokan
tenaga listrik. Pengembangan kapasitas pembangkit juga dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan
pasokan yang diinginkan, dengan mengutamakan pemanfaatan sumber energi setempat, terutama energi
terbarukan.
7 Proyek-proyek percepatan pembangkit tahap 1 dan 2, proyek pembangkit PLN dan IPP lainnya
10
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Namun demikian, sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk lebih banyak mengembangkan dan
memanfaatkan energi terbarukan, pengembangan panas bumi dan tenaga air tidak mengikuti kriteria
least cost, sehingga dalam proses perencanaan mereka diperlakukan sebagai fixed plant10. Namun
demikian perencanaan pembangkit panas bumi dan tenaga air tetap memperhatikan keseimbangan
supply – demand dan besar cadangan yang tidak berlebihan, serta status kesiapan pengembangannya.
Pada beberapa daerah yang merupakan sumber utama energi primer nasional namun telah lama
menderita kekurangan pasokan tenaga listrik, yaitu Sumatera dan Kalimantan, PLN mempunyai kebijakan
untuk membolehkan rencana reserve margin yang tinggi. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan
pelaksanaan proyek-proyek pembangkit di Kalimantan dan Sumatera seringkali mengalami keterlambatan,
pembangkit existing telah mengalami derating yang cukup besar dan adanya keyakinan bahwa tersedianya
tenaga listrik yang banyak di Sumatera dan Kalimantan akan memicu tumbuhnya demand listrik yang jauh
lebih cepat11.
Untuk mengantisipasi terjadinya kelebihan pasokan pada sistem kelistrikan tertentu yang reserve margin-
nya direncanakan sangat tinggi, PLN akan memonitor progres implementasi proyek pembangkit dari
tahun ke tahun. Apabila progres fisik proyek pembangkit berjalan baik, maka PLN akan mengimbanginya
dengan mitigasi tertentu. Mitigasi tersebut misalnya pemasaran agresif untuk menyeimbangkan penjualan
dengan pasokan, memastikan interkoneksi dengan sistem kelistrikan lain sehingga dapat dilakukan power
exchange, dan menunda jadwal proyek-proyek pembangkitan berikutnya.
Pemilihan lokasi pembangkit dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber energi primer
setempat atau kemudahan pasokan energi primer, kedekatan dengan pusat beban, prinsip regional
balance¸ topologi jaringan transmisi yang dikehendaki, kendala pada sistem transmisi12, dan kendala-
kendala teknis, lingkungan dan sosial13.
Untuk memenuhi kebutuhan beban puncak, pembangkit berbahan bakar BBM tidak direncanakan lagi.
Untuk selanjutnya PLN hanya merencanakan pembangkit beban puncak yang beroperasi dengan gas
(LNG, mini LNG, CNG). Apabila ada potensi, PLN lebih mengutamakan pembangkit hidro, seperti pumped
storage, PLTA peaking dengan reservoir.
Proyek PLTGU berbahan bakar gas lapangan (gas pipa) hanya direncanakan apabila terdapat kepastian
pasokan gas.
8 Biaya energy not served adalah nilai penalti ekonomi yang dikenakan pada objective function untuk setiap kWh yang tidak dapat
dinikmati konsumen akibat padam listrik
9 LOLP dan reserve margin akan dijelaskan pada Bab IV.
10 Fixed plant adalah kandidat pembangkit yang langsung dijadwalkan pada tahun tertentu tanpa menjalani proses optimisasi keeko-
nomian.
11 PLN meyakini bahwa demand listrik di daerah yang telah lama mengalami pemadaman merupakan demand yang tertekan (sup-
pressed demand) dan tidak dapat diproyeksi hanya dengan metoda regresi berdasar data historis.
12 Pembebanan lebih, tegangan rendah, arus hubung singkat terlalu tinggi, stabilitas tidak baik.
13 Antara lain kondisi tanah, bathymetry, hutan lindung, pemukiman.
11
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan PLTU batubara skala kecil dan PLTGB (pembangkit listrik tenaga gasifikasi batubara) skala
kecil merupakan program untuk menggantikan pembangkit listrik berbahan-bakar BBM pada sistem
kelistrikan skala kecil yang belum dapat dilayani melalui grid extension dalam waktu cukup dekat.
Untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali, PLN telah merencanakan PLTU batubara kelas 1.000 MW dengan
teknologi ultra super critical15 untuk memperoleh efisiensi yang lebih baik dan emisi CO2 yang lebih
rendah. Penggunaan ukuran unit sebesar ini dimotivasi oleh manfaat economies of scale dan didorong
oleh semakin sulitnya memperoleh lahan untuk membangun pusat pembangkit skala besar di Pulau Jawa.
Pertimbangan lainnya adalah ukuran sistem Jawa Bali telah cukup besar untuk mengakomodasi unit
pembangkit kelas 1.000 MW.
Secara umum pemilihan lokasi pembangkit diupayakan untuk memenuhi prinsip regional balance. Regional
balance adalah situasi dimana kebutuhan listrik suatu region dipenuhi sebagian besar oleh pembangkit
yang berada di region tersebut dan tidak banyak tergantung pada transfer daya dari region lain melalui
saluran transmisi interkoneksi. Dengan prinsip ini, kebutuhan transmisi interkoneksi antar region akan
minimal.
Namun demikian kebijakan regional balance ini tidak membatasi PLN dalam mengembangkan pembangkit
di suatu lokasi dan mengirim energinya ke pusat beban melalui transmisi, sepanjang hal tersebut layak
secara teknis dan ekonomis. Hal ini tercermin dari adanya rencana untuk mengembangkan PLTU mulut
tambang skala besar di Sumatera Selatan dan menyalurkan sebagian besar energi listriknya ke pulau Jawa
melalui transmisi arus searah tegangan tinggi (high voltage direct current transmission atau HVDC)16. Situasi
yang sama juga terjadi di sistem Sumatera, dimana sumber daya energi (batubara, panas bumi dan gas)
lebih banyak tersedia di Sumbagsel, sehingga di wilayah ini banyak direncanakan PLTU batubara dan PLTP
yang sebagian energinya akan ditransfer ke Sumbagut melalui sistem transmisi tegangan ekstra tinggi.
− Proyek pembangkit direncanakan sebagai proyek PLN apabila PLN telah mendapat pendanaan dari
lender, telah mempunyai kontrak EPC/penunjukan pemenang lelang EPC, atau ditugaskan oleh
pemerintah untuk melaksanakan sebuah proyek pembangkit.
− Proyek pembangkit direncanakan sebagai proyek IPP apabila PLN telah menandatangani PPA/Letter
of Intent, PLN telah menyampaikan usulan kepada pemerintah bahwa suatu proyek dikerjakan oleh
IPP, atau pengembang swasta telah memperoleh IUPTL dari Pemerintah.
− Proyek pembangkit yang belum direncanakan sebagai proyek PLN atau IPP dimasukkan dalam
kelompok proyek “unallocated”.
− PLTP: Sesuai dengan peraturan dan perundangan di sektor panas bumi, pengembangan PLTP pada
umumnya didorong untuk dikembangkan oleh swasta dengan proses pemenangan WKP melalui
14 Ramping rate adalah kemampuan pembangkit dalam mengubah output-nya, dinyatakan dalam % per menit, atau MW per menit.
15 PLTU ultra super critical merupakan jenis clean coal technology (CCT) yang telah matang secara komersial. Jenis CCT lainnya, yaitu
Integrated Gassification Combined Cycle (IGCC) diperkirakan baru akan matang secara komersial setelah tahun 2024.
16 Persyaratan untuk melaksanakan proyek interkoneksi Sumatera – Jawa ini adalah kebutuhan listrik di seluruh wilayah Sumatera
telah terpenuhi dengan cukup.
12
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan saluran transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya keseimbangan antara
kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir secara efisien dengan memenuhi
kriteria keandalan tertentu. Disamping itu pengembangan saluran transmisi juga dimaksudkan sebagai
usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan pelayanan dan fleksibilitas operasi.
Proyek transmisi pada dasarnya dilaksanakan oleh PLN, kecuali beberapa transmisi terkait dengan
pembangkit milik IPP yang sesuai kontrak PPA dilaksanakan oleh pengembang IPP. Namun demikian,
terbuka opsi proyek transmisi untuk juga dapat dilaksanakan oleh swasta dengan skema bisnis tertentu,
misalnya build lease transfer (BLT)19. Opsi tersebut dibuka atas dasar pertimbangan keterbatasan
kemampuan pendanaan investasi PLN dan pertimbangan perusahaan swasta dapat lebih fleksibel dalam
hal mengurus perizinan dan pembebasan lahan.
Sejalan dengan kebijakan pengembangan pembangkitan untuk mentransfer energi listrik dari wilayah yang
mempunyai sumber energi primer tinggi ke wilayah lain yang mempunyai sumber energi primer terbatas,
maka sistem Sumatera yang pada saat ini tengah berkembang pesat memerlukan jaringan interkoneksi
utama (backbone) yang kuat mengingat jarak geografis yang sangat luas. Sebagai dampak dari kebijakan
tersebut, dalam RUPTL ini direncanakan pembangunan jaringan interkoneksi dengan tegangan 275 kV AC
pada tahap awal di koridor barat Sumatera dan tegangan 500 kV AC pada saat diperlukan di koridor timur
Sumatera.
Pembangunan interkoneksi point-to-point jarak jauh, melalui laut dan berkapasitas besar memerlukan
teknologi transmisi daya arus searah (HVDC). Kebijakan PLN dalam memilih tegangan transmisi HVDC
adalah mengadopsi tegangan yang banyak digunakan di negara lain, yaitu 500 kV DC dan 250 kV DC20.
Kebijakan utama lainnya adalah pembangunan sistem transmisi dilaksanakan dengan mempertimbangkan
pertumbuhan beban hingga 10 tahun ke depan.
Pada jaringan yang memasok ibukota negara direncanakan looping antar sub-sistem dengan pola operasi
terpisah untuk meningkatkan keandalan pasokan.
Pada saluran transmisi yang tidak memenuhi kriteria keandalan N–1 akan dilaksanakan reconductoring dan
uprating.
Perluasan jaringan transmisi dari grid yang telah ada untuk menjangkau sistem isolated yang masih dilayani
PLTD BBM (grid extension) dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan teknis.
17 Total project PLTP adalah proyek dimana sisi hulu (uap) dan hilir (pembangkit listrik) dikerjakan oleh pengembang dan PLN hanya
membeli listrik.
18 Yaitu Pertamina mengembangkan sisi hulu dan PLN membangun power plant, atau Pertamina mengembangkan PLTP sebagai total
project dan PLN membeli listriknya.
19 Skema BLT (build lease transfer) adalah transmisi dibangun dan didanai oleh swasta, termasuk pembebasan lahan dan perizinan
ROW, dan PLN mengoperasikan serta membayar sewa sesuai tarif yang disepakati dan setelah periode waktu tertentu aset trans-
misi akan ditransfer menjadi milik PLN.
20 Berbeda dengan teknologi HVAC yang mempunyai standar tegangan internasional dan nasional, teknologi HVDC tidak mempunyai
standar tegangan. Pemilihan tegangan HVDC disesuaikan dengan kapasitas daya yang akan disalurkan dan kelas kabel (kabel laut)
yang banyak digunakan di dunia, misalnya 500 kV DC (India, Kanada), 250 kV DC (Jepang, Swedia).
13
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pemilihan teknologi seperti jenis menara transmisi, penggunaan tiang, jenis saluran (saluran udara, kabel
bawah tanah, kabel laut) dan perlengkapannya (pemutus, pengukuran dan proteksi) mempertimbangkan
aspek keekonomian jangka panjang, dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih baik, dengan
memenuhi standar SNI, SPLN atau standar internasional yang berlaku.
Untuk meningkatkan pelayanan dan mengantisipasi kebutuhan tenaga listrik yang semakin besar di
kabupaten-kabupaten yang tersebar dan belum dilayani dari jaringan tegangan tinggi, dalam RUPTL ini
terdapat rencana pembangunan GI-GI baru di beberapa kabupaten. Perencanaan GI-GI baru tersebut
tetap mempertimbangkan kelayakan teknis dan ekonomis.
Fokus pengembangan dan investasi sistem distribusi secara umum diarahkan pada 4 hal, yaitu: perbaikan
tegangan pelayanan, perbaikan SAIDI dan SAIFI, penurunan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan
yang tua. Kegiatan berikutnya adalah investasi perluasan jaringan untuk melayani pertumbuhan dan
perbaikan sarana pelayanan.
Pemilihan teknologi seperti jenis tiang (beton, besi atau kayu), jenis saluran (saluran udara, kabel bawah
tanah), sistem jaringan (radial, loop atau spindle), perlengkapan (menggunakan recloser atau tidak),
termasuk penggunaan tegangan 70 kV sebagai saluran distribusi ke pelanggan besar, ditentukan oleh
manajemen unit melalui analisis dan pertimbangan keekonomian jangka panjang dan pencapaian tingkat
mutu pelayanan yang lebih baik, dengan tetap memenuhi standard SNI atau SPLN yang berlaku.
Pembangunan listrik perdesaan merupakan penugasan Pemerintah kepada PLN untuk melistriki
masyarakat perdesaan yang pendanaannya diperoleh dari APBN, dan diutamakan pada provinsi dengan
rasio elektrifikasi yang masih rendah. Kebijakan yang diambil oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
(DJK) dan PLN dalam pembangunan listrik desa untuk menunjang rasio elektrifikasi 80% dan desa berlistrik
98,9% di tahun 2014 sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Departemen ESDM 2010-
2014 adalah:
14
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk lebih optimal lagi dalam memanfaatkan energi baru dan
terbarukan (EBT) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2010 mengenai penugasan
Pemerintah kepada PLN untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan
menggunakan energi terbarukan, batubara dan gas serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 02/2010 jo Peraturan Menteri ESDM No. 15/2010 jo Peraturan Menteri ESDM No. 01/2012,
maka PLN akan memprioritaskan pengembangan panas bumi dan tenaga air. Kedua jenis energi baru ini
dapat masuk ke sistem tenaga listrik kapan saja mereka siap, walaupun dengan tetap memperhatikan
kebutuhan demand dan adanya rencana pembangkit yang lain.
Kebijakan ini tidak membatasi PLN untuk merencanakan sebuah proyek PLTA tanpa menganut prinsip
demand driven22 demi mencapai suatu tujuan khusus tertentu, walaupun hal ini hanya dilakukan
secara sangat terbatas dan selektif. Dalam konteks ini PLN merencanakan pembangunan PLTA Baliem
berkapasitas 50 MW23 untuk melistriki 7 kabupaten baru di dataran tinggi Pegunungan Tengah yang sama
sekali belum memiliki listrik. Proyek ini diharapkan akan mendorong kegiatan ekonomi di daerah tersebut
untuk pengolahan sumber daya alam sejalan dengan tujuan MP3EI di koridor Papua – Maluku.
Berdasar kebijakan tersebut PLN dalam RUPTL ini merencanakan pengembangan panas bumi yang sangat
besar, pembangkit tenaga air skala besar, menengah dan kecil serta EBT skala kecil tersebar berupa
PLTS, PLTB, biomasa, biofuel dan gasifikasi batubara (energi baru). PLN juga mendorong penelitian dan
pengembangan EBT lain seperti thermal solar power, arus laut, OTEC (ocean thermal energy conversion),
dan fuel cell.
Khusus mengenai PLTS, PLN mempunyai kebijakan untuk mengembangkan centralized PV untuk melistriki
banyak komunitas terpencil yang jauh dari grid pada daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan yang
berbatasan dengan negara tetangga dan pulau-pulau terluar lainnya. Hal ini didorong oleh semangat PLN
untuk memberi akses ke tenaga listrik yang lebih cepat kepada masyarakat di daerah terpencil. Lokasi
centralized PV/PLTS komunal dipilih setelah mempertimbangkan faktor tekno-ekonomi seperti biaya
21 PLTS: Pembangkit Listrik Tenaga Surya, PLTB: Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
22 Demand driven adalah sebuah pendekatan perencanaan yang mensyaratkan adanya jaminan demand listrik yang cukup untuk men-
justifikasi kelayakan sebuah proyek pembangkit.
23 Dapat dikembangkan menjadi 100 MW.
15
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sesuai misi PLN ”menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan”, dan sejalan dengan komitmen
nasional tentang pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), PLN akan melakukan upaya pengurangan
emisi GRK dari semua kegiatan ketenagalistrikan.
PLN telah berpengalaman mengembangkan proyek yang dapat menghasilkan kredit karbon, baik
dalam kerangka UNFCCC maupun di luar kerangka UNFCCC. Oleh karena itu kebijakan PLN terkait
mitigasi perubahan iklim adalah untuk terus memanfaatkan pendanaan karbon guna mendukung
kelayakan ekonomi proyek-proyek rendah karbon, terutama PLTP dan PLTA.
16
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Penjualan tenaga listrik pada lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 8,5% per tahun sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata penjualan listrik di Jawa Bali (6,3% per tahun)
relatif lebih rendah daripada pertumbuhan rata-rata di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua
dan Nusa Tenggara.
Pertumbuhan penjualan yang rendah di Jawa Bali pada tahun 2007 disebabkan oleh adanya pengendalian
penjualan akibat keterbatasan kapasitas pembangkit pada tahun tersebut26. Selanjutnya pada tahun 2008
mulai terjadi krisis finansial global hingga akhir tahun 2009 yang menyebabkan penjualan tenaga listrik
tahun 2009 hanya tumbuh 3,3%. Pertumbuhan di Jawa pulih kembali dari dampak krisis keuangan global
mulai tahun 2010.
Penjualan tenaga listrik di Sumatera tumbuh jauh lebih tinggi, yaitu rata-rata 9,6% per tahun. Pertumbuhan
ini tidak seimbang dengan penambahan kapasitas pembangkit yang hanya tumbuh rata-rata 5,2% per
tahun, sehingga di banyak daerah terjadi krisis daya yang kronis hingga tahun 2009 dan diatasi dengan
sewa pembangkit sepanjang tahun 2010.
Penjualan tenaga listrik di Kalimantan tumbuh rata-rata 9,2% per tahun, sedangkan penambahan kapasitas
pembangkit rata-rata hanya 1% per tahun, sehingga di banyak daerah terjadi krisis daya dan penjualan
dibatasi.
Penjualan tenaga listrik di Sulawesi tumbuh rata-rata 9,6% per tahun, sementara penambahan kapasitas
pembangkit rata-rata hanya 2,7% per tahun. Hal ini telah mengakibatkan krisis penyediaan tenaga listrik
yang cukup parah hingga tahun 2009 khususnya di Sulawesi Selatan, dan pada tahun 2010 diatasi dengan
sewa pembangkit.
Hal yang sama terjadi di daerah Indonesia Timur lainnya, yaitu Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara.
Pertumbuhan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur diperkirakan masih berpotensi
untuk meningkat lebih tinggi karena daftar tunggu yang tinggi akibat keterbatasan pasokan dan rasio
elektrifikasi yang akan terus ditingkatkan.
18
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Realisasi jumlah pelanggan selama tahun 2007–2011 mengalami peningkatan dari 37,2 juta menjadi 45,6
juta atau bertambah rata-rata 1,68 juta tiap tahunnya. Penambahan pelanggan terbesar masih terjadi
pada sektor rumah tangga, yaitu rata-rata 1,6 juta per tahun, diikuti sektor bisnis dengan rata-rata 87 ribu
pelanggan per tahun, sektor publik rata-rata 45 ribu pelanggan per tahun, dan terakhir sektor industri
rata-rata 700 pelanggan per tahun. Tabel 3.2 menunjukkan perkembangan jumlah pelanggan PLN menurut
sektor pelanggan dalam lima tahun terakhir.
Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah berlistrik dibagi dengan jumlah
rumah tangga yang ada. Perkembangan rasio elektrifikasi secara nasional dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, yaitu dari 60,8% pada tahun 2007 menjadi 71,2% pada tahun 2011.
Pada periode tersebut kenaikan rasio elektrifikasi pada wilayah-wilayah Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan pulau lainnya diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Pada Tabel tersebut terlihat bahwa terjadi pertumbuhan rasio elektrifikasi yang tidak merata pada masing-
masing daerah, dengan rincian sebagai berikut:
• Sumatera: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan sekitar 2,5% per tahun.
• Sulawesi: pertumbuhan rasio elektrifikasinya sekitar 2,6% per tahun. Rasio elektrifikasi naik cukup
tajam pada tahun 2010 karena adanya pembangkit sewa.
• Jawa Bali: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan sekitar 1,2% per tahun.
• Kalimantan: rasio elektrifikasi mengalami kenaikan cukup signifikan mulai tahun 2009 karena
teratasinya masalah pembangkitan dengan adanya beberapa pembangkit sewa.
• Indonesia bagian Timur: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan 2,7% per tahun. Kesulitan utama
adalah keterbatasan kemampuan pembangkit dan situasi geografis yang tersebar.
Pertumbuhan beban puncak sistem Jawa Bali dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.4. Dari
Tabel tersebut dapat dilihat bahwa beban puncak tumbuh relatif rendah, yaitu rata-rata 5,2%, dengan
load factor cenderung meningkat, hal ini dicerminkan juga oleh pertumbuhan energi yang relatif tinggi,
19
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Informasi mengenai pertumbuhan beban puncak 5 tahun terakhir untuk sistem kelistrikan di luar Jawa Bali
tidak dapat disajikan seperti di atas karena sistem kelistrikan di luar Jawa Bali masih terdiri dari beberapa
subsistem yang beban puncaknya non coincident.
Pada tahun 2011 kapasitas terpasang pembangkit PLN dan IPP di Indonesia adalah 34.329 MW yang terdiri
dari 26.664 MW di sistem Jawa-Bali dan 7.665 MW di sistem-sistem kelistrikan Wilayah Operasi Indonesia
Barat dan Indonesia Timur. Pembangkit sewa tidak termasuk dalam angka tersebut.
Kapasitas terpasang pembangkit milik PLN dan IPP yang tersebar di sistem- sistem Indonesia Barat dan
Indonesia Timur pada saat ini adalah 7.611 MW dengan perincian ditunjukkan pada Tabel 3.5. Kapasitas
pembangkit tersebut sudah termasuk IPP dengan kapasitas 1.007 MW. Walaupun kapasitas terpasang
pembangkit adalah 7.611 MW, kemampuan netto dari pembangkit tersebut lebih rendah dari angka
tersebut karena banyak PLTD yang telah berusia lebih dari 10 tahun dan mengalami derating28.
Tabel 3.5. Kapasitas Terpasang Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur (MW) Tahun 2011 29
Aceh 217,5 0,0 0,0 0,0 1,8 0,0 219,0 0,0 219,0
Sumatera Utara 37,6 203,5 203,5 0,0 490,0 140,0 871,0 183,0 11,0 1.065,0
Sumatera Barat 32,8 54,0 817,9 200,0 254,2 0,0 1.359,0 0,0 1.359,0
Kep. Riau 81,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 82,0 82,0
Sumatera Selatan 30,9 175,5 175,5 40,0 285,0 0,0 531,0 230,0 227,0 988,0
Bangka Belitung 91,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 92,0 92,0
Kalimantan Barat 194,8 34,0 34,0 0,0 0,0 1,6 230,0 230,0
Kalimantan
125,8 21,0 21,0 0,0 130,0 30,0 307,0 307,0
Selatan
20
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kalimantan Timur 223,9 38,4 38,4 60,0 0,0 0,0 322,0 45,0 45,0 367,0
Sulawesi Utara 73,3 0,0 0,0 0,0 10,0 55,4 199,0 3,0 3,0 202,0
Gorontalo 31,7 0,0 0,0 0,0 0,0 1,5 33,0 0,0 33,0
Sulawesi Tengah 110,2 0,0 0,0 0,0 30,0 8,6 149,0 27,0 3,0 30,0 179,0
Sulawesi Selatan 72,7 122,72 122,7 0,0 12,5 151,1 359,0 60,0 60,0 135,0 12,0 267,0 626,0
Sulawesi Barat 6,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,0 6,0
Sulawesi Teng-
89,7 0,0 0,0 0,0 0,0 1,6 91,0 91,0
gara
Maluku Utara 62,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 62,0 62,0
Papua Barat 53,7 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 56,0 0,0 56,0
NTB 144,8 0,0 0,0 0,0 0,9 0,0 146,0 0,0 146,0
NTT 137,5 0,0 0,0 0,0 1,1 0,0 139,0 0,0 139,0
TOTAL 2.344,5 804,9 917,9 1.357,5 1.119,2 60,0 6.604,0 60,0 365,0 310,0 201,0 11,0 1.007,0 7.611,0
Beban puncak sistem kelistrikan Indonesia Barat dan Indonesia Timur mencapai 6.620 MW pada tahun
2011. Jika beban puncak dibandingkan dengan daya mampu pembangkit pada saat ini dan apabila
menerapkan kriteria cadangan 40%, maka diperkirakan terjadi kekurangan sekitar 2.000 MW.
Untuk menanggulangi kekurangan pembangkit tersebut, hampir seluruh unit usaha PLN di Indonesia barat
dan Timur telah melakukan sewa pembangkit. Kapasitas pembangkit sewa yang ada di Wilayah Operasi
Indonesia Barat dan Indonesia Timur pada tahun 2011 mencapai 3.031 MW sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 3.6.
21
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pembangkit baru yang masuk ke sistem Jawa-Bali pada tahun 2011 adalah PLTU Indramayu Unit 1-3
(3x300 MW), PLTU Suralaya Unit 8 (625 MW), PLTU Tanjung Jati B Unit 3 (660 MW), PLTD Pesanggaran
BOT (50 MW) dan PLTG Cikarang Listrindo (150 MW), dengan kapasitas tambahan total sebesar 2.385 MW.
Penambahan pasokan daya pembangkit tersebut membantu meningkatkan kemampuan pasokan sistem
Jawa Bali menjadi total sebesar 26.664 MW.
Rincian kapasitas pembangkit sistem Jawa-Bali berdasarkan jenis pembangkit dapat dilihat pada Tabel
3.7.
Jumlah
No Jenis Pembangkit PLN IPP
MW %
1 PLTA 2.392 150 2.542 10%
2 PLTU 107 3.012 137 51%
3 PLTG 2.035 300 2.335 9%
4 PLTGU 6.916 0 6.916 26%
5 PLTP 375 685 1.060 4%
5 PLTD 105 0 105 0%
Jumlah 22.517 4.147 26.664 100%
Sistem penyaluran di Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Timur dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
menunjukkan perkembangan yang cukup berarti terutama di sistem Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
dengan selesainya beberapa proyek transmisi. Sedangkan pulau lainnya, yaitu Nusa Tenggara Timur,
Maluku, dan Papua belum memiliki saluran transmisi.
Pembangunan gardu induk meningkat rata-rata 6,5% per tahun dalam periode 2007–2011, dimana
kapasitas terpasang gardu induk pada tahun 2007 sekitar 7.916 MVA meningkat menjadi 10.502 MVA pada
tahun 2011.
Pada Tabel 3.8 diperlihatkan perkembangan kapasitas trafo pada gardu induk di sistem Indonesia Barat
dan Indonesia Timur selama 5 tahun terakhir.
22
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Tabel 3.9 menunjukkan bahwa pembangunan sarana transmisi meningkat rata-rata 3,9% per tahun dalam
kurun waktu 2007-2011, dimana panjang saluran transmisi pada tahun 2007 sekitar 12.626 kms meningkat
menjadi 15.118 kms pada tahun 2011.
Perkembangan kapasitas trafo gardu induk dan sarana penyaluran sistem Jawa Bali untuk 5 tahun terakhir
ditunjukkan pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11.
32 Sumber: Statistik PT PLN (Persero) tahun 2011 untuk kapasitas pembangkit PLN.
33 Sumber: Statistik PT PLN (Persero) tahun 2011 untuk kapasitas pembangkit PLN.
34 Sumber: Statistik PT PLN (Persero) tahun 2011 untuk kapasitas pembangkit PLN.
23
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Keseimbangan kapasitas pembangkit dengan kapasitas trafo interbus (IBT) dan trafo GI per sistem
tegangan 500 kV, 150 kV dan 70 kV dalam kurun waktu 5 tahun terakhir diperlihatkan oleh Tabel 3.12.
Berikut ini diberikan perbaikan susut jaringan dan keandalan sistem distribusi pada lima tahun terakhir.
Realisasi rugi jaringan distribusi PLN mulai tahun 2007 cenderung menurun sejalan dengan usaha-usaha
menekan susut jaringan seperti terlihat pada Tabel 3.13.
Realisasi keandalan pasokan listrik kepada konsumen yang diukur dengan indikator SAIDI dan SAIFI36
jaringan PLN pada lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Gambaran mengenai kondisi kelistrikan saat ini yang lebih detail dapat dilihat pada Lampiran A, B dan C
yang menampilkan kondisi kelistrikan per provinsi.
Masalah mendesak yang saat ini dihadapi PLN antara lain upaya memenuhi daerah-daerah yang kekurangan
pasokan listrik dan mengganti pembangkit berbahan bakar minyak dengan bahan bakar non minyak serta
melistriki daerah yang belum mendapatkan pasokan listrik, termasuk daerah-daerah perbatasan dan
terpencil, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
35 Sumber : Laporan Evaluasi Operasi Tahunan P3B Jawa Bali tahun 2011
36 SAIDI adalah System Average Interruption Duration Index, SAIFI adalah System Average Interruption Frequency Index
24
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pada saat ini hampir 100% pasokan listrik di Kalimantan Barat bersumber dari pembangkit berbahan
BBM. Kecukupan dan keandalan pasokan masih relatif rendah dengan cadangan pembangkitan yang tidak
memadai. Kebutuhan listrik untuk daerah perdesaan di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Sarawak
juga masih belum tercukupi.
Sistem kelistrikan di wilayah operasi Indonesia Timur tahun 2011 banyak yang dalam kondisi krisis termasuk
pada sistem-sistem yang melayani ibukota Provinsi yaitu sistem Barito dan Mahakam di Kalimantan, sistem
Sulsel, Kendari, Minahasa-Gorontalo dan Palu di Sulawesi, sistem Lombok, Ambon, Ternate dan sistem
Jayapura. Sistem-sistem tersebut beroperasi dalam kondisi tanpa cadangan yang cukup sehingga apabila
terjadi gangguan pada salah satu pembangkit akan mengakibatkan pemadaman.
Demikian juga dengan kondisi sistem kecil yang melayani ibukota kabupaten, beberapa diantaranya
mengalami krisis dan bahkan sebagian diantaranya sudah mengalami defisit daya sehingga sering terjadi
pemadaman.
Realisasi operasi sistem kelistrikan Jawa Bali sepanjang tahun 2011 pada umumnya berjalan normal dan
aman, namun selama perioda beban puncak mengalami defisit daya sebanyak 165 kali sehingga dilakukan
load curtailment, dan 104 kali dalam kondisi kurang cadangan operasi. Hidrologi waduk kaskade Citarum
selama tahun 2011 termasuk kategori kering, sehingga hanya berpoduksi 75% dari rencana. Transfer
listrik dari region timur/tengah ke region barat masih dalam batas termal dan stabilitas. Sebagian besar
GITET 500 kV mengalami tegangan di bawah standar37, demikian juga dengan GI 150 kV. Namun demikian
masih terdapat banyak ruas transmisi 150 kV yang pembebannya telah melampaui kriteria keadalan N-1,
terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembebanan sebagian besar trafo IBT 500/150 kV telah sangat
tinggi, yaitu mendekati 80%-100%, demikian pula halnya dengan pembebanan trafo 150/20 kV.
Kondisi kekurangan pasokan penyediaan tenaga listrik di wilayah operasi Indonesia Barat dan Timur pada
dasarnya disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian proyek pembangkit tenaga listrik, baik proyek PLN
maupun IPP.
Kondisi jangka pendek yang perlu diatasi adalah memenuhi kekurangan pasokan dan menggantikan
pembangkit BBM eksisting yang tidak efisien serta menaikkan rasio elektrifikasi secara cepat pada daerah
yang elektrifikasinya tertinggal.
Tindakan yang telah dilakukan oleh PLN untuk menanggulangi hal tersebut meliputi sewa pembangkit,
pembelian energi listrik dari IPP skala kecil, bermitra/kerjasama operasi pembangkit dengan Pemda
setempat, pembelian excess power, percepatan pembangunan PLTU batubara PerPres 71/2006,
membangun saluran transmisi, mengamankan kontinuitas pasokan energi primer dan memasang
beberapa PLTS centralized dan solar home system secara terbatas.
Untuk membantu mengatasi permasalahan pasokan listrik, PLN telah membeli semua potensi excess
power yang ada, namun jumlahnya masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan, sehingga PLN perlu
menambahnya dengan menyewa pembangkit sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.6.
3.5.2. Masalah Mendesak Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Hal – hal yang mendesak pada wilayah operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur adalah sebagai berikut.
Pembangkitan
• Mempercepat pembangunan gardu induk dan IBT 275/150 kV pada sistem transmisi 275 kV di jalur
barat Sumatera (Lahat - Lubuk Linggau – Bangko - Muara Bungo – Kiliranjao).
• Mempercepat pembangunan transmisi 275 kV Kiliranjao – Payakumbuh – Padang Sidempuan dan
Payakumbuh - Garuda Sakti.
• Mempercepat penyelesaian konstruksi transmisi 275 kV Simangkok – Galang dan IBT 275/150 kV di
Galang.
• Mempercepat konstruksi transmisi 275 kV PLTU Pangkalan Susu – Binjai dan IBT 275/150 kV di Binjai
yang harus dapat beroperasi seiring dengan beroperasinya PLTU Pangkalan Susu pada tahun 2014.
• Mempercepat pembangunan transmisi 275 kV jalur timur Sumatera dari Betung – New Aur Dur.
26
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Hal – hal yang mendesak untuk diselesaikan pada sistem Jawa-Bali meliputi antara lain:
27
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Menurut Badan Geologi Kementerian ESDM pada tahun 2010, sumber daya batubara Indonesia adalah
104,8 milyar ton yang tersebar terutama di Kalimantan (51.9 milyar ton) dan Sumatera (52,5 milyar ton),
namun cadangan batubara dilaporkan hanya 21,1 milyar ton (Kalimantan 9,9 milyar ton, Sumatera 11,2
milyar ton).
Sekitar 22% dari batubara Indonesia berkualitas rendah (low rank) dengan kandungan panas kurang dari
5100 kkal/kg, sebagian besar (66%) berkualitas medium (antara 5100 dan 6100 kkal/kg) dan hanya sedikit
(12%) yang berkualitas tinggi (6100–7100 kkal/kg). Angka ini dalam adb (ash dried basis)39. Walaupun
cadangan batubara Indonesia tidak terlalu besar, namun tingkat produksi batubara sangat tinggi, yaitu
mencapai 370 juta ton pada tahun 201140. Sebagian besar dari produksi batubara tersebut diekspor ke
China, India, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan dan negara lain41. Produksi pada tahun-tahun mendatang
diperkirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan domestik dan semakin menariknya
pasar batubara internasional. Jika tingkat produksi tahunan adalah 400 juta ton, maka seluruh cadangan
batubara Indonesia yang 21,1 milyar ton diatas akan habis dalam waktu sekitar 50 tahun apabila tidak
dilakukan eksplorasi baru. Untuk menjamin pasokan kebutuhan domestik yang terus meningkat,
Pemerintah telah menerapkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) yang mewajibkan produsen
batubara untuk menjual sebagian produksinya ke pemakai dalam negeri.
PLN pada saat ini telah dapat mengelola pasokan batubara dengan lebih baik dari aspek kecukupan
dan kualitas. Harga batubara di pasar internasional yang cenderung turun sepanjang tahun 2012 akibat
melemahnya demand batubara global telah membuat ketersediaan batubara untuk pasar domestik
meningkat.
Dalam RUPTL tahun 2012-2021 ini terdapat rencana pengembangan beberapa PLTU mulut tambang di
Sumatera. Definisi PLTU mulut tambang di sini adalah PLTU batubara yang berlokasi di dekat tambang
batubara low rank yang tidak mempunyai infrastruktur transportasi yang memungkinkan batubara
diangkut ke pasar secara besar-besaran, sehingga batubara low rank di tambang tersebut pada dasarnya
menjadi tidak tradable. Dengan definisi seperti itu, harga batubara untuk PLTU mulut tambang diharapkan
ditetapkan dengan formula cost plus.
PLTU batubara dirancang untuk memikul beban dasar sejalan dengan harga batubara yang relatif
rendah dibandingkan harga bahan bakar fosil lainnya. Namun pembakaran batubara menghasilkan emisi
karbon dioksida yang menimbulkan efek pemanasan global, disamping menghasilkan polusi partikel dan
limbah kimia yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan lokal. Dengan demikian
pengembangan pembangkit listrik berbahanbakar batubara memperhatikan dampak lingkungan yang
ditimbulkannya. Penggunaan teknologi ultra-supercritical pada PLTU menjadi perhatian PLN dalam
merencanakan PLTU skala besar di pulau Jawa. Teknologi batubara bersih (clean coal technology) lainnya,
yaitu IGCC (integrated gasification combined cycle) dan CCS (carbon capture & storage) belum direncanakan
dalam RUPTL ini karena teknologi ini belum matang secara teknis dan komersial.
Walaupun Indonesia bukan merupakan pemilik cadangan gas alam yang terbesar dalam skala dunia, namun
cadangan gas alam di Indonesia cukup besar, yaitu diperkirakan 164,99 Tscf yang tersebar terutama di
kepulauan Natuna (53,06 Tscf), Sumatera Selatan (26,68 Tscf), dan Kalimantan Timur (21,49 Tscf) serta
Tangguh di Irian Jaya yang diperkirakan setara dengan cadangan di Natuna.
39 Angka calorific value yang sering dipakai oleh PLN dalam rangka desain PLTU adalah menggunakan standar GAR (gross as received).
Perbedaan antara adb dan GAR dapat dihitung sesuai dengan nilai TM (total moisture), namun secara rata-rata dapat dikatakan nilai
GAR sekitar 1000 s.d 1300 lebih kecil dari adb.
40 Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia dalam Indonesia Finance Today, tanggal 7 Februari 2012.
41 Website Indoanalisis pada tanggal 9 Juni 2012, http://www.indoanalisis.com/2012/06/tren-ekspor-batubara-semakin-tinggi-dan-
sulit-di-stop/
30
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
PGN (GSA) 79 79 79 79 79 79
PHE ONWJ 15 15 15 15
CNOOC (GSA) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
Jumlah 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110
Petronas (Approval GSA) 111 116 116 116 116 116 116 116
Hess (GSA) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
MKS (GSA) 22 22
5 Gresik
WNE (GSA)
Ext Kodeco 100 100 100 100 100 100 100 100
Jumlah 292 312 280 210 210 210 210 210 210 210
Jumlah 80 80 80 80 50 50 40 20 20 20
Jumlah Pasokan Gas di Jawa 886 943 1.009 909 836 770 681 639 639 639
Berikut ini situasi pasokan gas untuk pembangkit utama PLN di sistem Jawa Bali.
Dibandingkan dengan RUPTL tahun sebelumnya, pasokan gas untuk Muara Karang dan Priok pada RUPTL
2012-2021 mengalami penurunan menjadi sebagai berikut.
31
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Mengingat peran Muara Karang dan Priok sangat strategis dalam memasok kota Jakarta dan peran
tersebut tidak dapat digantikan oleh pembangkit lain di luar area Jakarta, maka hingga tahun 2021 kedua
pembangkit tersebut harus senantiasa dioperasikan dengan output yang tinggi (bersifat must run). Untuk
mengoperasikan kedua pusat pembangkit tersebut akan dibutuhkan gas dalam jumlah yang lebih besar
daripada yang ditunjukkan dalam Tabel 4.1. Defisit pasokan gas ini akan dijelaskan lebih lanjut pada
Lampiran C1.4 mengenai Neraca Energi.
Muara Tawar
Pasokan gas untuk Muara Tawar dalam RUPTL ini diperkirakan lebih tinggi dari RUPTL sebelumnya karena
diharapkan akan tersedia tambahan pasokan gas dari perpanjangan kontrak yang sudah ada. Pembangkit
Muara Tawar ini juga bersifat must run dengan tingkat produksi yang tinggi, sehingga diperkirakan akan
terjadi defisit gas sebagaimana akan dijelaskan pada Lampiran C1.4.
Tambak Lorok
Pada tahun 2013 akan ada pasokan gas untuk Tambak Lorok dari lapangan Gundih sebesar 50 bbtud.
PLN sangat berharap untuk mendapatkan tambahan pasokan dari lapangan Kepodang (116 bbtud) yang
telah sangat lama menunggu dibangunnya pipa transmisi dari Kepodang ke Tambak Lorok oleh sebuah
perusahaan swasta.
Tabel 4.2 Perkiraan Pasokan Gas untuk Pembangkit PLN di Luar Jawa Bali
No Power Plants Gas Supplier 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Aceh Timur Medco Blok A - - 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Belawan, P. Pasir, Kambuna 13,0 5,0 - - - - - - - -
2 P. Brandan dan FSRU LNG Tangguh - - 110,0 110,0 110,0 110,0 110,0 110,0 110,0
110,0
Arun Anggor (Potensi) 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0
3 Teluk Lembu Kalila 9,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0
4 PLTG sewa Bentu Kalila Bentu (Potensi) 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
5 PLTG sewa Melibur Kondur (Potensi) 0,6 0,6 0,6 0,6
6 PLTG sewa Jabung Petro China (Potensi) 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0
Sungai Gelam EMP Sungai Gelam 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 - - -
7
PEP - TAC Sungai Gelam 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 - - - -
8 Simpang Tuan Perusda Jambi 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Payo Selincah Energasindo 18,0 18,0 18,0 18,0 18,0 18,0 18,0 - - -
9
Jambi Merang 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 - -
10 Jakabaring (CNG) PDPDE Sumsel 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 - -
11 Indralaya Medco E&P Indonesia 24,0 - - - - - - - - -
12 Talang Duku PGN 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 - - -
13 Borang Medco E&P Indonesia 15,0 15,0 - - - - - - - -
Keramasan Medco E&P Indonesia 22,0 22,0 - - - - - - - -
14
Pertamina EP 15,0 15,0 15,0 15,0 - - - - - -
PLTMG Duri Jambi Merang - 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 - -
15
PLTG Duri Relokasi Jambi Merang 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
16 Rengat Jambi Merang 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 - -
17 Bangka Peaker PLN Batam (mini LNG) 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 - -
18 Kalbar PLN Batam (mini LNG) - - - - - 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
19 Kalbar PLN Batam (mini LNG) - - - - - 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
20 Tanjung Batu TAC Semco 7,0 7,0 7,0 7,0 - - - - - -
21 Sambera TAC Semco - - - - - - - - - -
22 Tarakan Lap Bangkudulis (Potensi) 18,0 18,0 18,0 18,0 18,0 18,0
23 Nunukan Medco 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
24 CBM Sangata VICO 0,5 0,5 0,5 0,5
25 PLTG Kolonedale Job PTM-Medco Tiaka (Potensi) 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
26 Sengkang EEES 39,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0
27 Bangkanai Salamander 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0
28 Luwuk Job PTM-Medco Senoro (Potensi) 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
29 Gas Tersebar Pertamina EP Matindok (Potensi) 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0
30 KTI Tersebar Bontang (Potensi) 41,5 41,5 41,5 41,5 41,5 41,5 41,5 41,5 41,5
31 Makassar Peaker Sengkang (Wasambo) 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
32 Minahasa Peaker Senoro (Potensi) 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Jumlah 277,1 352,6 500,6 511,6 508,5 510,5 462,0 431,0 350,5 350,5
32
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pada tahun 2012 telah mulai beroperasi FSRU Jakarta untuk memasok pembangkit Muara Karang dan
Priok. Rencana FSRU Belawan telah dibatalkan oleh Pemerintah dan sebagai gantinya Pemerintah akan
merevitalisasi fasilitas LNG Arun sebagai storage dan regasifikasi LNG. Sumber LNG untuk FSRU Jakarta
pada saat ini berasal dari Bontang, dan sumber LNG untuk Arun direncanakan dari Tangguh. Pada saat ini
terdapat rencana Pemerintah cq PGN untuk membangun FSRU Lampung, namun PLN belum memperoleh
informasi yang cukup mengenai rencana tersebut.
PLN berupaya mengurangi pemakaian BBM yang dipakai pada pembangkit beban puncak dengan beralih
ke CNG atau LNG/ mini-LNG. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
Mengingat harga gas dari LNG sangat tinggi, maka gas ini hanya ekonomis untuk dipakai di pembangkit
peaking, bukan pembangkit beban dasar. PLN merencanakan pemanfaatan LNG untuk pembangkit beban
puncak dan pembangkit yang bersifat must-run di sistem kelistrikan Jawa-Bali dan Sumatera. Sedangkan di
Indonesia Timur dan Barat, PLN merencanakan pemanfaatan mini-LNG untuk pembangkit beban puncak.
Beberapa proyek pembangkit di Indonesia Barat yang akan menggunakan LNG adalah sebagai berikut.
• Arun: Sejalan dengan rencana pemerintah untuk merevitalisasi Arun, maka akan tersedia fasilitas
storage dan regasifikasi LNG di Arun. PLN bermaksud memanfaatkan gas dari Arun untuk pembangkit
peaker di Arun sebesar 200 MW dan di Pangkalan Brandan sebesar 200 MW. Gas dari Arun juga
akan disalurkan ke Belawan melalui pipa untuk mengoperasikan PLTGU Belawan yang telah ada dan
beberapa PLTG di Paya Pasir. Kebutuhan gas tersebut adalah sebanyak 12,5 bbtud untuk Arun, 12,5
bbtud untuk Pangkalan Brandan, 75 bbtud untuk Belawan dan 10 bbtud untuk Paya Pasir, sehingga
total gas yang dibutuhkan adalah 110 bbtud.
• Gas Jabung (Jambi): Terdapat potensi gas sebesar 20-30 bbtud dari lapangan Jabung untuk jangka
waktu 7 tahun. PLN menginginkan gas tersebut dapat dikonversi menjadi mini LNG untuk memenuhi
kebutuhan pembangkit beban puncak tersebar di Sumbagsel sebesar 500 MW pada tahun 2015.
• Simenggaris: PLN akan mengambil gas dari Simenggaris yang dijadikan LNG untuk memasok
pembangkit peaker di Kalimantan Timur, yaitu Tanjung Batu, Sambera dan Batakan.
• Untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit peaker di Indonesia Timur lainnya, PLN
memerlukan gas dalam bentuk mini LNG dari lapangan Sengkang (Wasambo) atau Pagerungan
atau KEI (Kangean) untuk dikirim ke pembangkit peaking di Makasar 150 MW, Manado 50 MW dan
Pesanggaran Bali 250 MW.
CNG pada mulanya dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi sumur-sumur gas dengan kapasitas relatif
kecil maupun sumur gas marginal, namun kemudian PLN juga memutuskan untuk menggunakan CNG skala
besar untuk pembangkit di Jawa. PLN telah memetakan potensi pemanfaatan CNG untuk pembangkit
peaking di Indonesia Barat, Indonesia Timur dan Jawa.
Saat ini sedang dibangun CNG storage oleh pemasok gas di Sumatera Selatan yang gasnya akan
dimanfaatkan untuk PLTG peaker Jaka Baring (50 MW), yang diharapkan mulai beroperasi pada akhir tahun
2012.
33
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pemanfaatan CNG di Indonesia Timur adalah pembangkit peaker Bangkanai di Kalimantan Tengah
(CNG stationary) dan Lombok (CNG marine).
Untuk pulau Jawa, kebutuhan gas dalam bentuk CNG adalah sebagai berikut: i) Grati sebanyak 30 bbtud
untuk PLTG peaking Grati, (ii) Tambak Lorok sebanyak 16 bbtud untuk mengoperasikan sebagian dari
PLTGU sebagai pembangkit peaking, (iii) Gresik sebanyak 20 bbtud untuk mengoperasikan pembangkit
peaking dan sebagian CNG untuk dikirim ke Lombok, (iv) Muara Tawar sebanyak 30 bbtud untuk memenuhi
kebutuhan operasi peaking.
Reserve gas CBM diperkirakan lebih besar daripada reserve gas konvensional, terutama di South Sumatera
Basin (183 Tcf) dan Kutai Basin. PLN berkeinginan untuk memanfaatkan gas non-konvensional ini apabila
telah tersedia dalam jumlah yang cukup. Studi yang telah dilakukan oleh PLN bersama Exxon-Mobil
mengenai pengembangan CBM di Kalimantan Selatan untuk kelistrikan di Indonesia telah memberikan
pemahaman mengenai keekonomian gas CBM ini.
Terdapat beberapa laporan studi mengenai resource dan reserve tenaga panas bumi di Indonesia yang
menyajikan angka-angka yang berbeda. Salah satunya adalah laporan studi oleh WestJEC pada tahun
2007 Master Plan Study for Geothermal Power Development in the Republic of Indonesia. Menurut laporan
tersebut, potensi panas bumi Indonesia yang dapat dieksploitasi adalah 9.000 MW, tersebar di 50 lapangan,
dengan potensi minimal 12.000 MW.
Dalam RUPTL ini terdapat rencana untuk mengembangkan banyak proyek PLTP, terutama di Sumatera,
Jawa dan beberapa di Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara dan Maluku. Dalam penugasan Pemerintah
kepada PLN untuk mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan energi terbarukan
sesuai Peraturan Presiden No. 4/2010 dan Peraturan Menteri ESDM No. 02/2010 jo Peraturan Menteri
ESDM No. 15/2010 jo Peraturan Menteri ESDM No. 01/201242 terdapat hampir 4000 MW proyek PLTP.
Pada kenyataannya proyek PLTP tersebut tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan, dan PLN berharap
masalah-masalah yang menghambat pengembangan panas bumi dapat segera diatasi.
Potensi tenaga air di Indonesia menurut Hydro Power Potential Study (HPPS) pada tahun 1983 adalah
75.000 MW, dan angka ini diulang kembali pada Hydro Power Inventory Study pada tahun 1993. Namun
pada laporan Master Plan Study for Hydro Power Development in Indonesia oleh Nippon Koei pada tahun
2011, potensi tenaga air setelah menjalani screening lebih lanjut43 adalah 26.321 MW, yang terdiri dari
proyek yang sudah beroperasi (4.338 MW), proyek yang sudah direncanakan dan sedang konstruksi
(5.956 MW) dan potensi baru (16.027 MW). Dalam laporan studi tahun 2011 tersebut, potensi tenaga air
diklasifikasikan dalam 4 kelompok sesuai tingkat kesulitannya, mulai dari tidak begitu sulit hingga sangat
sulit. Berdasarkan hal tersebut studi ini merekomendasikan daftar kandidat proyek PLTA seperti pada
Tabel 4.3.
42 Dikenal sebagai program percepatan pembangunan pembangkit tahap 2, atau fast track program phase 2 (FTP2).
43 Screening yang melihat kesulitan dari aspek status kehutanan (nature forest reserve), sosial (resettlement), luas reservoir.
34
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
35
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
COD yang dimaksud pada Tabel 4.3 adalah COD tercepat menurut master plan namun dapat diubah sesuai
kebutuhan.
PLN bermaksud akan mengembangkan sebagian besar dari potensi tenaga air tersebut sebagai proyek
PLN.
Bentuk EBT lainnya yang tersedia di Indonesia adalah biomasa, energi matahari dan energi kelautan.
Besarnya potensi dan pemanfaatan energi terbarukan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
36
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
4.6. Nuklir
Dalam RUPTL ini tidak terdapat program pengembangan tenaga nuklir untuk kelistrikan. Hal ini
terjadi karena dalam RUKN 2008-2027 dan draft RUKN 2012-2031 tidak diindikasikan adanya rencana
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Selain itu perencanaan sistem
pembangkit yang dilakukan oleh PLN menunjukkan keekonomian PLTN tidak dapat bersaing dengan jenis
pembangkit baseload lainnya, yaitu PLTU batubara kelas 1.000 MW ultra super-critical44.
Kesulitan terbesar dalam merencanakan PLTN adalah tidak jelasnya biaya kapital, biaya radioactive waste
management & decommisioning serta biaya terkait nuclear liability45. Untuk biaya kapital misalnya, sebuah
studi bersama antara PLN dan sebuah perusahaan listrik dari luar negeri pada tahun 2006 mengindikasikan
biaya pembangunan PLTN sebesar $ 1.700/kW (EPC saja) atau $ 2.300/kW (setelah memperhitungkan
biaya bunga pinjaman selama konstruksi). Angka tersebut kini dipandang terlalu rendah, karena menurut
berbagai laporan yang lebih baru, biaya pembangunan PLTN pada beberapa negara telah mencapai angka
yang jauh lebih tinggi.
Dengan semakin mahalnya harga BBM yang juga diikuti oleh kenaikan harga energi fosil lainnya dan
dengan semakin nyatanya ancaman perubahan iklim global sebagai akibat dari emisi karbon dioksida
dari pembakaran batubara atau energi fosil lainnya, sebetulnya telah membuat PLTN menjadi sebuah
opsi sumber energi yang sangat menarik untuk ikut berperan dalam memenuhi kebutuhan listrik di masa
depan. Apalagi apabila biaya proyek, biaya pengelolaan waste dan biaya decommisioning telah menjadi
semakin jelas.
Disadari bahwa pengambilan keputusan untuk membangun PLTN tidak semata-mata didasarkan pada
pertimbangan keekonomian dan profitability, namun juga pertimbangan lain seperti aspek politik,
kebijakan energi, keselamatan nuklir, penerimaan sosial, budaya, perubahan iklim dan perlindungan
lingkungan. Dengan adanya berbagai aspek yang multi dimensional tersebut, program pembangunan
PLTN hanya dapat diputuskan oleh Pemerintah.
37
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem Interkoneksi
Kriteria keandalan yang dipergunakan adalah Loss of Load Probability (LOLP) lebih kecil dari 0,274%46.
Hal ini berarti kemungkinan/probabilitas terjadinya beban puncak melampaui kapasitas pembangkit yang
tersedia adalah lebih kecil dari 0,274%.
Perhitungan kapasitas pembangkit dengan kriteria LOLP menghasilkan reserve margin tertentu yang
nilainya tergantung pada ukuran unit pembangkit (unit size), tingkat ketersediaan (availability) setiap unit
pembangkit, jumlah unit, dan jenis unit47.
Pada sistem Jawa Bali, kriteria LOLP < 0.274% adalah setara dengan reserve margin > 25-30% dengan basis
daya mampu netto48. Apabila dinyatakan dengan daya terpasang, maka reserve margin yang dibutuhkan
adalah sekitar 35%49.
Sedangkan untuk sistem-sistem di wilayah operasi Indonesia Timur dan Barat, reserve margin ditetapkan
sekitar 40% dengan mengingat jumlah unit pembangkit yang lebih sedikit, unit size yang relatif besar
dibandingkan beban puncak, derating yang prosentasenya lebih besar, dan pertumbuhan yang lebih tinggi
dibanding Jawa Bali.
Pembangkit energi terbarukan, khususnya panas bumi dan tenaga air, dalam proses optimisasi diperlakukan
sebagai fixed system (dipaksa/ditetapkan masuk sistem) pada tahun-tahun yang sesuai dengan kesiapan
proyek tersebut.
46 LOLP 0,274% adalah ekivalen dengan probabilitas 1 hari dalam setahun beban puncak tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas sistem
pembangkit yang ada.
47 Unit tenaga air yang outputnya sangat dipengaruhi oleh variasi musim akan mempunyai nilai EAF (equivalent availability factor) yang
berdampak besar pada LOLP dan ketercukupan energi.
48 Reserve margin (RM) didefinisikan sebagai kapasitas pembangkit (G) dibagi beban puncak (D) sesuai persamaan RM = (G/D -1) x
100%.
49 Dengan asumsi derating pembangkit sekitar 5%.
50 Yang dimaksud dengan proyek committed adalah proyek PLN yang telah jelas alokasi pendanaannya, dan proyek IPP yang telah
mempunyai Power Purchase Agreement (PPA) atau paling tidak telah ada Head of Agreement (HOA).
40
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Perencanaan pembangkitan pada sistem-sistem yang masih kecil dan belum interkoneksi (isolated) tidak
menggunakan metoda probabilistik maupun optimisasi keekonomian, namun menggunakan metoda
determinisitik. Pada metoda ini, perencanaan dibuat dengan kriteria N-2, yaitu cadangan minimum harus
lebih besar dari 1 unit terbesar pertama dan 1 unit terbesar kedua. Definisi cadangan disini adalah selisih
antara daya mampu total pembangkit yang ada dan beban puncak.
Suatu pembangkit tenaga listrik didesain untuk beroperasi secara ekonomis selama umur tekno-
ekonomisnya (economic life). Sebuah unit pembangkit dapat menjalani mid-life refurbishment untuk
mempertahankan kapasitas, efisiensi, menjaga kesiapan dan keandalan mesin yang sesuai sifatnya harus
dipelihara dan dilakukan penggantian parts yang aus. Kemudian, pada akhir umurnya sebuah pembangkit
masih dapat diperpanjang umurnya (life extension) dengan melakukan rehabilitasi/refurbishment pada
komponen-komponen tertentu.
Perencanaan transmisi dibuat dengan menggunakan kriteria keandalan N-1, baik statis maupun dinamis.
Kriteria N-1 statis mensyaratkan apabila suatu sirkit transmisi padam, baik karena mengalami gangguan
maupun dalam pemeliharaan, maka sirkit-sirkit transmisi yang tersisa harus mampu menyalurkan
keseluruhan arus beban, sehingga kontinuitas penyaluran tenaga listrik terjaga. Kriteria N-1 dinamis
mensyaratkan apabila terjadi gangguan hubung singkat 3 fasa yang diikuti oleh hilangnya satu sirkit
transmisi, maka tidak boleh menyebabkan kehilangan ikatan sinkron antara suatu kelompok generator
dan kelompok generator lainnya.
Kriteria yang pada umumnya diterapkan dalam RUPTL ini adalah kebutuhan penambahan kapasitas trafo
di suatu GI ditentukan pada saat pembebanan trafo mencapai 70%-80%.
Jumlah unit trafo yang dapat dipasang pada suatu GI dibatasi oleh ketersediaan lahan, kapasitas transmisi
dan jumlah penyulang keluar yang dapat ditampung oleh GI tersebut. Dengan kriteria tersebut suatu GI
dapat mempunyai 3 atau lebih unit trafo. Sebuah GI baru diperlukan jika GI-GI terdekat yang ada tidak
dapat menampung pertumbuhan beban lagi karena keterbatasan tersebut.
Pengembangan GI baru juga dimaksudkan untuk mendapatkan tegangan yang baik di ujung jaringan
tegangan menengah.
Pada RUPTL 2012-2021 ini juga direncanakan pembangunan GI minimalis, yaitu sebuah GI dengan
spesifikasi yang paling minimal (single busbar atau bahkan tanpa busbar; peralatan proteksi & kontrol,
supply AC/DC & battery dikemas dalam kontainer; tanpa operator) dan konfigurasi GI taping (single pi atau
41
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
• Membatasi panjang maksimum saluran distribusi (JTM dan JTR) untuk menjaga agar tegangan
pelayanan sesuai standar SPLN 72:1987.
• Konfigurasi JTM untuk kota-kota besar dapat berupa topologi jaringan yang lebih andal seperti
spindle, sementara konfigurasi untuk kawasan luar kota minimal berupa saluran radial yang dapat
dipasok dari 2 sumber.
• Mengendalikan susut teknis jaringan distribusi pada tingkat yang optimal.
• Program listrik desa dilaksanakan dalam kerangka perencanaan sistem kelistrikan secara menyeluruh
dan tidak memperburuk kinerja jaringan dan biaya pokok penyediaan.
Selain itu perencanaan sistem distribusi juga diarahkan untuk meningkatkan kontinuitas pasokan kepada
pelanggan (menekan SAIDI dan SAIFI) dengan upaya:
• Membangun SCADA Distribusi untuk ibukota propinsi dan kota-kota lain yang minimal dipasok oleh 2
Gardu Induk dan 15 feeder.
• Mengoptimalkan pemanfaatan recloser atau AVS yang terpasang di SUTM, dikoordinasikan dengan
reclosing relay penyulang di GI. Memonitor pengoperasian recloser atau AVS, dan menyempurnakan
metode pemeliharaan-periodiknya.
• Dimungkinkan menggunakan DAS (Distribution Automation System) pada daerah yang sangat padat
beban dan potensi pendapatan tinggi.
Sasaran perencanaan sistem distribusi adalah menyediakan sarana pendistribusian tenaga listrik yang
cukup, andal, berkualitas, efisien, dan susut teknis wajar.
Perencanaan kebutuhan fisik jaringan distribusi dikelompokkan dalam dua kegiatan, yaitu penyambungan
pelanggan dan perkuatan distribusi dengan perincian sebagai berikut:
Kebutuhan fisik yang diperlukan untuk perluasan sistem distribusi dalam rangka mengantisipasi
pertumbuhan beban puncak sebagai akibat pertumbuhan penjualan energi merupakan fungsi dari
beberapa variabel yaitu antara lain:
42
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Dengan didorongnya pengembangan energi terbarukan oleh pemerintah seperti dimaksud dalam
Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 tahun 2009, maka pembangkit energi terbarukan sampai dengan
10 MW dapat tersambung langsung ke jaringan distribusi. Penyambungan pembangkit tersebut harus
memenuhi ketentuan Aturan Distribusi (Distribution Code).
Merujuk pada Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan,
PLN selaku Pemegang Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum wajib menyediakan
tenaga listrik secara terus-menerus, dalam jumlah yang cukup dan dengan mutu dan keandalan yang baik.
Dengan demikian PLN harus mampu melayani kebutuhan tenaga listrik saat ini maupun di masa yang
akan datang agar PLN dapat memenuhi kewajiban yang diminta oleh Undang-Undang tersebut. Sebagai
langkah awal PLN harus dapat memperkirakan kebutuhan tenaga listrik paling tidak hingga 10 tahun ke
depan.
Kebutuhan tenaga listrik pada suatu daerah didorong oleh tiga faktor utama, yaitu pertumbuhan ekonomi,
program elektrifikasi dan pengalihan captive power ke jaringan PLN.
Pertumbuhan ekonomi dalam pengertian yang sederhana adalah proses meningkatkan output barang dan
jasa. Proses tersebut memerlukan tenaga listrik sebagai salah satu input untuk menunjangnya, disamping
input-input barang dan jasa lainnya. Disamping itu hasil dari pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan
pendapatan masyarakat yang mendorong peningkatan permintaan barang-barang/peralatan listrik seperti
televisi, pendingin ruangan, lemari es dan lainnya. Akibatnya permintaan tenaga listrik akan meningkat.
Faktor kedua adalah program elektrifikasi. Sebagai upaya PLN untuk mendukung program pemerintah
dalam meningkatkan rasio elektrifikasi maka PLN perlu melistriki semua masyarakat yang ada dalam
wilayah usahanya. Hal ini secara langsung akan menjaga eksistensi wilayah usaha PLN dan sekaligus
meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia, khususnya pada daerah-daerah yang telah menjadi wilayah
usaha PLN.
PLN dalam RUPTL ini berencana untuk menambah pelanggan baru yang besar, yaitu rata-rata 2,5 juta per
tahun, sehingga rasio elektrifikasi akan mencapai 92,3% pada tahun 2021. Penambahan pelanggan baru
tersebut tidak hanya mencakup mereka yang berada di wilayah usaha PLN saat ini tetapi juga mencakup
mereka yang berada di luar wilayah usaha.
Faktor ketiga yang menjadi pendorong pertumbuhan permintaan tenaga listrik PLN adalah pengalihan
dari captive power (penggunaan pembangkit sendiri berbahan bakar minyak) menjadi pelanggan PLN.
Captive power ini timbul sebagai akibat dari ketidakmampuan PLN memenuhi permintaan pelanggan
di suatu daerah, terutama pelanggan industri dan bisnis. Bilamana kemampuan PLN untuk melayani di
daerah tersebut telah meningkat, maka captive power ini dengan berbagai pertimbangannya akan beralih
menjadi pelanggan PLN. Pengalihan captive power ke PLN juga didorong oleh tingginya harga BBM untuk
membangkitkan tenaga listrik milik konsumen industri/bisnis, sementara harga jual listrik PLN relatif lebih
43
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kebutuhan listrik adalah kemampuan finansial
perusahaan untuk melakukan investasi dalam rangka melayani pertumbuhan kebutuhan pelanggan dan
masyarakat untuk mendapatkan pasokan listrik yang cukup dan andal. Penyambungan pelanggan baru
tergantung dari ketersediaan pendanaan.
Penyusunan prakiraan kebutuhan listrik dibuat dengan menggunakan sebuah model prakiraan beban
yang disebut “Simple-E”. Model ini menggunakan metoda regresi yang menggunakan data historis dari
penjualan energi listrik, daya tersambung, jumlah pelanggan, pertumbuhan ekonomi, dan populasi
untuk membentuk persamaan yang fit. Kemudian untuk memproyeksikan kebutuhan listrik ke depan
dipilih variabel bebas yang mempunyai pengaruh besar (korelasi yang kuat) terhadap permintaan listrik,
yaitu pertumbuhan ekonomi dan populasi. Dalam hal terdapat daftar tunggu yang cukup besar, maka
digunakan juga daya tersambung sebagai variabel. Aplikasi ini dilengkapi juga dengan fasilitas melihat
tingkat ketelitian dari model yang dibentuk seperti parameter tingkat korelasi, dan uji statistik.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia selama 11 tahun terakhir yang dinyatakan dalam produk domestik
bruto (PDB) dengan harga konstan tahun 2000 mengalami kenaikan rata-rata 5,3% per tahun, atau lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan 4 tahun terakhir yang mencapai 4,5%–6,5% seperti diperlihatkan
pada Tabel 5.1.
PDB 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PDB (Triliun RP)
1,39 1,44 1,50 1,57 1,66 1,75 1,85 1,96 2,08 2,17 2,22 2,46
Harga konstan
Growth PDB (%) 4,90 3,83 4,31 4,78 5,05 5,67 5,50 6,32 6,06 4,50 6,08 6,50
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 yang relatif rendah (4,5%) sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1
disebabkan oleh imbas krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 dan berlanjut ke 2009.
Perekonomian Indonesia kembali pulih pada tahun 2010 dengan pertumbuhan 6,1% dan menguat pada
tahun 2011 dengan pertumbuhan 6,5%. Pemerintah memandang pertumbuhan ekonomi akan semakin
membaik sebagaimana dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN,
Perpres No.5 tahun 2010) 2010-2014.
Memperhatikan pertumbuhan ekonomi tersebut diatas, maka RUPTL ini untuk perioda tahun 2011-2014
mengadopsi angka pertumbuhan ekonomi nasional dari RPJMN 2010-2014, yaitu antara 6,3–7%.
Untuk periode tahun 2015 – 2021, RUPTL ini mengadopsi angka pertumbuhan ekonomi yang ada pada
draft RUKN 2010-2029, yaitu rata-rata 6,9% per tahun, walaupun draft RUKN 2012-2031 mengasumsikan
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Adanya perbedaan asumsi pertumbuhan ekonomi ini akan
membuat proyeksi demand listrik dalam RUPTL sedikit lebih rendah dari pada proyeksi demand dalam
draft RUKN 2012-2031, khsusnya setalah tahun 2016. Hal ini adalah sesuatu yang wajar, karena penyediaan
tenaga listrik di Indonesia selain dipenuhi oleh PLN juga akan dipenuhi oleh entitas lain51 dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian asumsi pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam RUPTL ini diperlihatkan pada
Tabel 5.2.
51 Entitas lain tersebut misalnya sektor industri yang mempunyai pembangkit sendiri, atau sebuah pembangkit swasta yang me-
masok suatu kawasan industri eksklusif.
44
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Indonesia 6,5 6,5 7,0 7,0 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9
Jawa Bali 6,1 6,3 7,0 7,2 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7, 6,7
Luar Jawa Bali 6,8 6,9 7,4 7,7 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237,6 juta orang dan jumlah rumah tangga 61,2 juta
KK berdasar sensus penduduk tahun 2010. Sedangkan untuk memperkirakan jumlah penduduk hingga
tahun 2021 PLN menggunakan laju pertumbuhan penduduk dari Buku Statistik Idonesia oleh Badan Pusat
Statistik edisi Agustus 2012.
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat perkiraan pertumbuhan penduduk untuk Jawa-Bali, luar Jawa-Bali dan
Indonesia sepuluh tahun mendatang.
Menunjuk asumsi-asumsi pada butir 5.2, kebutuhan tenaga listrik selanjutnya diproyeksikan dan hasilnya
diberikan pada Tabel 5.4. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan energi listrik pada tahun
2021 akan menjadi 358 TWh, atau tumbuh rata-rata 8,65% per tahun. Sedangkan beban puncak non
coincident pada tahun 2020 akan menjadi 61.750 MW atau tumbuh rata-rata 8,5% per tahun.
45
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Jumlah pelanggan pada tahun 2012 sebesar 48,2 juta akan bertambah menjadi 70,6 juta pada tahun 2021
atau bertambah rata-rata 2,5 juta per tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio
elektrifikasi dari 74,4% pada tahun 2012 menjadi 92,3% pada tahun 2021. Proyeksi jumlah penduduk,
pertumbuhan pelanggan dan rasio elektrifikasi diperlihatkan pada Tabel 5.5.
Dibandingkan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh Pemerintah dalam RUKN tahun 2008-2027, rasio
elektrifikasi dalam RUPTL ini pada tahun 2015 diproyeksikan akan sedikit lebih tinggi daripada RUKN
(0,3%) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan dan Rasio Elektrifikasi
2. Pertumbuhan %
- Indonesia 7,3 10,2 9,6 9,4 7,7 7,6 7,6
- Jawa Bali 6,5 9,6 9,0 9,0 7,0 6,8 6,8
- Indonesia Timur 11,0 13,3 12,9 11,3 8,9 8,8 8,9
- Indonesia Barat 9,4 12,0 10,4 10,3 10,3 10,1 10,2
3. Rasio Elektrifikasi %
- Indonesia 71,8 74,4 85,3 88,6 88,6 91,2 92,3
- Jawa Bali 74,0 75,9 80,4 86,6 86,6 89,5 90,9
- Indonesia Timur 61,2 65,5 78,1 89,9 89,9 92,5 93,6
- Indonesia Barat 73,5 76,6 83,6 93,0 93,0 94,8 95,2
* Realisasi
** Estimasi
Proyeksi prakiraan kebutuhan listrik periode 2012–2021 ditunjukkan pada Tabel 5.6 dan Gambar 5.1. Pada
46 periode 2012-2021 kebutuhan listrik sistem Jawa Bali diperkirakan akan meningkat dari 132,4 TWh pada
62
26 TWh
TWh
2012 2021
IB : 10,5%
37
14 TWh
TWh
IT : 11,4%
132 259
TWh TWh
JB : 7,9%
Gambar 5.1 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2012 dan 2021
Proyeksi penjualan tenaga listrik per kelompok pelanggan dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar
tersebut memperlihatkan bahwa pada sistem Jawa Bali kelompok pelanggan industri mempunyai porsi
yang sangat besar, yaitu 39% dari total penjualan. Sedangkan di Indonesia Timur dan Indonesia Barat porsi
pelanggan industri adalah cukup kecil, yaitu masing-masing hanya 15% dan 17%. Pelanggan residensial
masih mendominasi penjualan hingga tahun 2021, yaitu 55% untuk Indonesia Timur dan 56% untuk
Indonesia Barat.
400,0 300,0
Indonesia Jawa Bali
350,0
250,0
300,0
200,0
250,0
- -
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
70,0 40,0
Indonesia Barat Indonesia Timur
60,0 35,0
30,0
50,0
25,0 Industri
40,0
Industri 20,0
Publik
30,0 Publik Komersial
15,0
Komersial
20,0
10,0
- -
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
47
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
500
450
TWh
400
350
300
250
200
150
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 5.3. Perbandingan Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik RUPTL dan RUKN
Kandidat pembangkit yang digunakan pada simulasi penambahan pembangkit di Indonesia Barat dan
Timur cukup bervariasi tergantung kepada kapasitas sistem. Untuk sistem Sumatera misalnya, kandidat
PLTU batubara adalah 100 MW, 200 MW, 300 MW dan 400 MW. PLTG pemikul beban puncak 100 MW. Untuk
sistem Kalimantan dan Sulawesi, kandidat PLTU batubara adalah 25 MW, 50 MW dan 100 MW dengan PLTG
pemikul beban puncak 25-30 MW dan 50 MW. Sistem lainnya menggunakan kandidat pembangkit yang
lebih kecil.
Sistem Jawa-Bali
Pada sistem Jawa-Bali, kandidat pembangkit yang dipertimbangkan untuk rencana pengembangan adalah
PLTU batubara ultra supercritical kelas 1.000 MW dan supercritical 600 MW, PLTGU LNG/gas alam 750
MW, PLTG BBM pemikul beban puncak 200 MW dan PLTA Pumped Storage 250 MW52. Selain itu terdapat
beberapa PLTP kelas 55 MW dan 110 MW, serta PLTA. PLTN jenis pressurised water reactor kelas 1.000 MW
juga disertakan sebagai kandidat dalam model optimisasi perencanaan pembangkitan.
Pemilihan ukuran unit PLTU batubara untuk sistem Jawa-Bali sebesar 1.000 MW per unit didasarkan
pada pertimbangan efisiensi53 dan kesesuaian dengan ukuran sistem tenaga listrik Jawa-Bali yang beban
puncaknya sudah akan melampaui 25.000 MW.
48
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
5.4.2. Program Percepatan Pembangkit Berbahan Bakar Batubara (Perpres No. 71/2006 jo
Perpres No.59/2009)
Dengan Peraturan Presiden No.71 tahun 2006 yang direvisi dengan Peraturan Presiden No. 59 tahun
2009, Pemerintah telah menugaskan PT PLN (Persero) untuk membangun pembangkit listrik berbahan
bakar batubara sebanyak kurang lebih 10.000 MW untuk memperbaiki fuel mix dan sekaligus juga
memenuhi kebutuhan demand listrik di seluruh Indonesia. Program ini dikenal sebagai “Proyek Percepatan
Pembangkit 10.000 MW”. Berdasar penugasan tersebut PLN pada saat ini tengah membangun sejumlah
proyek pembangkit dengan kapasitas dan perkiraan tahun operasi diperlihatkan pada Tabel 5.8.
49
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sampai dengan September 2012 pembangunan Proyek PerPres 71 yang telah selesai dan beroperasi
komersial adalah PLTU Labuan (2x300 MW), Suralaya Unit 8 (625 MW), Indramayu (3x330 MW), Lontar
(3x315 MW), Rembang (2x315 MW) dan Paiton Unit 9 (660 MW). Untuk Indonesia Barat dan Timur belum
ada proyek PLTU batubara yang beroperasi komersial per September 2012.
Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Tahap 2 (FTP2) yang ditetapkan dengan Peraturan
Presiden No. 4 tahun 2010 jo Peraturan Presiden No. 48 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 02/2010 jo Peraturan Menteri ESDM No. 15/2010 jo Peraturan Menteri ESDM
No. 01/2012 mempunyai kapasitas total 10.047 MW yang terdiri dari PLTU batubara 3.025 MW, PLTP 4.925
MW, PLTGB 64 MW, PLTG 280 MW dan PLTA 1.753 MW, dengan rincian pada Tabel 5.9.
Proyek-proyek berikut telah dibatalkan dari FTP2: PLTGU Muara Tawar add-on Blok 3-4, PLTU Bali Timur,
PLTP Darajat, PLTP Salak, PLTGU Senoro, PLTU Masohi, PLTU Waingapu, PLTU Moutong. Selain itu juga
terdapat proyek yang dikeluarkan dari FTP2 karena telah didanai dengan APBN yaitu PLTU Sampit, PLTU
Kotabaru, PLTU Tidore dan PLTG Kaltim (peaking).
Di samping itu juga terdapat beberapa proyek yang telah berubah status, yaitu PLTGU Bangkanai (IPP)
menjadi PLTG/PLTMG Bangkanai (PLN), dan beberapa PLTU kecil menjadi PLTGB.
50
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Porsi pembangkit EBT (PLTP dan PLTA) dalam FTP2 sesuai Tabel 5.9 akan menjadi 66%. Pengembangan
ini merupakan bagian dari rencana yang lebih besar lagi dalam RUPTL yang mencapai 12.126 MW hingga
tahun 2020. Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Tahap 2 sebesar 10.047 MW tersebut terdiri
atas 3.757 MW sebagai proyek PLN dan 6.290 MW sebagai proyek IPP.
5.4.4. Program Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) berdasarkan PerPres No. 67/2005
jo Perpres No. 13/2010
Pada saat ini terdapat 7 proyek kelistrikan dalam buku KPS 2012 yang diterbitkan oleh Bappenas seperti
ditunjukkan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Proyek yang terdapat dalam Buku KPS 2012 Bappenas
Khusus untuk proyek PLTA Batang Toru di Tapanuli Selatan, PLN telah mengusulkan kepada Bappenas
pada akhir Oktober 2012 untuk mengeluarkannya dari Buku KPS tahun 2013.
Dalam RUPTL ini terdapat rencana pembangunan 7.482 MW PLTU batubara yang berlokasi di dekat
tambang batubara di Sumatera. Keekonomian PLTU batubara mulut tambang diharapkan dapat diperoleh
dari adanya perbedaan yang signifikan antara harga batubara kalori rendah yang dipakai PLTU mulut
tambang dan harga batubara yang digunakan ‘PLTU pantai’. Perbedaan harga batubara tersebut sangat
diperlukan mengingat biaya proyek PLTU mulut tambang lebih tinggi daripada biaya proyek PLTU pantai54
dan diperlukan investasi transmisi untuk menyalurkan listrik dari PLTU mulut tambang ke pusat beban.
Untuk menjamin economic sustainability suatu PLTU mulut tambang, diperlukan adanya kebijakan
Pemerintah yang menetapkan harga batubara untuk PLTU mulut tambang tidak mengikuti harga pasar
internasional. PLN telah mengusulkan kepada Pemerintah agar harga batubara untuk PLTU mulut tambang
ditetapkan berdasarkan ‘cost plus’.
54 PLTU mulut tambang lebih mahal karena dimensi boiler lebih besar dan sistem pendingin membutuhkan ‘cooling tower’.
51
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana penambahan kapasitas pembangkit gabungan seluruh Indonesia ditunjukkan pada Tabel 5.11.
Kapasitas tersebut hanya meliputi pembangkit–pembangkit yang direncanakan untuk sistem-sistem
besar (interkoneksi), dan sudah mencakup Program Percepatan Pembangkit Tahap 1 dan 2.
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
PLN
PLTU 2.617 3.050 2.262 1.425 1.004 1.227 3.303 1.130 1.110 2.000 19.128
PLTP 110 5 7 57 75 110 5 40 300 0 710
PLTGU 740 70 40 500 250 0 0 0 0 750 2.350
PLTG /MG 244 330 652 1.963 138 125 181 180 30 85 3.928
PLTD 4 4 3 8 3 1 9 9 5 3 49
PLTM 4 17 35 7 8 4.5 5.4 2 2 0 86
PLTA 0 20 0 10 443 454 77 126 482 183 1.795
PS 0 0 0 0 0 1040 0 0 450 450 1.940
PLT lain 0 20 55 17 7 13 15 6 0 0 132
Jumlah 3.719 3.516 3.055 3.988 1.929 2.974 3.595 1.494 2.379 3.471 30.119
IPP 0
PLTU 1.687 48 443 774 3.703 4.425 3.910 1.500 1.840 240 18.569
PLTP 0 0 55 130 585 1.265 1.255 1.548 745 55 5.638
PLTGU 0 90 50 50 0 0 0 0 0 0 190
PLTG /MG 60 82 0 0 0 6 0 0 0 0 148
PLTD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTM 14 141 114 194 23 1 1 0 0 0 489
PLTA 130 65 0 68 103 240 583 810 0 0 1.999
PS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLT lain 0 5 90 0 0 3 0 0 0 0 98
Jumlah 1.891 431 7.521 1.216 4.414 5.940 5.749 3.858 2.585 295 27.131
PLN+IPP 0
PLTU 4.304 3.098 2.705 2.199 4.706 5.652 7.213 2.630 2.950 2.240 37.697
PLTP 110 5 63 188 660 1.375 1.260 1.588 1.045 55 6.348
PLTGU 740 160 90 550 250 0 0 0 0 750 2.540
PLTG /MG 304 412 652 1.963 138 131 181 180 30 85 4076
PLTD 4 4 4 8 3 1 9 10 5 3 49
PLTM 18 158 150 201 32 6 6 2 2 0 575
PLTA 130 85 0 78 546 694 660 936 482 183 3.795
PS 0 0 0 0 0 1.040 0 0 450 450 1.940
PLT lain 0 25 145 17 7 15 15 6 0 0 230
Jumlah 5.610 3.947 3.807 5.203 6.342 8.914 9.344 5.352 4.964 3.766 57.250
– Tambahan kapasitas pembangkit selama 10 tahun mendatang (periode 2012–2021) untuk seluruh
Indonesia adalah 57,3 GW atau pertambahan kapasitas rata-rata mencapai 5,7 GW per tahun.
– Dari kapasitas tersebut PLN akan membangun sebanyak 29,5 GW atau 51,5% dari tambahan kapasitas
keseluruhan. Partisipasi swasta direncanakan sebesar 27,8 GW atau 48,4%.
– PLTU batubara akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu mencapai 37,7 GW
atau 65,9%, sementara PLTGU gas dengan kapasitas 2,5 GW atau 4,4%. Untuk energi terbarukan,
yang terbesar adalah panas bumi sebesar 6,3 GW atau 11,1% dari kapasitas total, disusul oleh PLTA
sebesar 5,7 GW atau 10,0%.
52
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem PLN di wilayah operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur terdiri dari 5 sistem interkoneksi, yaitu:
(1) Sistem Sumatera, (2) Sistem Kalimantan Barat, (3) Sistem Kalimatan Selatan-Tengah-Timur, (4) Sistem
Sulawesi Utara dan (5) Sistem Sulawesi Selatan.
Di luar sistem interkoneksi tersebut pada saat ini terdapat 4 sistem isolated yang cukup besar dengan
beban puncak di atas 50 MW, yaitu Bangka, Lombok, Tanjung Pinang dan Palu, dan terdapat beberapa
sistem isolated dengan beban puncak di atas 10 MW, yaitu Jayapura, Sorong, Ambon, Ternate, Kupang,
Sumbawa, Bima, Luwuk, Gorontalo, Kendari, Kolaka, Bau-Bau, Bontang, Sampit, Pangkalan Bun, Sintang,
Ketapang, Belitung, Rengat, Tanjung Balai Karimun, Sungai Penuh, Takengon, Meulaboh.
Garis besar Penambahan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2021 diperlukan tambahan kapasitas
pembangkit sebesar 15.299 MW di Indonesia Barat dan 9.364 MW di Indonesia Timur, termasuk committed
dan ongoing projects seperti ditunjukkan pada Tabel 5.12 dan Tabel 5.13.
Dari Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa pengembangan pembangkit hingga tahun 2021 di Indonesia Barat
yang dilakukan oleh PLN adalah sebanyak 7,4 GW (48,1%). Selebihnya akan dibangun sebagai proyek IPP
sebanyak 7,9 GW (51,8%). Sedangkan pada Tabel 5.13 dapat dilihat bahwa pengembangan pembangkit
hingga tahun 2021 di Indonesia Timur yang dilakukan oleh PLN adalah sebanyak 5,3 GW (57,0%). Selebihnya
akan dibangun sebagai proyek IPP sebanyak 4,0 GW (42,0%), lebih kecil dibandingkan pembangkit yang
dibangun oleh PLN.
Pengembangan pembangkit di Indonesia Barat dan Timur untuk PLTP diproyeksikan cukup besar,
yaitu 3.523 MW dan juga PLTA sebesar 3.845 MW. Hal ini selaras dengan kebijakan pemerintah untuk
mengembangkan energi terbarukan.
Energi terbarukan lainnya yang juga direncanakan akan dikembangkan dalam RUPTL 2012-2021 ini adalah
PLT Bayu dan PLT Surya (photovoltaic) dalam skala relatif kecil.
PLTA Batang Toru dengan total kapasitas 510 MW merupakan proyek unsolicited yang diusulkan oleh
investor swasta dan telah dapat dimasukkan dalam neraca daya sistem Sumatera karena investor telah
menyampaikan laporan feasibility study walaupun masih memerlukan penyempurnaan. PLTA Batang Toru
didisain sebagai pembangkit peaking untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaking di Sumatera.
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
PLN
PLTU 207 581 889 1.079 415 917 917 50 60 0 5.115
PLTP 110 0 0 55 55 110 0 0 220 0 550
PLTGU 0 70 40 0 0 0 0 0 0 0 110
PLTG /MG 244 204 470 520 0 0 10 120 10 0 1.578
PLTD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTA 0 0.2 0 0 262 141 0 61 98 0 562
PLT lain 0 20 25 6 0 6 4 6 0 0 67
Jumlah 56 875 1.424 1.660 732 1.174 931 237 388 0 7.982
53
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
PLN
PLTU 145 404 713 346 274 310 386 80 50 0 2.708
PLTP 0 5 7 3 20 0 5 40 80 0 160
PLTGU 0
PLTG /MG 0 126 182 443 138 125 171 60 20 85 1.350
PLTD 4 4 3 8 3 1 9 10 5 3 49
PLTM 4 17 35 7 9 4 5 2 2 0 86
PLTA 0 20 0 10 71 114 77 65 384 183 924
PLT lain 0 0 27 8 7 7 11 0 0 0 59
Jumlah 152 576 968 825 522 561 664 257 541 271 5.337
IPP 0
PLTU 200 20 19 246 915 265 250 100 375 175 2.565
PLTP 0 0 0 20 15 50 60 78 30 0 253
PLTGU 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 60
PLTG /MG 60 82 0 0 0 6 0 0 0 0 148
PLTD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTM 10 38 29 23 11 1 1 0 0 0 113
PLTA 130 65 0 0 0 200 150 300 0 0 845
PLT lain 0 0 40 0 0 3 0 0 0 0 43
Jumlah 400 266 88 289 941 525 461 478 405 175 4.027
PLN+IPP 0
PLTU 345 424 732 592 1.189 575 636 180 425 175 5.273
PLTP 0 5 8 23 35 50 65 118 110 0 413
PLTGU 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 60
PLTG /MG 60 208 182 443 138 131 171 60 20 85 1.498
54
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Neraca Daya
Neraca daya kelima sistem interkoneksi dan sistem-sistem isolated dapat dilihat pada Lampiran A dan
Lampiran B.
Beberapa proyek kelistrikan strategis di Indonesia Timur dan Indonesia Barat meliputi antara lain:
– Proyek pembangkit PerPres 71 mengingat banyaknya daerah yang mengalami kekurangan pasokan
tenaga listrik dan untuk mengurangi pemakaian BBM.
– Proyek-proyek pembangkit IPP yang telah berstatus PPA dan konstruksi.
– Proyek-proyek pembangkit panas bumi dan atau tenaga air di Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua
yang menjadi andalan pasokan listrik setempat.
– PLTG Bangkanai 280 MW yang dilengkapi CNG storage untuk dapat dioperasikan sebagai pembangkit
peaking, pembangunan PLTG peaking di Kaltim dan Sulsel.
– PLTA Baliem 50 MW di Wamena untuk melistriki Kabupaten Wamena dan tujuh Kabupaten Baru di
Pegunungan Puncak Papua yang selama ini belum dilayani listrik PLN.
– Mini LNG/CNG untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaking dan pembangkit kecil tersebar di
wilayah operasi Indonesia Timur.
– PLTA Asahan III berkapasitas 174 MW direncanakan beroperasi pada tahun 2016, sangat strategis
untuk memperbaiki fuel mix di Sumatera Utara.
– PLTA Merangin 350 MW di Provinsi Jambi akan memenuhi kebutuhan sistem Sumatera dan sekaligus
menurunkan BPP.
– PLTU batubara mulut tambang di Sumatera Selatan skala besar yang listriknya juga akan disalurkan ke
sistem interkoneksi Sumatera disamping ditransfer ke Jawa melalui transmisi 500 kV HVDC.
– Pembangkit peaker di Sumatera yang akan memanfaatkan potensi bahan bakar gas yang ada.
Pada Tabel 5.14 diperlihatkan jumlah kapasitas dan jenis pembangkit yang dibutuhkan dalam kurun waktu
2012-2021 untuk wilayah Jawa-Bali.
– Tambahan kapasitas pembangkit tahun 2012-2021 adalah 32,6 GW atau penambahan kapasitas rata-
rata 3,3 GW per tahun, termasuk PLTM skala kecil tersebar sebesar 180 MW dan PLT Bayu 50 MW.
– Dari kapasitas tersebut PLN akan membangun sebanyak 16,8 GW atau 51% dari tambahan kapasitas
keseluruhan. Partisipasi swasta direncanakan sebesar 15,8 GW atau 49%.
– PLTU batubara akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu mencapai 24,0 GW
atau 73,6%, disusul oleh PLTGU gas dengan kapasitas 2,2 GW atau 6,9% dan PLTG 1 GW atau 3,1%.
Sementara untuk energi terbarukan khususnya panas bumi sebesar 2,9 GW atau 8,8%, PLTA/PLTM/
pumped storage sebesar 2,5 GW atau 7,6%, dan pembangkit lainnya 0,05 GW atau 0,2%.
55
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
PLN
PLTU 2.265 2.065 660 315 2.000 1.000 1.000 2.000 11.305
PLTP 0
PLTGU 740 500 250 750 2.240
PLTG /MG 1.000 1.000
PLTM 0
PLTA 110 199 309
PS 1.040 450 450 1.940
PLT lain 3 3 6
Jumlah 3.005 2.065 663 1.503 675 1.239 2.000 1.000 1.450 3.200 16.800
IPP 0
PLTU 1.475 380 2.225 4.160 2.460 1.000 1.000 12.700
PLTP 55 295 390 625 1.055 385 55 2.860
PLTGU 0
PLTG /MG 0
PLTM 57 31 80 12 180.354
PLTA 47 47
PS 0
PLT lain 50 50
Jumlah 1.475 57 516 80.034 2.579 4.550 3.085 2.055 1.385 55 15.837.354
PLN+IPP 0
PLTU 3.740 2.065 1.040 0 2.540 4.160 4.460 2.000 2.000 2.000 24.005
PLTP 0 0 55 0 295 390 625 1.055 385 55 2.860
PLTGU 740 0 0 500 250 0 0 0 0 750 2.240
PLTG /MG 0 0 0 1.000 0 0 0 0 0 0 1.000
PLTM 0 57 31 80.034 12 0 0 0 0 0 180
PLTA 0 0 0 0 157 199 0 0 0 0 356
PS 0 0 0 0 0 1.040 0 0 450 450 1.940
PLT lain 0 0 53 3 0 0 0 0 0 0 56
Jumlah 4.480 2.122 1.179 1.583.034 3.254 5.789 5.085 3055 2.835 3.255 32.637
Neraca Daya
Pada tahun 2015 reserve margin akan turun menjadi 20% karena beberapa proyek pembangkit skala besar
yang dalam RUPTL direncanakan beroperasi pada tahun 2015 diperkirakan akan terlambat. Pembangkit
dimaksud adalah PLTA Pumped Storage Upper Cisokan 1.000 MW dan PLTU Lontar unit-4 660 MW yang
merupakan proyek PLN, serta proyek PLTU IPP Cirebon unit-2 660 MW, Cilacap unit-3 600 MW, Madura
2x200 MW dan PLTP Kamojang, Wayang Windu, Karaha, Dieng, Tangkuban Perahu sebesar 350 MW.
Untuk memperbaiki reserve margin menjadi minimum 25% pada tahun 2015, PLN berupaya untuk menambah
kapasitas pembangkit tenaga listrik sekitar 1.500 MW secara cepat. Mengingat jenis pembangkit yang
dapat diimplementasikan secara cepat adalah pembangkit listrik berbahan bakar gas seperti PLTG dan
PLTGU, maka PLN akan mempercepat pembangunan PLTG 800 MW dan PLTGU 750 MW yang memang
telah direncanakan dalam RUPTL 2011-202055. PLTG tersebut akan dipasang di Muara Karang 400 MW dan
Pesanggaran 150 MW yang akan dioperasikan dengan LNG, serta di Grati 300 MW yang akan dioperasikan
dengan CNG. PLN mempunyai opsi PLTG Grati dapat diganti dengan PLTG di lokasi lain yang mempunyai
pasokan gas lebih secure. PLN juga sedang meninjau kembali kelayakan proyek Muara Tawar “add-on” blok
56
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sedangkan 1 blok PLTGU 750 MW akan dibangun di Gresik untuk dioperasikan dengan gas lapangan yang
ada, namun dengan capacity factor rendah sehingga diperlukan tambahan pasokan gas baru. PLN berharap
akan mendapatkan alokasi gas dari blok Cepu.
Dalam RUPTL ini terdapat beberapa proyek yang mengalami perubahan unit size, yaitu:
- PLTU Jawa-1 semula 1x660 MW menjadi 1x1.000 MW. PLTU ini dapat dilaksanakan sebagai proyek
IPP atau PLN. Apabila akan dilaksanakan sebagai proyek IPP, proyek ini dapat berupa ekspansi PLTU
IPP yag telah beroperasi. Hal ini dimungkinkan oleh adanya Peraturan Dirjen Ketenagalistrikan No.
50/2012 yang menyebutkan penambahan kapasitas pembangkit ekspansi boleh lebih besar daripada
kapasitas pembangkit yang telah beroperasi, apabila menggunakan teknologi yang lebih efisien,
lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan kebutuhan sistem penyediaan tenaga listrik setempat.
Dengan adanya perubahan unit size ini, diperkirakan COD akan mundur ke tahun 2017.
- PLTU Jawa Tengah semula 2x1.000 MW menjadi 2x950 MW, kapasitas ini sesuai dengan kontrak PPA.
Financial closing diperkirakan mundur 12 bulan dari rencana semula, sehingga COD diperkirakan
mundur ke tahun 2017-2018.
- PLTU Banten semua 1x660 MW menjadi 1x625 MW, kapasitas ini sesuai dengan kontrak PPA.
- PLTU Lontar Unit 4 semula 1x660 MW menjadi 1x315 MW. Perubahan kapasitas ini dilakukan agar
proyek dapat dieksekusi dengan lebih cepat. Proyek EPC PLN ini apabila tetap berkapasitas 660
MW akan terhambat oleh masalah teknis56, memerlukan tambahan lahan yang cukup luas (38 Ha)
dan memerlukan pembangunan beberapa fasilitas baru seperti coal yard, jetty, intake & discharge
channels. Perubahan kapasitas menjadi kelas 315 MW dapat menggunakan lahan dan semua fasilitas
yag telah ada, sehinggga dapat mempercepat penyelesaian proyek ini, walaupun penyelesaiannya
akan tetap meluncur ke tahun 2016.
- PLTGU Jawa-5 semula 2 blok @750 MW menjadi hanya 1 blok karena keterbatasan pasokan gas.
Pada awal beroperasinya PLTGU tersebut, yaitu tahun 2015/2016, pembangkit baru tersebut akan
dioperasikan dengan gas eksisting di Gresik. PLN berharap akan memperoleh alokasi gas dari blok
Cepu untuk mengoperasikan PLTGU tersebut mulai tahun 2017. Berdasarkan informasi yang diperoleh
PLN blok Cepu dapat menghasilkan gas sekitar 190 mmscfd, namun tidak semua gas tersebut dapat
dialokasikan ke sektor listrik. Lokasi semula direncanakan di daerah Tuban/Cepu, namun dipindah ke
komplek pembangkitan Gresik sesuai dengan rencana Pertamina/ExxonMobil untuk mengalirkan gas
ke konsumen gas lainnya di daerah Gresik/Surabaya.
- PLTP Patuha semula 3x60 MW menjadi 3x55 MW, kapasitas ini sesuai dengan kontrak PPA.
Selain proyek-proyek yang mengalami perubahan unit size, dalam RUPTL ini juga terdapat proyek baru
yang belum ada di RUPTL sebelumnya, yaitu:
- PLTU Jawa-4 berkapasitas 2x1.000 MW dapat dilaksanaan sebagai proyek PLN atau IPP untuk
memenuhi kebutuhan listrik di tahun 2019-2020. Apabila dilaksanakan sebagai proyek IPP, PLTU ini
dapat berupa ekspansi dari IPP yang telah beroperasi atau BLT (Build Lease Transfer) atau PPP (Public
Private Partnership).
- PLTU Jawa-6 berkapasitas 2x1.000 MW tahun 2021.
- PLTGU Jawa-7 berkapasitas 1x750 MW untuk memenuhi kebutuhan pembangkit pemikul beban
menengah tahun 2021 apabila dapat disediakan pasokan gas lapangan (bukan LNG).
- PLT Bayu Samas (50 MW), berlokasi di Yogyakarta, merupakan proposal unsolicited dari sebuah
perusahaan swasta.
56 PLTU klas 600 MW memerlukan cerobong asap yang tinggi, dan karena proyek berlokasi dalam koridor penerbangan bandara Su-
karno – Hatta maka tidak diperkenankan.
57
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pembangkit yang dikeluarkan dari RUPTL adalah PLTA Grindulu (pumped storage) unit 1-2 500 MW, karena
penyelesaian proyek diperkirakan setelah tahun 2021.
Proyek-Proyek Strategis
Beberapa proyek strategis pada sistem Jawa-Bali ini adalah sebagai berikut:
- PLTU IPP Jawa Tengah (2x950 MW). Proyek ini sangat strategis karena dibutuhkan sistem pada tahun
2017 dan 2018, serta merupakan proyek kelistrikan pertama yang menggunakan skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS) dengan PerPres No. 67/2005 jo PerPres No. 13/2010.
- PLTU Indramayu (2x1.000 MW). Proyek ini sangat strategis karena dibutuhkan sistem pada tahun
2018/2020, dan berlokasi relatif dekat dengan pusat beban di Jabodetabek. Karena proyek ini
menghadapi ketidakpastian perizinan dari Pemda, PLN mempunyai opsi untuk memajukan jadwal
PLTU Jawa-6 yang berlokasi di Bojonegara dari tahun 2021 menjadi 2018. Keputusan untuk melakukan
opsi tersebut akan diambil PLN setelah ada kepastian perizinan dari Pemda.
- PLTA Pompa Upper Cisokan (1.040 MW). Proyek ini sangat strategis karena dapat meminimalkan
biaya operasi sistem serta memberikan banyak benefit dalam operasi sistem tenaga listrik, antara
lain berfungsi sebagai pembangkit beban puncak, pengatur frekuensi, sebagai spinning reserve
(cadangan putar), memperbaiki faktor utilitas pembangkit beban dasar dan memperbaiki load factor
sistem.
- PLTU mulut tambang Sumatera Selatan dan transmisi 500 kV HVDC Sumatera–Jawa dengan kapasitas
3.000 MW. Proyek ini sangat strategis karena merupakan solusi yang ekonomis dalam memenuhi
kebutuhan tenaga listrik di Jawa dengan memanfaatkan cadangan low rank coal di Sumatra Selatan.
Proyek ini hanya dilaksanakan setelah kebutuhan listrik Sumatera tercukupi sepenuhnya dengan
cadangan yang cukup banyak. Pilihan proyek ini juga didorong oleh semakin sulitnya mendapatkan
lokasi baru untuk membangun PLTU batubara skala besar di pulau Jawa.
- PLTU Bekasi 2x1000 MW (2018/2019) sangat strategis karena lokasinya berada dekat Jakarta dan
dapat memasok langsung pusat beban Jakarta melalui transmisi SUTET yang pendek, sehingga dapat
mendukung tegangan sistem 500 kV di Jakarta, dan pada akhirnya dapat mengurangi pemakaian
BBM/LNG di Muara Karang, Priok dan Muara Tawar.
Apabila dilihat reserve margin per region yang sangat berbeda antara Jawa Bagian Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur & Bali pada saat ini sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.15, maka dapat dimengerti apabila
PLN merencanakan lokasi pembangkit baru di Jawa bagian barat agar dapat diperoleh regional balance.
Regional Balance Jawa Bagian Barat Jawa Tengah Jawa Timur dan Bali
Kapasitas Terpasang (MW) 14.661 4.810 6.901
Beban Puncak (MW) 12.638 3.021 4.758
Reserve (%) 16,0 59,2 45,0
Kandidat lokasi untuk membangun pembangkit baru tersebut adalah Bekasi, Indramayu, Cirebon, Banten,
Lontar dan Muara Karang.
Neraca daya dan rincian pengembangan pembangkitan di sistem Jawa Bali dapat dilihat pada Lampiran
C1.2.
58
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Proyek-proyek pembangkit yang ditunjukkan pada Tabel 5.16, 5.17 dan 5.18 adalah proyek pembangkit
yang dilaksanakan oleh swasta dan diasumsikan akan dilaksanakan oleh swasta. Pada situasi dan asumsi
tersebut, partisipasi swasta dalam penyediaan tenaga listrik di Indonesia hingga 10 tahun mendatang
cukup besar, yaitu mencapai sekitar 37% dari total kapasitas terpasang.
Pada Tabel 5.16, 5.17 dan 5.18 yang dimaksud dengan proyek on going adalah proyek IPP yang telah
memasuki tahap konstruksi karena mendapat pendanaan (financial closure), sedangkan proyek IPP dalam
kategori committed adalah mereka yang telah mempunyai PPA atau LOI dari PLN. Selain itu proyek-proyek
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai proyek IPP dalam Program Percepatan Pembangunan
Pembangkit Tahap 2 dan Program Kerjasama Pemerintah Swasta dikategorikan sebagai proyek IPP
committed.
Proyek-proyek pembangkit lainnya di luar Tabel 5.16, 5.17 dan 5.18 merupakan proyek PLN atau yang
diasumsikan akan dilaksanakan oleh PLN.
Tabel 5.16. Daftar Proyek IPP dan Proyek yang Diasumsikan Akan Dilaksanakan oleh IPP
di Wilayah Operasi Indonesia Timur
59
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
60
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
61
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
62
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Tabel 5.19. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Gabungan Indonesia (GWh)
No. Fuel Type 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD 22.040 17.126 7.035 3.295 3.455 2.184 2.431 2.819 3.141 3.419
3 Gas 43.359 46.540 60.558 59.767 54.648 39.113 38.328 37.367 36.891 41.491
4 LNG 5.636 7.065 16.956 19.914 23.079 32.241 31.233 31.691 35.368 35.604
5 Batubara 101.414 118.595 125.394 150.927 170.923 190.494 205.247 218.890 236.196 258.022
6 Hydro 10.586 10.865 11.133 11.733 13.930 16.818 19.671 22.706 24.988 26.689
7 Surya/Hybrid 4 4 93 93 93 94 94 94 94 94
8 Biomass 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63
10 Geothermal 8.946 9.357 9.920 10.940 16.015 24.473 32.252 41.521 45.402 45.421
Total 199.130 215.962 236.492 258.693 282.950 306.244 330.097 355.439 382.345 411.162
450.000
400.000
350.000
300.000
250.000
GWh
200.000
150.000
100.000
50.000
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Impor Biomass Surya/Hybrid HSD MFO LNG Gas Batubara Geothermal Hydro
Gambar 5.4. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Gabungan Indonesia (GWh)
63
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
No. Fuel Type 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD ( x 10^3 kl) 6.268,9 4.784,5 1.986,9 957,7 1.041,0 625,2 703,5 817,4 898,3 973,3
2 MFO (x 10^3 kl) 2.787,8 2.826,4 2.347,7 376,9 12,9 22,0 36,1 56,7 37,3 37,3
3 Gas (bcf) 388,0 406,7 533,6 515,5 465,0 321,1 311,8 303,7 299,1 333,6
4 LNG (bcf) 46,0 52,9 92,8 121,4 146,1 236,5 229,5 232,2 263,5 265,1
5 Batubara (10^3 ton) 51.226,3 60.832,4 65.667,2 79.451,9 90.981,1 100.925,9 107.781,1 114.358,1 123.251,2 134.400,4
6 Biomass (10^3 ton) 49,0 49,0 49,0 49,0 49,0 49,0 49,0 49,0 49,0 49.,0
Rencana penyediaan energi dan kebutuhan bahan bakar untuk periode tahun 2012-2021 berdasarkan
jenis bahan bakarnya diberikan pada Tabel 5.21 dan Gambar 5.5.
Dalam kurun waktu 2012-2021, kebutuhan batubara meningkat lebih dari 2 kali dan kebutuhan gas alam
meningkat hampir 1,5 kali lipat, sedangkan kebutuhan BBM menurun drastis karena digantikan oleh LNG/
CNG.
Hal ini mencerminkan bahwa perencanaan dalam RUPTL ini telah sejalan dengan kebijakan Pemerintah
mengenai diversifikasi energi, yaitu mengurangi pemakaian BBM dan mengoptimalkan pemakaian
batubara dan gas.
Tabel 5.21. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Sistem Jawa-Bali (GWh)
No. Fuel Type 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD 7.655 5.590 1.828 1.004 1.813 419 428 539 650 650
3 Gas 33.537 35.422 48.227 49.109 43.843 28.829 28.947 28.116 27.638 31.901
4 LNG 5.636 7.065 12.929 15.041 17.982 27.088 26.435 27.002 30.442 30,.442
5 Batubara 89.601 100.868 100.425 115.322 130.919 148.060 157.044 167.204 179.779 193.795
6 Hydro 5.273 5.273 5.273 5.273 5.807 7.000 7.891 7.734 8.425 9.162
Surya/Bayu/
7 - - 88 88 88 88 88 88 88 88
Hybrid
8 Geothermal 7.953 7.950 8.401 8.886 11.651 15,.172 21.948 29.027 30.371 30.371
Total 151,.519 163.649 178.652 194.723 212.102 226.655 242.781 259.710 277.393 296.408
64
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
250,000
200,000
GWh
150,000
100,000
50,000
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 5. 5 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Sistem Jawa-Bali (GWh)
Pada Tabel 5.21 terlihat bahwa batubara mendominasi energi primer lainnya, yaitu 194 TWh dari total
produksi 296 TWh (66%) pada tahun 2021. Panas bumi mengalami peningkatan secara signifikan dari 7,9
TWh pada tahun 2012 menjadi 30,4 TWh pada tahun 2021, atau meningkat hampir 4 kali lipat. Sedangkan
pangsa tenaga air relatif tidak berubah karena potensi tenaga air di sistem Jawa Bali sudah sulit untuk
dikembangkan. Produksi listrik dari gas alam (termasuk LNG) mengalami peningkatan sejak tahun 2012
menjadi hampir 1,5 kali lipat pada tahun 2021.
Neraca energi pada Gambar 5.5 merefleksikan produksi energi setiap pembangkit, termasuk pembangkit
Muara Karang, Priok dan Muara Tawar yang menggunakan gas. Situasi pada gambar 5.5. tersebut adalah
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan operasi sistem tenaga listrik dimana ketiga pembangkit berbahan
bakar gas tersebut harus beroperasi dengan output yang tinggi (must run) sebagaimana dijelaskan pada
butir 4.2 dan lampiran C1.4.
Sebagai dampak dari produksi yang tinggi pada ketiga pembangkit tersebut, akan diperlukan pasokan gas
yang cukup besar yang pada saat ini masih belum terpenuhi, sehingga diperkirakan akan terjadi defisit
pasokan gas seperti ditunjukkan pada Tabel C1.4.2. Apabila kebutuhan gas tersebut tidak dapat dipenuhi
secukupnya, maka kebutuhan ini harus disubstitusi dengan bahan bakar lain, yaitu BBM.
Proyeksi kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit milik PLN dan IPP dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Volume kebutuhan batubara terus meningkat sampai tahun 2021. Hal ini merupakan konsekuensi dari
rencana pengembangan pembangkit yang mengandalkan PLTU batubara sebagai pemikul beban dasar.
65
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
No. Fuel Type 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD ( x 10^3 kl) 2.184,4 1.600,5 535,4 281,3 575,7 117,5 126,7 159,9 192,7 192,7
3 Gas (bcf) 295,1 308,4 424,3 429,9 378,2 239,2 240,2 234,0 229,7 261,7
4 LNG (bcf) 46,0 52,9 60,9 82,9 105,9 195,9 191,5 195,6 225,6 225,6
5 Batubara (10^3 ton) 43.857,5 49.797,1 49.888,3 56.919,7 65.630,7 73.345,3 77.755,7 82.160,7 88.088,6 94.677,1
Komposisi produksi listrik per jenis energi primer di Indonesia Barat diproyeksikan pada tahun 2021
akan menjadi 58% batubara, 12% gas alam, 12% tenaga air, 4% minyak dan 16% panas bumi seperti
diperlihatkan pada Tabel 5.23 dan Gambar 5.6.
Tabel 5.23. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Wilayah Operasi Indonesia Barat (GWh)
No. Fuel Type 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD 8.242 6.837 1.109 795 715 760 881 967 1.015 1.108
2 MFO 2.699 2.868 1.732 43 12 21 35 55 35 35
3 Gas 7.966 8.322 8.786 6.646 6.781 6.376 5.458 5.290 5.258 5.434
4 LNG - - 4.027 3.946 4.116 4.203 3.709 3.565 3.720 3.857
5 Batubara 8.363 11.351 16.798 23.158 24.051 23.867 28.841 31.728 36.004 42.131
6 Hydro 3.436 3.576 3.743 4.261 5.348 5.928 6.949 8.503 8.503 8.503
7 Biomass 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63
8 Impor - - - 733 727 737 738 227 142 317
9 Geothermal 547 801 815 1.206 3.178 7.685 8.072 9.960 11.806 11.806
Total 31.317 33.818 37.073 40.851 44.991 49.640 54.745 60.358 66.548 73.255
80,000
70,000
60,000
50,000
GWh
40,000
30,000
20,000
10,000
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Impor Biomass HSD MFO LNG Gas Batubara Geothermal Hydro
Gambar 5.6 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Barat (GWh)
57 IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), 2006 IPCC Guideliness for National Greenhouse Gas Inventories.
66
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
No. Fuel Type 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD ( x 10^3 kl) 2.424,8 1.914,1 344,2 269,0 214,9 236,1 273,5 303,0 307,0 331,8
2 MFO (x 10^3 kl) 1.614,5 1.895,1 1.380,3 43,1 11,5 20,6 34,6 55,0 35,5 35,5
3 Gas (bcf) 86,6 88,8 97,3 72,0 73,2 68,6 58,3 56,3 55,9 57,9
4 LNG (bcf) - - 31,9 31,3 32,6 33,2 29,5 27,9 28,4 29,4
5 Batubara (10^3 ton) 5.142,2 6.920,5 10.506,5 14.500,1 15.055,6 15.598,6 17.531,1 19.319,0 21.989,9 25.464,0
6 Biomass (10^3 ton) 49,1 49,1 49,1 49,1 49,1 49,1 49,1 49,1 49,1 49,1
Komposisi produksi listrik per jenis energi primer di Indonesia Timur diproyeksikan pada tahun 2021 akan
menjadi 53% batubara, 22% tenaga air, 13% gas alam, 8% panas bumi dan 4% minyak seperti diperlihatkan
pada Tabel 5.25 dan Gambar 5.7.
Tabel 5.25. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Wilayah Operasi Indonesia Timur (GWh)
No. Fuel Type 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD 6.142 4.700 4.098 1.496 927 1.005 1.122 1.312 1.475 1.661
2 MFO 2.519 1.998 2.126 1.183 5 5 5 6 7 7
3 Gas 1.857 2.795 3.545 4.012 4.023 3.908 3.923 3.962 3.994 4.156
4 LNG - - - 927 982 950 1.089 1.124 1.224 1.305
5 Batubara 3.450 6.376 8.170 12.447 15.953 18.568 19.362 19.957 20.413 22.097
6 Hydro 1.876 2.016 2.118 2.200 2.775 3.890 4.830 6.469 8.060 9.024
7 Surya/Hybrid 4 4 5 6 6 6 6 7 7 7
8 Geothermal 445 606 704 848 1.186 1.617 2.232 2.534 3.224 3.244
Total 16.293 18.495 20.766 23.119 25.857 29.949 32.571 35.371 38.404 41.499
45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
GWh
20.000
15.000
10.000
5.000
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Surya/Hybrid HSD MFO LNG Gas Batubara Geothermal Hydro
Gambar 5.7. Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur (GWh)
67
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
No. Fuel Type 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD ( x 10^3 kl) 1.659,7 1.269,9 1.107,4 404,4 250,5 271,5 303,3 354,6 398,7 448,8
2 MFO (x 10^3 kl) 710,9 563,6 599,8 333,8 1,3 1,4 1,5 1,7 1,9 1,9
3 Gas (bcf) 6,3 9,4 12,0 13,6 13,6 13,2 13,3 13,4 13,5 14,0
5 Batubara (10^3 ton) 2.226.,6 4.114,7 5,.272,4 8.032,2 10.294,8 11.982,0 12.494,3 12.878,3 13.172,8 14.259,3
Proses perencanaan sistem pada RUPTL 2012-2021 belum memperhitungkan biaya emisi CO2 sebagai
salah satu variabel biaya. Namun demikian RUPTL ini tidak mengabaikan upaya pengurangan emisi CO2. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya kandidat PLTP dan PLTA yang ditetapkan masuk dalam sistem kelistrikan
walaupun mereka bukan merupakan solusi biaya terendah. Penggunaan teknologi boiler supercritical dan
ultra-supercritical di pulau Jawa juga membuktikan bahwa PLN peduli dengan upaya pengurangan emisi
CO2 dari pembangkitan tenaga listrik.
Banyaknya emisi dihitung dari jumlah bahan bakar yang digunakan dan dikonversi menjadi emisi CO2
(dalam ton CO2) dengan menggunakan faktor pengali (emission factor) yang diterbitkan oleh IPCC57.
Pemerintah telah menetapkan Perpres No. 4 tahun 2010 dan Permen ESDM No. 15 tahun 2010 mengenai
Program Percepatan Pembangkit Tahap 2. Program tersebut didominasi oleh pembangkit dengan
menggunakan energi terbarukan, khususnya panas bumi. Dengan adanya intervensi kebijakan pemerintah
mengenai pengembangan PLTP dan energi terbarukan lainnya akan menghasilkan rencana pengembangan
pembangkit yang sedikit berbeda dibandingkan dengan baseline serta dapat menurunkan emisi CO2. Emisi
CO2 Indonesia
Juta CO2
Juta tCO2
300
275
250
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 5.8. Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar (Gabungan Indonesia)
68
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Average grid emission factor58 untuk Indonesia pada tahun 2012 adalah 0,762 kgCO2/kWh, akan menurun
sampai dengan tahun 2015 namun meningkat menjadi 0,763 kgCO2/kWh pada 2016 dan selanjutnya akan
menurun karena beroperasinya proyek-proyek PLTP dan PLTA sehingga average grid emission factor pada
tahun 2021 menjadi 0,724 kgCO2/kWh.
Proyeksi emisi CO2 dari sistem Jawa Bali diperlihatkan pada Gambar 5.9. Emisi naik dari 113 juta ton pada
2012 menjadi 214 juta ton pada 2021, atau naik sekitar 2 kali lipat. Grid emission factor akan meningkat
dari 0,746 kgCO2/kWh pada 2012 menjadi 0,758 kgCO2/kWh pada 2013 karena banyak beroperasinya
PLTU FTP-1 dan PLTU IPP, namun selanjutnya akan membaik hingga menjadi 0,723 kgCO2/kWh pada 2021.
Perbaikan faktor emisi ini dicapai dari peningkatan pemakaian gas alam, panas bumi dan penggunaan
teknologi supercritical.
JutatCO2
Juta CO2
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 5.9. Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar pada Sistem Jawa-Bali
Proyeksi emisi CO2 dari pembangkitan listrik di Indonesia Barat diperlihatkan pada gambar 5.10. Emisi
diproyeksikan akan naik dari 27 juta ton menjadi 49 juta ton, atau naik hamir 2 kali lipat. Grid emission
factor menurun dari 0,857 kgCO2/kWh pada 2012 menjadi 0,725 kgCO2/kWh pada 2019 namun meningkat
kembali menjadi 0,845 kgCO2/kWh pada 2021 dengan asumsi produksi listrik dari panas bumi terkendala
oleh keterlambatan konstruksi.
58 Grid emission factor didefinisikan sebagai jumlah CO2 [kg] per produksi listrik [kWh]
69
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 5.10. Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar pada Wilayah Operasi Indonesia Barat
Proyeksi emisi CO2 dari pembangkitan listrik di Indonesia Timur diperlihatkan pada Gambar 5.11. Emisi
naik dari 12 juta ton pada 2012 menjadi 28 juta ton pada 2021, atau naik lebih dari 2 kali lipat. Grid emission
factor meningkat dari 0,698 kgCO2/kWh pada 2012 menjadi 0,852 kgCO2/kWh pada 2016 dengan masuknya
PLTU skala kecil, dan berangsur-angsur menurun menjadi 0,733 kgCO2/kWh pada 2021. Faktor emisi yang
membaik ini disebabkan oleh kontribusi positif dari pemanfaatan panas bumi dan tenaga air.
Juta CO
Juta tCO2
2
30
25
20
15
10
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 5.11. Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur
57 IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change), 2006 IPCC Guideliness for National Greenhouse Gias Inventories
70
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
PLN akan memanfaatkan peluang pendanaan karbon baik melalui kerangka UNFCCC maupun diluar
kerangka UNFCCC. Implementasi proyek pendanaan karbon akan diterapkan untuk semua kegiatan di
lingkungan PLN yang berpotensi untuk memperoleh pendanaan karbon.
Sejak tahun 2002 PLN sudah menyadari akan peluang pendanaan karbon melalui Clean Development
Mechanism (CDM) dan melakukan pengkajian beberapa potensi proyek CDM, dan hasilnya hingga saat ini
PLN telah menandatangani bebarapa ERPA (Emission Reduction Purchase Agreements). Selain itu PLN juga
mengembangkan proyek melalui mekanisme VCM (Voluntary Carbon Mechanism).
Berkenaan dengan akan berakhirnya komitmen pertama Protokol Kyoto pada akhir tahun 2012, maka
pemanfaatan pendanaan karbon akan disesuaikan dengan mekanisme baru pendanaan karbon, baik
dalam kerangka UNFCCC maupun di luar kerangka UNFCCC.
Pada periode 2012-2021 pengembangan sistem penyaluran berupa pengembangan sistem transmisi
dengan tegangan 500 kV dan 150 kV di sistem Jawa-Bali serta tegangan 500 kV, 275 kV, 150 kV dan 70 kV
di sistem Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Pembangunan sistem transmisi secara umum diarahkan
kepada tercapainya kesesuaian antara kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir
secara efisien. Disamping itu juga sebagai usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran dan perbaikan
tegangan pelayanan.
Pengembangan transmisi 500 kV di Jawa pada umumnya dimaksudkan untuk mengevakuasi daya dari
pembangkit-pembangkit baru maupun ekspansi dan untuk menjaga kriteria security N-1, baik statik
maupun dinamik. Sedangkan pengembangan transmisi 150 kV dimaksudkan untuk menjaga kriteria
security N-1 dan sebagai transmisi yang terkait dengan gardu induk 150 kV baru.
Pengembangan transmisi 500 kV di Sumatera dimaksudkan untuk membentuk transmisi back-bone yang
menyatukan sistem interkoneksi Sumatera pada koridor timur. Pusat-pusat pembangkit skala besar dan
pusat-pusat beban yang besar di Sumatera akan tersambung ke sistem transmmisi 500 kV ini. Transmisi
ini juga akan mentransfer tenaga listrik dari pembangkit listrik di daerah yang kaya sumber energi primer
murah (Sumbagsel dan Riau) ke daerah yang kurang memiliki sumber energi primer murah (Sumbagut).
Selain itu transmisi 500 kV juga dikembangkan di Sumatera Selatan sebagai feeder pemasok listrik dari
PLTU mulut tambang ke stasiun konverter transmisi HVDC yang akan menghubungkan pulau Sumatera
dan pulau Jawa.
Rencana pengembangan sistem penyaluran di Indonesia hingga tahun 2021 diproyeksikan sebesar
122.331 MVA untuk pengembangan gardu induk serta 55.234 kms pengembangan jaringan transmisi
dengan perincian pada Tabel 5.27 dan Tabel 5.28.
Transmisi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
71
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pengembangan sistem transmisi dalam RUPTL 2011-2021 akan banyak mengubah topologi
jaringan dengan terwujudnya sistem interkoneksi 275 kV dan 500 kV di Sumatera. Pengembangan juga
banyak dilakukan untuk memenuhi pertumbuhan demand dalam bentuk penambahan kapasitas trafo.
Pengembangan untuk meningkatkan keandalan dan debottlenecking yang juga terdapat di beberapa
sistem, antara lain rencana pembangunan sirkit kedua dan reconductoring beberapa ruas transmisi di
sistem Sumbagut dan Sumbagsel.
Rencana interkoneksi dengan tegangan 275 kV di Sumatera diprogramkan untuk terlaksana seluruhnya
pada tahun 2015. Selain itu terdapat pembangunan beberapa gardu induk dan transmisi 150 kV untuk
mengambil alih beban dari pembangkit diesel ke sistem interkoneksi (dedieselisasi), yaitu di sistem
Sumbagut, Sumbagsel dan Kalbar.
Rencana pengembangan sistem penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Barat hingga tahun 2021
diproyeksikan sebesar 33.180 MVA untuk pengembangan gardu induk (500 kV, 275 kV, 150 kV dan 70 kV)
serta 24.237 kms pengembangan transmisi dengan perincian pada Tabel 5.29 dan Tabel 5.30.
– Transmisi back-bone 500 kV Sumatera dengan prioritas pertama segmen New Aur Duri–Rengat
– New Garuda Sakti yang diharapkan dapat beroperasi pada 2016 sehingga dapat mulai berfungsi
untuk menyalurkan listrik dari PLTU mulut tambang seperti PLTU Sumsel-5 dan Sumsel-7.
– Interkoneksi Batam – Bintan dengan kabel laut 150 kV dimaksudkan untuk memenuhi sebagian ke-
butuhan tenaga listrik pulau Bintan dengan tenaga listrik dari Batam59 dengan mempertimbangkan
rencana pengembangan pembangkit di Batam yang akan mencukupi kebutuhan Batam dan sebagi-
an Bintan60. Adanya interkoneksi 150 kV tersebut tidak ada hubungannya dengan perluasan wilayah
usaha PLN Batam.
– Interkoneksi 150 kV Sumatera–Bangka dengan kapasitas 200 MW pada kondisi N-1 dengan perkiraan
COD tahun 2015. Dengan adanya interkoneksi tersebut, maka di Bangka dapat dibangun PLTU de-
ngan kelas yang lebih besar dibandingkan jika seandainya tidak ada interkoneksi, yaitu kelas 65 MW.
59 Biaya produksi listrik di Batam lebih rendah dari pada biaya produksi di Bintan yang masih banyak menggunakan pembangkit BBM.
60 Kecukupan pembangkit di Batam sampai dengan tahun 2020 telah dikonfirmasi ke PLN Batam.
72
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Transmisi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
Tabel 5.30. Kebutuhan Fasilitas Trafo dan Gardu Induk Wilayah Operasi Indonesia Barat
Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
73
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pada Tabel 5.31 dan Tabel 5.32 diperlihatkan kebutuhan fisik fasilitas penyaluran dan gardu induk di
sistem Indonesia Timur.
Transmisi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
TRAFO 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
Sebagaimana diperlihatkan didalam Tabel 5.31 dan 5.32 terdapat rencana pembangunan transmisi 275 kV
di Sulawesi dan merupakan proyek yang strategis. Transmisi 275 kV antara Poso–Palopo adalah merupakan
transmisi yang dibangun dan dimiliki oleh PT Poso Energi yang diperuntukkan untuk menyalurkan daya
dari PLTA Poso ke pusat beban.
Selain itu telah direncanakan pula pembangunan transmisi 275 kV dari PLTA Karama ke pusat beban
di Makassar melalui Mamuju, Enrekang dan Sidrap untuk menyalurkan daya dari PLTA Karama. Sejalan
dengan rencana pembangunan transmisi tersebut, dibangun pula GITET 275/150 kV di Mamuju, Enrekang,
Sidrap dan Daya Baru (Makassar). Proyek-proyek tersebut dijadwalkan dapat beroperasi pada tahun 2018
seiring dengan pelaksanaan proyek PLTA Karama. Sebagai antisipasi bila di masa yang akan datang PLTA
Poso akan dikembangkan, direncanakan pula pembangunan transmisi 275 kV Enrekang–Palopo untuk
menghubungkan transmisi 275 kV eksisting milik PT Poso Energi di Palopo dengan transmisi 275 kV jalur
barat Karama–Mamuju–Enrekang–Makassar. Hubungan antara kedua transmisi 275 kV tersebut juga
bermanfaat untuk meningkatkan stabilitas sistem serta menambah fleksibilitas operasi.
Keberadaan GITET 275/150 kV Enrekang selain sebagai titik koneksi transmisi 275 kV jalur Barat dengan
transmisi 275 kV milik PT Poso Energi, juga dimaksudkan untuk menyalurkan daya dari PLTA Bonto Batu,
Poko dan PLTA lainnya ke pusat beban.
Proyek transmisi strategis lain yang perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat diselesaikan tepat
waktu adalah :
74
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pada Tabel 5.33 dan Tabel 5.34 diperlihatkan kebutuhan fisik fasilitas penyaluran dan gardu induk di
sistem Jawa-Bali.
500/150 kV 6.336 4.836 4.503 4.000 7.000 3.500 1.500 1.000 1.000 0 33.675
150/20 kV 6.996 7.620 3.420 2.700 5.820 3.330 3.630 3.300 3.510 2.880 43.206
70/20 kV 530 110 30 0 0 30 90 150 60 90 1.090
Jumlah 13.862 12.666 7.953 6.700 12.820 6.860 5.220 4.450 4.570 2.970 78.071
Dari Tabel 5.33 terlihat bahwa sampai dengan tahun 2021 akan dibangun transmisi 500 kV AC sepan-
jang 2.709 kms. Transmisi tersebut dimaksudkan untuk mengimbangi program percepatan pembangkit
PLTU Suralaya Baru, PLTU Adipala, PLTU Paiton Unit 3, PLTU IPP Tanjung Jati Unit 3 dan 4, PLTU IPP Jawa
Tengah, PLTU Indramayu Unit 4 dan 5, Jawa-Bali Crossing dari Paiton hingga ke pusat beban di Bali, PLTA
pumped storage Upper Cisokan dan Matenggeng, dan beberapa PLTU baru lainnya. Selain itu dibangun
juga transmisi 500 kV yang berkaitan dengan perkuatan pasokan Jakarta, yaitu Balaraja-Kembangan dan
Kembangan-Durikosambi-Muara Karang-Priok-Muara Tawar.
Trafo interbus 500/150 kV yang direncanakan pada Tabel 5.34 merupakan perkuatan grid yang tersebar di
Jawa, utamanya seputar Jabotabek.
Transmisi 500 kV DC pada Tabel 5.33 adalah transmisi HVDC interkoneksi Sumatera–Jawa, di sini hanya
diperhitungkan bagian kabel laut dan overhead line yang berada di pulau Jawa, selebihnya diperhitungkan
sebagai pengembangan sistem transmisi Sumatera.
Sistem transmisi 70 kV pada dasarnya sudah tidak dikembangkan lagi, bahkan di sistem 70 kV di Jawa
Barat banyak yang ditingkatkan menjadi 150 kV terkait dengan proyek percepatan pembangkit 10.000
MW. Rencana pada Tabel 5.33 hanya menunjukkan proyek reconducturing SUTT 70 kV yang memasok
konsumen besar dan saluran distribusi khusus. Program pemasangan trafo-trafo 150/70 kV dan 70/20 kV
pada Tabel tersebut juga hanya merupakan relokasi trafo-trafo dari Jawa Barat ke Jawa Timur.
61 Transmisi 500 kV ini tidak connect ke GITET Mandirancan, hanya melintas di dekatnya.
75
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pengembangan sistem distribusi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.35. Kebutuhan fisik
sistem distribusi Indonesia hingga tahun 2021 adalah sebesar 208 ribu kms jaringan tegangan menengah,
218 ribu kms jaringan tegangan rendah, 34 ribu MVA tambahan kebutuhan trafo distribusi. Kebutuhan
fisik tersebut diperlukan untuk mempertahankan keandalan serta untuk menampung tambahan sekitar
25 juta pelanggan.
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
Indonesia
Jaringan TM kms 16.633 15.900 17.355 17.495 19.562 20.979 22.158 23.964 25.634 27.859 207.540
Jaringan TR kms 18.273 18.844 20.390 19.227 20.443 21.384 22.685 24.140 25.376 27.493 218.255
Trafo Distribusi MVA 2.883 2.804 2.828 2.934 3.246 3.342 3.596 3.848 4.183 4.317 33.948
Tambahan
ribu plgn 2.533 3.152 2.947 2.811 2.572 2.327 2.312 2.237 2.202 2.199 25.290
Pelanggan
Rencana pengembangan sistem distribusi untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat dapat dilihat pada Tabel
5.36. Kebutuhan fisik sistem distribusi Indonesia Barat hingga tahun 2021 adalah sebesar 55 ribu kms
jaringan tegangan menengah 54 ribu kms jaringan tegangan rendah 10 ribu MVA tambahan kebutuhan
trafo distribusi. Kebutuhan fisik tersebut diperlukan untuk mempertahankan keandalan serta untuk
menampung tambahan sekitar 6,4 juta pelanggan.
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
Indonesia Barat
Jaringan TM kms 4.468 4.530 4.804 4.729 5.183 5.356 5.801 6.178 6.526 7.193 54.768
Jaringan TR kms 4.415 4.567 4.852 4.870 5.269 5.308 5.697 5.915 6.130 6.747 53.770
Trafo Distribusi MVA 842 884 874 914 951 996 1.037 1.103 1.240 1.302 10.141
Tambahan
ribu plgn 681 764 786 816 717 647 594 528 472 422 6.427
Pelanggan
Rencana pengembangan sistem distribusi untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur dapat dilihat pada Tabel
5.37. Kebutuhan fisik sistem distribusi Wilayah Operasi Indonesia Timur hingga tahun 2021 adalah sebesar
81 ribu kms jaringan tegangan menengah 70 ribu kms jaringan tegangan rendah 8 ribu MVA tambahan
kebutuhan trafo distribusi. Kebutuhan fisik tersebut diperlukan untuk mempertahankan keandalan serta
untuk menampung tambahan sekitar 6,4 juta pelanggan.
76
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
Indonesia Timur
Jaringan TM kms 5.227 6.042 6.932 6.607 7.042 8.021 8.607 9.837 11.034 12.042 81.389
Jaringan TR kms 5.469 6.789 7.701 5.876 5.936 6.538 6.935 7.631 8.087 8.825 69.785
Trafo Distribusi MVA 564 720 726 702 721 774 823 885 1.011 1.030 7.958
Tambahan
ribu plgn 628 1.002 805 739 690 506 518 505 493 575 6.462
Pelanggan
Interkoneksi Antarpulau
Untuk mengembangkan sistem kelistrikan di pulau-pulau yang dekat dengan daratan pulau besar dan
sekaligus untuk menurunkan penggunaan BBM, direncanakan interkoneksi antar pulau melalui kabel laut
20 kV atau 70 kV, yaitu:
Pelaksanaan interkoneksi kabel laut tersebut akan didahului dengan kajian kelayakan meliputi
keekonomian, enjiniring dan studi dasar laut (seabed study) meliputi: route, peletakan kabel, lingkungan,
struktur dasar laut, dan lain sebagainya.
Perencanaan kebutuhan fisik untuk mengantisipasi pertumbuhan penjualan energi listrik dapat
diproyeksikan seperti pada Tabel 5.38.
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
Jawa-Bali
Jaringan TM kms 6.939 5.327 5.619 6.159 7.338 7.602 7.751 7.950 8.074 8.625 71.382
Jaringan TR kms 8.389 7.488 7.837 8.481 9.238 9.537 10.053 10.594 11.160 11.921 94.700
Trafo Distribusi MVA 1.477 1.202 1.228 1.318 1.574 1.571 1.736 1.861 1.932 1.985 15.884
Tambahan
ribu plgn 1.223 1.386 1.355 1.255 1.165 1.174 1.200 1.203 1.237 1.201 12.401
Pelanggan
Dalam kurun waktu 10 tahun mendatang dari tahun 2012 sampai dengan 2021 untuk sistem Jawa Bali
diperlukan tambahan jaringan tegangan menengah sebanyak 71 ribu kms, jaringan tegangan rendah 95
ribu kms, kapasitas trafo distribusi 16 ribu MVA dan jumlah pelanggan 12,4 juta.
77
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk saat ini pembangunan listrik desa di seluruh Indonesia dilaksanakan oleh 31 Satuan Kerja Listrik
Desa/Satker Lisdes, dimana untuk 30 Satker Lisdes tersebut berada pada masing-masing provinsi, kecuali
untuk 1 Satker Lisdes merupakan gabungan dua provinsi yaitu Jateng dan DIY.
Sasaran kuantitatif pembangunan listrik desa adalah bertujuan meningkatkan rasio elektrifikasi dan rasio
desa berlistrik. Rekap program listrik perdesaan 2012-2021 dan investasinya dapat dilihat pada Tabel 5.39
dan Tabel 5.40.
Tujuan pembangunan listrik desa seperti yang disebutkan diatas, juga bertujuan untuk:
*) DIPA
Catatan: Pada tahun 2012 ada program listrik Murah dan Hemat untuk masyarakat daerah tertinggal dan nelayan sekitar 83.500
RTS (rumah tangga sasaran).
Tabel 5.40. Rekap Kebutuhan Investasi Program Listrik Perdesaan Indonesia 2012-2021 (Juta Rp)
Lisdes Listrik Murah
Tahun JTM JTR Trafo Total Biaya
Reguler & Hemat
2012* 1.242.285 636.569 381.346 2.260.199 288.000 2.629.448
2013 1.514.989 769.606 418.384 2.702.976 200.010 2.902.986
2014 1.598.368 833.676 437.955 2.870.000 200.010 3.070.010
2015 1.514.129 776.319 409.553 2.700.000 - 2.700.000
2016 1.501.356 788.920 409.724 2.700.000 - 2.700.000
2017 1.497.996 793.068 408.936 2.700.000 - 2.700.000
2018 1.479.102 806.870 414.028 2.700.000 - 2.700.000
2019 1.462.869 821.825 415.306 2.700.000 - 2.700.000
2020 1.446.037 835.161 418.802 2.700.000 - 2.700.000
2021 1.420.269 859.389 420.342 2.700.000 - 2.700.000
Total 14.677.400 7.921.403 4.134.372 26.733.175 688.020 27.502.444
78
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Energi baru dan terbarukan (EBT) skala besar seperti panas bumi dan PLTA telah dibahas dalam
pengembangan kapasitas pembangkit pada butir 5.4. Butir ini hanya membahas pengembangan EBT skala
kecil.
PLTMH: PLN mendorong pengembangan PLTMH terutama oleh swasta atau masyarakat untuk melistriki
kebutuhan setempat dan juga untuk disalurkan ke grid atau sistem kelistrikan PLN.
PLTB: Karena potensi energi angin di Indonesia sangat terbatas, maka pengembangannya akan terbatas
di daerah yang memiliki potensi.
Biomassa: PLN bermaksud untuk membangun pembangkit listrik tenaga biomassa apabila PLN dapat
mempunyai kendali atas pasokan biomassanya. Karena itu PLN sedang menjalin kerjasama dengan
bebeapa Pemerintah Kabupaten untuk merintis industri biomasa.
Energi kelautan: walaupun potensi energi kelautan diduga sangat besar, namun mengingat teknologi dan
keekonomiannya masih belum diketahui, PLN baru akan melakukan uji coba skala kecil sebagai proyek
penelitian dan pengembangan.
Biofuel: tergantung kepada kesiapan pasar biofuel, PLN siap untuk memanfaatkan biofuel apabila tersedia.
Gasifikasi batubara (PLTGB): PLN memandang jenis energi ini sebagai energi baru yang dapat diterapkan
pada sistem kelistrikan isolated skala kecil.
Rencana pengembangan pembangkit EBT skala kecil dan perkiraan biayanya ditunjukkan pada Tabel 5.41
dan Tabel 5.42.
Pembangunan PLTS
Mempertimbangkan sebaran penduduk pada geografi yang sangat luas dan sulitnya menjangkau daerah
terpencil, PLN merencanakan untuk membangun PLTS sebagai berikut:
• PLTS terpusat/komunal (mode operasi mandiri & hybrid) dengan kapasitas diberikan pada Tabel 5.41.
• SHS (panel surya + lampu LED dengan baterai di dalamnya) skala kecil tersebar, namun terbatas di
provinsi-provinsi yang RE nya masih sangat rendah dan di daerah yang dalam waktu 5 tahun belum
akan mendapatkan listrik konvensional.
Pengembangan PLTS tersebut dimaksudkan untuk melistriki daerah terpencil secepatnya, mencegah
penambahan penggunaan BBM kalau seandainya dilayani dengan diesel, dan menurunkan BPP pada
daerah tertentu yang ongkos angkut BBM sangat mahal, seperti daerah sekitar puncak pegunungan
Jayawijaya Papua.
Program elektrifikasi dengan SHS atau lentera ‘super hemat energi’ (SEHEN) bukan merupakan program
pengembangan kapasitas sistem kelistrikan. Dengan demikian program elektrifikasi dengan SEHEN lebih
bersifat sementara dan hanya diterapkan secara terbatas di provinsi-provinsi yang rasio elektrifikasinya
masih rendah, yaitu NTB, NTT dan Papua dengan terlebih daulu dibuat kajian kelayakannya. Program
SEHEN juga dapat diganti dengan PLTS terpusat/komunal (centralized PV)”.
Pembangunan PLTS dan pemasangan SHS tersebut akan didahului dengan kajian kelayakan proyek.
79
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Tahun
No Pembangkit Ebt Satuan Total
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 PLTMH MW 40 99 113 112 101 185 188 201 189 260 1.488
2 PLT SURYA MWp*) 6 84 125 150 100 75 75 80 80 80 855
3 PLT BAYU MW 0 10 50 50 15 15 20 20 25 25 230
4 PLT BIOMASS MW 22 40 90 35 40 40 45 45 50 40 447
5 PLT KELAUTAN MW 0 2 0 0 5 5 5 5 5 27 54
6 PLT BIO-FUEL MW**) 10 15 15 14 8 7 7 8 9 8 101
7 PLT GAS-BATUBARA MW 32 81 43 22 7 22 14 6 10 10 247
Total MW 110 331 436 383 276 349 354 365 368 450 3.422
*) Rencana PLTS sd 2015 adalah program 1.000 pulau, sedangkan tahun selanjutnya masih indikasi
**) Kapasitas ekuivalen dari pembangkitan eksisting yang beroperasi dengan bahan bakar biofuel
Tahun
No Pembangkit EBT Satuan Total
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 PLTMH MW 99 245 279 277 250 457 465 497 467 643 3.678
2 PLT SURYA MWp*) 31 433 644 779 515 386 386 412 412 412 4.403
3 PLT BAYU MW - 31 155 155 46 46 62 62 77 77 711
4 PLT BIOMASS MW 57 103 232 90 103 103 116 116 129 103 1.151
5 PLT KELAUTAN MW - 12 - - 31 21 31 31 31 167 334
6 PLT BIO-FUEL MW**) 26 39 39 37 21 18 18 21 24 21 266
7 PLT GAS-BATUBARA MW 66 167 89 45 14 45 29 12 21 21 509
Total MW 279 1.030 1.437 1.376 980 1.088 1.107 1.151 1.160 1.443 11.052
Tabel 5.43 dan 5.44 menunjukkan lokasi dan kapasitas rencana pengembangan pembangkit PLTU batubara
skala kecil dan PLTGB lokasi di Indonesia Barat dan Indonesia Timur.
Tabel 5.43. Proyek PLTU Skala Kecil di Indonesia Barat dan Indonesia Timur
80
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
81
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
82
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk membangun sarana pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik sebagaimana diuraikan
pada Bab 5 diperlukan dana investasi sebesar US$ 64,9 miliar dengan disbursement tahunan sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 6.1 dan Gambar 6.1. Dana sebesar itu hanya mencakup proyek-proyek PLN saja
dan belum mencakup dana investasi untuk proyek listrik yang diasumsikan akan dilaksanakan oleh swasta/
IPP.
Tabel 6.1. Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia (Tidak Termasuk IPP)
Juta US$
Item 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Total
Fc 1206,38 2010,418 2927,56 2518,979 2855,989 3041,581 2306,031 1979,042 1888,739 2243,195 22977,91
Pembangkit Lc 1342,197 1771,213 1344,97 1015,611 1384,263 1409,105 1049,449 939,2513 938,1241 1035,617 12229,8
Total 2548,577 3781,631 4272,53 3534,59 4240,252 4450,686 3355,48 2918,294 2826,864 3278,811 35207,71
Fc 1953,023 1977,171 2106,532 2810,05 1797,272 955,179 564,6848 489,7843 235,9742 37,57712 12927,25
Penyaluran Lc 517,7202 550,2153 561,3482 530,5412 385,1881 221,4965 138,833 106,7337 32,60538 3,058721 3047,74
Total 2470,743 2527,387 2667,881 3340,591 2182,46 1176,676 703,5178 596,5181 268,5796 40,63584 15974,99
Fc 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Distribusi Lc 1214,924 1158,929 1194,127 1206,478 1337,145 1384,823 1452,011 1529,156 1594,208 1694,654 13766,45
Total 1214,924 1158,929 1194,127 1206,478 1337,145 1384,823 1452,011 1529,156 1594,208 1694,654 13766,45
Fc 3159,403 3987,589 5034,093 5329,029 4653,261 3996,76 2870,716 2468,827 2124,714 2280,772 35905,16
Total Lc 3074,842 3480,357 3100,445 2752,63 3106,596 3015,424 2640,293 2575,141 2564,937 2733,329 29043,99
Total 6234,245 7467,946 8134,538 8081,659 7759,857 7012,184 5511,009 5043,968 4689,651 5014,101 64949,16
Melihat kebutuhan dana yang sangat besar tersebut, maka disadari adanya tantangan yang sangat besar
dalam menyediakan dana tersebut.
Selama ini sumber pembiayaan proyek-proyek PLN banyak diperoleh dari penerusan pinjaman dari
luar negeri (two step loan), namun setelah tahun 2006 peranan pinjaman semacam ini mulai berkurang
dan sebaliknya pendanaan dengan obligasi terus meningkat, baik obligasi lokal maupun global. Proyek
percepatan pembangkit 10.000 MW dibiayai dari pinjaman luar dan dalam negeri yang diusahakan sendiri
oleh PLN dengan garansi Pemerintah. Akhir-akhir ini PLN kembali berupaya memperoleh pinjaman dari
lembaga keuangan multilateral (IBRD, ADB) dan bilateral (JICA, AFD) untuk mendanai proyek-proyek
kelistrikan yang besar seperti Upper Cisokan pumped storage dan transmisi HVDC Sumatera–Jawa dengan
skema two step loan.
Juta USD
9000
8000
7000
2000 Distribusi
1000
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 6.1 Proyeksi Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia (Tidak Termasuk IPP)
84
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan pembangkitan, transmisi dan distribusi oleh PLN sampai dengan tahun 2021 di sistem Jawa
Bali membutuhkan dana investasi sebesar US$ 34,7 miliar dengan disbrusement tahunan sebagaimana
deiperlihatkan pada Tabel 6.2 dan Gambar 6.2.
Kebutuhan investasi untuk proyek pembangkitan sampai tahun 2021 adalah sebesar US$ 20,2 miliar atau
sekitar US$ 2,0 miliar per tahun.
Item 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Total
Fc 453,1 557,7 975,1 1.433,0 1.602,3 1.444,6 1.553,1 1.532,3 1.318,3 1.743,2 12.612,8
Pembangkit Lc 992,1 1170,7 607,0 653,1 734,5 670,6 700,3 698,8 627,4 782,2 7.636,5
Total 1.445,2 1.728,4 1.582,0 2.086,1 2.336,8 2,115,2 2.253,4 2.231,1 1.945,7 2.525,4 20.249,2
Fc 1.159,3 893,4 1.007,7 1.556,8 871,3 423,2 319,7 269,5 140,1 26,2 6.667,3
Penyaluran Lc 206,2 175,2 192,2 185,3 117,0 68,2 52,8 39,0 15,1 2,0 1.052,9
Total 1.365,4 1.068,6 1.200,0 1.742,2 988,3 491,4 372,5 308,5 155,2 28,2 7.720,2
Fc 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Distribusi Lc 663,7 533,8 538,5 582,4 688,3 706,9 731,5 756,6 765,9 801,7 6.769,2
Total 663,7 533,8 538,5 582,4 688,3 706,9 731,5 756,6 765,9 801,7 6.769,2
Fc 1.612,4 1.451,1 1.982,8 2.989,8 2.473,6 1.867,9 1.872,8 1.801,9 1.458,4 1.769,4 19.280,1
Total Lc 1.862,0 1.879,8 1.337,7 1.420,8 1.539,7 1.445,6 1.484,6 1.494,4 1.408,4 1.585,8 15.458,6
Total 3.474,3 3.330,8 3.320,5 4.410,6 4.013,3 3.313,4 3.357,4 3.296,2 2.866,8 3.355,2 34,738,6
Juta USD
5,000.0
Total Investasi
4,500.0
4,000.0
Pembangkit
3,500.0
3,000.0
2,500.0
2,000.0
Penyaluran
1,500.0
1,000.0 Distribusi
500.0
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pembiayaan proyek pembangkitan PLN berasal dari beberapa sumber. Proyek percepatan pembangkit
Perpres No.71/2006 didanai dengan pinjamanan luar negeri (Cina) yang diusahakan oleh PLN dengan
jaminan Pemerintah. Proyek pumped storage Upper Cisokan senilai US$ 800 juta telah diusulkan
pendanaannya ke lender multilateral, sedangkan PLTU Indramayu 1x1.000 MW senilai US$ 2.000 juta
diusulkan pendanaannya ke lender bilateral.
Kebutuhan dana investasi untuk penyaluran dan distribusi masing-masing sebesar US$ 7,7 miliar dan US$
6,7 miliar. Proyek penyaluran pada tahun 2012-2013 didominasi oleh transmisi yang terkait dengan proyek
percepatan pembangkit. Proyek tersebut menurut rencana akan didanai dari APLN, APBN, pinjaman luar
negeri (two step loan) dan kredit ekspor.
85
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Proyeksi kebutuhan investasi pembangkit, sistem penyaluran dan distribusi dalam kurun waktu 2012-
2021 untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat adalah sebesar US$ 17,8 miliar atau rata-rata US$ 1,8 miliar
per tahun dan untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur adalah sebesar US$ 12,4 miliar atau rata-rata US$
1,2 miliar, tidak termasuk proyek IPP, dengan disbursement tahunan seperti pada Tabel 6.3 dan Tabel 6.4.
Tabel 6.3. Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat
Item 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Total
Fc 364,9 848,2 1.150,1 415,7 723,6 1.075,1 292,0 159,1 397,8 445,9 5.872,4
Pembangkit Lc 147,5 322,2 430,9 120,9 394,3 504,0 122,4 74,0 200,9 225,6 2.542,8
Total 512,5 1.170,4 1.581,0 536,6 1.117,9 1.579,1 414,4 233,1 598,8 671,5 8.415,2
Fc 459,1 811,9 834,4 934,4 564,9 322,9 152,0 158,7 68,8 7,1 4.314,2
Penyaluran Lc 217,6 300,5 288,7 235,3 153,5 91,6 60,9 54,5 13,8 0,7 1.417,0
Total 676,7 1.112,4 1.123,1 1.169,7 718,4 414,5 212,9 213,2 82,5 7,8 5.731,2
Fc 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Distribusi Lc 307,5 317,4 333,5 334,8 354,3 362,6 386,4 403,3 424,3 457,4 3.681,4
Total 307,5 317,4 333,5 334,8 354,3 362,6 386,4 403,3 424,3 457,4 3.681,4
Fc 824,1 1.660,1 1.984,5 1.350,1 1.288,4 1.398,0 444,0 317,8 466,6 453,0 10.186,6
Total Lc 672,6 940,1 1.053,0 391,0 902,2 958,2 569,7 531,7 639,0 683,7 7.641,2
Total 1.496,7 2.600,2 3.037,5 2.041,1 2.190,6 2.356,2 1.013,7 849,6 1.105,6 1.136,7
Juta USD
3,250.0
3,000.0
2,750.0
2,500.0 Total Investasi
2,250.0
2,000.0 Pembangkit
1,750.0
1,500.0
1,250.0
Penyaluran
1,000.0
750.0
500.0 Distribusi
250.0
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 6.3. Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat
86
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Item 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Total
Fc 388,3 604,6 802,4 670,3 530,1 521,9 460,9 287,6 172,6 54,1 4.492,8
Pembangkit Lc 202,6 278,3 307,1 241,6 255,5 234,5 226,8 166,5 109,8 27,8 2.050,5
Total 590,9 882,9 1.109,5 911,9 785,6 756,4 687,7 454,1 282,4 81,9 6.543,3
Fc 334,7 271,8 264,4 318,8 361,1 209,0 92,9 61,5 27,1 4,3 1.945,7
Penyaluran Lc 94,0 74,6 80,5 109,9 114,7 61,8 25,2 13,2 3,8 0,4 577,9
Total 428,6 346,4 344,9 428,8 475,8 270,8 118,1 74,7 30,9 4,7 2.523,6
Fc 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Distribusi Lc 243,7 307,7 322,1 289,3 294,6 315,4 334,1 369,3 404,0 435,6 3.315,9
Total 243,7 307,7 322,1 289,3 294,6 315,4 334,1 369,3 404,0 435,6 3.315,9
Fc 723,0 876,4 1.066,8 989,1 891,2 730,9 553,8 349,1 199,7 58,4 6.438,5
Total Lc 540,3 660,5 709,7 640,8 664,8 611,6 586,1 549,0 517,6 463,8 5.944,3
Total 1.263,2 1.537,0 1.776,5 1.630,0 1.556,0 1.342,6 1.139,9 898,1 717,3 522,5 12.382,8
Juta USD
2100
1800
Total
1500
Investasi
1200
900 Pembangkit
600
Penyaluran Distribusi
300
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 6.4 .Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur
Kebutuhan investasi Wilayah Operasi Indonesia Barat untuk proyek pembangkitan sampai tahun 2021
adalah sebesar US$ 8,4 miliar, sedangkan untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur adalah sebesar
US$ 6,3 miliar. Disbursement proyek pembangkitan mencapai puncaknya pada tahun 2012-2014 dan
2015 yang merupakan proyek percepatan pembangkit Perpres No. 71/2006. Sedangkan disbursement
proyek pembangkitan pada tahun berikutnya terus menurun karena proyek-proyek IPP akan semakin
mendominasi sistem-sistem Indonesia Timur dan Indonesia Barat, terutama di sistem Sumatera. Proyek
transmisi di Indonesia Timur dan Indonesia Barat didominasi oleh pengembangan transmisi 275 kV untuk
interkoneksi seluruh Sumatera, di samping pengembangan transmisi 150 kV di Sumatera, Sulawesi dan
Kalimantan serta beberapa wilayah lain seperti NTT dan NTB.
Total dana investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem kelistrikan Indonesia secara
keseluruhan, termasuk proyek-proyek kelistrikan yang diasumsikan akan dibangun oleh swasta/IPP, adalah
US$ 107,1 miliar selama tahun 2012-2021. Disbursement dana tersebut diperlihatkan pada Tabel 6.5.
87
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Item 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Total
Fc 2.042,9 3.502,9 6.407,3 7.530,3 8.510,1 8.125,6 6.265,8 4.225,8 2.895,5 2.539,0 52.045,3
Pembangkit Lc 1.788,7 2.637,7 3.086,6 3.159,1 3.740,7 3.645,0 2.847,0 1.959,9 1.335,0 1.137,8 25.330,5
Total 3.831,6 6.140,6 9.493,8 10.689,5 12.250,8 11.770,6 9.112,8 6.178,7 4.230,6 3.676,7 77.375,8
Fc 1.953,0 1.977,2 2.106,5 2810,0 1.797,3 955,2 564,7 489,8 236,0 37,6 12.927,2
Penyaluran Lc 517,7 550,2 561,3 530,5 385,2 221,5 138,8 106,7 32,6 3,1 3.047,7
Total 2.470,7 2.527,4 2.667,9 3.340,6 2.182,5 1.176,7 703,5 596,5 268,6 40,6 15.975,0
Fc 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Distribusi Lc 1.214,9 1.158,9 1.194,1 1.206,5 1.337,1 1.384,8 1.452,0 1.529,2 1.594,2 1.694,7 13.766,5
Total 1.214,9 1.158,9 1.194,1 1.206,5 1.337,1 1.384,8 1.452,0 1.529,2 1.594,2 1.694,7 13.766,5
Fc 3.995,9 5.480,1 8.513,8 10.340,4 10.307,4 9.080,8 6.830,5 4.715,6 3.13,5 2.576,5 64.972,6
Total Lc 3.521,4 4.346,8 4.842,0 4.896,2 5.463,0 5.251,3 4.437,9 3.588,8 2.961,8 2.835,5 42.144,7
Total 7.517,3 9.826,9 13.355,8 15.236,6 15.770,4 14.332,1 11.268,3 8.304,4 6.093,4 5.412,0 107.117,3
Juta USD
16000
Total Investasi
14000
12000
10000
Pembangkit
8000
6000
4000
Penyaluiran
2000
Distribusi
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tabel 6.5 menunjukkan bahwa sektor ketenagalistrikan Indonesia setiap tahunnya membutuhkan dana
investasi yang sangat besar, yaitu rata-rata hampir US$ 10,7 miliar per tahun.
Butir 6.5 ini menjelaskan bagaimana kebutuhan investasi yang diindikasikan dalam RUPTL ini akan
dipenuhi, dan juga menjelaskan dampak dari rencana investasi ini terhadap keuangan PT PLN (Persero).
Rencana Investasi dan Sumber Pendanaan.
Kebutuhan investasi PLN sebesar US$ 64,7 miliar62 sampai dengan tahun 2021 akan dipenuhi dari berbagai
sumber pendanaan, yaitu APBN sebagai penyertaan modal pemerintah (ekuiti), pinjaman baru, dan dana
internal. Sumber dana internal berasal dari laba usaha dan penyusutan aktiva tetap, sedangkan dana
pinjaman dapat berupa pinjaman luar negeri (SLA, sub-loan agreement), pinjaman pemerintah melalui
rekening dana investasi, obligasi nasional maupun internasional, pinjaman komersial perbankan lainnya
serta hibah luar negeri.
88
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kebutuhan investasi PLN harus ditunjang dengan meningkatnya kemampuan Pendanaan Sendiri, dan
menjaga rasio hutang terhadap aset PLN sehingga dapat secara terus menerus mendukung perkem-
bangan penyediaan listrik .
Peningkatan pendanaan sendirinya, tentunya harus dilakukan dengan peningkatan pendapatan PLN
akan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan PLN dalam melakukan investasi untuk meme-
nuhi kebutuhan pertumbuhan listrik.
PLN hanya dapat meminjam dalam jumlah yang sangat terbatas karena dibatasi oleh covenant pinjaman
yang disyaratkan oleh lender dan bond holder. Kapasitas PLN dalam membuat pinjaman-baru dapat di-
tingkatkan jika revenue PLN meningkat, baik dari tarif maupun marjin PSO.
Dengan melihat kemampuan pendanaan internal PLN dan kemampuan meminjam PLN yang sangat ter-
batas seperti dijelaskan di atas, maka peran APBN setiap tahun menjadi sangat penting untuk memenuhi
pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
ditargetkan oleh Pemerintah. Hal ini menjadi semakin penting karena secara politis sangat sulit menaik-
kan tarif ke tingkat yang lebih tinggi daripada BPP dalam waktu dekat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga kemampuan PLN dalam melayani per-
tumbuhan kebutuhan tenaga listrik guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh
Pemerintah, maka harus dilakukan perbaikan antara lain sebagai berikut:
89
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Analisis risiko mencakup identifikasi risiko, pemetaan risiko, dan rekomendasi program mitigasi untuk
risiko-risiko tersebut. Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan hasil identifikasi dan
pemetaan risiko dominan yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan implementasi RUPTL. Bagian
kedua menjelaskan hasil pemetaan risiko. Bagian ketiga menjelaskan berbagai program mitigasi risiko
yang perlu dijalankan dalam rangka mengelola risiko tersebut.
Sejalan dengan struktur RUPTL itu sendiri, uraian analisis risiko pada bab ini akan dilakukan berdasarkan
isu-isu utama RUPTL, yaitu proyeksi kebutuhan/permintaan tenaga listrik, pengembangan pembangkit,
transmisi dan distribusi, serta proyeksi pasokan energi primer dan kebutuhan investasi, baik oleh PLN
maupun oleh swasta.
Risiko yang diidentifikasi dapat mempengaruhi implementasi RUPTL meliputi aspek sebagai berikut:
A. Risiko Regulasi
Risiko terkait perubahan regulasi Pemerintah, diantaranya meliputi risiko tarif listrik, risiko kepastian
subsidi dan risiko perubahan tatanan sektor ketenagalistrikan.
C. Risiko Keuangan
1. Risiko Pendanaan, yaitu risiko terkait penyediaan sumber pendanaan untuk membiayai proyek/in-
vestasi pembangunan infrastruktur kelistrikan.
2. Risiko likuiditas, meliputi risiko likuiditas kas yaitu kelancaran penerimaan subsidi, risiko pencairan
dana pinjaman untuk investasi dan risiko likuiditas aset.
D. Risiko Operasional
92
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Berdasarkan tingkat probabilitas dan dampak bila risiko tersebut terjadi, kesembilan risiko tersebut
memiliki karakteristik seperti ditunjukkan dalam peta berikut. Penetapan probabilitas dan dampak
dilakukan dengan metoda kualitatif berdasarkan pengalaman PLN dalam menjalankan program sejenis di
masa lalu, dan pengalaman PLN menangani risiko tersebut di masa lalu.
Penetapan dampak risiko didasarkan atas dampak pada arus kas perusahaan dan dampak pada kelancaran
operasional perusahaan.
Keterangan:
1. Risiko keterlambatan proyek-proyek PLN 6. Risiko likuiditas
2. Risiko keterlambatan proyek-proyek IPP, termasuk PLTP 7. Risiko produksi/operasi
3. Risiko prakiraan permintaan tenaga listrik 8. Risiko bencana
4. Risiko ketersediaan dan harga energi primer 9. Risiko lingkungan dan sosial
5. Risiko merencanakan reserve margin terlalu tinggi 10.Risiko regulasi
11. Risiko Pendanaan
93
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
- Risiko pada level EKSTREM meliputi risiko keterlambatan proyek-proyek PLN, keterlambatan
proyek-proyek IPP, risiko Pendanaan dan risiko likuiditas.
- Risiko pada level TINGGI meliputi ketersediaan dan harga energi primer, risiko permintaan tenaga
listrik, risiko pendanaan serta risiko bencana.
- Risiko pada level MODERAT adalah risiko produksi/operasi, merencanakan reserve margin terlalu
tinggi, risiko regulasi dan risiko lingkungan.
Pada dasarnya mitigasi risiko akan dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan guna menurunkan
level risiko secara jangka panjang.
94
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sejalan dengan pengembangan pembangkit ini, diperlukan pengembangan transmisi sepanjang 55 ribu
kms, yang terdiri atas 5.241 kms SUTET 500 kV AC, 1.100 kms transmisi 500 kV HVDC, 462 kms transmisi
250 kV HVDC, 6.207 kms transmisi 275 kV AC, 38.665 kms SUTT 150 kV, 3.560 kms SUTT 70 kV. Penambahan
trafo yang diperlukan adalah sebesar 122 ribu MVA yang terdiri atas 64.631 MVA trafo 150/20 kV, 5.353
MVA 70/20 kV dan 35.175 MVA trafo interbus IBT 500/150 kV, 11.360 MVA IBT 275/150 kV, IBT 460 MVA
IBT 150/70 kV, 3.500 MVA IBT 500/275 kV dan 600 MVA 250 kV DC. Untuk mengantisipasi pertumbuhan
penjualan energi listrik untuk periode 2012-2021 diperlukan tambahan jaringan tegangan menengah
71.382 kms, tegangan rendah 94.700 kms dan kapasitas trafo distribusi 15.884 MVA.
Kebutuhan investasi pembangkit, penyaluran dan distribusi selama periode 2012–2021 untuk memenuhi
kebutuhan sarana kelistrikan di Indonesia secara keseluruhan adalah sebesar US$ 107,1 milyar yang terdiri
dari investasi pembangkit (termasuk IPP) sebesar US$ 77,4 milyar, investasi penyaluran sebesar US$ 16,0
milyar dan investasi distribusi sebesar US$ 13,7 milyar.
Kebutuhan investasi PLN akan dipenuhi dari APBN sebagai penyertaan modal pemerintah (ekuiti),
pinjaman baru, dan dana internal. Kemampuan pendanaan internal PLN sangat rendah sehingga seluruh
investasi didanai dengan hutang. Kebutuhan investasi PLN harus ditunjang dengan meningkatnya
kemampuan Pendanaan Sendiri, dan menjaga rasio hutang terhadap aset PLN agar dapat secara terus
menerus mendukung perkembangan penyediaan listrik. Peran APBN setiap tahun menjadi sangat penting
karena secara politis sangat sulit menaikkan tarif ke tingkat yang lebih tinggi daripada BPP dalam waktu
dekat.
96
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
97
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
2. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
4. Peraturan Presiden No. 71/2006 jo No. 59/2009 tentang Penugasan kepada PT PLN (Persero) untuk
Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara
5. Peraturan Presiden No. 77/2008 tentang Pengesahan Memorandum of Understanding on the ASEAN
Power Grid (Memorandum Saling Pengertian Mengenai Jaringan Transmisi Tenaga Listrik ASEAN)
6. Peraturan Presiden No. 4/2010 jo No. 48/2011 tentang Perubahan atas Penugasan kepada PT PLN
(Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan
Energi Terbarukan, Batubara dan Gas
7. Peraturan Menteri ESDM No. 2/2010 jo No. 15/2010 tentang Daftar Proyek-proyek Percepatan
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas
Serta Transmisi Terkait
8. Peraturan Menteri ESDM No. 1/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri ESDM No.
15/2010 tentang Daftar Proyek-proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang
Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas Serta Transmisi Terkait
9. Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No. AHU-46951.AH.01.02.Tahun 2008 tentang Persetujuan
Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
10. Keputusan Menteri ESDM No. 634-12/20/600.3/2011 tentang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
PT PLN (Persero)
11. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025,
Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta 2011
12. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2008–2027, Departemen Energi Dan Sumber
Daya Mineral, 2008
13. Draft Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2010–2029, Departemen Energi Dan
Sumber Daya Mineral, 2011
14. Draft Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2012–2031, Departemen Energi Dan
Sumber Daya Mineral, 2012
15. Pidato Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Acara Gerakan Menuju Bebas Pemadaman Listrik
Bergilir, Mataram, 27 Juli 2010
16. Draft Laporan Studi Penghematan Listrik dan Load Forecasting, Konsorsium LEMTEK UI dan Tim
Nano UI, November 2012
17. Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 –2025, Bappenas, BPS, UN Population Fund, 2005
18. Pendapatan Nasional Indonesia 2001–2005, BPS, 2008 dan update dari website BPS
19. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2009 –2018, PT PLN (Persero), 2009
20. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2010 –2019, PT PLN (Persero), 2010
21. Draft Energy Outlook 2008, Pusdatin Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2008
98
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
27. Indonesia Energy Outlook & Statistics 2006, Pengkajian Energi UI, 2006
30. Draft Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2011–2015, PT PLN (Persero), 2011
31. Slide Presentasi dari Badan Geologi Kementerian ESDM Tahun 2010 mengenai Sumber Daya dan
Cadangan Batubara.
32. Slide Presentasi dari Ditjen Migas berjudul Peranan Migas dalam Mendukung Ketahanan Energi, 2010
33. Master Plan Study for Geothermal Power Development in the Republic of Indonesia, WestJec, 2007
34. Draft Report of Master Plan Study for Hydro Power Development in Indonesia, Nippon Koei, 2011
37. Public Private Partnerships Infrastructure Projects Plan in Indonesia 2012, Bappenas, Jakarta 2012
39. Evaluasi Operasi Tahun 2011, PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali, 2012
40. Evaluasi Operasi Tahun 2011, PT PLN (Persero) P3B Sumatera, 2012
99
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 14:18:24
Lampiran A1.2
NERACA DAYA
SISTEM INTERKONEKSI SUMATERA
MW
PLTA IPP PLTA PLN
16.000 PLTGU PLTP PLTG/MG
PLTU PLTU IPP
10.000
PLTU
8.000
PLTU IPP
6.000
PLTU PLN
4.000 IPP dan sewa PLTU & PLTG Sewa
2.000
Pembangki Eksisng PLN
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
04/02/2013 14:18:24
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 109
Neraca Daya Sistem Sumatera (1/4)
No. Pasokan dan kebutuhan Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Kebutuhan
Produksi GWh 28.153 30.275 33.098 36.414 40.060 44.213 48.783 53.768 59.324 65.405
Faktor Beban % 72 72 71 70 69 69 69 68 69 70
Beban Puncak Bruto MW 4.464 4.800 5.322 5.968 6.603 7.310 8.105 8.968 9.874 10.716
2 Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 5.202 5.184 4.630 3.580 3.529 3.337 3.337 3.337 3.337 3.337
PLN MW 3.393 3.375 3.339 2.834 2.783 2.663 2.663 2.663 2.663 2.663
PLTA MW 847 847 847 847 847 847 847 847 847 847
PLTMH MW 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
PLTU MW 1.012 1.012 1.012 780 780 660 660 660 660 660
PLTG MW 608 590 590 317 317 317 317 317 317 317
PLTGU MW 831 831 831 831 831 831 831 831 831 831
PLTD MW 87 87 51 51 - - - - - -
Swasta
Sewa MW 1.135 1.135 617 72 72 - - - - -
IPP MW 674 674 674 674 674 674 674 674 674 674
PLTA MW 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180
PLTMH MW 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
PLTU MW 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227
PLTG MW 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
PLTGU MW 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
PLTMG MW 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
PLTP MW 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Retired & Mothballed (PLN) MW 114 18 36 232 60 130 - - - -
04/02/2013 14:18:24
110
No. Pasokan dan kebutuhan Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
3 Tambahan Kapasitas
PLN ON-GOING & COMMITTED
Tarahan (FTP1) PLTU 200
04/02/2013 14:18:24
Neraca Daya Sistem Sumatera (3/4) Lanjutan
No. Pasokan dan kebutuhan Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 14:18:24
112
No. Pasokan dan kebutuhan Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Simpang Aur (FTP2) PLTA 23
Semangka (FTP2) PLTA 56
Hasang (FTP2) PLTA 40
Peusangan-4 (FTP2) PLTA 83
Merangin (PPP) PLTA 350
04/02/2013 14:18:24
Lampiran A1.3
NERACA ENERGI
SISTEM INTERKONEKSI SUMATERA
Neraca Energi
Proyeksi Kebutuhan Energi Primer Sistem Interkoneksi Sumatera
JENIS Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
HSD 10^3 kl 1.717 1.389 63 63 63 63 63 63 63 63
MFO 10^3 kl 404 371 136 - - - - - - -
Gas bcf 87 89 97 71 72 67 57 54 54 56
LNG bcf - - 32 31 33 33 30 28 28 29
Batubara 10^3 ton 4.955 6.496 9.213 12.129 12.196 11.460 14.100 15.402 17.525 20.847
04/02/2013 14:18:24
Lampiran A1.4
TEG JML MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
SISTEM ACEH
1 GI ALUE DUA/
LANGSA
150/20 1x30 30
Total 30 18,2 18,5 19,9 30 21,9 23,7 25,6 27,4 30 30,1 32,1 34,2
PLTD SEWA 51% 10 72% 39% 43% 47% 50% 36% 39% 42% 45%
2 GI TUALANG
Total 30 22,2 25,2 27,8 20 31,4 34,8 38,3 42,0 20 47,0 51,0 20 55,4
65% 74% 55% 62% 68% 75% 62% 69% 60% 65%
65% 62% 68% 38% 42% 46% 50% 56% 61% 66%
Total 60 42,8 47,1 60 51,8 46,9 51,6 56,4 61,4 68,4 73,8 79,7 30
PLTD SEWA 30 47% 40 46% 51% 46% 51% 55% 60% 67% 72% 63%
UP
150/20 30
60-30
Total 60 38,0 44,0 41,7 47,5 53,0 30 58,8 64,9 73,1 79,9 30 87,2
PLTD SEWA 36% 30 57% 55% 62% 52% 58% 64% 72% 63% 68%
UP UP
150/20 1x20 20
60-10 60-30
Total 30 28,2 34,0 38,0 43,5 50 48,6 54,1 59,8 67,6 73,9 80,9 30
PLTD SEWA 35% 20 57% 64% 43% 48% 53% 59% 66% 72% 63%
04/02/2013 14:18:25
Capacity Balance GI Aceh
(lanjutan)
Kapasitas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
TEG JML MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
7 GI BANDA UP
150/20 2x30 60
ACEH I / 60-30
LAMBAROE
1x60 60
Total 120 88,0 106,6 78,2 87,9 30 102,2 117,8 103,8 122,3 124,8 127,3
PLTD SEWA 43% 50 70% 51% 49% 57% 66% 58% 68% 70% 71%
10 GI TAKENGON 150/20 2x30 19,8 60 20,7 21,7 22,6 23,5 24,4 25,3 26,2 27,2
Total 39% 41% 42% 44% 46% 48% 50% 51% 53%
11 GI SUBULUS- 150/20
SALAM
150/20 1x30 13,6 30 14,4 15,3 16,1 17,0 17,8 18,6 19,5 30 20,3
Total 53% 57% 60% 63% 67% 70% 73% 38% 40%
12 GI MEU- 150/20 2x30 26,8 60 32,2 33,6 34,9 36,3 37,7 30 39,1 40,4 41,8 43,2
LABOH
Total 53% 63% 66% 69% 71% 49% 51% 53% 55% 57%
13 GI KUTA CANE 150/20 1x30 11,4 30 12,0 12,6 13,1 13,7 14,3 14,8 15,4 16,0
Total 45% 47% 49% 51% 54% 56% 58% 60% 63%
14 GI JANTHO 150/20 1x30 9,5 30 13,7 15,8 18,5 21,2 30 24,1 27,1 32,0 35,0 38,3 30,0
Total 37% 54% 62% 73% 42% 47% 53% 63% 69% 50%
15 GI PANTON- 150/20 1x30 8,1 30 10,9 12,0 13,4 14,7 16,1 17,5 19,5 30 21,1 22,8
LABU
Total 32% 43% 47% 53% 58% 63% 69% 38% 41% 45%
16 GI KRUENG 150/20 2x30 14,3 60 16,8 19,3 21,9 24,7 29,0 35,0 42,2
RAYA
Total 28% 33% 38% 43% 48% 57% 69% 83%
17 GI BLANG 150/20 1x30 9,4 30 9,8 10,1 10,5 10,9 11,2 11,6 12,0 12,3
PIDIE
Total 37% 38% 40% 41% 43% 44% 45% 47% 48%
04/02/2013 14:18:25
118
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
18 GI TAPAK 150/20 1x30 6,4 30 6,6 6,9 7,1 7,4 7,6 7,8 8,1 8,3
TUAN
Total 25% 26% 27% 28% 29% 30% 31% 32% 33%
19 GI COT 150/20 2x30 13,4 30 14,7 16,1 17,5 19,5 30 21,1 22,8
TRUENG
Total 53% 58% 63% 69% 38% 41% 45%
20 GI BLANG 150/20 1x30 4,6 30 4,9 5,1 5,4 5,6 5,8 6,1 6,3
KJEREN
Total 18% 19% 20% 21% 22% 23% 24% 25%
21 GI SAMA- 150/20 1x30 11,8 30 13,4 15,0 16,6 18,3 20,6 30 22,5 24,6
LANGA
Total 46% 53% 59% 65% 72% 40% 44% 48%
Total Beban GI 360 298 270 409 240 461 290 526 140 581 60 640 30 701 170 782 90 850 80 929 150
Konsumen Besar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL PEAK GI 298 409 461 526 581 640 701 782 850 929
TOTAL PEAK
278 381 431 489 549 612 681 755 833 920
SISTEM
DIVERSITY FACTOR 1,07 1,07 1,07 1,07 1,06 1,04 1,03 1,04 1,02 1,01
04/02/2013 14:18:25
Capacity Balance GI Sumut
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
SISTEM SUMUT
1 GLUGUR 150/20 60
150/20 60
ADD
Total 120.0 97,77 60 95,43 101,15 107,22 90,92 96,38 102,16 108,29 114,79 91,26
64% 62% 66% 70% 59% 63% 67% 71% 75% 60%
150/20 60
ADD
Total 120 64,72 61,67 65,99 70,61 75,55 80,84 60 86,49 92,55 99,03 105,96
63% 60% 65% 69% 74% 53% 57% 60% 65% 69%
150/20 60
150/20 60 GI
Total 180 114,48 99,86 105,86 112,21 118,94 126,08 60 133,64 141,66 150,16 159,17
75% 65% 69% 73% 78% 62% 66% 69% 74% 78%
ADD
Total 60 38,25 40,93 60 43,80 46,86 50,14 53,65 57,41 61,43 65,73 70,33
75% 40% 43% 46% 49% 53% 56% 60% 64% 69%
150/20 60 *
150/20 60
Total 120,0 42,43 33,68 35,71 37,85 40,12 42,53 45,08 47,78 50,65 53,69
42% 33% 35% 37% 39% 42% 44% 47% 50% 53%
04/02/2013 14:18:25
120
Capacity Balance GI Sumut
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
6 KIM 150/20 60
150/20 60
150/20 60
Total 180 81,05 75,62 80,16 84,97 90,06 95,47 101,19 107,27 113,70 120,52
150/20 60
UP
Total 91.5 19,93 30 20,73 21,56 22,42 23,32 24,25 25,22 26,23 27,28 28,37
19% UAI 20% 21% 22% 23% 23% 24% 25% 26% 27%
8 LAMHOTMA 150/20 20
UP &
Total 20 14,68 40 21,22 16,50 17,49 18,53 19,65 20,83 22,07 23,40 24,80
29% 42% 32% 34% 36% 39% 41% 43% 46% 49%
9 DENAI 150/20 60
Total 60 45,85 39,13 41,87 44,80 47,93 51,29 54,88 58,72 62,83 67,23
45% 38% 41% 44% 47% 50% 54% 58% 62% 66%
10 NAMURAMBE 150/20 60
ADD
UAI
Total 60 48,53 60 37,65 39,91 42,30 44,84 47,53 50,38 53,40 56,61 60,01
48% 37% 39% 41% 44% 47% 49% 52% 55% 59%
150/20 31.5
UAI
04/02/2013 14:18:25
Capacity Balance GI Sumut
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Total 91.5 61,98 60 54,68 57,97 61,44 65,13 69,04 73,18 77,57 82,22 87,16
48% 42% 45% 48% 51% 54% 57% 60% 64% 68%
150/20 60
150/20 60 GI
Total 180 98,26 97,86 104,71 112,04 119,88 128,28 137,26 60 146,86 157,14 168,14 60
64% 64% 68% 73% 78% 84% 67% 72% 77% 66%
13 BINJAI 150/20 60
150/20 60
Total 120 89,51 83,42 88,26 93,38 88,92 94,07 99,53 105,30 111,41 106,08
59% 55% 58% 61% 58% 61% 65% 69% 73% 69%
14 P. BRANDAN 150/20 30
150/20 30
Total 60 25,14 20,98 22,24 23,57 24,98 26,48 28,07 29,76 31,54 33,43
49% 41% 44% 46% 49% 52% 55% 58% 62% 66%
150/20 30
ADD
Total 61.5 32,37 60 34,09 35,90 37,80 39,80 41,91 44,13 46,47 48,93 51,53
31% 33% 35% 37% 39% 41% 43% 45% 47% 50%
16 T. MORAWA 150/20 60
Total 60 40,11 13,12 35,08 37,18 39,42 41,78 44,29 46,94 49,76 52,75
39% 13% 34% 36% 39% 41% 43% 46% 49% 52%
150/20 60
04/02/2013 14:18:25
122
Capacity Balance GI Sumut
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
UAI
Total 120 55,31 60 57,18 61,18 65,46 70,05 74,95 80,20 85,81 91,82 98,24
36% 37% 40% 43% 46% 49% 52% 56% 60% 64%
Total 120 44,82 47,06 43,06 45,21 47,47 49,84 52,34 54,95 57,70 60,59
44% 46% 42% 44% 47% 49% 51% 54% 57% 59%
19 PEMATANG 150/20 30
SIANTAR
150/20 60
UAI
Total 90 74,47 60 77,82 66,93 69,94 73,09 76,37 79,81 83,40 87,16 91,08
58% 61% 52% 55% 57% 60% 63% 65% 68% 71%
Total 10 11,98 12,58 13,21 13,87 14,56 15,29 16,05 16,85 17,70 18,58
47% 49% 52% 54% 57% 60% 63% 66% 69% 73%
21 KISARAN 150/20 60
150/20 31,5
150/20 30,0 UP
Total 122 62,56 30,0 65,69 68,98 72,43 76,05 79,85 83,84 88,03 92,44 97,06 60
49% 51% 54% 56% 59% 62% 65% 68% 72% 54%
ADD
Total 20 12,74 30 13,12 13,51 13,92 14,34 14,77 15,21 15,67 16,14 16,62
30% 31% 32% 33% 34% 35% 36% 37% 38% 39%
23 R, PRAPAT 150/20 30
04/02/2013 14:18:26
Capacity Balance GI Sumut
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
150/20 0
150/20 31,5 UP
Total 61,5 45,63 28,5 48,36 51,26 54,34 57,60 61,06 64,72 68,60 72,72 77,08 60
45% UAI 47% 50% 53% 56% 60% 63% 67% 71% 50%
ADD
Total 30 20,02 21,22 22,50 30 23,85 25,28 26,79 28,40 30,10 31,91 33,83
79% 83% 44% 47% 50% 53% 56% 59% 63% 66%
25 BRASTAGI 150/20 30
150/20 20
UP
Total 50 37,28 40 39,52 41,89 44,40 47,06 49,89 52,88 56,05 59,42 62,98 60
49% 52% 55% 58% 62% 65% 69% 73% 78% 49%
26 SIDIKALANG 150/20 20
UAI
Total 20 17,65 30 15,53 16,31 17,12 17,98 18,88 19,82 20,81 21,85 22,95
42% 37% 38% 40% 42% 44% 47% 49% 51% 54%
27 TELE 150/20 10
Total 10 2,32 2,41 2,51 2,61 2,71 2,82 2,94 3,05 3,18 3,30
28 PORSEA 150/20 20
ADD
Total 20 14,48 20 14,91 15,36 15,82 16,30 16,79 17,29 17,81 18,34 18,89
43% 44% 45% 47% 48% 49% 51% 52% 54% 56%
04/02/2013 14:18:26
124
Capacity Balance GI Sumut
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
29 TARUTUNG 150/20 10
150/20 10
ADD
Total 20 14,91 30 15,36 15,82 16,29 16,78 17,28 17,80 18,34 18,89 19,45
30 SIBOLGA 150/20 30
150/20 10
ADD
Total 40 28,51 60 29,93 31,43 33,00 34,65 36,38 38,20 40,11 42,12 44,22
34% 35% 37% 39% 41% 43% 45% 47% 50% 52%
31 P. SIDIMPUAN 150/20 30
150/20 31.5
Total 62 37,69 23,71 24,42 25,15 25,91 26,68 27,49 28,31 29,16 30,03
48% 30% 31% 32% 33% 34% 35% 36% 37% 39%
ADD
Total 10 8,85 10 9,29 9,76 10,25 10,76 11,30 11,86 12,46 13,08 13,73
26% 27% 29% 30% 32% 33% 35% 37% 38% 40%
150/20 0
COD 2013
Total 30 17,0 18,19 19,46 20,83 22,28 30 23,84 25,51 27,30 29,21
34 PANYABUNGAN 150/20 30
150/20 30
04/02/2013 14:18:26
Capacity Balance GI Sumut
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
COD 2013
Total 60 15,10 16,01 16,97 17,98 19,06 20,21 21,42 22,70 24,07
35 PARLILITAN 150/20 10
COD 2012
Total 10 1,50 1,53 1,56 1,59 1,62 1,66 1,69 1,72 1,76 1,79
18% 18% 18% 19% 19% 19% 20% 20% 21% 21%
36 SALAK 150/20 60
(Untuk menyerap
energi PLTM)
COD 2013
Total 60 3,00 3,12 3,24 3,37 3,51 3,65 3,80 3,95 4,11
6% 6% 6% 7% 7% 7% 7% 8% 8%
Total 60 2,00 2,06 2,12 2,19 2,25 2,32 2,39 2,46 2,53
4% 4% 4% 4% 4% 5% 5% 5% 5%
Total 60 32,31 34,25 36,30 38,48 60 40,79 43,24 45,83 48,58 51,50
39 PANGURURAN 150/20 30
Total 30 1,50 2,00 2,08 2,16 2,25 2,34 2,43 2,53 2,63 2,74
04/02/2013 14:18:26
126
Capacity Balance GI Sumut
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Total 60 8,8 9,33 9,89 10,48 11,11 11,78 12,48 13,23 14,03 14,87
17% 18% 19% 21% 22% 23% 24% 26% 28% 29%
41 KIM 2 150/20 60
42 SELAYANG 150/20 30
150/20 30
43 PANCING 150/20 60
TOTAL PEAK GI 2.519 1.494 1.484 1.560 1.666 1.785 1.888 1.999 2.116 2.242 2.335
- PT Grouth 150/20 44,0 44,0 44,0 44,0 44,0 44,0 44,0 44,0 44,0 44,0
- PT Gunung 150/20 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0 34,0
TOTAL PEAK GI
TOTAL PEAK 1.473 1.482 1.541 1.646 1.766 1.866 1.978 2.092 2.206 2.327
DIVERSITY 1.014 1.001 1.012 1.012 1.011 1.012 1.011 1.011 1.017 1.003
04/02/2013 14:18:26
Capacity Balance GI Sumbar
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
CABANG PADANG
1 PIP 150/20 20
150/20 30
Total 50 29,7 30 32,8 36,4 40,2 34,8 38,3 42,1 46,2 50,5 60 55,2
44% 48% 53% 59% 51% 56% 62% 68% 42% 46%
150/20 30 UP
Total 90 52,8 30 58,3 64,5 71,1 52,2 57,4 62,9 68,8 75,1 81,9 60
52% 57% 63% 70% 51% 56% 62% 67% 74% 54%
150/20 42
Total 84 40,7 44,8 49,3 54,3 36,6 40,1 43,8 47,8 52,0 52,0
57% 63% 69% 76% 51% 56% 61% 67% 73% 73%
4 INDARUNG
Total 150 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0
64% 64% 64% 64% 64% 64% 64% 64% 64% 64%
150/20 30
Total 50 19,3 21,3 23,6 26,1 29,2 32,2 35,3 30 38,7 42,4 46,3
45% 50% 55% 61% 69% 76% 52% 57% 62% 68%
6 BUNGUS (NEW) 150/20 30 11,1 12,5 14,0 15,7 17,9 20,0 30 22,3 24,8 27,6 30,6
44% 49% 55% 62% 70% 39% 44% 49% 54% 60%
7 PARIAMAN (NEW) 150/20 30 9,3 10,3 11,4 12,7 14,3 15,8 17,5 19,3 30 21,2 23,3
36% 40% 45% 50% 56% 62% 69% 38% 42% 46%
8 KAMBANG (NEW) 150/20 30 12,2 13,5 15,1 16,7 18,8 20,9 30 23,0 25,4 27,9 30,6
48% 53% 59% 66% 74% 41% 45% 50% 55% 60%
04/02/2013 14:18:27
128
Capacity Balance GI Riau
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
9 GI/GIS KOTA PADANG 150/20 120 52,9 58,0 63,5 69,3 75,4 60 82,1
(NEW)
52% 57% 62% 68% 49% 54%
10 GI SUNGAI PENUH (NEW) 150/20 30 16,9 18,6 20,5 30 22,6 25,2 27,6 30,3 33,0 36,0 39,2 30
66% 73% 40% 44% 49% 54% 59% 65% 71% 51%
11 MANINJAU 150/20 20 10,7 11,9 13,2 30 14,7 16,5 18,3 20,2 22,3 24,5 26,9
63% 70% 31% 35% 39% 43% 48% 52% 58% 63%
150/20 30 UP
Total 50 25,3 40 28,1 31,3 34,7 39,1 43,3 47,8 52,6 57,8 30 63,5
33% 37% 41% 45% 51% 57% 62% 69% 57% 62%
NEW
13 SIMPANG EMPAT 150/20 30 24,0 30 26,5 29,4 32,5 36,3 40,1 60 44,0 48,2 52,7 57,7
47% 52% 58% 64% 71% 39% 43% 47% 52% 57%
15 GI PADANG PANJANG 150/20 10 9,9 30 11,0 12,2 13,6 15,3 16,9 18,7 20,6 22,6 24,8
(NEW)
29% 32% 36% 40% 45% 50% 55% 61% 66% 73%
CABANG SOLOK
16 SOLOK 150/20 20
150/20 20 UP
Total 40 32,2 40 35,4 39,0 42,9 47,8 52,4 30 57,3 62,5 68,0 73,9
47% 52% 57% 63% 70% 56% 61% 67% 73% 79%
17 SALAK 150/20 20 13,8 15,4 30 17,1 19,0 21,4 23,7 26,1 28,8 31,6 34,8 60
81% 36% 40% 45% 50% 56% 62% 68% 74% 37%
04/02/2013 14:18:27
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 129
Capacity Balance GI Riau
(lanjutan)
Kapasitas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
150/20 10
Total 30 23,1 13,6 15,4 17,5 20,1 30 22,7 25,5 28,7 32,1 36,0
91% 53% 61% 69% 39% 44% 50% 56% 63% 71%
19 GI S.RUMBAI/GNG. 150/20 30 12,6 14,0 15,5 17,3 19,1 21,0 30 23,0 25,1 27,5
MEDAN (NEW)
50% 55% 61% 68% 75% 41% 45% 49% 54%
CABANG PAYAKUMBUH
20 PAYAKUMBUH 150/20 30 25,5 30 28,1 31,0 34,1 38,1 30 41,8 45,7 49,9 54,3 59,2
50% 55% 61% 67% 50% 55% 60% 65% 71% 77%
21 BATUSANGKAR 150/20 30 9,4 10,4 11,5 12,6 14,1 15,5 16,9 18,5 20,1 30 21,9
37% 41% 45% 50% 55% 61% 66% 72% 39% 43%
TOTAL PEAK GI 447,8 486,9 530,8 578,4 629,8 701,0 746,1 828,6 878,9 971,3
TOTAL PEAK SISTEM 434,8 472,7 515,4 561,5 611,5 680,5 724,4 804,4 853,3 947,5
DIVERSITY FACTOR 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03
04/02/2013 14:18:27
130
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
2 KIJANG 150/20 0 14,49 60 15,14 15,87 16,63 17,44 18,28 19,17 20,13 21,13
3 TANJUNG UBAN 150/20 0 21,23 60 22,07 51,05 60 52,15 53,38 54,77 56,33 58,09 59,90
4 SRI BINTAN 150/20 0 14,49 30 15,14 15,87 16,63 17,44 18,28 19,17 20,13 30,00 21,13
TOTAL PEAK GI 55,0 180 71,9 - 103,9 60 107,6 - 111,5 - 115,7 - 120,2 - 125,2 - 130,3 -
TOTAL PEAK SISTEM 54,5 71,5 103,9 107,6 111,5 115,7 120,2 125,2 130,3
DIVERSITY FACTOR 1,01 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
04/02/2013 14:18:27
Capacity Balance GI S2JB
Kapasitas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 BUKITSI- 70/12 15
GUNTANG
PTM 2012 70/20 15
Total 30 30,13 15 29,27 15 26,92 30,03 33,25 37,10 41,39 35,79 40,22 45,05
59% 46% 42% 47% 52% 58% 65% 56% 63% 71%
2 TALANG 70/12 10
RATU
PTM 2012 70/12
70/20 10
70/20 10
Total 30 16,95 20 15,61 11,87 13,29 14,69 16,44 18,39 12,72 14,45 16,31
40% 37% 28% 31% 35% 39% 43% 30% 34% 38%
3 SEDUDUK 70/12 15
PUTIH
PTM 2012 70/20 30
Total 45 27,32 5 21,13 10 12,83 15,81 18,81 20,89 23,21 19,53 21,92 24,47
64% 41% 25% 31% 37% 41% 46% 38% 43% 48%
4 SUNGAI 70/12 15
JUARO
70/20 20
Total 35 14,67 -15 5,20 30 5,49 5,66 5,75 5,87 5,96 6,06 6,12 6,09
86% 12% 13% 13% 14% 14% 14% 14% 14% 14%
5 BOOM 70/20 15
BARU 70
kV 70/20 30
Total 30 33,97 30 19,16 23,09 26,80 30,52 35,07 40,11 30,08 35,02 40,31
67% 38% 45% 53% 60% 69% 79% 59% 69% 79%
6 BUNGA- 70/12 5
RAN
PTM di 70/12 5
2012
70/20 15
70/20 10
Total 35 21,79 - 11,26 35 13,05 14,54 15,90 17,73 19,77 22,47 25,54 28,75
73% 19% 22% 24% 27% 30% 33% 38% 43% 48%
04/02/2013 14:18:27
132
Capacity Balance GI S2JB
(lanjutan)
Gardu Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Trafo MVA
Induk Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
7 SUNGAI 70/12 10
- Trafo 70/20 15
(Step up : Total 25 15,66 5 13,18 14,49 30 15,58 16,58 17,83 19,17 20,84 22,65 23,14
Pertam-
ina) 61% 52% 28% 31% 33% 35% 38% 41% 44% 45%
Sudah 70/12 10
PTM di 150/20 60
2012
Total 85 20,50 (25) 34,25 38,56 42,57 60 46,53 51,37 56,70 63,22 70,48 78,19
40% 67% 76% 42% 46% 50% 56% 62% 69% 77%
9 TALANG 150/20 60
KELAPA
60
120 49,03 20 51,78 40 59,25 66,22 73,16 81,74 91,31 103,11 60 116,41 130,65 60
41% 34% 39% 43% 48% 53% 60% 51% 57% 51%
10 BORANG 150/20
Total 30 21,94 12 29,24 33,81 48 39,48 47,03 55,20 64,79 41,37 45,97 51,08
61% 82% 44% 52% 61% 72% 85% 54% 60% 67%
150/20 16
150/20 32 22,26 26,34 30 29,75 33,33 37,25 41,91 30 47,24 53,57 60,86 62,00
82% 50% 56% 63% 71% 54% 60% 69% 78% 79%
12 SIMPANG 150/20
TIGA
150/20 60
Total 60 51,14 63,17 58,42 64,70 70,79 78,40 86,94 60 97,54 109,40 120,20
50% 62% 57% 63% 69% 77% 57% 64% 72% 79%
04/02/2013 14:18:27
Capacity Balance GI S2JB
(lanjutan)
Gardu Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Trafo MVA
Induk Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
13 PRABU- 150/20 15
MULIH
150/20 30 Add
Total 45 32,10 39,17 60 43,57 47,53 51,33 55,99 61,08 67,28 74,12 60 81,25
84% 44% 49% 53% 58% 63% 68% 75% 53% 58%
14 BUKIT 150/20 60
ASAM
150/20 60
Total 120 27,97 33,66 36,93 39,72 42,30 45,50 48,95 53,17 57,76 62,44
27% 33% 36% 39% 41% 45% 48% 52% 57% 61%
15 BATU- 150/20 30
RAJA
150/20 30 Uprate 30-60 (UAI)
Total 60 64,32 30 76,97 60 76,34 70,18 74,92 80,91 87,36 95,42 102,81 110,89
63% 50% 50% 46% 49% 53% 57% 62% 67% 72%
16 LAHAT 150/20 10
Total 30 23,00 20 27,83 24,34 16,48 18,43 20,91 23,60 26,96 30,65 32,44
54% 65% 57% 39% 43% 49% 56% 63% 72% 76%
17 PAGAR 150/20 10
ALAM
150/20 15 Uprate 10-30 (IBRD) Uprate
Total 25 15,43 20 18,57 16,13 17,42 18,57 20,05 21,65 15 23,66 25,85 28,07 0
40% 49% 42% 46% 49% 52% 42% 46% 51% 55%
18 LUBUK- 150/20 30
LINGGAU
20
50 46,95 57,64 56,30 60 62,46 68,45 62,76 69,94 78,87 88,81 99,27
61% 75% 44% 49% 54% 49% 55% 62% 70% 78%
04/02/2013 14:18:28
134
Capacity Balance GI S2JB
(lanjutan)
Gardu Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Trafo MVA
Induk Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
19 BETUNG 150/20 20
150/20 30
50 38,91 31,96 32,96 39,10 60 45,94 54,28 64,01 75,82 30 89,62 105,86 30
76% 63% 65% 38% 45% 53% 63% 59% 70% 69%
60 37,66 45,53 42,65 30 46,09 34,81 37,62 40,66 44,38 48,43 52,72
74% 89% 56% 60% 46% 49% 53% 58% 63% 69%
21 GUNUNG 150/20 30 13,97 30 16,89 18,62 20,12 11,53 9,22 9,22 9,90 10,81 11,86
MEGANG
27% 33% 37% 39% 23% 18% 18% 19% 21% 23%
1 GI Kenten 150/20 60
150/20 60
120 0,0 27,1 44,3 49,3 54,2 60,2 66,9 60,0 67,4 75,2
3 JAKABA- 150/20 30 12,59 13,85 15,23 16,75 18,43 30 20,27 22,30 24,53 26,98
RING
0% 49% 54% 60% 66% 36% 40% 44% 48% 53%
4 KAYU 150/20 30 12,69 13,81 15,01 16,32 17,63 19,04 30 20,56 23,99
AGUNG
0% 0% 50% 54% 59% 64% 69% 37% 40% 47%
5 TANJUNG 150/20 30
API-API
150/20 30
Total 60 11,45 12,25 13,11 14,03 15,01 16,06 17,18 18,38 19,67
04/02/2013 14:18:28
Capacity Balance GI S2JB
Kapasitas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gardu Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Trafo MVA
Induk Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
6 SUNGAI 150/20 30 15,00 15,75 16,54 17,36 30 18,23 19,14 20,10 20,10
LILIN
0% 0% 59% 62% 65% 34% 36% 38% 39% 39%
9 SEKAYU 150/20 30 15,0 16,1 17,2 18,4 19,7 21,0 22,5 - 24,1 30 25,8 30
10 TEBING 150/20 30 12,7 13,5 14,3 15,1 16,1 17,0 18,0 30 19,1 30
TINGGI
0% 0% 50% 53% 56% 59% 63% 67% 35% 25%
11 GANDUS 150/20 60
60
120 0,0 18,9 31,5 35,1 38,7 43,0 47,9 48,4 54,4 60,8
12 MARTA- 150/20 30 16,1 17,4 18,6 20,1 30,0 21,7 23,7 25,9 35,0
PURA
0% 0% 63% 68% 73% 39% 43% 47% 51% 69%
Total Kap. MVA 1.304 167 1.914 610 2.202 288 2.352 150 2.412 60 2.562 150 2.637 75 2.877 240 3.057 180 3.207 150
TOTAL PEAK GI MW 625,65 752,85 849,84 928,37 1.019,62 1.128,15 1.248,72 1.360,12 1.513,06 1.673,14
04/02/2013 14:18:28
136
Capacity Balance GI S2JB
(lanjutan)
Gardu Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Trafo MVA
Induk Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
70/20 30
Total 75 63,06 45,00 74,82 24,92 17,43 18,17 20,76 22,35 23,91 25,59 31,12
2 PEKALO 70/20 5
NGAN
70/20 10
150/20 30
Total 30 19,99 24,60 30 27,11 27,27 27,14 31,36 32,88 34,13 35,42 36,01 30
78% 48% 53% 53% 53% 61% 64% 67% 69% 47%
3 TES 70/20 5
15 6,9 8,3 9,0 0,84 0,64 1,79 2,08 2,26 2,45 2,43
4 MANNA/
150/20 30 12,00 14,49 15,67 15,47 15,10 17,13 17,62 17,95 18,28 18,24
MASSOD
OPERASI 47% 57% 61% 61% 59% 67% 69% 70% 72% 72%
1 Muko-
150/20 30 7,60 8,13 8,70 9,31 9,96 10,65 11,40
Muko
Ditarik 0% 0% 0% 30% 32% 34% 36% 39% 42% 45%
2 PULAU 150/20 60
BAAI
150/20 60 Beban dari GI
Total 120 58,15 60,99 63,61 72,66 60 78,22 83,69 89,57 94,71
4 GI ARGA
MAKMUR 150/20 30 8,71 9,09 10,38 11,17 11,96 12,80 13,53
04/02/2013 14:18:28
Capacity Balance GI S2JB
(lanjutan)
Gardu Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Trafo MVA
Induk Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Total Kap. MVA 205 75 235 30 355 120 415 60 415 - 505 90 505 - 505 - 505 - 535 30
Total Kap. MW - - - - - - - - - -
TOTAL PEAK GI MW 101,91 122,19 134,82 138,30 141,88 172,68 184,23 195,20 206,90 220,41
150/20 30
150/20 30
Total 60 45,76 60 47,88 55,90 61,66 68,79 77,61 88,51 60 97,59 106,39 118,63
45% 47% 55% 60% 67% 76% 58% 64% 70% 78%
2 PAYO 150/20 60
SELINCAH
150/20 60
Total 120 69,58 60 80,99 88,62 97,83 109,11 122,92 60 139,87 154,29 175,92 60 194,70 60
45% 53% 58% 64% 71% 60% 69% 76% 69% 64%
3 MUARA 150/20 30
BUNGO
30
60 46,59 56,21 60 64,15 69,74 76,56 84,89 60 95,04 103,31 111,17 122,05 30
91% 55% 63% 68% 75% 55% 62% 68% 73% 68%
4 BANGKO 150/20 30 24,70 60 29,81 28,02 27,60 27,15 26,67 26,16 25,61 30 25,02 24,39
32% 39% 37% 36% 35% 35% 34% 25% 25% 24%
5 MUARA 150/20 30 19,50 23,38 60 26,51 28,63 31,23 34,40 38,27 41,33 44,19 48,20
BULIAN
76% 31% 35% 37% 41% 45% 50% 54% 58% 63%
USULAN
GI BARU
150/20
1 GI SABAK 150/20 30 8,00 8,64 9,33 10,08 10,88 11,75 12,69 13,71 14,81
04/02/2013 14:18:28
138
Kapasitas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
2 GI SARO 150/20 30 0 0 12,00 12,84 13,74 14,70 15,73 16,83 18,00 30 19,26
LANGUN
0% 0% 47% 50% 54% 58% 62% 66% 35% 38%
TOTAL PEAK GI MW 206,1 246,3 283,8 307,6 336,7 372,1 427,1 464,4 508,1 556,9
PLN S2JB
Kapasitas terpa-
MVA 1.311 2.779 3.217 3.427 3.487 3.847 4.012 4.282 4.552 4.822
sang GI
PEAK GI WS2JB MW 998,7 1.121,3 1.268,5 1.374,3 1.498,1 1.672,9 1.860 2.020 2.228,1 2.450
PEAK SISTEM MW 996,3 1.116,9 1.252,3 1.360,9 1.480,0 1.637,8 1.812 1.991 2.191 2.433
04/02/2013 14:18:28
Capacity Balance GI Lampung
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 TARAHAN 150/20 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Terpasang MW (2x30) 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0
Beban Puncak MW 41,88 43,30 41,04 41,37 41,09 40,41 39,27 37,65 35,43 38,34
Pembebanan Trafo % 82,1% 84,91% 80,5% 81,1% 80,6% 79,2% 77,0% 73,8% 69,5% 75,2%
2 TELUK BETUNG 150/20 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Terpasang MW (1x60) 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0
Beban Puncak MW (1x60) 86,18 86,40 89,32 77,38 81,37 67,07 70,26 73,56 76,86 76,86
Pembebanan Trafo % 84,5% 84,7% 87,6% 75,9% 79,8% 65,8% 68,9% 72,1% 75,4% 75,4%
3 NATAR 150/20 60 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Terpasang MW (2x30) 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0
Beban Puncak MW 49,06 60 52,87 56,86 49,79 39,91 39,74 40,87 42,26 43,74 45,27
Pembebanan Trafo % 48,1% 51,8% 55,7% 48,8% 39,1% 39,0% 40,1% 41,4% 42,9% 44,4%
4 SUTAMI 150/20 60 60 60 60 60 90 90 90 90 90 90
Terpasang MW (2x30) 51,0 51,0 51,0 51,0 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW 34,06 36,53 39,10 41,49 43,66 30 45,86 48,08 50,36 52,65 55,05
Pembebanan Trafo % 66,8% 71,6% 76,7% 81,4% 57,1% 59,9% 62,8% 65,8% 68,8% 72,0%
5 KALIANDA 150/20 30 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Terpasang MW (1x30) 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0
Beban Puncak MW 26,67 30 28,73 30,89 22,15 23,38 29,09 30,57 32,09 33,61 35,21
Pembebanan Trafo % 52,3% 56,3% 60,6% 43,4% 45,8% 57,0% 59,9% 62,9% 65,9% 69,0%
6 GI TEGINENENG Total 70 70 70 110 110 110 110 150 150 150 150
Terpasang MW (2x20) 59,5 59,5 93,5 93,5 93,5 93,5 127,5 127,5 127,5 127,5
Beban Puncak MW (1x30) 54,79 59,08 63,56 40 67,71 71,49 75,31 79,16 40 83,13 87,12 91,29
Pembebanan Trafo % 92,1% 99,3% 68,0% *2) 72,4% 76,5% 80,5% 62,1% *2) 65,2% 68,3% 71,6%
04/02/2013 14:18:28
140
Capacity Balance GI Lampung
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Terpasang MW (1x30) 51,0 51,0 51,0 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 127,5
Beban Puncak MW 34,37 30 37,23 40,21 42,98 30 45,50 48,05 50,62 53,27 55,92 58,71 60,00
Pembebanan Trafo % 67,4% 73,0% 78,8% 56,2% 59,5% 62,8% 66,2% 69,6% 73,1% 46,0%
Terpasang MW (1x20) 42,5 42,5 42,5 42,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW (1x30) 28,49 31,50 34,66 37,58 39,88 40 42,54 45,23 48,00 50,78 53,72
Pembebanan Trafo % 67,0% 74,1% 81,5% 88,4% 52,1% *2) 55,6% 59,1% 62,7% 66,4% 70,2%
Terpasang MW (1x20) 42,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 102,0 102,0
Beban Puncak MW (1x30) 41,30 45,07 40 49,00 49,66 52,80 55,96 59,15 62,45 65,75 30 69,23
Pembebanan Trafo % 97,2% 58,9% *2) 64,1% 64,9% 69,0% 73,2% 77,3% 81,6% 64,5% *3) 67,9%
Terpasang MW (1x30) 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 127,5
Beban Puncak MW 40,65 60 48,86 40,98 43,99 46,26 49,00 51,76 54,62 57,48 60,49 60,00
Pembebanan Trafo % 53,1% 63,9% 53,6% 57,5% 60,5% 64,1% 67,7% 71,4% 75,1% 47,4%
11 KOTABUMI Total 40 80 80 120 120 120 120 120 120 180 180
Terpasang MW (2x20) 68,0 68,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 153,0 153,0
Beban Puncak MW 68,20 71,13 73,61 40 80,14 69,09 73,93 78,81 83,85 88,90 60 94,25
Pembebanan Trafo % 100,3% 104,6% 72,2% *2) 78,6% 67,7% 72,5% 77,3% 82,2% 58,1% 61,6%
12 PAGELARAN Total 50 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Terpasang MW (1x20) 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW (1x30) 44,95 40 48,25 41,01 38,67 40,72 42,79 44,88 47,04 49,20 51,46
Pembebanan Trafo % 58,8% *2) 63,1% 53,6% 50,6% 53,2% 55,9% 58,7% 61,5% 64,3% 67,3%
04/02/2013 14:18:29
Capacity Balance GI Lampung
(lanjutan)
Kapasitas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
13 GI METRO Total 50 50 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Terpasang MW (1x30) 42,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW (1x20) 32,07 33,56 40 35,13 36,58 37,90 39,23 40,58 41,97 43,36 44,80
Pembebanan Trafo % 75,4% 43,9% *2) 45,9% 47,8% 49,5% 51,3% 53,0% 54,9% 56,7% 58,6%
14 GI NEW TARAHAN 150/20 30 60 60 60 120 120 120 120 120 120 120
Terpasang MW (1x30) 51,0 51,0 51,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0
Beban Puncak MW 23,39 30 25,63 36,67 42,49 60 47,70 53,07 58,59 64,37 70,29 76,76
Pembebanan Trafo % 45,9% 50,2% 71,9% 41,7% 46,8% 52,0% 57,4% 63,1% 68,9% 75,3%
Terpasang MW (1x30) 25,5 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 102,0 102,0 102,0
Beban Puncak MW 25,14 33,82 30 40,39 44,16 43,53 34,51 38,20 42,36 60 46,99 52,13
Pembebanan Trafo % 98,6% 66,3% 79,2% 86,6% 85,4% 67,7% 74,9% 41,5% 46,1% 51,1%
16 GI BLAMBANGAN 150/20 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Terpasang MW (1x30) 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5
Beban Puncak MW 8,37 9,12 9,91 10,63 11,30 11,97 12,64 13,34 14,04 14,77
Pembebanan Trafo % 32,8% 35,8% 38,9% 41,7% 44,3% 46,9% 49,6% 52,3% 55,0% 57,9%
Terpasang MW 25,5 25,5 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 102,0
Beban Puncak MW 23,47 25,45 27,53 30 29,45 31,20 32,96 34,74 36,58 38,43 40,36
Pembebanan Trafo % 92,0% 99,8% 54,0% 57,7% 61,2% 64,6% 68,1% 71,7% 75,3% 39,6%
Beban Puncak MW 10,69 11,36 11,96 12,57 13,18 13,81 14,45 15,11
Pembebanan Trafo % 41,9% 44,5% 46,9% 49,3% 51,7% 54,2% 56,7% 59,3%
19 GI LIWA 150/20 30 30 30 30 30 30 30 30 30
04/02/2013 14:18:29
142
Capacity Balance GI Lampung
(lanjutan)
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Beban Puncak MW 17,03 18,29 19,43 20,58 21,74 11,82 12,44 13,09
Pembebanan Trafo % 66,8% 71,7% 76,2% 80,7% 85,2% 46,4% 48,8% 51,3%
Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5
Pembebanan Trafo % 33,3% 35,7% 38,3% 40,6% 42,8% 45,0% 47,2% 49,4% 51,7% 54,1%
23 GI KETAPANG 150/20 30 30 30 30 30 60 60 60
24 GI MESUJI 150/20 30 30 30 30 60 60 60 60
04/02/2013 14:18:29
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 143
Capacity Balance GI Lampung
(lanjutan)
Kapasitas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
28 GI BENGKUNAT 150/20 30 30 30 30
28 GI DIPASENA 70/20 90 90 3 x 30 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Terpasang MW 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW 55,95 56,79 57,67 58,48 52,00 52,00 52,00 52,00 52,00 52,00
Pembebanan Trafo % 73,1% 74,2% 75,4% 76,4% 68,0% 68,0% 68,0% 68,0% 68,0% 68,0%
GI DIPASENA 150/20 120 120 2X60 120 120 120 120 120 120
PEAK GI MW 727 782 845 989 1.035 1.097 1.152 1.209 1.264 1.202
PEAK SYSTEM MW 693 749 809 931 981 1.033 1.084 1.138 1.192 1.189
DIVERSITY FACTOR 1,05 1,04 1,04 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,01
04/02/2013 14:18:29
144
Capacity Balance GI Bangka
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Beban Puncak MW 26,74 20,90 27,33 32,85 39,68 38,20 49,08 60 62,93 80,69 97,04 60
Pembebanan Trafo % 52,4% 41,0% 53,6% 64,4% 77,8% 74,9% 48,1% 61,7% 79,1% 63,4%
Supply 20 kV 15 20 20 20 20 30 30 30 30
Terpasang MW 30 76,5
Beban Puncak MW (1X30) 15,62 13,27 15,99 18,02 30 20,58 18,79 22,92 28,16 34,81 43,04 30
Pembebanan Trafo % 61,3% 52,0% 62,7% 35,3% 40,3% 36,8% 44,9% 55,2% 68,3% 56,3%
Supply 20 kV 5 10 10 10 10 15 15 15 15
Terpasang MW 20 51,0
Beban Puncak MW (1x20) 10,04 6,80 8,56 9,80 11,37 8,35 10,90 14,12 30 18,21 27,73
Pembebanan Trafo % 39,4% 26,7% 33,6% 38,4% 44,6% 32,7% 42,7% 27,7% 35,7% 54,4%
Supply 20 kV 5 10 10 10 10 15 15 15 15
4 KELAPA 150/20 30
Terpasang MW 30 25,5
Beban Puncak MW (1x30) 8,44 30 9,07 9,88 10,90 12,22 13,89 15,99 18,41
Pembebanan Trafo % 33,1% 35,6% 38,8% 42,8% 47,9% 54,5% 62,7% 72,2%
Supply 20 kV 2 2 2 2 2 2 2
5 KOBA 150/20 30 60
Beban Puncak MW 14,62 30 15,60 16,85 18,43 20,46 30 23,03 21,29 30,50
Pembebanan Trafo % 57,3% 61,2% 66,1% 72,3% 40,1% 45,2% 41,7% 59,8%
04/02/2013 14:18:29
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 145
Capacity Balance GI Bangka
(lanjutan)
Kapasitas 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
6 MENTOK 150/20 30
Terpasang MW 30 25,5
Suplai 20 kV 7 7 7 7 7 1
7 TOBOALI 150/20 30 30
Suplai 20 kV 7 7 7 7 7
PEAK GI MW 52,4 41,0 74,9 85,3 102,0 99,4 121,5 149,7 180,6 246,0
PEAK SYSTEM MW 52,4 41,0 74,9 85,3 102,0 99,4 121,5 149,7 180,6 246,0
DIVERSITY FACTOR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
04/02/2013 14:18:29
146
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Trafo MVA
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 DUKONG 70/20 30 30 30 30 60 60 60 90 90 90
Terpasang MW (1x30) 25,5 25,5 25,5 25,5 51,0 51,0 51,0 76,5 76,5 76,5
Pembebanan Trafo % 52,5% 45,6% 58,9% 69,3% 41,1% 49,3% 59,8% 48,7% 60,0% 48,4%
Supply 20 kV 10 15 15 15 15 15 15 15 15
2 MANGGAR 70/20 20 20 20 20 20 20 50 50 50 50
Terpasang MW (1x20) 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 42,5 42,5 42,5 42,5
Beban Puncak MW 5,06 20 6,24 7,45 8,36 9,51 10,95 12,80 30 15,15 18,14 14,23
Pembebanan Trafo % 29,8% 36,7% 43,8% 49,2% 55,9% 64,4% 30,1% 35,6% 42,7% 33,5%
3 SUGE 70/20 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Terpasang MW (1x30) 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5
Beban Puncak MW 3,96 30 4,45 4,95 5,31 5,77 6,35 7,09 8,03 9,22 14,23
Pembebanan Trafo % 15,5% 17,5% 19,4% 20,8% 22,6% 24,9% 27,8% 31,5% 36,2% 55,8%
Supply 20 kV
PEAK GI MW 22,4 22,3 27,4 31,3 36,3 42,4 50,4 60,4 73,2 37
PEAK SYSTEM MW 22,4 22,3 27,4 31,3 36,3 42,4 50,4 60,4 73,2 37
DIVERSITY FACTOR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
04/02/2013 14:18:29
Lampiran A1.5
04/02/2013 14:18:30
Pengembangan Penyaluran Sumatera
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD
04/02/2013 14:18:30
150
Pengembangan Penyaluran Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD
04/02/2013 14:18:30
Pengembangan Penyaluran Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD
04/02/2013 14:18:30
152
Pengembangan Penyaluran Sumatera
Lanjutan
04/02/2013 14:18:30
Pengembangan Penyaluran Sumatera
Lanjutan
04/02/2013 14:18:30
154
Pengembangan Penyaluran Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD
04/02/2013 14:18:30
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 155
Pengembangan Penyaluran Sumatera
Lanjutan
04/02/2013 14:18:30
156
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:30
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:30
158
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:30
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:30
160
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
Pengembangan Gardu Induk Sumatra
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
162
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
164
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
166
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
168
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 169
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
391 Babel Dukong 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 TRF 30 1,05 2016 Ekstensien trafo
392 Babel Pangkal Pinang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 TRF 30 1,27 2018 Ekstensien trafo
393 Babel Koba 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 TRF 30 1,27 2018 Ekstensien trafo
394 Babel Manggar 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 TRF 30 1,05 2018 Ekstensien trafo
395 Babel Air Anyir 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 TRF 30 1,27 2019 Ekstensien trafo
396 Babel Dukong 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 TRF 30 1,05 2019 Ekstensien trafo
397 Babel Pangkal Pinang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 TRF 60 1,37 2020 Uprating trafo 30 MVA
398 Babel Sungai Liat 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 TRF 30 1,27 2021 Ekstensien trafo
04/02/2013 14:18:31
170
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:18:31
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 171
Pengembangan Gardu Induk Sumatera
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
31 Jambi New Aur Duri 500 kV Ext 9,82 2018 Arah PLTU Jambi
32 Jambi Bangko 275/150 kV Ext 500 17,92 2018 Ekstensien trafo
33 Sumsel Lahat 275/150 kV New 1000 35,50 2014 GITET baru
34 Sumsel Lubuk Linggau 275/150 kV New 250 20,32 2014 GITET baru
35 Sumsel Gumawang 275/150 kV New 500 21,03 2014 GITET baru
36 Sumsel Lumut Balai 275/150 kV New 500 24,28 2014 GITET baru
37 Sumsel Muara Enim 275/150 kV New 12,21 2015 GITET baru
38 Sumsel Betung 275/150 kV New 500 24,00 2015 GITET baru
39 Sumsel Bayung Lincir/PLTU Sumsel - 5 275/150 kV New 12,08 2015 GITET baru
40 Sumsel Sungai Lilin/PLTU Sumsel - 7 275/150 kV New 12,08 2015 GITET baru
41 Sumsel Muara Enim 500 kV DC New 3000 324,00 2016 HVDC Sumatera - Jawa
42 Sumsel Muara Enim 500/275 kV Ext 1000 54,31 2017 Arah New Aur Duri
43 Sumsel Lubuk Linggau 275/150 kV Ext 250 7,45 2020 Ekstensien trafo
44 Lampung Ketapang Switching Station 500 kV DC New 1,47 2016 HVDC Sumatera - Jawa
04/02/2013 14:18:31
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 172 04/02/2013 14:18:31
Lampiran A1.6
04/02/2013 14:18:31
Sistem Aceh
PLTP Seulawah Agam
PLTD Lueng Bata
2x55 MW – 2018
60,17 MW ACSR 1 x 240 mm2
Tapaktuan
ke
GI Brastagi
(Sumatera Utara)
04/02/2013 14:18:33
176
Sistem Sumatera Utara
ke U PLTU P.SUSU
GI Lhokseumawe 2 x 220 MW – 2014 PLTGU Belawan Belawan
ACSR 2 x 240 mm2 2 x 200 MW – 2016 395,3 MW & 422,5 MW GU
A C 2 48
Salak A
13 km – 2014
SR km
PLTMH Tersebar II Simangkok PLTMH tersebar II : 28 MW
A
4x –2
28 MW – 2014 ACSR 2 x 240 mm2 Aek Lae-Ordi-1(2x2,5),Lae-Ordi-
0m
Asahan I
43 018
11 km - 2016 2(2x5),Lae-Kombih2(2x4)
m2
Kanopan
PLTA Asahan III 2014
PLTMH Tersebar I Parlilitan ACSR 1 x 240 mm2
7 km - 2013 174 MW - 2016 PLTMH Tersebar III : 32,2 MW
54,5 MW – 2013 ACSR 1 x 240 mm2
65 km – 2015 Karai-1(2x5) Karai-7(2x3,2) Karai-
A ACSR 2 x 430 mm2
A 12(2x3,7) Karai-13(2x4,2)
97 km – 2015 Rantau 2014
PLTA Simonggo – 2 P Prapat
86 MW – 2017
ACSR 1 x 240 mm2
PLTP Simbolon Samosir 30 km - 2020
Tarutung
P ACSR 4 x 430 mm2
2 x 55 MW – 2019/2020 A
Sibolga A 110 km – 2018 Kota
Sarulla Pinang
Labuhan
Angin ke
U ACSR 2 x 430 mm2
U
69 km – 2015 PLTP Sarulla 1 GI Bagan Batu
PLTU Labuhan Angin 110 MW – 2016
2 x 115 MW Gunung (Riau)
Tua 220 MW – 2017
A
Agincourt
PLTU Sewa m2
Sumbagut 2m
28 020
PLTP Sarulla 2 ACSR 4 x 430 mm2
Padang 4x –2 110 MW – 2017
3x120 MW – 2015 SR km 331 km – 2024
Sidempuan AC 175
ke
24 14
m
2
04/02/2013 14:18:34
Sistem Riau
G
331 km – 2018 PLTG Duri
2x20 MW
G PLTG Teluk Lembu
(Ex Gili Timur & 2 x 21,6 MW
ACSR 2 x 240 mm2 Kandis
Sunyaragi) 2 km PLTG Riau Power 20 MW
ACCC 1 x 310 mm2
5 km - 2015 ACSR 1 x 240 mm2
Perawang
25 km - 2014
2
Siak Sri Indra Pura
ACSR 1 x 240 mm Teluk
Pasir 110 km – 2014 New U
Pangaraian ACSR 2 x 430 mm2 Garuda Lembu ACSR 1 x 240 mm2
150 km – 2015 Sakti G 50 km - 2015
Tenayan
Garuda ACSR 2 x 240 mm2
Sakti GIS 20 km – 2015 PLTU Riau
CU 1000
PLTA Koto Panjang 7 km - 2015 2x110 MW – 2014
Bangkinang
SR
3 x 38 MW
ACSR 2 x 430 mm2
AC 28 km
A Pasir 27,5 km – 2014
2 x – 20
mm
2
430 14
2
Putih
ACSR 1 x 240 mm ACSR 2 x 240 mm2
Pangkalan
0.5 km – 2013 Kerinci
ACSR 1 x 240 mm2 67 km – 2014 G
Koto Panjang 35 km – 2015 ACSR 4 x 430 mm2
SUMATERA 220 km – 2016
ke
U ACSR 1 x 240 mm2
GI Payakumbuh 60 km – 2015
Rengat
(Sumatera Barat) ACSR 2 x 240 mm2
Teluk 97 km – 2014 Tembilahan
Kuantan
ACSR 4 x 430 mm2
PT PLN (Persero) 210 km – 2016
Edit ACSR 1 x 240 mm2 ACSR 4 x 430 mm2
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN 52 km – 2014 ( 2 nd cct )
Desember 2012 55 km – 2017
SUMATERA
ke
PETA JARINGAN PERENCANAAN U
ke
GI SISTEM
Kiliranjao
PROPINSI RIAU BIDANG PERENCANAAN GI Aur Duri
(Sumatera GIBarat)
Rencana
Existing 70 kV Rencana 275 kV HVDC U PLTU D PLTD GI Eksisting 150 kV
(Jambi)
150 kV GI Rencana
Existing 150 kV Rencana 500 kV HVDC G PLTG A PLTA 150/70 kV PLTU Riau Kemitraan
GI Eksisting
Rencana 150 kV 70 kV GI Rencana (PLN – TNB - PTBA
Kit Eksisting GU PLTGU P PLTP 275/150 kV
Rencana 275 kV GI Eksisting GI Rencana
1200 MW – 2018 JAMBI
Rencana 500 kV Kit Rencana 150/70 kV 500/275/150 kV
04/02/2013 14:18:35
178
Sistem Sumatera Barat
SUMATERA New
JAMBI
ACSR 2 x 240 mm2
PT PLN (Persero) 182 km - 2020
Sungai ke
Penuh
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN Edit Desember 2012 GI Bangko
SUMATERA
ke (JAMBI)
PETA JARINGAN PERENCANAAN
GI SISTEM
Kiliranjao
PROPINSI SUMATERA BARAT BIDANG PERENCANAAN
(Sumatera GIBarat)
Rencana
Existing 70 kV Rencana 275 kV HVDC U PLTU D PLTD GI Eksisting 150 kV ke
150 kV GI Rencana
Existing 150 kV Rencana 500 kV HVDC G PLTG A PLTA 150/70 kV
GI Eksisting GI Muko-muko
Rencana 150 kV 70 kV GI Rencana
Kit Eksisting GU PLTGU P PLTP 275/150 kV
Rencana 275 kV GI Eksisting
(Bengkulu)
GI Rencana
Rencana 500 kV Kit Rencana 150/70 kV 500/275/150 kV
BENGKULU
04/02/2013 14:18:35
Sistem Bengkulu
Muara Rupit
PT PLN (Persero)
ke Edit
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN
Desember 2012
GI Muara Enim SUMATERA
(Sumatera Selatan) PETA JARINGAN PERENCANAAN SISTEM
PROPINSI JAMBI BIDANG PERENCANAAN
BENGKULU ke GI Rencana
Existing 70 kV Rencana 275 kV HVDC U PLTU D PLTD GI Eksisting 150 kV
150 kV GI Rencana
GI Lubuk Linggau Existing 150 kV Rencana 500 kV HVDC G PLTG A PLTA
GI Eksisting 150/70 kV
Rencana 150 kV 70 kV GI Rencana
(Sumatera Selatan) Kit Eksisting GU PLTGU P PLTP 275/150 kV
Rencana 275 kV GI Eksisting GI Rencana
Rencana 500 kV Kit Rencana 150/70 kV 500/275/150 kV
04/02/2013 14:18:35
Sistem Sumatera Selatan
180
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
SUMATERA
Baturaja
SELATAN ACSR 2 x 240 mm2
76 km – 2015
Dipasena
Pakuan Ratu
ke
ACSR 2 x 430 mm2
GI Muara Enim 15 km - 2016
(Sumatera Selatan)
Menggala ACSR 1 x 120 mm2
Blambangan 60 km – 2013
BENGKULU Umpu
2 x 55 MW – 2012 P
D Sukarame PLTU Sewa Tarahan
ACSR 1 x 240 mm2 ACSR 1 x 240 mm2
ACSR 1 x 240 mm2
04/02/2013 14:18:39
LO-RUPTL Lampiran A ok.indd 182 04/02/2013 14:18:39
Lampiran A1.7
184
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
185
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
186
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
187
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
188
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
189
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
190
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
191
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
192
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
04/02/2013 14:18:40
Lampiran A1.9
04/02/2013 14:18:40
Lampiran A1.10
04/02/2013 14:18:41
PENJELASAN LAMPIRAN A1
SISTEM INTERKONEKSI SUMATERA
Produksi listrik pada sistem Sumatera diperkirakan meningkat rata-rata 9,8% per tahun antara tahun 2012
hingga 2021, yaitu meningkat dari 28,2 TWh pada tahun 2012 menjadi 65,4 TWh pada tahun 2021. Sekitar
40% dari produksi tersebut adalah untuk memenuhi demand di sistem Sumatera bagian Utara (Aceh dan
Sumut) dan selebihnya untuk Sumatera bagian Selatan. Faktor beban diperkirakan antara 70% sampai
72%.
Beban puncak sistem Sumatera pada tahun 2012 diperkirakan 4.460 MW dan akan tumbuh rata-rata 10,0%
per tahun, sehingga menjadi 10.520 MW pada tahun 2021. Dengan adanya interkoneksi Sumatera-Bangka
mulai 2015 yang mentransfer pembangkit base load ke Bangka sebesar 200 MW secara bertahap maka
beban puncak sistem Sumatera akan menjadi 10.720 MW pada 2021.
Proyeksi kebutuhan listrik sistem Sumatera tahun 2012-2021 ditunjukkan pada Lampiran A1.1.
Rencana pengembangan pembangkit yang baru pada sistem Sumatera meliputi sebagai berikut:
Total kapasitas sekitar 1.200 MW dan rencana beroperasi pada tahun 2018. Proyek PLTU ini bekaitan de-
ngan rencana interkoneksi antara Sumatera dan Semenanjung Malaysia melalui transmisi HVDC 250 kV
sebagai realisasi ASEAN Power Grid yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia. Proyek PLTU ini juga
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan Sumatera sendiri. PLTU ini 204 direncanakan akan berope-
rasi sebagai berikut: pada saat off peak di Sumatera memasok ke Malaysia sekitar 600 MW, sedangkan
pada saat peak di Sumatera pasokan ke Malaysia dapat dikurangi.
PLTA Batang Toru yang berkapasitas 510 MW merupakan proyek unsolicited yang diusulkan oleh investor
swasta dan telah dapat dimasukkan dalam rencana PLN1 karena investor telah menyampaikan laporan
feasibility study walaupun masih memerlukan penyempurnaan. PLTA Batang Toru didisain sebagai pem-
bangkit peaking untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaking di Sumatera.
3) PLTA Ketahun 3
PreFS telah dilakukan oleh PLN dengan kapasitas 61 MW. Proyek ini direncanakan untuk beroperasi pada
tahun 2018 untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaking di Provinsi Bengkulu.
1
Masuk dalam Neraca Daya Sistem Sumatera
199
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
PLTP Seulawah Agam kapasitasnya dinaikkan dari 55 MW menjadi 110 MW. Penambahan kapasitas ini di-
lakukan mengingat potensi panas bumi Seulawah Agam lebih besar dari 55 MW berdasarkan studi yang
dilakukan sebagai bantuan teknis dari Pemerintah New Zealand. Peningkatan kapasitas menjadi 110 MW
juga dimaksudkan untuk lebih meningkatkan daya tarik proyek bagi pengembang.
Produksi energi per jenis energi primer di sistem Sumatera diberikan pada Lampiran A1.3. Lampiran terse-
but menunjukkan peranan masing-masing energi primer di Sumatera sebagai berikut:
a. Peranan minyak (HSD dan MFO) yang pada tahun 2012 masih tinggi, yaitu sekitar 8,0 TWh, akan sa-
ngat berkurang menjadi sekitar 236 GWh pada tahun 2021. Hal ini terjadi karena penggunaan BBM
untuk pembangkit peaker diganti dengan LNG/CNG.
b. Peranan LNG akan mulai dirasakan pada tahun 2014, yaitu sekitar 4.027 GWh dan cenderung konstan
berdasarkan sumber pasokan LNG Arun.
c. Peranan pembangkit gas yang semula 7,9 TWh pada tahun 2012 akan naik menjadi 8,7 TWh pada
tahun 2014, dan secara bertahap akan menurun kembali menjadi 5.249 GWh pada tahun 2021. Hal ini
karena pengoperasian pembangkit gas disesuaikan dengan ketersediaan gas dari kontrak yang ada.
d. Peranan pembangkit batubara akan semakin dominan. Pada tahun 2012 hanya 8,1 TWh akan naik 4
kali lipat menjadi 36,3 TWh pada tahun 2021.
e. Peranan pembangkit hidro pada tahun 2011 semula 4,6 TWh dan akan semakin besar dengan ma-
suknya PLTA Asahan 3, PLTA Peusangan 1-2 pada tahun 2016 dan PLTA Merangin pada tahun 2018
serta PLTA Simonggo-2 dan PLTA Masang-2 pada tahun 2017, PLTA Ketahun-3 dan PLTA Batang Toru
pada tahun 2019. Peranan hydro pada tahun 2021 akan mencapai 8,2 TWh.
f. Kontribusi pembangkit panas bumi akan meningkat luar biasa besar pada tahun 2021 dengan
produksi 11,8 TWh, atau 18% dari produksi total. Hal ini terjadi karena besarnya penambahan kapasi-
tas PLTP yang pada tahun 2009 hanya 10 MW akan meningkat menjadi hampir 2.500 MW pada tahun
2021. Banyaknya kandidat proyek PLTP di Sumatera akan menyebabkan capacity factor pembangkit
beban dasar lainnya, yaitu PLTU batubara, menjadi rendah jika semua proyek PLTU dan PLTP terse-
but terlaksana tepat waktu sesuai jadwal. Namun banyaknya kandidat proyek PLTP yang kepastian
implementasinya masih rendah2 akan membuat situasi yang cukup rawan bagi Sumatera mengingat
ketidakpastian pelaksanaan beberapa PLTU IPP lain juga tinggi.
Kebutuhan energi primer di sistem Sumatera dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2021 dapat dilihat
pada Lampiran A1.3.
Kebutuhan HSD pada tahun 2012 sebesar 2,1 juta liter dan semakin turun menjadi 63 ribu liter pada tahun
2021. Sedangkan MFO sudah tidak diperlukan lagi mulai tahun 2014 karena dihentikannya PLTU Belawan
1-4 yang mempunyai biaya operasi sangat mahal dibandingkan PLTU batubara.
Proyeksi pemakaian gas akan mengikuti pasokan gas yang terus mengalami depletion, namun sejalan den-
gan rencana revitalisasi LNG Arun maka PLTGU Belawan akan dijalankan dengan LNG. Volume pemakaian
batubara meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,9 juta ton pada tahun 2012 menjadi 20,8 juta ton pada
tahun 2021 atau meningkat 4 kali lipat lebih.
2
Karena banyak lokasi PLTP yang potensinya belum dibuktikan dengan eksplorasi.
200
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan gardu induk disusun berdasarkan capacity balance dengan memasukkan GI existing
dan GI ongoing project. Selanjutnya dari capacity balance tersebut dapat dilihat pembebanan masing
masing GI. Trafo yang telah berbeban diatas 70% dari kapasitas nominalnya memerlukan penambahan
trafo. Kemudian dievaluasi juga kebutuhan GI baru untuk perbaikan kualitas pelayanan dan de-dieselisasi
serta pengembangan GI baru terkait dengan pembangkit baru.
Setelah mendapatkan GI-GI baru yang dibutuhkan, selanjutnya disusun kembali capacity balance yang baru
setelah mempertimbangkan penambahan GI baru tersebut. Dengan demikian dapat disusun proyeksi ke-
butuhan GI, dimana hasil pengembangan GI tersebut dipergunakan juga sebagai dasar pengembangan
sistem penyaluran.
Dengan kriteria di atas kebutuhan pembangunan GI baru dan penambahan trafo di GI eksisting sampai
tahun 2021 adalah sebesar 31.860 MVA dengan rincian diberikan pada Lampiran A1.4.
• Pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek pembangkit PLTU percepatan, PLTA,
PLTU IPP dan PLTP IPP.
• Pembangunan transmisi baru 275 kV terkait proyek pembangkit PLTU percepatan dan IPP.
• Pengembangan transmisi 150 kV tersebar di sistem Sumatera dalam rangka memenuhi kriteria
keandalan (N-1) dan untuk mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan pelayanan dan
fleksibilitas operasi.
• Pembangunan transmisi 275 kV dan 500 kV sebagai tulang punggung transmisi interkoneksi Suma-
tera yang akan memudahkan pengiriman daya dari Sumatera bagian selatan yang kaya akan sumber
energi primer ke demand di Sumatera bagian utara.
• Pembangunan transmisi dan kabel laut ±250 kV HVDC Sumatera - Peninsular Malaysia yang bertu-
juan untuk mengoptimalkan operasi kedua sistem dengan memanfaatkan perbedaan waktu terjadi-
nya beban puncak pada kedua sistem tersebut.
• Rencana pengembangan transmisi 275 kV dan 500 kV yang mengalami perubahan dari RUPTL 2011-
2020 adalah sebagai berikut
• Topologi transmisi 275 kV Lahat - Gumawang diubah menjadi Lumut Balai - Gumawang, karena rute
transmisi Lahat - Gumawang banyak melewati WKP batubara. Setelah dilakukan survei ulang untuk
menghindari WKP-WKP tersebut, ternyata jalur baru lebih mendekati GI 275 kV Lumut Balai.
• Transmisi 275 kV New Aur Duri - Rengat diubah menjadi transmisi 500 kV New Aur Duri - Rengat
karena diperlukan untuk membentuk transmisi back-bone 500 kV Sumatera yang akan menyalurkan
tenaga listrik dari pembangkit listrik di Sumbasel ke pusat-pusat beban. Ruas New Aur Duri - Re-
ngat juga dimaksudkan untuk mengevakuasi daya dari PLTU Sumsel-5, Sumsel-7 dan PLTU Jambi
KPS.
• Transmisi 275 kV Rengat - New Garuda Sakti diubah menjadi transmisi 500 kV Rengat - New Garuda
Sakti karena diperlukan untuk membentuk transmisi back- bone 500 kV Sumatera. Transmisi ini juga
akan menyalurkan tenaga listrik dari PLTU Sumsel-5, Sumsel-7, PLTU Jambi KPS dan PLTU Riau Kemi-
traan.
• Transmisi 500 kV dari GITET 500kV Sumut-2 (Rantau Prapat3 ) - GITET 500kV Sumut-1 Sei Rotan4)
adalah bagian dari transmis back-bone Sumatera.
• Transmisi 275 kV Sumut-4 - Sumut-2 diperlukan untuk mengevakuasi daya dari pembangkit-pem-
bangkit skala besar di Tapsel ke pusat beban.
3
Lokasi tentatif, keputusan akan diambil setelah studi kelayakan.
4
Ditto
201
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan sistem Sumatera selengkapnya diberikan pada Lampiran
A1.5.
Peta pengembangan penyaluran sistem Sumatera adalah seperti pada Lampiran A1.6.
Analisa aliran daya sistem Sumatera dilakukan dengan memperhitungkan seluruh pembangkit dan beban
yang ada pada neraca daya, meliputi sistem 500 kV, 275 kV, 150 kV dan 70 kV. Namun pada RUPTL 2012-
2021 ini hanya ditunjukkan hasil analisa aliran daya pada sistem transmisi 275 kV dan 500 kV saja.
Prakiraan aliran daya di sistem 500 kV dan 275 kV Sumatera dilakukan setiap tahun mulai tahun 2012 sam-
pai dengan 2021 pada beban puncak malam hari, dengan penjelasan sebagai berikut:
Sistem Sumatera masih dioperasikan dalam dua sistem, yaitu sistem Sumatera Bagian Utara (Sumbagut)
dan sistem Sumatera Bagian Selatan Tengah (Sumbagselteng), karena konstruksi transmisi back-bone
yang mengintegrasikan antar sistem belum selesai. Transmisi yang ada masih memiliki batasan transfer.
Pembangkit baru yang masuk pada tahun 2012 adalah PLTU Tarahan 2x100 MW, PLTP Ulubelu #1,2 2x55
MW, PLTG Duri 2x20 MW, PLTMG Sei Gelam CNG 90 MW, PLTMG Jakabaring CNG 50 MW, PLTG Sewa Bo-
rang #2 30 MW, dan PLTG Payoselincah Sewa-Beli #2 50 MW. Tegangan masih dalam batasan operasi
Kondisi tahun 2013 tidak jauh berbeda dibanding tahun 2012 dimana sistem Sumatera masih dioperasi-
kan terpisah dua dan belum ada tambahan trasmisi 275 kV baru. Tambahan pembangkit pada tahun 2013
adalah PLTU Meulaboh (Nagan Raya) 2x110 MW, PLTU Sumbar pesisir 2x112 MW, PLTGU Keramasan #1 40
209 MW, PLTGU Batanghari 30 MW, PLTMG Duri 112 MW, Steam Turbin Unit PLTG Gunung Megang 30 MW,
dan PLTMH tersebar di Sumut sebesar 45 MW. Profil tegangan masih dalam batasan operasi.
Transmisi back-bone 275 kV sistem Sumatera telah selesai, yaitu transmisi 275 kV Lahat-Lubuk Linggau-
Bangko - Muara Bungo - Kiliranjao - Payakumbuh di SBST dan transmisi 275 kV Pangkalan Susu - Binjai - Su-
mut-3 - Simangkok di SBU. Transmisi 275 kV Padang Sidempuan - Payakumbuh yang menjadi penghubung
antara sistem Sumbagut dan Sumbagselteng pada tahun 2014 diperkirakan masih belum selesai sehing-
ga sistem Sumatera masih terpisah dua. Tambahan pembangkit pada tahun 2014 adalah PLTU Pangkalan
Susu #1,2 2x220MW, PLTGU Keramasan Unit #2 40 MW, PLTG/MG Arun 200 MW, PLTG/MG Pangkalan
Brandan 200 MW, PLTU Riau 2x110 MW, PLTG Aceh Timur 70 MW, PLTGU Duri 50 MW, dan PLTMH di Sumut
sebesar 55 MW. Profil tegangan masih dalam batasan operasi.
202
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Transmisi 275 kV baru yang beroperasi adalah transmisi 275 kV Simangkok - Sumut-4 - Padang Sidempuan-
Payakumbuh - New Garuda Sakti, transmisi 275 kV Betung - Bayung Lencir - Aurduri dan transmisi 275 kV
Lahat - Lumut Balai - Gumawang. Dengan beroperasinya transmisi 275 kV tersebut, maka back bone sistem
Sumatera sudah tersambung dari Utara sampai Selatan.
Sistem Sumatera setelah back bone 275 kV terbentuk akan terdiri dari beberapa pulau kelistrikan dengan
transmisi 275 kV sebagai penghubungnya. Transmisi 150 kV akan berfungsi menyalurkan listrik ke beban,
bukan lagi untuk mentransfer daya dalam jumlah besar dan jarak yang jauh. Pulau kelistrikan yang meng-
alami surplus daya akan mensuplai pulau kelistrikan lain yang mengalami defisit daya melalui transmisi
275 kV. Pulau kelistrikan yang mengalami surplus daya adalah Sumsel dan Riau, pulau kelistrikan yang
seimbang adalah Lampung, Jambi dan Sumbar. Pulau kelistrikan yang lain mengalami defisit. Aliran daya
sistem Sumatera tahun 2015 adalah dari selatan menuju utara, yaitu sebesar 310 MW.
Tambahan pembangkit pada tahun 2015 adalah PLTG/MG Lampung Peaker 100 MW, PLTG/MG Jambi Peak-
er 100 MW, PLTG/MG Riau Peaker 2x100 MW, PLTU Sewa 7x120 MW (total), PLTGU Duri #2 50 MW, PLTU
Banjar Sari 2x115 MW, PLTU Keban Agung #1 112,5 MW, PLTU Sumsel-5 #1 150 210 MW, PLTP Lumut Balai
110 MW, PLTA Wampu 45 MW, PLTA Simpang Aur 23 MW, dan PLTMH di Sumut sebesar 91 MW.
Kondisi tegangan pada tahun 2015 ini masih memenuhi kriteria operasi, karena pembangkit baru yang
beroperasi tersebar di hampir setiap daerah.
Transmisi 275 kV baru yang beroperasi adalah Ulle Kareeng - Sigli - Lhokseumawe - Panglan Susu. Sedang-
kan transmisi 500 kV yang beroperasi adalah New Aur Duri - Rengat - New Garuda Sakti. Transmisi 500 kV
ini merupakan awal terbentuknya back bone 500 kV Sumatera yang pada akhirnya akan menghubungkan
Sumbagselteng dan Sumbagut. Tambahan pembangkit pada tahun 2016 adalah PLTU Pangkalan Susu #3,4
2x200 MW, PLTU Keban Agung Unit #2 112,5 MW, PLTU Sumsel-5 Unit #2 150 MW, PLTU Sumsel-7 300 MW,
PLTP Hululais 110 MW, PLTP Lumut Balai 110 MW, PLTP Sarulla I 110 MW, PLTA Peusangan 88 MW, PLTA
Asahan III 174 MW dan PLTA Semangka 56 MW.
Aliran daya tahun 2016 masih sama dengan tahun sebelumnya, yaitu dari Selatan ke Utara. Pulau kelistri-
kan yang mengalami surplus daya adalah Sumsel, Riau dan Sumut. Pulau kelistrikan yang menerima suplai
daya terbesar adalah Lampung dan NAD.
GI yang diperkirakan bertegangan rendah (kurang dari 90%) adalah GI yang berada di sisi Timur Sumatera
Utara, karena di daerah tersebut tidak terdapat sumber daya reaktif atau pembangkit. GI tersebut adalah
Tebing Tinggi, Kuala Tanjung, Gunung Para, Kisaran, Aek Kanopan, dan Labuhan Bilik. Kondisi ini akan terus
terjadi sampai beroperasinya sistem 500 kV di Sumut pada tahun 2018. Untuk mengantisipasi hal tersebut
perlu dipasang kapasitor 2x25 MVar di GI Kisaran.
Transmisi 275 kV baru yang beroperasi adalah Muara Enim - incomer double pi (transmisi Lumut Balai -
Gumawang), dan Muara Enim - Betung. Sedangkan transmisi 500 kV yang beroperasi adalah Muara Enim-
New Aur Duri dan PLTU Riau Kemitraan - Rengat. Pembangkit baru yang dioperasikan pada tahun ini
adalah PLTA Peusangan I & II 88 MW, PLTA Asahan III 174 MW, PLTU Sumsel 7 2x150 MW, PLTU Riau Kemit-
raan 600 MW, PLTP Ulubelu Unit #3 55 MW, PLTP Lumut Balai unit #3&4 211 2x55 MW, PLTP Sarulla I Unit
#3-#6 4x55 MW, PLTP Muaralaboh 4x55 MW.
203
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pada tahun 2017 meskipun sudah dioperasikan kapasitor 2x25 MVar di Kisaran, tetapi diperkirakan masih
terdapat beberapa GI yang bertegangan rendah di sisi timur Sumatera Utara. Untuk mengantisipasi hal
tersebut perlu dipasang tambahan kapasitor 2x25 MVar di GI Aek Kanopan.
Transmisi 500 kV baru yang beroperasi adalah Muara Enim-New Aur Duri dan PLTU Riau Kemitraan-Rengat.
Tambahan pembangkit baru di tahun 2018 ini adalah PLTU Meulaboh (Nagan Raya) #3,4 2x200 MW, PLTP
Hulu Lais 2x55 MW, PLTU Riau Kemitraan 1200 MW, PLTP Ulubelu #4 55 MW, PLTP Seulawah Agam 110
MW, PLTP Sarulla II 110 MW, PLTP Rajabasa 220 MW, PLTP Rantau Dedap #1 110 MW, PLTP Sorik Merapi
240 MW, PLTA Merangin 350 MW, PLTA Peusangan-4 83 MW dan PLTU Sumsel-6 600 MW.
Simulasi aliran daya mengasumsikan PLTU Riau Kemitraan 1200 MW hanya memasok 600 MW ke Sumatera
dan selebihnya diekspor ke Malaysia.
Kapasitor di GI Kisaran dan GI Aek Kanopan masing-masing 2x25 Mvar masih dioperasikan untuk menjaga
agar tegangan di sistem Sumatera.
Transmisi 275 kV baru yang beroperasi adalah Batang Toru - Sumut-4 dan Sumut-4 - Sumut-2. Sedangkan
transmisi 500 kV yang beroperasi adalah New Garuda Sakti - Rantau Prapat - Sei Rotan. Tambahan pem-
bangkit baru di tahun 2019 adalah PLTU Jambi KPS #1 400 MW, PLTP Rantau Dedap #2 110 MW, PLTP Suoh
Sekincau 110 MW, PLTP Wai Ratai 55 MW, PLTP Simbolon Samosir 55 MW, PLTP Sipoholon Ria-ria 55 MW,
PLTP G. Talang 20 MW, PLTA Ketahun-3 61 MW dan PLTA Batang Toru 510 MW.
Pada tahun 2019 banyak pembangkit yang tersambung langsung ke transmisi 275 kV dan 500 kV, se-
hingga arah aliran daya IBT 275/150 kV di 212 setiap pulau kelistrikan adalah menuju ke sistem 150 kV.
Agar transfer daya optimal, maka segmen transmisi Payakumbuh - Padang Sidempuan dibuka. Dari simulasi
diketahui transfer daya terbesar adalah pada transmisi 500 kV Rantau Prapat - Sei Rotan sebesar 450 MW.
Untuk menjaga tegangan di kota Medan, pembangkit di Belawan masih perlu dioperasikan meskipun su-
dah beroperasi sistem 275 kV dan 500 kV.
Tambahan pembangkit pada tahun 2020 dan 2021 adalah PLTU Jambi KPS#2 400 MW, PLTP Simbolon
Samosir 55 MW, PLTP Danau Ranau 110 MW, PLTP Bonjol 165 MW, PLTP Kepahiyang 220 MW dan PLTU
Sumsel-6.
Aliran daya tahun 2020 dan 2021 tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2019. Profil tegangan di sistem
Sumatera masih dalam batasan operasi.
Kebutuhan pengembangan sistem distribusi diperlukan untuk, meningkatkan keandalan dan mutu
tegangan pelayanan, memperbaiki SAIDI dan SAIFI, menurunkan susut teknis jaringan dan rehabilitasi
jaringan yang tua dan meningkatkan penjualan tenaga listrik dengan menambah pelanggan.
204
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Dari tabel perkiraan kebutuhan distribusi regional sumatera tahun 2012-2021 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Selama kurun waktu tahun 2012-2021 direncanakan pembangunan jaringan tegangan menengah 51
ribu kms, jaringan tegangan rendah 47 ribu kms, gardu distribusi 8.287 MVA untuk menunjang pe-
nyambungan pelanggan sejumlah 5,4 juta.
- Pengembangan sistem distribusi tersebut membutuhkan biaya total USD 3.323 juta atau USD 330
juta per tahun.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari 78,9% pada tahun 2012 menjadi
97,6% pada tahun 2021 untuk regional Sumatera.
Dari tabel perkiraan kebutuhan fisik dan biaya listrik perdesaan regional Sumatera tahun 2012-2021 se-
perti dalam lampiran A1.9.dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Selama kurun waktu tahun 2012-2021 direncanakan membangun JTM 10.231 kms, JTR 11.205 kms,
Kapasitas gardu distribusi 366 MVA.
• Perkiraan biaya total selama kurun waktu tersebut, untuk menunjang kegiatan listrik perdesaan
tersebut sebesar Rp 5,6 triliun (JTM Rp 3,1 triliun, JTR Rp 1,7 triliun, gardu Rp 0,8 triliun, pembangkit
dan pelanggan Rp 5,7 triliun
Proyeksi kebutuhan Investasi pembangkit, transmisi dan gardu induk sistem Sumatera diberikan pada
Lampiran A1.11.
205
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
04/02/2013 14:19:36
Lampiran A2.2
NERACA DAYA
SISTEM KALIMANTAN BARAT
MW
Pembangkit Sewa
900 PLTU PLN
PLTU IPP
800
PLTA
400 PLTU
300
PLTU IPP
200
Pembangkit Sewa PLTU PLN
100
Pembangkit Eksisting
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
04/02/2013 14:19:36
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 213
Neraca Daya Sistem Kalimantan
No Kebutuhan dan Pasokan Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Kebutuhan
Produksi GWh 1.374 1.725 1.993 2.176 2.525 2.707 2.879 3.060 3.304 3.567
Faktor Beban % 72 75 66 67 66 65 66 66 67 67
Beban Puncak MW 219 262 346 371 405 472 501 532 564 609
2 Pasokan
Daya Mampu Netto MW 252 339 284 94 102 75 61 61 69 69
PLN MW 52 52 52 52 52
Interkoneksi sistem-sistem isolated MW - 12 47 42 50 75 61 61 69 69
Sewa MW 200 275 185 - - - - - - -
Retired & Mothballed (PLN) MW - - - 153 - - - - - -
3 Tambahan Kapasitas
PLN ON-GOING DAN COMMITTED
Pantai Kura-Kura (FTP1) PLTU 55
Parit Baru (FTP1) PLTU 100
Parit Baru - Loan China (FTP2) PLTU 100
IPP ON-GOING DAN COMMITTED
RENCANA TAMBAHAN KAPASITAS
Kalbar-1 PLTU 100 100
Pontianak Peaker *) PLTG/MG 100
Nanga Pinoh PLTA 98
Power Purchase dgn SESCo (Peaking) 275 KV 120 50
Power Purchase dgn SESCo (Baseload) 275 KV 50 -50
4 Jumlah Pasokan MW 252 339 439 519 527 600 686 736 842 892
04/02/2013 14:19:36
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 214 04/02/2013 14:19:36
Lampiran A2.3
NERACA ENERGI
SISTEM KALIMANTAN BARAT
04/02/2013 14:19:36
Lampiran A2.4
No. NAMA GI Add Add Add Add Add Add Add Add Add Add
Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
(KV) MVA MVA MVA Trf Trf Trf Trf Trf Trf Trf Trf Trf Trf
MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW
MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA
1 GI SIAN- 150/20 2 30 60 29,33 34,04 40,13 60 48,04 51,82 53,64 56,15 61,82 30 67,13 72,90
TAN 57,50% 66,75% 39,34% 47,10% 50,81% 52,59% 55,05% 60,61% 65,82% 71,47%
2 150/20 2 30 60 35,75 120 39,00 40,90 46,01 50,10 52,62 52,69 69,12 69,40 69,69
GI SEI
RAYA
23,37% 25,49% 26,73% 30,07% 32,75% 34,39% 34,44% 45,17% 45,36% 45,55%
3 GI. PARIT 150/20 1 30 30 15,60 17,34 15,86 17,33 15,66 22,55 30 32,68 33,06 35,31 37,71
BARU 61,17% 67,98% 62,19% 67,98% 61,40% 44,22% 64,08% 64,83% 69,24% 73,95%
6 GI. KOTA 150/20 1 30 30 16,93 15,79 17,07 13,31 13,87 15,29 15,81 17,44 24,96 30 35,73
BARU 66,39% 61,91% 66,96% 52,19% 54,40% 59,97% 62,01% 68,40% 48,95% 70,05%
7 GI PLTU 150/20 1 30 30 12,14 12,83 13,88 14,88 15,34 16,50 17,73 14,06 15,29 16,64
KURA- 47,60% 50,33% 54,44% 58,37% 60,17% 64,70% 69,54% 55,13% 59,98% 65,25%
8 GI SAM- 150/20 1 30 30 12,02 12,83 16,02 15,18 15,80 17,16 23,63 30 17,22 21,74 27,46
BAS 47,13% 50,33% 62,81% 59,53% 61,96% 67,29% 46,33% 33,76% 42,63% 53,83%
9 GI SANG- 150/20 1 30 30 17,04 15,63 19,59 30 21,48 23,55 25,80 28,02 30,43
GAU 66,82% 61,31% 38,41% 42,12% 46,17% 50,60% 54,95% 59,67%
10 150/20 1 30 30 6,54 7,29 8,04 8,54 9,45 10,46 11,58 12,70 13,92
GI TAYAN
25,66% 28,57% 31,55% 33,48% 37,08% 41,04% 45,41% 49,79% 54,60%
11 GI BENG- 150/20 1 30 30 6,48 7,15 7,82 8,21 9,01 9,88 10,82 11,75 12,76
KAYANG 25,41% 28,03% 30,65% 32,22% 35,33% 38,73% 42,44% 46,09% 50,05%
12 GI NG- 150/20 1 30 30 10,01 10,94 11,50 12,61 13,83 15,15 16,45 17,87
ABANG 39,24% 42,91% 45,10% 49,46% 54,22% 59,42% 64,53% 70,07%
13 GI SEKA- 150/20 1 30 30 10,28 7,66 8,40 9,20 10,09 10,95 11,90
DAU 40,33% 30,03% 32,93% 36,09% 39,56% 42,96% 46,65%
14 GI SIN- 150/20 2 30 60 21,51 23,82 26,36 32,17 31,99 31,80
TANG 42,18% 46,70% 51,69% 63,08% 62,72% 62,36%
15 150/20 1 30 30 9,43 10,34 11,34 9,43 13,49 17,32
GI
NANGA 36,99% 40,56% 44,46% 36,97% 52,92% 67,92%
04/02/2013 14:19:36
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 219
Capacity Balance Sistem Kalimantan Barat
Lanjutan
TEG. CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
No. NAMA GI Add Add Add Add Add Add Add Add Add Add
Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
(KV) MVA MVA MVA Trf Trf Trf Trf Trf Trf Trf Trf Trf Trf
MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW
MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA
17 GI SAN- 150/20 1 30 30 3,36 3,68 4,04 4,42 7,80 13,77
DAI 13,17% 14,44% 15,83% 17,35% 30,60% 53,99%
18 GI KOTA 150/20 1 30 30 9,42 10,12 10,88 11,59 12,34
BARU 2 36,93% 39,70% 42,67% 45,43% 48,38%
19 GI SU- 150/20 1 30 30 8,76 9,70 10,73 11,88 13,02 14,28
KADANA 34,35% 38,03% 42,10% 46,58% 51,08% 56,01%
20 GI PU- 150/20 1 30 30 11,22 12,30 13,48 14,77 16,19
TUSIBAU 44,00% 48,22% 52,85% 57,92% 63,47%
Penambahan Trafo (MVA) 720 120 - 90 30 30 30 30 30 30 0
Total Beban Gardu Induk 154,61 176,20 223,04 250,47 321,91 381,61 419,11 456,41 494,54 541,17
Beban Pembangkit Siantan 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Beban Pembangkit Sei Raya 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Total Beban Gardu Induk & PLTD 194,61 216,20 263,04 290,47 361,91 421,61 459,11 496,41 534,54 581,17
Total Beban Sistem 192,33 215,20 262,04 289,47 361,08 410,28 445,11 482,82 533,53 574,01
Diversity Factor 1,01 1,00 1,00 1,00 1,00 1,03 1,03 1,03 1,00 1,01
04/02/2013 14:19:36
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 220 04/02/2013 14:19:37
Lampiran A2.5
Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Total
275/150 kV - - 250 - - - - - - - 250
150/20 kV 150 90 270 30 60 180 30 60 60 - 930
Total 150 90 520 30 60 180 30 60 60 - 1,180
04/02/2013 14:19:37
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 223
Rencana Pengembangan Transmisi Kalimantan Barat
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD
1 Kalbar PLTU Singkawang (Perpres)/Kura2 Inc. 2 pi (Singkawang-Mempawah) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,22 2012
2 Kalbar Parit Baru Kota Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,22 2013
3 Kalbar Sei Raya Kota Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 32 1,77 2013
4 Kalbar Singkawang Sambas 150 kV 2 cct, 1 Hawk 126 6,98 2013
5 Kalbar Siantan Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 184 10,19 2013
6 Kalbar Singkawang Bengkayang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 120 6,65 2013
7 Kalbar Tayan Sanggau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2014
8 Kalbar Bengkayang Ngabang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2014
9 Kalbar Ngabang Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 110 6,09 2014
10 Kalbar Sanggau Sekadau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 100 5,54 2015
11 Kalbar Sintang Sekadau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2016
12 Kalbar Sintang Nanga Pinoh 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2016
13 Kalbar Sintang Putusibau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 300 22,90 2017
14 Kalbar Ketapang Sukadana 150 kV 2 cct, 2 Hawk 200 15,27 2017
15 Kalbar Sukadana Sandai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13,74 2017
16 Kalbar Sandai Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 300 22,90 2017
17 Kalbar Nanga Pinoh Kota Baru 2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 9,97 2017
18 Kalbar Bengkayang Perbatasan 275 kV 2 cct, 2 Zebra 180 28,36 2014
04/02/2013 14:19:37
224
Rencana Pengembangan Gardu Induk Kalimantan Barat
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA/LB Juta USD COD Keterangan
04/02/2013 14:19:37
Lampiran A2.6
GI. SUKADANA
Thn2017
GI. SANDAI
Thn 2017
PLTU KETAPANG (PLN) ; KUALA
GI.GI KURUN
Kuala Kurun
2 X 10 MW (2013)
GI. KETAPANG
Thn2017
PLTU KETAPANG (IPP) ; 2 X7 MW (2012)
KETERANGAN :
Gardu Induk 275 kV Rencana PLTU Rencana
Transmisi 275 kV Rencana
PLTMH Rencana
Transmisi 150 kV Eksisting
Transmisi 150 kV Rencana Listrik Perbatasan Eksisting
Gardu Induk 150 kV Eksisting
Listrik Perbatasan Rencana
Gardu Induk 150 kV Rencana
04/02/2013 14:19:37
Lampiran A2.7
228
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
229
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
230
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
231
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
232
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
233
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
04/02/2013 14:19:38
Lampiran A2.9
Perkiraan Kebutuhan Investasi Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Kalbar Juta Rupiah
Tahun JTM JTR Trafo Lisdes Reguler Listrik Murah & Hemat Total Biaya
2012* 54.259 16.421 5.712 76.392 5.837 82.229
2013 52.334 12.456 5.936 70.726 6.195 76.921
2014 73.625 17.523 8.351 99.499 6.195 105.694
2015 70.382 16.751 7.983 95.117 - 95.117
2016 66.173 15.749 7.506 89.428 - 89.428
2017 55.026 13.096 6.241 74.364 - 74.364
2018 38.552 9.176 4.373 52.101 - 52.101
2019 15.191 3.616 1.723 20.529 - 20.529
2020 10.344 2.462 1.173 13.980 - 13.980
2021 1.238 295 140 1.673 - 1.673
Total 437.125 107.545 49.139 593.808 18.227 612.036
04/02/2013 14:19:38
Lampiran A2.11
Investasi
Tahun Total
Pembangkit T/L dan GI Distribusi
2012 10 3 14
2013 85 41 4 129
2014 320 125 4 449
2015 150 1 4 155
2016 88 16 4 107
2017 140 82 4 225
2018 140 1 4 145
2019 50 1 4 55
2020 147 28 2 177
2021 0 2 2
Total 1.120 305 34 1.459
04/02/2013 14:19:38
PENJELASAN LAMPIRAN A2
SISTEM KALIMANTAN BARAT
Produksi energi listrik pada sistem Kalbar meningkat rata-rata 11.2% per tahun, yaitu meningkat dari
1.374 GWh pada tahun 2012 menjadi 3.567 GWh pada tahun 2021. Faktor beban diperkirakan akan menu-
run sejalan dengan masuknya sistem isolated ke grid.
Beban puncak sistem Kalbar pada tahun 2012 sebesar 219 MW akan meningkat menjadi 609 MW pada
tahun 2021 termasuk dengan tersambungnya beberapa sistem isolated yaitu sistem Singkawang, Sam-
bas, Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Ngabang, Ketapang dan Putussibau. Sistem-sistem kecil
lainnya masih beroperasi isolated.
Proyeksi kebutuhan beban sistem Kalimantan Barat tahun 2012 - 2021 diberikan pada Lampiran A2.1.
Kapasitas terpasang pembangkit saat ini adalah 252 MW (termasuk sewa), dimana semua pembangkit
di sistem Kalbar menggunakan BBM sehingga biaya operasi sangat tinggi. Tambahan pembangkit pada
sistem Kalbar seluruhnya masih dalam tahap rencana, kecuali PLTU Percepatan Tahap 1, yaitu PLTU
Parit Baru (2x50 MW) dan PLTU Kura-kura (2x25 MW) yang sedang konstruksi dan direncanakan
beroperasi pada tahun 2014.
PLN dan perusahaan listrik Sarawak (Sesco) telah menandatangani PEA (power exchange agreement)
yang berisi rencana PLN membeli listrik untuk memasok sistem Kalimantan Barat dari Serawak sebesar
50 MW flat (sebagai baseload) dan pada beban puncak dapat membeli hingga 230 MW mulai awal tahun
2015 hingga tahun 20191. Dalam jangka panjang dimungkinkan seluruh pembelian tenaga listrik dari
Serawak adalah hanya selama beban puncak. Hal ini dapat menunda kebutuhan pembangkit peak-
ing yang berbahan bakar mahal. Namun untuk mengurangi ketergantungan yang terlalu besar terhadap
pasokan dari Sarawak, maka direncanakan pembangunan PLTG/MG 100 MW di tahun 2019, yaitu pada
saat berakhirnya perjanjian impor energi dari Serawak.
Dari neraca daya sistem Kalimantan Barat terlihat bahwa reserve margin akan mencapai 58% pada tahun
2020. Namun hal ini masih dapat diterima dengan pertimbangan proyek-proyek PLTU Kalbar berisiko ter-
lambat karena berbagai sebab, interkoneksi dengan Serawak tidak ada klause take or pay yang berbasis
power pada waktu beban puncak.
PLTU Batubara
Pantai Kura-kura FTP1 (2x27,5 MW) dan PLTU Parit Bru FTP1 (2x50) diharapkan beroperasi pada tahun
2014. PLTU batubara yang didanai dengan pinjaman dari Pemerintah China (2x50 MW) di Parit Baru
juga diharapkan beroperasi pada tahun 2015.
Di RUPTL ini PLN merencanakan PLTU batubarra dengan unit size yang lebih besar, yaitu 100 MW. Hal-hal
yang mendasari pemilihan unit size 100 MW adalah adanya interkoneksi ke sistem kelistrikan Sarawak yang
lebih besar sehinggga memungkinkan penggunaan unit size yang lebih besar tanpa menimbulkan masalah
operasi. Unit yang lebih besar juga dimaksudkan untuk mengambil manfaat economy of scale serta memper-
timbangkan semakin sulitnya mendapatkan lahan yang cocok untuk pembangunan PLTU batubara di Kalbar.
Tujuan dari interkoneksi Kalbar-Sarawak adalah untuk menurunkan biaya pokok produksi dengan meng-
gantikan pembangkit BBM, meningkatkan keandalan sistem Kalbar dan mengantisipasi keterlambatan
pembangunan proyek PLTU. Proyek ini diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2014.
242
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
− Proyek PLTU Percepatan Tahap 1 (PLTU Parit Baru dan PLTU Pantai Kura-Kura) merupakan proyek
strategis karena selain proyek-proyek ini akan dapat mengatasi defisit pasokan daya yang saat ini
sudah terjadi, juga sekaligus akan mengurangi pemakaian BBM dari pembangkit-pembangkit eksist-
ing.
− PLTU Parit Baru dengan pendanaan dari Pemerintah China (FTP2) 2x50MW dan PLTU Kalbar-1 di-
harapkan dapat beroperasi tepat waktu karena diperlukan oleh sistem Kalbar sebagai pembangkit
base load.
− PLTG/MG Pontianak Peaker dan PLTA Nanga Pinoh diharapkan dapat beroperasi tahun 2019 dan
2020 untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaker di Sistem Kalbar.
Produksi energi per jenis energi primer di sistem Kalimantan Barat diberikan pada Lampiran A2.3.
Peranan masing-masing energi primer tersebut Kalimantan Barat diberikan pada Lampiran A2.3.
a. Pada tahun 2012 karena belum adanya pengoperasian pembangkit baru berbahan bakar selain BBM,
maka produksi dengan BBM untuk sistem interkoneksi akan mencapai 1.374 GWh.
b. Sejalan dengan rencana pengoperasian PLTU batubara dan impor lstrik dari
Sarawak, maka penggunaan BBM sebagai bahan bakar utama pada sistem kelistrikan Kalbar dapat
jauh dikurangi.
c. Sumber energi air terdapat di daerah Nanga Pinoh sehingga direncanakan PLTA Nanga Pinoh 98 MW
yang direncanakan beroperasi pada tahun 2019.
d. Terdapat rencana pengiriman LNG dari Batam ke Kalbar yang akan dimanfaatkan untk pembang-
kit peaker 100 MW dengan kebutuhan gas 5 bbtud.
e. Peranan HSD hingga tahun 2021 tetap penting namun dalam volume yang lebih kecil untuk melistriki
sistem-sistem kecil terisolasi.
Kebutuhan bahan bakar HSD dan MFO cenderung menurun dari tahun 2012 hingga tahun 2021. Pada
tahun 2012 penggunaan HSD dan MFO untuk sistem interkoneksi sebesar 371 juta liter dan pada tahun
2021 menurun menjadi hanya 13 juta liter. Pemakaian batubara meningkat dari 0,456 juta ton pada tahun
2014 menjadi 1,66 juta ton pada tahun 2021.
Kebutuhan bahan bakar di sistem Kalbar dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2021 dapat dilihat pada
Lampiran A2.3.
243
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Capacity balance dibuat berdasarkan prakiraan beban per GI sampai tahun 2021 dengan kriteria penam-
bahan trafo GI dilakukan saat pembebanan trafo terpasang sudah melebihi 70%. Dengan kriteria terse-
but kebutuhan pembangunan GI baru dan pengembangan trafo GI eksisting untuk sistem Kalimantan
Barat sampai dengan tahun 2021 sebesar 1.180 MVA.
Proyeksi kebutuhan pengembangan gardu induk sistem Kalbar seperti pada Lampiran A2.4.
Kebutuhan pembangunan dan pengembangan jaringan transmisi untuk Kalbar sampai dengan tahun
2021 adalah sepanjang 2.812 kms, meliputi:
- Pembangunan transmisi 150 kV baru terkait dengan proyek pembangkit PLTU percepatan, PLTU IPP
dan PLTA.
– Pembangunan transmisi 150 kV baru terkait dengan proyek pembangkit PLTU percepatan, PLTU IPP
dan PLTA.
– Pengembangan transmisi 150 kV yang ada di lokasi tersebar di sistem Kalbar dalam rangka me-
menuhi kriteria keandalan (N-1) dan untuk mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan
pelayanan dan fleksibilitas operasi
– Pembangunan transmisi 275 kV interkoneksi Kalbar - Sarawak untuk mendapatkan benefit ekonomi
dari energy exchange pada saat terjadi perbedaan marginal cost antara kedua sistem. Interkoneksi
ini juga bermanfat sebagai contingency apabila konstruksi penbangkit baru terlambat.
Proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan sistem Kalimantan Barat diberikan pada Lampiran A2.5.
Analisa aliran daya pada sistem Khatulistiwa dilakukan dengan memperhatikan seluruh pembangkit dan
beban yang ada pada neraca daya. Pada RUPTL 2012-2021 ini hanya dilakukan analisa untuk tahun 2012,
2014, 2015, 2016, 2018 dan 2020.
1. Tahun 2012
Pada tahun 2012 belum ada tambahan pembangkit baru. Tegangan terendah terjadi di GI Sintang
namun masih baik (148,5 kV). Pembebanan pada semua ruas transmisi 150 kV masih memenuhi kri-
teria N-1.
2. Tahun 2014
PLTU Parit Baru (FTP1) 100 MW dan PLTU Pantai Kura-Kura (FTP1) 55 MW sudah beroperasi dan bisa
mengurangi ketergantungan terhadap pembangkit BBM. Beberapa sistem isolated juga sudah mu-
244
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
3. Tahun 2015
Transmisi 275 kV Bengkayang - Jagoi Babang (Serawak) sudah beroperasi sehingga sistem Kalbar
terinterkoneksi dengan Serawak. Sistem Kalbar akan mengimpor dari Serawak sebesar minimal 50
MW untuk memikul beban dasar dan pada saat beban puncak dapat ditingkatkan hingga 230 MW.
Aliran daya menunjukkan bahwa impor dari Serawak pada beban puncak dapat mencapai 200 MW.
Pada saat kondisi beban rendah, impor dari Serawak hanya sebesar 50 MW. Kebutuhan listrik di
Kalbar sebagian besar dapat dipasok dari PLTU FTP1 155 MW dan PLTU skala kecil 35 MW (total).
Profil tegangan di sistem Kalbar baik di semua GI. Semua ruas transmisi masih memenuhi kriteria
N-1.
4. Tahun 2016
Tambahan di tahun 2016 adalah bergabungnya sistem isolated Sintang dan Nanga Pinoh ke grid
Kalbar. Pada kondisi beban puncak dan pembangkitan di Kalbar yang normal, impor dari Serawak
adalah sekitar 120 MW. Profil tegangan masih memenuhi standar dan semua transmisi memenuhi
kriteria N-1.
Pada waktu beban puncak dan pembangkitan di Kalbar minimal, impor dari Serawak bisa mencapai
220-230 MW. Pada kondisi ini, pembangkit yang beroperasi adalah PLTU FTP1 155 MW, PLTU Sang-
gau 14 MW dan PLTU Sintang 21 MW. Profil tegangan masih memenuhi standar. Tegangan GI teren-
dah akan terjadi di kota Pontianak (135 kV). Sedangkan pada luar waktu beban puncak, impor dari
Sesco adalah sekitar 70 MW. Profil tegangan pada kondisi ini jauh lebih baik. Semua ruas transmisi
masih memenuhi kriteria N-1.
5. Tahun 2018
Tambahan di tahun 2018 adalah beroperasinya PLTU Kalbar-1 2x100 MW dan bergabungnya sistem
isolated Sandai, Sukadana, Ketapang, Putussibau dan Kota Baru-2 ke grid Kalbar. Impor dari Serawak
pada waktu beban puncak sebesar 190 MW. Sedangkan pada waktu luar beban puncak impor dari
Serawak hanya 50 MW atau sama dengan impor minimal. Profil tegangan pada waktu beban puncak
di semua GI adalah baik. Semua ruas transmisi masih memenuhi kriteria N-1.
6. Tahun 2020/2021
Tambahan di tahun 2020/2021 adalah beroperasinya PLTG/MG Pontianak Peaker 100 MW (yang siap
beroperasi pada tahun 2019) dan PLTA Nanga Pinoh 98 MW. Perjanjian impor energi dari Serawak
di tahun ini berakhir namun dapat diperpanjang. Impor dari Serawak hanya selama beban puncak
yaitu sekitar 100 MW. Profil tegangan pada kondisi beban puncak dan beban rendah adalah lebih
dari 140 kV di semua GI. Semua ruas transmisi masih memenuhi kriteria N-1.
Kebutuhan pengembangan sistem distribusi diperlukan untuk meningkatkan keandalan dan mutu
tegangan pelayanan, memperbaiki SAIDI dan SAIFI, menurunkan susut teknis jaringan dan rehabilitasi
jaringan yang tua dan meningkatkan penjualan tenaga listrik dengan menambah pelanggan. Proyeksi
kebutuhan fisik distribusi wilayah Kalimantan Barat seperti pada Lampiran A2.8.
245
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
• Selama tahun 2012-2021 direncanakan membangun jaringan tegangan menengah 1.458 kms, jaring-
an tegangan rendah 4.166 kms, gardu distribusi 643 MVA untuk menunjang penyambungan sejum-
lah 515 ribu pelanggan.
• Untuk menunjang pengembangan sistem distribusi tersebut dibutuhkan biaya sebesar USD 222
juta atau USD 22 juta per tahun.
• Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari 69,3% tahun 2012, men-
jadi 99,9% di tahun 2021.
Dari tabel perkiraan kebutuhan fisik dan biaya listrik perdesaan regional Kalimantan Barat tahun 2012-
2021 seperti dalam lampiran A2.9, dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Selama kurun waktu tahun 2012-2021 direncanakan membangun JTM 1.263 kms, JTR 929 kms,
Kapasitas gardu distribusi 23 MVA.
• Perkiraan biaya total selama kurun waktu tersebut, untuk menunjang kegiatan listrik perdesaan
tersebut sebesar Rp 612 milyar (dengan rincian JTM Rp 437 milyar, JTR Rp 108 milyar, gardu distri-
busi Rp 49 milyar, pembangkit dan sambungan pelanggan Rp 593 milyar).
Proyeksi kebutuhan Investasi pembangkit, transmisi dan gardu induk sistem Kalimantan Barat diberi-
kan pada Lampiran A2.11.
246
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Aceh terdiri dari sistem interkoneksi 150 kV Sumut-Aceh dan sub-sistem isolated de-
ngan tegangan distribusi 20 kV. Sekitar 71% dari sistem kelistrikan Aceh dipasok oleh sistem interkoneksi
150 kV Sumbagut dan sisanya 29% dilayani oleh pembangkit PLTD isolated tersebar. Saat ini daerah yang
sudah dipasok sistem interkoneksi 150 kV meliputi pantai timur Provinsi Aceh melalui 7 gardu induk
yang terletak di Kabupaten/Kota: Tamiang, Langsa, Aceh Timur, Lhokseumawe, Bireuen, Pidie dan Pidie
Jaya, Banda Aceh dan Aceh Besar, dengan posisi pembangkit sebagian besar berada di Sumut. Peta sis-
tem kelistrikan Provinsi Aceh ditunjukkan pada Gambar A3.1.
SISTEM MEULABOH
Beban Puncak: 25.3 MW SISTEM BLANGKEJEREN
Genset Sewa: 15 MW BebanPuncak: 3,1 MW
Genset Sewa: 2 MW
SISTEM BLANGPIDIE
Beban Puncak: 9.8 MW
Genset Sewa: 4 MW
SISTEM KUTACANE
BebanPuncak: 9.7MW
SISTEM TAPAKTUAN
Genset Sewa: 6 MW
Beban Puncak: 4.5 MW
Genset Sewa: 2 MW
Seluruh wilayah pantai barat dan tengah Aceh serta kepulauannya masih dipasok oleh PLTD berbahan
bakar HSD dengan sistem kelistrikan 20 kV
Daerah yang dilayani dari sistem interkoneksi masih dalam kondisi rawan pemadaman karena jumlah
kapasitas pembangkit yang masuk grid tidak mempunyai cadangan daya yang cukup. Pemadaman dalam
skala besar bisa terjadi apabila ada gangguan pada jaringan transmisi atau ganggguan (atau pemeli-
haraan) pada unit pembangkit berkapasitas besar. Untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan sewa
genset sebesar 150 MW di 9 lokasi.
Pada sistem isolated 20 kV yang meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,
Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Sabang dan Simeulu ter-
dapat sewa genset dengan kapasitas total 59 MW untuk mengatasi defisit pada sistem isolated tersebut.
249
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi Aceh yang telah mencapai sekitar 325 MW sebagian besar
dipasok dari pembangkit-pembangkit yang berada di provinsi Sumut melalui transmisi 150 kV Pangkalan
Brandan - Langsa - Idie - hingga ke Banda Aceh dengan transfer daya rata-rata 233 MW dan sistem iso-
lated tersebar rata-rata 92 MW.
250
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pertumbuhan ekonomi daerah Aceh terus meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal tersebut
sangat terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana tsunami yang dilakukan
Badan Rehabilitasi & Rekonstruksi Aceh Nias pada tahun 2006 s/d 2010. Kondisi keamanan yang kian
membaik setelah penandatanganan MOU Helsinki antara Pemerintah RI dan GAM pun menjadi awal
penting dalam pemulihan ekonomi Aceh. Kemajuan di sektor ekonomi dan keamanan ini memberikan
konstribusi langsung kepada pertumbuhan kebutuhan energi listrik. Penjualan pada tahun 2011 tumbuh
hinggga 6,6% dan tahun 2012 akan tumbuh sekitar 12,2%. Selain itu beban puncak sistem kelistrikan juga
naik dari 299 MW pada tahun 2010 menjadi 325 MW pada tahun 2011.
Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 13 % per tahun, dimana pen-
jualan pada tahun 2007 sebesar 997,36 GWh telah meningkat menjadi 1.579,8 GWh pada tahun 2011.
Penjualan terbesar adalah dari sektor rumah tangga sebesar 1.016,07 GWh (64,3%), kemudian sektor
bisnis sebesar 278,5 GWh (17,63%) seperti ditunjukkan pada Tabel A3.3.
Tabel A3.3. Komposisi Penjualan per Sektor Pelanggan pada Tahun 2011
Dari realisasi pengusahaan lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan
ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi ke-
butuhan listrik 2012 - 2021 diberikan pada Tabel A3.4.
251
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik 10 tahun ke depan diperlukan pembangunan sarana pembang-
kit, transmisi dan distribusi dengan memperhatikan potensi energi primer setempat sebagai berikut.
Potensi sumber energi di Provinsi Aceh tersedia cukup besar, yaitu panas bumi 589 MW, tenaga air 1.482
MW dan cadangan batubara 1,7 miliar ton. Peta potensi sumber energi diperlihatkan pada Gambar A3.2.
Disamping itu di Provinsi Aceh juga terdapat cadangan gas, namun sudah dieksploitasi dan saat ini sudah
jauh berkurang.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai tahun 2021 diperlukan pembangunan pusat pembang-
kit dalam wilayah Provinsi Aceh yang akan diinterkoneksikan ke sistem 150 kV Sumatera dengan daya
sebesar 1.200 MW dengan rincian diberikan pada Tabel A3.5.
Pembangunan PLTP Seulawah 110 MW saat ini sedang dalam proses pelelangan WKP (Wilayah Kerja Per-
tambangan) oleh Pemerintah Provinsi Aceh dan WKP PLTP Jaboi di Sabang 7 MW sudah dilelang oleh
Pemko Sabang.
252
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 Meulaboh #1,2 (FTP1) PLTU PLN 220 2013
2 Sabang (FTP2) PLTGB PLN 8 2013
3 Aceh Timur PLTG PLN 70 2014
4 Arun PLTG/MG PLN 200 2014
5 Sinabang (eks Tapaktuan) PLTU PLN 14 2014
6 Peusangan 1-2 PLTA PLN 88 2016
7 Meulaboh #3,4 PLTU PLN 400 2017/18
8 Peusangan-4 (FTP2) PLTA Swasta 83 2018
9 Seulawah PLTP Swasta 55 2018
10 Seulawah (FTP2) PLTP Swasta 55 2018
11 Jaboi (FTP2) PLTP Swasta 10 2019
Jumlah 1.203
Beroperasinya PLTA Peusangan 83 MW, dan PLTU Meulaboh/Nagan Raya 200 MW sangat penting untuk
memperbaiki sistem kelistrikan Aceh, mengingat saat ini daya pembangkit dari Sumut yang memasok
demand di Aceh masih sangat terbatas. Untuk mengatasi defisit kelistrikan saat ini, sampai dengan ber-
operasinya PLTU Nagan Raya 2x110 MW telah dilakukan tambahan sewa pembangkit diesel pada sejum-
lah subsistem 150 KV dan Isolated 20 KV.
Untuk penyediaan listrik jangka panjang dan sekaligus memperbaiki biaya pokok penyediaan listrik baik
di sistem interkoneksi maupun sistem isolated akan dibangun PLTU Meulaboh #3 dan 4 (400 MW) serta
beberapa PLTU skala kecil di Sinabang 2 x 7 MW, Sabang 8 MW dan PLTP Jaboi 10 MW.
Pembangunan GI baru dan tambahan trafo (extension) sampai dengan tahun 2021 berjumlah 1500 MVA
dan 1250 MVA masing-masing untuk GI 150 kV dan 275 kV seperti yang ditunjukan pada tabel A3.6 dan
A3.7.
Kapasitas
No Gardu Induk Tegangan New/Extension Juta USD COD
(MvA/Bay)
1 Jantho 150/20 kV New 30 3 ,06 2013
2 Meulaboh 150/20 kV New 60 4 ,33 2013
3 Panton Labu 150/20 kV New 30 3 ,06 2013
4 PLTU Meulaboh 150/20 kV Extension 2 LB 1 ,23 2013
5 Tualang Cut 150/20 kV Extension 30 1 ,27 2013
6 Banda Aceh 150/20 kV Extension 2 LB 1 ,23 2014
7 Bireun 150/20 kV Extension 2 LB 1 ,23 2014
8 Blang Pidie 150/20 kV Extension 2 LB 1 ,23 2014
9 Blang Pidie 150/20 kV New 30 3 ,06 2014
10 Cot Trueng 150/20 kV New 30 5 ,53 2014
11 Idi 150/20 kV Extension 30 1 ,27 2014
253
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
254
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pembangunan transmisi sampai dengan tahun 2021 adalah 1.765 kms (150 kV) dan 812 kms
(275 kV) dengan kebutuhan dana sekitar US$ 323 juta seperti yang ditampilkan dalam Tabel A3.8 dan
Tabel A3.9.
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor Kms COD
USD
1 Sigli PLTU Meulaboh 150 kV 2 cct, 2 Zebra 333 74,95 2012
2 Jantho Inc. 1 Pi (Sigli-B. Aceh) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 1 0,06 2013
3 Meulaboh PLTU Meulaboh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3,32 2013
4 Panton Labu Inc. 1 Pi (Idi-Lhokseumawe) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 2 0,11 2013
5 Bireun Takengon 150 kV 2 cct, 2 Hawk 126 9,62 2014
6 Blang Pidie Tapak Tuan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 130 7,20 2014
7 Brastagi Kutacane 150 kV 2 cct, 1 Hawk 290 16,07 2014
8 Cot Trueng Inc. 2 Pi (Bireun-Lhokseumawe) 150 kV 4 cct, 1 Hawk 6 0,33 2014
9 Krueng Raya Ulee Kareng 150 kV 2 cct, 2 Hawk 60 4,58 2014
10 PLTA Peusangan-1 PLTA Peusangan-2 150 kV 2 cct, 2 Hawk 14 1,07 2014
11 PLTA Peusangan-2 Takengon 150 kV 2 cct, 2 Hawk 22 1,68 2014
12 PLTU Meulaboh Blang Pidie 150 kV 2 cct, 1 Hawk 190 10,53 2014
13 Sidikalang Subulussalam 150 kV 2 cct, 1 Hawk 111 6,16 2014
14 Ulee Kareng Banda Aceh 150 kV 2 cct, 2 Zebra 40 9,00 2014
15 Samalanga Inc. 1 Pi (Bireun-Sigli) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 4 0,22 2015
16 Subulussalam Singkil 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6,65 2015
17 Takengon Blang Kjeren 150 kV 2 cct, 1 Hawk 174 9,64 2015
18 Banda Aceh Lam Pisang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 30 2,29 2018
19 PLTP Seulawah 2 Pi Inc. (Sigli-Banda Aceh) 150 kV 4 cct, 1 Hawk 32 3,55 2018
20 Takengon PLTA Peusangan-4 150 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1,11 2018
Jumlah 1.765 168,13
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor Kms COD
USD
1 Pangkalan Susu Lhokseumawe 275 kV 2 cct, 2 Zebra 360 81,03 2016
2 Sigli Lhokseumawe 275 kV 2 cct, 2 Zebra 322 72,47 2016
3 Sigli Ulee Kareng 275 kV 2 cct, 2 Zebra 130 0,99 2016
Jumlah 812 154,49
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan listrik pada butir 3.2 di atas, diperlukan tambahan pelanggan baru
477 ribu pelanggan atau rata-rata 47.700 pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pe-
langgan, diperlukan pembangunan jaringan tegangan menengah 10.458 kms, jaringan tegangan rendah
sekitar 11.837 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 727 MVA, seperti ditampilkan dalam
Tabel A3.10.
255
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
A3.4. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 adalah seperti tersebut dalam Tabel A3.11.
256
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi Sumatera Utara dipasok dengan menggunakan sistem transmisi 150 kV
(tidak termasuk Pulau Nias/Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Pulau Tello dan Pulau Sembilan yang masih
beroperasi secara isolated). Saat ini beban puncak terlayani sekitar 1.270 MW dan dipasok oleh Sektor
Pembangkitan Belawan, Sektor Pembangkitan Medan, Sektor Pembangkitan Pandan dan Sektor Pem-
bangkitan Labuhan Angin. Pada saat ini PLN juga melakukan swap energi dengan PT Inalum untuk ikut
membantu memenuhi kebutuhan beban puncak.
Disamping pusat-pusat pembangkit di atas, ada beberapa PLTMH yang memasok listrik langsung ke sis-
tem distribusi (20 kV) dan IPP PLTP Sibayak sebesar 10 MW.
Sehubungan dengan kurangnya pasokan listrik di Sumatera Utara sebagai akibat dari tidak seimbangn-
ya penambahan pembangkit dan pertumbuhan beban, maka pada saat beban puncak diberlakukan pe-
madaman bergilir. Untuk menanggulangi pemadaman yang berkepanjangan, PLN Wilayah Sumatera
Utara melakukan demand side management dengan cara mengurangi laju pertumbuhan beban, yaitu
membuat kuota (pembatasan) jumlah sambungan baru.
Jumlah GI di Sumatera Utara adalah 32 buah dengan kapasitas trafo 2.146 MVA. Peta kelistrikan sistem
Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar A4.1.
257
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kota Medan merupakan pusat beban terbesar di Sumatera Utara (hampir 60% dari seluruh demand di
provinsi ini) dengan tingkat pertumbuhan beban yang tinggi. Di Sumatera Utara masih terdapat bebe-
rapa daerah pelayanan listrik yang bertegangan rendah akibat dipasok oleh jaringan yang terlalu pan-
jang. Situasi ini telah direncanakan penanggulangannya dalam RUPTL.
Kapasitas pembangkit PLTD isolated yang beroperasi di Gunung Sitoli, Teluk Dalam (Pulau Nias), Pulau
Sembilan (Kabupaten Langkat) dan Pulau Tello (Kabupaten Nias Selatan) ditunjukkan pada Tabel A4.2.
258
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Daya
No Lokasi PLTD Terpasang Mampu
(kW) (kW)
1 Gunung Sitoli
- PLTD PLN 12.178 4.650
- PLTD Sewa 5.920 4.700
- PLTD Sewa 6.500 4.650
Total PLTD Gunung Sitoli 24.598 14.000
2 Teluk Dalam
- PLTD PLN 3.380 1.850
- PLTD Sewa 5.225 4.070
Total PLTD Teluk Dalam 8.605 5.920
3 Pulau Tello
- PLTD PLN 700 400
Total PLTD Pulau Tello 700 400
Total PLTD Cabang Nias 33.903 20.320
Dari penjualan tenaga listrik PLN pada lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan per-
tumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa mendatang,
maka proyeksi kebutuhan listrik 2012 - 2021 diberikan pada Tabel A4.3.
Untuk memenuhi proyeksi kebutuhan tenaga listrik tersebut pada butir A4.2., diperlukan pembangunan
sarana pembangkit, transmisi, GI dan distribusi sebagai berikut.
259
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sumber energi yang cukup besar tersedia di Sumatera Utara untuk membangkitkan energi listrik adalah
tenaga air dan panas bumi. Namun provinsi ini tidak mempunyai potensi batubara sedangkan sumber
gas alam telah mengalami penurunan. Potensi tenaga air dapat dilihat pada Tabel A4.4 dan Tabel A4.5.
Daya
No Nama Pembangkit Lokasi Cod
(MW)
I IPP
1 Parluasan 4,2 Tobasa 2012
2 Huta Raja 5,0 Humbahas 2012
3 Pakkat 1 10,0 Humbahas 2012
4 Lau Gunung 10,0 Dairi 2013
5 Lae Ordi 10,0 Pakpak Barat 2013
6 Lae Kombih 3 8,0 Pakpak Barat 2013
7 Batang Toru 7,5 Taput 2013
8 Karai 1 10,0 Simalungun 2013
9 Karai 7 6,7 Simalungun 2013
10 Karai 12 6,0 Simalungun 2013
11 Karai 13 8,3 Simalungun 2013
12 Lae Ordi 2 10,0 Pakpak Barat 2013
13 Tara Bintang 10,0 Humbahas 2013
14 Raisan Huta Dolok 7,0 Tapteng 2014
15 Raisan Naga Timbul 7,0 Tapteng 2014
16 Sei Wampu 1 9,0 Langkat 2014
17 Rahu 1 9,2 Humbahas 2014
18 Rahu 2 5,0 Humbahas 2014
19 Sidikalang 1 8,6 Dairi 2014
260
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Daya
No Nama Pembangkit Lokasi Cod
(Mw)
20 Sidikalang 1 8,6 Dairi 2014
21 Sidikalang 2 7,4 Dairi 2014
22 Simbelin 1 6,0 Dairi 2014
23 Simonggo 7,0 Humbahas 2015
24 Sei Wampu 2 9,0 Langkat 2015
25 Lae Kombih 4 10,0 Pakpak Barat 2015
26 Aek Sisiran 7,0 Humbahas 2015
25 Lae Kombih 4 10,0 Pakpak Barat 2015
26 Aek Sisiran 7,0 Humbahas 2015
28 Batang Toru 3 10,0 Taput 2015
29 Batang Toru 4 10,0 Taput 2015
Total IPP 78,0
II EXCESS POWER
1 PT.Evergreen Paper Int 2,0 Deli Serdang 2012
2 PTPN III Sei Mangkei 3,5 Simalungun 2012
3 PT Nubika Jaya 15,0 Labuhan Batu 2012
4 PT Victorindo Alam Lestari 8,0 Padang Lawas 2012
5 PLTU Nias 31,0 Gunung Sitoli 2014
Total Excess Power 59,5
Total 137,5
Berdasarkan Master Plan Study for Power Development in the Republic of Indonesia oleh WestJEC/Direk-
torat Jendral Minerbapabum tahun 2007, potensi panas bumi yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara
adalah seperti ditunjukkan pada Tabel A4.6.
Dibatasi oleh
Potensi
Lokasi Panas Bumi Keterangan Taman Nasional Demand
(MW)
(MW) (MW)
Sarulla & Sibual Buali Existing / Expansion 660 630 630
Sibayak/Lau Debuk-Debuk Existing / Expansion 160 40 40
Sorik Merapi High Possibility 500 100 100
Sipaholon Low Possibility 50 50 50
G. Sinabung Tidak cukup data - - -
Pusuk Bukit Tidak cukup data - - -
Simbolon Tidak cukup data - - -
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera Utara hingga tahun 2021 diperlukan pembangunan pem-
bangkit sebagaimana diperlihatkan pada Tabel A4.7.
261
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 PLTM Tersebar Sumut PLTM Swasta 195 2012-15
2 Nias PLTGB PLN 8 2014
3 Nias PLTS PLN 1 2014
4 P. Brandan PLTG/MG PLN 200 2014
5 Pangkalan Susu #1,2 (FTP1) PLTU PLN 440 2014
6 Nias (FTP2) PLTU Swasta 21 2014/15
7 Sumbagut PLTU Sewa 360 2015
8 Wampu PLTA Swasta 45 2015
9 Asahan III (FTP2) PLTA PLN 174 2016
10 Pangkalan Susu #3,4 (FTP2) PLTU PLN 400 2016
11 Sarulla I (FTP2) PLTP Swasta 330 2016/17
12 Hasang (FTP2) PLTA Swasta 40 2017
13 Sarulla II (FTP2) PLTP Swasta 110 2017
14 Simonggo-2 PLTA PLN 86 2017
15 Sorik Marapi (FTP2) PLTP Swasta 240 2018
16 Batang Toru (Tapsel) PLTA Swasta 510 2019
17 Sipoholon Ria-Ria PLTP Swasta 55 2019
18 Simbolon Samosir PLTP Swasta 110 2019/20
19 Nias-2 PLTU PLN 10 2020
Jumlah 3.335
Pengembangan Transmisi
Dalam waktu dekat sistem Sumatera akan mengoperasikan transmisi 275 kV sebagai tulang punggung
sistem interkoneksi Sumatera 1. Transmisi 275 kV ini dapat menyalurkan energi listrik antar provinsi di
Sumatera yang dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit utama seperti PLTU batubara, PLTP dan PLTA ska-
la besar. Disamping itu direncanakan pula pengembangan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
500 kV sebagai tulang punggung utama system interkoneksi Sumatera yang akan memasok energi listrik
dalam jumlah yang besar dari Sumatera bagian Selatan yang kaya akan sumber energy (khususnya batu
bara) ke Sumatera bagian Utara yang merupakan pusat beban terbesar di Sumatera. Transmisi 150 kV
yang merupakan jaringan regional juga dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik dalam kawasan
yang lebih terbatas.
Sampai dengan tahun 2021 diperlukan pengembangan transmisi sepanjang 4.882 kms guna men-
dukung program penyaluran dan target target yang telah ditetapkan, yaitu untuk mengatasi bottleneck
penyaluran daya, mengevakuasi daya dari pusat pembangkit, mendapatkan tegangan pelayanan yang
baik dengan membatasi panjang JTM, menurunkan losses transmisi dan distribusi, serta meningkatkan
keandalan sistem tenaga listrik.
Rencana pembangunan transmisi di Provinsi Sumut diberikan pada Tabel A4.8 dan Tabel A4.9.
1
Di Sumatera juga direncanakan pembangunan transmisi 500 kV sebagai tulang punggung sistem kelistrikan Sumatera pada koridor
timur. Transmisi 500 kV tersebut direncanakan masuk Sumatera Utara setelah tahun 2020.
262
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Pangkalan Susu Binjai 275 kV 2 cct, 2 Zebra 160 36,01 2013
2 Sumut-3 (Galang) Binjai 275 kV 2 cct, 2 Zebra 160 36,01 2014
3 Padang Sidempuan Sumut-4 (Sarulla) 275 kV 2 cct, 2 Zebra 138 31,06 2014
4 Sumut-4 (Sarulla) Simangkok 275 kV 2 cct, 2 Zebra 194 43,67 2014
5 Simangkok Sumut-3 (Galang) 275 kV 2 cct, 2 Zebra 318 71,57 2014
6 PLTA Batang Toru Sumut-4 (Sarulla) 275 kV 2 cct, 2 Zebra 40 9,00 2018
7 Sumut-2 (Rantau Prapat) Sumut-4 (Sarulla) 275 kV 2 cct, 2 Zebra 220 49,52 2018
8 Sumut-1 (Sei
Sumut-2 (Rantau Prapat) 500 kV 2 cct, 4 Zebra 662 264,80 2018
Rotan)
9 Sumut-2 (Rantau Prapat) New Garuda Sakti 500 kV 2 cct, 4 Zebra 600 240,00 2020
Jumlah 2.492 781,65
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Galang Namurambe 150 kV 2 cct, 2 Zebra 80 18 ,01 2012
2 Galang Tanjung Morawa 150 kV 2 cct, 2 Zebra 20 4 ,50 2012
3 Lamhotma Belawan 150 kV 1 2nd cct, 2 Hawk 6 0 ,28 2012
4 Dolok Sanggul/ Inc. 1 Pi (Tele-Taru-
150 kV 2 cct, 1 Hawk 76 4 ,21 2013
Parlilitan tung)
5 Tanjung Morawa Kuala Namu 150 kV 2 cct, 2 Hawk 34 2 ,60 2013
6 Galang Negeri Dolok 150 kV 2 cct, 1 Hawk 66 3 ,66 2014
7 Padang Sidempuan Penyabungan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7 ,76 2014
8 PLTG P. Brandan Pangkalan Brandan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 10 0 ,76 2014
9 PLTU Nias Gunung Sitoli 70 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1 ,11 2014
10 Rantau prapat Labuhan Bilik 150 kV 2 cct, 1 Hawk 130 7 ,20 2014
11 Sidikalang Salak 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3 ,32 2014
12 Inc. 1 Pi (P.Brandan-
Tanjung Pura 150 kV 2 cct, 1 Hawk 30 1 ,66 2014
Binjai)
13 Tele Pangururan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 26 1 ,44 2014
14 Teluk Dalam PLTU Nias 70 kV 2 cct, 1 Hawk 220 12 ,19 2014
15 2 cct, CU 1000
GIS Listrik GIS Glugur 150 kV 5 11 ,10 2015
mm2
16 1 cct, CU 1000
GIS Mabar KIM 150 kV 5 11 ,10 2015
mm2
17 Inc. 2 Pi (Kisaran-
Perdagangan 150 kV 4 cct, 1 Hawk 40 2 ,22 2015
K. Tanjung)
18 PLTA Wampu Brastagi 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4 ,43 2015
19 PLTU Sewa Sum-
Sibolga 150 kV 2 cct, 2 Hawk 30 2 ,29 2015
bagut
20 2 cct, ACCC 310
Sibolga (uprate) P. Sidempuan (uprate) 150 kV 142 19 ,00 2015
mm2
21 2 cct, ACCC 310
Sibolga (uprate) Tarutung (uprate) 150 kV 100 13 ,38 2015
mm2
22 GI PLTMH 1 Dolok Sanggul 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3 ,88 2016
23 GI PLTMH 2 Labuhan Angin 150 kV 2 cct, 2 Hawk 110 8 ,40 2016
24 2 cct, CU 1000
GI/GIS Kota Medan Paya Geli 150 kV 10 22 ,20 2016
mm2
25 Inc. 2 Pi (KIM-Sei 4 cct, ACSR 2x400
KIM 2 150 kV 4 0 ,84 2016
Rotan) mm2
263
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
26 2 cct, ACSR 2x400
Pancing KIM 2 150 kV 20 3 ,36 2016
mm2
27 Pangkalan Susu Pangkalan Brandan 150 kV 2 cct, 2 Zebra 22 4 ,95 2016
28 Inc. 2 Pi (Paya Geli- 4 cct, ACSR 300
Selayang 150 kV 4 0 ,28 2016
Namurambe) mm2
29 Simangkok PLTA Asahan III(FTP 2) 150 kV 2 cct, 2 Hawk 22 1 ,68 2016
30 2 cct, ACCC 310
Tarutung (uprate) Porsea (uprate) 150 kV 124 16 ,59 2016
mm2
31 2 cct, ACCC 310
Tele (uprate) Tarutung (uprate) 150 kV 160 21 ,41 2016
mm2
32 PLTP Sorik Marapi
Penyabungan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 46 2 ,55 2017
(FTP 2)
33 Inc. 1 pi (R. Prapat-
PLTA Hasang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2 ,77 2017
Kisaran)
34 2 cct, ACCC 310
Porsea (uprate) P. Siantar (uprate) 150 kV 150 20 ,07 2017
mm2
35 2 cct, ACCC 310
Tele (uprate) Sidikalan (uprate) 150 kV 80 10 ,70 2017
mm2
36 PLTP Simbolon
Tarutung 150 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2 ,77 2018
Samosir
37 PLTP Sipoholon Inc. 2 Pi (Tarutung-
150 kV 4 cct, 1 Hawk 8 0 ,44 2019
Ria-Ria Porsea)
38 GI PLTMH 2 Singkil 150 kV 2 cct, 2 Hawk 140 10 ,69 2021
Jumlah 2.390 265 ,78
Pembangunan gardu induk di Wilayah Sumatera Utara dimaksudkan untuk melayani pertumbuhan be-
ban, meningkatkan keandalan pasokan, memperbaiki mutu tegangan, mengantisipasi masuknya bebera-
pa pembangkit dalam beberapa tahun kedepan dan perbaikan tegangan yang sangat rendah karena ja-
rak GI yang terlalu jauh dari konsumen. Rencana pembangunan GI dapat dilihat pada Tabel A4.10 berikut.
264
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
265
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pembangunan GI 275 kV yang berada di provinsi Sumatera Utara diberikan pada Tabel A4.11.
Pengembangan Distribusi
Tambahan pelanggan baru sampai dengan tahun 2021 adalah sekitar 940 ribu pelanggan atau rata-rata
94.000 pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pem-
bangunan JTM 19.634 kms, JTR sekitar 12.608 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 2.344
MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A4.12.
266
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pulau Nias yang terletak di sebelah Barat pulau Sumatera mempunyai kondisi sebagai berikut: (i) Meru-
pakan pulau yang terpisah cukup jauh dari pulau Sumatera, (ii) Pemerintahan terdiri dari 4 kabupaten dan
1 kota, (iii) Rawan gempa dan rawan longsor, (iv) Hubungan antar kabupaten dan antar kecamatan sulit
dijangkau, (v) Mata pencaharian utama adalah bercocok tanam kelapa dan nelayan.
Pengusahaan kelistrikan dikelola oleh PLN Cabang Nias, terdiri dari Ranting Gunung Sitoli dan Ranting
Teluk Dalam yang juga mengelola PLTD di Pulau Tello. Pasokan listrik untuk sistem kelistrikan dipasok
dari PLTD Gunung Sitoli dan PLTD Teluk Dalam. Jumlah pelanggan adalah sekitar 54 ribu, daya tersam-
bung 35 MVA dengan penjualan mencapai 52 GWh. Pembangkitan di Pulau Nias saat ini mempunyai daya
terpasang 28.904 kW, daya mampu 12.960 kW, beban puncak 9.858 kW, dan mengingat kondisi pembang-
kitan sudah tua, maka telah diambil langkah-langkah sewa PLTD untuk jangka pendek dan merencanakan
pembangunan PLTU 3x7 MW (IPP), PLTGB 8 MW (PLN) dan PLTGasifikasi Biomass sebesar 1 MW.
A4.5. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
adalah untuk membangun sistem kelistrikan sampai dengan tahun 2021 adalah seperti Tabel A4.13 berikut:
267
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem Interkoneksi
Sistem kelistrikan Provinsi Riau saat ini memiliki 8 gardu induk (GI) 150 kV, yaitu Koto Panjang, Bang-
kinang, Garuda Sakti, Teluk Lembu, Duri, Dumai, Bagan Batu dan Taluk Kuantan. Sebagian GI tersebut
sudah mengalami overload dan perlu segera diatasi.
Sistem kelistrikan Riau sebagian besar dipasok dari grid Sumatera dengan beban puncak per akhir 2011
mencapai 382 MW. Kapasitas pembangkit yang tersambung ke grid sebesar 267 MW, dimana 43% dari
kapasitas tersebut adalah PLTA Koto Panjang, dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan Riau masih
diperlukan transfer energi dari sistem interkoneksi Sumatera Bagian Selatan Tengah maupun sistem in-
terkoneksi Sumatera Bagian Utara.
Sistem Sumbagselteng sendiri dipasok oleh beberapa jenis pembangkit, dimana 30% (711 MW) berupa
PLTA yang pada musim kering sering kali mengalami penurunan kapasitas. Dengan demikian sistem Riau
ikut mengalami defisit daya.
Peta kelistrikan sistem interkoneksi di Provinsi Riau diperlihatkan pada Gambar A5.1.
269
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kapasitas Terpasang
No. Nama Pembangkit Jenis B. Bakar Pemilik
(MW)
1 PLTA Koto Panjang PLTA Air PLN 114
2 PLTG Teluk Lembu PLTG Gas/HSD PLN 43
3 PLTD Teluk Lembu PLTD HSD PLN 8
4 PLTD Dumai/Bg Besar PLTD HSD PLN 12
5 PLTG Riau Power PLTG Gas PT Riau- Power 20
6 PLTD Sewa Teluk Lembu PLTD HSD Sewa 40
7 PLTD Sewa Dumai PLTD HSD Sewa 30
Jumlah 267
Sistem Isolated
Sistem isolated di Provinsi Riau tersebar di kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Kabupaten Bengkalis
dan Meranti. Seluruh sistem isolated tersebut dipasok oleh PLTD tersebar dengan kapasitas 83 MW dan
daya mampu 44 MW.
Sebagian besar sistem isolated mengalami kekurangan pasokan, sehingga PLN menyewa pembangkit
diesel untuk mengatasi kekurangan pasokan jangka pendek. Daftar pembangkit pada sistem isolated
diberikan pada Tabel A5.2.
Daya
Jumlah Beban
UNIT Terpasang Mampu
(unit) Puncak (MW)
(MW) (MW)
MESIN PLN
1. Cab. Pekanbaru 42 7,6 4,6 4,6
2. Cab. Dumai 80 37 21,6 16,1
3. Cab. Rengat 115 38,6 18,1 17,0
Jumlah 237 83,2 44,3 37,7
MESIN PEMDA
1. Cab. Pekanbaru 7 2,5 1,5 1,8
2. Cab. Dumai 23 32 13 12,5
3. Cab. Rengat 13 7,3 4,2 4,6
Jumlah 33 41,8 18,7 18,9
MESIN SEWA
1. Cab. Pekanbaru 3 1,2 1,1 1,2
2. Cab. Dumai 2 2,4 2 2,1
3. Cab. Rengat 2 2 0 2
Jumlah 10 5,6 3,1 5,3
Kondisi kekurangan pasokan kelistrikan pada sistem isolated disebabkan oleh menurunnya daya mampu
pembangkit, meningkatnya konsusmsi listrik oleh pelanggan secara alami (bahkan tanpa penyambungan
baru) dan kebutuhan sistem isolated yang dipasok dari excess power telah melampaui kesepakatan per-
janjian jual beli (kontrak).
270
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ekonomi Riau tumbuh sangat pesat antara 6,6-8,7% pada tahun 2006-2010 (tidak termasuk migas) dan
kondisi ini diperkirakan masih akan terus meningkat pada masa yang akan datang. Target pertumbuhan
ekonomi yang tinggi menjadi perhatian Pemerintah Daerah dengan memberikan kemudahan kepada in-
vestor untuk menanamkan modalnya di Riau. Semua rencana tersebut akan dapat dicapai apabila ada
dukungan ketersediaan tenaga listrik di Provinsi Riau.
Perekonomian Provinsi Riau diperkirakan akan makin meningkat, ditandai oleh adanya rencana pem-
bangunan kawasan-kawasan industri pada beberapa kabupaten yang telah dicanangkan sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK), seperti Kawasan Industri Khusus Dumai, Kawasan Buton di kabupaten Siak In-
drapura, Kawasan Kuala Enok kabupaten Indragiri Hilir dan Kawasan Industri Tenayan di Pekanbaru. Dari
realisasi penjualan listrik PLN lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan
ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi ke-
butuhan listrik 2012 - 2021 dapat dilihat pada Tabel A5.3.
Beban
Sales
Tahun Produksi (GWh) Puncak Pelanggan
(GWh)
(MW)
2012 2.701 3.035 501 837.833
2013 2.973 3.262 537 893.984
2014 3.274 3.562 585 974.247
2015 3.600 3.906 640 1.083.435
2016 3.965 4.294 701 1.140.423
2017 4.371 4.729 770 1.227.423
2018 4.820 5.209 846 1.314.423
2019 5.322 5.745 930 1.401.423
2020 5.883 6.344 1.024 1.488.423
2021 6.495 6.987 1.112 1.575.423
Growth 12,3% 11,7% 11,2% 109%
Apabila kapasitas pembangkit yang tersedia mencukupi, pertumbuhan listrik di Provinsi Riau diperkira-
kan dapat lebih tinggi lagi, karena seiring dengan perkembangan yang sangat pesat pada setiap kabu-
paten dan adanya rencana pengembangan wilayah menjadi kawasan industri di Dumai, Buton, Kuala Enok
dan Tenayan-Pekanbaru.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan pembangkit baik yang terhubung
pada sistem interkoneksi maupun pada sistem isolated serta pengembangan jaringan transmisi dan dis-
tribusi untuk menjangkau pelanggan.
Sumber energi yang tersedia di provinsi Riau untuk membangkitkan tenaga listrik berupa sumber-sum-
ber gas alam di banyak lapangan, antara lain Seng, Segat di kabupaten Pelalawan, Bento dan Baru di
Pekanbaru yang saat ini dikelola PT Kalila yang sebagian produksi gasnya dialokasikan untuk PLTG Teluk
Lembu. Disamping itu terdapat potensi batubara yang tersebar di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kuantan
Singingi dengan cadangan 1,55 juta metrik ton2.
2
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau
271
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2021 dipenuhi dengan mengembangkan kapasitas pem-
bangkit di sistem Interkoneksi 150 kV dan sistem isolated dan pengembangan jaringan transmisi 150 kV
yang memasok sistem Riau. Pembangkit yang direncanakan akan dibangun di Provinsi Riau berkapasitas
sekitar 2.176 MW seperti ditampilkan pada Tabel A5.4.
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (Mw)
1 Duri PLTG Relokasi 32 2012
2 Rengat PLTG PLN 20 2012
3 Bengkalis PLTGB PLN 6 2013
4 Duri PLTMG PLN 112 2013
5 Tembilahan PLTU PLN 14 2013
6 Riau (Amandemen FTP1) PLTU PLN 220 2014
7 Duri PLTGU Swasta 100 2014/15
8 Bengkalis PLTGB PLN 6 2015
9 Dumai PLTU Sewa 240 2015
10 IPP Rengat PLTU Swasta 14 2015
11 Riau Peaker PLTG/MG PLN 200 2015
12 Bengkalis PLTGB PLN 6 2017
13 Riau Kemitraan (PLN-TNB-PTBA) PLTU Swasta 1200 2018
14 Bengkalis PLTGB PLN 6 2019
Jumlah 2.176
PLTU Riau 2x110 MW di kawasan industri Tenayan Kota Pekanbaru merupakan salah satu proyek perce-
patan pembangkit 10.000 MW tahap 1 yang saat ini sedang tahap konstruksi dan dijadwalkan beroperasi
pada tahun 2013. PLTG Duri dengan kapasitas total 144 MW merupakan upaya PLN untuk secepatnya
mengurangi kekurangan pembangkit di Riau dengan memanfaatkan gas dari lapangan Jambi Merang.
Pembangkit peaker PLTG 200 MW dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan beban puncak sistem Su-
matera yang lokasinya sedang dikaji berkaitan dengan penyediaan gas yang dapat disimpan (CNG). PLTU
Riau Mulut Tambang 4x300 MW ditawarkan kepada swasta sebagai IPP untuk beroperasi pada tahun
2018. Selain itu PLN berupaya memanfaatkan semua potensi gas yang mungkin digunakan untuk mem-
bangkitkan tenaga listrik, termasuk gas skala kecil, seperti di Melibur Kabupaten Meranti, Selat Kabu-
paten Inhil, Bentu Kabupaten Kampar, Tembilahan Kabupaten Inhil, Kurau Siak Sri Indrapura dan Rawa
Minyak Kabupaten Siak Sri Indrapura.
Pengembangan GI
Guna menyalurkan energi listrik yang berasal dari pembangkit yang masuk ke sistem interkoneksi 150
kV, hingga tahun 2021 diperlukan pengembangan GI150 kV baru dan ekstension dengan kapasitas total
1.520 MVA seperti diperlihatkan pada Tabel A5.5.
272
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
273
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Pengembangan transmisi di Provinsi Riau hingga tahun 2021 adalah sepanjang 1.920 kms (150 kV) dan
1.312 kms (275 kV, 500 kV dan 250 kV DC) dengan kebutuhan dana UD$ 492 juta seperti ditampilkan
dalam Tabel A5.7 dan Tabel A5.8.
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Garuda Sakti (up
Duri (up rate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 230 30,77 2013
rate)
2 Bangkinang Pasir Pangarayan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 220 12,19 2014
3 Dumai Bagan Siapi api 150 kV 2 cct, 1 Hawk 228 12,63 2014
4 Dumai KID Dumai 150 kV 2 cct, 1 Hawk 56 3,10 2014
5 Inc. 2 Pi ( G.Sakti-
New Garuda Sakti 150 kV 4 cct, ACCC 310 mm2 12 1,61 2014
Duri)
6 Pasir Putih Garuda Sakti 150 kV 2 cct, 2 Zebra 55 12,38 2014
7 Pasir Putih Pangkalan Kerinci 150 kV 2 cct, 2 Hawk 134 10,23 2014
8 Teluk Kuantan Rengat 150 kV 2 cct, 2 Hawk 194 14,81 2014
9 Tenayan / PLTU Riau Pasir Putih 150 kV 2 cct, 2 Zebra 35 7,88 2014
10 Tenayan / PLTU Riau Perawang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2,77 2014
11 Bangkinang Lipat Kain 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3,88 2015
12 Duri (up rate) Dumai (up rate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 118 15,79 2015
13 GIS Kota Pekan
Garuda Sakti 150 kV 2 cct, CU 1000 mm2 14 31,08 2015
Baru
14 Inc. ( New G. Sakti-
Kandis 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 10 2,68 2015
Duri)
15 Pasir Putih Teluk Lembu 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3,05 2015
16 PLTU Sewa Dumai Dumai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 14 1,07 2015
17 Rengat Pangkalan Kerinci 150 kV 2 cct, 2 Hawk 220 16,79 2015
18 Rengat Tembilahan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6,65 2015
19 Tenayan / PLTU Riau Siak Sri Indra Pura 150 kV 2 cct, 1 Hawk 100 5,54 2015
Jumlah 1.920 194,89
274
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Payakumbuh New Garuda Sakti 275 kV 2 cct, 2 Zebra 300 67,52 2014
2 Rengat New Garuda Sakti 500 kV 2 cct, 4 Zebra 440 176,00 2016
3 Border Pulau Rupat 250 kV DC 2 Cable MI with IRC 52 0,39 2017
4 Sumatra Landing
P. Rupat Selatan 250 kV DC 2 Cable MI with IRC 10 1,50 2017
Point
5 2 cct, 2xCardinal 548
Pulau Rupat Utara Pulau Rupat Selatan 250 kV DC 60 1,97 2017
mm2
6 Rengat PLTU Riau Kemitraan 500 kV 2 cct, 2 Zebra 110 44,00 2017
7 Sumatera Landing 2 cct, 2xCardinal 548
New Garuda Sakti 250 kV DC 340 5,80 2017
Point mm2
Jumlah 1.312 297,19
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan baru sekitar 832 ribu
pelanggan sampai dengan 2021 atau rata-rata 83 ribu pelanggan per tahun. Selaras dengan penambah-
an pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan jaringan tegangan menengah 5.482 kms, jaringan
tegangan rendah sekitar 6.326 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 2.986 MVA, seperti
ditampilkan dalam Tabel A5.9.
Pulau Rupat yang berada di Kabupaten Bengkalis merupakan sebuah pulau yang istimewa karena
kedekatannya dengan Malaka dan Port Dickson Malaysia. Pulau ini sangat indah dan berpotensi menjadi
tujuan wisata yang akan sangat diminati. Pulau ini hanya dipisahkan oleh selat sempit pantai Kota Dumai
yang telah dirancang sebagai pelabuhan distribusi barang dan jasa untuk Riau daratan dan Pulau Suma-
tera. Jalur utama pengangkutan dari dan ke pulau ini adalah melalui laut. Peta Pulau Rupat ditampilkan
pada Gambar A5.2.
275
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Saat ini listrik di Pulau Rupat dipasok dari 5 sentral PLTD dengan kapasitas terpasang 3.600 kW namun
daya mampunya hanya 1.195 kW dengan beban puncak 841 kW. Sistem distribusi listrik berupa JTM
sepanjang 69 kms, JTR 92 kms, gardu distribusi 36 unit, 878 kVA. Rencana pengembangan kelistrikan di
Pulau Rupat adalah menginterkoneksikan kelima sub-sistem tersebut.
Pulau Rupat merupakan landing point dari kabel laut interkoneksi antara Sumatera dan Malaysia.
A5.5. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
hingga tahun 2021 adalah seperti tersebut dalam Tabel A5.10.
276
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Provinsi Kepulauan Riau mempunyai posisi geografis yang sangat strategis karena berada pada pintu
masuk Selat Malaka dari sebelah Timur dan juga berbatasan dengan pusat bisnis dan keuangan di wilayah
Asia Tenggara. Provinsi Kepulauan Riau dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan
ekonomi bagi Republik Indonesia di masa depan. Apalagi saat ini pada beberapa daerah di Kepulauan
Riau (Batam, Bintan, dan Karimun) tengah diupayakan sebagai pilot project pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) melalui kerjasama dengan Pemerintah Singapura.
Provinsi Kepulauan Riau mencakup Kota Tanjungpinang, Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga yang terdiri dari 2.408 pulau besar dan kecil dimana 40% be-
lum bernama dan berpenduduk, dengan 95% dari wilayahnya merupakan lautan.
Penerapan kebijakan KEK di Batam-Bintan-Karimun merupakan bentuk kerjasama yang erat antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan partisipasi dunia usaha. KEK ini nantinya merupakan
simpul-simpul dari pusat kegiatan ekonomi unggulan yang perlu didukung dengan infrastruktur yang
berdaya saing internasional. Kepulauan Riau memerlukan dukungan pasokan tenaga listrik yang cukup
dan andal terutama di Kota Tanjung Pinang yang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.
Pasokan listrik untuk kota Tanjung Pinang dipasok melalui sistem Tanjung Pinang yang melayani 3 dae-
rah administrasi, yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Kotamadya Tanjung Pinang dan serta Kabupaten Bintan.
Sistem Tanjung Pinang dipasok dari PLTD Air Raja dan PLTD Sukaberenang dengan kapasitas terpasang
43 MW dan untuk melayani beban puncak saat ini yang telah mencapai 39 MW melalui jaringan 20 kV.
277
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sebagian besar sistem isolated mengalami kekurangan pasokan dan ini telah berlangsung beberapa
tahun terakhir. Kondisi kekurangan pasokan pada umumnya disebabkan oleh keterbatasan jumlah daya
mampu mesin pembangkit, baik karena gangguan mesin pembangkit maupun usia, meningkatnya per-
tumbuhan pemakaian tenaga listrik alami. Untuk mengatasi kekurangan pasokan pada beberapa sistem
isolated dalam jangka pendek dilakukan dengan sewa pembangkit.
Perekonomi Kepulauan Riau tumbuh 7,53% pada tahun 2010 (tidak termasuk migas) dan diperkirakan
masih akan terus meningkat pada masa yang akan datang. Target pertumbuhan ekonomi yang tinggi men-
jadi perhatian Pemerintah Daerah dengan memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan
modalnya di Kepulauan Riau. Kegiatan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau terus meningkat, ditan-
dai dengan akan dibangunnya kawasan-kawasan industri dan pada beberapa Kabupaten telah dicanang-
kan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.
Dari realisasi penjualan listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan
pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang,
maka proyeksi kebutuhan listrik 2012 - 2021 seperti pada Tabel A6.2.
Beban
Sales Produksi
Tahun Puncak Pelanggan
(GWh) (GWh)
(MW)
2012 530 579 109 158.175
2013 592 646 121 200.288
2014 676 736 137 243.987
2015 768 836 156 291.010
2016 860 935 173 314.132
2017 925 1.005 186 332.524
2018 987 1.071 197 351.915
2019 1.045 1.134 208 372.385
2020 1.101 1.194 218 394.014
2021 1.161 1.257 230 422.163
Growth 10,1% 10,1% 9,9% 14,2%
278
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan
distribusi sebagai berikut.
Menurut informasi dari Kementerian ESDM, di West Natuna Basin terdapat potensi gas alam sebesar
51,46 TCF. Selain itu di kawasan blok D-Alpha Natuna terdapat cadangan gas yang sangat besar, yaitu 222
TCF dan 500 juga barel minyak. Sedangkan potensi tenaga air relatif kecil.
Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2021 dipenuhi dengan mengembangkan kapasitas pem-
bangkit di sistem interkoneksi 150 kV dan sistem isolated. Rencana pengembangan pembangkit ditampil-
kan pada Tabel A6.3.
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 TB. Karimun #1,2 (FTP1) PLTU PLN 14 2012/13
2 Dabo Singkep PLTU PLN 8 2014
3 Natuna PLTU PLN 14 2014
4 Tanjung Batu (FTP2) PLTGB PLN 8 2014
5 Tanjung Pinang 1 (TLB) PLTU Swasta 30 2014
6 Tanjung Batu Baru PLTU PLN 14 2015
7 Tanjung Pinang 2 (FTP2) PLTU PLN 30 2015
8 TB. Karimun (FTP2) PLTU PLN 30 2015/16
9 Dabo Singkep PLTGB PLN 4 2018
10 TB. Karimun Peakaer PLTU PLN 20 2018/19
11 Tanjung Pinang 3 PLTU PLN 100 2019/20
Jumlah 272
Pengembangan GI
Sampai dengan tahun 2021 diperlukan 4 buah GI 150 kV di Pulau Bintan dan 1 lokasi di Pulau Ngenang
seperti diperlihatkan pada Tabel A6.4.
279
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Selaras dengan pengembangan GI 150 kV, diperlukan pengembangan transmisi 150 kV sepanjang 258
kms dengan kebutuhan dana sekitar US$ 21,1 juta seperti ditampilkan dalam Tabel A6.5.
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor Kms Cod
Usd
1 Air Raja Kijang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,22 2013
2 Pulau Ngenang Tanjung Taluk 150 kV 2 cct, 3 x 300 mm2 12 4,84 2013
3 Sri Bintan Air Raja 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3,88 2013
4 Tanjung Kasam Tanjung Sauh 150 kV 2 cct, 3 x 300 mm2 6 2,42 2013
5 Tanjung Sauh Pulau Ngenang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 10 1,11 2013
6 Tanjung Taluk Tanjung Uban 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3,32 2013
7 Tanjung Uban Sri Bintan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3,32 2013
Jumlah 258 21,11
Walaupun di sistem kelistrikan Bintan telah direncanakan pembangkit yang cukup banyak seperti pada
tabel A6.3, sistem ini direncanakan akan diinterkoneksi dengan sistem Batam melalui kabel laut 150 kV.
Tujuan interkoneksi tersebut adalah untuk menggantikan peran PLTD di sistem Bintan, baik peak mau-
pun baseload, dengan transfer energi dari Batam yang biaya produksinya lebih rendah. Interkoneksi ini
juga dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan sistem Bintan karena terinterkoneksi dengan sistem
kelistrikan yang jauh lebih besar.
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan baru sekitar 279
ribu pelanggan sampai dengan 2021 atau rata-rata 28 ribu pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan
penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan JTM 1,548 kms, JTR sekitar 1.877 kms dan
tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 906 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A6.6 berikut.
280
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kabupaten Natuna terletak paling utara dari wilayah Republik Indonesia di kawasan Laut Cina Selatan
seperti terlihat pada Gambar A6.2.
Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan. Kabupaten ini
terkenal dengan penghasil migas dengan cadangan yang sangat besar sebagaimana diuraikan pada butir
A6.3.
Kelistrikan Pulau Natuna dipasok dari PLTD dengan Kapasitas terpasang 3.080 kW, daya mampu 2.845 kW
dan beban puncak 2.355 kW. Sistem distribusi berupa SUTM sepanjang 57,4 kms dengan jumlah gardu
29 unit dan kapasitas terpasang 2.450 kVA. Adapun rencana pengembangan kelistrikan di Pulau Natuna
berupa penambahan PLTU batubara 2x7 MW yang dijadwalkan beroperasi pada tahun 2013.
281
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 adalah seperti tersebut dalam Tabel A6.7.
282
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi Bangka Belitung secara garis besar dikelompokkan menjadi dua sistem ke-
listrikan yang terpisah yaitu:
1. Sistem Bangka yang dipasok dari 4 PLTD milik PLN dan 1 PLTU Biomassa IPP, yaitu: PLTD Merawang,
PLTD Mentok, PLTD Koba, PLTD Toboali, dan PLTU Listrindo (Biomassa). Pembangkit-pembangkit
tersebut terinterkoneksi melalui jaringan distribusi 20 kV.
2. Sistem Belitung yang dipasok dari 2 PLTD PLN dan 1 PLTU IPP Biomassa, yaitu: PLTD Pilang, PLTD
Manggar dan PLTU Belitung Energy (IPP). Pembangkitpembangkit tersebut terinterkoneksi melalui
jaringan distribusi 20 kV.
Sistem kelistrikan 20 kV di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seperti ditunjukkan pada Gambar A7.1.
Gambar A7.1. Peta Jaringan SUTM di Provinsi Kep. Babel Saat ini
Pada saat ini sebagian besar pasokan listrik di Provinsi Bangka Belitung diperoleh dari pembangkit
dengan bahan bakar HSD. Total kapasitas terpasang adalah 201,18 MW dengan daya mampu sebesar
131,82 MW, termasuk pembangkit rental dan IPP dengan daya mampu sebesar 75,75 MW. Tabel A7.1
memperlihatkan komposisi sistem pembangkitan di Provinsi Bangka Belitung.
283
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
284
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Provinsi Kep. Bangka Belitung merupakan provinsi pemekaran dari Provinsi Sumatera Selatan. Seba-
gai provinsi baru maka sangat memerlukan banyak sarana prasarana untuk mendukung aktivitas pere-
konomian dan program pemerintahan terutama untuk menarik investasi ke Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Salah satu sarana yang sangat diperlukan adalah ketersediaan energi listrik, sehingga sangat
diharapkan adanya penambahan/pembangunan pembangkit baru yang bertujuan untuk melayani per-
tumbuhan beban, menggantikan mesin-mesin yang sudah tua, meningkatkan keandalan sistem ketena-
galistrikan dan meningkatkan efisiensi penyaluran tenaga listrik.
Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 15,4 % per tahun, dimana
penjualan pada tahun 2007 sebesar 331,40 GWh telah meningkat menjadi 535,61 GWh pada tahun 2011
Tabel A7.2. Komposisi Penjualan per Sektor Pelanggan pada Tahun 2011
Dari realisasi penjualan listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuh-
an ekonomi dan industri, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang,
maka proyeksi kebutuhan listrik Bangka Belitung pada tahun 2012-2021 dapat dilihat pada Tabel A7.3
Pengembangan sarana untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kep. Bangka Belitung yaitu
pengembangan sarana pembangkit, transmisi, gardu induk dan distribusi.
285
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sumber energi di Bangka Belitung untuk membangkitkan energi listrik sangat terbatas. Oleh sebab
itu kebutuhan energi primer untuk pembangkitan tenaga listrik di Babel harus didatangkan dari luar
wilayah berupa batubara, gas dan BBM.
Pengembangan Pembangkit
Selama ini Sistem Kelistrikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki 2 sistem Isolated Besar yaitu
Sistem Bangka dan Sistem Belitung. Dengan mempertimbangkan antara lain :
1. Sumber Energi di Prov. Bangka Belitung untuk membangkitkan energi listrik sangat terbatas. Di-
mana kebutuhan energy primer untuk pembangkitan tenaga listrik di Babel harus didatangkan dari
luar wilayah berupa batubara, gas dan BBM.
2. Perlunya peningkatan kepastian tambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik di Prov. Bangka Be-
litung sebagaimana yang sudah direncanakan.
3. Secara Geografis, Prov. Bangka Belitung dekat dengan Pulau Sumatera, yang merupakan lumbung
energi primer untuk Pembangkit Listrik dengan biaya operasi murah, terutama batubara. Selain
itu, Pulau Sumatera juga mempunyai surplus energi listrik.
Maka berdasarkan ketiga hal mendasar di atas, pendekatan pengembangan Sistem Kelistrikan Prov.
Bangka Belitung tidak lagi menggunakan pendekatan Sistem Isolated Besar terutama Pulau Bangka, di
mana nantinya Sistem Bangka akan dihubungkan dengan sistem Sumatera seperti pada Gambar A7.2.
286
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 Air Anyer (FTP1) PLTU PLN 60 2013
2 Belitung Baru (FTP1) PLTU PLN 33 2013
3 Belitung-2 / Tanjung Pandan PLTGB Swasta 5 2014
4 Belitung-3 PLTG/MG PLN 20 2015
5 Bangka Peaker PLTG/MG PLN 100 2015
6 Sewa PLTU PLTU Sewa 60 2015
7 Belitung-4 PLTU PLN 34 2017/18
8 Belitung Peaker PLTG/MG PLN 20 2019/20
9 Bangka-1 PLTU Swasta 130 2020/21
Jumlah 462
Pengembangan GI
Sampai dengan tahun 2021 diperlukan pengembangan GI 150 kV dan 70 kV seperti diperlihatkan pada
Tabel A7.4.
Kapasitas Juta
No Gardu Induk Tegangan New/Extension COD
(MVA/BAY) USD
1 Air Anyir 150/20 kV New 30 4,29 2012
2 Pangkal Pinang 150/20 kV New 60 4,33 2012
3 Sungai Liat 150/20 kV New 30 3,06 2012
4 Dukong 70/20 kV New 30 3,34 2013
5 Pangkal Pinang 150/20 kV Extension 4 LB 2,47 2013
6 Suge 70/20 kV New 30 2,41 2013
7 Kelapa 150/20 kV New 30 3,06 2014
8 Manggar 70/20 kV New 20 2,18 2014
9 Kelapa 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2015
10 Koba 150/20 kV Extension 30 3,06 2015
11 Koba 150/20 kV New 30 3,06 2015
12 Mentok 150/20 kV New 30 3,06 2015
13 Sungai Liat 150/20 kV Extension 30 1,27 2015
14 Toboali 150/20 kV New 30 3,06 2015
15 Dukong 70/20 kV Extension 30 1,05 2016
16 Koba 150/20 kV Extension 30 1,27 2018
17 Manggar 70/20 kV Extension 30 1,05 2018
18 Pangkal Pinang 150/20 kV Extension 30 1,27 2018
19 Air Anyir 150/20 kV Extension 30 1,27 2019
20 Dukong 70/20 kV Extension 30 1,05 2019
21 Pangkal Pinang 150/20 kV Extension 60 1,37 2020
22 Sungai Liat 150/20 kV Extension 30 1,27 2021
Jumlah 650 49,47
287
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Selaras dengan pengembangan GI 150 kV dan 70 kV, diperlukan pengembangan transmisi 150 kV dan
70 kV sepanjang 966 kms dengan kebutuhan dana sekitar 176 juta USD seperti ditampilkan pada Tabel
A7.6.
JUTA
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Air Anyir Pangkal Pinang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 44 2,44 2012
2 Air Anyir Sungai Liat 150 kV 2 cct, 1 Hawk 112 6,20 2012
3 Dukong Manggar 70 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7,76 2014
4 Kelapa Mentok 150 kV 2 cct, 2 Hawk 140 10,69 2015
5 Koba Toboali 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6,65 2015
6 Pangkal Pinang Kelapa 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6,65 2014
7 Pangkal Pinang Koba 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6,65 2014
8 Suge Dukong 70 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2,77 2013
9 Tanjung Api-Api Mentok 150 kV 2 cct, XLPE 300 120 126,32 2015
Jumlah 966 176,11
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan baru sekitar 193 ribu
pelanggan sampai dengan 2021 atau rata-rata 19 ribu pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan
pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan JTM 662 kms, JTR sepanjang 689 kms, Gardu Distribusí
305 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A7.8 berikut.
A7.4. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai tahun 2021 adalah seperti tersebut dalam Tabel A7.8.
288
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
289
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pasokan sistem kelistrikan Provinsi Sumatera Barat (di luar Kepulauan Mentawai) berasal dari sistem
interkoneksi 150 kV Sumatera Bagian Tengah (Jambi-Sumbar Riau) melalui 15 gardu induk dengan kapa-
sitas total 684 MVA dan beban puncak sebesar 403 MW seperti yang terlihat pada Gambar A8.1.
Saat ini di Provinsi Sumatera Barat terdapat pembangkit-pembangkit besar sebagaimana ditun-
jukan pada Tabel A8.1.
Kapasitas
No Nama Pembangkit Jenis Bahan Bakar Pemilik Terpasang
(MW)
1 Ombilin PLTU Batubara PLN 200
2 Pauh Limo PLTG HSD PLN 64
3 Maninjau PLTA Air PLN 68
4 Singkarak PLTA Air PLN 131
5 Batang Agam PLTA Air PLN 11
Total 474
291
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pada saat beban puncak daerah-daerah Pesisir Selatan seperti sebagian Kambang, sebagian Balai Selasa,
sebagian Indrapura serta Tapan dan Lunang membentuk sistem-sistem isolated sendiri dengan beban
puncak total sebesar 4,2 MW. Hal tersebut terjadi karena kualitas tegangan di daerah tersebut sangat
rendah akibat jauhnya jarak dari GI Pauh Limo sebagai pemasok tenaga listrik daerah Pesisir Selatan
(±260 km).
Untuk sistem kelistrikan di Kepulauan Mentawai, saat ini mempunyai beban puncak 2,1 MW yang dipasok
dari beberapa PLTD berkapasitas kecil yang berjumlah 21 unit dan tersebar di 8 sentral PLTD dengan ka-
pasitas terpasang 2,9 MW. Selain itu ada juga pembangkit PLTM Pinang Awan di Solok Selatan yang ber-
operasi paralel dengan sistem 20 kV untuk membantu menaikan tegangan di daerah tersebut mengingat
jaraknya yang jauh dari GI Solok sebagai pemasok tenaga listrik daerah tersebut. Pembangkit isolated di
Provinsi Sumatera Barat diberikan pada Tabel A8.2.
Kapasitas
No Nama Pembangkit Jenis Bahan Bakar Pemilik Terpasang
(MW)
Kepulauan Mentawai 2,8
1 Sikabaluan PLTD HSD PLN 0,1
2 Sikakap PLTD HSD PLN 0,4
3 Sipora PLTD HSD PLN 0,1
4 Seay Baru PLTD HSD PLN 0,1
5 Saumangayak PLTD HSD PLN 0,2
6 Simalakopa PLTD HSD PLN 0,0
7 Simalepet PLTD HSD PLN 0,2
8 Tua Pejat PLTD HSD PLN 1,6
Pesisir Selatan 7,3
1 Lakuak PLTD HSD PLN 1,9
2 Balai Selasa PLTD HSD PLN 0,6
3 Indra Pura PLTD HSD PLN 1,3
4 Tapan PLTD HSD PLN 0,9
5 Lunang PLTD HSD PLN 2,2
6 Salido Kecil PLTMH Air Swasta 0,3
Solok Selatan 0,4
1 Pinang Awan PLTM Air PLN 0,4
Total Isolated 10,5
Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Barat adalah
9,29 % per tahun, dimana penjualan pada tahun 2007 sebesar 1.729,78 GWh telah meningkat menjadi
2.335,4 GWh pada tahun 2011.
292
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Dari realisasi penjualan listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan
ekonomi dan industri, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik Bangka Belitung pada tahun 2012-2021 dapat dilihat pada Tabel A8.4
Beban
Sales Produks
Tahun Puncak Pelanggan
(GWh) (GWh)
(MW)
2012 2.563 2.764 447 937.614
2013 2.833 3.025 487 962.115
2014 3.142 3.325 534 1.003.743
2015 3.483 3.680 589 1.038.530
2016 3.859 4.073 651 1.072.869
2017 4.271 4.507 718 1.098.154
2018 4.719 4.981 791 1.126.268
2019 5.206 5.494 870 1.164.641
2020 5.731 6.048 956 1.203.460
2021 6.310 6.656 1.046 1.242.278
Growth 11,5% 11,3% 11,0% 4,0%
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan
distribusi sebagai berikut.
Sumber energi yang tersedia di Sumatera Barat antara lain batubara, panas bumi dan tenaga air. Menurut
informasi dari Bapeda Sumatera Barat, potensi batubara tersebar di Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijun-
jung, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok Se-
latan. Menurut informasi dari Kementerian ESDM, potensi panas bumi di Sumatera Barat adalah sekitar
908 MW dan berada di Muaralabuh - Kabupaten Solok Selatan dan di Talang - Kabupaten Solok.
Sedangkan potensi tenaga air tersebar hampir di Provinsi Sumatera Barat seperti terlihat pada Tabel
A8.5.
293
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kapasitas Kabupaten/
No Lokasi DAS Type
(MW) Kecamatan
1 Pasaman Bt. Pasaman ROR 21,2 Pasaman
2 Sangir-2 Bt. Sangir ROR 2,2 Solok
3 Sangir-3 Bt. Sangir ROR 7,8 Solok
4 Sinamar-2 Bt. Sinamar ROR 13,1 Tanah Datar
5 Masang-2 Bt. Masang ROR 14,5 Agam
6 Tuik Bt. Tuik ROR 3,9 Pessel
7 Lanajan-2 Bt. Lengayang ROR 3,1 Pessel
8 Lubuk-2 Bt. Rokan ROR 4,6 Pasaman
9 Asik Bt. Asik RSV 1,7 Pasaman
10 Lubuk-4U Bt. Lubuk ROR 4,8 Pasaman
11 Sumpur-1U Bt.Sumpur RSV 2,7 Pasaman
12 Kampar KN-1 Bt. Kampar Kanan RSV 29,4 50 Kota
13 Kampar KN-2 Bt. Kampar Kanan RSV 8,6 50 Kota
14 Kapur-1 Bt. Kapur RSV 10,6 50 Kota
15 Mahat-10 Bt. Mahat RSV 12,6 50 Kota
16 Mahat-2U Bt. Mahat RSV 2,2 50 Kota
17 Sumpur-K1 Bt. Sumpur RSV 8,1 S. Sijunjung
18 Palangki-1 Bt. Palangki RSV 11,8 S. Sijunjung
19 Palangki-2 Bt. Palangki RSV 17,9 S. Sijunjung
20 Sibakur Bt. Sibakur RSV 5,5 S. Sijunjung
21 Sibayang Bt.Sibayang RSV 15,0 Agam
22 Sukam Bt. Sukam RSV 19,4 S. Sijunjung
23 Kuantan-1 Bt. Kuantan ROR 3,4 S. Sijunjung
24 Batanghari-2 Batanghari RSV 22,2 Slk Selatan
25 Batanghari-3 Batanghari RSV 34,8 Slk Selatan
26 Batanghari-5 Batanghari ROR 6,7 Slk Selatan
27 Batanghari-6 Batanghari ROR 10,1 Slk Selatan
28 Batanghari-7 Batanghari ROR 6,9 Dhamasraya
29 Fatimah Fatimah ROR 0,8 Pasbar
30 Sikarbau Sikarbau ROR 0,7 Pasbar
31 Balangir Balangir ROR 0,4 Slk Selatan
32 Landai-1 Bt. Langir ROR 6,8 Pessel
33 Sumani Bt. Sumani ROR 0,6 Solok
34 Guntung Bt. Guntung ROR 0,6 Agam
35 Sungai Putih Bt. Lumpo ROR 1,7 Pessel
36 Kerambil Bt. Bayang Janiah ROR 1,6 Pessel
37 Muaro Sako Bt. Muaro Sako ROR 2,4 Pessel
38 Induring Bt. Jalamu ROR 2,2 Pessel
39 Palangai-3 Bt. Palangai ROR 4,1 Pessel
40 Kambang-1 Bt. Kambang ROR 5,5 Pessel
41 Kapas-1 Bt. Tumpatih ROR 8,1 Pessel
42 Landai-2 Bt. Air Haji ROR 7,1 Pessel
43 Sumpur-K2 Bt. Sumpur ROR 4,2 Tanah Datar
44 Lawas-1D Bt. Lawas RSV 11,2 S. Sijunjung
45 Gumanti-1 Bt. Gumanti ROR 5,9 Solok
46 Sikiah-1 Bt.Gumanti RSV 30,4 Solok
47 Sikiah-2 Bt Sikiah RSV 18,0 Solok
294
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik hingga tahun 2021 direncanakan pengembangan pem-
bangkit di Sumatera Barat berkapasitas total 684 MW dan transfer energi dengan sistem interkoneksi
Sumatera. Untuk Kepulauan Mentawai direncanakan pembangkit yaitu PLTS 0,2 MW (2012). Pengem-
bangan pembangkit interkoneksi di Sumatera Barat ditampilkan pada Tabel A8.6.
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 Simalepet - P. Siberut PLTS PLN 0,04 2012
2 Tua Pejat - P. Sipora PLTS PLN 0,15 2012
3 Sumbar Pesisir #1,2 (FTP1) PLTU PLN 224 2013
4 Masang-2 PLTA PLN 55 2017
5 Muara Laboh (FTP2) PLTP Swasta 220 2017
6 G. Talang PLTP Swasta 20 2019
7 Bonjol PLTP Swasta 165 2020
Jumlah 684,19
Selain itu PLN juga sedang menjalin kerjasama dengan Pemda dan swasta untuk mengembangkan pem-
bangkit hidro skala kecil dan menengah seperti terlihat pada Tabel A8.7.
Kabupaten/ Kapasitas
No Lokasi COD Status
Kecamtan (MW)
1 Salido Kecil Pessel 0,60 2012 Operasi
2 Mangani 50 kota 1,17 2013 Konstruksi
3 Napal Melintang Kerinci 0,58 2013 Konstruksi
4 Lubuk Gadang Solok Selatan 7,50 2013 Konstruksi
5 Guntung Agam 4,00 2015 Konstruksi
6 Lubuk Sao II Agam 2,60 2015 Konstruksi
7 Bayang Pessel 4,50 2015 Sudah PPA
8 Tarusan Pessel 3,20 2015 Sudah PPA
9 Lintau 1 Tanah Datar 9,00 2015 Sudah PPA
10 Gumanti-3 Solok 6,45 2015 Sudah PPA
11 Induning Pessel 1,20 2015 Sudah PPA
12 Batang Sumpur Pasaman 8,00 2016 Proses PL
13 Bukit Cubadak 50 kota 9,21 2016 Proses PL
14 Patimah Pasaman 2,80 2016 Proses PL
15 Sianok Duku Agam 6,60 2016 Proses PL
16 Laruang Gosan 50 kota 4,00 2016 Proses PL
17 Siamang Bunyi 50 kota 1,70 2016 Proses PL
18 Pinti Kayu Solok 10,00 2016 Proses PPA
19 Batang Anai Pd Pariaman 3,20 2016 Proses PPA
20 Batang Sangir Solok Selatan 10,00 2017 Proses PPA
21 Hydro power Slok Selatan 10,00 2017 Proses PPA
22 Sangir 1 Solok Selatan 10,00 2017 Proses PPA
295
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kabupaten/ Kapasitas
No Lokasi COD Status
Kecamatan (MW)
23 Sungai Garam
Solok Sltn 10,00 2017 Proses PPA
Hydro
24 Gunung Tujuh Kerinci 8,00 2017 Proses PPA
25 Tuik Pessel 6,42 2016 Proses PPA
26 Muara Sako Pessel 3,00 2016 Proses PPA
27 Kerambil Pessel 1,40 2016 Proses PPA
28 Gumanti 1 Solok 4,00 2016 Proses PPA
29 Batang Samo 50 kota 7,00 2016 Proses PPA
30 Alahan Panjang Pasaman 3,00 2016 Proses PPA
31 Kambahan Pasaman 3,00 2016 Proses PPA
32 Rabi Jonggor Pasaman Barat 9,50 2016 Proses PPA
33 Sungai Aur Pasaman Barat 2,30 2016 Proses PPA
34 Sikarbau Pasaman Barat 2,40 2016 Proses PPA
Pengembangan GI di Provinsi Sumatera Barat sampai dengan tahun 2021 berupa GI 275 kV dan GI 150 kV
yang diperlihatkan pada Tabel A8.8 dan Tabel A8.9
296
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan GI 275 & 150 kV, diperlukan juga pengembangan transmisi 275 kV sepan-
jang 884 kms dan transmisi 150 kV sepanjang 836 kms dengan kebutuhan dana investasi USD 252 juta
seperti ditampilkan dalam Tabel A8.10 dan Tabel A8.11.
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Kiliranjao Payakumbuh 275 kV 2 cct, 2 Zebra 282 63,47 2014
2 Padang Sidempuan Payakumbuh 275 kV 2 cct, 2 Zebra 600 135,05 2015
3 Inc. 2 pi (M. Bungo-
Sungai Rumbai 275 kV 2 cct, 2 Zebra 2 0,15 2015
Kiliranjao)
Jumlah 884 198,66
297
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Indarung Bungus 150 kV 2 cct, 2 Hawk 35 2,67 2012
2 Inc. 2 Pi (Bungus-
PLTU Sumbar Pesisir 150 kV 4 cct, 2 Hawk 20 0,76 2012
Kambang)
3 Bungus Kambang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13,74 2013
4 Kiliranjao Teluk Kuantan 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 52 1,69 2014
5 Maninjau Padang Luar 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 42 1,36 2014
6 Padang Luar Payakumbuh 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 32 1,04 2014
7 Singkarak Batusangkar 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 25 0,81 2014
8 PIP/S Haru/Pauh
GI/GIS Kota Padang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 16 0,89 2016
Limo
9 Muara Labuh/
PLTP Muara Labuh 150 kV 2 cct, 2 Hawk 60 4,58 2017
Batang Sangir
10 Pasaman Simpang Empat 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3,32 2017
11 Simpang Empat Masang-2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 30 1,66 2017
12 Sungai Rumbai PLTP Muara Labuh 150 kV 2 cct, 2 Hawk 160 12,21 2017
13 Payakumbuh PLTP Bonjol 150 kV 2 cct, 2 Hawk 104 7,94 2019
14 PLTP Gunung
Solok 150 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1,11 2019
Talang
Jumlah 836 53,78
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diproyeksikan akan terjadi penambahan pelanggan
baru sekitar 450 ribu pelanggan sampai dengan tahun 2021, atau rata-rata 45 ribu pelanggan per tahun.
Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan JTM 3.565 kms, JTR sekitar
4.205 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 492 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel
A8.12.
298
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
di Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 2021 diberikan pada Tabel A8.13.
299
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Jumlah beban puncak non-coincident sistem kelistrikan Provinsi Jambi (interkoneksi dan isolated) saat
ini sebesar 231 MW dan dipasok dari sistem interkoneksi Sumbagselteng melalui saluran transmisi
150 kV dengan 5 GI, yaitu GI Aur Duri (2x30 MVA), GI Payo Selincah (2x60 MVA), GI Muara Bulian (30 MVA),
GI Muara Bungo (2x30 MVA) dan GI Bangko (30 MVA). Peta jaringan distribusi Provinsi Jambi seperti di-
tunjukkan pada Gambar A9.1.
Kapasitas pembangkit di Provinsi Jambi adalah sekitar 222,9 MW seperti ditunjukkan pada Tabel A9.1.
Kapasitas
No Nama Pembangkit Jenis Bahan Bakar Pemilik
(MW)
1 PLTD Payo Selincah PLTD Gas Alam+HSD PLN 31
2 PLTG Payo Selincah PLTG Gas Alam Sewa 100
3 PLTG Batang Hari PLTG Gas Alam PLN 62
4 PLTG Eks Sunyarangi PLTG Gas Alam Sewa 18
5 PLTD Isolated Tersebar PLTD HSD PLN 30,7
6 PLTMG Tanjung Jabung Power PLTMG Gas Alam IPP 7,2
7 PLTU Sarolangun PLTU Batubara IPP 12
8 PLTD Sewa Tersebar PLTD HSD Sewa 15,1
301
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 12,9 % per tahun, dimana
penjualan pada tahun 2007 sebesar 692,2 GWh telah meningkat menjadi 1.125,1 GWh pada tahun 2011.
Tabel A9.2 Komposisi Penjualan per Sektor Pelanggan pada Tahun 2011
Dari realisasi penjualan tenaga listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan per-
tumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik 2012 - 2021 dapat dilihat pada Tabel A9.3.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi
dan distribusi sebagai berikut.
Sumber energi yang tersedia di Provinsi Jambi terdiri dari batubara, gas dan tenaga air. Berdasarkan in-
formasi dari Pemerintah Provinsi Jambi, potensi batubara yang layak ditambang adalah 779 juta ton de-
ngan nilai kalori rata-rata 5.715 kkal/kg yang tersebar di seluruh daerah kabupaten kecuali Kabupaten
Kerinci. Potensi gas terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung dan Kabupaten Muaro Jambi dan potensi
tenaga air terdapat di Kabupaten Merangin (sungai Merangin dan sungai Batang Air Batu).
302
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2021 di Jambi direncanakan akan dipenuhi dengan
mengembangkan pembangkit di Jambi dan di daerah lain pada sistem interkoneksi Sumatera. Adapun
pembangkit yang direncanakan berada di Provinsi Jambi mempunyai kapasitas total 1.626 MW seperti
ditampilkan pada Tabel A9.4.
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 Payo Selincah PLTG Sewa Beli 100 2012
2 Sarolangun PLTU Swasta 12 2012
3 Sungai Gelam (CNG/Peaker) PLTMG PLN 104 2012/13
4 Kuala Tungkal PLTU PLN 6 2013/14
5 Batanghari PLTGU PLN 30 2013
6 Tebo PLTU PLN 14 2013
7 Jambi Peaker PLTG/MG PLN 100 2015
8 Sungai Penuh (FTP2) PLTP PLN 110 2017
9 Merangin PLTA Swasta 350 2018
10 Jambi (KPS) PLTU Swasta 800 2019/20
Jumlah 1.626
Pengembangan GI
Sampai dengan tahun 2021 diperlukan pengembangan GI 150 kV baru dan extension GI existing sebesar
810 MVA dan GITET sebesar 2.000 MVA seperti pada Tabel A9.5 dan Tabel A9.6.
303
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan Sistem Sumatera, diperlukan pengembangan transmisi 150 kV, 275 kV
dan 500 kV seperti ditampilkan dalam Tabel A9.7 dan Tabel A9.8.
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Bangko 150 kV 2 cct, 2 Zebra 36 30,61 2013
2 Muara Sabak PLTA Merangin 150 kV 2 cct, 2 x 340 mm 2
22 3,64 2013
Inc. 1 Pi ( Payo
3 PLTA Merangin Selincah - 150 kV 2 cct, 2 Zebra 10 24,76 2013
Aur Duri )
4 PLTG CNG Sei Gelam Sungai Penuh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 3,32 2013
5 Muara Bulian Aur Duri 150 kV 2 cct, 1 Hawk 30 7,20 2014
6 PLTP Sungai Penuh Sarolangun 150 kV 2 cct, 1 Hawk 4,65 2015
7 Sarolangun Sungai Penuh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 4,43 2015
8 Muara Sabak Muara Rupit 150 kV 2 cct, 1 Hawk 09 6,03 2018
Jumlah 30 84,65
304
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik akan dilakukan penambahan pelanggan baru seba-
nyak 533 ribu sambungan sampai dengan tahun 2021 atau rata-rata 53 ribu pelanggan per tahun. Selaras
dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan JTM 2.726 kms, JTR sekitar 2.565
kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 251 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A9.9.
305
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Provinsi Jambi masih memiliki 6 PLTD berbahan bakar minyak, yaitu PLTD Pelabuhan Dagang, PLTD
Sungai Lokan, PLTD Mendahara Tengah dan PLTD Kuala Tungkal, PLTD Batang Asai dan PLTD Sarolangun
dengan total kapasitas terpasang 12,85 MW dan 1 pembangkit IPP berbahan bakar gas yang beroperasi
di Kabupaten Tanjung Jabung kapasitas terpasang 7,2 MW.
Kapasitas
No. Nama Pembangkit Jenis Pemilik
(MW)
1 Pelabuhan Dagang PLTD 3,15 PLN
2 Sungai Lokan PLTD 0,82 PLN
3 Mendahara Tengah PLTD 0,43 PLN
4 Kuala Tungkal PLTD 4,91 PLN
5 Batang Asai PLTD 0,55 PLN
6 Sarolangun PLTD 3,00 PLN
7 Tanjung Jabung Power PLTMG 7,20 Swasta
Total 20,05
A9.5. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai tahun 2021 adalah seperti tersebut dalam Tabel A9.11.
306
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Beban puncak sistem kelistrikan Sumatera Selatan saat ini sebesar 615 MW dipasok dari pembangkit
yang terinterkoneksi melalui grid 150 kV dan 70 kV. Untuk sistem isolated yang lokasinya tersebar di-
pasok dari pembangkit IPP dan PLTD.
Pembangkit yang memasok Provinsi Sumatera Selatan diberikan pada Tabel A10.1
Kapasitas
No Nama
(MW)
A PLN (Interkoneksi) 829,1
1 PLTU Keramasan #1,2 25,0
2 PLTG Keramasan #1,2,3,4 64,9
3 PLTG Indralaya GT # 1.1 50,0
4 PLTG Indralaya GT # 1.2 40,0
5 PLTGU Indralaya ST # 1.0 40,0
6 PLTG Truck Mounted #1,2 40,0
7 PLTD Sungai Juaro #1,2 25,2
307
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kapasitas
No Nama
(GW)
8 PLTG Borang 14,0
9 PLTG Talang Duku 20,0
10 PLTG Sewa Beli Tl. Duku 60,0
11 PLTG Sewa Beli Borang 60,0
12 PLTG Keramasan AKE #1,2 100,0
13 PLTMG Rental Borang 30,0
14 PLTU Bukit Asam # 1,2,3,4 260,0
B PLN (Isolated) 6,6
15 PLTD Makarti Jaya 1,4
16 PLTD Sungsang 1,7
17 PLTD Air Saleh 1,1
18 PLTD Simpang Sender 1,9
19 PLTD Teluk Agung 0,5
C IPP 43,8
20 PLTMG Sako Kenten 12,0
21 PLTMG Musi II 19,8
22 PLTMG Prabumulih 12,0
Total 879,4
Kota Palembang dipasok dari ring transmisi 70 kV dan ring transmisi 150 kV, dengan 4 trafo IBT 150/70 kV
yang berada di GI Borang dan GI Keramasan dengan kapasitas 400 MVA. Gardu induk terpasang di Provin-
si Sumatera Selatan sebanyak 21 GI dengan total kapasitas trafo 932 MVA, terdiri dari 8 GI 70/20/12 kV
dan 13 GI 150/20 kV.
Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 10.88 % per tahun, dimana
penjualan pada tahun 2007 sebesar 1,972.5 GWh telah meningkat menjadi 2,981.6 GWh pada tahun 2011.
Tabel A10.2. Komposisi Penjualan per Sektor Pelanggan pada Tahun 2011
Dari realisasi penjualan tenaga listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan per-
tumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik 2012 - 2021 seperti pada Tabel A10.3.
308
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan
distribusi sebagai berikut.
Potensi sumber energi di provinsi ini sangat banyak berupa batubara, gas bumi, minyak bumi, panas
bumi dan gas metan batubara (CBM), sebagaimana diperlihatkan pada Tabel A10.4.
Sumber : Dinas Pertambangan dan Pengembangan Energi Prov. Sumatera Selatan 2008
309
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik sampai dengan tahun 2021, diperlukan tambahan kapasitas pem-
bangkit sekitar 3.015 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada Tabel A10.5.
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembangan (MW)
1 Borang PLTG Sewa 30 2012
2 Jaka Baring (CNG/Peaker) PLTG PLN 50 2012
3 Baturaja PLTU Swasta 20 2013
4 Gunung Megang, ST Cycle PLTGU Swasta 30 2013
5 Keramasan PLTGU PLN 80 2013/14
6 Banjarsari PLTU Swasta 230 2015
7 Keban Agung PLTU Swasta 225 2015/16
8 Lumut Balai (FTP2) PLTP Swasta 220 2015/16
9 Sumsel - 5 PLTU Swasta 300 2015/16
10 Sumsel - 7 PLTU Swasta 300 2016
11 Mulut Tambang Sumsel-1 PLTU PLN 600 2017
12 Sumsel - 6 PLTU PLN 600 2018
13 Rantau Dedap (FTP2) PLTP Swasta 220 2018/19
14 Danau Ranau PLTP Swasta 110 2020
Jumlah 3.015
310
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Provinsi Sumsel memerlukan pengembangan GI 150 kV dan 70 kV dengan kapasitas sebesar 2.040 MVA
sampai dengan tahun 2021 seperti pada Tabel A10.5.
311
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Dari Provinsi Sumatera Selatan juga banyak dikembangkan proyek-proyek GI 275 kV, GI 500 kV dan sta-
siun konverter transmisi HVDC 500 kV seperti pada Tabel A10.6.
312
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Di Provinsi Sumatera Selatan diperlukan pengembangan transmisi 150 kV, 275 kV, 500 kV dan 500 kV DC
sepanjang 2.743 kms sampai dengan tahun 2021 dengan kebutuhan dana sekitar USD 456 juta seperti
ditampilkan dalam Tabel A10.7. dan Tabel A10.8.
313
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan sebesar 1,06 juta pelanggan atau
rata-rata 106 ribu pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan pembangun-
an JTM 5.163 kms, JTR sekitar 5.352 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 674 MVA, se-
perti ditampilkan dalam Tabel A10.9.
A10.4. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai tahun 2021 diperlihatkan pada Tabel A10.10.
314
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Beban puncak pada sistem kelistrikan Provinsi Bengkulu saat ini mencapai sekitar 123 MW, terdiri dari
101 MW beban puncak interkoneksi dan 22 MW beban puncak sistem isolated. Pasokan utama bersum-
ber dari sistem interkoneksi Sumbagselteng melalui transmisi 150 kV dan 70 kV. Sedangkan sistem iso-
lated dipasok dari PLTD dan PLTMH. Peta kelistrikan Provinsi Bengkulu diperlihatkan pada Gambar A11.1.
Kapasita Terpasang
No. Nama Pembangkit Bahan Bakar Pemilik
(MW)
1 PLTA Musi Air PLN 210,0
2 PLTA Tes Air PLN 17,6
3 PLTD Isolated HSD PLN 17,6
4 PLTD Isolated HSD Sewa 8,8
5 PLTM Isolated Air PLN 1,6
Jumlah 255,6
315
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 12% per tahun, dimana pen-
jualan pada tahun 2007 sebesar 310,1 GWh telah meningkat menjadi 493,2 GWh pada tahun 2011.
Tabel A11.2. Komposisi Penjualan per Sektor Pelanggan pada Tahun 2011
Dari realisasi penujualan tenaga listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan per-
tumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik 2012 - 2021 dapat dilihat pada Tabel A11.3.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan
distribusi sebagai berikut.
Menurut informasi dari Kementerian ESDM, sumber energi yang tersedia di Bengkulu untuk membang-
kitkan energi listrik terdiri dari potensi tenaga air dan panas bumi dengan perkiraan potensi mencapai
400 MW untuk PLTA dan 500 MW PLTP. Selain itu terdapat cadangan batubara sebesar 120 juta ton. Gam-
bar A11.2 memperlihatkan sebaran dan jumlah potensi energi tersebut.
316
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2021, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit
sebesar 428 MW di 5 lokasi dengan perincian seperti ditampilkan pada Tabel A11.4.
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 Ipuh PLTU PLN 6 2013
2 Muko Muko PLTU Swasta 8 2013
3 Simpang Aur (FTP2) PLTA Swasta 23 2015
4 Hululais (FTP2) PLTP PLN 110 2016
5 Ketahun-3 PLTA PLN 61 2019
6 Kepahiyang PLTP PLN 220 2020
Jumlah 428
Rencana pengembangan gardu induk di Provinsi Bengkulu hingga tahun 2021 yaitu penambahan GI baru
pengembangan GI existing dengan total kapasitas mencapai 360 MVA dengan rincian kegiatan seperti
pada Tabel A11.5.
317
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Untuk mengikuti perkembangan gardu induk dan pembangkit, dibutuhkan juga pengembangan jaring-
an transmisi sepanjang 1.378 kms dengan biaya sebesar US$ 100 juta. Rincian kegiatan terdapat pada
Tabel A11.6.
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 Pagar Alam Manna 150 kV 2 cct, 1 Hawk 96 5,32 2012
2 Pekalongan Pulo Baai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 90 6,87 2013
Muko-Muko/Bantal/
3 Kambang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 220 16,79 2015
Ipoh
Inc. 1 Pi (Pekalongan-
4 PLTA Simpang Aur 1 150 kV 2 cct, 2 Hawk 20 1,53 2015
Pulau Baai)
5 PLTA Simpang Aur 1 PLTA Simpang Aur 2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 12 0,66 2015
6 Pulau Baai Arga Makmur 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13,74 2015
7 Pekalongan PLTP Hululais 150 kV 2 cct, 2 Hawk 140 9,16 2016
8 Manna Bintuhan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 09 7,76 2017
9 PLTA Ketahun Arga Makmur 150 kV 2 cct, 2 Hawk 60 4,58 2017
Muko-Muko/Bantal/
10 Arga Makmur 150 kV 2 cct, 2 Hawk 360 27,48 2020
Ipoh
Inc. 2 Pi (Pekalongan-
11 PLTP Kepahiyang 150 kV 4 cct, 2 Hawk 80 6,11 2020
Pulau Baai)
Jumlah 1.378 99,99
Pengembangan Distribusi
Proyeksi penambahan pelanggan baru mendekati 224 ribu sambungan untuk kurun waktu 2012-2021
atau rata-rata 22 ribu pelanggan per tahun, dengan kebutuhan pertambahan JTM sebanyak 2.135 kms,
JTR sepanjang 2.323 kms dan penambahan kapasitas gardu distribusi sebesar 140 MVA seperti pada
Tabel A11.7.
318
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
A11.4. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai tahun 2021 diperlihatkan pada Tabel A11.8.
319
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem ketenagalistrikan di Provinsi Lampung adalah bagian dari sistem interkoneksi Sumatera seperti
ditunjukkan pada Gambar A12.1.
Beberapa sistem di Provinsi Lampung belum tersambung dengan sistem interkoneksi, meliputi sistem
tersebar yang kecil (< 0,5 MW) yang pada umumnya merupakan PLTD Listrik Pedesaan dengan jam opera-
si 12 jam per hari yang tersebar di lokasi yang terpencil seperti Pulau Sebesi di Lampung Selatan, Pugung
Tampak dan Bengkunat di Lampung Barat.
Sistem kelistrikan Lampung akan dikembangkan untuk mencakup daerah-daerah sebagai berikut: Kota
Agung di Kabupaten Tanggamus, Liwa dan Ulubelu di Kabupaten Lampung Barat, Pakuan Ratu di Kabu-
paten Tulang Bawang Barat dan Simpang Pematang di Kabupaten Mesuji. Peta kelistrikan Provinsi
Lampung diperlihatkan pada Gambar A12.2.
321
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Beban puncak Lampung pada tahun 2011 adalah 525,80 MW dengan produksi energi 2.970 GWh.
Pertumbuhan penjualan tenaga listrik khususnya Provinsi Lampung dalam lima tahun terakhir sangat
tinggi, yaitu mencapai 15,2% pada tahun 2010. Pertumbuhan ini masih berpotensi untuk terus mening-
katkan rasio elektrifikasi, karena pada tahun 2011 baru mencapai 62,8 %.
Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 10,5 % per tahun, dimana
penjualan pada tahun 2007 sebesar 1.627,1 GWh telah meningkat menjadi 2.425,9 GWh pada tahun 2011.
322
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Dari realisasi penjualan tenaga listrik lima tahun terkahir dan mempertimbangkan kecenderungan per-
tumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik 2012-2021 dapat dilihat pada Tabel A12.3.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan
distribusi sebagai berikut.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung, potensi sumber energi
utama yang berada di provinsi ini adalah panas bumi dan tenaga air sebagaimana diberikan pada Tabel
A12.4 dan Tabel A12.5. Selain itu juga terdapat potensi biomassa dan batubara.
323
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kapasitas
No Lokasi
(MW)
I Mesuji Tulang bawang 7,50
1 Besai / Umpu 16,00
2 Giham Pukau 80,00
3 Giham Aringik 1,60
4 Tangkas 1,00
5 Campang Limau 978,00
6 Sinar Mulia 600,00
7 Way Abung 600,00
8 Way Umpu
II Seputih / Sekampung
1 Bumiayu
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2021, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit
sekitar 1.311 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada Tabel A12.6.
324
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 Tarahan (FTP1) PLTU PLN 200 2012
2 Ulubelu #1,2 PLTP PLN 110 2012
3 Lampung Peaker PLTG/MG PLN 100 2015
4 Tarahan #5,6 PLTU Sewa 240 2015
5 Semangka (FTP2) PLTA Swasta 56 2016
6 Ulubelu #3,4 (FTP2) PLTP Swasta 110 2016/17
7 Rajabasa (FTP2) PLTP Swasta 220 2017
8 Suoh Sekincau PLTP Swasta 220 2018/19
9 Wai Ratai PLTP Swasta 55 2019
Jumlah 1.311
Pengembangan GI
Di Provinsi Lampung direncanakan pembangunan GI baru dan pengembangan GI existing sampai dengan
tahun 2021 seperti diperlihatkan pada Tabel A12.7.
325
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Pengembangan transmisi 150 kV dan 500 kV sampai dengan 2021 sepanjang 1.457 kms diperlihatkan
pada Tabel A12.8.
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
1 PLTU Tarahan Inc. 2 Pi (New
150 kV 2 cct, 2 Zebra 1 0,23 2012
(FTP1) Tarahan-Kalianda)
2 Inc. 1 Pi (Batutegi-
Ulubelu 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3,05 2012
Pagelaran)
3 Bukit Kemuning
Kotabumi (uprate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 68 9,04 2013
(uprate)
326
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, penambahan pelanggan baru sampai dengan 2021 ada-
lah 923 ribu pelanggan atau rata-rata 92 pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan
tersebut, diperlukan pembangunan JTM 1.937 kms, JTR sekitar 1.823 kms dan tambahan kapasitas trafo
distribusi sekitar 672 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A12.9.
327
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai tahun 2021 diberikan pada Tabel A12.10.
328
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Kalimantan Barat terdiri atas satu sistem interkoneksi 150 kV dan beberapa sistem
isolated. Sistem interkoneksi meliputi sekitar Pontianak hingga Singkawang. Sistem isolated terdiri atas
sistem Sambas, Bengkayang, Ngabang, Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Putussibau, Ketapang,
Sukadana dan sistem tersebar.
Beban puncak di sistem kelistrikan Kalimantan Barat pada tahun 2011 adalah 286 MW dengan produksi
1.616 GWh. Sistem interkoneksi merupakan yang terbesar dimana sekitar 67% produksi listrik di Kali-
mantan Barat berada di sistem ini. Tabel A13.1 memperlihatkan komposisi sistem kelistrikan di Kaliman-
tan Barat.
Pertumbuhan penjualan 5 tahun terakhir sangat tinggi, yaitu rata-rata 9,1% per tahun. Penjualan tenaga
listrik diserap oleh konsumen rumah tangga dan sosial (61%), konsumen komersil (28%), konsumen in-
dustri (5%) dan konsumen publik (6%).
Pada saat ini hampir 100% pasokan listrik di Kalimantan Barat bersumber dari pembangkit berbahan ba-
kar minyak. Kecukupan dan keandalan pasokan masih relatif rendah karena umur beberapa mesin diesel
sudah tua dan cadangan pembangkitan tidak memadai.
Kapasitas pembangkit adalah 415 MW dengan daya mampu 355 MW seperti diperlihatkan pada Tabel
A13.2.
329
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalbar pada 5 tahun terakhir tumbuh rata-rata 9,1% per tahun, di-
mana permintaan listrik didominasi oleh pelanggan rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi selama 2006-
2010 cukup tinggi yaitu rata-rata 5.2% per tahun. Rasio elektrifikasi saat ini adalah 58.3%. Untuk terus
meningkatkan rasio elektrifikasi dibutuhkan ketersediaan listrik dalam jumlah yang cukup dan andal.
Dari realisasi penjualan tenaga listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan per-
tumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik 2012-2021 dapat dilihat pada Tabel A13.3.
Tabel A13.3. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik (Sistem Interkoneksi dan Isolated)
Beban puncak sistem interkoneksi pada tahun 2011 adalah 202 MW, dan sejalan dengan rencana pengem-
bangan transmisi 150 kV hingga mengambil alih beban pada sistem-sistem isolated (Sistem Sambas,
Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Ngabang dan Ketapang) maka beban puncak grid 150 kV pada
tahun 2021 menjadi 609 MW atau tumbuh rata-rata 12,1% per tahun. Sedangkan sistem-sistem isolated
kecil lainnya masih tetap beroperasi isolated.
330
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Potensi sumber energi di Provinsi Kalimantan Barat berupa tenaga air, gambut dan batubara.
Pemanfaatan potensi tenaga air menjadi PLTA/PLTM pada umumnya perlu didahului dengan survei dan
studi yang mendalam. Pada saat ini potensi yang dapat dikembangkan adalah PLTA Nanga Pinoh de-
ngan kapasitas 98 MW. Di provinsi ini terdapat potensi gambut yang cukup besar yaitu di Kabupaten
Mempawah. Namun pemanfaatannya pada PLTU gambut terkendala oleh aspek lingkungan.
Potensi batubara terdapat di daerah Sintang, berupa batubara dengan kandungan kalori yang tinggi,
namun pada saat ini belum dilakukan eksploitasi karena terkendala infrastruktur transportasi. Sumber
batubara ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU/PLTGB di Sanggau, Sintang, Nanga Pinoh
dan Putusibau.
Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2021 dipenuhi dengan mengembangkan kapasitas pem-
bangkit di sistem interkoneksi dan sistem-sistem isolated sebagaimana ditampilkan pada Tabel A13.4.
Asumsi Kapasitas
No Proyek Jenis COD
Pengembang (MW)
1 Nanga Pinoh PLTGB PLN 6 2013
2 Putussibau (FTP2) PLTGB PLN 8 2013
3 Riam Badau PLTA PLN 0,2 2013
4 Pantai Kura-Kura (FTP1) PLTU PLN 55 2014
5 Parit Baru (FTP1) PLTU PLN 100 2014
6 Sanggau PLTU PLN 14 2014
7 Sintang PLTU PLN 21 2014
8 Ketapang (FTP2) PLTU PLN 20 2015
9 Ketapang (FTP2) PLTU Swasta 14 2015
10 Parit Baru - Loan China (FTP2) PLTU PLN 100 2015
11 Kalbar-1 PLTU PLN 200 2017/18
12 Pontianak Peaker PLTG/MG PLN 100 2019
13 Nanga Pinoh PLTA PLN 98 2020
Jumlah 736,2
Sebagai bagian dari rencana penyediaan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Barat, PLN berencana mem-
beli tenaga listrik dari Sarawak melalui transmisi interkoneksi 275 kV yang berkapasitas lebih dari 200
MW. PLN bermaksud mengimpor tenaga listrik baseload sebesar 50 MW dan peakload sebesar hingga
180 MW dalam kurun waktu 5 tahun (2015-2019) dan dapat diperpanjang lagi berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak. Rencana impor baseload sebesar 50 MW adalah untuk mengantisipasi ketidakpastian
penyediaan pembangkit baseload di sistem Kalimantan Barat, sedangkan impor peakload sebesar hingga
180 MW adalah untuk menggantikan pemakaian BBM di sistem Kalbar. Tidak ada “take or pay“ daya (MW)
dalam perjanjian jual beli tenaga listrik ini.
331
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan GI
Di Provinsi Kalimantan Barat akan akan dikembangkan GI 150 kV baru dan pengembangan trafo GI
existing sebesar 930 MVA. Selain itu akan dibangun pula GI 275 kV sebagai simpul interkoneksi antara
Kalimantan Barat dan Serawak. Rencana pembangunan GI diberikan pada Tabel A13.5 dan Tabel A13.6.
332
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Pengembangan jaringan transmisi sampai dengan tahun 2021 di Kalimantan Barat adalah seperti terlihat
pada Tabel A13.7.
Juta
No Dari Ke Tegangan Konduktor KMS COD
USD
Inc. 2 pi (Singkawang-
1 PLTU Pantai Kura2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,22 2012
Mempawah)
2 Parit Baru Kota Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,22 2013
3 Sei Raya Kota Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 32 1,77 2013
4 Siantan Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 184 10,19 2013
5 Singkawang Bengkayang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 120 6,65 2013
6 Singkawang Sambas 150 kV 2 cct, 1 Hawk 126 6,98 2013
7 Bengkayang Ngabang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2014
8 Ngabang Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 110 6,09 2014
9 Tayan Sanggau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2014
10 Sanggau Sekadau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 100 5,54 2015
11 Sintang Sekadau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2016
12 Sintang Nanga Pinoh 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2016
13 Ketapang Sukadana 150 kV 2 cct, 2 Hawk 200 15,27 2017
14 Nanga Pinoh Kota Baru 2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 1 80 9,97 2017
15 Sandai Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 300 22,90 2017
16 Sukadana Sandai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13,74 2017
17 Sintang Putusibau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 300 22,90 2017
Jumlah 2.632 166,33
Untuk mewujudkan interkoneksi antara Kalimantan Barat dan Sarawak tersebut, PLN berencana mem-
bangun transmisi 275 kV sepanjang 180 kms dari GI Bengkayang ke perbatasan negara dan trafo IBT
berkapasitas 250 MVA.
333
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough
PLTM PANCAREK-SAJINGAN (IPP); RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN
memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart
2 x 400 KW (2012) KALIMANTAN
your computer, and then open theBARAT
file again. If 2011 - 2020
the red x still appears, you …
ARUK
PLTU 2 PANTAI KURA-KURA BIAWAK PLTM MERASAP-BENGKAYANG (PLN);
(PLN); GI. SAMBAS 2 x 750 KW (2010)
Thn2013 SERIKIN
2 x 27,5 MW (2014) KUCHING
PLTU PARIT BARU Loan China JAGOI BABANG GI MAMBONG (MATANG)
2 X 50 MW (2015) BATU KAYA
TEBEDU PLTGB (IPP) 8 MW (2015)
GI. SINGKAWANG
Thn 2009 GI. PUTUSIBAU
ENTIKONG BADAU
GI & GITET. BENGKAYANG Thn 2017
Thn 2014
GI. PLTU KURA-KURA
Thn GI. NGABANG
2011
GI. MEMPAWAH Thn2014
GI SANGGAU
55 km Thn 2014 PLTU SINTANG (PLN); 3 X 7 MW 2014)
(
GI. PARIT BARU GI. SINTANG
GI. SIANTAN Thn 2016
PLTG/MG PONTIANAK
100 MW (2019) GI. SEKADAU PLTGB NANGAPINOH (PLN); 6 (2013)
GI. TAYAN
Thn 2015 PLTA NANGA PINOH (PLN) 98 MW 2019
GI. SEI RAYA Thn2013
GI. KOTA BARU
Thn 2011 PLTU SANGGAU (PLN); 2 X GI. NANGA PINOH
7 MW (2014) Thn 2016
PLTU PONTIANAK-3
PLTU PARIT BARU; 2 X 50 MW 2X25 MW (2016)
(2014)
GI. K0TA
BARU22017
GI. SUKADANA
Thn 2017
GI. SANDAI
Thn 2017
PLTU KETAPANG (PLN) ; GI.GI
KUALA KURUN
Kuala Kurun
2 X 10 MW (2013)
GI. KETAPANG
Thn 2017
PLTU KETAPANG (IPP) ; 2 X7 MW (2012)
KETERANGAN :
Gardu Induk 275 kV Rencana PLTU Rencana
Transmisi 275 kV Rencana
PLTMH Rencana
Transmisi 150 kV Eksisting
Transmisi 150 kV Rencana Listrik Perbatasan Eksisting
Gardu Induk 150 kV Eksisting
Listrik Perbatasan Rencana
Gardu Induk 150 kV Rencana
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan sebanyak 52 ribu
sambungan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut diperlukan pembangunan JTM
1.458 kms, JTR sekitar 4.166 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi 643 MVA sampai dengan tahun
2021 seperti ditampilkan dalam Tabel A13.8.
334
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kebutuhan energi listrik untuk daerah terpencil di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Sarawak
masih belum tercukupi, sementara kondisi kelistrikan di wilayah Sarawak lebih baik. Hal ini menimbulkan
terjadinya kesenjangan pada daerah perbatasan. PLN telah melakukan pembelian tenaga listrik skala ke-
cil untuk 2 sistem isolated di daerah perbatasan, yaitu di Sajingan dan Badau. Berikutnya akan dilaku-
kan pembelian listrik dari Sarawak untuk melistriki sistem isolated lainnya, yaitu Entikong sebesar 150
kVA dan Seluas sebesar 100 kVA. Peta kelistrikan di daerah perbatasan diberikan pada Gambar A13.2.
A13.5. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai tahun 2021 diberikan pada Tabel A13.9.
335
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Jumlah Kapasitas MW 6,7 11,7 11,7 11,7 11,7 14,7 14,7 21,7 21,7 21,7
Cadangan MW 2,4 5,4 5,4 5,4 5,4 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
Pemeliharaan MW 1,4 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Operasi MW 1,0 1,4 1,4 1,4 1,4 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Surplus/Defisit MW 0,4 2,3 2,1 1,9 1,7 2,5 2,3 9,2 9,0 8,7
04/02/2013 14:19:51
Neraca Daya Sistem Blangpidie
04/02/2013 14:19:51
342
Catatan: Surplus/Defisit dapat di supplay dari Sistem Blangpidre dan Sistem Kuta Fajar
04/02/2013 14:19:52
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 343
Neraca Daya Sistem Subulussalam
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 60 65
Beban Puncak MW 13 14
Load Faktor % 54 54
Pasokan Rencana tahun 2014 masuk Grid 150 kV
Kapasitas Terpasang MW 14,7 14,7
Derating Capacity MW 1,9 1,9
Pembangkit PLN 12,8 12,8
PLTD Rimo PLTD 4,5 4,5
PLTD Singkil PLTD 0,0 0,0
PLTD Kuta Fajar PLTD 1,2 1,2
PLTD Sewa PLTD 9,0 9,0
Tambahan Kapasitas
IPP Ongoing & Committed
PLTU PT. GSS PLTU 1
PLTBayu PT. GLA PLTB 10
Jumlah Kapasitas MW 23,8 23,8
Cadangan MW 1,9 1,9 Masuk Interkoneksi 150 kV Sumatera
Pemeliharaan MW 1,0 1,0
Operasi MW 0,9 0,9
Surplus/Defisit MW 9,1 8,1
04/02/2013 14:19:52
344
04/02/2013 14:19:52
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 345
Neraca Daya Sistem Blangkejeren
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 16 17 18
Beban Puncak MW 4 4 5 Rencana tahun 2015 masuk Grid 150 kV
Load Faktor % 43 43 43
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,2 7,2 7,2
Derating Capacity MW 0,5 0,5 0,5
Pembangkit PLN MW 6,7 6,7 6,7
PLTD Rema MW 3,6 3,6 3,6
Rel. dari PLTD L. Bata PLTD 1,4 1,4 1,4
Rerebe (Beli Energi) PLTM 0,2 0,2 0,2
Sewa
Rental genset HSD PLTD 2,0 2,0 2,0
Tambahan Kapasitas
IPP Ongoing Committed
Putri Betung PLTM 0,3
Jumlah Kapasitas MW 7,0 7,0 7,0
Cadangan MW 1,8 1,8 1,8
Pemeliharaan MW 1,0 1,0 1,0 Masuk Interkoneksi 150 kV Sumatera
Operasi MW 0,8 0,8 0,8
Surplus/Defisit MW 1,1 0,8 0,6
04/02/2013 14:19:52
346
04/02/2013 14:19:52
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 347
Neraca Daya Sistem Sinabang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 20 21 22 23 24 25 27 28 29 30
Beban Puncak MW 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5
Load Faktor % 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,0 7,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Derating Capacity MW 0,7 0,7 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Pembangkit PLN MW 6,3 6,3 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5
PLTD Lasikin
MTU PLTD 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
MTU PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MTU PLTD 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Caterpillar PLTD 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Caterpillar PLTD 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Wartsilla PLTD 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2
PLTD Sewa
Rental genset HSD PLTD 2,0 2,0
Tambahan Kapasitas
PLN Ongoing & Committed
Sinabang (Eks Tapaktuan) PLTU 14
Jumlah Kapasitas MW 6,3 6,3 18,5 18,5 18,5 18,5 18,5 18,5 18,5 18,5
Cadangan MW 2,2 2,2 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1
Pemeliharaan MW 1,1 1,1 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Surplus/Defisit MW 0,7 0,4 6,5 6,3 6,1 5,9 5,7 5,5 5,3 5,0
04/02/2013 14:19:52
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 348 04/02/2013 14:19:52
Lampiran A14.2
04/02/2013 14:19:52
Lampiran A14.3
04/02/2013 14:19:52
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 353
Neraca Daya Sistem Selat Panjang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 53,5 60,4 66,1 71,9 78,1 84,3 90,9 98,3 107,3 117,2
Load Faktor % 66,6 66,8 66,9 67,1 67,2 67,4 67,5 67,7 67,8 67,8
Beban Puncak MW 7,6 8,5 9,6 10,7 12,0 13,4 15,1 16,9 18,9 21,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
Derating Capacity MW 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Pembangkit PLN
BWSC PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Deutz PLTD 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Sewa Pembangkit
Sewa Genset MFO PLTD 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Sewa Mesin (HSD) PLTD 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Tambahan Kapasitas
PLN Ongoing & Committed
Selat Panjang PLTGB 6 3
Sewa
Rawa Minyak (Kabel Laut) PLTMG 7
Al Selat PLTMG 5
Selat Panjang Baru #1,2 PLTU
Jumlah Kapasitas MW 16,3 16,3 29,3 29,3 34,3 34,3 37,3 37,3 37,3 37,3
Cadangan MW 7,2 7,2 8,2 8,2 8,2 8,2 8,2 8,2 8,2 8,2
Pemeliharaan MW 6,0 6,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Surplus/Defisit MW 1,5 0,5 11,5 10,4 14,1 12,6 14,0 12,2 10,2 7,9
04/02/2013 14:19:52
354
04/02/2013 14:19:52
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 355
Neraca Daya Sistem Bagan Siapi-api
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 43 48 53 58 64 70 77 84 93 102
Load Faktor % 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
Beban Puncak MW 8 9 10 11 12 13 14 16 17 19
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,8 2,8
Derating kapasitas MW 1,2 1,3
Pembangkit PLN
Deutz BA 12M 816 PLTD 0,4 0,4
Deutz KHD BV 8M PLTD 0,8 0,8
Mitsubishi PLTD 0,4 0,4
Pembangkit Sewa
Sewa HSD PLTD 2,0 2,0
Sewa Mesin Pemda PLTD 2,4 2,4
PLTGB PLTGB 5,0 5,0
Disupplai dari grid 150 kV SIS, Tahun 2014, 30 MVA
Jumlah Kapasitas MW 11,0 11,0
Cadangan MW 1,8 1,8
Pemeliharaan MW 1,2 1,2
Operasi MW 0,6 0,6
Surplus/Defisit MW 1,2 0,4
04/02/2013 14:19:52
356
Neraca Daya Sistem Rengat
04/02/2013 14:19:52
Neraca Daya Sistem Tembilahan
04/02/2013 14:19:52
358
04/02/2013 14:19:53
Lampiran A14.4
04/02/2013 14:19:53
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 361
Neraca Daya Sistem Tanjung Balai Karimun
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 129 143 162 183 205 226 246 264 281 300
Load Faktor % 68 68 68 67 67 67 66 66 66 66
Beban Puncak MW 21 23 25 27 29 32 34 37 40 52
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2
Derating kapasitas MW 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2
Pembangkit PLN
MAK 8M 453B PLTD 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2
Allen PLTD 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8
Pembangkit Sewa
Sewa Mesin (HSD) PLTD 2
Sewa Mesin (HSD) PLTD 4 4 4
Sewa Mesin (HSD) PLTD 3 3
Sewa Mesin (HSD) PLTD 3 3
Sewa Mesin (MFO) PLTD 10 10 10 10
Tambahan Kapasitas
PLN Ongoing & Committed
TB. Karimun #1,2 (FTP1) PLTU 7 7
TB. Karimun #3,4 (eks Tj. Uban) PLTU
TB. Karimun (FTP2) PLTU 15 15
Rencana Tambahan Kapasitas
TB. Karimun - 2 PLTG/PLTMG 10 10
Jumlah Kapasitas MW 38,0 43,0 37,0 48,0 53,0 53,0 63,0 73,0 73,0 73,0
Cadangan MW 10,0 10,0 10,0 10,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0
Pemeliharaan MW 7,0 7,0 7,0 7,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Operasi MW 3,0 3,0 3,0 3,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Surplus/Defisit MW 7,1 10,3 2,4 11,2 6,9 4,4 11,8 19,0 16,0 4,2
04/02/2013 14:19:53
362
04/02/2013 14:19:53
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 363
Neraca Daya Sistem Dabo Singkep
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 22 24 27 30 33 36 39 41 43 42
Load Faktor % 56 57 60 63 65 67 67 67 66 66
Beban Puncak MW 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 1,3
Derating kapasitas 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 1,2
Pembangkit PLN
MAK PLTD 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
MTU PLTD 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit Sewa
Sewa Genset PLTD 2,0 2,0
Sewa Diesel PLTD 3,0 3,0
Tambahan Kapasitas
PLN Ongoing & Committed
Dabo Singkep PLTU 8
Rencana Tambahan Kapasitas
Dabo Singkep PLTGB 4
Kapasitas Efektif MW 7,1 7,1 10,1 10,1 10,1 10,1 14,1 14,1 14,1 12,1
Cadangan MW 1,8 1,8 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2
Pemeliharaan MW 1,2 1,2 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Operasi MW 0,6 0,6 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Surplus/Defisit MW 1,5 1,2 1,1 0,8 0,4 0,0 3,6 3,2 2,7 0,9
04/02/2013 14:19:53
364
04/02/2013 14:19:53
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 365
Neraca Daya Sistem Belakang Padang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 10 11 13 14 16 18 19 21 22 23
Load Faktor % 56 58 62 65 68 70 72 72 72 72
Beban Puncak MW 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 3,5 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Derating Capacity MW 0,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit PLN
Deutz PLTD 0,1
MWM PLTD 0,1
Yanmar PLTD 1,0
Relokasi PLTD 2,0
Disuplai dari Grid 20 kV Kabel Laut Batam
Jumlah Kapasitas MW 3,2
Cadangan MW 0,8
Pemeliharaan MW 0,6
Operasi MW 0,2
Surplus/Defisit MW 0,3
04/02/2013 14:19:53
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 366 04/02/2013 14:19:53
Lampiran A14.5
* PLN mempunyai opsi PLTG/MG Bangka Peaker daapt diganti dengan PLTG/MG di lokasi lain di sistem Sumbagsel yang mempunyai pasokan
gas lebih secure.
04/02/2013 14:19:53
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 369
Neraca Daya Sistem Belitung
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 190 238 268 291 319 355 401 460 534 621
Beban Puncak MW 36 41 46 50 55 61 69 79 92 107
Load Faktor % 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 42,0 27,0 27,0 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0
PLN MW 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0
Pilang PLTD 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Manggar PLTD 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
IPP
Biomass PLTU 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Sewa PLTD 26 11 11
Tambahan Kapasitas
PLN Ongoing & Committed
Belitung Baru (FTP1) PLTU 33
IPP Ongoing & Committed
Belitung-2/Tanjung Pandan PLTGB 5
Rencana Tambahan Kapasitas
Belitung -3 (2x10 MW) PLTG/MG 20
Belitung Peaker PLTG/MG 10 10
Belitung-4 PLTU 17 17
Jumlah Kapasitas MW 42 60 65 74 74 91 108 118 128 128
Reserve Margin (DMN) % 15 45 40 47 34 48 56 49 39 19
04/02/2013 14:19:53
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 370 04/02/2013 14:19:53
Lampiran A14.6
04/02/2013 14:19:53
Neraca Daya Sistem Sambas
04/02/2013 14:19:53
374
04/02/2013 14:19:54
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 375
Neraca Daya Sistem Sanggau
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 84,9 95,8 118,5 126,2 134,4 152,1 172,0
Load Faktor % 67,5 67,5 67,5 67,5 67,5 67,4 67,4 67,4 67,4 67,4
Beban Puncak MW 14,4 16,2 18,7 20,0 21,4 22,7 24,2 25,7 27,4 29,1
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 14,4 8,4 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Derating capacity MW 0,3 0,3
Pembangkit PLN
SWD BBI PLTD 1,2 1,2
SWD BBI PLTD 1,2 1,2
DEUTZ MWM PLTD 0,8 0,8
MTU PLTD 0,8 0,8
MITSUBISHI PLTD 1,2 1,2
MITSUBISHI PLTD 1,2 1,2
PLTD Sewa
Sewa Diesel PLTD 6,0
Sewa Diesel PLTD 2,0 2,0 2,0
Tambahan Pembangkit
PLN
Sanggau PLTU 14,0
Sewa
Relokasi Sewa Diesel PLTD
Interkoneksi Grid 150 kV Sistem Khatulistiwa
Jumlah Kapasitas MW 16,4 24,4
Cadangan MW 2,4 8,2
Pemeliharaan MW 1,2 7,0
Operasi MW 1,2 1,2
Surplus/Defisit MW -0,4 0,0
04/02/2013 14:19:54
376
Neraca Daya Sistem Sintang
04/02/2013 14:19:54
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 377
Neraca Daya Sistem Nanga Pinoh
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 28,6 32,3 37,4 40,0 42,7 45,5 48,5 51,6 54,9 58,5
Load Faktor % 53,7 53,8 53,8 53,9 54,0 54,1 54,2 54,3 54,4 54,4
Beban Puncak MW 6,1 6,8 7,9 8,5 9,0 9,6 10,2 10,8 11,5 12,3
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 6,3 3,3 3,3 2,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Derating capacity MW 0,1 0,1 0,1 0,1
Pembangkit PLN
DEUTZ MWM PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5
DEUTZ MWM PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5
DEUTZ MWM PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5
MITSUBISHI PLTD 0,8 0,8 0,8 0,8
PLTD Sewa
Sewa Diesel PLTD 3 ,0
Sewa Diesel PLTD 1,0 1,0 1,0
Tambahan Pembangkit
PLN
Nanga pinoh PLTGB 6,0 -6
Sewa
Relokasi Sewa Diesel PLTD
Interkoneksi Grid 150 kV Sist. Khatulistiwa
Jumlah Kapasitas MW 8,3 11,3 11,3 10,3
Cadangan MW 1,3 1,3 1,3 1,3
Pemeliharaan MW 0,8 0,8 0,8 0,8
Operasi MW 0,5 0,5 0,5 0,5
Surplus/Defisit MW 1,0 3,2 2,1 0,6
04/02/2013 14:19:54
378
04/02/2013 14:19:54
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 379
Neraca Daya Sistem Putussibau
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 26,8 30,3 35,0 37,5 39,9 42,5 45,2 48,1 51,1 54,4
Load Faktor % 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2
Beban Puncak MW 5,2 5,8 6,8 7,2 7,7 8,2 8,7 9,3 9,9 10,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 - - - - -
Derating capacity MW 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 - - - - -
Pembangkit PLN
DEUTZ MWM PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MTU PLTD 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
MTU PLTD 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Sewa
Putussibau PLTD 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Interkoneksi Grid 150 kV dengan sistem khatulistiwa
Tambahan Pembangkit
PLN
Riam Badau PLTMH 0,2
Putussibau (FTP2) PLTGB 8,0
IPP
Jumlah Kapasitas MW 6,4 14,6 14,6 14,6 14,6
Cadangan MW 1,9 5,0 5,0 5,0 5,0
Pemeliharaan MW 1,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Operasi MW 0,9 1,0 1,0 1,0 1,0
Surplus/Defisit MW -0,7 3,8 2,8 2,4 1,9
04/02/2013 14:19:54
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 380 04/02/2013 14:19:54
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 381 04/02/2013 14:19:54
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 382 04/02/2013 14:19:54
B1
Sistem Interkoneksi Kalimantan Selatan, Tengah
dan Timur (Kalseltengtim)
04/02/2013 14:19:55
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 387
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Sistem Kalseltengtim
Sistem 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Wil KALSELTENG
Sistem Barito
Energi Produksi (GWh) 2.435 2.942 3.385 3.715 4.062 4.416 4.804 5.231 5.700 6.211
Load Factor (%) 67 67 68 68 68 68 68 68 68 69
Beban Puncak (MW) 415 498 571 625 682 740 804 873 950 1.033
Wil KALTIM
Sistem Mahakam
Energi Produksi (GWh) 2.185 2.711 3.192 3.586 3.979 4.384 4.795 5.230 5.704 6.222
Load Factor (%) 67 68 67 66 67 68 68 68 68 68
Beban Puncak (MW) 371 458 543 617 677 738 806 879 956 1.041
Sistem Kalseltengtim
Energi Produksi (GWh) 4.619 5.654 6.577 7.300 8.041 8.800 9.599 10.460 11.404 12.433
Load Factor (%) 67 67 67 67 68 68 68 68 68 68
Beban Puncak (MW) 786 956 1.113 1.242 1.359 1.479 1.609 1.753 1.906 2.074
04/02/2013 14:19:55
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 388 04/02/2013 14:19:55
Lampiran B1.2
NERACA DAYA
SISTEM INTERKONEKSI KALSELTENGTIM
PLTG/MG PLN
1,500
PLTU IPP
1,000
Tambahan PLTU
500 Kapasitas IPP & Sewa
04/02/2013 14:19:55
Neraca Daya Sistem Kalseltengtim 2012 - 2021
No. Kebutuhan dan Pasokan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
PLTA MW
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PLTU MW
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
PLTGU MW
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PLTG MW
54 54 54 54 36 36 36 36 36 36
PLTMG MW
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
PLTD MW
108 108 108 108 73 -
SWASTA 296 476 377 307 179 96 96 96 96 96
IPP MW
85 85 96 96 96 96 96 96 96 96
Excess Power MW -
27 101 101 101 83 - - - -
Sewa MW -
184 230 180 110 - - - - -
Sewa PLTD -
- 60 - - - - - - -
Retired & Mothballed - - - - - - - - - -
PLTG MW - - - - - - - - - -
PLTD MW - - - - - - - - - -
04/02/2013 14:19:55
392
No. Kebutuhan dan Pasokan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
3 Tambahan Kapasitas
PLN ON GOING & COMMITTED
Pulang Pisau (FTP1) PLTU - - 120 - - - - -
Asam Asam (FTP1) PLTU - 130 - - - - - - - -
04/02/2013 14:19:55
Lampiran B1.3
NERACA ENERGI
SISTEM INTERKONEKSI KALSELTENGTIM
Jenis 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Batubara 1.185 2.096 2.569 4.724 6.174 6.925 7.622 8.183 8.783 9.801
Gas 270 787 1.063 1.523 1.538 1.547 1.563 1.579 1.594 1.601
LNG - - 219 219 219 307 307 307 307
HSD 1.809 1.342 1.515 - - - - - - -
MFO 1.229 1.322 1.322 724 - - - - - -
Geot. - - - - - - - - - -
04/02/2013 14:19:55
Lampiran B1.4
04/02/2013 14:19:55
Capacity Balance Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah (2/4)
Lanjutan
12 GI AMUNTAI 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 12.5 13.5 14.6 15.8 17.1 18.4 19.9 30 21.5 23.2 25.1
46% 50% 54% 59% 63% 68% 37% 40% 43% 46%
13 GI ASAM-ASAM 150/20 1 10 10
- Beban Puncak ( MW ) 1 20 20 14.0 15.1 16.3 6.6 7.1 7.7 8.3 8.9 9.7 10.4
30.0 52% 56% 60% 24% 26% 28% 31% 33% 36% 39%
14 GI PELAIHARI 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 1 10 10 16.2 20.4 22.1 23.8 25.8 27.8 30 30.0 32.4 35.0 37.8
40.0 45% 57% 61% 66% 72% 44% 48% 52% 56% 60%
15 GI RANTAU/BINUANG 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 15.0 16.2 17.6 19.1 20.7 30 22.5 24.4 26.5 28.7 31.2
55% 60% 65% 71% 38% 42% 45% 49% 53% 58%
17 GI BATULICIN 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 18.2 19.8 21.6 30 23.5 25.7 28.0 30.5 33.2 36.2
67% 73% 40% 44% 48% 52% 56% 62% 67%
04/02/2013 14:19:55
398
Capacity Balance Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah (3/4)
Lanjutan
20 GI KASONGAN 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 9.3 7.0 7.6 8.2 8.9 9.6 10.3 11.2 12.1
22 GI BUNTOK/AMPAH 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 11.6 12.5 13.4 14.4 15.5 16.7 17.9 19.2 30
43% 46% 50% 53% 57% 62% 66% 36%
GI PALANGKARAYA II
24 150/20 1 60 60
[New]
- Beban Puncak ( MW ) 17.0 18.4 20.0 21.7 23.6 25.6 27.7 30.1
31% 34% 37% 40% 44% 47% 51% 56%
26 GI BANDARA 150/20 1 60 60
- Beban Puncak ( MW ) 18.2 19.9 21.8 23.9 26.2 28.7 31.4 34.4
34% 37% 40% 44% 48% 53% 58% 64%
04/02/2013 14:19:55
Capacity Balance Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah (4/4)
Lanjutan
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
TEG Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. GARDU INDUK
28 GI KOTABARU 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 15.2 16.6 18.1 19.7 21.5 30 23.4 25.5
56% 61% 67% 73% 40% 43% 47%
29 GI SATUI 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 11.0 11.9 12.8 13.9 15.0 16.2 17.5
41% 44% 48% 51% 55% 60% 65%
30 GI PARENGGEAN 150/20 1 30 30
- Beban Puncak ( MW ) 7.5 8.0 8.4 8.9 9.5 10.0 10.6 11.3
28% 29% 31% 33% 35% 37% 39% 42%
GI PANGKALAN BAN-
31 150/20 1 10 10
TENG
- Beban Puncak ( MW ) 4.0 4.3 4.6 4.9 5.2 5.6
44% 48% 51% 54% 58% 62%
32 GI SUKAMARA 150/20 1 20 20
- Beban Puncak ( MW ) 3.2 3.4 3.7 4.0 4.3
18% 19% 20% 22% 24%
33 GI NANGABULIK 150/20 1 20 20
- Beban Puncak ( MW ) 3.5 3.7 4.0 4.4 4.7
19% 21% 22% 24% 26%
TOTAL BEBAN GI 366.5 0.0 454.9 30.0 542.6 90.0 608.0 180.0 657.1 180.0 717.1 60.0 775.3 30.0 838.4 120.0 906.6 180.0 980.5 30.0
GI KONSUMEN .BESAR 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
GI UMUM 366.5 454.9 542.6 608.0 657.1 717.1 775.3 838.4 906.6 980.5
Beban Puncak GI 371.6 443.6 507.8 553.6 605.3 656.9 713.2 775.8 843.0 915.7
DIVERSITY FACTOR 0.99 1.03 1.07 1.10 1.09 1.09 1.09 1.08 1.08 1.07
04/02/2013 14:19:56
400
Capacity Balance Sistem Kalimantan Timur (1/2)
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
SISTEM MAHAKAM
Uprating 30 MVA Mundur Uprating 30 MVA
1, GI Gn Malang / Industri 1 60 110 65,4 63,8 63,8 60 63,8 63,8 63,8 63,8 63,8 63,8 63,8
150/20 1 20 81% 79% 59% 59% 59% 59% 59% 59% 59% 59%
1 30
2. GI Batakan/Manggar Sari 2 20 130 41,2 41,9 49,5 47,2 51,9 58,8 63,8 69,2 75,5 79,8
150/20 1 30 42% 36% 42% 40% 44% 50% 55% 59% 65% 68%
04/02/2013 14:19:56
Capacity Balance Sistem Kalimantan Timur (2/2)
Lanjutan
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
No, GARDU INDUK Unit Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
15 GI Sambera 11,0 60 12,0 13,1 14,2 15,5 16,9 18,4 20,1 21,9
150/20 20% 22% 24% 26% 29% 31% 34% 37% 41%
16 GI Kariangau 14,3 30 16,9 17,9 19,8 30 22,4 24,3 26,5 29,0 30,9
150/20 53% 63% 66% 37% 41% 45% 49% 54% 57%
17 GI New Samarinda 16,2 60 22,8 29,9 39,2 47,4 60 57,4 69,4 72,9
150/20 30% 42% 55% 73% 44% 53% 64% 68%
18 GI KOTA BANGUN 4,0 20 4,4 4,8 5,2 5,6 6,2 6,7 7,3
150/20 22% 24% 26% 29% 31% 34% 37% 41%
19 GI New Industri 6,9 60 8,1 8,6 9,5 10,8 11,7 12,7 14,0 14,8
150/20 13% 15% 16% 18% 20% 22% 24% 26% 27%
20 GI MALOY (Kutim) 8,0 30 10,5 13,7 16,6 20,1
150/20 30% 39% 51% 62% 74%
21 GI SENIPAH 9,0 30 10,1 11,3 12,6 14,2 15,9 17,8
150/20 33% 37% 42% 47% 52% 59% 66%
22 GI MELAK 13,3 30 14,6 16,0 17,5 19,2 20,9 21,5
150/20 49% 54% 59% 65% 71% 77% 80%
TOTAL BEBAN PUNCAK GI UMUM 326 435 517 574 632 720 785 857 940 995
TOTAL GI KONSUMEN BESAR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL GI UMUM + KONSUMEN BESAR 326 435 517 574 632 720 785 857 940 995
TOTAL BEBAN PUNCAK KONSUMEN 314 420 497 565 620 706 772 845 921 974
DIVERSITY FACTOR 1,04 1,04 1,04 1,02 1,02 1,02 1,02 1,01 1,02 1,02
SISTEM BERAU
23 GI Berau/Tj Redep 21,2 30 22,8 30 24,9 27,2 29,7 32,4 35,1
150/20 78% 42% 46% 50% 55% 60% 65%
24 GI Bulungan/Tj Selor 11,0 30 12,1 13,2 14,5 15,8 17,3 18,8
150/20 41% 45% 49% 54% 59% 64% 69%
25 GI Malinau 8,5 30 9,4 10,2 11,2 12,2 13,3
150/20 32% 35% 38% 42% 45% 49%
26 GI Tana Tidung 2,6 20 2,9 3,2 3,6 4,0 4,3
150/20 15% 16% 18% 20% 22% 24%
TOTAL BEBAN PUNCAK GI UMUM 32,1 46,0 50,4 55,1 60,3 65,8 71,5
TOTAL GI KONSUMEN BESAR 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL GI UMUM + KONSUMEN BESAR 32,1 46,0 50,4 55,1 60,3 65,8 71,5
TOTAL BEBAN PUNCAK KONSUMEN 31,0 44,4 48,6 53,2 58,2 63,5 69,0
DIVERSITY FACTOR 1,04 1,04 1,04 1,04 1,04 1,04 1,04
04/02/2013 14:19:56
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 402 04/02/2013 14:19:56
Lampiran B1.5
04/02/2013 14:19:56
Rencana Pengembangan Penyaluran Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur (1/2)
Biaya
No Provinsiv Dari Ke Tegangan Conductor kms COD Sumber
04/02/2013 14:19:56
406
Rencana Pengembanan Penyaluran Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur (2/2)
Lanjutan
04/02/2013 14:19:56
Rencana Pengembanan Gardu Induk Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur (1/3)
04/02/2013 14:19:56
408
Rencana Pengembanan Gardu Induk Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur (2/3)
Lanjutan
No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap Biaya MUSD COD Sumber
04/02/2013 14:19:57
Rencana Pengembanan Gardu Induk Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur (3/3)
Lanjutan
04/02/2013 14:19:57
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 410 04/02/2013 14:19:57
Lampiran B1.6
D Muara Teweh
Kuala Kurun
D
04/02/2013 14:19:57
Peta Kelistrikan Sistem Kaltim
PLTU Kaltim-2
2x100 MW – 2016
2 Maloi
ACSR 2x240 mm
80 km - 2017 PLTG Kaltim Peaker 1
2 50 MW – 2017
2x50
PLTU Embalut (Ekspansi)
1x50 MW – 2015 Sangatta
PLTG Kaltim Peaking
Bontang U 2x50 MW – 2013
KALIMANTAN KALIMANTAN 2 G
ACSR 2x240 mm
G PLTU Kaltim 4
BARAT TENGAH 100 km - 2015 Kota Bangun
Melak 2x150 MW – 2020/21
U Sambutan
ke PLTG/MG
U
PERENCANAAN SISTEM Bangkanai PLTU Kaltim (MT)
PT PLN (Persero) PETA JARINGAN (Kalteng) 2x27.5
2x27 5 MW – 2015
ACSR 2x240 mm2 U
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR 134 km - 2018 U
GI 500 kV Existing / Rencana U U PLTU Existing / Rencana Karangjoang PLTU Kaltim 3
/ / G 2x100 MW – 2018/19
/ GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana PLTU Melak (FTP 2) G
/ GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana 2x7 MW – 2015 SULAWESI
Manggarsari PLTG Senipah
/ GI 70 kV Existing / Rencana A / A PLTA Existing / Rencana U Industri 2x41 MW – 2013 TENGAH
/ GI 500/275 kV Existing / Rencana GU GU PLTGU Existing / Rencana ACSR 2x240 mm2
/
/ GB GB
GI 500/275/150 kV Existing / Rencana / PLTGB Existing / Rencana 155 km - 2013 PLTG Senipah(ST)
/
GI 275/150 kV Existing / Rencana M / M Petung
/ PLTM Existing / Rencana 35 MW – 2015
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D
PLTD Existing / Rencana Kuaro
T/L 70 kV EExisting R
i ti / Rencana Kit Eksisting PLTU Muara Jawa/Teluk Balikpapan FTP1
/
T/L 150 kV Existing / Rencana ke ACSR 2x240 mm2 2x110 MW – 2014
/ Kit Rencana
/ T/L 275 kV Existing / Rencana GI Tanjung 47 km - 2013 KALIMANTAN SULAWESI
/ T/L 500 kV Existing / Rencana Edit November 2012 (Kalsel)
SELATAN SELATAN
04/02/2013 14:19:57
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 414 04/02/2013 14:19:57
Lampiran B1.7
04/02/2013 14:19:57
Aliran Daya Sistem Kalseltengtim Tahun 2017
04/02/2013 14:19:58
418
Aliran Daya Sistem Kalseltengtim Tahun 2019
PLTU PULPIS
04/02/2013 14:20:00
Aliran Daya Sistem Kalseltengtim Tahun 2021
04/02/2013 14:20:01
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 420 04/02/2013 14:20:03
Lampiran B1.8
04/02/2013 14:20:03
Lampiran B1.9
04/02/2013 14:20:03
Lampiran B1.10
04/02/2013 14:20:03
PENJELASAN LAMPIRAN B1
Saat ini ada dua sistem besar kelistrikan di Kalimantan yang masuk wilayah operasi Indonesia Timur, yaitu
sistem Mahakam di Kalimantan Timur dan sistem Barito di Kalimantan Selatan dan Tengah.
Sistem Barito dan sistem Mahakam direncanakan akan terinterkoneksi menjadi sistem Kalseltengtim
pada tahun 2013 dengan selesainya pembangunan transmisi 150 kV Tanjung (Kalsel) - Kuaro - Petung-
Karangjoang (Kaltim).
Produksi listrik pada sistem Kaltim meningkat rata-rata 13,7% per tahun termasuk adanya pengalihan
beban dari sistem isolated ke sistem interkoneksi, yaitu dari 2.185 GWh pada tahun 2012 menjadi 6.222
GWh pada tahun 2021, dengan faktor beban diperkirakan berkisar antara 67% sampai 68%.
Beban puncak sistem Kaltim diperkirakan akan naik dari 371 MW pada tahun 2012 menjadi 1.041 MW
pada tahun 2021 setelah interkoneksi dengan sistem Petung dan Tanah Grogot (arah Kalsel), sistem Bon-
tang, Sangatta, Maloy, sampai ke Kalimantan Utara melalui Tanjung Redep, Tanjung Selor, Tidang Pale
dan Malinau serta ke arah barat sampai ke Melak.
Produksi listrik pada sistem Kalselteng meningkat rata-rata 11,5% per tahun, yaitu dari 2.435 GWh pada
tahun 2012 naik menjadi 6.211 GWh pada tahun 2021 dengan faktor beban diperkirakan berkisar antara
67% sampai 69%. Beban puncak sistem Kalselteng naik dari 415 MW pada tahun 2012 menjadi 1.033
MW pada tahun 2021 setelah terinterkoneksi dengan sistem Sampit, Pangkalan Bun, Sukamara dan
Nangabulik serta arah Buntok, Muara Teweh, Puruk Cahu, Kuala Kurun, termasuk sistem arah Pulau Laut.
C. Sistem Kalseltengtim
Produksi listrik secara gabungan sistem Kalseltengtim diperkirakan meningkat rata-rata 12,5% per tahun
dari 4.619 GWh pada tahun 2012 menjadi 12.433 GWh pada tahun 2021. Beban puncak sistem mencapai
786 MW pada tahun 2012 dan akan meningkat menjadi 2.074 MW pada tahun 2021.
Proyeksi kebutuhan beban sistem Kalseltengtim tahun 2012-2021 diberikan pada Lampiran B1.
Sistem Kalselteng dan sistem Kaltim ini telah lama mengalami kekurangan pasokan daya dan seringkali
mengalami defisit daya. Upaya perbaikan jangka pendek telah dilakukan PLN, yaitu dengan sewa PLTD.
Penyelesaian jangka panjang yang sedang dilakukan adalah membangun dan merencanakan beberapa
proyek PLTU batubara, PLTG/MG gas dan PLTA. Namun pada kenyataannya banyak proyek pembangkit
mengalami hambatan, sehingga penyelesaian proyek tertunda dari jadwal. Akibatnya pasokan daya dari
upaya jangka pendek (sewa PLTD) menjadi tidak cukup karena kalah cepat dengan kenaikan bebannya.
Dampak selanjutnya pemeliharaan mesin pembangkit tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya
karena pembangkit harus tetap beroperasi, dan beberapa calon pelanggan potensial dengan daya cukup
427
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Penambahan pembangkit di sistem ini direncanakan cukup banyak sebagai antisipasi bila ada proyek
yang mengalami hambatan. Banyaknya rencana proyek pembangkit ini tercermin dalam neraca daya sis-
tem Kalseltengtim, dimana reserve margin tahunan berkisar antara 40% sampai 63% kecuali tahun 2013
hanya 22% terhadap daya mampu netto. Reserve margin yang paling tinggi diperkirakan terjadi pada ta-
hun 2018 apabila semua proyek selesai tepat waktu. Namun melihat pengalaman PLN selama ini, tingkat
keberhasilan proyek pembangkit khususnya di Kalimantan reatif rendah. Proyek PLTU IPP yang diren-
canakan beroperasi pada tahun 2012-2014 tertunda sekitar satu tahun, bahkan ada yang tertunda hingga
tiga tahun. PLTU PLN Asam-Asam (FTP1) diperkirakan mundur satu tahun, sedangkan PLTU Pulang Pisau
diperkirakan mundur dua tahun.
Dengan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa perencanaan reserve margin yang cukup tinggi (hingga
63%) dimaksudkan semata-mata untuk memberikan kepastian yang lebih tinggi kepada masyarakat Ka-
limantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur bahwa pasokan listrik di daerahnya akan
tersedia dalam jumlah yang cukup dan bahkan berlebih.
Proyek-Proyek Strategis
– Proyek PLTU Percepatan tahap I (FTP1) yaitu: PLTU Asam-Asam (unit 3, 4), PLTU Pulang Pisau, dan PLTU
Kaltim (Muara Jawa/Teluk Balikpapan), merupakan proyek yang sangat strategis karena akan dapat
mengatasi kekurangan pasokan daya yang terjadi saat ini dan untuk mengurangi penggunaan BBM.
– Proyek pembangkit percepatan tahap II (FTP2) yaitu: PLTG/MG Bangkanai (Peaker), PLTU Kalsel-1,
dan PLTU Kaltim-2 untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaker dan baseload serta akan menam-
bah kemampuan sistem untuk dapat melayani kebutuhan beban yang lebih besar tanpa menambah
penggunaan BBM. PLTG/MG Bangkanai pada tahun pertama akan berperan sebagai pembangkit
baseload sebelum PLTU IPP beroperasi, dan pada tahun-tahun berikutnya akan berperan sebagai
pembangkit peaker yang dilengkapi dengan CNG storage.
– Kalselteng 2 yang direncanakan akan belokasi di kompleks PLTU Asam Asam berkapasitas 2x100
MW. Lahan sudah siap untuk dibangun PLTU sehingga memberikan kepastian bahwa proyek akan
berjalan lancar. PLTU ini merupakan pengganti dari rencana sewa PLTU di Asam-Asam yang telah
dibatalkan pengadaannya.
- Pembangkit peaker gas yaitu PLTG/MG Kaltim Peaker-1 dan PLTG/MG Kalseltang Peaker dibutuh-
kan untuk memenuhi kebutuhan beban puncak pada saatnya.
Pada periode 2012-2021 direncanakan penambahan kapasitas pembangkit baru baik milik PLN maupun
IPP sebesar 2.826 MW, termasuk yang sudah dalam tahap proses pengadaan dan yang sedang konstruksi.
Porsi paling besar adalah PLTU batubara, yaitu 2.074 MW kemudian disusul PLTG/MG peaker 530 MW,
PLTA 140 MW dan PLTGU 117 MW.
428
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
- PLTU Pulang Pisau 2x60 MW mundur ke 2014 karena permasalahan teknis (kondisi tanah lunak) dan
sosial.
- PLTA Kusan 65 MW mundur ke 2019 karena aspek lingkungan hidup, juga karena sebagian kawasan
tangkapan air telah beralih fungsi menjadi kawasan pertambangan batubara.
- PLTA Kelai 75 MW diperkirakan akan mundur ke 2020 karena diperlukan studi lebih mendalam.
- Beberapa PLTU IPP juga mundur sekitar satu tahun dari jadwal semula.
Dengan berubahnya jadwal proyek-proyek tersebut, maka jadwal PLTU Kalselteng 1 (2x100 MW) dima-
jukan ke tahun 2017/2018 untuk meningkatkan kepastian pasokan. Selain itu direncanakan juga PLTU
Kaltim 4 berkapasitas 2x150 MW untuk beroperasi pada tahun 2019/2020 untuk mengisi kebutuhan
pembangkit beban dasar.
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara telah berinisiatif melakukan studi kelayakan potensi pem-
bangkit hidro di DAS Belayan. Hasil studi menunjukkan di DAS Belayan dapat dikembangkan PLTA jenis
bendungan dan akan mampu menghasilkan listrik sekitar 205 MW. Kandidat PLTA ini berada di daerah
Tabang dan dinamakan PLTA Tabang, berjarak ke Tenggarong (gardu induk eksisting) sekitar 225 km. Ren-
cana PLTA Tabang ini dapat dimasukkan kedalam neraca daya sistem kelistrikan Kalseltengtim bilamana
hasil studi telah dievaluasi oleh PLN dan layak untuk dikembangkan.
a. Peranan BBM pada tahun 2012 untuk sistem Kalseltengtim masih cukup tinggi, yaitu diperkirakan
mencapai 2.876 GWh atau 62,3% dari produksi total sistem Kalseltengtim.
Seiring dengan pengembangan proyek PLTU batubara dan PLTG baseload, maka penggunaan pem-
bangkit BBM untuk pemikul beban dasar akan dapat dikurangi. Sedangkan proyek pembangkit
peaker seperti PLTG/MG Bangkanai, PLTG Kaltim peaker serta PLTA Kusan dan PLTA Kelai, akan da-
pat menurunkan penggunaan BBM pada waktu beban puncak. Diharapkan mulai tahun 2016 sistem
ini sudah tidak lagi menggunakan BBM sebagai energi primer pembangkit.
b. Peran batubara akan meningkat dan menjadi dominan di sistem ini, yaitu akan meningkat dari 1.487
GWh (32,2% dari total produksi) pada 2012 menjadi 9.948 GWh (80% dari total produksi) pada 2021.
c. Sejalan dengan berjalannya proyek pembangkit peaker, penggunaan bakar gas alam berupa LNG
dan CNG akan meningkat menggantikan peran BBM, yaitu akan naik dari 130 GWh (2,7% dari total
produksi) pada tahun 2012 menjadi 1.454 GWh (11,7% dari total produksi) pada tahun 2021.
429
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Proyeksi neraca energi di sistem Kalseltengtim dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2021 diberikan
pada Lampiran B1.3
Kebutuhan bahan bakar HSD dan MFO di sistem Kalseltengtim cenderung terus menurun, dari 792 juta
liter pada tahun 2012 menjadi nol pada tahun 2016. Sedangkan penggunaan batu bara akan meningkat
dari 960.000 ton pada tahun 2012 menjadi 6,42 juta ton pada tahun 2021.
Volume pemakaian gas alam termasuk dalam bentuk CNG dan LNG juga akan meningkat dari 0,4 bcf pada
tahun 2012 menjadi 7 bcf pada tahun 2021.
Produksi dari tenaga air juga meningkat dari 126 GWh pada tahun 2012 menjadi 725 GWh pada tahun
2021.
Kebutuhan energi primer di sistem Kalseltengtim dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2021 diberikan
pada Lampiran B1.3.
Pengembangan gardu induk disusun berdasarkan pada capacity balance dengan memasukkan GI eksist-
ing dan GI on going project. Selanjutnya dari capacity balance tersebut dapat dilihat pembebanan masing-
masing GI. Bila beban GI telah mencapai 70% dari kapasitas nominalnya, maka perlu ada penambahan
trafo. Kemudian dievaluasi juga kebutuhan GI baru untuk perbaikan kualitas pelayanan dan de-diselisasi
serta pengembangan GI baru terkait dengan pembangkit baru. Setelah mendapatkan GI-GI baru yang
dibutuhkan, selanjutnya disusun kembali capacity balance yang baru setelah mempertimbangkan penam-
bahan GI baru tersebut.
Dengan demikian dapat disusun proyeksi kebutuhan GI dan kebutuhan trafo untuk selanjutnya diguna-
kan sebagai dasar pengembangan sistem penyaluran. Dengan kriteria keandalan dan asumsi diatas, ke-
butuhan pembangunan gardu induk baru dan pengembangan trafo GI eksisting di Kalseltengtim sampai
dengan tahun 2021 mencapai 3000 MVA dengan rincian diberikan pada Lampiran B1.5.
Rencana pengembangan sistem transmisi 150 kV dan 70 kV Kalseltengtim dimaksudkan untuk meme-
nuhi pertumbuhan kebutuhan listrik dan untuk menyambung sistem-sistem isolated ke grid (sistem in-
terkoneksi).
Pengembangan transmisi ini juga dimaksudkan untuk mendukung perkembangan daerah karena paso-
kan listrik dapat lebih terjamin. Hal ini sejalan dengan terbentuknya Provinsi Kalimantan Utara yang akan
berdampak pada peningkatan kebutuhan listrik.
– Pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek PLTU percepatan tahap I dan proyek
PLTU/PLTG/MG percepatan tahap II, proyek PLTU dan PLTG IPP, PLTG/MG peaker dan PLTA.
430
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
– Pembangunan transmisi 150 kV terkait dengan rencana pengembangan kawasan industri yang
telah dicanangkan didalam MP3EI di Kaltim, yaitu dari Sangatta ke kawasan industri Maloi.
– Pengembangan transmisi 70 kV terkait dengan rencana interkoneksi antara sistem Kalselteng dara-
tan dengan sistem Kotabaru di Pulau Laut, saat ini dalam tahap kejian kelayakan.
– Proyek transmisi 150 kV yang diharapkan dapat segera beroperasi karena sangat dibutuhkan oleh
sistem adalah ruas Tanjung - Kuaro - Karangjoang (2013) untuk menghubungkan sistem Kalselteng
dan Kaltim, serta ruas PLTGU Bangkanai Muara Teweh-Buntok-Tanjung (2014) untuk menyalurkan
daya PLTG/MG Bangkanai ke sistem Kalseltengtim.
Kebutuhan pembangunan transmisi 150 kV dan 70 kV baru serta uprating untuk periode 2012-2021 ada-
lah 6.560 kms sebagaimana diberikan pada Lampiran B1.5.
Cukup jelas.
Interkoneksi antara sistem Kalselteng dengan sistem Kaltim menjadi sistem Kalseltengtim diperkirakan
akan dapat terealisasi pada tahun 2013, sehingga analisa aliran daya dilakukan pada sistem Kalseltengtim.
Simulasi aliran daya dilakukan dengan memperhatikan kesiapan seluruh pembangkit dan beban yang ada
pada neraca daya serta diselaraskan dengan rencana pengembangan transmisinya.
Simulasi dan analisa aliran daya hanya dilakukan untuk tahun-tahun tertentu yang dianggap penting ya-
itu tahun 2015, 2017, 2019 dan 2021.
1. Tahun 2015
Aliran daya paling besar menuju ke pusat beban yaitu ke Banjarmasin sekitar 270 MW, Balikpapan 198
MW, Samarinda 264 MW dan Palangkaraya 44 MW, dengan sumber utama pasokan berasal dari PLTU
Asam-Asam, PLTG/MG Bangkanai, PLTU Pulang Pisau, PLTU Muara Jawa/Kariangau, PLTU CFK, dan PLTG
Senipah serta pembangkit eksisting non BBM. Sedangkan pembangkit yang masih menggunakan BBM
sudah tidak dioperasikan lagi.
Pada tahun 2015 pasokan daya dari pembangkit di subsistem Kalselteng sudah tersedia dalam jumlah
yang berlebih sehingga mampu mengirimkan daya sebesar 89 MW ke subsistem Kaltim.
Tegangan sistem 150 kV masih berada dalam batas-batas yang diijinkan, tegangan tertinggi terjadi pada
GI Kuala Kurun (156,0 kV) dan terendah terjadi di GI Industri (147,5 kV), sedangkan pada sistem 70 kV
tertinggi terjadi di GI Cempaka (69,5 kV) dan terendah di GI Ulin (67,9 kV). Pada periode 2011-2015 ter-
dapat penambahan ruas transmisi yang cukup panjang meliputi:
431
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
- Kaltim : transmisi 150 kV ruas Tanjung - Kuaro - Petung - Kariangau Karangjoang, ruas Sambutan -
Sambera - Bontang, ruas New Industri Senipah - Bukuan, ruas Bukit Biru - Kota Bangun.
- Tambahan ruas transmisi lainnya terkait dengan kebutuhan untuk evakuasi daya dari proyek pem-
bangkit ke sistem terdekat.
Beban puncak sistem pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 1.243 MW dengan produksi listrik 1.272 MW
dengan susut jaringan 29 MW (2,2%).
2. Tahun 2017
Aliran daya paling besar tetap menuju ke pusat beban yaitu Banjarmasin (306 MW), Balikpapan (262
MW), Samarinda (320 MW) dan Palangkaraya (53,2 MW), dengan sumber utama pasokan sama seperti
kondisi 2015 namun ada tambahan PLTU Asam-Asam 5, 6, PLTG/MG Bangkanai unit 4, PLTU IPP Kalsel-1,
IPP Kaltim-2, Kalselteng 1, Kalselteng 2 dan Kalselteng 3 masing-masing satu unit. Transfer daya antar
subsistem makin besar dibanding sebelumnya, yaitu dari subsistem Kalselteng ke subsistem Kaltim men-
capai 125 MW.
Tegangan sistem 150 kV masih berada dalam batas-batas yang diijinkan, dengan tegangan tertinggi ter-
jadi pada GI Satui, Nangabulik, Sukamar (154,2 kV) dan terendah terjadi di GI New Balikpapan (147,4 kV),
sedangkan pada sistem 70 kV tertinggi terjadi di GI Cempaka (68,9 kV) dan terendah di GI Ulin (67,6 kV).
Pada periode 2016 - 2017 terdapat penambahan ruas transmisi yang cukup panjang, meliputi:
- Kalselteng : transmisi 150 kV dari proyek PLTU ke GI eksisting terdekat, menjangkau daerah isolated
dan uprating penghantar.
- Kaltim: transmisi 150 kV ruas Bontang-Sangatta - Maloy - Tanjung Redep - Tanjung Selor sampai Ma-
linau, transmisi 150 kV dari proyek PLTU batubara ke GI eksisting terdekat.
Beban puncak sistem pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 1.584 MW dengan produksi listrik 1.613 MW
dengan susut jaringan 29 MW (1,8%).
3. Tahun 2019
Sama seperti tahun 2017 bahwa aliran daya paling besar tetap menuju ke pusat beban yaitu Banjarmasin
(363 MW), Balikpapan (310 MW), Samarinda (379 MW) dan Palangkaraya (63 MW), dengan sumber utama
pasokan sama seperti kondisi 2017 namun ada tambahan PLTU Kalselteng 1, Kalselteng 2 dan Kaltim 3
masing-masing 1 unit, PLTG/MG Kalselteng peaker serta PLTA Kusan.
Transfer daya antar subsistem turun dibanding sebelumnya tetapi masih mengalir dari subsistem
Kalselteng ke subsistem Kaltim sebesar 68 MW.
Tegangan sistem 150 kV masih berada dalam batas-batas yang diijinkan, tertinggi terjadi pada GI Kuala
Kurun (155,1 kV) dan terendah terjadi di GI Industri (146,6 kV), sedangkan pada sistem 70 kV tertinggi
terjadi di GI Cempaka (68,9 kV) dan terendah di GI Ulin (67,6 kV).
432
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Beban puncak sistem pada tahun 2019 diperkirakan sebesar 1.902 MW dengan produksi listrik 1.926 MW
dengan susut jaringan 24 MW (1,2%).
4. Tahun 2021
Mirip seperti tahun 2019 bahwa aliran daya ke pusat beban yaitu Kota Banjarmasin (425 MW), Balikpapan
(364 MW), Samarinda (445 MW) dan Palangkaraya (74 MW), dengan sumber utama pasokan sama seperti
kondisi 2017 namun ada tambahan PLTA Kelai dan PLTU Kaltim 4.
Transfer daya antar subsistem berbalik arah dibanding sebelumnya mengalir dari subsistem Kaltim ke
subsistem Kalselteng sebesar 16 MW.
Tegangan sistem 150 kV masih berada dalam batas-batas yang diijinkan, tertinggi terjadi pada GI Kuala
Kurun (154,1 kV) dan terendah terjadi di GI Industri (146,9 kV), sedangkan pada sistem 70 kV tertinggi
terjadi di GI Cempaka (69 kV) dan terendah di GI Ulin (67,5 kV).
Pada periode 2019-2021 terdapat penambahan ruas transmisi dari PLTA Kelai ke Tanjung Redep.
Beban puncak sistem pada tahun 2021 diperkirakan sebesar 2.200 MW dengan produksi listrik 2.227 MW
dengan susut jaringan 27 MW (1,2%).
Kebutuhan pengembangan sistem distribusi diperlukan untuk meningkatkan keandalan (SAIDI dan SAIFI)
dan mutu tegangan pelayanan, meningkatkan penjualan tenaga listrik dengan menambah pelanggan
baru, merehabilitasi jaringan yang tua dan tidak layak dioperasikan dan menurunkan susut teknis jaringan.
Proyeksi kebutuhan fisik distribusi dan kebutuhan dana investasi untuk pengembangan jaringan distri-
busi diberikan pada Lampiran B1. 8.
Dari tabel perkiraan kebutuhan distribusi regional Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kaliman-
tan Timur tahun 2012-2021 dapat dijelaskan sebagai berikut:
– Pada tahun 2013 terjadi peningkatan signifikan jumlah pelanggan yang akan disambung sehubung-
an upaya mengejar rasio elektrifikasi pada Provinsi Kalteng dan harapan telah terjadi peningkatan
kemampuan pasokan sistem Kalselteng.
– Rencana JTM, JTR dan gardu distribusi yang akan dibangun, tidak selamanya mengalami peningkatan
volume/kapasitas yang sama atau lebih tinggi, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di
lapangan.
– Selama kurun waktu tahun 2012-2021 direncanakan membangun JTM 58.697 kms, JTR 49.708 kms,
gardu distribusi dengan kapasitas 2.129 MVA untuk menunjang penyambungan sejumlah 1,6 juta
pelanggan.
– Perkiraan biaya total untuk pengembangan sistem distribusi tersebut membutuhkan sekitar US$
2.088 juta dengan rincian JTM US$ 1.149 juta, JTR US$ 588 juta, gardu distribusi US$ 231 juta, dan
sambungan pelanggan US$ 121 juta. Kebutuhan anggaran per tahun diperkirakan sebesar US$ 209
juta.
433
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan listrik perdesaan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan dan kesiapan pasokan lis-
trik kepada masyarakat perdesaan yang disesuaikan dengan tingkat kemudahan perluasan jaringan yang
akan tersambung ke jaringan eksiting terdekat serta ketersediaan dana investasi yang disiapkan oleh
Pemerintah.
Untuk menunjang program pengembangan listrik perdesaan di Pulau Kalseltengtim, direncanakan mem-
bangun JTM 3.246 kms, JTR 2.090 kms, gardu distribusi dengan kapasitas 104 MVA, dengan prakiraan
biaya investasi sebesar Rp 2,2 triliun dengan rincian JTM Rp 1,4 triliun, JTR Rp 479 milyar, gardu distribusi
Rp 235 milyar.
Kegiatan tersebut untuk mendukung penyambungan 60.000 calon pelanggan baru sehingga diharapkan
dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari 70.8% tahun 2011, menjadi 86,1% di tahun 2014 dan 97,4% di
tahun 2021 untuk regional Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Proyeksi kebutuhan jaringan distribusi dan dana investasi untuk listrik pedesaan diberikan pada Lam-
piran B1.9
Proyeksi kebutuhan Investasi pembangkit, transmisi dan gardu induk sistem Kalseltengtim diberikan
pada Lampiran B1.11, namun belum termasuk kebutuhan investasi gardu induk pembangkit.
434
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Energy Sales (GWh) 6.312,5 7.146,3 8.098,5 8.980,3 10.119,8 12.631,2 13.641,3 14.755,3 15.966,8 17.297,3
Power Contracted (MVA) 3.564,4 3.829,1 4.084,5 4.352,2 4.634,6 4.938,2 5.256,0 5.591,9 5.955,9 6.127,4
-- Residential 2.149,3 2.310,8 2.467,1 2.629,8 2.801,3 2.985,5 3.178,4 3.382,3 3.603,1 3.712,5
-- Commercial 709,5 760,6 810,1 862,3 917,2 976,1 1.037,6 1.102,4 1.172,8 1.203,0
-- Public 383,2 412,2 439,4 468,3 499,1 532,4 567,5 604,9 645,4 666,8
-- Industrial 322,3 345,5 367,8 391,8 417,1 444,3 472,5 502,3 534,6 545,1
209.643 254.911 242.480 254.111 238.527 141.724 143.008 149.332 137.316 141.484
Number of Customer 2.893.715 3.148.626 3.391.106 3.645.217 3.883.744 4.025.468 4.168.476 4.317.809 4.455.125 4.596.609
-- Residential 2.705.161 2.943.573 3.169.554 3.406.666 3.627.693 3.751.918 3.877.426 4.009.258 4.129.075 4.253.934
-- Commercial 117.449 127.798 138.147 148.820 159.751 170.682 181.613 192.543 203.474 214.752
-- Public 69.082 75.053 81.023 87.165 93.543 99.920 106.298 112.676 119.053 124.198
-- Industrial 2.022 2.201 2.380 2.565 2.756 2.948 3.140 3.331 3.523 3.725
Total Production (GWh) 7.203,6 8.224,9 9.223,3 10.239,2 11.603,4 14.420,8 15.537,6 16.778,4 18.133,9 19.601,3
Energy Requirement (GWh) 7.048,8 7.963,4 8.940,5 9.890,7 11.133,1 13.890,7 14.983,5 16.187,8 17.496,5 18.932,4
Station Use (%) 2,1 3,2 3,1 3,4 4,1 3,7 3,6 3,5 3,5 3,4
T & D Losses (%) +) 10,4 10,3 9,4 9,2 9,1 9,1 9,0 8,8 8,7 8,6
PS GI&Dis (%) 1)
Load Factor (%) 61,9 61,4 62,6 64,0 64,6 65,6 65,6 65,6 65,6 65,7
Peak Load (MW) 1.328 1.529 1.683 1.825 2.050 2.508 2.704 2.920 3.155 3.405
04/02/2013 14:20:04
LO-RUPTL Lamp A2-B2.1.indd 439
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Sistem Interkoneksi
Sulbagut
No Sistem 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Sistem Sulut
Produksi (GWh) 1.224 1.353 1.458 1.646 1.848 2.016 2.200 2.402 2.631 2.882
Load Factor (%) 62,1 62,6 62,2 62,8 63,5 64,1 64,7 65,3 65,8 66,3
B. Puncak (MW) 225 247 267 299 333 359 388 420 456 496
2 Sistem Gorontalo
Produksi (GWh) 298 325 341 378 418 450 483 520 562 607
Load Factor (%) 57,6 57,9 56,6 56,8 56,9 57,0 57,2 57,3 57,5 57,8
B Puncak (MW) 59 64 69 76 84 90 97 104 111 120
3 Sistem Sulbagut
Produksi (GWh) 1.521 1.677 1.896 2.135 2.392 2.603 2.835 3.089 3.375 3.686
Load Factor (%) 61,1 61,6 59,5 60,0 60,5 61,0 61,4 61,9 62,4 62,8
B. Puncak (MW) 284 311 364 406 452 488 527 570 618 670
04/02/2013 14:20:04
440
No Sistem 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 14:20:04
LAMPIRAN B.2.2
NERACA DAYA
SISTEM INTERKONEKSI SULAWESI BAGIAN UTARA
(SULBAGUT)
DAN
SISTEM INTERKONEKSI SULAWESI BAGIAN SELATAN
(SULBAGSEL)
1,200
Reserve Margin
PLTA/M
PLTG/MG
PLTP PLN
1 000
1,000 PLTU SEWA
Tambahan PLTU
PLTP IPP
600
PLTP PLN
Tambahan PLTU
400
PLTU PLN
200 Kapasitas IPP dan Sewa
PLTU IPP
Kapasitas Terpasang PLN
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:36:49
Neraca Daya Sistem Sulbagut
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:36:49
444
Grafik Neraca Daya Sistem Sulbagsel
PLTA/PLTM
PLTA IPP
4,000
PLTG/MG PLN
PLTG IPP
Tambahan PLTU
PLTU PLN
1,500
PLTU IPP
PLTG IPP PLTGU IPP
1,000
Tambahan PLTU
Kapasitas IPP dan Sewa
500
04/02/2013 10:36:50
Neraca Daya Sistem Sulbagsel
Kebutuhan dan Pasokan Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:36:50
446
04/02/2013 10:36:50
LAMPIRAN B.2.3
NERACA ENERGI
SISTEM INTERKONEKSI SUBALGUT
DAN
SISTEM INTERKONEKSI SULBGASEL
04/02/2013 10:36:50
lampiran rama 29 1 13.indd 449
Proyeksi Neraca Energi Gabungan Sistem Interkoneksi Sulbagut dan Sulbagsel GWh
Jenis 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Batubara 1.075 2.246 3.289 4.428 5.818 7.730 7.634 7.419 6.802 7.201
Gas 1.442 1.884 2.345 2.345 2.345 2.208 2.208 2.208 2.208 2.208
LNG - - - 276 291 298 327 393 444 444
HSD 1.108 582 413 364 0 - - - - -
MFO 951 455 581 249 - - - - - -
Geot. 429 578 624 621 780 841 1.244 1.299 1.974 1.991
Hydro 1.442 1.473 1.521 1.532 2.001 2.852 3.593 4.886 6.067 6.898
Jumlah 6.446 7.217 8.773 9.815 11.235 13.929 15.005 16.204 17.494 18.741
04/02/2013 10:36:50
450
Proyeksi Kebutuhan Energi Primer Gabungan Sistem Sulbagut dan Sistem Sulbagsel
Jenis Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Batubara 10^3 ton 694 1.450 2.122 2.857 3.755 4.988 4.926 4.787 4.389 4.647
Gas bcf 5 6 8 8 8 7 7 7 7 7
LNG bcf - - - 2 2 2 3 3 3 3
HSD 10^3 kl 299 157 112 98 0 - - - - -
MFO 10^3 kl 268 128 164 70 - - - - - -
Geot. GWh 429 578 624 621 780 841 1.244 1.299 1.974 1.991
Hydro GWh 1.442 1.473 1.521 1.532 2.001 2.852 3.593 4.886 6.067 6.898
04/02/2013 10:36:50
LAMPIRAN B.2.4
4 GI Tonsealama 70/20 1 10 10
- Beban Puncak
10 - 7,2 7,6 8,0 8,5 20,0 9,1 9,6 10,2 10,9 11,6 12,3
( MW )
76% 80% 85% 30% 32% 34% 36% 38% 41% 43%
5 GI Teling 70/20 1 10 10 Mengantisipasi COD GIS Teling terlambat up grade trafo dari 10 MVA menjadi 20 MVA
1 20 20
1 20 20
- Beban Puncak
50 - 41,8 10,0 22,2 22,9 23,5 24,4 25,2 26,1 27,0 28,5 30,0
( MW )
73% 39% 40% 41% 43% 44% 46% 47% 50% 53%
GI Teling 150
6 150/20 1 0 0 Beban dr GI Teling 70 kV
kV (GIS)
- Beban Puncak
0 19,0 30,0 21,7 24,7 30,0 27,9 31,7 35,8 40,3 45,3 30,0 50,3 55,9
( MW )
67% 76% 43% 49% 56% 63% 71% 53% 59% 65%
7 GI Tomohon 70/20 2 10 20
- Beban Puncak
20 - 13,6 14,7 15,9 17,2 30,0 18,8 20,4 22,2 24,1 26,2 28,5
( MW )
72% 78% 84% 36% 39% 43% 47% 51% 55% 60%
8 GI Kawangkoan 150/20 1 20 20
- Beban Puncak
20 - 15,2 16,4 17,6 30,0 18,9 20,4 22,0 23,7 25,6 27,6 29,8
( MW )
04/02/2013 10:36:51
lampiran rama 29 1 13.indd 453
Capacity Balance Sistem Sulbagut Lanjutan
Kapasitas Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Jum-
Unit Total Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. GARDU INDUK Teg. (kV) lah
Size Kap Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
Unit
(MVA) (MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
80% 86% 37% 40% 43% 46% 50% 54% 58% 63%
9 GI Lopana 150/20 1 20 20
- Beban Pun-
20 - 15,5 17,1 18,8 20,7 22,9 25,4 28,1 30,0 31,1 32,3 38,0
cak ( MW )
41% 45% 50% 55% 60% 67% 42% 47% 49% 57%
10 GI Tasik Ria 70/20 1 20 20
- Beban Pun-
20 - 8,5 13,5 14,9 16,4 30,0 18,0 19,8 21,8 24,0 28,5 29,0
cak ( MW )
45% 71% 78% 34% 38% 42% 46% 50% 60% 61%
11 GI Otam 150/20 1 20 20
- Beban Pun-
20 - 11,6 12,7 23,8 30,0 26,2 28,9 31,7 34,9 38,4 30,0 42,2 41,5
cak ( MW )
61% 67% 50% 55% 61% 67% 74% 51% 56% 55%
- Beban Pem-
bangkit Kota 10,0 10,0 5,00
(MW)
12 GI Likupang 70/20 1 20 20
- Beban Pun-
20 5,8 6,4 7,0 7,7 8,5 9,3 10,2 11,3 12,4 13,6 20,0
cak ( MW )
30% 33% 37% 40% 45% 49% 54% 59% 65% 36%
13 GI Kema 150/20 1 0 0
- Beban Pun-
0 17,3 30,0 19,5 21,9 24,5 30,0 27,5 30,8 34,4 38,5 42,9 30,0 47,9
cak ( MW )
61% 68% 77% 43% 48% 54% 60% 67% 50% 56%
14 GI Lolak 150/20 1 0 0
- Beban Pun-
0 5,7 6,3 6,9 7,6 8,4 9,2 10,1 11,1 12,2 13,5
cak ( MW )
30% 33% 36% 40% 44% 48% 53% 59% 64% 71%
15 GI Kit Bintauna 150/20 1 0 0
- Beban Pun-
0 3,0 10,0 3,2 3,4 3,6 3,8 4,0 4,3 4,5 4,8 5,1
cak ( MW )
32% 33% 35% 38% 40% 42% 45% 47% 50% 53%
04/02/2013 10:36:51
454
04/02/2013 10:36:51
lampiran rama 29 1 13.indd 455
Capacity Balance Sistem Sulbagut
Kapasitas Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Jum-
Teg. Unit Total Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. GARDU INDUK lah Peak Add Peak Add
Sistem Size Kap. Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
Unit Load Trafo Load Trafo
(MVA) (MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 GI Botupingge 150/20 1 0 0
- Beban Puncak
30 30 34,2 30,0 37,6 41,4 30,0 45,5 50,1 55,1 60,6 66,6 30,0 73,3 79,9
( MW )
40% 44% 37% 41% 45% 50% 55% 48% 53% 58%
GI PLTU (Ang-
2 150/20 1 0 0
grek)
- Beban Puncak
20 20 10,3 20,0 11,2 12,3 13,5 14,9 30,0 16,3 17,9 19,7 21,4
( MW )
28% 31% 33% 37% 23% 25% 28% 31% 33%
3 GI Isimu 150/20 1 0 0
- Beban Puncak
30 30 12,4 27,6 30,0 30,4 33,4 36,7 40,4 44,5 48,9 30,0 53,8 58,6
( MW )
23% 33% 37% 40% 44% 49% 54% 44% 49% 53%
4 GI Marisa 150/20 1 0 0
- Beban Puncak
30 30 4,8 5,2 5,8 6,3 7,0 7,7 8,5 9,3 10,2 11,1
( MW )
9% 10% 10% 11% 13% 14% 15% 17% 19% 20%
5 GI Buroko 150/20 1 0 0
- Beban Puncak
20 20 2,6 2,8 3,1 3,4 3,8 4,2 4,6 5,1 5,6 6,2
( MW )
7% 8% 8% 9% 10% 11% 13% 14% 15% 17%
TOTAL BEBAN
KONSUMEN
BESAR
TOTAL BEBAN
54 84 92 101 111 122 134 148 163 177
GARDU INDUK
TOTAL BEBAN
PUNCAK 55 59 64 68 74 80 86 93 100 162
SISTEM
DIVERSITY
0,98 1,41 1,45 1,48 1,51 1,53 1,56 1,59 1,62 1,09
FACTOR
PENAMBA-
HAN TRANS- 30,0 50,0 30,0 0,0 0,0 30,0 0,0 60,0 0,0 0,0
FORMATOR
04/02/2013 10:36:51
456
Capacity Balance Sistem Sulbagut
Kapasitas Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Jum-
04/02/2013 10:36:52
lampiran rama 29 1 13.indd 457
Capacity Balance Sistem Sulbagut
Lanjutan
Kapasitas Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Jum-
Teg. Unit Total Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. GARDU INDUK lah
Sistem Size Kap. Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
Unit
(MVA) (MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
27% 30% 33% 36% 40% 44% 48% 51%
10 GI Toli-Toli 150/20 1 0 0
- Beban Pun-
30 0 10,8 30,0 11,9 13,1 14,4 15,8 17,4 19,1 20,2
cak ( MW )
39% 43% 47% 52% 57% 63% 69% 73%
11 GI Moutong 150/20 1 0 0
- Beban Pun-
30 0 7,6 30,0 8,4 9,2 10,1 11,1 12,2 13,5 14,4
cak ( MW )
28% 30% 33% 37% 40% 44% 49% 52%
12 GI Siboa 150/20 1 0 0
- Beban Pun-
30 0 5,0 30,0 5,5 6,1 6,7 7,3 8,1 8,9 9,6
cak ( MW )
18% 20% 22% 24% 27% 29% 32% 35%
13 GI Luwuk 150/20 1 0 0
- Beban Pun-
20 0 15,0 30,0 16,5 18,2 20,0 22,0 24,2 30,0 26,6 28,4
cak ( MW )
54% 60% 66% 72% 80% 44% 48% 51%
14 GI Moilong 150/20 1 0 0
- Beban Pun-
30 0 5,0 20,0 5,5 6,1 6,7 7,3 8,1 8,9 9,3
cak ( MW )
27% 30% 33% 36% 40% 44% 48% 51%
TOTAL BEBAN
KONSUMEN
BESAR
TOTAL BEBAN
70 107 185 204 224 252 277 310 341 371
GARDU INDUK
TOTAL BEBAN
PUNCAK 141 156 172 190 210 232 257 283 309 334
SISTEM
DIVERSITY
0,5 0,7 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
FACTOR
PENAMBAHAN
TRANSFOR- 0 70 30 280 0 30 20 90 80 0 0
MATOR
04/02/2013 10:36:52
458
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:36:52
lampiran rama 29 1 13.indd 459
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
Lanjutan
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION Teg (kV)
No Size Kap Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
7 Tello
1992 30/20 1 20 - -
2020 - beban GI Tello seba-
2004 150/20 1 30 30 (APLN 2013) gian diambil GI
Panakukang Baru/Antang
30 49,0 54,0 58,9 60 64,4 69,8 75,5 81,3 87,4 86,3 92,5 60,0
96% 71% 46% 51% 55% 59% 64% 69% 68% 52%
s.d 2010 - 20 kV disuplai
PLTD Sewatama Tello
2013 - beban GI Tallo Lama sebagian diambil
8 Tallo Lama
GI KIMA
1995 150/20 2 30 60 (APLN 2013) (APLN 2016)
60 51,9 60,0 53,2 58,2 60 63,8 69,3 75,1 81,0 87,2 93,8 100,7
51% 52% 38% 42% 45% 49% 53% 57% 61% 66%
9 Bontoala
70/20 2 20 40
1995 70/20 1 30 30
70 61 67 75 83 91 100 109 118 129 140
GIS Bontoala-
II
2010 150/20 1 60 (APLN 2017)
- 60,5 60,0 67,5 74,6 82,8 90,8 99,5 108,6 118,2 60,0 128,6 139,6
10 Panakukang 40% 44% 49% 54% 59% 65% 71% 58% 63% 68%
70/20 2 20
04/02/2013 10:36:52
460
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION Teg (kV)
No Size Kap Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans
04/02/2013 10:36:53
lampiran rama 29 1 13.indd 461
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
Lanjutan
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION Teg (kV)
No Size Kap Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
KIMA MAKAS-
16 (APLN 2020)
SAR
2015 150/20 1 83,3 60
9,2 60,0 10,4 11,7 11,7 13,2 14,9 163%
18% 20% 23% 23% 26% 29%
17 LANNA
2014 150/20 1 (2014)
8,7 30 9,5 10,3 11,0 11,8 12,7 13,5 10,8
34% 37% 40% 43% 46% 50% 53% 42%
Pare - Pare
Branch
1 Pare-pare
150/20 1 16 16
16 15,37 16,96 18,57 20,39 22,15 24,03 25,96 30 27,98 30,14 32,39
39% 43% 47% 52% 57% 61% 40% 43% 47% 50%
2 Barru
150/20 2 5 10
10 7,75 30 8,48 9,21 10,03 10,81 11,63 12,46 13,32 14,23 15,16
23% 25% 27% 29% 32% 34% 37% 39% 42% 45%
Pinrang Branch
1 Bakaru
150/20 1 20 20
20 6,64 7,33 2,41 2,65 2,88 3,12 3,37 3,63 3,91 14,02
39% 43% 14% 16% 17% 18% 20% 21% 23% 82%
04/02/2013 10:36:53
462
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:36:53
lampiran rama 29 1 13.indd 463
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
Lanjutan
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION Teg (kV)
No Size Kap Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
2000 150/20 1 20 20 (APBN 2012) (APBN 2018)
40 27,21 30 30,13 33,08 36,44 39,72 43,22 30 46,84 35,45 38,31 41,30
46% 51% 56% 61% 67% 51% 55% 42% 45% 49%
3. Sidrap
1995 150/20 1 20 20
20 20,27 22,41 20,88 22,96 30 24,98 27,14 29,35 31,68 34,18 37,52
48% 53% 49% 34% 37% 40% 43% 47% 50% 55%
4 Kajuara (APBN 2018) 2x 30
2019 150/20 2 30 - 23,86 60 25,73 27,69
47% 50% 54%
5 Sengkang
1999 150/20 1 16 -
2002 150/20 1 30 -
2008-dari
1 20 20 (APBN 2020)
sopeng
20 16,08 17,62 19,13 20,85 22,48 24,20 25,94 27,74 29,65 31,62
38% 41% 45% 49% 53% 57% 61% 65% 70% 47%
6 Siwa
2011 150/20 1 30 - (APBN 2018)
- 11,77 12,96 14,15 15,50 16,81 18,19 19,60 21,07 30 22,64 24,28
46% 51% 56% 61% 66% 71% 77% 41% 44% 48%
Bulukumba
Branch
1. Bulukumba
(APBN
2006 150/20 1 20 20
2020)
45% 50% 54% 47% 51% 55% 59% 63% 68% 75% -20
2021 - relok
20 MVA - ke
Polmas
04/02/2013 10:36:53
464
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:36:54
lampiran rama 29 1 13.indd 465
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
Lanjutan
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION Teg (kV)
No Size Kap Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
4 Wotu
2013 150/20 1 30 APBN 2012 (APBN 2020)
- 9,25 30 10,16 11,20 12,21 13,29 14,41 15,58 16,84 0 18,17
36% 40% 44% 48% 52% 56% 61% 66% 36%
5 Malili
(2019 - 20 MVA - relok dr
2013 150/20 1 30 - (APBN 2012)
Bone
- 10,80 30 11,86 13,07 14,25 15,51 16,81 18,18 20 19,65 21,19
42% 47% 51% 56% 61% 66% 43% 46% 50%
6 Masamba
150/20 1 30
1 30 - 5,86 30 6,44 7,09 7,79 8,57 9,43
23% 25% 28% 31% 34% 37%
Kendari Branch
2012 - 30 MVA -
1. Kolaka
150/20
2012 150/20 1 30 30 (APBN 2013)
30 17,36 18,62 30 20,06 21,69 23,52 25,55 27,81 30,30 33,05
68% 37% 39% 43% 46% 50% 55% 59% 65%
04/02/2013 10:36:54
466
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:36:54
lampiran rama 29 1 13.indd 467
Capacity Balance Sistem Sulbagsel
Lanjutan
CAPACITY 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION Teg (kV)
No Size Kap Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans Load Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
19% 21% 23% 25% 28%
9. Kasipute
150/20 1 20
1 20 - 4,0 20,0 4,4 4,9 5,4 5,9
24% 26% 29% 32% 35%
Big Consumer
1. Tonasa III & IV
150/20 3 32 95 39,0 39,0 39,0 39,0 39,0 39,0 39,0 39,0 39,0 39,0
2 Barawaja 10
150/30
1 20 20 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3
20
3 Semen Bosowa
150/20 2 45 90 32,0 32,0 32,0 32,0 32,0 32,0 32,0 32,0 32,0 32,0
TOTAL PEAK KON-
(MW) 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76
SUMEN BESAR
TOTAL PEAK
(MW) 454 240 504 30 549 300 614 120 672 120 734 - 788 50 855 180 928 180 1,005 60
LOAD 1
TOTAL PEAK
(MW) 244 120 289 90 309 90 326 30 354 30 383 60 412 - 444 140 477 20 513 120
LOAD 2
TOTAL PEAK
(MW) - - 130 30 140 30 151 - 164 60 178 - 193 - 210 20 229 - 250 -
LOAD 3
TOTAL SYSTEM
(MW) 774 360 1.000 150 1.074 420 1.168 150 1.265 210 1.370 60 1.470 50 1.585 340 1.710 200 1.845 180
PEAK LOAD
SCENARIO NOR-
(MW) 761 1.040 1.174 1.280 1.452 1.809 1.944 2.095 2.260 2.439
MAL
ANNUAL DIVER-
1,02 0,96 0,91 0,91 0,87 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76
SITY FACTOR
04/02/2013 10:36:54
lampiran rama 29 1 13.indd 468 04/02/2013 10:36:54
LAMPIRAN B.2.5
MVA
Tegangan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Jumlah
500/275 kV - - - - - - - - - - -
275/150 kV 270 90 1.000 1.360
150/70 kV 60 120 180
150/20 kV 430 350 1.000 390 300 290 180 550 200 180 3.870
70/20 kV 50 80 20 20 20 190
Jumlah 760 560 1.050 470 300 1.290 200 570 200 200 5.600
04/02/2013 10:36:55
lampiran rama 29 1 13.indd 471
Pengembangan Transmisi Sulawesi
Juta Sumber
No Provinsi Dari Ke Tegangan Conductor kms COD
US$ Pendanaan
1 Gorontalo PLTU Gorontalo Energi (IPP) Botupingge 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 16 1,42 2013 IPP
2
2 Gorontalo PLTU TLG (Molotabu) (IPP) Botupingge 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 30 2,67 2013 IPP
3 Gorontalo PLTU Gorontalo (Perpres) Incomer double pi Buroko-Isimu 150 kV 4cct, ACSR 1 x 240 mm2 14 1,25 2014 APLN
2
4 Gorontalo Marisa Moutong 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 180 16,02 2015 APBN
5 Gorontalo New PLTG (Marisa) Marisa 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 20 1,78 2017 Unall
2
6 Sulteng Palu Baru Silae 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 50 4,45 2012 APBN
7 Sulteng Palu Baru Talise 70 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 30 2,67 2012 APBN
8 Sulteng Tentena Wotu 275 kV 2cct, Zebra, 430 mm 272 61,22 2012 IPP
9 Sulteng PLTA Poso (Tentena) Poso 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 80 7,12 2013 APBN
2
10 Sulteng Poso Palu Baru 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 238 21,18 2013 APBN/APLN
2
11 Sulteng PLTU Tawaeli Ekspansi TIP 24 (Talise-Parigi) 70 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 14 0,87 2014 APLN
12 Sulteng Toli-toli Leok 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 216 19,22 2015 APBN
2
13 Sulteng Toli-toli Siboa 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 260 23,14 2015 APBN
14 Sulteng Moutong Incomer Single pi (Tolitoli-Siboa) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 220 19,58 2015 APBN
2
15 Sulteng PLTU Palu 2 Incomer 2 pi (Silae-Pasangkayu) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 8 0,71 2015 APLN
16 Sulteng PLTMG Luwuk Luwuk 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 180 16,02 2016 APLN
2
17 Sulteng Poso Ampana 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 248 22,07 2017 Unall
18 Sulteng PLTU Palu 3 Incomer double pi (Silae-Pasangkayu) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 8 0,71 2017 Unall
2
19 Sulteng PLTP Bora (FTP2) Incomer double pi (Palu Baru-Poso) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 30 2,67 2018 Unall
2
20 Sulteng Bunta Luwuk 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 190 16,91 2019 Unall
21 Sulteng Kolonedale Incomer single pi Poso-Ampana 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 164 14,60 2019 Unall
2
22 Sulteng PLTP Borapulu (FTP2) Incomer double pi (Palu Baru-Poso) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 40 3,56 2019 Unall
23 Sulteng Kolonedale Bungku 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 180 5,34 2020 Unall
2
24 Sulteng Ampana Bunta 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 170 15,13 2020 Unall
25 Sulut PLTU Sulut 2 (FTP1) Lopana 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 36 4,41 2012 APLN
2
26 Sulut Lopana Teling (GIS) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 96 8,54 2012 APBN
27 Sulut Teling (GIS) Ranomut Baru (Paniki) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 16 1,42 2013 APBN
04/02/2013 10:36:55
472
Pengembangan Transmisi Sulawesi
Lanjutan
Juta Sumber
No Provinsi Dari Ke Tegangan Conductor kms COD
US$ Pendanaan
28 Sulut Ranomut Baru (Paniki) Tanjung Merah (Kema) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 60 5,34 2013 APBN
04/02/2013 10:36:55
lampiran rama 29 1 13.indd 473
Pengembangan Transmisi Sulawesi
Lanjutan
Juta Sumber
No Provinsi Dari Ke Tegangan Conductor kms COD
US$ Pendanaan
57 Sulsel Wotu GI Masamba 150 kV 2 cct, ACSR 2 x 240 mm2 110 13,49 2016 Unall
58 Sulsel Tanjung Bunga Bontoala (sirkuit ke 2) 150 kV 1cct, Zebra, 430 mm 12 3,66 2017 Unall
59 Sulsel Enrekang Sidrap 275 kV 2cct, 2 x 429 ACSR (Zebra) 80 18,01 2018 Unall
60 Sulsel Enrekang Palopo 275 kV 2cct, 2 x 429 ACSR (Zebra) 160 36,01 2018 Unall
61 Sulsel Sidrap Daya Baru 275 kV 2cct, 2 x 429 ACSR (Zebra) 350 78,78 2018 Unall
62 Sulsel PLTA Bakaru II Enrekang 150 kV 2cct, 2 x Hawk, 240 mm 40 4,91 2019 Unall
63 Sultra Malili Lasusua 150 kV 2 cct, 2 x Hawk, 240 mm 290 35,56 2013 APBN
64 Sultra Lasusua Kolaka 150 kV 2 cct, 2 x Hawk, 240 mm 232 28,45 2013 APBN
65 Sultra Kolaka Unahaa 150 kV 2 cct, 2 x Hawk, 240 mm 150 18,39 2013 APBN
66 Sultra Unahaa Kendari 150 kV 2 cct, 2 x Hawk, 240 mm 110 13,49 2013 APBN
67 Sultra PLTU Kendari (FTP2) Inc. 2 pi (Kendari-Raha) 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 10 0,89 2015 IPP
68 Sultra PLTU Kolaka (FTP2) Kolaka 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 20 1,78 2015 IPP
69 Sultra Raha (new) Bau-Bau (New) 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 170 15,13 2016 Unall
70 Sultra Kendari (new) Raha (new) 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 220 19,58 2016 Unall
71 Sultra Kendari (new) Raha (new) - Kabel Laut 150 kV 2 cct, Kabel Laut 10 10,68 2016 Unall
72 Sultra PLTA Konawe Unahaa (New) 150 kV 2 cct, 2 x Hawk, 240 mm 80 9,81 2016 Unall
73 Sultra PLTA Watunohu 1 Lasusua (New) 150 kV 2 cct, 2 x Hawk, 240 mm 80 9,81 2017 Unall
74 Sultra GI Andolo Incomer 1-pi (Kendari-Raha) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 90 2,67 2017 Unall
2
75 Sultra GI Andolo GI Kasipute 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm 84 2,49 2017 Unall
76 Sulbar Pasangkayu Silae 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 90 11,04 2013 APBN
77 Sulbar PLTU Mamuju FTP2 Mamuju 150 kV 2cct, Hawk, 240 mm 68 2,02 2015 IPP
78 Sulbar Mamuju Baru Inc. 2 pi (PLTU Mamuju FTP2-Mamuju) 150 kV 2cct, Hawk, 240 mm 4 0,12 2017 Unall
79 Sulbar PLTA Karama Mamuju Baru 275 kV 4 cct, 2 x 429 ACSR (Zebra) 160 54,02 2017 IPP
80 Sulbar Mamuju Baru Enrekang 275 kV 3 cct, 2 x 429 ACSR (Zebra) 420 118,17 2017 Unall
81 Sulbar Pasangkayu Mamuju Baru 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 400 49,05 2017 Unall
82 Sulbar PLTA Poko Bakaru 150 kV 2cct, Hawk, 240 mm 40 1,19 2019 Unall
04/02/2013 10:36:55
474
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap Juta US$ COD Sumber
1 Gorontalo PLTU Gorontalo 150/20 kV New 20 2,38 2013 APBN
04/02/2013 10:36:55
lampiran rama 29 1 13.indd 475
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap Juta US$ COD Sumber
31 Sulteng Poso 150/20 kV New 30 2,62 2012 APLN
32 Sulteng Palu Baru 150/20 kV New 30 2,62 2012 APLN
33 Sulteng Silae 150/20 kV New 30 2,62 2013 APBN
34 Sulteng Silae 150/20 kV Extension 30 1,81 2014 APLN
35 Sulteng Palu Baru 150/20 kV Extension 30 1,81 2014 APLN
36 Sulteng Leok/Buol 150/20 kV New 20 2,38 2014 APLN
37 Sulteng Toli-Toli 150/20 kV New 30 2,62 2014 APLN
38 Sulteng Moutong 150/20 kV New 30 2,62 2014 APLN
39 Sulteng Siboa 150/20 kV New 30 2,62 2014 APLN
40 Sulteng Luwuk 150/20 kV New 30 2,62 2014 APLN
41 Sulteng Moilong 150/20 kV New 20 2,38 2014 APLN
42 Sulteng Talise 70/20 kV Extension 30 1,26 2014 APBN
43 Sulteng Parigi 70/20 kV Extension 20 1,01 2014 APLN
44 Sulteng Poso 150/20 kV Extension 30 1,81 2016 IBRD
45 Sulteng Ampana 150/20 kV New 20 2,38 2017 IBRD
46 Sulteng Palu Baru 150/20 kV Extension 30 1,81 2018 Unall
47 Sulteng Luwuk 150/20 kV Extension 30 1,81 2018 Unall
48 Sulteng Silae 150/20 kV Extension 30 1,81 2018 Unall
49 Sulteng Tentena 150/20 kV Extension 30 1,81 2018 Unall
50 Sulteng Kolonedale 150/20 kV New 20 2,38 2019 Unall
51 Sulteng Talise 150/20 kV Extension 30 1,81 2019 Unall
52 Sulteng Bungku 150/20 kV New 30 2,62 2021 Unall
53 Sulsel Tallo Lama 150/20 kV Extension 60 2,10 2012 APBN
54 Sulsel Bontoala 150/20 kV Extension 60 2,10 2012 APBN
55 Sulsel Tallasa 150/20 kV Extension 60 2,10 2012 APBN
56 Sulsel Bontoala (loop T.Lama), Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2012 APBN
57 Sulsel Pangkep 150/20 kV Extension 30 1,81 2012 APLN
04/02/2013 10:36:55
476
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap Juta US$ COD Sumber
04/02/2013 10:36:56
lampiran rama 29 1 13.indd 477
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi
Lanjutan
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap Juta US$ COD Sumber
88 Sulsel Palopo 150/20 kV Extension 30 1,81 2015 APBN
89 Sulsel Panakkukang 150/20 kV Extension 60 2,10 2016 IBRD
90 Sulsel Tanjung Bunga 150/20 kV Extension 60 2,10 2016 IBRD
91 Sulsel Pinrang 150/20 kV Extension 30 1,81 2016 Unall
92 Sulsel Makale, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2016 Unall
93 Sulsel Masamba 150/20 kV New 30 2,62 2016 Unall
94 Sulsel Sinjai 150/20 kV Extension 30 1,81 2017 Unall
95 Sulsel Sidrap, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2017 Unall
96 Sulsel Bone 150/20 kV Extension 30 1,81 2017 Unall
97 Sulsel Enrekang - IBT 275/150 kV New 300 22,35 2017 Unall
98 Sulsel Sidrap - IBT 275/150 kV New 200 20,30 2017 Unall
99 Sulsel Daya Baru - IBT 275/150 kV New 300 22,35 2017 Unall
100 Sulsel Bakaru, Ext 4 LB 150/20 kV Extension 4 LB 2,47 2018 Unall
101 Sulsel Pare-Pare 150/20 kV Extension 30 1,81 2018 Unall
102 Sulsel Mandai 70/20 kV Extension 20 1,01 2018 Unall
103 Sulsel Bontoala - GIS II - (GI baru) 150/20 kV New 60 3,34 2019 Unall
104 Sulsel Daya Baru/Pattalasang 150/20 kV Extension 60 2,10 2019 APLN
105 Sulsel Tallasa 150/20 kV Extension 60 2,10 2019 Unall
106 Sulsel Kajuara - GI New + 2 LB 150/20 kV New 60 3,34 2019 Unall
107 Sulsel Malili 150/20 kV Extension 20 1,15 2019 Unall
108 Sulsel Siwa 150/20 kV Extension 30 1,81 2019 Unall
109 Sulsel Palopo 150/20 kV Extension 30 1,81 2019 Unall
110 Sulsel Pangkep 150/20 kV Extension 60 2,10 2020 Unall
111 Sulsel Panakukang Baru/Bolangi 150/20 kV Extension 60 2,10 2020 Unall
112 Sulsel Jeneponto 150/20 kV Extension 20 1,15 2020 Unall
113 Sulsel Tello 150/20 kV Extension 60 2,10 2021 Unall
114 Sulsel Wotu 150/20 kV Extension 30 1,81 2021 Unall
04/02/2013 10:36:56
478
04/02/2013 10:36:56
LAMPIRAN B.2.6
Poso
Toili
G PLTMG Luwuk
Pasangkayu 2x10 MW–2014/15
PLTA Poso 2
2x6
66 MW – 2020/21
SULAWESI A
A Tentena
BARAT PLTA Poso
Kolonedale
3x6
65 MW – 2012/2013
A
TENGGARA Mandai Bos
sowa
A A A PLTU Kendari (Ekspansi)
Polman A
W - 2013
1x10 MW TalloG Daya ACSR 2x430 mm2
Kima A
Lama 40 km - 2011
Majene Bakaru Enreka
ang Lasusua PLTA Wotunohu 1
20 MW – 2017 PLTU Kendari 3 Bontoala Daya Baru
B
2x50 MW – 2017 Tello
Panakukang
Siwa PLTA Konawe
2x25 MW – 2016/17 PLTU Kendari FTP1
Tanjung Sungguminasa
a
Bunga
Pinrang SULAWESI
S 2x10 MW - 2012
Pare
D
Sidrap
SELATAN A U
U
U
ke
PLTU ke
PLTG Sengkang (GT) Kolaka GI Tallasa
PLTU Sulsel-Barru
S (FTP 1) Sengkang ndari
Ken PLTP Laenia Takalar
60 MW – 2012 Unaaha P
2x5
50 MW – 2012/13 G 20 MW - 2019
G
GU U
PLTGU Sengkang (ST)
PLTU
U Sulsel-Barru 2 60 MW – 2013
U
1x100 MW - 2016
U
Sop
ppeng PLTU Kendari FTP2
2x25 MW - 2016
PLTU Kolaka Andolo
2x10 MW - 2016
2 U
Barru
U GI 500 kV Existing
E / Rencana U U PLTU Existting / Rencana
/ /
/ GI 275 kV Existing
E / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana
/ GI 150 kV Existing
E / Rencana P / P PLTP Existting / Rencana
PLTGB Selayar
/ GI 70 kV Exxisting / Rencana A / A PLTA Existting / Rencana
8 MW – 2014 / GI 500/275 kV Existing / Rencana GU
/ GU PLTGU Existing / Rencana
/ GI 500/275//150 kV Existing / Rencana GB / GB
PLTGB Existing / Rencana
/
/
GI 275/150 kV Existing / Rencana M / M
PLTM Exissting / Rencana
GI 150/70 kkV Existing / Rencana D / D
PLTD Existting / Rencana
/ T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksistin
ng
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencan na
/ T/L 275 kV Existing / Rencana
/ T/L 500 kV Existing / Rencana Edit Novem
mber 2012
480
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
ke
PLTU TLG ACSR 1x240 mm2 Molibagu
(G
(Gorontalo)
t l ) 130 km - 2020
481
04/02/2013 10:37:00
482
Provinsi
Provinsi Gotontalo
Gorontalo
Isimu
PLTU GE
ACSR 1x240 mm2 2x6 MW – 2013
ke ACSR 1x240 mm2 27 km - 2012
GI Moutong 90 km - 2014 ACSR 1x240 mm2 Botupingge
Marisa ACSR 1x240 mm2
(Sulteng) 110 km - 2011 8 km - 2012 SULAWESI
ACSR 1x240 mm2
Tilamuta U 15 km - 2014 UTARA
Moutong G U
PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero)
PETA JARINGAN PROPINSI GORONTALO
04/02/2013 10:37:00
lampiran rama 29 1 13.indd 483
Provinsi Sulawesi
Provinsi Sulawesi Tengah
Tengah
PLTU Tolitoli
KALIMANTAN 3x15 MW – 2014/2015 Leok
U
TIMUR Tolitoli
ACSR 1x240 mm2 ACSR 1x240 mm 2
60 km – 2015 108 km - 2015
ACSR 1x240 mm2
70 km – 2015
GORONTALO
Moutong
ke SULAWESI
GI Marisa
(Gorontalo)
UTARA
Siboa ACSR 1x240 mm2
110 km - 2015
PLTA Poso
3x65
3 65 MW – 2012/13 A Tentena
Kolonedale
A PERENCANAAN SISTEM
PLTA Poso 2 PT PLN (Persero)
2x66 MW – 2020/21 PETA JARINGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
483
04/02/2013 10:37:00
484
Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
Sulawesi Selatan
ke
ke ke
k GI Tentena/
04/02/2013 10:37:03
Provinsi Sulawesi Barat
P
Pasangkayu
k
SULAWESI
TENGAH
ACSR 2x240 mm2
110 km – 2017
Topoyo
A
Mamuju Baru
ACSR 2x240 mm2 SULAWESI
ACSR 2x430 mm2
40 km - 2017
80 km - 2017 SELATAN
Mamuju
04/02/2013 10:37:03
486
Provinsi
Provinsi Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
ke SULAWESI
PLTA Wotunohu 1
ACSR 1x240 mm2 20 MW – 2017
120 km - 2013
A
L
Lasusua PLTU Kendari Nii Tanasa (Ekspansi)
1x10 MW - 2013
Kasipute U
Raha
PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero) PETA JARINGAN PLTU Wangi-Wangi
PROPINSI SULAWESI TENGGARA 2x3 MW – 2014/15
ACSR 1x240 mm 2
GI 500 kV Existing / Rencana U U PLTU Existing / Rencana 85 km - 2016
/ /
/ GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana
/ GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana
/ GI 70 kV Existing / Rencana A / A PLTA Existing / Rencana
/ U
GI 500/275 kV Existing / Rencana GU GU PLTGU Existing / Rencana
/
/ GI 500/275/150 kV Existing / Rencana GB GB
/ PLTGB Existing / Rencana
/ U
GI 275/150 kV Existing / Rencana M / M PLTU Bau-Bau FTP2
/ PLTM Existing / Rencana U
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D 2x10 MW – 2014/15 PLTU Bau
Bau-Bau
Bau
PLTD Existing / Rencana B
Bau-Bau
B
/ T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting 2x7 MW - 2015
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana
/ T/L 275 kV Existing / Rencana
/ T/L 500 kV Existing / Rencana Edit November 2012
04/02/2013 10:37:04
LAMPIRAN B.2.7
ANGGREK 6 4 MW
6.4 BUROKO BINTAUNA TASIKRIA
13.3 3.8 3.0 18.1
154.6 153.4 151.2 64.2
6.0 1.7 1.4 88 MW 8.2 21 22 MW SAWANGAN BITUNG
U
4.5 MW 8.1 11.9
A 64.8 63.3
LEOK 24. 3 MW 34.8 3.6 5.4
5.7 MW MW 18.2 15.8 MW
155.8
2.5 LOPANA MW
LOLAK 20.6 7.2
146.3
5.6 MW 7.8 9.3 MW
149.2
3.5 TOMOHON 19.4 MW TNSEALMA 12.6
16.7 7.4 MW
65.7 65.1
TOLI- TOLI U ISIM U 7.5 3.3
12.2 36 MW 18.6 26.8 0.4
156.0 152.6
5.5 8.4 MW 2. 4 MW
MW 56.8 MW KEMA
3.2 MW A 27.4
145.4
18.2 MW KAWANGKN 18.2 MW 7 MW 12.3
6.8 17.6
145.2 P
3. 8 MW 7.9
MOUTONG MW MARISA OTAM 75 MW U G
8.6 6.9 26.9 36 40
154.5 153.6 147.9
3.9 3.1 12.1 MW MW
BTPNGGE 7 MW
M
32.8
151.7
5.6 MW 14.8 4.4
MW
SIBOA U 26 MW MOLIBAGU
5.6 4.3
155.9 147.8
0.0 1.9
04/02/2013 10:37:05
lampiran rama 29 1 13.indd 489
Aliran Daya Sistem Sulbagut Tahun 2017
Capasitor : 60
- G
RANOMUT 66.00 15 Mvar MW
IBT TELING 150.00 - 30 Mvar 4.0 MW PANIKI LIKUPANG
PANIKI 150.00 - 0 Mvar 47.0 9.4
142.3 65.9
TOLI2 150.00 - 15 Mvar 21.2 4.2
Total Produksi - 495 MW
Total Load - 488 MW
Susut Transmisi - 6 MW 1.25% RANOMUUT
Ket : 35 2
35.2
64.4
NAMA GI 150 kV 15.8
MW 70 kV
kV
MVAR 3.8 49.4
53.2 MW TELING MW 43 MW
66.2 MW
142.4
29.8
33.6
40 MW 40 MW 21.4 MW MW
U U
ANGGREK 1 6 MW
1.6 BUROKO BINTAUNA TASIKRIA
15.9 4.5 3.6 21.6
151.8 150.9 148.8 62.6
7.1 2.0 1.6 79.8 MW 9.7 20.2 32 MW SAWANGAN BITUNG
U
12.4 MW 9.7 14.2
A 64.4 64.9
LEOK 25.7 MW 17. 5 4.4 6.4
6.8 MW MW 21. 6 35.2
153.4
3.0 LOPANA MW MW
LOLAK 24.5 22.6
145.1
6.8 MW 9.3 11.0 MW
146.9
4.2 TOMOHON 13.8 MW TNSEALMA 43.2
19.9 8.8 MW
64.6 64.4
TOLI-TOLI U ISIM U 9.0 4.0
14.5 24 MW 22.1 8. 2 20. 2
153.7 149.9
6.5 10.0 MW 22.2 MW
MW 48.6 MW KEMA
2.6 2.6 MW A 32.6
143.6
MW KAWANGKN 41.2 MW 7 MW 14.7
13.2 21.0
144.4 P
14. 4 MW 9.4
MOUTONG MW MARISA OTAM 90 MW U U
10.2 8.2 32.1 36 40
152.1 151.1 145.7
4.6 3.7 14.4 MW MW
20 BTPNGGE 7 MW
G M
MW 39.1
149.0
6.8 MW 17.6 5.2
MW
SIBOA U 26 MW MOLIBAGU
6.7 5.1
152.0 145.5
0.0 2.3
04/02/2013 10:37:05
490
Aliran Daya Sistem Sulbagut Tahun 2019
ANGGREK 4 3 MW
4.3 BUROKO BINTAUNA TASIKRIA
18.4 5.2 4.2 25.1
153.3 151.1 148.6 62.9
8.3 2.4 1.9 66 MW 1.8 15.6 32 MW SAWANGAN BITUNG
U
14.2 MW 11.2 16.5
A 64.1 64.6
LEOK 43. 3 MW 15.9 5.0 7.4
7.8 MW MW 25.6 25.6
152.4
3.5 LOPANA MW MW
LOLAK 28.4 18.6
144.2
7.8 MW ISIMU 10.8 12.8 8.4 MW
146.3
25.7 4.9 TOMOHON MW TNSEALMA 116
150 6
150.6
11.6 23.1 10.2 MW
64.4 64.1
TOLI-TOLI 10.4 4.6
16.8 U 24 MW 5 31. 4 9. 6
152.9
7.6 MW MW MW
56.0 MW KEMA
0.8 37.8
143.7
MW 12.2 KAWANGKN 34 MW 17.0
MW 19.4 24.3
143.4 P
20.6 MW 10.9
MOUTONG MW MARISA OTAM 90 MW U U G
11.9 9.5 37.2 30 60 54
151.7 151.3 144.8
5.3 4.3 16.7 MW MW MW
G 18 BTPNGGE 7 MW
A
MW 45.4
149.4
7.8MW 20.4 6
MW
SIBOA U MOLIBAGU
7.8 5.9
151.4 144.5
0.0 26 MW 2.7
04/02/2013 10:37:06
lampiran rama 29 1 13.indd 491
Aliran Daya Sistem Sulbagut Tahun 2021
Capasitor : 54.0
G
RANOMUT 66.00 - 15 Mvar MW
IBT TELING 150.00 - 30 Mvar 42.2 MW PANIKI LIKUPANG
PANIKI 150.00 - 15 Mvar 64.0 12.8
139.0 65.2
TOLI2 150.00 - 15 Mvar 28.8 5.8
Total Produksi - 681 MW
Total Load - 671 MW
Susut Transmisi - 10.7 MW 1.6% RANOMUUT
Ket : 48.0
63.0
NAMA GI 150 kV 21.6
MW 70 kV
kV
MVAR 21. 2 41.2
48.6 MW TELING MW 107 MW
90.2 MW
139.1
40.6
60 MW 36 MW 27.2
40 MW 30.3 MW MW
U U U
ANGGREK 11 8 MW
11.8 BUROKO BINTAUNA TASIKRIA
21.6 6.1 4.9 29.5
154.1 152.1 150.1 61.5
9.7 2.8 2.2 71.8 MW 2.1 22 42 MW SAWANGAN BITUNG
U
17.5 MW 13.2 19.4
A 63.0 63.7
LEOK 66.6 MW 24.1 5.9 8.7
9.2 MW MW 30.0 21.0
149.7
4.1 LOPANA MW29 MW
LOLAK 33.4 12
144.0
9.2MW ISIMU 12.7 6.0 MW
148.3
30.2 5.7 TOMOHON 2 MW TNSEALMA 107
150.3
13.6 27.1 12.0 MW
63.4 63.0
TOLI-TOLI 6.0 5.4
19.8 U 24 MW 27.2 6. 2 20. 6 18. 2
150.4
8.9 MW MW MW MW
79.4 MW KEMA
5.0 TILAMUTA 44.4
141.8
MW 5.4 KAWANGKN 10.6 MW 20.0
150.2
2.1 25.8 28.6
142.6 P
28.4 MW 12.9
MOUTONG MW MARISA 21.6 OTAM 90 MW U U G
13.9 11.2 MW 43.7 36 60 58
149.6 150.1 147.3 P
6.3 5.0 19.7 MW MW MW
G 18 BTPNGGE 7 MW 60 MW
A
MW 53.3
148.9
9.2 MW 24.0 8.8
1.6 MW
MW
SIBOA U MOLIBAGU
9.2 7.0
149.2 148.3
0.0 26 MW 3.1
04/02/2013 10:37:08
492
Eksisng 150 kV
MAJENE MAMUJU
Eksisng 275 kV
Eksisng Capacitor : 28 Reaktor : -87 PLTU BARRU 11.5 12.8
151.2 151.1
50 Pangkep-70 kV 3.14 Palopo - 275 kV -87 2 X 50 MW 2 .9 3 .2
PLTG P EAKING 2 0 Daya - 70 kV 20 G
4X50 MW 1 0 Tello - 70 kV 0
G 40.8 20 Barawaja 5.23
MW POL MA S P S KA Y U SILA E
117 2
117.2 14 8
14.8 17 9
17.9 32 5
32.5 34 4
34.4
151.1 143.9 144.9
MW MW 4 .5 8 .1 8.6
TL. L AM A TELLO PA NGKEP PARE2
63.8 64.4 115.8 20.4 58.7 67.4
147.1 147.1 148.5 150.1
1 6 .0 1 6 .1 1 6 .5 5.1 MW MW
BARRU PINRANG 46.4 BAKA RU PLTA BAKARU I PA LU BARU G
G
04/02/2013 10:37:10
lampiran rama 29 1 13.indd 493
Aliran Daya
Sistem
Sulbagsel
Tahun 2017
Eksisng 150 kV
MAJENE MAMUJU MMJ BARU G
Eksisng 275 kV
Eksisng Capacitor : 73 Reaktor : -100 PLTU BARRU 43.3 14.9 14.4 PLTU MAMUJU
148.6 150.7 277.8
PLTG PEAKING 50 Pangkep-70 kV 36 Palopo - 275 kV -100 2 X 50 MW 1 0 .8 3 5 .0 3 .7 50.2 3 .2 2X25 MW
4X50 MW 2 0 Da ya - 70 kV 20 G MW MW
G 10 Tello - 70 kV 10
20 Barawaja 6
POL MA S P S KA Y U SILA E
93.4 84.2 20.8 8 .0 4 4 .1
148.7
148 7 150 1
150.1 149 3
149.3
MW MW 5 .2 2 .0 18.6 1 1 .0
TL. L AM A TELLO PA NGKEP PARE2 MW
75.1 75.5 108.7 24.0 PLTA BAKARU BLOK I
146.5 146.4 146.7 148.2
1 8 .8 1 8 .9 25.7 7 .6 6.0
MW BARRU 4.4 PINRANG BAKA RU G PA LU BARU G
G
24.6 70 kV 70 kV 71.6 MW 36.0 3.1 PLTU PALU 3 44.1 PLTU PALU 2
147.9 147.6 149.8 149.6
MW 17.9 9.0 0.8 2X50 MW 11.0 2X10 MW
101.2
BONTOALA MW PANA KUKA NG BOSOWA MA ROS-JT 89.6 32.8
70.0 70.0 32.0 34.7 99.6 SIDRAP MW ENREKANG MAKALE G 55.4 MW
146.3 146.2 146.0 146.2
1 7 .5 1 7 .5 8 .0 8 .7 MW 2 7 .1 14.1 18.2 PLTA MALEA MW
277.4 277.9 150.1
68
6.8 35
3.5 46
4.6 2X45 MW TENTENA POSO
45.6 KIMA MKS 9.7 22.0
G 279.3 150.8
MW 3 9 .5 1 1 .7 KIMA MAROS PLTA B.BATU 3 8 .2 2 .2 1 0 .0
146.1
MW 2.9 11.7 13.4 150 MW G 3x65 MW
146.2
TN. BUNGA SG.MINASA DAYA BARU 2 .9 MW MW PALOPO PLTA POSO
56.6 14.2 45.9 65.0 136.4
146.3 146.2 276.2 275.0
14.2 MW 11.5 71.2 PNK BARU 16.3 29.1
MW 9.5 SENGKANG KEERA/SIWA 119.6 87.4
146.2
3.0 100 24.2 18.2 MW MW
149.4 149.6
MW 6 .1 4 .5
WOTU
TALLASA LANNA G G 13.3 MASAMBA
280.0
36.3 11.0 SOPPENG PLTGU SENGKANG PLTGU SENGKANG 3 .3 6 .4
147.0 146.1 152.1
9 .1 2 .8 19.9 135 MW 180 MW 4 2 .8 1 .6
148.6
5.0 MW
PLTU NII TANASA NII TANASA MALILI LASUSUA
293.7 6 6 .0 4 X 10 MW 1 0 .6 15.5 11.7
70.3 151.8 151.5
MW MW G 2 .7 3 .9 2 .9
117.8 KASIPUTE
MW 4.0
154.8
PUNAGA YA BULUKUMBA SINJ AI BONE 1.0
11.0 23.4 29.9 43.2 KENDARI UNAAHA KOLAKA
U 146.6 146.2 145.9 147.1
2 .8 5 .8 7 .5 1 0 .8 58.5 37.3 23.5
151 1
151.1 150 7
150.7 150 9
150.9
PUNAGAYA 2X100 MW 186.4 5 .7 9 .3 5 .9
BOSOWA 2X100 MW MW ANDOLO PLTU KENDARI G PLTA KONAWE
G G
BSW EKSP 2X100 MW 1.6 2 X 25 MW PL TU KOLAKA
154.4
JENEPONTO BANTAENG 0.4 2X 50 MW 2 X 10 MW
151.0 11.4 Keterangan : Pembangkit : 1,992 MW RAHA BAU-BAU
146.6 146.4
3 2 .8 2 .9 Distribusi : 1,966 MW 12.5 23.4
152.6 151.9
NAMA GI Susut Transmisi : 25 MW 1 .2 7 % 3 .1 5 .9
MW Flow dalam MW G
KV
MVAR PLTU BAU-BAU
2X7 MW & 2X10 MW
04/02/2013 10:37:12
494
04/02/2013 10:37:15
lampiran rama 29 1 13.indd 495
Aliran Data Sistem Sulbagsek tahun 2021
ALIRAN DAYA SISTEM SULBAGSEL TAHUN 2021
390
Eksisng 150 kV
MAJENE MAMUJU MMJ BARU MW PLTA KARAMA
Eksisng 275 kV
-100 60.7 20.8 14.4 G
Eksisng Capacitor : 54 Reaktor : PLTU BARRU 3X150 MW
146.6 150.4 276.8
PLTG PEAKING 50 Pangkep-70 kV 17 Palopo - 275 kV -100 2 X 50 MW 15 .2 8 7 .2 5 .2 3 .2
4X50 MW 2 0 Da ya - 70 kV 20 G MW G 32.8
G 10 Tello - 70 kV 10 PLTU MAMUJU MW
48.0 20 Barawaja 6 379.2 2X25 MW
MW 318.6 POLMAS 275.2 PS KA YU SILA E
1 2 3 .2 146.8 7 0 .4 29 .1 MW 11.2 21.2 61.7
146.9 150.1 149.4
MW MW MW 7.3 2 .8 MW 15.4
TL. L AM A TEL LO PANGKEP PA RE2
105.1 105.7 152 33.6 PLTA BAKARU BLOK I DAN II 40.8
146.8 146.6 145.5 146.9
2 6 .3 2 6 .4 1 0 .6 1 0 .6 8.4 MW
MW BARRU PINRA NG BAKA RU G G PA LU BARU G
8.2 70 kV 70 kV 76.3 63.2 50.4 4.4 PLTU PALU 3 61.7 PLTU PALU 2
146.5 145.6 150.0 150.0
MW 1 9 .1 MW 1 2 .6 1 .1 2X50 MW 15.4 2X10 MW
189.2 267.4
BONTOALA MW PANAKUKA NG BOSOWA M A ROS-JT MW 49.6
98.0 98.0 44.8 48.6 136.2 SIDRAP ENREKANG MAKALE G 3.8 MW
146.6 146.2 145.7 146.0
2 4 .5 2 4 .5 1 1 .2 1 2 .1 MW 15 5 .6 3 8 .0 19.7 25.5 PLTA MALEA MW
274.3 275.6 149.7
MW 9 .5 4 .9 6.4 2X45 MW TENTENA POSO
106.6 KIMA MKS 106.8 PLTA B.BATU 9.7 30.7
G 279.9 152.3
MW 1 6 .4 38.2 KIMA MAROS MW PLTA POKO 62.0 2 .2 7.7
146.3
4.1 MW 1 6 .4 26.8 106.8 MW G 3x65 MW
145.9
TN. BUNGA SG.M INASA DAYA BARU 4 .1 MW 4 8 .6 MW PALOPO PLTA POSO 59.6
79.2 50.2 64.3 91.0 MW 151.0 MW
146.7 146.4 270.8 275.0
19.8 MW 16.1 PNK BARU 51.7 22.8 32.7
63.0 MW SENGKANG KEERA/SIWA 18.6 128.4 KOLONEDALE AMPANA
146.2
15.8 33.9 25.5 MW MW 6.8 7.4
148.7 148.8 152.6 153.4
238.6 8 .5 6 .4 1.7 1.9
MW WOTU
TAL LA SA LA NNA G G 18.6 MASAMBA
280.4
50 8
50.8 15 4
15.4 SOPPENG PLTGU SENGKANG PLTGU SENGKANG 47
4.7 90
9.0
147.1 146.2 154.0
12 .7 3 .9 27.8 135 MW 180 MW 8 1 .0 2 .3
U 147.5
7.0 MW LUWUK
PLTU PUNAGA/TKLR PLTU NII TANASA NII TANASA MALILI LASUSUA 30.2
151.1
PLTU SULSEL 2 271.6 1 0 1 .6 4 X 10 MW 1 4 .8 21.7 16.4 18.0
69.6 153.3 152.1
MW MW G 3 .7 5 .4 4 .1
41.4 KASIPUTE
MW 5.6
152.9
PUNAGAYA BULUKUMBA SINJAI KAJUARA BONE 1.4
15.4 32.7 41.8 0.0 60.5 KENDA RI UNA AHA KOLAKA TOIL I
U 146.3 145.1 143.8 144.6 145.3
3 .9 8 .2 1 0 .5 0 .0 1 5 .1 81.9 52.2 32.9 12.5
149.6 149.6 150.3 151.2
PUNAGAYA 2X100 MW 201.8 7 .9 1 3 .1 8 .2 2.5
BOSOWA 2X100 MW MW ANDOLO PLTU KENDARI G PLTA KONAWE
G G
BSW EKSP 2X100 MW 2.2 2 X 25 MW P L TU KOLAKA
152.7
JENEPONTO BANTAENG 0.6 2X 50 MW 2 X 10 MW
155.4 16.0 Keterangan : Pembangkit : 2,675 MW RAHA BAU-BAU
146.3 145.8
33 .9 4 .0 Distribusi : 2,611 MW 17.5 32.8
150.9 150.0
NAMA GI Susut Transmisi : 64 MW 2.3 8 % 4 .4 8 .2
MW Flow dalam MW G
KV
MVAR PLTU BAU-BAU
2X7 MW & 2X10 MW
04/02/2013 10:37:18
lampiran rama 29 1 13.indd 496 04/02/2013 10:37:18
LAMPIRAN B.2.8
04/02/2013 10:37:18
LAMPIRAN B.2.9
04/02/2013 10:37:18
LAMPIRAN B.2.10
04/02/2013 10:37:18
PENJELASAN LAMPIRAN B2
Pada tahun 2015 sistem Sulut-Gorontalo direncanakan akan terinterkoneksi dengan sistem Tolitoli
membentuk sistem Sulut - Gorontalo - Tolitoli yang selanjutnya disebut sistem Sulawesi Bagian Utara
atau disingkat sistem Sulbagut.
Selama periode 2012-2021, produksi listrik sistem ini diperkirakan akan meningkat rata-rata 10,3% per
tahun, yaitu meningkat dari 1.521 GWh pada tahun 2012 menjadi 3.686 GWh pada tahun 2021. Beban
puncak tahun 2012 sistem ini diperkirakan 284 MW dan akan meningkat menjadi 670 MW pada tahun
2021 dengan faktor beban diperkirakan berkisar antara 61% sampai 63%.
Sistem Sulbagsel merupakan interkoneksi dari sistem-sistem kelistrikan besar yang berada di Provinsi
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Sistem ini diperkirakan akan
terbentuk pada tahun 2014 dengan tahapan interkoneksi sebagai berikut.
tahun 2013 sistem Palu yang selama ini melayani beban kota Palu, Parigi dan Donggala direncanakan
akan terhubung dengan PLTA Poso menjadi sistem Sulteng (Palu-Poso). Pada tahapan ini sistem Sulteng
secara tidak langsung sudah terinterkoneksi dengan sistem Sulsel melalui PLTA Poso dan transmisi 275
kV PLTA Poso - Palopo.
Pada tahun 2014 sistem Sulsel yang selama ini sudah terinterkoneksi dengan sistem Sulbar direncanakan
akan terinterkoneksi dengan sistem Sultra melalui transmisi 150 kV Wotu-Malili-Lasusua-Kolaka-Unaaha-
Kendari.
Dengan terjadinya dua tahapan proses interkoneksi tersebut, maka terbentuk sistem interkoneksi
Sulawesi bagian selatan yang silanjutnya dinamakan sistem Sulbagsel.
Sebagaimana diketahui, dengan berlakunya UU No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara yang
melarang bahan mentah tambang dan mineral diekspor keluar negeri paling lambat 2014, diperkirakan
akan tumbuh industri smelter di dalam negeri. Beberapa calon investor sudah mengadakan pembicaraan
dengan PLN mengenai kesiapan pasokan listrik untuk industri smelter di Sulsel, beberapa diantaranya
sudah membuat MoU dengan PLN. Pada umumnya rencana industri smelter ini diperkirakan akan mulai
beroperasi pada tahun 2014/2015. Dengan demikian kebutuhan listrik di sistem Sulbagsel diperkirakan
akan meningkat lebih tinggi dari pada kondisi biasanya.
Produksi listrik sistem Sulbagsel 2012-2021 diperkirakan akan meningkat rata-rata 13,2% per tahun,
yaitu meningkat dari 5.207 GWh pada tahun 2012 menjadi 14.678 GWh pada tahun 2021. Beban puncak
sistem diperkirakan akan naik dari 916 MW pada tahun 2012 menjadi 2.552 MW pada tahun 2021 dengan
faktor beban diperkirakan berkisar antara 62% sampai 66%.
503
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
A. Sistem Sulbagut
Sistem Sulbagut telah mengintegrasikan Gorontalo dan Minahasa, namun integrasi tersebut belum
sepenuhnya bermanfaat sebagaimana mestinya karena kedua sistem tersebut masing-masing belum
surplus. Selama ini pasokan listrik di Gorontalo dipenuhi dari PLTD PLN dan PLTD sewa tanpa cadangan
yang cukup. Pada semester kedua 2012 Gorontalo mendapat tambahan sedikit pasokan dari Minahasa
setelah PLTU FTP2 Sulut 2 (Amurang) 2x25 MW beroperasi. Demikian juga dengan sistem Tolitoli yang
pada tahun 2015 direncanakan akan terinterkoneksi dengan sistem Gorontalo. Pasokan daya di Tolitoli
sangat terbatas dan mengandalkan PLTD PLN dan PLTD sewa serta sedikit PLTM.
Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan beban sistem Sulbagut, direncanakan akan dibangun
beberapa proyek pembangkit non BBM, yaitu PLTU batubara, PLTP dan PLTA.
Proyek-Proyek Strategis
− Proyek PLTU FTP 1, yaitu PLTU I Sulut 2x25 MW, dan PLTU Gorontalo 2x25 MW untuk memenuhi
kebutuhan beban dasar.
− Proyek FTP 2 yaitu PLTP Lahendong V dan VI (2x20 MW), PLTP Kotamobagu
I dan II (2x40 MW), untuk memenuhi kebutuhan beban dasar.
− PLTU Tolitoli 3x15 MW yang diperkirakan COD 2014/15 untuk memenuhi kebutuhan beban dasar di
Tolitoli.
Rencana penambahan pembangkit baru di sistem Sulbagut cukup banyak sebagaimana tercermin
dalam reserve margin (RM) tahunan yang berada pada kisaran antara 30% sampai 57% 1 , kecuali tahun
2013 dan 2014 yang cukup rendah, yaitu hanya 24% sampai 27%. Hal ini terjadi akibat beberapa proyek
pembangkit, yaitu PLTU IPP Sulut I (Kema), PLTG/MG Minahasa peaker, PLTP Lahendong V dan VI mundur
dari jadwal semula dan diperkirakan mulai beroperasi pada tahun 2015. Rencana RM yang tinggi hingga
57% dimaksudkan untuk mengantisipasi ketidakpastian penyelesaian proyek PLTP Kotamobagu I dan II.
504
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
− PLTU IPP Sulut I (Kema) 2x25 MW diperkirakan mundur ke tahun 2016 karena kinerja pengembang.
− PLTP IPP Lahendong V dan VI 2x20 MW diperkirakan mundur ke tahun 2015 dan 2017 terkait kesiapan
pengembang.
− PLTP Kotamobagu I dan II masing-masing 2x20 MW diperkirakan mundur ke tahun 2020 sehubungan
lokasi sumber panas bumi berada di zona inti hutan taman nasional gunung Ambang.
− PLTG/MG Minahasa Peaker 2x25 MW mundur ke tahun 2015 karena ketidakpastian pasokan gas
(LNG/CNG).
− PLTA Sawangan diperkirakan mundur ke tahun 2016 karena FS dan desain memerlukan waktu lebih
lama (perlu dibangun terowongan melintasi bawah jalan umum) dan kapasitasnya berubah menjadi
hanya 2x6 MW.
− Proyek yang mengalami perubahan status adalah PLTU Sulut 3 2x50 MW yang sebelumnya merupakan
proyek KPS (PPP) telah diubah menjadi proyek non-KPS dan direncanakan akan beroperasi tahun
2017/18.
B. Sistem Sulbagsel
Sistem Sulbagsel yang mengintegrasikan Sulteng, Sulbar, Sultra dan Sulsel akan terbentuk pada tahun
2014. Saat ini sistem Sulteng mengandalkan pasokan dari PLTU IPP Tawaeli 2x15 MW dan PLTD PLN serta
PLTD sewa. Pada tahun 2013 sistem ini direncanakan akan mendapatkan tambahan pasokan dari PLTA
Poso setelah transmisi 150 kV PLTA Poso - Palu Baru beroperasi. Selanjutnya sistem Sulteng dan Sulbar
direncanakan akan terinterkoneksi dengan sistem Sulsel
Melalui transmisi 275 kV PLTA Poso - Palopo dan transmisi 150 kV Silae Pasangkayu. Dengan interkoneksi
tersebut di Sulteng dapat direncanakan PLTU dengan skala yang lebih besar agar lebih efisien.
Sistem Sulsel telah mendapat pasokan yang cukup dengan beroperasinya PLTU IPP Jeneponto, PLTU
Barru dan PLTA Poso. Sedangkan sistem Sultra yang telah lama kekurangan dan defisit daya masih
belum sepenuhnya dapat diatasi, karena keandalan PLTU Kendari 2x10 MW (proyek FTP1) masih perlu
ditingkatkan. Upaya jangka pendek yang perlu dilakukan adalah meningkatkan keandalan PLTU Kendari
dan mempercepat transmisi 150 kV Wotu - Malili - Lasusa - Kolaka Unaaha - Kendari yang pada saat ini
sedang konstruksi.
Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan listrik jangka panjang 2012-2021 di sistem Sulbagsel telah
direncanakan proyek-proyek pembangkit non BBM dengan kapasitas total 3.449 MW yang terdiri dari
PLTA/M 1.434 MW, PLTU 1.610 MW, PLTG/MG/GU 320 MW dan PLTP 85 MW. Di dalan rencana tersebut
sudah termasuk PLTA Karama 450 MW di Sulbar. PLTA Karama merupakan proyek IPP unsolicited yang
proses pengadaannya akan dilakukan dengan skema KPS.
505
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
− PLTU FTP 1 yang belum beroperasi komersial dan perlu ditingkatkan keandalannya, yaitu PLTU
Barru 2x50 MW dan PLTU Nii Tanasa di Kendari 2x10 MW.
− Proyek FTP 2 yang meliputi PLTU Takalar/Punagaya 2x100 MW di Jeneponto,
PLTU IPP Mamuju 2x25 MW, PLTU IPP Kendari 2x25 MW, PLTU IPP Kolaka 2x10 MW, PLTA IPP Malea 90
MW dan PLTA IPP Bonto Batu 110 MW.
− PLTG/MG Makassar Peaker 200 MW yang dilengkapi dengan gas store (LNG storage) untuk memenuhi
kebutuhan beban puncak.
− PLTU Jeneponto 2 2x100 MW dapat dilaksanakan oleh IPP atau PLN, dan apabila akan dilaksanan oleh
IPP maka dapat berupa pengembangan PLTU IPP yang telah beroperasi.
− PLTA Karama 450 MW merupakan proyek KPS unsolicited untuk memenuhi kebutuhan beban dasar
(300 MW) dan beban puncak (150 MW).
− PLTU Palu 3 dan PLTU Kendari 3 masing-masing berkapasitas 2x50 MW untuk memenuhi kebutuhan
beban dasar setempat dan memenuhi kriteria regional balance.
Berikut penjelasan proyek-proyek pembangkit di Sulbagsel yang diperkirakan akan terlambat beroperasi,
yaitu:
− PLTU IPP Sulsel-3/Takalar 2x100 MW mundur ke 2020 karena permasalahan internal konsorsium
pengembang.
− PLTG/MG Makassar Peaker 200 MW mundur ke 2015 karena lamanya mendapatkan lokasi yang
sesuai dan lamanya memastikan penyediaan pasokan gas alam (LNG) lengkap dengan storagenya.
− Pembangkit yang lainnya rata-rata mundur satu sampai dua tahun dari rencana semula karena
berbagai macam persoalan teknis dan sosial.
Reserve Margin
Pengalaman PLN selama ini menunjukkan bahwa banyak proyek pembangkit yang proses
pembangunannya mengalami hambatan dan pada akhirnya pembangkit beroperasi mundur. Sedangkan
kebutuhan daya listrik dapat tiba-tiba meningkat tajam sehubungan berlakunya UU No. 4/2009 tentang
Mineral dan Batubara. Beberapa investor berencana akan membangun industri smelter di Sulawesi
Selatan dengan kebutuhan daya yang besar.
506
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Produksi Energi
Energi yang diproduksi pembangkit pada suatu sistem kelistrikan selaras dengan pertumbuhan demand
dan keberagaman jenis pembangkit yang akan dibangun. Untuk menghitung alokasi produksi per unit
pembangkit agar diperoleh nilai bauran energi yang paling ekonomis dan optimal digunakan software
ProSym yang pada prinsipnya menggunakan kaidah economic merit order.
Hasil perhitungan simulasi produksi energi per jenis energi primer di sistem Sulawesi sebagaimana
diberikan pada Lampiran B2.3, dengan asumsi :
− Ketersediaan gas alam berdasarkan pada kontrak yang ada dan rencana pasokan LNG.
− Pemanfaatan tenaga panas bumi dan tenaga air sesuai dengan proyek PLTP dan PLTA pada neraca
daya.
Lampiran B2.3 menunjukkan bahwa peranan masing-masing energi primer dengan penjelasan sebagai
berikut:
A. Sistem Sulbagut
− Peranan BBM di sistem Sulbagut pada tahun 2012 diperkirakan masih tinggi, yaitu sekitar 596 GWh
(39%). Mulai tahun 2015 peran bbm direncanakan akan habis dan digantikan dengan gas alam
sehubungan masuknya PLTG peaker dengan bahan bakar gas LNG/CNG serta beroperasinya PLTU
batubara.
− Peran PLTU makin besar dari 260 GWh (17%) pada tahun 2012 menjadi 1.772 GWh (48%) pada
tahun 2021. Peran batubara akan melampaui PLTP mulai tahun 2014 setelah sebagian proyek PLTU
beroperasi.
− Peranan PLTP akan meningkat sehubungan dengan akan beroperasinya PLTP Lahendong IV dan V
dan PLTP Kotamobagu dari 429 GWh (28%) tahun 2012 menjadi 1.419 GWh (38%) pada tahun 2021.
B. Sistem Sulbagsel
− Peran BBM pada tahun 2012 diperkirakan masih cukup besar 1.004 GWh (24%), namun mulai tahun
2016 peran BBM akan habis digantikan oleh gas alam berupa LNG sehubungan masuknya PLTG/MG
Makassar peaker dan beroperasinya PLTU batubara.
− Peranan pembangkit gas secara nominal naik, tetapi secara persentase menurun, yaitu dari 1.442
GWh (34%) pada tahun 2012 menjadi 2.208 GWh (16,5%) pada tahun 2021. Hal ini karena adanya
penambahan kapasitas pembangkit gas (PLTG Sengkang) oleh swasta dan pembangkit peaker
dengan bahan bakar LNG.
507
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
A. Sistem Sulbagut
− Kebutuhan BBM di sistem Sulbagut akan terus menurun dari 161 juta liter pada tahun 2012 menjadi
nol pada tahun 2016 setelah pembangkit non BBM beroperasi penuh.
− Penggunaan batu bara terus meningkat dari 168.000 ton pada tahun 2012 menjadi 1,14 juta ton pada
tahun 2021 atau naik sekitar 7 kali lipat.
− LNG mulai digunakan pada tahun 2015 sebesar 0,3 bcf dan akan meningkat menjadi 2 bcf pada tahun
2021. Pemakaian LNG hanya digunakan untuk operasi pembangkit peaker.
− Penggunaan panas bumi terus meningkat dari 429 GWh pada 2012 menjadi 1.419 GWh pada 2021.
− Kenaikan produksi tenaga air cukup kecil karena potensinya sudah tinggal sedikit, pada tahun 2012
sekitar 238 GWh naik menjadi 291 GWh pada tahun 2021.
B. Sistem Sulbagsel
− Kebutuhan BBM di sistem Sulbagsel cenderung terus menurun, dari 407 juta liter pada tahun 2012
menjadi nol pada tahun 2016 setelah pembangkit non BBM beroperasi penuh.
− Penggunaan batu bara terus meningkat dari 526.000 ton pada tahun 2012 menjadi 3,5 juta ton pada
tahun 2021 atau naik sekitar 7 kali lipat.
− Volume pemakaian gas alam termasuk LNG juga terus meningkat dari 5 bcf pada tahun 2012 menjadi
9 bcf pada tahun 2021. Pemakaian LNG hanya untuk operasi pembangkit peaker.
− Panas bumi akan mulai digunakan pada tahun 2018 sebesar 350 GWh dan akan terus meningkat
menjadi 572 GWh pada tahun 2021.
− Pemakaian tenaga air meningkat tajam sehubungan dibangun banyak PLTA yaitu naik dari 1.204 GWh
pada tahun 2012 menjadi 6.607 GWh pada tahun 2021 atau naik 5 kali lipat.
Kebutuhan energi primer sistem besar di Sulawesi yaitu sistem Sulbagut dan sistem Sulbagsel dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2021 diberikan pada Lampiran B2.3.
Pengembangan gardu induk disusun berdasarkan pada capacity balance dengan memasukkan GI eksisting
dan GI on-going project. Selanjutnya dari capacity balance tersebut dapat dilihat pembebanan masing-
masing GI. Bila beban GI telah mencapai 70% dari kapasitas nominalnya, maka perlu ada penambahan
trafo. Kemudian dievaluasi juga kebutuhan GI baru untuk perbaikan kualitas pelayanan dan de-diselisasi
serta pengembangan GI baru terkait dengan pembangkit baru.
508
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Dengan kriteria keandalan dan asumsi diatas, kebutuhan pembangunan gardu induk baru dan
pengembangan trafo GI eksisting se Sulawesi periode 2012-2021 mencapai 5.600 MVA dengan rincian
diberikan pada Lampiran B2.5.
A. Sistem Sulbagut
Dalam rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik sampai dengan 2021 telah direncanakan
pengembangan penyaluran 150 kV dan 70 kV di sistem Sulbagut meliputi:
− Pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek PLTU FTP1, PLTU IPP, PLTA, dan PLTG/MG
serta berkenaan adanya tambahan GI baru.
− Pembangunan sirkit kedua transmisi 70 kV terkait dengan proyek PLTG/MG peaker 2x25 MW di Sulut.
− Pembangunan transmisi 150 kV dalam rangka memenuhi kriteria keandalan (N-1) serta untuk
mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan pelayanan dan fleksibilitas operasi.
B. Sistem Sulbagsel
Rencana pengembangan penyaluran selain dimaksudkan untuk evakuasi daya dari pusat pembangkit
ke pusat beban, juga dalam rangka membangun interkoneksi antar subsistem, menyambung sistem
kelistrikan isolated masuk ke grid, dan mengatasi bottleneck serta untuk memenuhi kriteria keandalan
N-1.
− Transmisi 275 kV PLTA Karama - Mamuju - Enrekang - Sidrap - Makassar (GI Daya Baru) lengkap
dengan GITET 275/150 kV untuk evakuasi daya dari PLTA Karama 450 MW. Sedangkan transmisi
275 kV Enrekang - Palopo sebagai antisipasi bila PLTA Poso II akan dikembangkan sekaligus untuk
meningkatkan stabilitas sistem Sulbagsel serta untuk fleksibilitas operasi sistem.
− GITET 275 kV Enrekang untuk evakuasi daya dari PLTA Bonto Batu, Poko dan Malea serta PLTA Bakaru
II dan disalurkan ke pusat beban melalui 275 kV Enrekang - Sidrap - Makassar.
− Pengembangan transmisi 150 kV terkait dengan proyek pembangunan PLTU, PLTA dan PLTG/MG,
serta interkoneksi antar subsistem dalam rangka membentuk sistem Sulbagsel.
Proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan transmisi sistem se Sulawesi periode 2012-2021 sebanyak
8.081 kms dan dana investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 1.035 juta sebagaimana diberikan pada
Lampiran B2.5.
509
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
A. Sistem Sulbagut
Analisa aliran daya pada sistem interkoneksi Sulbagut dilakukan dengan memperhatikan seluruh
pembangkit, GI serta transmisi eksisting dan yang akan dibangun baru. Analisa load flow dilakukan
beberapa tahun yaitu tahun 2015. 2017, 2019 dan 2021 dengan hasil sebagai berikut :
1. Tahun 2015
Aliran daya paling besar mengarah ke pusat kota Manado dan kota Gorontalo. Kelompok pembangkit
PLTP dan PLTU Sulut II mengalirkan daya ke GI Telling, GI Paniki, GI Ranomuut dan GI Tasikria sekitar 143
MW, beban kota Gorontalo termasuk Kwandang sekitar 64,7 MW. Aliran daya antar subsistem sangat
kecil hanya sekitar 1,9 MW yaitu mengalir dari subsistem Gorontalo ke subsistem Sulut melalui GI
Buroko. Ini menunjukkan bahwa di masing-masing subsistem terjadi keseimbangan antara kebutuhan
dengan pasokan. Pada saat yang sama, PLTU Tolitoli mengalirkan daya ke arah Gorontalo 3,8 MW melalui
GI Marisa.
Tegangan sistem 150 kV dalam batas toleransi, tertinggi terjadi di GI Tolitoli (156,0 kV) dan tegangan
terendah di GI Telling (144,4 kV). Untuk sistem 70 kV tertinggi di GI Tomohon (65,7 kV) dan terendah
di GI Bitung (63,3 kV). Total beban sistem sebesar 410 MW dengan jumlah pasokan sebesar 414 MW.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya, susut sistem transmisi sebesar 4 MW atau sekitar 0,9%.
tahun 2012 sampai 2015, terdapat tambahan ruas transmisi baru yaitu SUTT 150 kV Teling - Paniki, Paniki
- Kema, dan Otam - Molibagu. Selain itu ada tambahan baru di Tolitoli yaitu transmisi 150 kV Tolitoli -
Moutong Marisa, Tolitoli - Buol serta Siboa single pi incomer Tolitoli - Moutong. Sedangkan pembangkit
baru yang akan beroperasi selama periode tersebut adalah PLTU Sulut I (FTP1), PLTU Tolitoli, PLTU
Gorontalo FTP1, PLTU Sewa di Amurang dan PLTG Minahasa peaker.
2. Tahun 2017
Aliran daya paling besar tetap mengarah ke pusat kota Manado dan Gorontalo masing-masing sebesar
170 MW ke Manado dan 77 MW ke Gorontalo. Transfer daya antar subsistem relatif kecil yaitu sekitar
14 MW dari subsistem Sulut ke subsistem Gorontalo. Sedangkan transfer dari subsistem Gorontalo ke
subsistem Tolitoli sebesar 14,4 MW.
Tegangan sistem 150 kV dalam batas normal sesuai kriteria yang diijinkan, tertinggi terjadi di GI Tolitoli
(153,7 kV) dan terendah di GI Paniki (142,3 kV), sedangkan untuk sistem 70 kV tertinggi di GI Bitung (64,9
kV) dan terendah di GI Tasikria (62,6 kV). Total beban sistem sebesar 488 MW dengan jumlah pasokan
sebesar 495 MW dan susut transmisi 6 MW atau 1,25%.
Pada periode tahun 2016-2017 hanya ada tambahan sedikit ruas transmisi baru terkait dengan
beroperasinya pembangkit yaitu ruas PLTU Sulut I (Kema) - GI Kema dan GI Kawangkoan - PLTP Lahendong
5, 6.
510
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Aliran daya paling besar masih tetap mengarah ke pusat kota Manado dan Gorontalo masing-masing
sebesar 198 MW ke Manado dan sekitar 90 MW ke Gorontalo. Aliran daya antar subsistem masih sama
yaitu dari subsistem Gorontalo ke subsistem Sulut namun menurun menjadi 4 MW sebagai akibat
beberapa pembangkit telah masuk ke sistem Sulut yaitu PLTP Kotamobagu I & II, 1 unit PLTU Sulut-3 dan
PLTG/MG Sulut peaker. Sedangkan aliran daya dari subsistem Gorontalo ke subsistem Toltoli sekitar 20
MW.
Tegangan sistem 150 kV masih dalam batas toleransi yang diperbolehkan, tertinggi di Anggrek (153,3 kV)
dan tegangan terendah di GI Telling dan Paniki (141,4 kV), sedangkan untuk sistem 70 kV tertinggi di GI
Likupang (65,6 kV) dan terendah di GI Tasikria (62,9 kV). Dapat disimpulkan bahwa daerah yang bebannya
relatif tinggi, tegangan sistem relatif rendah dan sebaliknya. Total beban sistem sebesar 566 MW dengan
jumlah pasokan sebesar 575 MW dan susut transmisi 9 MW atau 1,6%.
Tambahan transmisi baru selama 2018-2019 hanya yang terkait dengan proyek PLTP Kotamobagu I & II
dan PLTG/MG Sulut Peaker
4. Tahun 2021
Situasi aliran daya mirip dengan kondisi 2019 yaitu 231 MW ke Manado dan sekitar 105 MW ke Gorontalo.
Aliran daya antar subsistem juga sama yaitu dari Gorontalo ke subsistem Sulut sebesar 12 MW. Sedangkan
aliran daya dari Gorontalo ke Tolitoli sekitar 28 MW.
Secara umum, kondisi sistem sedikit memburuk yang ditandai dengan menurunnya tegangan hampir
disemua GI walaupun dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Tegangan sistem 150 kV, tertinggi di
Anggrek (154,1 kV) dan terendah terjadi di GI Paniki (139,0 kV), sedangkan untuk sistem 70 kV tertinggi
di GI Likupang (65,2 kV) dan terendah di GI Tasikria (61,5 kV).
Total beban sistem sebesar 671 MW dengan jumlah pasokan sebesar 681 MW dan susut transmisi 10 MW
atau 1,6%.
B. Sistem Sulbagsel
Analisa aliran daya pada sistem Sulbagsel dilakukan dengan memperhatikan seluruh pembangkit
eksisting dan rencana penambahan pembangkit baru sesuai neraca daya 2012-2021, meliputi sistem 275
kV, 150 kV dan 70 kV. Analisa load flow dilakukan untuk tahun 2015, 2017, 2019 dan 2021.
1. Tahun 2015
Pada tahun 2015 sistem Sulbagsel sudah terbentuk. Dengan demikian, pusatpusat beban seperti
Makassar, Palu, Mamuju dan Kendari akan dapat dipasok dari berbagai pembangkit besar yang ada di
sistem ini.
simulai menunjukkan bahwa kota Makassar dan sekitarnya mendapatkan pasokan dari PLTA Bakaru, PLTU
Barru, PLTGU Sengkang, PLTU Jeneponto/ Bosowa dan PLTG/MG Makassar Peaker dengan beban total
407 MW. Beban industri besar di Tonasa dipasok dari PLTU Barru. Sedangkan sistem Sulbar mendapatkan
pasokan dari PLTA Bakaru 42 MW. Sulteng mendapatkan pasokan dari PLTA Poso sebesar 93 MW, dan
Sultra mendapatkan pasokan dari PLTA Poso serta PLTGU Sengkang total 70 MW.
511
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pada periode 2012 - 2015 terdapat penambahan ruas transmisi 150 kV baru yang cukup panjang serta
275 kV milik IPP, yaitu: ruas Wotu - Malili - Lasusua - Kolaka - Unaaha - Kendari, ruas Sengkang - Keera/
Siwa - Palopo, ruas Bontoala - Tallo Lama (UGC), ruas Silae - Pasang Kayu, ruas Tentena (PLTA Poso) - Poso
- Palu Baru - Silae dan 70 kV ruas Palu Baru - Talise. Selain itu, juga ruas transmisi yang terkait dengan
penyambungan proyek pembangkit ke GI terdekat dan transmisi 275 kV PLTA Poso - Wotu - Palopo.
2. Tahun 2017
Aliran daya tahun ini masih tetap menuju ke puat-pusat beban di ibukota Provinsi yaitu Makassar dengan
sumber pasokan dari pembangkit di Jeneponto,
PLTG/MG Makassar peaker, PLTA dan PLTGU Sengkang. Pada tahun ini kelompok PLTU di Jeneponto
sebagai pemasok utama beban Makassar mencapai 410 MW. Selebihnya untuk melayani beban industri
besar 140 MW di Jeneponto sendiri serta beban di sekitar Bantaeng. Beban industri besar lainnya yang
diperkirakan berlokasi di Palopo (sekitar 100 MW) mendapatkan pasokan utama dari PLTA Poso, PLTA
Malea, dan sistem Sultra, sedangkan beban industri di Barru (sekitar 60 MW) dipasok dari PLTU Barru.
Di subsistem Sultra terjadi kelebihan pasokan, yaitu sekitar 43 MW dikirim ke Sulsel melalui Malili - Wotu
untuk memenuhi kebutuhan beban di Sulsel. Sedangkan pasokan di subsistem Palu - Poso dan subsistem
Sulbar juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan setempat. Kekurangannya dipasok dari PLTA Poso
sebesar 55 MW melalui Poso - Palu - Silae dan terjadi aliran daya dari Silae - Pasangkayu sebesar 18,6 MW.
Tegangan sistem masih dalam batas-batas toleransi yang diijinkan, tertinggi terjadi di GI Kasipute Sultra
(154,8 kV) dan terendah di GI Sinjai (145,9 kV) serta GI Bosowa (146,0 kV). Beban sistem mencapai 1.966
MW dengan pasokan 1.992 MW dan susut tranmisi 25 MW (1,27%).
Selama periode 2016-2017 terdapat tambahan ruas transmisi 150 kV baru yaitu ruas Mamuju Baru - Pasang
Kayu (Sulbar), ruas Raha - Baubau (Sultra) dan ruas baru yang terkait dengan penyambungan pembangkit
ke GI terdekat, seperti PLTA Bonto Batu ke GI Enrekang, PLTA Malea ke GI Makale dan seterusnya. Selain
itu, pengembangan transmisi ini juga dalam rangka perluasan untuk menjangkau beberapa ibukota
Kabupaten agar pasokan listriknya menjadi lebih terjamin dan andal.
3. Tahun 2019
Pada tahun ini beberapa pembangkit besar dijadwalkan beroperasi. Kota Makassar dan sekitarnya
sebagaian besar dipasok dari PLTU di Jeneponto dan PLTG/MG Makassar peaker. Daya PLTA juga dikirim
ke Makassar setelah kebutuhan daya setempat terpenuhi. Beban industri besar di Jeneponto
mendapatkan pasokan utama dari PLTU Jeneponto, sedangkan industri besar yang lokasinya di Palopo
mendapatkan pasokan dari PLTA. Beban sistem Bulukumba dan sekitarnya mendapatkan pasokan dari
PLTGU Sengkang dan sebagian dari PLTU Jeneponto. Sedangkan untuk sistem Sultra yang bebannya
sudah cukup tinggi, selain dipenuhi dari pembangkit setempat juga dipasok dari PLTA Poso yang mengalir
melalui transmisi Wotu - Malili sebesar 23 MW.
512
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Tegangan sistem masih dalam batas-batas yang diijinkan, tegangan tertinggi terjadi di GI Malili (Sulsel)
154 kV dan terendah di GI Sinjai (Sulsel) 146 kV.
Jumlah pasokan pembangkit pada tahun 2019 sebesar 2.236 MW dengan beban distribusi 2.192 MW, dan
susut transmisi 44 MW (2,0 %).
Selama periode 2018-2019 terdapat tambahan ruas transmisi 150 kV yang terkait dengan proyek PLTP
Borapulu, PLTA Bakaru dan Poko serta penyambungan ke Bunta - Luwuk (Sulteng), panjang total
sekitar 504 kms.
4. Tahun 2021
Secara umum arah aliran daya hampir sama dengan kondisi 2019, namun ada peningkatan pembebanan
sesuai dengan kondisi terakhir. Aliran daya di transmisi 275 kV Sidrap - Daya Baru naik dari 109 MW
(2019) menjadi 156 MW (2021). Sedangkan transfer daya dari Sulsel ke Sultra naik dari 23 MW (2019)
menjadi 81 MW (2021). Demikian juga transfer dari Sulbar melalui GI Pasangkayu ke Palu - Poso naik dari
6 MW menjadi 21 MW. Sedangkan daya dari PLTA Poso sebagian besar mengalir ke Sultra.
Secara umum kondisi sistem tahun 2021 lebih jelek dibanding 2019, yang ditandai dengan menurunnya
tegangan di hampir semua GI serta naiknya susut transmisi. Tegangan sistem rata-rata turun menjadi
lebih rendah, tertinggi terjadi di GI Ampana (153,4 kV) dan terendah di GI Sinjai (143,8 kV). Total pasokan
daya pada tahun ini sebesar 2.675 MW dengan beban distribusi 2.611 MW, dan susut transmisi 64 MW
(2,38 %).
Selama periode 2019-2021 terdapat tambahan dua ruas transmisi 150 kV sepanjang 350 kms, yang
menghubungkan Ampana - Bunta, dan Kolonedale Bungku, keduanya di provinsi Sulteng.
Gambaran yang lebih rinci kondisi sistem besar di Sulawesi pada tahun-tahun tertentu hasil simulasi
aliran daya diberikan pada Lampiran B2.7.
Kebutuhan pengembangan sistem distribusi diperlukan untuk meningkatkan keandalan (SAIDI dan
SAIFI) dan mutu tegangan pelayanan, meningkatkan penjualan tenaga listrik dengan menambah
pelanggan baru, merehabilitasi jaringan yang sudah tua dan tidak layak dioperasikan serta menurunkan
susut teknis jaringan.
Proyeksi kebutuhan fisik distribusi dan kebutuhan dana investasi untuk pengembangan jaringan
distribusi diberikan pada tabel berikut ini (Lampiran B2.8)
513
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Dari tabel perkiraan kebutuhan fisik dan biaya distribusi regional Sulawesi tahun 2012-2021 dapat
dijelaskan sebagai berikut :
− Selama kurun waktu tahun 2012-2021 direncanakan membangun JTM 15.030 kms, JTR 14.011 kms,
kapasitas gardu distribusi 4.938 MVA untuk menunjang penyambungan sejumlah 1,9 juta pelanggan.
− Perkiraan biaya total untuk menunjang pengembangan sistem distribusi tersebut, membutuhkan
biaya sebesar US$ 720 juta yang terdiri dari JTM US$ 284 juta, JTR US$ 103 juta, gardu US$ 241 juta,
dan sambungan pelanggan US$ 92,4 juta serta diperkirakan setiap tahunnya dibutuhkan anggaran
sebesar US$ 72 juta.
− Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari 65,6 % tahun 2011, menjadi
77,9 % di tahun 2014 dan 92,2% di tahun 2021 untuk regional Sulawesi.
514
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
JTM kms 689,8 2.631,2 2.775,3 3.493,4 3.913,1 4.259,5 4.583,5 4.918,2 5.241,3 5.639,4 38.144,7
JTR kms 947,0 958,6 1.180,7 1.345,6 1.433,5 1.543,1 1.659,9 1.767,1 1.876,8 1.992,4 14.704,7
Trafo MVA 70,1 71,1 76,5 85,9 87,5 89,2 93,3 96,0 97,8 98,1 865,6
Unit 1.007 1.194 1.234 1.333 1.350 1.405 1.468 1.505 1.538 1.551 13.585
Jml Pelanggan PLG 53.797 32.562 38.756 42.543 45.303 50.328 53.102 55.242 57.015 58.368 487.016
*) DIPA
04/02/2013 10:37:19
516
JTM 241.190,3 261.771,3 335.526,7 385.234,0 413.761,3 448,895,9 475.853,5 498.518,2 514.373,1 526.487,7 4.101.611,9
JTR 110.517,3 125.033,4 155.508,9 181.454,1 192.735,8 206,265,6 221.652,0 236.047,1 250.042,2 265.000,0 1.944.256,3
Trafo 117.874,6 139.969,1 144.908,9 159.832,1 161.186,7 164,254,9 171.757,7 176.354,5 180.081,2 181.453,8 1.597.673,6
Lisdes Reguler 469.582,2 526.773,8 635.944,4 726.520,2 767.683,8 819,416,3 869.263,2 910.919,8 944.496,5 972.941,5 7.643.541,8
Total Biaya 602.561,6 568.958,8 678.129,4 726.520,2 767.683,8 819.416,3 869.263,2 910.919,8 944.496,5 972.941,5 7.860.891,1
*) DIPA
04/02/2013 10:37:19
B2.9 Program Listrik Perdesaan
Pengembangan listrik perdesaan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan dan kesiapan pasokan
listrik kepada masyarakat perdesaan yang disesuaikan dengan tingkat kemudahan perluasan jaringan
yang akan tersambung ke jaringan eksiting terdekat serta ketersediaan dana investasi yang disiapkan
oleh Pemerintah. Prakiraan kebutuhan fisik dan dana investasi untuk pengembangan listrik perdesaan
diberikan pada tabel berikut ini.
Untuk menunjang program pengembangan listrik perdesaan di pulau Sulawesi, direncanakan akan
dibangun JTM 38.145 kms, JTR 14.705 kms, kapasitas gardu distribusi 865 MVA.
Kegiatan tersebut untuk mendukung penyambungan 487.000 calon pelanggan baru sehingga diharapkan
dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari 65,6% tahun 2011 menjadi 77,9% di tahun 2014 serta 92,2%
di tahun 2021 untuk regional Sulawesi .
Proyeksi kebutuhan jaringan distribusi dan dana investasi untuk listrik perdesaan diberikan pada
Lampiran B2.9
Proyeksi kebutuhan dana investasi pembangkit, transmisi, gardu induk dan sistem distribusi se Sulawesi
diberikan pada Lampiran B2.10, namun belum termasuk kebutuhan investasi gardu induk pembangkit.
517
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar dipasok dari sistem Barito, sedangkan
sistem-sistem isolated tersebar antara lain sistem Pagatan, Kotabaru serta Unit Listrik Desa (ULD)1
dipasok dari PLTD setempat. Pada tahun 2011 daya terpasang total adalah 426 MW dengan daya mampu
sekitar 317 MW dan beban puncak 311,5 MW. Jumlah pelanggan pada waktu yang sama adalah sekitar
765 ribu pelanggan, dengan rasio elektrifikasi sekitar 73,4%. Situasi sistem kelistrikan di provinsi ini pada
dasarnya masih terbatas dan tanpa cadangan yang cukup. Konfigurasi sistem kelistrikan interkoneksi di
Kalimantan Selatan saat ini dan rencana dapat dilihat pada gambar B3.1.
Sistem Barito
Sistem Barito merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan transmisi 150 kV dan 70 kV, dipasok dari
beberapa jenis pembangkit meliputi PLTA, PLTU, PLTD minyak dan PLTG minyak. Sistem Barito merupakan
pemasok utama kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dengan
total daya terpasang 447 MW, daya mampu sekitar 332 MW dan beban puncak 331,5 MW. Sedangkan
beban puncak di Kalsel yang tersambung ke sistem Barito adalah 283 MW. Bilamana ketersediaan
pembangkitan cukup, maka beban puncak diperkirakan akan lebih tinggi.
Pusat beban sistem Barito berada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan porsi sekitar 85% dari
seluruh beban sistem Barito. Saat ini sistem Barito masih belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan
masyarakat, mengingat daya yang ada masih terbatas. Kondisi ini terjadi akibat proyek PLTU batubara
di Asam-Asam dan Pulang Pisau (proyek percepatan tahap 1) belum selesai pembangunannya. Saat ini
penambahan pelanggan baru daya di atas 41,5 kVA yang tersambung ke sistem Barito, dilakukan secara
selektif dan mensyaratkan pada saat beban puncak pelanggan tersebut harus keluar dari sistem dan
1 ULD adalah unit satuan pelayanan PLN yang dikelola oleh badan usaha di daerah terpencil yang mengelola pembangkit, jaringan dan
pelanggan PLN .
522
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kondisi kekurangan pasokan tersebut adalah menyewa
PLTD minyak jangka pendek dengan total daya 137,3 MW, dan menambah daya melalui pembelian tenaga
listrik excess power dari industri sebesar 9 MW dari industri yang mempunyai kelebihan daya.
Di Kalimantan Selatan masih terdapat sistem-sistem kecil isolated tersebar, dan beberapa diantaranya
relatif besar yaitu:
- Sistem Pagatan/Batulicin, merupakan sistem yang terhubung dengan jaringan 20 kV, melayani
kebutuhan pelanggan di kabupaten Tanah Bumbu dan sebagian kabupaten Pulau Laut. Kondisi
kelistrikan di Pagatan juga mengalami keterbatasan daya dan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
dilakukan sewa PLTD minyak serta membeli excess power. Total pembangkit non PLN sebesar 13 MW,
yang terdiri 9 MW PLTD Sewa dan 4 MW excess power dari ITP. Dalam waktu dekat, sistem Pagatan
akan tersambung dengan sistem Barito menggunakan transmisi 150 kV yang saat ini dalam tahap
pembangunan.
- Sistem Kotabaru merupakan sistem isolated, terletak di pulau Laut yang terpisah dari daratan pulau
Kalimantan dengan pasokan listrik dari PLTD setempat, terhubung ke beban melalui jaringan
20 kV. Sistem Kotabaru direncanakan akan dinterkoneksikan dengan sistem Barito melalui jaringan
transmisi SUTT 70 kV dan kabel laut yang menghubungkan Batulicin dengan Kotabaru (Pulau Laut).
Pada saat ini sedang dilakukan studi mengenai rencana pembangunan jaringan transmisi kabel
laut tersebut.
- ULD merupakan sistem kelistrikan kecil yang tersebar di daerah terpencil untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat desa setempat dan bebannya masih rendah. Jumlah ULD adalah sebanyak 18 unit dengan
daya terpasang 7,51 MW.
Daya terpasang dan beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada
tabel B3.1.
523
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
524
Tabel B3.1 Sistem Kelistrikan Provinsi Kalimantan Selatan
04/02/2013 10:37:19
Provinsi Kalsel memiliki sumber daya energi yang melimpah dengan tersedianya cadangan batubara dan
gas methane yang cukup besar. Selain itu, di beberapa kawasan sudah banyak dibuka perkebunan kelapa
sawit. Pengusahaan sumber daya alam batubara dan mulai berkembangnya perkebunan kelapa sawit,
telah membuat ekonomi Kalsel tumbuh positif dan mempunyai prospek yang bagus. Kondisi demikian
akan berpengaruh kepada pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik di Kalimantan Selatan.
Berdasarkan realisasi penjualan lima tahun terakhir termasuk adanya daftar tunggu yang cukup besar
dan dengan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan
penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai dimasa yang akan datang, proyeksi kebutuhan listrik 2012-
2021 diberikan pada tabel B3.2.
Rencana pembangunan sarana kelistrikan yang meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi
Kalimantan Selatan dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer setempat dan sebaran
penduduknya sebagai berikut.
Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki sumber energi
primer sangat besar, meliputi batubara, gas methan batubara (Coal Bed Methana/CBM) dan tenaga air.
Potensi batubaranya sangat besar dengan berbagai tingkat kalori sebagaimana dapat dilihat pada table
B3.3. Deposit batubara diperkirakan lebih dari 1,8 miliar ton, sementara produksinya rata-rata mencapai
12 juta ton per tahun. Energi primer yang berpotensi untuk dikembangkan khususnya bagi desa-desa
tertinggal yang sulit dijangkau oleh jaringan PLN adalah tenaga air (mini hidro) dan energi surya. Sampai
saat ini batubara Kalsel telah dipakai sebagai bahan bakar di berbagai PLTU di Indonesia termasuk di
PLTU Asam-Asam.
525
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Selain batubara dan gas methane, Kalimantan Selatan juga mempunyai potensi tenaga air walaupun tidak
besar antara lain DAS Barito, Riam Kanan, Riam Kiwa, Balangan, Batang Alai, Amandit, Tapin, Kintap,
Batulicin, dan Sampanahan. Umumnya DAS tersebut berhulu di pegunungan Meratus dan bermuara
di laut Jawa dan selat Makassar. Keberadaan DAS tersebut kurang berpotensi untuk dijadikan PLTA
run-offriver karena topografinya landai, sehingga head-nya relatif kecil. Secara rinci potensi tenaga air
dapat dilihat pada tabel B3.4.
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik periode 2012-2021 direncanakan tambahan 6 proyek pembangkit
listrik berkapasitas 659 MW, meliputi PLTU batubara, PLTA dan PLTG/MG peaker. Tabel B3.5 menampilkan
perincian pengembangan pembangkit dimaksud.
Asumsi
No Proyek Jenis MW COD
Pengembang
1 Asam Asam (FTP1) PLN PLTU 2x65 2013
2 Kotabaru (APBN) PLN PLTU 2x7 2014
3 Kalselteng 2 PLN PLTU 2x100 2017/18
4 Kalselteng Peaker PLN PLTG/MG 50 2018
5 Kusan PLN PLTA 65 2019
6 Kalsel 1 (FTP2) Swasta PLTU 2x100 2016/17
Total Kapasitas 659
526
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Selama periode 2012-2021 direncanakan akan dibangun saluran transmisi 150 kV dan 70 kV sepanjang
1.223 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 154 juta seperti ditampilkan dalam tabel B3.6.
Anggaran
No. Dari Ke Tegangan Konduktor kms (Juta COD
USD)
1 Asam-asam Batu licin 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 248 30,4 2012
2 Tanjung Perbatasan 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 284 34,8 2012
3 Rantau Incomer 2 phi (Barikin - 150 kV 4cct, ACSR 2 x 240 mm 2
2 0,2 2012
Cempaka)
4 Bandara Incomer 2 phi ( Cempaka- 150 kV 4cct, ACSR 1 x 240 mm2 2 0,2 2014
Mantuil)
5 Satui Incomer 1 phi (Asam- 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 30 1,7 2014
asam - Batulicin)
6 PLTU Kalsel 1 Tanjung 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 100 12,3 2015
(FTP 2)
7 Barikin Kayutangi 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 240 29,4 2015
9 Batu Licin Landing point Batulicin 70 kV 2cct, ACCC 460 mm 2
6 4,5 2015
Landing point Kotabaru 70 kV 2cct, ACCC 460 mm2 74 6,6 2015
10 P. Laut
Landing point Landing point P. Laut 70 kV 2cct, kabel laut 6 8,4 2015
11 Batulicin
Seberang Trisakti 150 kV 2cct, Uprating ke AC3 30 5,3 2016
12 Barito
13 Kayutangi Mantuil 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 60 7,4 2017
14 PLTA Kusan Single phi (Cempaka - 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 138 12,3 2018
Rantau)
Jumlah 1.220 153
Catatan: Tingkat tegangan kabel laut yang menginterkoneksi Pulau Laut dan Kalimantan sedang dalam kajian.
Jumlah GI yang direncanakan akan dibangun sampai dengan tahun 2021 termasuk perluasannya, akan
mencapai 28 buah dengan kapasitas total 930 MVA. Khusus di pulau Laut, direncanakan pengembangan
GI 70/20 kV dan saat ini dalam tahap kajian. Biaya investasi yang dibutuhkan sekitar USD 54 juta dengan
rincian terdapat pada tabel B3.7, namun belum termasuk kebutuhan investasi untuk gardu induk
pembangkit.
Rencana pembangunan GI baru tersebut dapat dibuat dengan konfigurasi dan fasilitas minimal namun
tetap memenuhi standar teknis dan keselamatan. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi beban yang
masih rendah dan relatif kurang berkembang, guna mempercepat perluasan pembangunan, menekan
biaya investasi dan meningkatkan efisiensi serta pelayanan.
527
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Distribusi
Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas, direncanakan juga
pembangunan jaringan distribusi 20 kV. Proyeksi kebutuhan jaringan distribusi sampai tahun 2021
termasuk untuk listrik pedesaan adalah 21.469 kms JTM, 10.744 kms JTR dan 533 MVA trafo distribusi
dengan rincian ditunjukkan dalam tabel B3.8. Proyeksi tersebut dimaksudkan untuk menundukung
penambahan pelanggan rata-rata 42.200 pelanggan per tahun selama 10 tahun.
528
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kalimantan Selatan dengan wilayah daratan yang sangat luas mempunyai banyak kelompok penduduk
yang tersebar jauh dan terisolasi. Sistem kelistrikannya dipasok dari PLTD dan dikelola oleh Unit Listrik
Desa (ULD). Sistem ini secara bertahap diupayakan dapat tersambung ke grid (sistem) Barito melalui grid
extension sehingga lebih andal dan efisien. Untuk daerah yang jauh dari grid, direncanakan dibangun
PLTU batubara skala kecil. Jika didaerah tersebut terdapat potensi tenaga mini hidro, maka diupayakan
untuk dapat segera dibangun PLTM baik oleh swasta maupun PLN. Selain itu secara terbatas PLN
berencana memasang PLTS komunal.
B3.5 Rangkuman
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 di Provinsi Kalimantan Selatan diberikan pada tabel B3.9.
529
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi Kalimantan Tengah dipasok dari sistem interkoneksi 150 kV Barito melalui
beberapa GI di Kalteng yaitu GI Selat, GI Pulang Pisau dan GI Palangkaraya. GI Selat memasok beban di
kabupaten Kuala Kapuas dan sekitarnya, GI Pulang Pisau memasok beban di kabupaten Pulang Pisau dan
GI Palangkaraya memasok beban kota Palangkaraya dan kabupaten Katingan. Sistem kelistrikan lainnya
merupakan sistem isolated, dengan daya mampu pembangkitan rata-rata dalam kondisi tanpa cadangan
yang cukup.
Kapasitas terpasang seluruh pembangkit di Provinsi Kalteng adalah 194 MW terdiri dari pembangkit
swasta 113 MW dan pembangkit PLN 81 MW, dengan daya mampu sekitar 160 MW dan beban puncak
tertinggi non coincident adalah 126 MW. Sebagian beban Kalimantan Tengah yaitu 48 MW dipasok dari
sistem Barito dan selebihnya 110 MW tersebar di berbagai tempat terisolasi dipasok dari PLTD setempat.
Kondisi kelistrikan di Kalteng pada umumnya masih krisis terutama yang tersambung ke sistem Barito, se
waktu-waktu mengalami defisit daya dan terjadi pemadaman bergilir. Untuk mengatasi kondisi tersebut,
dalam jangka pendek PLN melakukan tambahan sewa PLTD. Diharapkan setelah PLTU Asam-Asam unit 3,
4 di Kalsel beroperai baik, pemadaman bergilir akan dapat dihindari.
Sampai dengan akhir 2011, jumlah pelanggan PLN di Provinsi Kalimantan Tengah adalah 325.697
pelanggan dengan rincian 286 ribu (88%) pelanggan rumah tangga, 28 ribu (8%) pelanggan bisnis, 11 ribu
(4%) pelanggan publik dan 104 pelanggan industri. Peta sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Tengah
dan rencana pengembangannya diperlihatkan pada gambar B4.1. Sedangkan Rincian data pembangkitan,
kemanpuan mesin dan beban puncak tertingggi sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Tengah dapat
dilihat pada tabel B4.1.
532
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengan dalam lima tahun terakhir tumbuh cukup tinggi rata-rata diatas
5% pertahun, masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor pertanian, perkebunan sawit,
pertambangan batubara dan perdagangan menjadikan ekonomi Kalimantan Tengah tumbuh dinamis
dan prospektif. Kondisi tersebut berpengaruh pada kebutuhan listrik di Kalimantan Tengah yang
terus meningkat. Mengingat rasio elektrifikasi di Kalimantan Tengah masih cukup rendah (sekitar 55%)
sudah termasuk pelanggan listrik non PLN, maka pertumbuhan kebutuhan listrik di masa mendatang
diperkirakan akan lebih tinggi.
Memperhatikan realisasi penjualan dalam lima tahun sebelumnya termasuk dengan memperhitungkan
daftar tunggu yang cukup besar dan dengan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi
regional, pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai dimasa yang akan datang,
proyeksi kebutuhan listrik Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2012-2021 diberikan pada tabel B4.2.
Rencana pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi
Kalimantan Tengah dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer setempat sebagai berikut.
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menyimpan potensi
energi primer sangat besar utamanya batubara. Energi yang lain juga tersedia antara lain gas alam dan
tenaga air.
Batubara
Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai potensi batubara yang besar terutama di kabupaten Barito
Utara. Survey yang telah dilakukan sejak tahun 1975 oleh beberapa institusi, baik pemerintah maupun
perusahaan asing seperti PT BHP - Biliton memperkirakan terdapat sekitar 400 juta ton batubara
dengan nilai kalori di atas 7.000 kkal per kg dan juga ditemukan batubara dengan kandungan kalori di atas
8.000 kkal per kg di kabupaten Barito Utara dan Murung Raya bagian utara. Batubara banyak ditemukan
di daerah Muara Bakah, Bakanon, Sungai Montalat, Sungai Lahei, Sungai Maruwai dan sekitarnya.
533
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
04/02/2013 10:37:21
Potensi batubara di Kalimantan Tengah dapat dilihat pada Table B4.3
Gas Alam
Potensi gas alam di Kalimantan Tengah terdapat di Bangkanai kabupaten Barito Utara, yang dapat
menghasilkan gas alam 20 mmscfd selama 20 tahun. Diperkirakan volume gas akan turun secara bertahap
menjadi 16 mmscfd mulai tahun ke-16.
Kalimantan Tengah memiliki potensi tenaga air di DAS Barito dan Katingan di Puruk Cahu, Muara Teweh
dan Kasongan. Status potensi tersebut dalam tahap identifikasi oleh Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Kalimantan Tengah, dan memerlukan studi lebih lanjut untuk dapat dikembangkan.
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan beban sampai dengan tahun 2021 termasuk memenuhi daftar tunggu,
direncanakan tambahan kapasitas pembangkit sekitar 759 MW. Jenis pembangkit yang akan dibangun
adalah PLTU batubara di beberapa lokasi dan PLTG/MG gas alam di Bangkanai sebagai pembangkit
peaker dengan menggunakan CNG (compress natural gas) storage. Tabel B4.4 berikut menampilkan
perincian pengembangan pembangkit di Kalimantan Tengah.
Asumsi
No Proyek Jenis MW COD
Pengembang
1 Pulang Pisau (FTP1) PLN PLTU 2x60 2014
2 Bangkanai (FTP 2) PLN PLTG/MG 140/70/70 2014/15/16
3 Kuala Pambuang PLN PLTU 2x3 2014
4 Sampit (APBN) PLN PLTU 2x25 2014
5 Kuala Pambuang 2 PLN PLTU 3 2017
6 Kalselteng 3 Swasta PLTU 2x50 2016
7 Kalselteng 1 Swasta PLTU 2x100 2017/18
Total Kapasitas 759
535
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Rencana pembangunan transmisi 150 kV dimaksudkan untuk menyalurkan daya dari pembangkit ke pusat
beban, menyambung sistem isolated masuk ke grid Barito dan untuk meningkatkan keandalan sistem.
Lokasi PLTG/MG Bangkanai jauh dari pusat beban dan sebaran penduduknya sangat berjauhan sehingga
transmisi 150 kV yang akan dibangun sangat panjang. Pembangunan transmisi ini akan dapat melistriki
lebih banyak penduduk Kalimantan Tengah sekaligus untuk mengambil alih peran PLTD minyak sehingga
masuk ke grid Kalselteng 150 kV. Selama tahun 2012-2021 transmisi 150 kV yang akan dibangun sekitar
2.588 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 211 juta seperti ditampilkan dalam tabel B4.5.
Angga-
Tegan- ran
No. Dari Ke Conductor kms COD
gan (Juta
USD)
Palangkaraya Sampit 150 kV 2 cct, ACSR 346 30,8 2012
1
2x240 mm2
Kasongan Incomer phi (Sampit - P 150 kV 2cct, ACSR 2x 2 0,2 2013
2
raya) 240 mm2
Tanjung Buntok 150 kV 2cct, ACSR 260 31,9 2013
3
2x240 mm2
PLTG/MG Bang- Muara Teweh 150 kV 2cct, 2 x Zebra 100 12,3 2013
4
kanai
Muara Teweh Buntok 150 kV 2cct, ACSR 220 27,0 2013
5
2x240 mm2
Sampit Pangkalan Bun 150 kV 2cct, ACSR 1 x 344 30,6 2014
6
240 mm2
PLTU Pulang Incomer 1 phi (P. Raya 150 kV 2cct, ACSR 1 x 4 0,4 2014
7
Pisau -Selat) 240 mm2
Muara Teweh Puruk Cahu 150 kV 2cct, ACSR 2 x 94 8,4 2014
8
240 mm2
Puruk Cahu Kuala Kurun 150 kV 2cct, ACSR 12 196 17,4 2014
9
x 240 mm2
PLTU Sampit Sampit 150 kV 2cct, ACSR 1 x 40 3,6 2014
10
240 mm2
Palangkaraya Incomer 1 phi (Selat - P 150 kV 2cct, ACSR 1 x 2 0,2 2015
11
[New] raya) 240 mm2
Parenggean Incomer 1 phi (Kason- 150 kV 2cct, ACSR 1 x 30 1,7 2015
12
gan - Sampit) 240 mm2
Kasongan Kuala Kurun 150 kV 2cct, ACSR 2x 240 29,4 2015
13
240 mm2
Pangkalan Bun Sukamara 150 kV 2cct, ACSR 2 x 140 17,2 2016
14
240 mm2
Nangabulik Incomer 1-phi (P Bun-S 150 kV 2cct, ACSR 1 x 70 2,1 2016
15
mara) 240 mm2
Palangkaraya Selat 150 kV 2cct, Uprating 248 43,4 2016
16
ke AC3
Selat Seberang Barito 150 kV 2cct, Uprating 84 14,7 2016
17
ke AC3
PLTU Kasongan 150 kV 2cct, ACSR 1 x 120 10,7 2017
18
Kalselteng 1 240 mm2
Pangkalan Incomer 1-phi (P Bun- 150 kV 2cct, ACSR 1 x 48 1,4 2017
19
Banteng Sampit) 240 mm2
Jumlah 2.588 210,9
536
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Seiring dengan pembangunan transmisi 150 kV juga akan dibangun gardu induk baru dan perluasa gardu
induk yang telah ada. Selama periode 2012-2021 gardu induk yang akan dibangun tersebar di 13 lokasi
dengan daya 590 MVA, termasuk trafo untuk perluasan. Dana investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 50
juta seperti ditunjukkan pada tabel B4.6, namun belum termasuk kebutuhan investasi untuk gardu induk
pembangkit.
Pengembangan Distribusi
Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas, dilakukan juga
rencana pengembangan jaringan distribusi termasuk listrik perdesaan. Jaringan distribusi yang akan
dikembangkan selama periode 2012-2021 termasuk untuk melistriki perdesaan adalah 10.078 kms
JTM, 5.580 kms JTR dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 241 MVA, secara rinci ditampilkan
pada tabel B4.7. Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dan melayani pelanggan lebih banyak setelah
pembangkit sudah cukup, khusus pada tahun 2013 akan disambung sekitar 157.000 pelanggan baru dan
tahun-tahun berikutnya akan disambung sekitar 60.000 ribu pelanggan dan menurun menjadi 16.000
pelanggan pada 2021.
537
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem Barito
Permasalahan ketidakcukupan pasokan listrik di sistem Barito sudah berlangsung lama dan PLN
tengah berupaya untuk menyelesaikannya. Selain dengan menambah sewa PLTD, juga berusahan untuk
secepatnya dapat menyelesaikan proyek PLTU AsamAsam (FTP1) yang saat ini sedang dalam tahap
komisioning dan PLTU Pulang Pisau yang sedang dalam tahap konstruksi.
Sistem Isolated
Sistem kelistrikan kecil pada daerah terpencil yang saat ini dipasok dari PLTD minyak, pada dasarnya
akan beralih masuk ke grid Barito dengan grid extension, kecuali sistem isolated yang berlokasi sangat
jauh dari grid Barito. Untuk sistem yang demikian, direncanakan dibangun PLTU skala kecil. Selain itu
juga dibuka peluang kepada investor untuk membangun PLTM untuk dapat menyelesaikan kekurangan
pasokan listrik pada daerah yang mempunyai potensi tenaga air skala kecil.
B4.5 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan dana
investasi sampai dengan tahun 2021 sebagaimana diperlihatkan pada tabel B4.8.
538
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
539
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Kalimantan Timur secara keseluruhan masih didominasi oleh pembangkit-
pembangkit berbahan bakar minyak, sehingga biaya pokok produksi masih tinggi. Peta kelistrikan
Provinsi Kalimantan Timur secara sederhana ditunjukkan pada Gambar B5.1. Pada tahun 2011 kapasitas
terpasang keseluruhan sistem adalah 495 MW, daya mampu sekitar 401 MW dan beban puncak 359 MW.
Sedangkan untuk sistem Mahakam, daya mampu sekitar 302 MW dengan beban puncak 264 MW sesuai
tabel B5.1. Beban puncak tersebut belum termasuk pelanggan yang menggunakan pembangkit sendiri
pada waktu beban puncak (captive power) karena pasokan listrik PLN tidak cukup. Jika semua beban
terlayani maka beban puncak diperkirakan akan mencapai 290 MW.
Sistem kelistrikan yang paling berkembang di Kalimantan Timur adalah sistem Mahakam, yaitu
sebuah sistem interkoneksi tegangan tinggi 150 kV yang melayani kota Samarinda, Balikpapan dan
Tenggarong. Pertumbuhan beban di sistem ini sangat tinggi dan diperkirakan pada akhir tahun 2012
beban puncak akan mencapai 324 MW sudah termasuk captive power yang akan terlayani PLN. Sistem
Mahakam dipasok dari beberapa jenis pembangkit yaitu PLTU, PLTD, PLTGU dan PLTG termasuk PLTD
sewa. Kondisi sistem Mahakam masih pas-pasan dan belum tersedia cadangan yang cukup sehingga
penambahan pelanggan baru terutama yang memerlukan daya cukup besar, masih dikendalikan dan
disesuaikan dengan kemampuan pembangkit.
Sistem kelistrikan di beberapa wilayah Kabupaten lain yaitu Kabupaten Berau, Nunukan, Bulungan,
Malinau, Sangatta, Bontang, Melak, Kotabangun, Petung, dan Tanah Grogot masih dilayani dengan
sistem tegangan menengah 20 kV dan dipasok dari PLTD BBM setempat. Khusus untuk kota Bontang
dan Petung, selain PLTD BBM juga dipasok dari PLTMG berbahan bakar gas alam. Kemampuan daya di
sistem kelistrikan ini masih mengalami keterbatasan akibat dalam beberapa tahun terakhir hampir tidak
ada penambahan kapasitas pembangkit baru, sedangkan beban yang ada terus tumbuh dengan cepat.
Akibatnya, sewaktu-waktu sistem dapat mengalami defisit daya dan terjadi pemadaman bergilir.
Untuk beberapa daerah yang berpenduduk relatif sedikit dan terpencil, sistem kelistrikannya masih
sangat kecil dan dilayani jaringan tegangan rendah 220 volt yang tersambung langsung dengan PLTD
setempat.
Rasio elektrifikasi Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 71%, sudah mencapai termasuk masyarakat
yang dilistriki secara swadaya oleh perusahaan swasta dan mansyarakat pengguna PLTS.
542
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Malinau
Bulungan
/ Tj Selor
Berau/ Tj
Redep
Sangatta
Bontang
Melak
Tenggarong
Daya (MW)
No Sistem Daerah Pelayanan
Terpasang Mampu Beban Puncak
Samarinda, Balikpapan,
1 Mahakam 409,1 302,8 264,3 Tenggarong, Samboja dan
Muara Jawa
2 Petung 17,4 12,3 11,6 Penajam dan Petung
3 Tanah Grogot 12,6 11,4 10,4 Tanah Grogot dan Kuaro
4 Kotabangun 4,21 2,95 2,25 Kotabangun
5 Melak 21,7 9 7,6 Melak
6 Bontang 30,4 24,8 18,1 Bontang
7 Sangatta 19,08 14 12,95 Sangatta
8 Berau 23,84 16,6 13,68 Tanjung Redep
9 Bulungan 11,07 7 6,43 Tanjung Selor
10 Nunukan 15,85 8,5 5,57 Nunukan
11 Malinau 9,4 6,18 4,31 Malinau
543
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kaltim dalam dua tahun terakhir sangat mengesankan yaitu mencapai
11,7% per tahun (tanpa minyak dan gas) atau rata-rata 8,27% per tahun selama 2007-2011. Kondisi ini
sejalan dengan kebutuhan tenaga listrik yang tumbuh tinggi2, yaitu mencapai rata-rata 9,2% per tahun.
Pertumbuhan tertinggi adalah pada sektor rumah tangga (10,1% per tahun), sedangkan terendah adalah
pada sektor industri (1,25% per tahun).
Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi sistem kelistrikan di Kaltim tidak mampu mengimbangi
pertumbuhan beban listrik yang begitu tinggi karena keterbatasan daya pembangkit. Akibatnya daftar
tunggu terutama konsumen industri dan bisnis menumpuk dan membuat tambahan beban yang akan
datang diperkirakan naik sangat tinggi setelah PLTU batubara beroperasi.
Mengacu pada realisasi penjualan tenaga listrik selama lima tahun terakhir termasuk adanya daftar
tunggu calon pelanggan yang cukup besar, dan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan
ekonomi regional, pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai dimasa yang akan
datang, proyeksi kebutuhan listrik 2012-2021 ditunjukkan pada tabel B5.2. Daftar tunggu konsumen
besar akan dapat dilayani setelah pembangkit-pembangkit baru skala besar yang saat ini dalam tahap
konstruksi sudah beroperasi.
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik yang tinggi di Provinsi Kalimantan Timur, direncanakan
akan dibangun pembangkit, transmisi dan jaringan distribusi, dengan mempertimbangkan ketersediaan
potensi energi primer setempat. Kalimantan Timur sebagai daerah penghasil batubara dan migas dalam
jumlah besar merupakan lumbung energi nasional.
Seiring dengan pembentukan provinsi Kalimantan Utara yang merupakan pemekaran dari provinsi
Kalimantan Timur dengan Tanjung Selor sebagai ibukotanya, maka sistem kelistrikan di provinsi tersebut
juga akan dikembangkan menjadi sistem interkoneksi yang selanjutnya akan tersambung dengan sistem
Mahakam.
544
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sumber energi primer di Kalimantan Timur tersedia dalam jumlah sangat besar dan berdasarkan informasi
dari Dinas Pertambangan dan Energi Pemprov Kalimantan Timur, sumber energi yang ada meliputi :
- Cadangan batubara mencapai 25 milyar ton dengan tingkat produksi mencapai 120 juta ton per
tahun,
- Cadangan gas bumi mencapai 46 TSCF dengan produksi 2 TSCF per tahun,
- Cadangan minyak bumi 985 MMSTB dan dengan produksi 57 MMSTB per tahun,
- Potensi tenaga air yang cukup besar dan diperkirakan layak dikembangkan antara lain PLTA Kelai
di Tanjung Redep dan PLTA Tabang kabupaten Kutai Kartanegara berjarak sekitar 214 km dari
Tenggarong dan perlu distudi lebih lanjut.
Pengembangan Pembangkit
Sesuai dengan ketersediaan sumber energi primer di Kaltim, untuk memenuhi kebutuhan listriknya
akan dibangun pembangkit yaitu PLTU batubara, PLTG/MG dan PLTA. Selama periode 2012-2021,
direncanakan tambahan pembangkit baru dengan kapasitas total sekitar 1.620 MW dengan perincian
seperti ditampilkan pada tabel B5.3 berikut.
Asumsi
No Proyek Jenis MW COD
Pengembang
1 Kaltim Peaking (APBN) PLN PLTU 100 2013
2 Tanjung Selor PLN PLTMG 20 2013
3 Malinau PLN PLTU 2x3 2014
4 Malinau Peaker PLN PLTMG 5 2015
5 Tanjung Redep PLN PLTU 14 2014
6 Muara Jawa/Teluk Balikpapan (FTP1) PLN PLTU 2x110 2014
7 Tanjung Selor PLN PLTU 2x7 2014
8 Sangatta PLN PLTU 2x7 2014/15
9 Nunukan PLN PLTMG 8 2014
10 Melak PLN PLTU 2x7 2015
11 Malinau 2 PLN PLTU 2x3 2018
12 Tanjung Redep 2 PLN PLTU 2x7 2016
13 Sangatta Peaker (Relokasi PLTD) PLN PLTD 2x5 2015/20
14 Nunukan 2 PLN PLTMG 8 2016
15 Tana Tidung (Relokasi PLTD) PLN PLTD 1 2016
16 Sangatta 2 PLN PLTU 7 2017
17 Kaltim Peaker 1( Ex Sewa Bontang) PLN PLTG/MG 100 2017
18 Nunukan 3 PLN PLTMG 16 2018
19 Tana Tidung (Relokasi PLTD) PLN PLTD 1 2019
20 Kelai PLN PLTA 75 2020
21 Tana Tidung Sewa XPLTMG 6 2013
545
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Beban sistem kelistrikan Kalimantan Timur sudah cukup besar tetapi masih banyak daerah yang belum
terjangkau oleh sistem interkoneksi Mahakam. Sebagai upaya untuk menurunkan penggunaan BBM dan
pengembangan kelistrikan, di daerah-daerah terpencil yang masih menggunakan PLTD secara bertahap
akan diupayakan untuk dibangun jaringan transmisi 150 kV dan diinterkoneksikan dengan sistem
Mahakam.
Khusus untuk daerah yang akan masuk kedalam wilayah Provinsi Kalimantan Utara, akan dibangun
jaringan 150 kV interkoneksi dengan sistem Mahakam, membentang dari Bontang sampai dengan
Malinau melalui Sangatta, Maloi, Tanjung Redep, Tanjung Selor, Tidang Pale.
Selama periode 2012-2021, direncanakan pengembangan jaringan transmisi 150 kV sepanjang 2.749 kms
dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 207 juta seperti ditampilkan dalam tabel B5.4.
546
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
lampiran rama 29 1 13.indd 547
Tabel B5.4 Rencana Pengembangan Transmisi di Kaltim
Anggaran
No. Dari Ke Tegangan Konduktor kms COD
(Juta USD)
1 Kuaro Petung 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 18 22,3 2013
2 Kuaro Perbatasan 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 93 11,4 2013
2
3 Bontang Sambutan 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm 180 22,1 2013
4 Sambera incomer Sambutan - Bontang 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 14 1,7 2013
2
5 PLTG Senipah New Industri 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm 90 11,0 2013
6 Petung PLTU Teluk Balikpapan 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 46 5,6 2013
2
7 PLTU Teluk Balikpapan Karang Joang 150 kV 4cct, ACSR 2x240 mm 16 1,0 2013
8 Harapan Baru Bukuan 150 kV Up rating mejadi Twin Hawk 24 2,9 2013
2
9 Tenggarong Kotabangun 150 kV 2cct, ACSR 1x240 mm 120 13,0 2014
2
10 PLTG Senipah Bukuan/Palaran 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm 110 8,4 2014
11 GI New Balikpapan Incomer 1 phi (Manggarsari-Industri) 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 30 3,7 2014
2
12 PLTU Kaltim 2 (FTP-2) Bontang 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm 30 3,7 2015
13 New Samarinda Embalut 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 32 3,9 2015
2
14 Tanjung Redep Tanjung Selor 150 kV 2cct, ACSR 1x240 mm 160 14,2 2015
15 PLTG Bangkanai Melak 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2 200 24,5 2015
2
16 GI New Balikpapan GI Kariangau 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm 40 4,9 2015
17 Bontang Sangatta 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 90 11,0 2016
2
18 Tj Selor Tidang Pale 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm 204 25,0 2016
2
19 Tidang Pale Malinau 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm 52 6,4 2016
20 New Samarinda Sambera 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 40 4,9 2017
2
21 PLTU Kaltim 3 Bukuan 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm 30 3,7 2017
22 Sangatta Maloi 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 160 19,6 2017
2
23 Maloi Tanjung Redep 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm 340 41,7 2017
24 Melak Kotabangun 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2 268 32,9 2018
2
25 PLTA Kelai Tanjung Redep 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm 140 31,9 2020
Jumlah 2.749 207,2
04/02/2013 10:37:22
Pengembangan Gardu Induk (GI)
Rencana pengembangan GI di Kalimantan Timur sebagian besar untuk menjangkau sistem isolated
menggantikan peran PLTD dan sebagian lainnya untuk peningkatan pelayanan dan keandalan serta untuk
mengantisipasi GI yang sudah tidak dapat dikembangkan lagi. Pengembangan GI ini juga merupakan
bagian dari rencana pengembangan kelistrikan di Provinsi Kalimantan Utara.
Jumlah GI 150 kV yang akan dibangun dalam periode 2012-2021 tersebar di 13 lokasi termasuk untuk
perluasannya, dengan kapasitas total 1.480 MVA dan dana investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 91 juta
namun belum termasuk kebutuhan investasi untuk gardu induk pembangkit, seperti diperlihatkan pada
tabel B5.5.
Daya Anggaran
No Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
Karang Joang/Giri Rejo Ext 150/20 kV Extension 2 LB 1,2 2012
1
LB
2 Sambutan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,2 2012
3 Bontang 150/20 kV New 30 2,6 2013
4 Kuaro / Tanah Grogot 150/20 kV New (4 LB) 30 3,9 2013
5 Petung 150/20 kV Extension 30 1,8 2013
6 Kariangau 150/20 kV New 30 2,6 2013
7 New Industri 150/20 kV New 60 3,3 2013
8 Sambera 150/20 kV New (4 LB - 2x30) 60 4,6 2013
9 Sei Kleidang / Harapan Baru 150/20 kV Extension 60 2,1 2014
10 Sambutan 150/20 kV Extension 60 2,1 2014
11 Bontang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,2 2014
12 Tenggarong / Bukit Biru 150/20 kV Extension 30 1,8 2014
13 Industri/Gunung Malang 150/20 kV Extension 60 2,1 2014
14 Kotabangun 150/20 kV New 20 2,4 2014
15 New Balikpapan 150/20 kV New 60 3,3 2014
16 Bontang 150/20 kV Extension 60 2,1 2014
17 New Samarinda 150/20 kV New 60 3,3 2014
18 Berau / Tj Redep 150/20 kV New 30 2,6 2015
19 Senipah 150/20 kV New 30 2,6 2015
20 Bulungan / Tj Selor 150/20 kV New 30 2,6 2015
21 Sangatta 150/20 kV New 30 2,6 2015
22 Melak 150/20 kV New 30 2,6 2015
23 Kariangau 150/20 kV Extension 30 1,8 2016
24 Berau / Tj Redep 150/20 kV Extension 30 1,8 2016
25 Sambutan 150/20 kV Extension 60 2,1 2016
26 Kuaro / Tanah Grogot 150/20 kV Extension 30 1,8 2016
27 Tidang Pale 150/20 kV New 20 2.4 2016
28 Malinau 150/20 kV New 30 2,6 2016
29 Maloy 150/20 kV New 30 2,6 2017
30 Sangatta 150/20 kV Extension 30 1,8 2017
31 GI Karang Joang/Giri Rejo 150/20 kV Extension 30 1,8 2017
32 New Balikpapan 150/20 kV Extension 60 2,1 2018
548
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
SABAH (MALAYSIA)
BRUNEI DARUSSALAM
PLTU Kaltim-2
2x100 MW – 2016
Maloi
ACSR 2x240 mm2
80 km - 2017 PLTG Kaltim Peaker 1
2x50 MW – 2017
PLTU Embalut (Ekspansi)
1x50 MW – 2015 Sangatta
PLTG Kaltim Peaking
Bontang U 2x50 MW – 2013
KALIMANTAN KALIMANTAN 2 G
ACSR 2x240 mm
BARAT TENGAH 100 km - 2015
Melak Kota Bangun
G PLTU Kaltim 4
U Sambutan 2x150 MW – 2020/21
ke PLTG/MG
U
PERENCANAAN SISTEM Bangkanai PLTU Kaltim (MT)
PT PLN (Persero) PETA JARINGAN (Kalteng) 2x27.5 MW – 2015
ACSR 2x240 mm2 U
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR 134 km - 2018 U
GI 500 kV Existing / Rencana U U PLTU Existing / Rencana Karangjoang PLTU Kaltim 3
/ / G
GI 275 kV Existing / Rencana / PLTG Existing / Rencana PLTU Melak (FTP 2) G 2x100 MW – 2018/19
/
SULAWESI
G G
GU
/
A
GU
PLTA Existing / Rencana
PLTGU Existing / Rencana ACSR 2x240 mm2
U Industri 2x41 MW – 2013 TENGAH
/ GI 500/275/150 kV Existing / Rencana GB / GB PLTGB Existing / Rencana 155 km - 2013 PLTG Senipah(ST)
/ Petung
/
GI 275/150 kV Existing / Rencana M / M
PLTM Existing / Rencana 35 MW – 2015
GI 150/70 kV Existing / Rencana / PLTD Existing / Rencana
D D
Kuaro
T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting PLTU Muara Jawa/Teluk Balikpapan FTP1
/
T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana ke ACSR 2x240 mm2 2x110 MW – 2014
/
/
/
T/L 275 kV Existing / Rencana
Edit November 2012
GI Tanjung 47 km - 2013 KALIMANTAN SULAWESI
T/L 500 kV Existing / Rencana (Kalsel)
SELATAN SELATAN
Gambar
Gambar B5.2B5.2
PetaPeta Rencanapengembangan
rencana Pengembangan Sistem Interkoneksi
sistem KaltimKaltim
interkoneksi
549
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pengembangan jaringan distribusi termasuk listrik perdesaan selama kurun waktu 2012-2021
sebagaimana ditunjukkan pada tabel B5.6, untuk mendukung rencana penambahan pelanggan baru
rata-rata 71.430 sambungan per tahun. Jaringan distrubusi yang akan dibangun meliputi JTM sepanjang
24.079 kms, JTR sekitar 29.878 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 1.254 MVA.
Sejalan dengan pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, maka kebutuhan listrik dalam beberapa
tahun kedepan di Tanjung Selor sebagai ibukota provinsi diperkirakan akan tumbuh tinggi. Begitu juga
dengan beberapa Kabupaten yang ada di provinsi tersebut seperti Tana Tidung dan Malinau juga akan
berkembang.
Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan Utara, direncanakan pembangunan
transmisi 150 kV yang akan menghubungkan daerah-daerah tersebut dengan sistem Mahakam. Dengan
demikian, dalam jangka panjang pasokan listrik ke Kalimantan Utara akan lebih terjamin dan andal serta
lebih efisien.
Sistem kelistrikan skala sangat kecil di daerah terpencil yang sangat jauh dari pusat beban, saat ini
direncanakan akan dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), termasuk melalui kerja
sama dengan Pemerintah Daerah.
Untuk daerah-daerah yang memiliki potensi tenaga mini hidro, dapat dikembangkan menjadi PLTM dan
pemerintah daerah serta swasta dapat berpartisipasi dalam pembangunannya.
Ada dua kabupaten di Kalimantan Timur (rencana Kalimantan Utara) yang berbatasan langsung dengan
Sabah, Malaysia yaitu Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung. Kedua daerah tersebut, sebagian besar
550
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
B5.5 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 adalah sebagaimana terdapat dalam tabel B5.7
551
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kelistrikan Daratan
Sistem kelistrikan di Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari sistem interkoneksi di daratan Sulawesi Utara
yaitu sistem Minahasa dan sistem kecil isolated tersebar di pulau-pulau. Sistem Minahasa dipasok dari
PLTA, PLTP dan PLTD yang disalurkan melalui sistem transmisi 70 kV dan 150 kV dengan 12 gardu induk
(GI) berkapasitas total 290 MVA, membentang dari kota Bitung sampai Kotamobagu. Kapasitas terpasang
pembangkit adalah 305 MW dengan beban puncak mencapai 188 MW. Pada tahun 2012 diperkiran PLTU
Amurang 2x25 MW akan beroperasi memasok sistem Minahasa.
Tabel B6.1 berikut adalah rincian pembangkit eksisting, dan gambar B6.1.adalah peta sistem kelistrikan
eksisting dan rencana pengembangannya.
PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero) PLTG/MG Minahasa Peaker
PETA JARINGAN PROPINSI SULAWESI UTARA 3x25 MW – 2015/2016
GI 500 kV Existing / Rencana U U PLTU Existing / Rencana
/ /
/ GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana
/ GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana
/ GI 70 kV Existing / Rencana / Likupang
A A PLTA Existing / Rencana G
/ GI 500/275 kV Existing / Rencana PLTGU Existing / Rencana
GU
/ GU
/ GI 500/275/150 kV Existing / Rencana GB / GB
PLTGB Existing / Rencana
/ ACSR 1x240 mm2
/
GI 275/150 kV Existing / Rencana M / M
PLTM Existing / Rencana
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D
PLTD Existing / Rencana PLTA Sawangan 8 km - 2011 Paniki
T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting 12 MW – 2016
/ ACSR 1x240 mm2 Bitung
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana
Teling Ranomut 30 km - 2011 D
/ T/L 275 kV Existing / Rencana
/ T/L 500 kV Existing / Rencana Edit November 2012 Tasik Ria
A Kema PLTG/MG Sulut Peaker
G 3x25 MW – 2018/19/21
Sawangan
U
ACSR 1x240 mm2 Tomohon U PLTU Sulut 1 (Kema)
PLTU Sewa Amurang 48 km - 2010 2x25 MW - 2015
2x25 MW - 2014 Tonsealama
P PLTU Sulut 3
Lopana P 2x50 MW - 2017/2018
PLTU Sulut II (FTP1)
2x25 MW – 2012 U
U PLTP Lahendong
ACSR 2x240 mm2 I,II&III 3x20 MW
18 km - 2010 Kawangkoan
P PLTP Lahendong IV
ACSR 1x240 mm2 1x20 MW - 2012
10 km - 2013
PLTP Lahendong V & VI
2x20 MW – 2015/2017
PLTU Sulut I (FTP1)
Buroko 2x25 MW – 2014/2015
U Lolak
ke Bintauna
GI Isimu
ACSR 1x240 mm2
(Gorontalo) ACSR 1x240 mm 2
40 km - 2011 Otam
ACSR 1x240 mm2 16 km - 2015
40 km - 2011 P
P PLTP Kotamobagu I
2x20 MW – 2020
PLTP Kotamobagu II
2x20 MW – 2020
ke
PLTU TLG ACSR 1x240 mm2 Molibagu
(Gorontalo) 130 km - 2020
554
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Daya (MW)
No Pembangkit Owner Bahan Bakar
Terpasang Mampu
1 PLTA Tonsealama PLN Hydro 14,38 13,00
2 PLTA Tanggari I PLN Hydro 18,00 16,30
3 PLTA Tanggari II PLN Hydro 19,00 17,00
4 PLTD Bitung PLN HSD 56,52 27,20
5 PLTD Lopana PLN HSD 10,00 8,50
6 PLTP Lahendong I PLN Geothermal 20,00 20,00
7 PLTP Lahendong II PLN Geothermal 20,00 20,00
8 PLTP Lahendong III PLN Geothermal 20,00 20,00
9 PLTP Lahendong IV PLN Geothermal 20,00 20,00
10 PLTU Amurang #1 PLN Coal 25,00 10,00
11 PLTM Poigar I PLN Hydro 2,40 2,40
12 PLTM Lobong PLN Hydro 1,60 1,60
13 PLTD Kotamobagu PLN HSD 8,02 4,88
14 PLTD Sewa Minahasa Sewa HSD 55,00 55,00
15 PLTD Sewa Kotamobagu Sewa HSD 10,00 10,00
16 PLTM Mobuya IPP Hydro 3,00 3,00
17 PLTD Molibagu PLN HSD 2,73 1,50
Total Sistem 305,65 250,38
Kelistrikan Pulau-Pulau
Di Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa pulau yang berlokasi dekat dengan daratan Sulut maupun
sejumlah besar pulau-pulau yang tersebar hingga ke perbatasan Filipina, seperti Miangas di kabupaten
Talaud, Marore di kabupaten Sangihe, serta pulau-pulau kecil lainnya. Kelistrikan di seluruh pulau tersebut
dipasok dari PLTD dan 1 PLTM di pulau Sangihe, menggunakan jaringan tegangan menengah 20 kV.
Sistem di pulau-pulau yang relative besar adalah sistem Sangihe dengan beban puncak sekitar 5,82 MW.
Daftar pembangkit di pulau-pulau tersebar dengan beban relative besar sebagaimana diperlihatkan pada
tabel B6.2. Selain itu masih terdapat cukup banyak sistem-sistem sangat kecil tersebar dengan sumber
pasokan dari PLTD dan terhubung langsung ke pelanggan menggunakan jaringan 220 volt.
555
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi pada kisaran
7% sampai 8% per tahun. Kondisi ini seiring dengan tingginya kegiatan pembangunan infrastruktur dan
investasi serta adanya event-event tingkat nasional dan internasional yang sering diselenggarakan di
Sulawesi Utara. Saat ini Sulawei Utara telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata internasional yang
cukup menarik sehingga banyak wisatawan yang datang. Hal tersebut ditunjang dengan berkembangnya
kawasan bisnis dan perhotelan sehingga kebutuhan energi listrik di Sulawesi Utara mengalami
peningkatan yang tinggi.
Berdasarkan realisasi penjualan tenaga listrik dalam lima tahun terakhir termasuk memperhitungkan
adanya daftar tunggu calon pelanggan baru yang cukup besar dan dengan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikai, proyeksi kebutuhan listrik 2012 - 2021 diberikan pada tabel B6.3.
556
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Produksi Beban
Tahun Sales (Gwh) Pelanggan
(Gwh) Puncak (MW)
2012 1.124 1.284 236 484.142
2013 1.238 1.431 261 526.509
2014 1.363 1.529 276 566.542
2015 1.500 1.719 308 609.643
2016 1.654 1.885 335 649.541
2017 1.802 2.045 359 663.004
2018 1.981 2.238 390 673.868
2019 2.178 2.451 423 684.836
2020 2.399 2.691 460 695.909
2021 2.632 2.941 499 707.090
Growth 10,3% 9,6% 8,5% 4,8%
Rencana pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan jaringan distribusi di Provinsi Sulawesi Utara
dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer setempat dan kondisi geografis serta sebaran
penduduknya, sebagai berikut.
Sulawesi Utara memiliki potensi sumber energi terbarukan yang cukup besar berupa panas bumi hingga
700 MW yang tersebar di Lahendong, Tompaso dan Kotamobagu (gunung Ambang). Dari potensi panas
bumi tersebut, yang dieksploitasi baru sebesar 78 MW yaitu di Lahendong unit 1, 2, 3 dan 4 dan berpeluang
untuk dikembangkan adalah potensi sebagaimana terdapat pada table B6.4, termasuk potensi tenaga air.
Kendala yang dihadapi untuk mengembangkan potensi panas bumi dan tenaga air tersebut adalah
masalah status lahan, dimana sebagian besar potensi tersebut berada di kawasan cagar alam Gunung
Ambang di Kabupaten Bolaang Mongondow.
Beberapa potensi tenaga air yang sedianya dapat dikembangkan menjadi PLTA dan terdapat di kawasan
tersebut adalah Poigar II (30 MW), Poigar III (20 MW), Poigar IV (14 MW) namun masih terkendala oleh
peraturan tentang kehutanan.
Sedangkan untuk sumber energi terbarukan yang tersedia di pulau-pulau berupa tenaga angin dan
radiasi matahari. Karakteristik tenaga angin yang cenderung tidak kontinu dan radiasi matahari yang
efektifitasnnya cukup rendah memerlukan penerapan sistem pembangkit PLTS maupun tenaga bayu
(PLTB) dengan desain khusus, yaitu pengembangan pembangkit diprioritaskan menggunakan sistem
hibrid interkoneksi dengan PLTD eksisting.
557
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Interkoneksi
Nama Potensi Jarak Kit ke
No Lokasi ke Status
Proyek (MW) Sistem
Sistem
Poigar II Wulurmahatus / 30,0 Sistem
1
Modoinding Minahasa
Poigar III Wulurmahatus / 20,0 Sistem
2
Modoinding Minahasa
Woran Woran/Tombasian 0,6 Sistem 0,10 SSI
3
Minahasa
Morea Morea / Belang 0,6 Sistem 1,00 SSI
4
Minahasa
Molobog Molobog / Kotabuan 0,6 Sistem 1,00 SSI
5
Minahasa
Lobong II Bilalang IV/ Passi 0,5 Sistem 4,00 SSI
6
Minahasa
Apado Bilalang IV/ Passi 0,3 Sistem 0,55 SSI
7
Minahasa
Kinali Otam /Pasi 1,2 Sistem 1,00 SSI
8
Minahasa
Bilalang Bilalang I/ Pasi 0,3 Sistem 0,40 SSI
9
Minahasa
Salongo Salongo / Bolaang 0,9 Sistem 5,50 SSI
10
Uki Minahasa
Tangangah Tengangah/ Bolaang 1,2 Sistem 1,20 SSI
11
Uki Minahasa
Milangodaa I Milangodaa I/ Bo- 0,7 Sistem 4,50 FS Tahun
12
laang Uki Minahasa 2008
Milangodaa Milangodaa II/ Bo- 0,7 Sistem 5,00 FS Tahun
13
II laang Uki Minahasa 2008
Pilolahunga Mamalia/ Bolaang 0,8 Sistem 2,50 SSI
14
Uki Minahasa
Ulupeliang II Ulung Peliang/ 0,3 Sistem 1,50 SSI
15
Tamako Tahuna
Belengan Belengan /Manganitu 1,2 Sistem 0,05 SSI
16
Tahuna
Jumlah Potensi Air 59,7
Interkoneksi
Nama Potensi Jarak Kit ke
No Lokasi ke Status
Proyek (MW) Sistem
Sistem
Lahendong V Tompaso 20,0 Sistem On Going
21
Minahasa
Lahendong Tompaso 20,0 Sistem On Going
22
VI Minahasa
Gunung Kotamobagu 400,0 Sistem Pra FS
23
Ambang Minahasa
Jumlah Potensi Panas Bumi 440
Potensi tenaga air: Studi potensi hidro oleh PLN PI Sarana Fisik dan Fasilitas Penunjang, 1994
Potensi panas bumi: Distamben Prov Sulut, 2006
558
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2021 direncanakan tambahan 18 unit
pembangkit baru dengan kapasitas total 677 MW. Jenis pembangkit yang akan dibangun meliputi PLTP,
PLTA, PLTM, PLTU batubara serta PLTG/MG peaker. Tabel B6.5 berikut menampilkan rincian rencana
pengembangan pembangkit di Provinsi Sulawesi Utara.
Selain daftar rencana tersebut diatas, juga diberikan peluang pengembangan pembangkit
skala kecil lainnya yang berbasis energi terbarukan seperti PLTS jenis terkonsentrasi /komunal serta PLT
biomas.
Pengembangan Transmisi
Kondisi beban sistem kelistrikan Sulut sudah cukup besar dan untuk menjangkau daerah yang semakin
jauh, direncanakan pengembangan transmisi menggunakan tegangan 150 kV dan 70 kV. Berdasarkan
proyeksi beban dan kondisi geografis di Sulawesi Utara, sampai dengan tahun 2021 jaringan transmisi
150 kV dan 70 kV yang akan dibangun sepanjang 652 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$
49 juta seperti ditampilkan pada tabel B6.6.
Sejalan dengan rencana pengembangan transmisi, gardu induk yang akan dibangun sampai dengan
tahun 2021 termasuk perluasannya adalah GI 150 kV tersebar di 17 lokasi dan GI 70 kV di 4 lokasi dengan
kapasitas trafo total sekitar 670 MVA. Dana investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 40 juta sebagaimana
ditunjukkan pada tabel B6.7, namun belum termasuk kebutuhan dana investasi untuk GI pembangkit.
559
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
04/02/2013 10:37:23
Khusus kota Manado dimana harga tanah untuk membangun GI telah semakin mahal dan sulit didapat,
pada masa yang akan datang akan menerapkan GI jenis gas insulated switchgear (GIS) seperti yang sedang
dibangun di Teling Baru. Sedangkan untuk GI yang masih jauh di luar kota Manado akan menggunakan
tipe outdoor karena secara ekonomi masih lebih menguntungkan dari pada tipe GIS.
Selain itu, dapat juga dikembangkan GI dengan konfigurasi dan fasilitas minimal namun tetap memenuhi
standar teknis dan keselamatan, untuk diterapkan pada daerah yang bebannya masih rendah dan relatif
kurang berkembang guna perbaikan pelayanan dengan biaya investasi yang relatif rendah.
Pengembangan Distribusi
Pengembangan distribusi di Provinsi Sulawesi Utara dimaksudkan untuk memenuhi rencana tambahan
pelanggan baru sekitar 287 ribu sambungan sampai dengan tahun 2021 atau rata-rata 28.700 sambungan
setiap tahun. Pengembangan jaringan distribusi tersebut belum termasuk adanya rencana interkoneksi
dari daratan Sulawesi Utara dengan pulau kecil yang berdekatan, dimana dalam implementasinya akan
didahului dengan studi kelayakan dan studi dasar laut.
Distribusi yang akan dikembangkan selama periode 2012-2021 termasuk untuk melistriki perdesaan
adalah 1.468 kms JTM, 2.123 kms JTR dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 422 MVA, secara
rinci ditampilkan pada tabel B6.8.
561
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Gugusan kepulauan di Sulawesi Utara merupakan bagian dari Sabuk Wallacea, sebagian pulau
memiliki gunung berapi. Jarak antar pulau cukup jauh dan transportasi laut yang digunakan masih
sebatas kapal motor berkapasitas kecil, kecuali untuk pulau Sangihe, Talaud, dan Siau. Akses untuk
mendapatkan energi primer dari luar sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca terutama gelombang
laut. Sebagian besar mata pencaharian dari penduduk di kepulauan tersebut adalah nelayan tradisional
dan hanya mengandalkan hasil laut.
Di Kabupaten Talaud terdapat empat pulau terdepan dari wilayah NKRI, yakni pulau Miangas, Marore,
Marampit dan pulau Karatung. Mengingat letaknya yang sangat strategis bagi NKRI, kecukupan dan
keandalan pasokan listrik PLN yang telah ada akan ditingkatkan dengan membangun pusat listrik tenaga
surya (PLTS) dengan sistem hybrid (PLTS-PLTD).
562
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 adalah seperti pada tabel B6.9.
563
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan yang melayani pelanggan di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari sistem interkoneksi 70
kV Palu-Parigi dan sistem isolated 20 kV di lokasi tersebar. Pada umumnya sistem-sistem tersebut dipasok
dari pembangkit jenis PLTD dan sebagian dari PLTM. Khusus sistem Palu-Parigi, selain mendapatkan
pasokan listrik PLTD juga dipasok dari PLTU batubara IPP Tawaeli.
Sistem kelistrikan kota Palu dan sekitarnya dilayani oleh sistem interkoneksi Palu-Parigi 70 kV melalui GI
Talise dan GI Parigi, dipasok dari PLTU IPP Tawaeli, PLTD Silae, PLTD Parigi dan PLTD Sewa, total beban
puncak tahun 2011 sekitar 70,13 MW. Gambar sistem interkoneksi Palu-Parigi eksisting dan rencana
pengembangan sistem di Sulawesi Tengah sebagaimana ditampilkan pada gambar B7.1.
Gambar
Gambar B7.1.B7.1. SistemKelistrikan
Sistem Kelistrikan didi
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah
Sistem Isolated
Di Sulawesi Tengah terdapat banyak sistem kelistrikan yang terhubung dengan jaringan 20 kV seperti
sistem Tolitoli, sistem Poso, dan sistem Luwuk, dipasok dari PLTM dan PLTD dengan beban masing-
masing sistem sudah diatas 5 MW. Selain itu masih terdapat sistem isolated kecil tersebar lainnya dimana
sebagian besar dipasok dari PLTD. Sebagian lainnya dipasok dari PLTD dan PLTM serta di beberapa lokasi
dibantu dari PLTD Pemkab setempat.
Rincian kapasitas pembangkit dan baban puncak sistem kelistrikan isolated di Sulawesi Tengah pada
tahun 2011 sebagaimana ditampilkan pada tabel B7.1 dan B7.2.
566
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Daya
Daya Mampu Beban
No Jenis Pembangkit Terpasang
(MW) Puncak
(MW)
1 PLTD Silae 43,70 28,95
2 PLTD Parigi 5,50 2,95
3 PLTD Sewa HSD 27,00 22,20
4 PLTD Sewa MFO 10,00 10,00
5 PLTU Tawaeli 30,00 26,00
Total Sistem 116,20 90,10 70,13
Tabel B7.2 Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Kecil Tersebar (Per Sistem)
Sulawesi Tengah kaya dengan sumber daya alamnya, tanaman coklat tumbuh dengan baik sehingga
Sulawesi Tengah menjadi salah satu penghasil utama komoditi coklat di Indonesia. Selain itu, terdapat
juga potensi gas alam yang cukup besar di Kabupaten Luwuk dan potensi tambang nikel di Kabupaten
Morowali. Kedua jenis tambang tersebut sedang diupayakan untuk dikelola secara komesial. Hal ini
akan memberikan dampak positip terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah. Seiring dengan
tingginya potensi ekonomi tersebut, diperkirakan kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tengah
juga akan terus meningkat.
Memperhatikan data penjualan tenaga listrik dalam lima tahun terakhir dan dengan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2012 - 2021 diberikan pada tabel B7.3.
567
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi Sulawesi Tengah
dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer setempat termasuk pola sebaran penduduknya
sebagai berikut.
Potensi energi primer yang tersedia di Sulawesi Tengah sangat besar dan berpeluang untuk dikembangkan
terutama tenaga air dan gas alam. Sedangkan untuk panas bumi potensinya juga cukup besar namun
statusnya masih spekulatif dan terduga dengan total sekitar 380 MWe. Potensi tenaga air yang besar
adalah DAS Poso yang dapat dikembangkan menjadi PLTA skala besar hingga 575 MW. Pengembangan
tenaga air pada skala tersebut akan dapat memenuhi seluruh kebutuhan tenaga listrik di Sulawesi Tengah
dan bahkan masih berlebih untuk dikirim ke Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Menurut Indonesia
Energy Outlook and Statistic 2006 yang dibuat oleh Pengkajian Energi Universitas Indonesia, di Sulawesi
Tengah juga terdapat potensi tenaga air skala kecil yang tersebar di Poso, Palu, Tentena, Taripa, Tomata,
Moutong, Luwuk, Bunta, Tataba-Bulagi, dengan kapasitas total sekitar 64 MW. Namun demikian terdapat
tantangan dalam pengembangan PLTM karena jarak antara lokasi PLTM dan pusat beban cukup jauh.
Masih menurut Energy Outlook tersebut, di Sulawesi Tengah juga terdapat potensi tenaga panas bumi
yang cukup besar dan tersebar di Donggala dan Poso hingga lebih dari 500 MWe, dengan status resource
masih speculative serta reserve possible, sehingga masih memerlukan studi lebih lanjut.
Sedangkan pemanfaatan gas alam untuk pembangkitan tenaga listrik dari lapangan Donggi dan Senoro,
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaker yang dibangun dibeberapa lokasi
tersebar kawasan timur Indonesia dan diangkut dalam bentuk LNG.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2021, direncanakan tambahan kapasitas
pembangkit sekitar 693 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada tabel B7.4.
568
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Asumsi
No Proyek Jenis MW COD
Pengembang
1 Ampana (Relokasi PLTD) PLN PLTD 2 2012
2 Ampana PLN PLTU 2x3 2014/15
3 Luwuk Peaker (CNG) PLN PLTMG 10 2014
4 Morowali PLN PLTMG 10 2014
5 Halulai/Wuasa PLN PLTM 2x0,7 2014
6 Buleleng PLN PLTM 2x0,6 2014
7 Tolitoli PLN PLTU 3x15 2014/15
8 Luwuk Peaker (CNG) PLN PLTMG 5 2015
9 Palu 2 PLN PLTU 2x15 2015
10 Morowali PLN PLTMG 2x5 2015/16
11 Palu 3 PLN PLTU 2x50 2017/18
12 Luwuk Peaker (CNG) PLN PLTMG 5 2019
13 Poso 2 PLN PLTA 2x66 2020/21
Poso Energy (Transfer Swasta PLTA 130 2012
14
ke Sulsel)
15 Poso (Transfer ke Palu) Swasta PLTA 65 2013
16 PLTM Tersebar Sulteng Swasta PLTM 25 2013-2014
17 Tawaeli (Ekspansi) Swasta PLTU 2x15 2015
18 Luwuk (FTP2) Swasta PLTU 2x10 2015/16
19 Bora (FTP 2) Swasta PLTP 5 2018
20 Marana/Masaingi (FTP 2) Swasta PLTP 20 2018
21 Borapulu Swasta PLTP 2x20 2019/20
Total Kapasitas 693
Pengembangan Transmisi
Untuk menjangkau seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang secara geografis memanjang dengan
sebaran komunitas penduduk yang saling berjauhan, diperlukan transmisi yang sangat panjang. Oleh
karena itu, sistem kelistrikan di Sulteng tidak cocok jika dikembangkan menjadi hanya satu sistem
terinterkoneksi.
Di Sulteng akan dikembangkan dua sistem interkoneksi yaitu sistem Palu-Parigi-Poso yang akan menyatu
dengan sistem Sulselrabar, dan sistem Tolitoli yang akan menyatu dengan sistem Gorontalo-Sulut. Untuk
evakuasi daya dari PLTA Poso ke pusat beban, sedang dibangun transmisi 275 kV ke arah selatan (Palopo)
569
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Angga-
ran
No. Dari Ke Tegangan Konduktor kms COD
(Juta
USD)
Palu Baru Silae 150 kV 2cct, ACSR 1 x 50 4,5 2012
1
240 mm2
Palu Baru Talise 70 kV 2cct, ACSR 1 x 30 2,7 2012
2
240 mm2
Tentena Wotu 275 kV 2cct, Zebra, 272 61,2 2012
3
430 mm
PLTA Poso (Ten- Poso 150 kV 2cct, ACSR 1 x 80 7,1 2013
4
tena) 240 mm2
Poso Palu Baru 150 kV 2cct, ACSR 1 x 238 21,2 2013
5
240 mm2
PLTU Tawaeli TIP 24 70 kV 2cct, ACSR 1 x 14 0,9 2014
6 Ekspansi (Talise- 240 mm2
Parigi)
Toli-toli Leok 150 kV 2cct, ACSR 1 x 216 19,2 2015
7
240 mm2
Toli-toli Siboa 150 kV 2cct, ACSR 1 x 260 23,1 2015
8
240 mm2
Moutong Incomer 150 kV 2cct, ACSR 1 x 220 19,6 2015
Single phi 240 mm2
9
(Tolitoli-
Siboa)
PLTU Palu 2 Incomer 2 150 kV 2cct, ACSR 1 x 8 0,7 2015
phi (Silae- 240 mm2
10
Pasangk-
ayu)
PLTMG Luwuk Luwuk 150 kV 2cct, ACSR 1 x 180 16,0 2016
11
240 mm2
Poso Ampana 150 kV 2cct, ACSR 1 x 248 22,1 2017
12
240 mm2
PLTU Palu 3 Incomer 150 kV 2cct, ACSR 1 x 8 0,7 2017
double phi 240 mm2
13
(Silae-Pa-
sangkayu)
PLTP Bora Incomer 150 kV 2cct, ACSR 1 x 30 2,7 2018
(FTP2) double phi 240 mm2
14
(Palu Baru-
Poso)
Bunta Luwuk 150 kV 2cct, ACSR 1 x 190 16,9 2019
15
240 mm2
Kolonedale Incomer 150 kV 2cct, ACSR 1 x 164 14,6 2019
single phi 240 mm2
16
Poso-
Ampana
PLTP Borapulu Incomer 150 kV 2cct, ACSR 1 x 40 3,6 2019
(FTP2) double phi 240 mm2
17
(Palu Baru-
Poso)
570
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Penambahan dan perluasan gardu induk untuk menyalurkan daya listrik ke pusat beban selama periode
2012- 2021 adalah 710 MVA meliputi GI 150 kV dan 70 kV, termasuk IBT 275/150 kV. Dana investasi yang
dibutuhkan sekitar US$ 54 juta belum termasuk kebutuhan dana investasi untuk pembangunan GI
pembangkit, sebagaimana diperlihatkan pada tabel B7.6.
Anggaran
Baru/ Daya
No Gardu Induk Tegangan (juta COD
Extension (MVA)
USD)
1 PLTA Poso 150/20 kV New 10 2,27 2012
2 Tentena IBT 275/150 kV New 90 4,86 2012
3 Poso 150/20 kV New 30 2,62 2012
4 Palu Baru 150/20 kV New 30 2,62 2012
5 Silae 150/20 kV New 30 2,62 2013
6 Silae 150/20 kV Extension 30 1,81 2014
7 Palu Baru 150/20 kV Extension 30 1,81 2014
8 Leok/Buol 150/20 kV New 20 2,38 2014
9 Toli-Toli 150/20 kV New 30 2,62 2014
10 Moutong 150/20 kV New 30 2,62 2014
11 Siboa 150/20 kV New 30 2,62 2014
12 Luwuk 150/20 kV New 30 2,62 2014
13 Moilong 150/20 kV New 20 2,38 2014
14 Talise 70/20 kV Extension 30 1,26 2014
15 Parigi 70/20 kV Extension 20 1,01 2014
16 Poso 150/20 kV Extension 30 1,81 2016
17 Ampana 150/20 kV New 20 2,38 2017
18 Palu Baru 150/20 kV Extension 30 1,81 2018
19 Luwuk 150/20 kV Extension 30 1,81 2018
20 Silae 150/20 kV Extension 30 1,81 2018
21 Tentena 150/20 kV Extension 30 1,81 2018
22 Kolonedale 150/20 kV New 20 2,38 2019
23 Talise 150/20 kV Extension 30 1,81 2019
24 Bungku 150/20 kV New 30 2,62 2021
Jumlah 710 54,4
571
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas, juga akan dibangun
jaringan distribusi termasuk untuk melayani listrik pedesaan. Sampai dengan tahun 2021 jaringan
distribusi yang akan dibangun sekitar 1.245 kms JTM, 1.457 kms JTR dan 459 MVA trafo distribusi,
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel B7.7. Pengembangan sistem distribusi tersebut untuk melayani
tambahan pelanggan baru sekitar 355 ribu pelanggan sampai dengan tahun 2021 atau rata-rata 35.500
pelanggan per tahun.
Tabel B7.7 Rincian Pengembangan Distribusi
B7.4 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan dana
investasi sampai dengan tahun 2021 diperlihatkan pada tabel B7.8.
572
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi Gorontalo saat ini pada dasarnya dipasok dari PLTD BBM, dengan pembangkit
terbesar adalah PLTD Telaga di kota Gorontalo dan beberapa PLTD kecil di Buroko, Marisa dan Tilamuta.
Pembangkit non PLTD masih terbatas yaitu hanya PLTM Mongango sehingga BPP di Gorontalo masih
sangat tinggi. Daya terpasang total PLTD adalah 75,5 MW dengan daya mampu sekitar 47 MW. Beban
Isimu
PLTU GE
ACSR 1x240 mm2 2x6 MW – 2013
ke ACSR 1x240 mm2 27 km - 2012
GI Moutong 90 km - 2014 ACSR 1x240 mm 2 Botupingge
Marisa ACSR 1x240 mm2
(Sulteng) 110 km - 2011 8 km - 2012
ACSR 1x240 mm2
SULAWESI
Moutong
Tilamuta U
U
15 km - 2014 UTARA
G
PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero)
PETA JARINGAN PROPINSI GORONTALO
puncak tertinggi tahun 2011 (non coincident) Provinsi Gorontalo adalah 49,6 MW. Kondisi saat ini dan
rencana pengembangan sistem kelistrikan di Gorontalo sebagaimana disajikan sesuai gambar B8.1
Hampir semua energi listrik yang dibangkitkan disalurkan ke beban di Gorontalo melalui jaringan
distribusi 20 kV. Transmisi 150 kV sistem interkoneksi Gorontalo - Minahasa akan berfungsi sebagaimana
mestinya setelah kondisi pembangkit di Sulut surplus sehingga mampu memasok kebutuhan listrik di
Gorontalo.
Rincian kapasitas pembangkit terpasang di sistem Gorontalo sampai dengan tahun 2011 berdasarkan
jenis pembangkit dan pengelolaannya diberikan pada tabel B8.1.
574
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Daya Daya
Jenis Jenis
No Pembangkit Pemilik Terpasang Mampu
Pembangkit Bahan
(MW) (MW)
1 Telaga PLTD HSD PLN 24,50 15,30
Sewa Telaga/ PLTD HSD PLN 37,46 22,00
2
Gorontalo
3 Marisa PLTD MFO PLN 4,55 2,25
4 Sewa Marisa PLTD HSD PLN 13,20 12,00
5 Tilamuta PLTD HSD PLN 1,65 1,12
6 Boroko PLTD HSD PLN 2,29 0,24
7 Mongango PLTD HSD PLN 1,50 1,20
8 Lemito PLTM Hydro PLN 1,57 0,68
Total Sistem 86,72 54,8
Pembangunan proyek infrastruktur termasuk fasilitas umum di Provinsi Gorontalo terus dipacu untuk
dapat mengejar ketertinggalan dari provinsi lain. Pemerintah daerah juga meluncurkan berbagai
program unggulan berbasis potensi daerah setempat agar ekonomi dapat tumbuh lebih cepat. Pada
beberapa tahun terakhir ekonomi Gorontalo berhasil tumbuh signifikan mencapai rata-rata diatas 7%
per tahun, dan hal ini mendorong kebutuhan pasokan listrik meningkat signifikan.
Pasokan listrik di sistem Gorontalo pada tahun 2012 dan seterusnya diharapkan sudah lebih baik dari
sebelumnya karena adanya tambahan pasokan dari sistem interkoneksi Minahasa seiring dengan
beroperasinya PLTU batubara di Sulut.
Memperhatikan perkembangan penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan dengan
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi setempat, pertambahan jumlah penduduk serta target
peningkatan rasio elektrifikasi, kebutuhan listrik 2012 - 2021 diperkirakan akan tumbuh seperti
ditunjukkan pada tabel B8.2.
575
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik di Gorontalo dalam jumlah yang cukup dan
andal, direncanakan akan dibangun beberapa proyek pembangkit, transmisi dan jaringan distribusi,
dengan memperhatikan potensi energi setempat.
Di Gorontalo terdapat potensi tenaga air dan panas bumi yang walaupun tidak terlalu besar namun
mempunyai peluang untuk dikembangkan. Menurut Energy Outlook and Statistic 2006 yang dibuat oleh
Pengkajian Energi Universitas Indonesia, potensi tenaga air skala kecil terdapat di Suwawa dan Sumalata
dengan potensi total sekitar 8 MW. Sedangkan potensi panas bumi terdapat di Lobong dan Limboto
sekitar 14 MW.
Pengembangan Pembangkit
Posisi Gorontalo relatif dekat dengan pulau Kalimantan yang merupakan sumber utama batubara
sehingga di Gorontalo direncanakan akan dibangun beberapa PLTU batubara, baik oleh PLN maupun
oleh swasta. Selain itu juga direncanakan akan dibangun PLTG/MG peaker3 untuk memenuhi kebutuhan
beban puncak. Sampai dengan tahun 2021, tambahan kapasitas pembangkit yang akan dibangun sekitar
212 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada tabel B.8.3.
Mengenai rencana pengembangan tenaga air yang merupakan energi bersih, selain dari yang sudah
terdaftar dalam tabel B8.3, tetap dimungkinkan untuk dikembangkan PLTM lain selama hal itu sesuai
dengan kebutuhan beban, atau dapat direncanakan sebagai pengganti pembangkit BBM sesuai
peranannya dalam sistem kelistrikan.
Seiring dengan rencana pembangunan PLTU dan rencana interkoneksi dengan sistem Tolitoli dan
sekitarnya serta untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat beban, direncanakan
pengembangan saluran transmisi 150 kV sepanjang 260 kms dengan biaya investasi sekitar US$ 23,1
juta sebagaimana ditampilkan pada tabel B8.4. Peta rencana pengembangan transmisi 150 kV sistem
Gorontalo sebagaimana ditunjukkan pada gambar B8.2.
576
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Anggaran
No. Dari Ke Tegangan Konduktor kms COD
(Juta USD)
PLTU Gorontalo Botupingge 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 16 1,4 2012
1
Energi (IPP) 240 mm2
PLTU Gorontalo Incomer 150 kV 4 cct, ACSR 1 x 14 1,2 2013
(FTP 1) double phi 240 mm2
2
Buroko-
Isimu
PLTU TLG Botupingge 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 30 2,7 2014
3 (Molotabu) 240 mm2
(IPP)
Marisa Moutong 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 180 16,0 2014
4
240 mm2
New PLTG Marisa 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 20 1,8 2017
5
(Marisa) 240 mm2
Jumlah 260 23,1
Sampai dengan tahun 2021 akan dibangun GI 150 kV termasuk perluasan dan penambahan trafo
tersebar di 7 lokasi dengan kapasitas keseluruhan 200 MVA dan dana investasi yang dibutuhkan sekitar
US$ 14 juta belum termasuk kebutuhan dana investasi untuk pembangunan GI pembangkit, seperti pada
tabel B8.5.
Pengembangan Distribusi
Sampai dengan tahun 2021 direncanakan penambahan pelanggan baru sekitar 131 ribu sambungan.
Untuk mendukung rencana tersebut, diperlukan pembangunan jaringan distribusi termasuk untuk
melistriki daerah perdesaan yaitu JTM sepanjang 695 kms, JTR sekitar 1.159 kms dan tambahan trafo
distribusi sekitar 114 MVA, seperti ditampilkan dalam tabel B8.6.
577
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sebagaimana diketahui bahwa proyek PLTU Gorontalo 2x25 MW yang termasuk bagian dari program
percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap 1 ini mengalami banyak hambatan antara lain
masalah tanah dan kondisi site yang berbatu sehingga penyelesaiannya tertunda dari semula ditargetkan
2011 menjadi mundur. Dari perspektif kebutuhan sistem Gorontalo, keberhasilan proyek PLTU Gorontalo
ini sangat penting, mengingat kebutuhan listrik di Gorontalo cukup tinggi seiring dengan tingginya
pertumbuhan ekonomi Provinsi ini. Selain itu, pembangkit yang ada belum mampu mencukupi seluruh
kebutuhan calon pelanggan baru mengingat kondisinya masih paspasan dan biaya operasinya sangat
mahal.
Mengingat penting dan strategisnya PLTU Gorontalo ini, diharapkan kendala-kendala yang ada dapat
segera diatasi sehingga proyek ini dapat diselesaikan secepatnya dan dapat beroperasi memasok
kebutuhan listrik di Gorontalo.
578
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 adalah seperti tersebut dalam tabel B8.7.
579
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) saat ini dipasok dari pembangkit yang terhubung ke
sistem interkoneksi 150 kV dan 70 kV Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar). Selain itu, juga
terdapat sistem kecil isolated di pulau-pulau seperti di Selayar, yang dipasok dari PLTD setempat. Jumlah
gardu induk eksisting di Sulsel adalah 28 buah dengan kapasitas total 1.568 MVA termasuk IBT 150/70kV.
Daya mampu pembangkit yang ada adalah 635 MW, sedangkan beban puncak pada tahun 2011 yang harus
dilayani sebesar 613 MW4 belum termasuk pelanggan captive power yang tidak mendapatkan pasokan
listrik PLN pada waktu beban puncak. Jika semua beban terlayani maka beban puncak diperkirakan
mencapai 662 MW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem kelistrikan interkoneksi 150 kV
Sulselbar beroperasi tanpa cadangan yang cukup. Kondisi tersebut membuat sistem Sulselbar terkadang
mengalami defisit daya pembangkit dan terjadi pemadaman bergilir. Kondisi demikian menyebabkan
penyambungan pelanggan baru belum sepenuhnya dapat dilayani terutama bila membutuhkan daya
cukup besar.
Namun demikian, diharapkan pada semester kedua 2012 kondisi sistem akan dapat terpenuhi dan normal
kembali setelah proyek pembangkit yaitu PLTU IPP Jeneponto 2x100 MW, PLTU Barru 2x50 MW dapat
segera beroperasi. Selain itu, sistem Sulsel juga akan mendapatkan tambahan pasokan daya dari PLTA
Poso di Sulteng yang direncanakan pada semester kedua 2012 secara bertahap akan beroperasi.
Peta sistem kelistrikan Propinsi Sulsel kondisi saat ini dan rencana pengembangannya dipelihatkan pada
gambar B9.1.
Mengenai sistem kelistrikan di pulau Selayar, sepenuhnya dilayani PLTD BBM dengan kapasitas
pembangkit sekitar 6.5 MW daya mampu hanya 4,2 MW. Dengan beban puncak sekitar 4 MW, sistem
kelistrikan di pulau ini masih belum cukup andal.
ke
ke ke GI Tentena/
GI Barru GI Sidrap PLTA Poso
Pangkep (Sulteng)
SULAWESI
Tonasa SULAWESI
ACSR 2x430 mm2 BARAT
160 km - 2018
TENGAH
ACSR 2x240 mm2
PLTA Malea 55 km – 2016 ACSR 1x240 mm2
2x45 MW – 2017 41 km - 2013
Masamba Malili
Maros PLTA Bonto Batu
Bosowa 110 MW – 2017 Wotu
Mandai
Tallo G Daya Kima PLTA Poko ACSR 1x240 mm2
Lama 2x117 MW – 2020/21 145 km - 2013
Bontoala Daya Baru
Tello PLTA Bakaru II
Panakukang 2x63 MW – 2020 A ke
ACSR 1x430 mm2 Palopo GI Lasusua
Tanjung Sungguminasa
Bunga 15 km - 2016 (Sultra)
PLTG/MG Makassar Makale
Peaker A
ke 200 MW-2015 ke ACSR 2x430 mm2
PLTU ke A
GI Tallasa GI Polmas Bakaru A 80 km - 2018
Takalar A ACSR 2x240 mm2
(Sulbar)
Enrekang 90 km – 2013
582
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan telah tumbuh menjadi daerah industri dan sekaligus
sebagai pusat perdagangan untuk kawasan timur Indonesia (KTI). Perkembangan ekonomi kota Makassar
dan sekitarnya memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi
Selatan. Dalam lima tahun terakhir, ekonomi Provinsi Sulawei Selatan mengalami pertumbuhan yang
menggembirakan yaitu mencapai rata-rata diatas 7% pertahun, lebih tinggi daripada pertumbuhan
ekonomi nasional. Bahkan selama semester II tahun 2011 ekonomi Sulawesi Selatan telah tumbuh
mencapai 8,62% per tahun.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut telah mendorong peningkatan kebutuhan listrik yang juga
tumbuh signifikan. Oleh karena itu perlu diimbangi dengan penyediaan kapasitas listrik yang memadahi
dan andal agar momentum pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga dengan baik.
Penjualan listrik PLN di Provinsi Sulawesi Selatan dalam 5 tahun terakhir tumbuh cukup tinggi, mencapai
8,9% per tahun walaupun sebetulnya telah dilakukan pengendalian penjualan secara terbatas karena
pasokan daya listrik pada saat itu belum cukup.
Berdasarkan realisasi penjualan listrik lima tahun terakhir termasuk banyaknya daftar tunggu calon
pelanggan potensial, dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi regional serta target pencapaian rasio
elektrifikasi, proyeksi kebutuhan listrik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 - 2021 diberikan pada tabel B9.1.
Rencana pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi
Sulawesi Selatan dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan listrik dan ketersediaan potensi energi
primer setempat serta sebaran penduduknya.
Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai banyak sumber energi terutama tenaga air yang dapat
dikembangkan menjadi PLTA. Potensi tenaga air yang dapat dikembangkan menjadi PLTA mencapai 1.836
MW dan menjadi PLTM sekitar 160 MW. Selain itu terdapat potensi gas alam yang cukup besar, berada di
Kabupaten Wajo dengan cadangan terukur sebesar 470 BSCF.
583
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan kelistrikan Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar berada di daerah sebalah selatan dan
sebaliknya potensi energi primer (hidro dan gas) berada di sebelah utara provinsi ini. Kondisi ini menjadi
persoalan tersendiri bagi penyediaan tenaga listrik di Sulawesi Selatan, khususnya menyangkut sistem
penyalurannya mengingat lokasi pusat pembangkit yang akan dibangun jauh disebelah utara sedangkan
pusat beban banyak berada di selatan. Rencana proyek PLTA yang berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan
adalah PLTA Bakaru-II, PLTA Malea dan PLTA Bonto Batu. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sulawesi
Selatan selain dengan membangun PLTA dan PLTGU, juga direncanakan akan dibangun pembangkit baru
yang berlokasi mendekati pusat beban, yaitu PLTU batubara di Jeneponto, Takalar dan di Barru serta
PLTG/MG peaker di Makassar.
Di Sulawesi Selatan terdapat proyek PLTU IPP yang sedang tahap komisioning, yaitu PLTU Bosowa di
Jeneponto berkapasitas 2x100 MW. Direncanakan pada tahun 2012 PLTU tersebut akan beroperasi
untuk memasok sistem kelistrikan Sulsel. Selain itu, sistem Sulsel juga akan mendapatkan tambahan
pasokan dari Sulteng setelah beroperasinya PLTA Poso.
Tambahan pembangkit baru di Provinsi Sulsel hingga tahun 2021 mencapai 1.869 MW, dengan perincian
seperti ditampilkan pada tabel B9.2 berikut.
ASUMSI
No PROYEK JENIS MW COD
PENGEMBANG
1 Sulsel Barru (FTP 1) PLN PLTU 2x50 2012/13
2 Makassar Peaker PLN PLTG/MG 200 2015
3 Punagaya/Takalar (FTP2) PLN PLTU 2x100 2015/16
4 Selayar (Relokasi PLTD) PLN PLTD 2x1 2015/18
5 Sulsel 2 PLN PLTU 2x100 2018
6 Sulsel Barru 2 PLN PLTU 100 2016
7 Bakaru 2 PLN PLTA 2x63 2020
8 PLTM Tersebar Sulsel Swasta PLTM 13 2012-2013
Sengkang, Op. Cycle - Swasta PLTG 60 2012
9
Unit 2
Sulsel-1/Jeneponto Swasta PLTU 2x100 2012
10
Bosowa
11 Selayar (FTP 2) PLN PLTGB 8 2014
Sengkang-ST Unit 3 -> Swasta PLTGU 60 2013
12
Comb. Cycle
13 Jeneponto 2 Swasta PLTU 2x100 2016
14 Bontobatu (FTP 2) Swasta PLTA 110 2017
15 Malea Swasta PLTA 2x45 2017
16 Sulsel-3/Takalar Swasta PLTU 2x100 2020
Total Kapasitas 1.869
584
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Pembangkit di Sulsel pada umumnya mempunyai kapasitas cukup besar dan berlokasi jauh dari pusat
beban sehingga untuk menyalurkan dayanya menggunakan transmisi 150 kV dengan kapasitas yang
besar pula. Selain itu, pembangunan transmisi 150 kV juga diarahkan untuk mengatasi bottle neck dan
evakuasi daya dari pembangkit yang akan dibangun. Potensi tenaga air yang besar ini, termasuk yang
ada di Sulbar dan Sulteng akan dikembangkan menjadi PLTA untuk memenuhi kebutuhan beban di Sulsel.
Kapasitas total dayanya cukup besar sehingga untuk menyalurkan daya dari PLTA ke pusat beban di Sulsel
akan dibangun transmisi 275 kV dan 150 kV.
Secara keseluruhan transmisi yang akan dibangun hingga tahun 2021 sekitar 1.844 kms dengan kebutuhan
dana investasi sekitar US$ 182 juta. Ruas transmisi yang direncanakan akan dibangun dapat dilihat pada
tabel B9.3.
585
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
04/02/2013 10:37:28
Pengembangan Gardu Induk (GI)
Terkait dengan rencana pembangunan transmisi 275 kV juga akan dibangun gardu induk baru 275/150 kV
di tiga lokasi dan juga akan dibangun GI baru 150 kV serta penambahan kapasitas trafo pada GI eksisting.
Untuk GI 70 kV kedepan sudah tidak dikembangkan lagi kecuali pada lokasi-lokasi dimana sistem 150
kV belum dapat menggantikan peran GI 70 kV sehingga untuk sementara akan dipertahankan. Selama
kurun waktu 2012 - 2021 akan dibangun GI dan GITET baru di 15 lokasi. Penambahan gardu induk baru
dan kapasitas trafo GI ini akan dapat menampung penambahan pelanggan baru serta meningkatkan
keandalan penyaluran.
Sedangkan penambahan kapasitas trafo GI hingga tahun 2021 adalah 3.170 MVA dengan biaya investasi
sekitar US$ 199 juta belum termasuk kebutuhan dana investasi untuk pembangunan GI pembangkit,
sebagaimana terdapat pada tabel B9.4.
587
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Distribusi
Sampai dengan tahun 2021 diproyeksikan akan ada tambahan pelanggan baru sebanyak 812 ribu
pelanggan, atau rata-rata 81.200 pelanggan baru setiap tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan
menyebabkan kenaikan beban puncak menjadi 2,5 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun dari 808 MW
pada tahun 2012 menjadi sekitar 2.096 MW di tahun 2021.
588
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
B9.4 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 adalah sebagaimana terdapat dalam tabel B9.6.
589
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi Sulawesi Tenggara terbesar berada di Kendari dan pada akhir tahun 2011
salah satu unit PLTU Nii Tanasa 2x10 MW Kendari sudah dapat memasok sistem walaupun masih dalam
tahap komisioning. Daya dari PLTU batubara tersebut disalurkan melalui transmisi 70 kV ke GI Kendari.
Dengan demikian sistem Kendari mendapatkan pasokan daya dari PLTU dan PLTD. Selain itu terdapat
beberapa sistem kelistrikan yang beroperasi secara isolated untuk melayani beban setempat dengan
sumber pasokan utama dari PLTD, namun ada juga yang mendapatkan pasokan dari PLTD dan PLTM.
Kapasitas terpasang pembangkit berbeban diatas 1 MW yang masuk ke sistem 20 kV adalah 150 MW
dengan daya mampu sekitar 112 MW. Beban puncak keseluruhan sistem kelistrikan (non coincident) di
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 adalah 88,4 MW.
Peta kelistrikan saat ini dan rencana pengembangan sistem kelistrikan di Sulawesi Tenggara ditunjukkan
pada Gambar B10.1.
ke SULAWESI
GI Malili
(Sulsel)
TENGAH
PLTA Wotunohu 1
ACSR 1x240 mm 2 20 MW – 2017
120 km - 2013
A
PLTU Kendari 3
2x50 MW – 2017
ACSR 1x240 mm2
55 km - 2013 U PLTP Laenia
Unaaha A U 20 MW - 2019
Kolaka U
Kendari
P
U ACSR 1x240 mm2
PLTU Kolaka 75 km - 2013
2x10 MW - 2016 ACSR 1x240 mm2
110 km - 2016
ACSR 1x240 mm2
45 km - 2017 PLTU Kendari FTP2
Andolo 2x25 MW - 2016
U
ACSR 1x240 mm2
42 km - 2017
Kasipute U
Raha
PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero) PETA JARINGAN PLTU Wangi-Wangi
PROPINSI SULAWESI TENGGARA 2x3 MW – 2014/15
ACSR 1x240 mm2
GI 500 kV Existing / Rencana
/
U
/ U PLTU Existing / Rencana 85 km - 2016
/ GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana
592
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kendari, Kolaka, Bau-Bau dan Wangi-Wangi adalah kota-kota utama di Sulawesi Tenggara yang
berkembang cukup pesat, namun pasokan listriknya belum sepenuhnya dapat mencukupi kebutuhan
masyarakat yang terus meningkat. Kendari sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara dan kota Kolaka
dalam dua tahun terakhir masih dalam kondisi krisis daya dan secara berangsur telah dapat ditingkatkan
kemampuan pasokan listriknya dengan sewa PLTD sambil menunggu penyelesaian proyek PLTU yang
sedang dalam tahap komisioning. Akibatnya terjadi penumpukan permintaan sambungan listrik dan
potensi kebutuhan listrik di kedua daerah tersebut tumbuh lebih tinggi dari daerah lainnya.
Sedangkan kota Wangi Wangi, Baubau dan Raha pasokan listriknya dalam dua tahun terakhir masih
mencukupi. Kota Wangi Wangi merupakan pintu masuk ke kepulauan Wakatobi, dimana terdapat obyek
wisata alam Taman Nasional Laut Wakatobi yang sangat terkenal dan telah berkembang cukup pesat.
Kebutuhan listriknya terus meningkat seiring dengan perkembangan kota-kota tersebut.
593
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rasio elektrifikasi di Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini masih sekitar 55%, sehingga potensi pelanggan
baru masih banyak.
Berdasarkan pertumbuhan penjualan listrik dalam lima tahun terakhir, dan dengan mempertimbangkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, adanya daftar tunggu yang cukup besar, penambahan jumlah
penduduk, serta target rasio elektrifikasi, maka kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara akan
tumbuh seperti pada tabel B10.2. Beban puncak di Sulawesi Tenggara akan meningkat dari 130 MW pada
tahun 2012 menjadi 293 MW di tahun 2021. Demikian pula pemakaian listrik pada tahun 2012 diperkirakan
sebesar 490 GWh akan meningkat menjadi 1.194 GWh pada tahun 2021, atau tumbuh 10,5% per tahun.
Beban
Penjualan Produksi
Tahun Puncak Pelanggan
(Gwh) (Gwh)
(MW)
2012 490 556 130 276.942
2013 548 621 144 301.319
2014 602 682 157 324.597
2015 660 749 170 348.637
2016 725 822 185 371.371
2017 830 941 210 395.748
2018 907 1.028 227 420.125
2019 993 1.125 246 444.502
2020 1.086 1.231 266 468.879
2021 1.194 1.353 293 493.256
Growth 10,5% 10,5% 9,5% 6,7%
Di Propinsi Sulawesi Tenggara terdapat banyak sumber tenaga air dengan potensi yang dapat
dikembangkan menjadi PLTA sekitar 266 MW dan potensi PLTM 17 MW. Selain potensi tenaga air, juga
terdapat potensi panas bumi walaupun tidak besar, yaitu di Lainea di Kendari dan Mangolo di Kolaka.
Rencana pengembangan pembangkit, transmisi dan distribusi dalam rangka memenuhi kebutuhan
tenaga listrik di Propinsi Sulawesi Tenggara adalah sebagai berikut.
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan daya listrik di Sulawesi Tenggara, akan dibangun beberapa pembangkit
yaitu PLTA, PLTP dan PLTU batubara baik kapasitas menengah maupun skala kecil sesuai dengan
kebutuhan sistem setempat.
594
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Selama periode 2012 - 2021, di Provinsi Sulawesi Tenggara akan dibangun pembangkit baru dengan
kapasitas total mencapai 353 MW yang akan terhubung ke grid 150 kV dan sebagian terhubung ke
jaringan 20 kV pada sistem isolated. Salah satu pembangkit yang cukup besar adalah PLTU batubara
Kendari 2x50 MW dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2017. Kebutuhan batubara untuk PLTU
ini akan dipasok dari Kalimantan.
Asumsi
No Proyek JENIS MW COD
Pengembang
1 Kendari - Nii Tanasa (FTP1) PLN PLTU 2x10 2012
Kendari - Nii Tanasa PLN PLTU 10 2013
2
(Ekspansi)
Wangi-Wangi (Relokasi PLN PLTD 2x2 2013/18
3
PLTD)
4 Rongi PLN PLTM 2x0,4 2014
5 Lapai 1 PLN PLTM 2x2 2014
6 Lapai 2 PLN PLTM 2x2 2014
7 Riorita PLN PLTM 2x0,5 2014
8 Toaha PLN PLTM 2x0,5 2014
9 Raha PLN PLTU 2x3 2014
10 Raha (Relokasi PLTD) PLN PLTD 2 2015
11 Wangi-Wangi (FTP 2) PLN PLTU 2x3 2014/15
12 Bau-Bau (FTP2) PLN PLTU 2x10 2014
13 Konawe PLN PLTA 2x25 2016/17
14 Kendari 3 PLN PLTU 2x50 2017
15 Watunohu 1 PLN PLTA 20 2018/19
16 Bau-Bau Swasta PLTU 2x7 2015
17 Kendari (FTP2) Swasta PLTU 2x25 2016
18 Kolaka (FTP2) Swasta PLTU 2x10 2016
19 Lainea Swasta PLTP 2x10 2019
Total Kapasitas 353
Pengembangan Transmisi
Pembangunan transmisi 150 kV di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagian besar digunakan untuk
membangun interkoneksi sistem Sultra dengan sistem Sulsel yang terbentang dari Malili, Lasusua,
Kolaka, Unaaha sampai ke Kendari, sekaligus untuk mengganti pasokan yang selama ini menggunakan
PLTD beralih ke sistem interkoneksi (grid). Selain itu, pembangunan transmisi juga terkait dengan proyek
pembangkit yaitu untuk menyalurkan daya dari pembangkit ke grid 150 kV. Selanjutnya transmisi 150 kV
tersebut akan dikembangkan untuk melayani ibukota Kabupaten yang selama ini masih berupa sistem
isolated, termasuk akan diinterkoneksikan ke Raha di pulau Muna sampai ke kota Baubau di pulau Buton.
595
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Panjang transmisi yang akan dibangun selama periode 2012-2021 adalah 1.546 kms dengan kebutuhan
dana investasi sekitar US$ 169 juta sebagaimana terdapat dalam tabel B10.4.
Anggaran
No. Dari Ke Tegangan Konduktor kms (Juta COD
USD)
Malili Lasusua 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 290 35,6 2013
1
mm
Lasusua Kolaka 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 232 28,4 2013
2
mm
Kolaka Unahaa 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 150 18,4 2013
3
mm
Unahaa Kendari 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 110 13,5 2013
4
mm
PLTU Inc. 2 phi 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 10 0,9 2015
5 Kendari (Kendari-
(FTP2) Raha)
6 Raha Bau-Bau 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 170 15,1 2016
PLTU Kolaka 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 20 1,8 2015
7 Kolaka
(FTP2)
8 Kendari Raha 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 220 19,6 2016
Kendari Raha (new) - 150 kV 2 cct, Kabel Laut 10 10,7 2016
9
Kabel Laut
PLTA Kon- Unahaa 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 80 9,8 2016
10
awe mm
PLTA Wa- Lasusua 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 80 9,8 2017
11
tunohu 1 mm
Andolo Incomer 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 90 2,7 2017
12 1-phi (Kend- mm2
ari-Raha)
Andolo GI Kasipute 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 84 2,5 2017
13
mm2
Jumlah 1.546 168,7
Dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan, beberapa ibukota Kabupaten direncanakan
akan disambung ke sistem interkoneksi sehingga di Kabupaten tersebut perlu dibangun gardu induk.
Selama periode tahun 2012 - 2021 akan dibangun gardu Induk baru 150/20 kV dan 70/20 kV termasuk
penambahan kapasitas trafo dan IBT 150/70 kV, dengan kapasitas total 530 MVA. Proyek tersebut akan
memerlukan dana investasi sekitar US$ 38,5 juta belum termasuk kebutuhan dana investasi untuk
pembangunan GI pembangkit, seperti diberikan dalam tabel B10.5.
596
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Untuk memenuhi kebutuhan listrik Provinsi Sulawesi Tenggara hingga tahun 2021, direncanakan
penambahan pelanggan baru sekitar 235 ribu pelanggan. Khusus untuk tahun 2012 akan disambung 19.000
pelanggan baru untuk mencapai rasio elektrifikasi 60% pada tahun 2012, untuk periode selanjutnya akan
disambung rata-rata 24.000 pelanggan baru setiap tahunnya. Untuk menunjang penambahan pelanggan
tersebut, diperlukan pembangunan jaringan distribusi termasuk untuk melayani perdesaan, yaitu JTM
sepanjang 2.958 kms, JTR sekitar 2.380 kms dan trafo distribusi sebesar 539 MVA, seperti diberikan
dalam tabel B10.6.
597
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sesuai rencana, sistem interkoneksi di Sultra akan menggunakan tegangan 150 kV. Rencana
pengembangan transmisi tersebut juga dimaksudkan untuk menjangkau pulau-pulau di sekitar daratan
Kendari yaitu pulau Muna dan pulau Buton. Beban dikedua pulau tersebut selama ini masih dipasok dari
PLTD minyak. Dengan rencana interkoneksi 150 kV antar pulau tersebut, diharapkan dapat menurunkan
biaya pokok produksi dan dalam jangka panjang kecukupan pasokan di pulau Muna dan Buton akan lebih
terjamin. Interkoneksi antar pulau dengan kabel laut ini akan didahului dengan kajian kelayakan dan studi
dasar laut. Apabila secara teknis dan keekonomian layak, maka proyek tersebut akan dilaksanakan.
B10.5 Rangkuman
Rangkuman proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan dana
investasi provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 - 2021 adalah seperti pada tabel B10.7.
598
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kebutuhan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Barat saat ini dipasok dari 3 gardu induk 150 kV, yaitu
Polmas, Majene dan Mamuju yang terinterkoneksi dengan sistem 150 kV Sulawesi Selatan. Selain itu, di
Sulawesi Barat terdapat sistem isolated skala kecil yang mendapatkan pasokan dari PLTD setempat. Peta
kelistrikan saat ini dan rencana pengembangannya di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada gambar
B11.1.
ke
GI Silae
(Sulteng)
Pasangkayu
SULAWESI
TENGAH
ACSR 2x240 mm2
110 km – 2017
Topoyo
2
PLTA Karama (Unsolicited)
ACSR 2x240 mm 3x150 MW – 2018/19
50 km - 2017
A
Mamuju Baru
ACSR 2x240 mm2
ACSR 2x430 mm2
SULAWESI
40 km - 2017
80 km - 2017 SELATAN
Mamuju
Gambar B11.1.
Gambar Peta
B11.1. Petakelistrikan Provinsi
kelistrikan Provinsi Sulawesi
Sulawesi Barat
Barat
Kapasitas ketiga gardu induk tersebut saat ini adalah 60 MVA. Beban puncak seluruh propinsi Sulawesi
Barat adalah 31 MW termasuk sistem isolated tersebar. Adapun pembangkit yang beroperasi secara
isolated pada saat ini diberikan pada tabel B11.1.
600
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Provinsi Sulawesi Barat yang dibentuk pada tahun 2003 dengan Mamuju sebagai ibukotanya merupakan
daerah yang sedang berkembang. Rasio elektrifikasi pada tahun 2011 sekitar 63,9% termasuk listrik non
PLN, masih banyak calon pelanggan rumah tangga yang membutuhkan pasokan listrik.
Kondisi ekonomi Sulawesi Barat dalam tiga tahun terakhir tumbuh mengesankan mencapai rata-rata
10,4%. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik di Sulawesi Barat. Dalam lima tahun
terakhir, kebutuhan listrik tumbuh rata-rata 9,6% per tahun, walaupun penyambungan pelanggan
baru masih dikendalikan secara terbatas karena keterbatasan daya pembangkit. Apabila pasokan
listrik di Sulawesi Barat mencukupi, maka listrik yang akan dilayani diperkirakan jauh lebih tinggi. Dari
pertumbuhan konsumsi listrik dalam lima tahun terakhir, dan memperhatikan potensi pertumbuhan
ekonomi regional, pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan rasio elektrifikasi, proyeksi
kebutuhan listrik tahun 2012-2021 diberikan pada tabel B11.2.
Beban
Penjualan Produksi
Tahun Puncak Pelanggan
(Gwh) (Gwh)
(MW)
2012 168 193 40 120.031
2013 188 230 47 130.599
2014 207 266 55 140.696
2015 227 293 60 151.125
2016 249 322 66 160.989
2017 276 353 72 172.637
2018 302 387 79 185.176
2019 330 423 87 198.685
2020 360 462 95 213.255
2021 396 504 103 228.267
Growth 10,1% 12,1% 12,1% 7,4%
Provinsi Sulawesi Barat dengan kondisi alamnya yang bergunung-gunung dengan hutan masih asli,
menyimpan potensi tenaga air yang sangat besar untuk dapat dikembangkan menjadi PLTA, dan di
beberapa lokasi dapat dikembangkan menjadi PLTM. Diperkirakan potensi PLTA di Sulawesi Barat bisa
mencapai 1000 MW.
Pengembangan Pembangkit
Memperhatikan besarnya potensi tenaga air tersebut, prioritas pertama dalam mengembangkan
pembangkit adalah membangun PLTA. Rencana pembangunan PLTA tersebut harus diawali dengan
studi kelayakan yang baik dan lengkap termasuk adanya data curah hujan yang memadahi.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik sampai dengan tahun 2021, di Provinsi Sulawesi Barat direncanakan
akan dibangun pembangkit kapasitas total hingga 734 MW yang akan tersambung ke grid 150 kV sistem
601
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Proyek PLTA Karama ini merupakan sebuah proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) “unsolicited”. Saat
ini hasil studi kelayakan yang dibuat oleh perusahaan swasta bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Barat, sedang dievaluasi. Apabila hasil studi menyatakan proyek ini layak dibangun dan sesuai
dengan kebutuhan sistem yang ada, maka proyek ini akan dilanjutkan ke proses pengadaan.
ASumsi
No Proyek Jenis MW COD
Pengembang
1 Poko PLN PLTA 2x117 2020/21
2 Mamuju (FTP2) Swasta PLTU 2x25 2015
3 Karama Peaking (Unsolicited) Swasta PLTA 150 2018
4 Karama Baseload (Unsolicited) Swasta PLTA 300 2019
Total Kapasitas 734
Untuk menyalurkan daya dari pembangkit ke pusat beban dan dalam rangka menyambung beban
yang selama ini dilayani oleh PLTD terhubung ke grid, akan dibangun transmisi 150 kV. Di Provinsi Sulawesi
Barat direncanakan pembangunan transmisi 150 kV dari Silae (Sulteng) sampai ke Mamuju melalui Pasang
Kayu dan Topoyo, dan transmisi dari PLTA Poko ke Bakaru. Selain itu, juga akan dibangun transmisi 275 kV
untuk menyalurkan daya dari PLTA Karama ke Mamuju dan dari Mamuju ke arah Enrekang.
Panjang total saluran transmisi yang akan dibangun mencapai 1182 kms dengan kebutuhan dana investasi
sekitar US$ 236 juta sebagaimana diberikan pada tabel B11.4.
602
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Beberapa gardu induk akan dibangun di Sulawesi Barat seiring dengan pembangunan transmisi terkait.
Di Pasangkayu akan dibangun gardu induk baru 150/20 kV 30 MVA dan dijadwalkan akan beroperasi
tahun 2014, terhubung ke sistem Palu - Poso melalui GI Silae di kota Palu provinsi Sulawesi Tengah. Selain
itu direncanakan penambahan trafo di GI eksisting kapasitas 30 MVA. Sedangkan yang terkait dengan
proyek PLTA Karama, di Sulawesi Barat akan dibangun GITET 275/150 kV dan GI Mamuju Baru 150/20 kV.
Total daya GI yang akan dibangun termasuk IBT adalah 320 MVA, dengan dana investasi yang diperlukan
sekitar US$ 30 juta, belum termasuk kebutuhan dana investasi untuk pembangunan GI pembangkit,
seperti pada tabel B11.5.
Pengembangan Distribusi
Hingga tahun 2021 akan dilakukan penambahan sambungan pelanggan baru sekitar 116 ribu pelanggan,
atau rata-rata 11.600 pelanggan setiap tahunnya. Beban puncak pada 2021 diperkirakan akan naik
menjadi 103 MW dari kondisi 2012 yaitu 40 MW atau naik 2,5 kali.
Jaringan distribusi yang akan dibangun termasuk untuk melistriki perdesaan, terdiri dari JTM sepanjang
1.233 kms, JTR sekitar 1.543 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 450 MVA seperti
diberikan pada Tabel B11.6.
603
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan prakiraan kebutuhan tenaga listrik, rencana pembangunan fasilitas sistem kelistrikan dan
kebutuhan investasi di Provinsi Sulawesi Barat sampai dengan tahun 2021 sebagaimana terdapat dalam
tabel B11.7.
604
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi Maluku saat ini terdiri dari 8 sistem kelistrikan dengan beban cukup besar
yaitu sistem Ambon, Masohi-Waipia-Liang, Kairatu-Piru, NamleaMako, Saparua, Tual, Dobo, dan Saumlaki.
Selain sistem tersebut diatas, terdapat pula 34 pusat pembangkit skala kecil di lokasi tersebar.
Beban puncak total non coincident seluruh Provinsi Maluku sekitar 79 MW, dipasok dari pembangkit-
pembangkit PLTD tersebar yang terhubung langsung ke sistem distribusi 20 kV dan sebagian tersambung
langsung ke jaringan 220 Volt pada masing-masing sistem kelistrikan seperti ditunjukkan pada gambar
B12.1.
606
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem Ambon
1. Hative Kecil PLTD 21 10
I
2. Poka PLTD 34 14
3. Sewa Mesin PLTD 25 21
TOTAL 80 45 40
Sistem Masohi
1. Masohi PLTD 7 3 4
II 2. Waipia PLTD 1 0 1
3. Liang PLTD 1 1 0
4. Sewa Mesin PLTD 3 2
TOTAL 12 6 5
Sistem Kairatu -
Piru
IV 1. Namlea PLTD 5 1 3
2. Mako PLTD 3 1 1
3. Sewa Mesin PLTD 2 2
TOTAL 10 4 4
Sistem Saparua
V
Saparua PLTD 4 2 1
Sistem Tual
VI 1. Langgur PLTD 8 4
2. Sewa Mesin PLTD 2 2
TOTAL 10 6 6
Sistem Saumlaki
VII 1. Saumlaki PLTD 4 1
2. Sewa Mesin PLTD 2 2
TOTAL 6 3 2
Sistem Dobo
VIII 1. Dobo PLTD 4 2
2. Sewa Mesin PLTD 2 2
TOTAL 5 3 2
607
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kota Ambon mempunyai populasi terbesar di Provinsi Maluku dan jumlah pelanggan PLN paling banyak
berada di Ambon dibanding kota lainnya. Kondisi ekonomi Maluku dalam dua tahun terakhir tumbuh
lebih baik dibanding sebelumnya yaitu rata-rata diatas 6% per tahun. Sektor pertanian, perdagangan,
hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa lainnya mempunyai kontribusi dominan mencapai hampir 78%,
mampu tumbuh diatas 8% kecuali pertanian yang tumbuh sekitar 3,56%. Kondisi ekonomi yang membaik
ini dan ditopang oleh kondisi keamanan yang kondusif, akan berdampak pada tingginya konsumsi listrik
di Maluku.
Sampai dengan tahun 2011, jumlah pelanggan PLN masih didominasi oleh kelompok rumah tangga
dengan konsumsi mencapai 93,15%, disusul kelompok komersial 3,88%, publik 2,95% dan industri 0,02%.
Berdasarkan realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, pertambahan jumlah penduduk dan
peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik tahun 2012 - 2021
diperlihatkan pada tabel B12.2.
Rencana pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi di provinsi
Maluku dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi energi primer setempat sebagai
berikut.
Sumber energi yang tersedia di Maluku untuk pembangkit listrik terbatas pada sumbersumber hydro
yang berada di Pulau Seram dan Pulau Buru serta panas bumi di Pulau Ambon dan Pulau Haruku.
Saat ini pengeboran sumur eksplorasi panas bumi di Pulau Ambon tepatnya didesa Suli telah selesai
dilaksanakan untuk rencana pembangunan PLTP Tulehu 2x10 MW. Sedangkan PLTP Haruku masih dalam
tahap survey. Selain itu, di Pulau Seram terdapat potensi hidro yang cukup besar bisa mencapai 100
MW lebih, salah satu diantaranya berada di kawasan hutan konservasi sehingga ada kemungkinan akan
mengalami hambatan jika seluruhnya dikembangkan menjadi PLTA.
608
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2021 akan dapat dipenuhi dengan mengembangkan
pembangkit di Maluku berkapasitas total sekitar 193 MW, termasuk rencana PLTA Wai Tala 40,5 MW
seperti ditampilkan pada tabel B12.3. Pengembangan PLTA Wai Tala, akan didahului dengan studi
kelayakan dan studi dasar laut mengingat daya yang dihasilkan akan dievakuasi ke Ambon menggunakan
kabel laut 70 kV. Keberadaan PLTA Wai Tala dengan desain waduk dan interkoneksi kabel laut ini sangat
strategis bagi sistem Ambon karena akan dapat berperan sebagai pembangkit peaker yang sangat
dibutuhkan di Ambon untuk mengurangi penggunaan BBM atau bahan bakar lainnya yang cukup mahal.
Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan pembangkit PLTU, PLTP dan PLTA, perlu dibangun jaringan transmis 70
kV sepanjang 504 kms untuk menyalurkan energi listrik ke pusatpusat beban. Pembangunan kabel
laut Ambon - Seram 70 kV terkait dengan pembangunan PLTA Wai Tala 54 MW akan dilaksanakan
setelah dilakukan studi dasar laut dan dinyatakan layak. Demikian halnya dengan rencana pembangunan
transmisi 70 kV di pulau Seram akan dilaksanakan bila PLTA Wai Tala layak dibangun untuk memasok
beban di Seram dan Ambon. Rencana transmisi di Seram juga dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan
daya dari PLTM-PLTM tersebar ke pusat beban. Dana investasi yang dibutuhkan untuk membangun
transmisi tersebut sekitar US$ 54 juta seperti ditampilkan dalam tabel B12.4.
609
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
GambarGambar
B12.2 B12.2
Peta Peta
Rencana Pengembangan
Rencana Sistem
Pengembangan Sistem 70Seram-Ambon
70 kV kV Seram-Ambon
610
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Berkaitan dengan rencana pengembangan transmisi terkait proyek PLTA, PLTU dan PLTP serta untuk
mendistribusi listrik ke pelanggan, direncanakan pembangunan gardu induk baru. Sampai dengan tahun
2021 diperlukan pembangunan GI 70 kV baru dan pengembangannya di 8 lokasi dengan kapasitas total
280 MVA dan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 22 juta, belum termasuk kebutuhan investasi untuk
pembangunan GI pembangkit seperti diperlihatkan pada tabel B12.5.
Pengembangan Distribusi
611
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 diberikan pada tabel B12.7.
612
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi Maluku Utara terdiri dari 7 sistem kelistrikan yang cukup besar yaitu sistem
Ternate, Tobelo, Jailolo-Sofifi, Soa-Siu (Tidore), Bacan, Sanana dan Daruba. Selain itu juga terdapat 21
unit pusat pembangkit skala yang lebih kecil di lokasi tersebar.
Beban puncak gabungan (non coincident) sistem-sistem kelistrikan di Provinsi Maluku Utara saat ini
sekitar 42,7 MW, dipasok oleh PLTD tersebar yang terhubung langsung ke sistem distribusi 20 kV seperti
dapat dilihat pada gambar B13.1.
Sebagian sistem yang lebih kecil terhubung langsung ke jaringan tegangan rendah 220 Volt. Sistem
terbesar di Maluku Utara adalah sistem Ternate dimana sistem ini memiliki pasokan pembangkit sekitar
35 MW yang terdiri dari pembangkit sendiri 14,8 MW dan mesin sewa 20,3 MW. Sistem kelistrikan di
Provinsi Maluku Utara yang relatif agak besar sebagaimana dapat dilihat pada tabel B13.1.
Gambar B13.1 Peta Peta Lokasi Pembangkit dik Provinsi Maluku Utara
Gambar B13.1 Peta Lokasi Pembangkit di Provinsi Maluku Utara
614
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ternate merupakan kota terbesar di Provinsi Maluku Utara dan mempunyai populasi penduduk terbesar
di provinsi ini. Pertumbuhan ekonomi Provinsi ini cukup tinggi dan dalam tiga tahun terakhir mencapai
rata-rata diatas 6% per-tahun. Kekayaan alamnya juga melimpah berupa tambang nikel dan emas yang
banyak tersedia di pulau Halmahera.
Sesuai rencana MP3EI, kawasan ini akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Timur dengan program utama adalah pengembangan industri pengolahan tambang yaitu ferro nikel
dan industri hilirnya untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi. Selain itu, di Morotai juga akan
dikembangkan kawasan industri pengolahan. Kondisi ini akan dapat mendorong ekonomi di Provinsi
ini tumbuh lebih cepat dan pada akhirnya kebutuhan listrik juga akan meningkatkan lebih tinggi. Dari
realisasi penjualan tenaga listrik dalam lima tahun terakhir dan mempertimbangkan kecenderungan
pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang,
maka proyeksi kebutuhan listrik tahun 2012 - 2021 sebagaimana diberikan pada tabel B13.2.
615
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi di provinsi
Maluku Utara dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi energi primer serta kondisi
geografis setempat, sebagai berikut.
Di Maluku Utara terdapat potensi energi panas bumi yang cukup besar mencapai 40 MW dan dapat
dikembangkan menjadi PLTP yaitu di Jailolo. Di Pulau Bacan juga terdapat potensi sumber panas bumi
yaitu di Songa Wayaua namun tidak terlalu besar. Sumber energi primer lainnya adalah tenaga air namun
tidak besar dan hanya dapat dikembangkan menjadi PLTM untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat
setempat.
Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik 2012 sampai dengan tahun 2021 akan dipenuhi dengan mengembangkan PLTU
batubara, PLTP, PLTM dan PLTGB dengan kapasitas sekitar 76 MW seperti ditampilkan pada tabel B13.3.
616
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
ASUMSI
No PROYEK JENIS MW COD
PENGEMBANG
1 Maluku Utara /Tidore (FTP1) PLN PLTU 2x7 2013
2 Bacan Peaking (Relokasi PLTD) PLN PLTD 1,2 2013
3 Sofifi PLN PLTU 2x3 2014
4 Sanana (Relokasi PLTD) PLN PLTD 3 2014
5 Tobelo (FTP 2) PLN PLTGB 8 2014
6 Tidore 2 PLN PLTU 2x7 2015
7 Sanana (Relokasi PLTD) PLN PLTD 1x3 2017/19/21
8 Bacan Peaking (Relokasi PLTD) PLN PLTD 2 2018
9 PLTM Tersebar Maluku Utara Swasta PLTM 4.5 2013-2015
10 Jailolo (FTP2) Swasta PLTP 2x5 2016
11 Songa Wayaua (FTP2) Swasta PLTP 5 2017
12 Jailolo 2 Swasta PLTP 5 2020
Total Kapasitas 75,7
Pengembangan Transmisi
Rencana pengembangan transmisi di Maluku Utara khusunya di Pulau Halmahera ini dimaksudkan
untuk evakuasi daya dari pusat pembangkit yaitu PLTP ke pusat-pusat beban. Mengingat lokasi beban
tersebar jauh dari pusat pembangkit, maka akan dibangun transmisi 150 kV sepanjang 376 kms. Rencana
pembangunan transmisi dan kabel laut 150 kV untuk menyalurkan daya dari PLTP di Halmahera ke pusat
beban di Ternate, akan disiapkan apabila hasil studi dasar laut dan kelayakan teknis serta keekonomiannya
telah dilaksanakan dan dinyatakan layak. Dana investasi yang dibutuhkan untuk membangun transmisi
SUTT tersebut sekitar US$ 44 juta seperti ditampilkan dalam tabel B13.4.
Anggaran
No. Dari Ke Tegangan Conductor kms COD
(Juta USD)
PLTP Maba 150 kV 2 cct, 110 20,3 2016
1 Jailolo Hawk, 240
mm
Sofifi Incomer 150 kV 2 cct, 46 4,1 2016
2 single pi Hawk, 240
(Jailolo-Maba) mm
PLTP Tobelo 150 kV 2 cct, 220 19,6 2017
3 Jailolo Hawk, 240
mm
Jumlah 376 44,0
617
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Berkaitan dengan rencana pengembangan transmisi tersebut serta untuk menyalurkan daya listrik ke
pelanggan, direncanakan dibangun gardu induk. Sampai dengan tahun 2021 direncanakan pembangunan
GI 150 kV di 5 lokasi dengan total kapasitas 90 MVA dan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 11 juta,
belum termasuk dana investasi untuk pembangunan GI Pembangkit, seperti diperlihatkan pada tabel
B13.5.
Daya Anggaran
No Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
1 Maba 150/20 kV New 30 2.6 2016
2 Sofifi 150/20 kV New 30 2.6 2016
3 Jailolo 150/20 kV New 30 2.6 2016
4 Tobelo 150/20 kV New 30 2.6 2017
Jumlah 120 10.4
Pengembangan Distribusi
Pengembangan distribusi di Provinsi Maluku Utara dimaksudkan untuk memenuhi proyeksi tambahan
pelanggan baru sekitar 131 ribu sambungan sampai dengan tahun 2021. Pada tahun 2012 saja akan
disambung 14.968 pelanggan, dan pada periode selanjutnya akan disambung rata-rata 13.158
618
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
distribusi yang akan dikembangkan selama periode 2012-2021 termasuk untuk melistriki perdesaan
adalah 1.178 kms JTM, 955 kms JTR dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 151 MVA, secara
rinci ditampilkan pada tabel B13.6.
Di pulau Halmahera terdapat potensi tambang nikel yang sangat besar dan akan dikembangkan dan
diolah menjadi FeNi. Beberapa calon investor berminat mengolah tambang tersebut dengan membangun
smelter, salah satu diantaranya adalah PT Antam di Buli. Adanya industri ekstraksi dan pengolahan
tersebut diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan Halmahera akan menjadi
salah satu pusat pertumbuhan ekonomi untuk kawasan Maluku.
Mengingat daya yang dibutuhkan cukup besar, maka pembangkit yang disiapkan untuk melayani
kebutuhan smelter dan industri hilirnya akan dibangun sendiri oleh PT Antam di Buli. Begitu juga calon
investor lainnya, juga perlu membangun pembangkit sendiri bila akan membangun industri smelter
mengingat daya yang dibutuhkan sangat besar dan sifat beban yang spesifik dan berfluktuasi. Jenis
beban seperti ini tidak cocok bila disambung dengan pelanggan umum lainnya karena akan dapat
mengganggu kualitas pasokan listrik ke pelanggan umum.
619
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 sebagaimana diperlihatkan pada tabel B13.7.
620
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Provinsi Papua terdiri dari 28 Kabupaten dan 1 Kotamadya yang sistem kelistrikannya isolated terdiri dari
7 sistem besar (beban > 1 MW) yaitu sistem Jayapura, Wamena, Timika, Merauke, Nabire, Serui dan Biak.
Selain itu, terdapat sistem kelistrikan isolated yang beban puncak < 1 MW (listrik perdesaan) tersebar di
54 lokasi.
Beban puncak seluruh sistem kelistrikan di Provinsi Papua adalah 108,2 MW dan dipasok dari pembangkit-
pembangkit jenis PLTD dan PLTM. Energi listrik disalurkan melalui jaringan tegangan menengah (JTM)
20 kV dan jaringan tegangan rendah (JTR) 400/231 Volt. Sistem kelistrikan Jayapura merupakan sistem
terbesar di antara ketujuh sistem kelistrikan di Provinsi Papua sebagaimana diberikan dalam tabel B14.1.
PROVINSI PAPUA
Sistem Biak
Sistem Nabire
Sistem Wamena
Sistem Timika
Sistem Merauke
622
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem Jayapura
1. Yarmock PLTD 6,6 2,7
2. Waena PLTD 38,6 24,8
I
3. Sentani PLTD 0,0 0,0
4. Arso PLTD 0,0 0,0
5. Kit Sewa PLTD 33,0 31,0
Jumlah 78,2 58,5 50,1
Sistem Wamena
1. Sinagma PLTD 2,4 2,1
II
2. Sinagma PLTM 0,4 0,3
3. Walesi PLTM 1,6 1,6
Jumlah 4,4 4,0 3,8
Sistem Timika
III 1. Timika PLTD 5,5 3,2
2. Kit Sewa PLTD 13,0 11,8
Jumlah 18,5 15,0 14,4
Sistem Biak
IV 1. Karang Mulia PLTD 13,8 11,1
2. Kit Sewa PLTD 3,0 3,0
Jumlah 16,8 14,1 8,9
Sistem Serui
V 1. Serui PLTD 6,4 3,6
2. Kit Sewa PLTD 2,0 2,0
Jumlah 8,4 5,6 3,8
Sistem Merauke
VI 1. Kelapa Lima PLTD 4,9 3,8
2. Kit Sewa PLTD 15,6 11,6
Jumlah 20,5 15,4 12,8
Sistem Nabire
1. Navire PLTD 3,4 2,6
VII
2. Kalibobo PLTD 6,5 5,8
3. Kit Sewa PLTD 9,0 7,0
Jumlah 18,9 15,4 8,8
VIII Lisdes Tersebar 13,5 9,3 5,6
Jumlah 13,5 9,3 5,6
TOTAL 179,2 137,3 108,24
623
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Penjualan energi listrik PLN pada tahun 2011 adalah 569,8 GWh dengan komposisi penjualan terdiri
dari Rumah Tangga (53,5%), Komersial (32,7%), Publik (13,2%) dan Industri (0,6%). Mengingat kondisi
pasokan listrik yang terbatas dan geografi yang cukup sulit sehingga saat ini kebutuhan energi listrik
belum seluruhnya dapat dipenuhi. Memperhatikan data penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun
terakhir dan mempertimbangkan potensi pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan jumlah
penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi, maka proyeksi kebutuhan listrik 20122021 diperlihatkan
pada tabel B14.2.
Tabel B14.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Rencana pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi Papua dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan dan potensi energi primer setempat serta sebaran penduduknya, adalah
sebagai berikut.
Sumber energi primer di Provinsi Papua yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik
terbatas pada sumber-sumber potensi tenaga air, namun kapasitasnya sangat besar dengan lokasi yang
cukup jauh dari pusat beban. Berdasarkan hasil survei dan studi yang dilakukan oleh PLN Proyek Induk
Sarana Fisik dan Penunjang, PLN Enjiniring dan PT Gama Epsilon selama periode 1996-2009, potensi
tenaga air di Provinsi Papua yang terdata adalah sekitar 11.000 MW tersebar di 15 lokasi. Dari potensi-
potensi tersebut yang sudah dilakukan studi kelayakan dan desain rinci adalah sebesar 26,6 MW, yaitu
di Walesi, Kalibumi, Mariarotu dan Sanoba. Kurang maksimalnya pengembangan potensi tenaga air
di provinsi Papua disebabkan oleh karena lokasi sumber energi berada jauh dari pusat beban, sehingga
belum layak untuk dikembangkan secara besar-besaran.
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan beban sampai dengan tahun 2021, diperlukan tambahan kapasitas
pembangkit sekitar 353 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada tabel B14.3. Selain itu terdapat
potensi PLTM yang akan dikembangkan oleh PLN yaitu PLTM Rendani 2x0,65 MW di Kabupaten Yapen,
PLTM Serambokan 118 kW dan PLTM Digoel 1,1 MW distrik Okaom di Kabupaten Pegunungan Bintang
yang saat ini dalam tahap studi kelayakan.
624
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
ASUMSI
No PROYEK JENIS MW COD
PENGEMBANG
1 Walesi 6, 7 PLN PLTM 2x0,6 2013
2 Orya/Genyem (On Going) PLN PLTA 20 2013
3 Jayapura (FTP1) - Holtekamp PLN PLTU 2x10 2013
4 Sinagma 4, 5 PLN PLTM 2x0,2 2014
5 Kalibumi I PLN PLTM 2,6 2014
6 Timika PLN PLTGB 8 2014
7 Kurik/Merauke PLN PLTGB 3x5 2014/15/18
8 Jayapura - Holtekamp 2 PLN PLTU 2x15 2015
9 Orya 2 PLN PLTM 10 2015
10 Kalibumi II PLN PLTM 2x2,5 2014/15
11 Sanoba PLN PLTM 0,3 2014
12 Mariarotu I PLN PLTM 2x0,65 2014
13 Mariarotu II PLN PLTM 2x0,65 2014/15
14 Timika PLN PLTU 4x7 2015
15 Baliem PLN PLTA 10 2016
16 Kalibumi III Cascade PLN PLTM 2x2,5 2016/17
17 Baliem PLN PLTA 2x20 2017/18
18 Biak 1 PLN PLTGB 2x6 2017/18
19 Tatui PLN PLTM 2x2 2017/18
20 Timika Peaker (gas) PLN PLTMG 5 2018
21 Amai PLN PLTM 1,4 2018
22 Jayapura 2 PLN PLTU 2x15 2018/19
23 Nabire (CNG/LNG) PLN PLTMG 2x5 2019
24 Walesi Blok II Swasta PLTM 6x1 2014
25 Biak (FTP2) Swasta PLTU 2x7 2016
26 Merauke (FTP2) Swasta PLTU 2x7 2016
27 Nabire (FTP2) Swasta PLTU 2x7 2016
28 Jayapura (FTP2) Swasta PLTU 2x15 2016
29 Merauke 2 Swasta PLTU 2x7 2016/17
Total Kapasitas 353
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel B14.3, di Papua akan dibangun PLTA Baliem secara bertahap (10
MW pada tahun 2016 dan 4x10 MW pada tahun 2017/2018). PLTA ini dimaksudkan untuk mempercepat
pemerataan tersedianya pasokan listrik yang cukup khususnya di sekitar Wamena. Listrik yang
dibangkitkan akan disalurkan ke tujuh ibukota Kabupaten di sekitar Wamena menggunakan transmisi
150 kV.
Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan PLTA yang berlokasi jauh dari pusat beban dan pengembangan PLTU
batubara skala kecil tersebar di beberapa lokasi, direncanakan akan dibangun transmisi 70 kV sepanjang
236 kms dan 150 kV sepanjang 582 kms untuk menyalurkan energi listrik ke pusat beban. Mengingat
potensi PLTA Baliem sangat besar dan daya yang dibangkitkan akan disalurkan ke tempat yang cukup
625
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Anggaran
No. Dari Ke Tegangan Konduktor kms COD
(Juta USD)
PLTU Jayapura 70 kV 2cct, 1 HAWK 36 2,2 2012
1
Holtekamp (Skyland)
Jayapura Sentani 70 kV 2cct, 1 HAWK 40 2,4 2012
2
(Skyland)
PLTA Sentani 70 kV 2cct, 1 HAWK 160 9,8 2013
3
Genyem
PLTA Wamena 150 kV 2 cct, ACSR 2 x 50 6,1 2016
4
Baliem 240 mm2
Wamena Elelim 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 122 10,9 2017
5
240 mm2
Wamena Karubaga 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 150 13,4 2017
6
240 mm2
Karubaga Mulia 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 130 11,6 2017
7
240 mm2
Mulia Ilaga 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 80 7,1 2017
8
240 mm2
PLTA Sumohai 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 50 1,5 2017
9
Baliem 240 mm2
Jumlah 818 64,9
Seiring dengan rencana pembangunan transmisi, akan dibangun juga GI tegangan 70 kV dan 150 kV
untuk menyalurkan daya ke beban. Total kapasitas GI yang akan dibangun mulai tahun 2012 sampai
dengan 2021 adalah 325 MVA seperti pada tabel B14.5. Dana yang dibutuhkan sekitar US$ 24 juta, belum
termasuk dana investasi untuk pembangunan GI pembangkit seperti pada tabel B14.5.
626
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
GI Karubaga GI Elelim
(Kab. Tolikara) (Kab. Yalimo)
GI Mulia
(Kab. Puncak Jaya)
2
ACSR 1x240 mm
40 km (2017)
PLTA Baliem
10 MW (2016)
2x20 MW (2017/18)
A
627
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik di provinsi ini, direncanakan tambahan sambungan baru
sampai dengan tahun 2021 sekitar 844 ribu pelanggan. Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi menjadi
60% pada akhir tahun 2012, maka perlu disambung 55 ribu pelanggan baru selama 2012. Pada tahun
2013 akan dibangun 161.000 ribu dan pada periode berikutnya akan disambung sekitar 70.000 pelanggan
setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, direncanakan pembangunan
termasuk untuk melistriki perdesaan yaitu jaringan tegangan menengah 1.191 kms, jaringan tegangan
rendah 1.093 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 156 MVA, seperti ditampilkan dalam
tabel B14.6.
Provinsi Papua mempunyai wilayah yang sangat luas, dengan kerapatan penduduk yang sangat rendah
dan kondisi alam yang sangat berat. Sarana infrastruktur antar daerah masih sangat terbatas dan menjadi
tantangan untuk melaksanakan elektrifikasi. Sepanjang perbatasan antara wilayah Republik Indonesia
dan Papua Nugini (PNG) pada umumnya didiami masyarakat asli Papua dengan tingkat penyebaran yang
tidak merata, hidup berkelompok dan berpindah-pindah serta berpeluang terjadi migrasi lintas batas.
Kelompok suku yang mendiami sepanjang daerah perbatasan ini beragam, ada sekitar 255 suku dengan
bahasa masing-masing suku berbeda. Daerah perbatasan RI-PNG terdiri dari Kabupaten Jayapura,
Keerom, Merauke dan kabupaten-kabupaten baru hasil pemekaran. Akses mencapai ibu kota kabupaten
menggunakan pesawat perintis yang beroperasi berkat bantuan/subsidi dari pemerintah daerah.
Kebutuhan listrik untuk kabupaten tersebut sebagian dipasok oleh pemerintah daerah dan sebagian
dipasok oleh PLN.
628
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 adalah seperti dalam tabel B14.7.
629
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Provinsi Papua Barat terdiri dari 10 Kabupaten dan 1 Kotamadya dengan sistem kelistrikan masih
isolated, terdiri dari 5 sistem besar (beban > 1 MW) yaitu sistem Sorong, Fakfak, Manokwari, Kaimana
dan Teminabuan. Selain itu, terdapat sistem kelistrikan isolated dengan beban puncak kurang dari 1 MW
yaitu listrik perdesaan tersebar di 50 lokasi.
Beban puncak total (non coincident) seluruh sistem kelistrikan di Papua Barat sekitar 56,6 MW, dipasok
dari pembangkit-pembangkit jenis PLTD, PLTM, dan dari excess power PLTMG/PLTG, yang terhubung
langsung melalui jaringan tegangan menengah 20 kV. Sistem kelistrikan Sorong merupakan sistem
terbesar di Provinsi Papua Barat dengan beban puncak 2011 sekitar 28,6 MW.
Peta sistem kelistrikan Provinsi Papua Barat seperti ditunjukkan pada gambar B15.1.
Sistem Teminabuan
PROVINSI
PAPUA BARAT
Sistem Fak Fak
Sistem Kaimana
PROVINSI
PAPUA
632
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem Sorong
1. Klademak PLTD 3,1 2,0
I 2. Klasaman PLTD 10,1 8
3. Excess Power PLTD 10,7 10,7
5. Kit Sewa PLTD 8,8 8,8
JUMLAH 32,7 29,5 28,6
Sistem Fak Fak
1. Kebun Kapas PLTD 4,0 2,0
II
2. Werba PLTM 2,0 1,6
3. Kit Sewa PLTD 2,0 2,0
JUMLAH 8,0 5,6 3,6
Sistem Kaimana
III
1. Kaimana PLTD 5,4 4,3
JUMLAH 5,4 4,3 2,4
Sistem Teminabuan
IV
1. Teminabuan PLTD 3,2 2,3
JUMLAH 3,2 2,3 1,1
Sistem Manokwari
V 1. Sanggeng PLTD 10 7,1
2. Kit Sewa PLTD 12,0 10,0
JUMLAH 22 17,1 14,1
VI Lisdes Tersebar 15,9 11,3 6,8
JUMLAH 15,9 11,3 6,8
TOTAL 87,2 70,1 56,6
Adanya potensi gas alam yang besar, membuat perekomian Papua Barat tumbuh cukup tinggi. Kondisi
ini mendorong kebutuhan listrik juga meningkat signifikan. Penjualan energi listrik PLN pada tahun 2011
adalah 95 GWh dengan komposisi penjualan terdiri dari kelompok rumah tangga (83,8%), komersial
(11,3%), publik (4,9%) dan industri (0.01%).
Berdasarkan realisasi penjualan tenaga listrik PLN selama lima tahun terakhir, dan dengan memperhatikan
pertumbuhan penduduk, proyeksi pertumbuhan ekonomi regional serta peningkatan elektrifikasi,
kebutuhan listrik 2012-2021 diberikan pada tabel B15.2.
633
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Beban Puncak
Tahun Sales (Gwh) Produksi (Gwh) Pelanggan
(MW)
2012 333 358 73 128.183
2013 356 437 89 149.500
2014 384 451 92 170.895
2015 414 505 103 193.051
2016 447 541 111 210.572
2017 493 591 122 221.982
2018 543 647 133 233.380
2019 598 708 146 244.244
2020 656 772 160 254.971
2021 719 844 175 266.024
Growth 8,9% 9,3% 12,8% 9,3%
Rencana pembangunan sarana kelistrikan yaitu pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi Papua
Barat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi energi primer serta sebaran penduduk
setempat, sebagai berikut.
Provinsi Papua Barat memiliki potensi energi primer yang cukup besar. Berdasarkan informasi dari
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua Barat, di provinsi ini terdapat potensi batubara sebesar
151 juta ton, gas alam 24 TSCF, potensi minyak bumi 121 MMSTB dan potensi tenaga air yang tersebar
dibeberapa lokasi. Sumber energi primer yang sudah dikembangkan untuk dimanfaatkan menjadi energi
listrik adalah energi air sebesar 2 MW di sistem Fakfak dan gas alam melalui pembelian excess power
sebesar 14 MW di Sorong. Selain itu, potensi gas juga terdapat di pulau Salawati yang tidak jauh dari
Sorong.
Selain itu, di Kabupaten Teluk Bintuni juga terdapat potensi gas alam yang sangat besar namun
diperkirakan mulai tahun 2018 baru siap untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di
Papua Barat.
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik sampai dengan tahun 2021, direncanakan akan dibangun PLTU
batubara, PLTA dan PLTM dengan tambahan kapasitas pembangkit sekitar 120 MW dengan perincian
seperti pada tabel B15.3.
Selain itu, juga akan dilakukan pembelian tenaga listrik dari excess power BP Tangguh dengan kapasitas
5 sampai 8 MW untuk melistriki Kabupaten Teluk Bintuni baik disisi utara teluk maupun disisi selatan.
Untuk pengembangan pembangkit listrik dengan kapasitas yang lebih besar berbahan bakar gas/LNG,
akan disiapkan setelah PLN mendapatkan kepastian alokasi gas/LNG Bintuni.
untuk gas yang ada di pulau Salawati, juga akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik
(PLTMG) dan energinya akan disalurkan melalui jaringan 20 kV termasuk kabel laut untuk melayani
beban di daerah Sorong daratan.
634
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
ASUMSI
No PROYEK JENIS MW COD
PENGEMBANG
1 Prafi PLN PLTM 2,5 2013
2 Prafi II PLN PLTM 1 2013
3 Kombemur PLN PLTM 2x3,3 2013/14
4 Manokwari PLN PLTGB 2x3 2014
5 Waigo PLN PLTM 1 2014
6 Ransiki PLN PLTM 6 2014
7 Fak-Fak (Relokasi PLTD) PLN PLTD 2x3 2015/18/19
8 Warsamson PLN PLTA 3x15,5 2017/18
9 Andai (FTP2) Swasta PLTU 2x7 2016
10 Klalin (FTP2) Swasta PLTU 2x15 2016
Total Kapasitas 120
Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan pembangkit baru yaitu PLTU batubara dan PLTA serta untuk menyalurkan
tenaga listrik ke pusat beban, direncanakan pengembangan transmisi (SUTT) 70 kV sepanjang 100 kms
dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 6,1 juta sebagaimana diberikan pada tabel B15.4.
Selain itu, untuk pengembangan transmisi dan gardu induk didaerah lainnya, akan disiapkan setelah
ada kepastian pengembangan pembangkit (PLTG/MG) berbahan bakar gas/LNG dari BP Tangguh di
Kabupaten Teluk Bintuni.
Anggaran
No. Dari Ke Tegangan Konduktor kms COD
(Juta USD)
1 PLTU Makbusun Sorong 70 kV 2cct, 1 HAWK 60 3,7 2015
2 PLTA Warsamson Sorong 70 kV 2cct, 1 HAWK 40 2,4 2016
Jumlah 100 6
635
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Rencana pembangunan gardu induk dilakukan seiring dengan rencana pembangunan transmisi 70 kV
di Sorong yaitu untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban. Sampai dengan tahun 2021, kapasitas
trafo GI yang akan dibangun adalah 120 MVA dengan dana investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 4 juta,
belum termasuk dana investasi untuk pembangunan GI pembangkit sebagaimana pada tabel B15.5.
Pengembangan Distribusi
Pengembangan jaringan distribusi di Provinsi Papua Barat dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
tambahan pelanggan baru sekitar 155 ribu sambungan sampai dengan tahun 2021. Pada tahun 2012 akan
disambung 18.000 pelanggan untuk mencapai rasio elektrifikasi 60% dan pada tahun-tahun selanjutnya
jumlah pelanggan yang akan disambung rata-rata 15.500 pelanggan per tahun. Jaringan distribusi yang
akan dikembangkan selama periode 2012-2021 termasuk untuk melistriki perdesaan meliputi JTM
sepanjang 1.180 kms, JTR sekitar 850 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 224 MVA,
sebagaimana diberikan pada tabel B15.6.
636
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Selain rencana tersebut, di Kabupaten Teluk Bintuni sedang dibangun jaringan 20 kV SUTM, SKTM dan
kabel laut untuk menyalurkan tenaga listrik excess power 5 - 8 MW dari BP Tangguh untuk disalukan ke
pelanggan di kota Bintuni dan sekitarnya serta ke kawasan disekitar BP Tangguh.
Sebagai kota terbesar di Papua Barat, tingkat pertumbuhan ekonomi kota Sorong lebih tinggi
dibandingkan daerah lain di provinsi ini. Hal ini selaras dengan pemakaian listrik beberapa tahun terakhir
tumbuh sangat tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, selain akan dipenuhi dari PLTU batubara
yang sedang dalam tahap pembangunan dan dari rencana PLTA, PLN akan mengadakan pembelian
listrik dari investor yang akan membangun PLTMG di pulau Salawati. Selanjutnya listrik tersebut akan
disalurkan melalui jaringan 20 kV SUTM dan kabel laut ke darat Sorong dan diinterkoneksikan dengan
jaringan eksisting.
637
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi
sampai dengan tahun 2021 diperlihatkan pada tabel B15.7.
638
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi NTB pada tahun 2011 terdiri atas tiga sistem yang cukup besar dan saling
terhubung dengan jaringan 20 kV serta ada beberapa sistem terisolasi. Hampir semua sistem tersebut
dipasok dari PLTD dan sebagian kecil dari PLTU serta PLTM. Sistem tersebut adalah:
- Sistem Lombok meliputi kota Mataram, kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur
dan kabupaten Lombok Utara.
- Sistem Sumbawa meliputi kota Sumbawa Besar dan kabupaten Sumbawa Barat.
- Sistem Bima meliputi kota Bima, kabupaten Bima dan kabupaten Dompu.
Sedangkan untuk sistem terisolasi terdiri dari atas pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh wilayah
NTB. Pulau-pulau kecil ini mempunyai pembangkit sendiri dan terhubung ke beban melalui jaringan 20 kV
atau 220 Volt. Peta sistem kelistrikan di provinsi NTB untuk ketiga sistem tersebut ditunjukkan pada
Gambar B16.1.
SISTEM
SISTEM BIMA
SISTEM SUMBAWA
LOMBOK
Beban puncak gabungan non coincident Provinsi NTB tahun 2011 sebesar 194,3 MW dengan total
produksi termasuk pembangkit sewa 896 GWh, sekitar 68,25% produksi total NTB ada di sistem Lombok.
Hampir semua pembangkit di Provinsi NTB adalah PLTD sehingga mengakibatkan biaya pokok produksi
menjadi sangat tinggi, yaitu mencapai Rp 2.400/kWh pada tahun 2011.
Daya mampu ketiga sistem tersebut sekitar 73% dari daya terpasang dan beban puncak sekitar 90%
dari daya mampu. Daftar tunggu di Provinsi NTB pada akhir tahun 2011 mencapai 96 ribu pelanggan
dengan daya 96 MVA telah dapat dilayani dengan menyewa pembangkit. Rincian komposisi kapasitas
pembangkit per sistem ditunjukkan dalam tabel B16.1.
640
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kondisi perekonomian Provinsi NTB cukup baik dan dalam tiga tahun terakhir tumbuh rata-rata
diatas 5,5% pertahun. Sektor industri dan pertanian yang berkontribusi besar tumbuh positip. Sektor
perdagangan dan perhotelan serta sektor jasa seperti industri pariwisata tumbuh dengan baik dan
kedepan diperkirakan masih akan tetap prospektif. Sesuai dengan MP3EI dan kondisi alamnya, Lombok
akan kembangkan menjadi salah satu pusat tujuan wisata internasional selain Bali. Dengan demikian,
ekonomi NTB kedepan diharapkan akan tumbuh lebih tinggi lagi dan pada gilirannya kebutuhan listrik
juga akan tumbuh pesat.
Pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir rata-rata 8,84% per tahun. Permintaan
terbesar adalah dari sektor rumah tangga (65,4%) disusul sektor bisnis (19,3%). Berdasarkan realisasi
penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan dengan mempertimbangkan kecenderungan
pertumbuhan ekonomi setempat, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai, proyeksi
kebutuhan listrik 2012-2021 diperlihatkan pada tabel B16.2.
641
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut diatas, direncanakan pembangunan
sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi dengan mempertimbangkan potensi
energi primer setempat.
Sumber energi primer yang banyak tersedia di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah potensi panas
bumi dan tenaga air, diperkirakan mencapai 231 MW sebagaimana ditunjukkan pada tabel B16.3.
Potensi
No. Energi Primer Lokasi Tahapan Yg Sudah Dicapai
(MW)
I Air
Kokok Putih Lombok 3,8 Konstruksi (Skema IPP)
Segara Lombok 6,7 Konstruksi (Skema IPP)
Pekatan Lombok 2 Studi Kelayakan dan Disain Rinci
Brang Beh Sumbawa 26 Studi Kelayakan
Brang Rhea Sumbawa 6,34 Proses PPA (Skema IPP)
Tengah Sumbawa 0,31 Identifikasi Lokasi
II Panas Bumi
Sembalun Lombok 100 Hasil Studi Geo Sains & Pemboran Thermal Gradient
Hu'u Bima 65 Pra Studi Kelayakan
Maronge Sumbawa 6 Identifikasi Lokasi
III Angin
NTB Tersebar Lombok, 0,01 Total 4 Pulau, masing - masing Pulau Lombok dan 3
Trawangan, Pulau Kecil
Medang & Sa'i
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
642
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Kapasitas pembangkit yang direncanakan di Provini NTB sampai dengan tahun 2021 adalah 696 MW
sebagaimana terdapat pada tabel B16.4. Sebagian besar pembangkit yang akan dibangun adalah PLTU
batubara dan berada di pulau Lombok mengingat potensi bebannya jauh lebih besar dibanding pulau
lainnya. Untuk meminimalkan penggunaan BBM terutama waktu beban puncak, direncanakan akan
dibangun PLTG/MG dengan bahan bakar gas alam yang disimpan dalam bentuk CNG (compressed
natural gas). Sedangkan rencana pembangunan pembangkit di pulau Sumbawa akan diupayakan
sebanyak mungkin memanfaatkan potensi energi terbarukan setempat, yaitu PLTP dan PLTA/PLTM.
ASUMSI
No PROYEK JENIS MW COD
PENGEMBANG
1 Santong PLN PLTM 0,85 2012
2 Lombok (APBN) PLN PLTU 25 2013
3 Lombok (FTP1) PLN PLTU 2x25 2013/14
4 Bima (FTP1) PLN PLTU 2x10 2014
5 Lombok Peaker PLN PLTG/MG 2x30 2014
6 Sumbawa Barat PLN PLTU 2x7 2014/15
7 Bima 2 PLN PLTU 2x10 2015/16
8 Lombok (FTP 2) PLN PLTU 2x25 2015/16
9 Lombok Peaker 2 PLN PLTG/MG 30 2016
10 Brang Beh 1 PLN PLTA 8 2016
11 Brang Beh 2 PLN PLTA 4,1 2016
12 Lombok 2 PLN PLTU 2x25 2017
13 Lombok Peaker 3 PLN PLTG/MG 30 2018
14 Lombok Peaker 4 PLN PLTG/MG 30 2021
15 Sembalun (FTP2) PLN PLTP 2x10 2019
16 Sembalun 2 PLN PLTP 2x10 2019
17 Lombok 3 PLN/Swasta PLTU 2x25 2020/21
18 Lombok Sewa XPLTU 56 2014
19 PLTM Tersebar NTB Swasta PLTM 28 2013-2015
20 Sumbawa (FTP2) Swasta PLTU 2x10 2014/15
21 Lombok Timur Swasta PLTU 2x25 2016
22 Hu'u (FTP2) Swasta PLTP 20 2017
23 Hu'u 2 Swasta PLTP 2x20 2018/19
Total Kapasitas 696
Pembangunan Transmisi
Pembangunan pembangkit PLTU batubara, panas bumi dan PLTM/M/A di beberapa lokasi akan diikuti
dengan pembangunan transmisi untuk menyalurkan daya dari pembangkit ke pusat beban melalui
gardu induk. Rincian rencana pembangunan transmisi ditampilkan pada tabel B16.5.
Selama periode 2012 - 2021 akan dibangun transmisi 150 kV di Lombok dan transimisi 70 kV di pulau
Sumbawa meliputi sistem Sumbawa dan sistem Bima. Untuk menghubungkan sistem 70 kV Sumbawa
dengan sistem 70 kV Bima yang berjarak sekitar 140 km, akan dibangun transmisi interkoneksi 150 kV.
643
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Anggran
No, Dari Ke Tegangan Konduktor kms COD
(Juta USD)
Sengkol Selong/Paok- 150 kV 2 cct, 1 76 6,8 2013
1
motong HAWK
Sengkol Kuta 150 kV 2 cct, 1 21 1,9 2013
2
HAWK
PLTU Bima Bima 70 kV 2 cct, 1 x 30 1,5 2013
3 (FTP1)/ Ostrich
Bonto
Bima Dompu 70 kV 2 cct, 1 x 48 7,3 2013
4
Ostrich
Selong/Pa- Pringgabaya 150 kV 2 cct, 1 60 8,5 2013
5
okmotong HAWK
Ampenan Tanjung 150 kV 2 cct, 1 30 4,3 2013
6
HAWK
Mantang Incomer 150 kV 2 cct, 1 30 4,3 2013
7 Jeranjang- HAWK
Sengkol
PLTU Labuhan 70 kV 2 cct, 24 1,8 2013
8 Sumbawa AAAC 1 x
(FTP 2) 240
Alas/Tano Labuhan/Sum- 70 kV 2 cct, 1 x 120 6,1 2013
9
bawa Ostrich
Taliwang Alas/Tano 70 kV 2 cct, 1 x 30 5,6 2013
10
Ostrich
PLTU Taliwang 70 kV 2 cct, 1 x 20 1,2 2013
11 Sumbawa Ostrich
Barat
PLTU IPP Incomer 1 phi 150 kV 2 cct, 1 20 2,7 2014
Lombok Bayan-PLTU HAWK
12
Lombok (FTP
2)
PLTU Pringgabaya 150 kV 2 cct, 1 30 4,3 2014
13 Lombok HAWK
(FTP 2)
PLTP Huu Dompu 70 kV 2 cct, 61 3,7 2014
14 (FTP 2) AAAC 1 x
240
PLTU Lom- Incomer 1 phi 150 kV 2 cct, 1 16 2,2 2014
bok IPP Bayan-PLTU HAWK
15
Lombok (FTP
2)
Sape Bima 70 kV 2 cct, 1 x 70 3,6 2015
16
Ostrich
Dompu Labuhan/Sum- 150 kV 2 cct, 1 284 17,3 2016
17
bawa HAWK
PLTA Labuhan/Sum- 70 kV 2 cct 1 30 4,3 2016
18
Brang Beh bawa HAWK
Bayan PLTU Lombok 150 kV 2 cct, 1 82 11,2 2019
19
(FTP 2) HAWK
644
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Berkaitan dengan proyeksi kebutuhan listrik dan penambahan pelanggan baru, akan dibangun GI 150/20
kV dan GI 70/20 kV serta IBT 150/70 kV untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit ke beban. Selain
itu direncanakan juga perluasan GI untuk meningkatkan kapasitas dan keandalannya dengan menambah
trafo di beberapa GI. Jumlah kapasitas trafo GI yang akan dibangun selama kurun waktu 2012 - 2021
adalah 1120 MVA dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 83 juta belum termasuk dana investasi
untuk pembangunan GI Pembangkit. Rincian rencana pembangunan dan perluasan GI diperlihatkan pada
tabel B16.6.
645
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Tabel B16.6 Pembangunan Gardu Induk
Lanjutan
Baru/ Daya Anggaran
No Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta USD)
26 Dompu 70/20 kV Ext LB 2 LB 0,9 2015
27 Bima 70/20 kV Extension 20 1,0 2015
28 Sape 70/20 kV New 20 2,0 2015
29 Labuhan/Sumbawa 150/70 kV IBT 30 2,0 2015
30 Empang 150/20 kV New 20 2,4 2016
31 Ampenan 150/70 kV Extension 60 2,1 2017
32 Pringgabaya 150/20 kV Extension 30 1,8 2017
33 Bayan 150/20 kV New 30 2,6 2018
34 Dompu 150/70 kV IBT 30 2,0 2018
35 Taliwang 70/20 kV Extension 20 1,0 2018
36 Woha 70/20 kV Extension 20 1,0 2018
37 Tanjung 150/20 kV Extension 30 1,8 2019
Selong/Paokmo- 150/20 kV Extension 30 1,8 2020
38
tong
39 Labuhan/Sumbawa 70/20 kV Extension 20 1,0 2020
40 Kuta 150/20 kV Extension 30 1,8 2020
41 Alas/Tano 70/20 kV Extension 20 1,0 2020
42 Bima 70/20 kV Extension 20 1,0 2020
43 Mantang 150/20 kV Extension 30 1,8 2020
44 Sengkol 150/20 kV Extension 30 1,8 2020
45 Jeranjang 150/20 kV Extension 30 1,8 2021
46 Empang 70/20 kV Extension 20 1,0 2021
Jumlah 1.120 83
646
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Gambar B16.3 Peta rencana pengembangan sistem 150 kV dan 70 kV di pulau Sumbawa
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik di provinsi ini, direncanakan tambahan sambungan
baru sampai dengan tahun 2021 sekitar 758 ribu pelanggan. Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi
menjadi 60% pada akhir tahun 2012, maka perlu disambung 87 ribu pelanggan baru tarif rumah tangga
selama 2012. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, direncanakan pembangunan
jaringan distribusi termasuk untuk listrik perdesaan, meliputi jaringan tegangan menengah 1.251
kms, jaringan tegangan rendah sekitar 1.204 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 125
MVA, seperti dalam tabel B16.7.
647
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ketiga Pulau Gili yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan merupakan tujuan wisata yang menjadi
andalan pemerintah daerah di NTB. Ketiga pulau Gili tersebut masuk dalam wilayah administrasi
kabupaten Lombok Utara yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lombok Barat.
Sistem kelistrikan di ketiga Pulau Gili merupakan sistem terisolasi, masing-masing dipasok dari PLTD Gili
Air, PLTD Gili Meno dan PLTD Gili Trawangan melalui JTM 20 kV, dengan kondisi pembangkitan seperti
pada tabel B16.8. Biaya pokok produksi ketiga PLTD tersebut adalah sangat tinggi, yaitu rata-rata Rp
3.350,-/kWh.
Pada tahun 2012 sistem kelistrikan di ketiga pulau Gili akan saling dihubungkan dengan kabel laut 20 kV
dan disambung dengan sistem pulau Lombok.
B16.5 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan dana
investasi sampai dengan tahun 2021 diberikan pada tabel B16.9.
648
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sistem kelistrikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari 88 pusat listrik yang beroperasi
secara terpisah dengan total beban puncak non coincident pada tahun 2011 sekitar 116,76 MW, dipasok
dari PLTD, PLTM, PLTS+PLTD hibrid dan PLTP. Tenaga listrik dari pembangkit ke pelanggan disalurkan
melalui JTM 20 kV dan JTR 220 volt.
Kebutuhan terbesar listrik di NTT adalah di Kupang sebagai ibu kota provinsi, yaitu 37,1%. Hampir semua
pembangkit di NTT menggunakan PLTD dan terdapat satu unit PLTM serta PLTP, sehingga biaya pokok
produksi listrik sangat tinggi. Rincian pembangkit terpasang di Provinsi NTT ditunjukkan pada tabel
B17.1.
650
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Provinsi NTT mempunyai kekayaan alam yang cukup melimpah, salah satunya adalah adanya potensi
kandungan tambang mangan yang cukup banyak terdapat di Pulau Timor. Kedepan, tambang mangan ini
akan diolah menjadi material dengan kandungan mangan yang lebih tinggi dengan membangun industri
smelter. Selain itu, sesuai MP3EI bahwa di NTT akan dikembangkan industri perikanan termasuk budidaya
rumput laut untuk menuju ketahanan pangan nasional. Diharapkan kedepan ekonomi Provinsi NTT akan
tumbuh lebih cepat dan tentunya kebutuhan listriknya juga akan tumbuh lebih tinggi lagi.
Berdasarkan realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan dengan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional NTT, pertambahan jumlah
penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai, proyeksi kebutuhan listrik 2012-2021 diperlihatkan pada
tabel B17.2.
Beban
Penjualan Produksi
Tahun Puncak Pelanggan
(Gwh) (Gwh)
(MW)
2012 542 590 125 441.742
2013 613 679 144 551.921
2014 693 777 164 641.940
2015 766 854 180 737.388
2016 847 940 198 830.692
2017 936 1.036 218 903.996
2018 1.035 1.152 242 977.300
2019 1.142 1.279 268 1.050.604
2020 1.256 1.401 293 1.123.908
2021 1.382 1.535 320 1.197.212
Growth 11,0% 11,2% 10,9% 12,4%
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga listrik sebagaimana tersebut diatas, direncanakan akan
dibangun pembangkit, transmisi dan jaringan distribusi, dengan memanfaatkan potensi energi setempat.
Provinsi NTT mempunyai potensi energi terbarukan yang tersebar di beberapa pulau. Berdasarkan
informasi dari Dinas Pertambangan Provinsi NTT, potensi energi setempat yang siap dimanfaatkan
adalah :
- Pulau Timor - Kupang, mempunyai potensi PLTB ± 2,02 MW dan PLTM ± 4,8 MW
- Pulau Flores, potensi PLTP ±115 MW, PLTA ± 23,22 MW, PLTB ± 0,5 MW
- Pulau Sumba, mempunyai potensi PLTM ± 12,40 MW, PLTBiomassa 1 MW dan PLT hibryd ± 1,5 MW
- Pulau Alor, mempunyai potensi PLTP ± 20 MW dan PLTM ± 28 kW
- Pulau Lembata, mempunyai potensi PLTP ± 5 MW
- Pulau Rote, mempunyai potensi PLTB ± 1 MW
651
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sampai dengan tahun 2021 kebutuhan tenaga listrik Provinsi NTT direncanakan akan dipenuhi dengan
mengembangkan PLTP, PLTU batubara skala kecil, PLTA, PLTM, PLTD, PLTS, PLTBiomassa dan PLT-hybrid
tersebar di beberapa lokasi, dengan total kapasitas mencapai 352 MW sebagaimana ditunjukkan pada
tabel B17.3.
Untuk mengurangi penggunaan BBM terutama waktu beban puncak di sistem Kupang, akan dibangun
PLTMG dengan bahan bakar gas alam yang disimpan dalam bentuk mini LNG/CNG. Namun untuk
merealisasikannya, akan didahului dengan studi kelayakan mengingat harga LNG/CNG untuk sampai di
Kupang juga cukup mahal.
Flores sebagai pulau dengan potensi panas bumi yang besar, maka pembangunan pembangkit
diprioritaskan jenis PLTP. Kapasitas total PLTP yang dapat dibangun sampai dengan tahun 2021 mencapai
55 MW. Diharapkan, di masa depan Flores akan menjadi daerah percontohan dimana pasokan listriknya
didominasi oleh energi bersih panas bumi.
Asumsi
No Proyek Jenis MW COD
Pengembang
1 Ndungga PLN PLTM 1,9 2012
2 Rote (Relokasi PLTD) PLN PLTD 1 2012
3 Ulumbu (APBN) PLN PLTP 2 x 2,5 2013
4 Atambua APBN PLN PLTU 6 2013
Kalabahi Peaker (Relokasi PLN PLTD 0,75 2013
5
PLTD)
6 NTT-1 Ropa (FTP1)/Ende PLN PLTU 14 2013
7 NTT-2 Kupang (FTP1) PLN PLTU 33 2013
8 Rote Ndao PLN PLTU 6 2013
9 Alor PLN PLTU 6 2014
10 Atambua APBN (3x6) PLN PLTU 18 2014
Kalabahi Peaker (Relokasi PLN PLTD 0,5 2014
11
PLTD)
12 Lokomboro 6, 7 PLN PLTM 0,4 2014
13 Maidang PLN PLTM 1 2014
14 Oelbubuk-Soe PLN PLTB 2x1 2014
15 Ulumbu (ADB) PLN PLTP 5 2014
16 Ulumbu 4 PLN PLTP 2,5 2014
17 Larantuka (FTP 2) PLN PLTGB 8 2014
18 Waingapu PLN PLT Biomass 1 2014
19 Maubesi PLN PLTH 2 x 0,5 2014/17
20 Kudungawa PLN PLTM 2 2015
21 Kupang Peaker PLN PLTG/MG 20 2015
22 Kupang Peaker 2 (gas) PLN PLTG/MG 20 2015
23 Maumere Peaker (gas) PLN PLTMG 8 2015
24 Ulumbu 5 PLN PLTP 2,5 2015
25 Umbuwangu III PLN PLTM 0,2 2016
Wae Rancang I - Man- PLN PLTA 12 2016
26
ggarai
652
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Pengembangan Transmisi
Rencana pengembangan jaringan transmisi 70 kV di Provinsi NTT akan dilaksanakan di dua pulau besar
yaitu pulau Flores dan pulau Timor sesuai prospek beban setempat, sebagaimana terdapat dalam gambar
B17.1 dan B17.2. Sedangkan untuk pulau-pulau kecil lainnya direncanakan pembangunan jaringan
distribusi 20 kV. Selaras dengan rencana pembangunan pembangkit PLTP dan PLTU batubara tersebar
di pulau Flores dan pulau Timor, jaringan transmis 70 kV yang akan dibangun adalah 1.326 kms dengan
kebutuhan dana investasi sekitar US$ 88.1 juta sesuai tabel B17.4.
653
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Anggaran
No. Dari Ke Tegangan Konduktor kms COD
(Juta USD)
1 Ropa Ende 70 kV 2 cct, 1 HAWK 88 5,4 2013
2 Ropa Maumere 70 kV 2 cct, 1 HAWK 120 7,3 2013
3 Bolok Maulafa 70 kV 2 cct, 1 HAWK 30 1,8 2013
Maulafa Naibonat 70 kV 2 cct, 1 x ACSR 62 3,8 2013
4 152/25 (Os-
trich)
Naibonat Nono- 70 kV 2 cct, 1 x ACSR 102 6,2 2013
5 honis/Soe 152/25 (Os-
trich)
6 Kefamenanu Atambua 70 kV 2 cct, 1 HAWK 150 9,1 2013
7 Atambua Atapupu 70 kV 2 cct, 1 HAWK 36 2,2 2013
Kefamenanu Nonohonis 70 kV 2 cct, 1 HAWK 102 6,2 2014
8
/ Soe
9 Ropa Bajawa 70 kV 2 cct, 1 HAWK 190 11,6 2014
PLTP Soko- Incomer 70 kV 2 cct, 1 HAWK 20 1,2 2014
10
ria Ropa-Ende
11 Bajawa Ruteng 70 kV 2 cct, 1 HAWK 120 7,3 2014
PLTP Ul- Ruteng 70 kV 2 cct, 1 HAWK 40 2,4 2014
12
umbu
Ruteng Labuan 70 kV 2 cct, 1 HAWK 170 10,4 2014
13
Bajo
PLTA Wae Ruteng 70 kV 2 cct, 1 HAWK 66 9,0 2016
14
Rancang
PLTP Bajawa 70 kV 2 cct, 1 HAWK 30 4,1 2017
15
Mataloko
Jumlah 1.326 88,1
Peta rencana pengembangan sistem transmisi 70 kV di pulau Timor dan pulau Flores Provinsi NTT
sebagaimana gambar B17.1 dan B17.2.
Pengembangan GI
Seiring dengan rencana pembangunan PLTP dan PLTU batubara serta jaringan transmisi 70 kV, juga
direncanakan pembangunan gardu induk untuk menyalurkan daya ke beban distribusi. Sampai dengan
tahun 2021 direncanakan akan dibangun 13 gardu induk baru 70/20 kV tersebar di pulau Timor dan pulau
Flores. Kapasitas total trafo GI mencapai 555 MVA dengan dana investasi yang dibutuhkan sekitar US$
41 juta belum termasuk dana investasi untuk pembangunan GI pembangkit, sebagaimana dalam tabel
B17.5.
654
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
655
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Atambua
TIMOR LESTE
TIMOR LESTE ACSR 1x240 mm2
75 km - 2013
Kefamenanu
Soe/
Nonohonis
656
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Sejalan dengan pembangunan jaringan transmisi dan gardu induk 70 kV serta penambahan pembangkit
di Provinsi NTT, direncanakan pembangunan jaringan distribusi 20 kV dan jaringan tegangan rendah
serta penambahan pelanggan baru.
Sesuai proyeksi kebutuhan tenaga listrik, direncanakan selama 2012-2020 akan dilakukan penambahan
pelanggan baru sekitar 821 ribu. Khusus untuk mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi menjadi 60%
pada akhir tahun 2012, direncanakan akan dilakukan penyambungan pelanggan rumah tangga sebanyak
65 ribu selama 2012. Pada tahun tahun selanjutnya akan ditambah pelanggan baru rata-rata 82
ribu sambungan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut diperlukan pembangunan
jaringan distribusi termasuk untuk listrik perdesaan, meliputi JTM sepanjang 1.573 kms, JTR sekitar
969 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 153 MVA, seperti ditampilkan dalam tabel B17.6.
Memperhatikan banyak energi radiasi matahari di pulau Timor, PLN mempunyai rencana untuk
membangun sebuah pembangkit yang menggunakan teknologi panas matahari (solar thermal) dengan
kapasitas sekitar 15 MW sebagai pilot project sekaligus sebagai sarana pembelajaran bagi SDM PLN
dalam pengembangan energi terbarukan. Namun untuk merealisasikannya akan diawali dengan studi
kelayakan.
Sedangkan di pulau Sumba akan dibangun PLTBioassa kapasitas 1 MW sebagai proyek percontohan,
menggunakan tanaman sebagai bahan baku utamanya (feedstock). Untuk mendukung ketersediaan
bahan baku sepanjang tahun, akan disiapkan lahan khusus sekitar 100 hektar dan akan ditanami pohon
yang dapat dipanen sepanjang tahun sebagai feedstock PLTBiomassa tersebut.
Selain itu di beberapa pulau kecil direncanakan akan dibangun PLTB, PLTS dan PLTM yang akan
dioperasikan secara hybrid dengan PLTD yang ada, yaitu di pulau Ende, Pamana, Samau, Pantar, Pura,
Solor dan Sabu.
657
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, rencana pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan
investasi sampai dengan tahun 2021 diperlihatkan pada tabel B17.7.
658
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
04/02/2013 10:38:50
Neraca Daya Sistem Batulicin/Pagatan
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD HSD [Sewatama] MW 3,0
Sewa PLTD MFO [IHM] MW 1,5
Sewa Relokasi Maburai MW 5,0
Pembelian Energi
PT. Indocement Tunggal Prakarsa MW 3,5
PLN ON GOING & COMMITTED
04/02/2013 10:38:50
664
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021
Neraca Daya Sistem Batulicin/Pagatan
Lajuntan
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sewa Pemda
PLTD
Sewa
Sewa PLTD PLTD 2,5 2,5 2,5
04/02/2013 10:38:51
Neraca Daya Sistem Kuala Pambuang
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:51
668
Neraca Daya Sistem Muara Teweh
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD MW 8,0 8,0
PLN ON GOING & COMMITTED
PLTG/MG Bangkanai (FTP 2) PLTG 140,0 70,0 70,0
IPP ON GOING & COMMITTED
RENCANA TAMBAHAN KAPA-
SITAS
Disuplai dari Grid Barito 150 kV tahun 2014
Jumlah Kapasitas MW 10,3 10,3
Cadangan MW 2,3 2,3
Pemeliharaan MW 1,3 1,3
Operasi MW 1,0 1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 2,6 2,2
04/02/2013 10:38:51
Neraca Daya Sistem Puruk Cahu
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
04/02/2013 10:38:51
670
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:51
Neraca Daya Sistem Buntok
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:51
672
Neraca Daya Sistem Pangkalan Bun
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWH 112,9 123,7 133,3 145,7 159,1 173,5 189,0 205,9 222,3 240,0
Load Faktor % 65,8 66,3 66,4 66,8 67,3 67,6 68,1 68,3 68,6 68,8
04/02/2013 10:38:52
Neraca Daya Sistem Sampit
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
04/02/2013 10:38:52
674
Neraca Daya Sistem Nanga Bulik
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:52
Neraca Daya Sistem Sukamara
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:52
B18.1 sd B18.5 punya amir 29 1 13.indd 676 04/02/2013 10:38:52
Lampiran B18.3
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
04/02/2013 10:38:52
Neraca Daya Sistem Long Ikis
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pembangkit Sewa
PLTD Sewa PLTD 1,0 2,0
PLN ON GOING & COMMITTED
IPP ON GOING & COMMITTED
RENCANA TAMBAHAN KAPASITAS
Disuplai dari Grid Mahakam 150 kV Tahun 2014
Jumlah Kapasitas MW 3,6 4,6
Cadangan MW 1,2 1,2
Pemeliharaan MW 0,7 0,7
Operasi MW 0,5 0,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,0 0,9
04/02/2013 10:38:52
680
Neraca Daya Sistem Batu Sopang
04/02/2013 10:38:52
Neraca Daya Sistem Melak
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:53
682
Neraca Daya Sistem Kotabangun
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:53
Neraca Daya Sistem Bontang
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:53
684
Neraca Daya Sistem Sangatta
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:53
Neraca Daya Sistem Tanjung Redeb (Berau)
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:53
686
Neraca Daya Sistem Tanjung Selor
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan Interkoneksi 150 KV dengan Sistem Berau
Produksi Energi GWh 44,6 50,0 54,4 61,3 67,0 73,0 79,4 86,4 93,7 101,7
04/02/2013 10:38:53
Neraca Daya Sistem Interkoneksi Tanjung Redeb - Tanjung Selor
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Pembangkit Swasta
PLTU Lati 7,0 2 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
Sewa PLTD 2,0
PLN ON GOING & COMMITTED
Tanjung Redeb 7 2 PLTU - - 14,0 - - - - - - -
Tanjung Selor PLTMG - 20,00 - - - - - - - -
Tanjung Selor PLTU - - 14,0 - - - - - - -
IPP ON GOING & COMMITTED
RENCANA TAMBAHAN KAPASITAS
Tanjung Redeb 2 PLTU - - - - 14,0 - - - - -
Lati 2 PLTU - - 5,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Interkoneksi 150 KV Sistem Berau - Tanjung Selor
Kapasitas Tjg Redeb + Tjg Selor MW 38,8 82,8 73,8 73,8 73,2 73,2 73,2 73,2 73,2 73,2
Cadangan MW 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0
Pemeliharaan MW 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 11,3 53,3 42,7 29,7 26,2 23,1 19,8 16,2 12,4 8,3
04/02/2013 10:38:54
688
Neraca Daya Sistem Nunukan - Sebatik
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Pembangkit Sewa
Arena Maju Bersama MW
Sewa PLTD MW 2,5 2,5
Sewa PLTMG 4 4 MW 16,0 16,0 16,0 16,0 10,0 10,0 0,0 0,0 0,0 0,0
PLN ON GOING & COMMITTED
Nunukan PLTMG 8,0
IPP ON GOING & COMMITTED
Nunukan PLTU
RENCANA TAMBAHAN KAPASITAS
Nunukan - 2, 3 PLTMG 8,0 16,0
Interkoneksi 20 KV dengan Sistem Sebatik
Jumlah Kapasitas MW 21,3 21,3 26,8 26,8 28,8 28,8 34,8 34,8 34,8 34,8
Jumlah Kapasitas + Sebatik MW 24,1 24,1 29,3 29,3 31,3 31,3 37,3 37,3 37,3 37,3
Cadangan MW 5,2 5,2 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
Pemeliharaan MW 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Operasi MW 1,2 1,2 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 6,2 1,7 3,4 1,7 2,3 0,8 5,2 3,5 1,8 0,8
04/02/2013 10:38:54
Neraca Daya Sistem Sebatik
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:54
690
Neraca Daya Sistem Malinau
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
04/02/2013 10:38:54
Neraca Daya Sistem Tana Tidung
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:54
B18.1 sd B18.5 punya amir 29 1 13.indd 692 04/02/2013 10:38:54
Lampiran B18.4
PROVINSI SULAWESI UTARA
Pembangkit Sewa
PLN ON GOING & COMMITTED
Transfer dar sistem Minahasa 3,0 MW
Duminanga PLTM 0,0 0,5
IPP ON GOING & COMMITTED
Milangodaa PLTM 0,0 0,7
RENCANA TAMBAHAN KAPASITAS
Interkoneksi 150 kV dengan sistem Minahasa
Jumlah Kapasitas MW 5,7 6,4
Cadangan MW 1,2 1,2
Pemeliharaan MW 0,7 0,7
Operasi MW 0,5 0,5
Surplus/Defisit (N-2) % 1,0 1,5
04/02/2013 10:38:54
Neraca Daya Sistem Tahuna
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
04/02/2013 10:38:55
696
Neraca Daya Sistem Talaud
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:55
Neraca Daya Sistem Ondong
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
04/02/2013 10:38:55
B18.1 sd B18.5 punya amir 29 1 13.indd 698 04/02/2013 10:38:55
Lampiran B18.5
PROVINSI SULAWESI TENGAH
04/02/2013 10:38:55
Neraca Daya Sistem Leok
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pembangkit PLN
PLTD Leok MW 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Pembangkit Sewa -
PLTD Pemda Buol MW 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2
PLN ON GOING & COMMITTED
Leok (Relokasi) PLTD
IPP ON GOING & COMMITTED
04/02/2013 10:38:55
702
Neraca Daya Sistem Moutong - Kotaraya - Palasa
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:55
B18.1 sd B18.5 punya amir 29 1 13.indd 703
Neraca Daya Sistem Bangkir
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 3,3 3,6 4,0 4,5 5,0 5,5 6,1 6,8 7,4 7,3
Beban Puncak MW 1,9 2,1 2,3 2,6 2,9 3,2 3,5 3,9 4,2 4,1
Load Factor % 19,4 19,4 19,5 19,6 19,7 19,8 19,9 20,0 20,1 20,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Derating Capacity MW 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Pembangkit PLN
PLTD Bangkir PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Pembangkit Sewa
PLN ON GOING & COMMITTED
Bangkir (Relokasi) PLTD
IPP ON GOING & COMMITTED
Pekasalo PLTM 1,2
Intekoneksi dengan grid Tolitoli
Jumlah KapasitasTerpasang MW 4,0 5,2 5,2
Cadangan MW 1,4 1,4 1,4
Pemeliharaan MW 0,7 0,7 0,7
Operasi MW 0,7 0,7 0,7
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,5 1,5 1,3
04/02/2013 10:38:55
704
Neraca Daya Sistem Ampana
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:56
Neraca Daya Sistem Luwuk - Bunta
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:56
706
Neraca Daya Sistem Kolonedale - Bungku
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:56
B18.1 sd B18.5 punya amir 29 1 13.indd 707
Neraca Daya Sistem Bungku
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 4,1 4,5 4,9 5,3 5,9 6,4 7,0 7,7 8,3 8,0
Beban Puncak MW 2,4 2,7 2,9 3,2 3,5 3,8 4,2 4,6 4,9 4,7
Load Factor % 19,1 19,1 19,2 19,2 19,2 19,3 19,3 19,3 19,4 19,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9
Derating Capacity MW 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Pembangkit PLN
PLTD Bungku MW 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Pembangkit Sewa MW
Mesin Pemda Bungku MW 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3
PLN ON GOING & COMMITTED
Bungku (Relokasi PLTD) PLTD
IPP ON GOING & COMMITTED
RENCANA TAMBAHAN KAPASITAS
Interkoneksi 20 kV dengan Kolonedale
Interkoneksi 150 kV Sulteng
Jumlah KapasitasTerpasang MW 5,9
Cadangan MW 1,5
Pemeliharaan MW 1,0
Operasi MW 0,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,8
04/02/2013 10:38:56
708
Neraca Daya Sistem Banggai Kepulauan
Pasokan/Kebutuhan UNIT 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:38:56
LAMPIRAN B18.6
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 22,0 24,0 25,9 27,9 30,1 32,4 35,0 37,8 39,9 42,1
04/02/2013 10:06:34
LAMPIRAN B18.7
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 63,4 72,9 79,9 87,6 96,0 105,3 115,6 126,9 139,9 154,2
Beban Puncak MW 16,7 18,9 20,5 22,2 24,1 26,1 28,3 30,7 33,4 36,4
Load Faktor % 43,4 43,9 44,5 45,0 45,5 46,1 46,6 47,2 47,7 48,3
04/02/2013 10:06:34
Neraca Daya Sistem Bau-Bau
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 85,1 97,8 107,0 117,1
Beban Puncak MW 16,7 18,9 20,5 22,1
Load Faktor % 58,3 59,0 59,7 60,4
04/02/2013 10:06:34
714
Neraca Daya Sistem Raha
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 43,0 49,3 53,8 58,8
Beban Puncak MW 8,9 10,1 10,9 11,8
Load Faktor % 54,9 55,6 56,2 56,8
04/02/2013 10:06:34
Neraca Daya Sistem Wangi-Wangi
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 11,8 13,5 14,7 16,1 17,5 19,1 20,9 22,8 25,0 27,4
Beban Puncak MW 2,6 2,9 3,1 3,4 3,6 3,9 4,2 4,5 4,9 5,3
Load Faktor % 52,6 53,2 53,9 54,5 55,2 55,9 56,6 57,3 58,0 58,7
04/02/2013 10:06:34
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 716 04/02/2013 10:06:34
LAMPIRAN B18.8
PROVINSI MALUKU
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan <=== Interkoneksi Masohi, Waipia, Liang, Kairatu & Piru (2014)
Produksi Energi GWh 28,4 31,0 55,2 59,9 64,9 70,4 76,3 82,6 89,4 96,7
Load Factor % 51,3 51,3 47,8 47,6 47,3 47,1 46,9 46,7 46,5 46,3
Beban Puncak MW 6,3 6,9 13,2 14,4 15,7 17,1 18,6 20,2 21,9 23,8
Pasokan
04/02/2013 10:06:34
Neraca Daya Sistem Ambon
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 241,5 266,0 292,1 320,0 350,6 383,9 420,1 459,4 501,9 548,4
Load Factor % 58,3 57,4 56,6 55,7 54,9 54,1 53,3 52,5 51,7 50,9
Beban Puncak MW 47,3 52,9 59,0 65,6 72,9 81,1 90,0 100,0 110,9 123,0
04/02/2013 10:06:34
720
Neraca Daya Sistem Ambon-Seram
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 269,9 297,0 347,3 379,9 415,5 454,3 496,4 542,0 591,3 645,1
Load Factor % 57,5 56,7 54,9 54,2 53,5 52,9 52,2 51,5 50,8 50,2
Beban Puncak MW 53,6 59,8 72,1 79,9 88,6 98,1 108,6 120,1 132,8 146,8
Pasokan
Pembangkit PLN
Manufacture
PLTD Liang MW - - - - -
PLTD Kairatu MW - - - - -
PLTD Piru MW - - - - -
Pembangkit Sewa
Pemeliharaan MW Sistem Ambon dan Seram Masih Terpisah 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
04/02/2013 10:06:35
Neraca Daya Sistem Bula
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 4,0 4,4 5,0 5,5 6,1 6,7 7,4 8,2 8,9 9,7
04/02/2013 10:06:35
722
Neraca Daya Sistem Saparua
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 7,4 8,0 8,8 9,5 10,3 11,2 12,2 13,2 14,3 15,5
Load Factor % 48,1 47,7 47,3 47,0 46,6 46,2 45,9 45,5 45,1 44,8
Beban Puncak MW 1,7 1,9 2,1 2,3 2,5 2,8 3,0 3,3 3,6 4,0
04/02/2013 10:06:35
Neraca Daya Sistem Buru (Namlea)
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 19,7 21,8 23,9 26,2 28,7 31,4 34,4 37,6 41,0 44,8
Load Factor % 42,0 42,2 42,2 42,3 42,4 42,4 42,5 42,6 42,7 42,8
Beban Puncak MW 5,4 5,9 6,5 7,1 7,7 8,4 9,2 10,1 11,0 12,0
04/02/2013 10:06:35
724
Neraca Daya Sistem Tual
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 35,2 41,2 45,1 49,2 54,1 59,5 65,4 72,0 78,3 85,2
Load Factor % 58,2 57,7 57,4 57,1 56,9 56,6 56,3 56,1 55,8 55,5
Beban Puncak MW 6,9 8,2 9,0 9,8 10,9 12,0 13,3 14,7 16,0 17,5
04/02/2013 10:06:35
LAMPIRAN B18.9
PROVINSI MALUKU UTARA
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 132,6 139,1 147,2 155,6 164,8 174,3 183,4 193,8 203,7 214,1
Load Factor % 65,1 64,7 64,4 64,0 63,7 63,3 63,0 62,6 62,3 62,0
Beban Puncak MW 23,3 24,5 26,1 27,7 29,6 31,4 33,2 35,3 37,3 39,4
04/02/2013 10:06:35
Neraca Daya Sistem Sofifi-Jailolo
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan <== Interkoneksi Jailolo, Sidangoli, Sofifi & Ibu (2012)
Produksi Energi GWh 24,5 27,1 29,9 33,1 36,6 40,3 44,5 48,9 53,8 59,2
Load Factor % 43,3 43,2 43,1 43,0 42,9 42,9 42,8 42,8 42,7 42,7
Beban Puncak MW 6,5 7,2 7,9 8,8 9,7 10,7 11,9 13,1 14,4 15,8
04/02/2013 10:06:35
728
Neraca Daya Sistem Tobelo-Malifut
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 22,8 24,9 27,1 29,6 32,3 35,2 38,3 41,8 45,5 49,6
Load Factor % 47,1 47,6 48,0 48,4 48,9 49,3 49,8 50,3 50,7 51,2
Beban Puncak MW 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,1 8,8 9,5 10,2 11,1
04/02/2013 10:06:36
Neraca Daya Sistem Bacan
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 12,2 13,2 14,3 15,6 16,9 18,2 19,7 21,3 22,9 24,7
Load Factor % 50,7 51,6 52,6 53,6 54,3 54,2 54,4 54,3 54,6 55,0
Beban Puncak MW 2,7 2,9 3,1 3,3 3,6 3,8 4,1 4,5 4,8 5,1
04/02/2013 10:06:36
730
Neraca Daya Sistem Sanana (Kepulauan Sula)
Uraian Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 10,8 11,9 13,3 14,7 16,4 18,1 20,1 22,1 24,4 26,9
Load Factor % 51,3 51,2 51,2 51,1 51,1 51,1 51,0 51,0 50,9 50,9
Beban Puncak MW 2,4 2,7 3,0 3,3 3,7 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0
04/02/2013 10:06:36
LAMPIRAN B18.10
PROVINSI PAPUA
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 358,8 399,3 442,4 490,1 543,1 601,8 666,8 738,9 818,9 907,5
Beban Puncak MW 59,1 65,7 72,8 80,6 89,3 98,9 109,5 121,4 134,5 149,0
Load Faktor % 69,3 69,3 69,4 69,4 69,4 69,5 69,5 69,5 69,5 69,5
04/02/2013 10:06:36
Neraca Daya Sistem Biak
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 62,5 68,7 75,2 82,3 90,0 98,6 107,9 118,1 129,3 141,5
Beban Puncak MW 9,8 10,8 11,8 12,9 14,1 15,5 16,9 18,5 20,3 22,2
Load Faktor % 72,8 72,8 72,8 72,8 72,8 72,8 72,8 72,8 72,8 72,8
04/02/2013 10:06:36
734
Neraca Daya Sistem Serui
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 24,9 27,0 29,2 31,6 34,1 36,8 39,8 43,0 46,4 50,2
Beban Puncak MW 3,9 4,2 4,5 4,8 5,2 5,5 5,9 6,4 6,8 7,3
Load Faktor % 72,8 73,4 74,0 74,6 75,2 75,7 76,3 76,9 77,5 78,0
04/02/2013 10:06:36
Neraca Daya Sistem Merauke
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 76,7 83,9 91,3 99,4 108,2 117,9 128,3 139,7 152,2 165,7
Beban Puncak MW 13,1 14,5 16,0 17,5 19,3 21,2 23,4 25,7 28,3 31,2
Load Faktor % 66,7 66,0 65,3 64,7 64,0 63,3 62,6 62,0 61,3 60,6
04/02/2013 10:06:36
736
Neraca Daya Sistem Wamena
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 16,1 18,0 20,2 22,6 34,2 89,8 148,4 162,7 181,9 191,2
Beban Puncak MW 4,6 5,1 5,6 6,2 9,2 24,0 38,9 42,5 47,2 48,8
Load Faktor % 39,9 40,3 41,2 41,6 42,4 42,7 43,5 43,7 44,0 44,8
Pasokan
04/02/2013 10:06:37
Neraca Daya Sistem Nabire
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 55,1 61,8 68,9 76,9 85,9 95,9 107,1 119,5 133,4 149,0
Beban Puncak MW 9,6 10,9 12,4 14,1 16,1 18,3 20,8 23,6 26,9 30,6
Load Faktor % 65,6 64,5 63,3 62,2 61,0 59,9 58,8 57,7 56,7 55,6
04/02/2013 10:06:37
738
Neraca Daya Sistem Timika
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 89,5 99,4 110,0 121,6 134,5 148,7 164,5 182,0 201,3 222,6
Beban Puncak MW 13,7 15,1 16,6 18,2 19,9 21,8 24,0 26,3 28,8 31,6
Load Faktor % 74,4 75,0 75,7 76,4 77,0 77,7 78,4 79,0 79,7 80,4
04/02/2013 10:06:37
LAMPIRAN B18.11
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 192,6 214,3 240,3 269,6 302,4 339,2 380,6 427,0 479,0 537,5
Beban Puncak MW 33,2 36,5 40,3 44,4 49,0 54,1 59,7 65,9 72,7 80,2
Load Faktor % 66,3 67,0 68,1 69,3 70,4 71,6 72,8 74,0 75,2 76,5
Pasokan
04/02/2013 10:06:37
Neraca Daya Sistem Manokwari
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 84,8 89,8 95,9 102,4 109,4 116,8 124,8 133,3 142,4 152,1
Beban Puncak MW 14,9 15,3 15,8 16,2 16,7 17,3 17,8 18,3 18,9 19,5
Load Faktor % 65,1 67,1 69,5 72,0 74,6 77,3 80,1 83,0 86,0 89,1
Pasokan
04/02/2013 10:06:37
742
Neraca Daya Sistem Fak-Fak
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 23,9 26,3 29,1 32,3 35,7 39,6 43,9 48,7 54,0 59,9
Beban Puncak MW 4,8 5,3 5,8 6,4 7,0 7,7 8,5 9,4 10,4 11,4
Load Faktor % 57,0 57,0 57,3 57,7 58,0 58,4 58,7 59,1 59,4 59,8
Pasokan
04/02/2013 10:06:37
LAMPIRAN B18.12
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
No Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Kebutuhan
Produksi Energi GWh 796 898 1.019 1.132 1.273 1.395 1.528 1.671 1.827 1.997
Load Factor % 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61
Beban Puncak MW 149 168 190 211 238 260 285 312 341 373
Pasokan
04/02/2013 10:06:38
Grafik Neraca Daya Sistem Lombok
600 PLTA PLN
PLTG/MG
PLTP
PLTU PLN
PLTU
PLTM (PLN+IPP)
400 PLTG/MG
PLTP
300
PLTU Sewa
Sewa PLTD
200
PLTU PLN
100
Kapasitas IPP dan Sewa
Tambahan PLTU
Kapasitas Terpasang PLN
PLTM
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:06:38
746
Capacity Balance Sistem Lombok (1/3)
1
Kapasitas Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION
Total Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf
1 2
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 SISTEM LOMBOK
1. GI Ampenan 30 30 60 65,5 55,9 60 61,1 67,1 70,5 76,9 60 83,7 91,0 98,8 108,8
150/20 129% 55% 60% 66% 69% 50% 55% 59% 65% 71%
15,5 5,9
30% 12%
150/20 58% 64% 35% 40% 42% 47% 52% 58% 64% 48%
3. GI Sengkol 30 30 18,1 20,0 22,2 30 24,9 26,6 29,5 32,8 36,3 40,1 30 45,0
150/20 71% 78% 44% 49% 52% 58% 64% 71% 52% 59%
4. GI Mantang 30 30 17,5 19,4 21,6 30 23,9 26,6 29,5 32,7 36,3 40,3 30 44,8
150/20 69% 76% 42% 47% 52% 58% 64% 71% 53% 59%
5. GI Selong 30 30 19,1 21,1 30,0 23,5 26,2 28,1 31,2 34,6 38,3 42,3 30,0 47,5
150/20 75% 41% 46% 51% 55% 61% 68% 75% 55% 62%
04/02/2013 10:06:38
Capacity Balance Sistem Lombok (2/3)
Kapasitas Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION
Total Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf
1 2
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
6, GI Kuta 30 30 0,0 15,0 16,3 17,7 30,0 27,3 29,5 31,8 34,2 36,8 30,0 40,2
7, GI Tanjung 30 30 6,0 10,6 11,8 13,2 14,2 15,7 17,4 19,3 30,0 21,4 24,0
150/20 24% 42% 46% 52% 56% 62% 68% 38% 42% 47%
8, GI Pringgabaya 30 30 11,7 12,8 14,1 15,6 16,6 18,3 30,0 20,1 22,0 24,1 26,8
150/20 46% 50% 55% 61% 65% 36% 39% 43% 47% 53%
9, GI Bayan 30 30 3,2 3,5 3,9 4,4 4,7 5,2 5,8 6,4 7,1 8,0
150/20 13% 14% 15% 17% 18% 20% 23% 25% 28% 31%
TOTAL BEBAN KIT LANGSUNG 50,0 65,0 15,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL BEBAN PUNCAK SISTEM LOMBOK 155,9 174,6 192,9 214,0 236,1 260,2 286,2 314,4 345,0 376,0
DIVERSITY FACTOR 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,99
Kapasitas Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION
Total Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf
1 2
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
2 SISTEM P.SUMBAWA
Beban Sistem 59,8 66,9 73,9 82,0 90,5 99,7 109,7 120,5 132,2 144,1
1. GI LABUHAN 70/20 20 20 13,1 12,5 13,8 20,0 15,3 16,9 18,6 20,4 22,4 24,5 20,0 26,9
77% 74% 41% 45% 50% 55% 60% 66% 48% 53%
PLTD LABUHAN
2. GI ALAS 70/20 20 20 2,9 7,5 8,1 8,8 9,5 10,3 11,1 11,9 12,8 20,0 13,8
17% 44% 48% 52% 56% 60% 65% 70% 38% 41%
04/02/2013 10:06:38
748
Capacity Balance Sistem Lombok (3/3)
Kapasitas Trafo 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Unit Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. SUBSTATION
Total Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf Load Transf
1 2
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
3. GI TALIWANG 70/20 20 20 8,2 7,9 8,8 9,8 10,9 12,1 13,5 20,0 14,9 16,5 18,2
4. GI EMPANG 70/20 20 20 5,5 5,3 6,0 6,7 7,6 8,5 9,5 10,6 11,8 12,7 20,0
32% 31% 35% 40% 45% 50% 56% 62% 69% 37%
5. GI BONTO 70/20 10 10 1,0 1,1 1,2 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,8 1,9
12% 13% 15% 14% 15% 16% 18% 19% 21% 22%
6. GI BIMA 70/20 20 20 20,5 23,1 15,1 14,6 20,0 16,2 17,9 19,8 21,8 24,0 20,0 26,3
7. GI WOHA 70/20 20 20 10,5 10,2 11,3 12,5 13,8 20,0 15,2 16,8 18,3
8. GI DOMPU 70/20 20 20 8,5 9,5 10,4 10,0 11,0 12,0 13,2 20,0 14,4 15,7 17,0
50% 56% 61% 59% 65% 71% 39% 42% 46% 50%
TOTAL BEBAN PUNCAK GI UMUM 59,8 0 66,9 0 73,9 20 82,0 20 90,5 0 99,7 0 109,7 60 120,5 0 132,2 60 144,1 20
TOTAL BEBAN KIT LANGSUNG 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
BEBAN TOTAL GI + KIT LANGSUNG 59,8 66,9 73,9 82,0 90,5 99,7 109,7 120,5 132,2 144,1
TOTAL BEBAN PUNCAK SISTEM 59,8 66,9 73,9 82,0 90,5 99,7 109,7 120,5 132,2 144,1
DIVERSITY FACTOR 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
04/02/2013 10:06:38
Aliran Daya Sistem Lombok Tahun 2015
15.4
TANJUNG MANTANG 7.0
16.7 30.5
149.0 148.1
4.1 7.3
PLTU LOMBOK FTP1 2X25 MW 59.8 PRINGGA
16.8 PLTU LOMBOK SEWA 2X25 MW 8.9 16.0
147.4
16
1.6 PLTU LOMBOK PEAK 90 MW 29 3
29.3 39
3.9
PLTU LOMBOK APBN 25 MW 0.8
G
28.4
PLTD AMPENAN 40.5 MW 7.4
PLTD TAMAN 6.5 MW
KUTA
28.3
147.4
7.3
KET :
NAMA GI Produksi : 212.3 MW
MW Beban Sistem : 211.2 MW
KV
MVAR L
Losses : 1.1
1 1 MW 0 52%
0.52%
Flow dalam MW/MVAR
04/02/2013 10:06:39
750
Aliran Daya Sistem Lombok Tahun 2017
97.8
TANJUNG MANTANG 8.2
20.7 37.7
146.9 146.4
5.0 9.0
35.0
10.0
KUTA
35.0
145.9
9.0
KET :
NAMA GI Produksi : 263.0 MW
MW Beban Sistem : 260.7 MW
KV
MVAR L
Losses : 2.3
2 3 MW 0 87%
0.87%
Flow dalam MW/MVAR
04/02/2013 10:06:39
Aliran Daya Sistem Lombok Tahun 2019
PLTP SEMBALUN 40 MW
PLTP SEMBALUN Ext. 40 MW
59.4 PLTU LOMBOK-FTP2 2X25 MW
5.2 BAYAN PLTU LOMBOK-2 2X25 MW
68.0 179.6
TANJUNG MANTANG 4.8 28.4
29.3 53.4
146.7 145.0
7.1 PLTU LOMBOK FTP1 2X25 MW 12.8
PLTU LOMBOK SEWA 2X25 MW 62.7 PRINGGA
29.8 PLTU LOMBOK PEAK 90 MW 23.5 28.0
145.8
0.4 PLTU LOMBOK PEAK-2 30 MW 8.8 6.8
PLTU LOMBOK APBN 25 MW 5.1
83.6
62.0 27.0 16.8
24.4 G 35.7 2.8
AM PENAN JERANJANG 13.9 SENGKOL SELONG
91.7 39.6 21.4 56.7
751
146.4 146.9 144.6 144.9
12 8
12.8 95
9.5 52
5.2 13 8
13.8
40.6
16.4
KUTA
40.0
144.1
12.8
KET :
NAMA GI Produksi : 382.2 MW
MW Beban Sistem : 377.6 MW
KV
MVAR Losses : 46
4.6 MW 1 20%
1.20%
Flow dalam MW/MVAR
04/02/2013 10:06:39
752
Aliran Daya Sistem Lombok Tahun 2021
PLTP SEMBALUN 40 MW
PLTP SEMBALUN Ext. 40 MW
69.0 PLTU LOMBOK-FTP2 2X25 MW
78.0 169.8
TANJUNG MANTANG 3.8 26.0
31.8 44.8
45.0
13.4
KUTA
45.0
143.6
10.7
KET :
NAMA GI Produksi : 409.0 MW
MW Beban Sistem : 403.0 MW
KV
MVAR Losses : 60
6.0 MW 1 5%
1.5%
Flow dalam MW/MVAR
04/02/2013 10:06:40
Neraca Daya Sistem Sumbawa
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 197,1 211,1 224,1 236,4
Beban Puncak MW 34,0 36,4 38,7 40,8
Load Factor % 66,1 66,1 66,1 66,1
Pasokan
04/02/2013 10:06:40
754
Neraca Daya Sistem Bima
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 229,9 246,2 261,5 275,9
Beban Puncak MW 38,4 41,1 43,6 46,0
Load Factor % 68,4 68,4 68,4 68,4
04/02/2013 10:06:40
Neraca Daya Sistem Sumbawa-Bima
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 543,3 575,6 608,4 641,8 676,0 712,1
Beban Puncak MW 92,1 97,6 103,1 108,8 114,6 120,7
Load Factor % 67,3 67,3 67,3 67,3 67,3 67,3
Pasokan
04/02/2013 10:06:41
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 756 04/02/2013 10:06:41
LAMPIRAN B18.13
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 257,1 291,1
Load Faktor % 61,8 62,1
Beban Puncak MW 47,5 53,5
Pasokan
04/02/2013 10:06:41
Neraca Daya Sistem Atambua-Kefamenanu
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 58,8 68,2
Load Faktor % 59,5 59,6
Beban Puncak MW 11,3 13,1
Pasokan
04/02/2013 10:06:41
760
Neraca Daya Sistem Kupang-Soe-Kefamenanu-Atambua
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sistem Kupang-Soe-Kefamenanu-Atambua
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 322,8 367,3 417,8 464,7 517,1 575,4 640,6 699,9 775,3 858,8
Load Faktor % 60,9 61,2 61,4 61,4 61,5 61,7 61,8 61,9 62,1 62,3
Beban Puncak MW 60,5 68,5 77,7 86,4 95,9 106,5 118,3 129,0 142,6 157,5
Pasokan
Derating Capacity MW -1,9 -7,9 7,0 18,2 18,2 18,2 35,6 35,6 35,6 37,3
Pembangkit PLN
PLTD Kupang
Kefamenanu
Atambua
Atambua 2 PLTU - -
Jumlah Efektif MW 80,3 128,2 102,6 115,5 130,5 145,5 163,0 178,0 198,0 198,0
Cadangan MW 21,4 31,5 22,5 22,5 22,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5
Pemeliharaan (1 unit terbesar) MW 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5
Operasi MW 4,9 15,0 6,0 6,0 6,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Surplus/Defisit ( N-2 ) MW (1,6) 28,2 2,4 6,6 12,0 7,5 13,2 17,5 23,9 9,0
04/02/2013 10:06:41
Neraca Daya Sistem Ende-Maumere
Pasokan/Kebutuhan Unit 2004 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 18,12 93,2 104,2
Load Faktor % 4,70 57,6 57,9
Beban Puncak MW 44,04 18,5 20,5
04/02/2013 10:06:41
762
Neraca Daya Sistem Ruteng-Bajawa-Labuhan Bajo
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Pasokan
PEMBANGKIT PLN
SEWA PEMBANGKIT
Ulumbu 3 PLTP
Mataloko 3, 4 PLTP
04/02/2013 10:06:41
Neraca Daya Sistem Interkoneksi Flores
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sistem Flores ( Ende - Ropa - Maumere - R - B - L )
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 93,2 104,2 229,4 252,1 277,1 304,8 335,3 362,1 396,6 434,3
Load Faktor % 57,6 57,9 55,8 55,9 56,1 56,4 56,6 56,8 57,1 57,4
Beban Puncak MW 18,5 20,5 47,0 51,5 56,4 61,7 67,6 72,8 79,3 86,4
04/02/2013 10:06:42
764
Neraca Daya Sistem Larantuka-Adonara
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Interkoneksi Larantuka - Adonara SUTM 20 kV
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 28,5 32,0
Load Faktor % 51,1 51,3
Beban Puncak MW 6,4 7,1
04/02/2013 10:06:42
Neraca Daya Sistem Lembata
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 11,0 12,2 13,6 14,7 16,0 17,4 18,8 20,1 21,7
Load Faktor % 57,4 57,7 58,0 58,1 58,3 58,6 58,8 59,0 59,2
Beban Puncak MW 2,2 2,4 2,7 2,9 3,1 3,4 3,7 3,9 4,2
04/02/2013 10:06:42
766
Neraca Daya Sistem Kalabahi
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 19,6 21,9 24,4 26,6 29,1 31,7 34,6 37,1 40,3 43,7
Load Faktor % 62,5 62,8 63,0 63,1 63,3 63,6 63,7 63,9 64,2 64,4
Beban Puncak MW 3,6 4,0 4,4 4,8 5,2 5,7 6,2 6,6 7,2 7,7
Pasokan 6,00 6,00
04/02/2013 10:06:42
Neraca Daya Sistem Waingapu - Waikabubak
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Interkoneksi dgn Sistem Waikabubak
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 23,8 26,5 55,35 60,6 66,3 72,6 79,4 85,4 93,0
Load Faktor % 58,6 58,9 63,09 63,3 63,6 63,9 64,1 64,4 64,7
Beban Puncak MW 4,6 5,1 10,01 10,9 11,9 13,0 14,1 15,1 16,4
Pasokan
767
04/02/2013 10:06:42
768
Neraca Daya Sistem Rote Ndao
Pasokan/Kebutuhan Unit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 10,8 11,8 13,0 14,0 15,0 16,1 17,3 18,2 19,4 20,8
Load Faktor % 51,4 52,1 52,8 53,5 54,1 54,9 55,6 56,3 57,0 57,8
Beban Puncak MW 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,3 3,5 3,7 3,9 4,1
04/02/2013 10:06:42
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 769 04/02/2013 10:06:43
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 770 04/02/2013 10:06:43
A2
C1
Sistem Interkoneksi
Rencana Pengembangan
Jawa-Bali
Sistem Kelistrikan
Per Provinsi Wilayah Operasi Indonesia Barat
04/02/2013 10:06:43
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang
Calendar Year 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Total Population (10^3) 16.155,4 16.469,1 16.789,7 17.117,3 17.451,9 17.794,0 18.143,4 18.500,6 18.865,6 19.238,7
- Growth Rate (%) 1,94 1,94 1,95 1,95 1,96 1,96 1,96 1,97 1,97 1,98
Growth of Total GDP (%) 6,4 7,0 7,3 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8
Electrification Ratio (%) 84,7 86,9 88,7 89,9 90,5 90,9 91,2 91,5 92,4 93,1
04/02/2013 10:06:44
776
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Sistem PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten
Calendar Year 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Total Population (10^3) 49.662,1 50.649,3 51.656,5 52.684,0 53.732,4 54.802,0 55.893,2 57.006,6 58.142,6 59.301,6
- Growth Rate (%) 1,99 1,99 1,99 1,99 1,99 1,99 1,99 1,99 1,99 1,99
Growth of Total GDP (%) 5,9 6,4 6,7 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
Electrification Ratio (%) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
04/02/2013 10:06:44
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
Calendar Year 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Total Population (10^3) 36.152,5 36.309,9 36.468,2 36.627,3 36.787,2 36.947,9 37.109,5 37.272,0 37.435,3 37.599,5
- Growth Rate (%) 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44
Growth of Total GDP (%) 6,3 7,0 7,2 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7
Electrification Ratio (%) 78,6 81,2 83,9 86,2 88,3 90,1 92,1 94,1 96,1 97,7
04/02/2013 10:06:44
778
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik PLN Distribusi Jawa Timur
Calendar Year 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Number of Population (10^3) 38.048,6 38.337,8 38.629,1 38.922,7 39.218,5 39.516,6 39.816,9 40.119,5 40.424,4 40.731,7
- Growth Rate (%) 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Growth of Total GDP (%) 6,5 7,2 7,4 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9
Electrification Ratio (%) 71,8 73,8 75,4 76,9 78,2 79,8 81,5 83,1 84,6 86,2
04/02/2013 10:06:44
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik PLN Distribusi Bali
Calendar Year 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Total Population (10^3) 4.059,9 4.147,1 4.236,3 4.327,4 4.420,4 4.515,5 4.612,5 4.711,7 4.813,0 4.916,5
- Growth Rate (%) 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2
Growth of Total GDP (%) 7,0 7,7 8,0 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 8,5
Electrification Ratio (%) 72,7 76,3 80,0 82,5 84,4 86,3 88,0 89,6 91,2 92,6
Electrification Ratio (%)+non PLN 72,9 76,5 80,2 82,7 84,6 86,5 88,2 89,8 91,3 92,8
04/02/2013 10:06:44
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 780 04/02/2013 10:06:44
Lampiran C1.2
35000
30000
PLTU PLN
PLTU IPP
25000
PLTP
20000
Kapasitas Terpasang
15000
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
04/02/2013 10:06:44
Neraca Daya Sistem Jawa-Bali (1/3)
PROYEK 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Kebutuhan GWh 132.371 143.474 156.387 170.461 185.803 198.747 212.568 227.381 242.878 259.431
Pertumbuhan % 9,6 8,4 9,0 9,0 9,0 7,0 7,0 7,0 6,8 6,8
Produksi GWh 151.519 163.649 178.652 194.723 212.102 226.656 242.781 259.710 277.393 296.408
Faktor Beban % 77,9 78,1 78,3 78,5 78,7 78,9 79,1 79,3 79,5 79,7
04/02/2013 10:06:44
784
Neraca Daya Sistem Jawa-Bali (2/3)
PROYEK 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
IPP On-going dan Committed
Cirebon PLTU 660
Paiton #3 PLTU 815
Celukan Bawang PLTU 380
04/02/2013 10:06:45
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 785
Neraca Daya Sistem Jawa-Bali (3/3)
PROYEK 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Jawa-1 PLTU 1.000
Jawa-3 PLTU 660 660
Jawa-4 PLTU 1.000 1.000
Jawa-6 PLTU 2.000
PLTP Non-FTP2 PLTP - - - - - 10 110 305 330 110
Sub Total Rencana Tambahan Kapasitas - - - 1.350 675 1.769 1.870 2.305 2.780 3.310
Total Tambahan 4.480 2.065 1.095 1.500 3.242 4.739 6.135 3.055 2.780 3.310
TOTAL KAPASITAS SISTEM MW 30.800 32.665 33.736 35.236 38.478 42.385 48.320 51.575 54.155 57.665
TOTAL KAPASITAS NETTO MW 29.568 31.433 32.503 34.003 37.245 41.153 47.088 50.343 52.923 56.433
04/02/2013 10:06:45
786
Rincian Rencana Proyek Pembangkit Panas Bumi
PROYEK 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
PLN
PLTP
IPP - - 55 - 295 390 625 1,055 330 110
FTP2 - - 55 - 295 380 515 750 - -
Patuha PLTP 55 110
04/02/2013 10:06:45
Daftar Pembangkit Mothballed di Sistem Jawa-Bali
No Pembangkit Jenis Unit Bahan Bakar Kapasitas (MW) COD Mothballed Lokasi Keterangan
1 Muara Karang PLTU 1 gas/MFO 100,0 1979 2011 Jakarta Demolished
PLTU 2 gas/MFO 100,0 1979 2011 Jakarta Demolished
PLTU 3 gas/MFO 100,0 1979 2011 Jakarta Demolished
PLTU 4 gas/MFO 200,0 1981 2017 Jakarta Mothballed
04/02/2013 10:06:45
788
04/02/2013 10:06:45
Rincian Proyek Pembangkit Sistem Jawa-Bali 2012-2021 (1/6)
Asumsi Asumsi Sumber
No Provinsi Jenis Nama Proyek MW COD Status
Pengembang Dana
1 Banten PLN PLTU Lontar 315 2012 Operasi FTP-1
2 Banten PLN PLTU Lontar 315 2012 Operasi FTP-1
3 Banten Swasta PLTM Cisono 3 2013 Konstruksi IPP
4 Banten Swasta PLTM Cikotok 4 2013 Konstruksi IPP
04/02/2013 10:06:45
790
Rincian Proyek Pembangkit Sistem Jawa-Bali 2012-2021 (2/6)
Asumsi Asumsi Sumber
No Provinsi Jenis Nama Proyek MW COD Status
Pengembang Dana
31 Jawa Barat Swasta PLTM Cisanggiri 3 2013 Pengadaan IPP
32 Jawa Barat Swasta PLTM Pakenjeng Atas 4 2013 Pengadaan IPP
33 Jawa Barat Swasta PLTM Pakenjeng Bawah 6 2013 Pengadaan IPP
34 Jawa Barat Swasta PLTM Cibatarua 5 2014 Pengadaan IPP
04/02/2013 10:06:45
Rincian Proyek Pembangkit Sistem Jawa-Bali 2012-2021 (3/6)
Asumsi Asumsi Sumber
No Provinsi Jenis Nama Proyek MW COD Status
Pengembang Dana
61 Jawa Barat PLN PS Upper Cisokan Pump Storage (FTP2) 260 2017 Konstruksi PHLN-IBRD
62 Jawa Barat PLN PS Upper Cisokan Pump Storage (FTP2) 260 2017 Konstruksi PHLN-IBRD
63 Jawa Barat PLN PS Upper Cisokan Pump Storage (FTP2) 260 2017 Konstruksi PHLN-IBRD
64 Jawa Barat Swasta PLTP Tangkuban Perahu 2 (FTP2) 30 2018 Rencana IPP
04/02/2013 10:06:45
792
Rincian Proyek Pembangkit Sistem Jawa-Bali 2012-2021 (4/6)
Asumsi Asumsi Sumber
No Provinsi Jenis Nama Proyek MW COD Status
Pengembang Dana
91 Jawa Tengah Swasta PLTM Pugeran 6 2015 Pengadaan IPP
92 Jawa Tengah Swasta PLTM Ambal 2 2015 Pengadaan IPP
93 Jawa Tengah Swasta PLTM Banjaran Kebonmanis 2 2015 Pengadaan IPP
94 Jawa Tengah Swasta PLTM Logawa Babakan 1 2015 Pengadaan IPP
04/02/2013 10:06:46
Rincian Proyek Pembangkit Sistem Jawa-Bali 2012-2021 (5/6)
Asumsi Asumsi Sumber
No Provinsi Jenis Nama Proyek MW COD Status
Pengembang Dana
121 Jawa Tengah PLN PS Matenggeng PS 225 2021 Rencana Unallocated
122 DI Yogyakarta Swasta PLTB Samas 50 2014 Konstruksi IPP
123 Jawa Timur PLN PLTU Paiton-9 660 2012 Konstruksi FTP-1
124 Jawa Timur PLN PLTU Pacitan 315 2012 Konstruksi FTP-1
04/02/2013 10:06:46
794
04/02/2013 10:06:46
Lampiran C1.3
04/02/2013 10:06:46
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 797
Proyeksi Kebutuhan Energi Primer Sistem Jawa-Bali
No. FUEL TYPE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 HSD ( x 1000 kL ) 2.184 1.600 535 281 576 117 127 160 193 193
2 MFO ( x 1000 kL ) 462 368 368 - - - - - - -
3 Gas (bcf) 295 308 424 430 378 239 240 234 230 262
4 LNG (bcf) 46 53 61 83 106 196 192 196 226 226
5 Batubara (kTON) 43.857 49.797 49.888 56.920 65.631 73.345 77.756 82.161 88.089 94.677
04/02/2013 10:06:46
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 798 04/02/2013 10:06:46
Lampiran C1.4
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt- Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
No. Gardu Induk age Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 BALARAJA 150/20 82,3 87,3 92,9 97,2 102,6 107,0 107,9 109,6 111,2 126,2 60
2 LAUTAN STEEL/
TELAGA SARI 150/20 37,4 120 42,1 49,5 55,5 62,4 70,7 88,0 60 109,7 137,6 60 152,6
3 GITET BALARAJA
(150/20) 150/20 20,4 25,9 29,3 29,8 30,1 32,5 48,4 65,2 87,7 89,3
4 CITRA HABITAT 150/20 161,8 162,4 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
Max 4 x 60 MVA 79,32% 79,62% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
5 MILLENNIUM (PT
POWER STEEL) 150/20 57,7 120 75,7 114,8 60 127,0 60 142,0 159,4 176,5 60 194,9 207,0 213,2
6 CIKUPA 150/20 119,7 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
78,22% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
7 PASAR KEMIS 150/20 121,9 132,4 60 136,5 145,1 163,4 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
Maksimum 4 x 60
79,66% 64,91% 66,90% 71,11% 80,08% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
MVA
8 SEPATAN 150/20 52,3 76,9 75,6 84,0 60 85,6 107,6 133,4 60 156,9 182,2 60 195,1
Mak 5 x 60 MVA 51,24% 75,40% 74,14% 54,92% 55,96% 70,34% 65,37% 76,90% 71,45% 76,51%
9 TANGERANG
BARU 150/20 117,0 127,8 149,1 60 160,0 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
mak 4 x 60 MVA 76,45% 83,51% 73,08% 78,45% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
10 TANGERANG
BARU 2 150/20 38,8 120 66,2 102,5 60 140,1 60 163,2 163,2
04/02/2013 10:06:46
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (2/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
11 TANGERANG
150/20 20,9 60 52,2 60
BARU 3
12 CENGKARENG 150/20 197,5 203,1 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0
Max = 5 x 60 MVA 77,44% 79,66% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
13 CIKOKOL/
TANGERANG 150/20 150,3 153,0 153,8 160,0 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
bisa max = 4 x 60
MVA 73,70% 75,02% 75,41% 78,43% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
14 CILEDUK 150/20 122,4 122,40 122,40 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
15 CILEDUK 2 / ALAM
SUTRA 150/20 15,7 120 55,3 56,076 71,7 95,1 60 97,7 116,5 149,1 60 158,4 162,8
Inc Ciledug -
Cikupa 15,36% 54,20% 54,98% 70,34% 62,13% 63,85% 76,11% 73,07% 77,66% 79,82%
16 DURI KOSAMBI 150/20 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
(Mak 5 x 60 MVA) 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
17 DURI KOSAMBI 2 /
DAAN MOGOT 150/20 11,7 120 38,3 45,5 68,7 96,7 60 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
MK - Duri Kosambi 11,45% 37,51% 44,61% 67,33% 63,22% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
18 DURI KOSAMBI 3 /
RAWA BUAYA 150/20 1,5 60,0 38,6 72,1 60,0 108,7 60,0 122,4
19 GROGOL 150/20 115,9 121,2 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
75,76% 79,22% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
Inc Dr Kosambi -
Grogol 5,01%
04/02/2013 10:06:46
802
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (3/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
21 JATAKE
150/20 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
22 KEMBANGAN
150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
23 LEGOK
150/20 107,9 60 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
24 LENGKONG
150/20 159,5 60 200,8 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0
Max 4 x 60
62,56% 78,73% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
MVA
25 LENGKONG 2
150/20 21,2 120 60,9 113,0 60 119,2 138,7 60 158,4 163,2 163,2
(INDORAMA)
Inc Serpong -
20,79% 59,71% 73,84% 77,94% 67,97% 77,62% 80,00% 80,00%
Lengkong
Inc Serpong -
Lengkong II 42,71% 60,51%
27 LIPPO CURUG 150/20 41,8 56,8 73,5 92,9 60 120,1 145,0 60 161,4 161,2 160,9 163,2
Mak 4 x 60
40,97% 55,66% 72,03% 60,74% 78,47% 71,06% 79,13% 79,00% 78,85% 80,00%
MVA
28 LIPPO CU-
150/20 18,3 60 53,7 60 93,2 60 119,6
RUG 2
29 MAXI
150/20 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6
MAGANDO
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
30 SERPONG 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
04/02/2013 10:06:47
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (4/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
31 TELUK NAGA 150/20 113,4 133,3 133,9 146,7 165,6 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
Inc PLTU
Lontar - Tgr 52,29% 57,15% 59,58% 63,53% 77,30%
Baru
33 TIGARAKSA 150/20 88,9 60 102,9 118,6 120,1 123,5 60 129,3 139,9 154,0 163,2 163,2
Mak 4 x 60
58,09% 67,28% 77,52% 78,47% 60,56% 63,36% 68,59% 75,49% 80,00% 80,00%
MVA
34 TIGARAKSA 2 150/20 10,6 60 24,7
Radial Tiga-
20,85% 48,40%
raksa
35 BINTARO
150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
Max 3 x 60
MVA 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
36 BINTARO 2
(GIS) 150/20 19,4 120 45,0 60,4 79,1 60 100,9 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
Radial Bintaro
(Max 3 x 60 19,02% 44,15% 59,17% 51,68% 65,95% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
MVA)
37 BINTARO 3 /
150/20 2,6 60 31,0 57,7 60 86,7 60 107,7
JOMBANG
Inc Bintaro -
5,15% 60,76% 56,56% 56,64% 70,40%
Serpong
38 CSW 150/20 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
04/02/2013 10:06:47
804
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (5/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
39 ANTASARI / CSW
2 / KEMANG 150/20 26,0 120 33,8 42,8 62,7 64,4 79,2 96,4 60,0 122,4 122,4 122,4
VILLAGE
40 CSW 3 / MRT
150/20 14,7 60 25,5 38,9 43,7 60 82,8 60 108,2
PASAR MEDE
Radial Kemang
Village/Pondok 28,85% 49,94% 76,20% 42,83% 54,10% 70,74%
Indah
66,07% 68,74% 71,71% 72,30% 74,34% 78,45% 79,40% 79,35% 79,30% 80,00%
42 GANDUL 150/20 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
Max 4 x 60 MVA
(1 x 60 MVA) 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
Masuk 2009)
43 PONDOK INDAH 150/20 27,2 41,0 58,0 86,5 60 119,7 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
Radial Gandul 26,70% 40,22% 56,89% 56,51% 78,26% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
44 PONDOK INDAH
150/20 34,4 120 78,1 120,1 60 145,2 60 148,8
2 / CIRENDE
Inc Petukangan -
33,73% 76,62% 78,51% 71,17% 72,92%
Gandul
45 KEBON JERUK 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
46 KEMANG 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
47 MAMPANG BARU 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
48 PETUKANGAN 150/20 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
04/02/2013 10:06:47
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (6/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
49 SENAYAN 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
50 SENAYAN BARU 150/20 86,2 91,3 94,5 107,4 123,2 143,6 159,4 172,9 204,0 204,0
Radial Kemban-
33,82% 35,82% 37,06% 42,11% 48,33% 56,32% 62,50% 67,81% 80,00% 80,00%
gan
51 SENAYAN BARU 2
150/20 9,8 60 37,6
(SENAYAN)
52 ABADI GUNA
150/20 88,2 94,5 101,5 112,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
PAPAN
1 Trafo 57,64% 61,76% 66,32% 73,46% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
53 ABADI GUNA
150/20 2,8 60 17,2 34,3 51,1 60 69,7 82,5
PAPAN 2
Inc Mampang -
5,51% 33,76% 67,19% 50,09% 68,31% 53,93%
Karet
54 ANCOL 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
55 ANGKE 150/20 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
(UPRATING
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
TRAFO 3)
56 MUARA KARANG 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
57 KAPUK (PIK) (2 x
150/20 7,2 120 9,3 14,7 37,4 64,0 93,1 60 101,4 130,8 60 162,5 163,2
60 MVA)
Inc Dr Kosambi -
7,07% 9,09% 14,42% 36,69% 62,72% 60,83% 66,25% 64,13% 79,65% 80,00%
M Karang
58 MUARA KARANG
150/20 14,9
3 / KAMAL
04/02/2013 10:06:47
806
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (7/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt- Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
59 BUDI KE-
150/20 108,1 117,0 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
MULIAAN
60 DUKUH ATAS 150/20 58,3 65,2 72,8 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6
57,17% 63,91% 71,42% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
61 DUKUH ATAS 2 150/20 9,9 120 15,6 21,8 29,4 55,7 84,5 60 82,3
Radial dari
Manggarai (Max 3 9,69% 15,28% 21,35% 28,78% 54,59% 55,20% 53,77%
x 60 MVA)
42,26% 45,82% 53,87% 69,06% 52,65% 60,51% 76,80% 80,00% 80,00% 80,00%
63 T, RASUNA/PAN-
CORAN 150/20 31,6 49,4 77,0 86,2 111,8 129,6 158,7 60 165,9 208,2 228,4
Radial Duren Tiga 15,50% 24,23% 37,76% 42,24% 54,78% 63,52% 62,24% 65,05% 81,63% 89,56%
64 PANCORAN 2 /
PENGADEGAN 150/20 40,5 120 100,2 60 110,7
TMR
Pengadegan Tmr
( 3 x 100 MVA)
39,68% 65,47% 72,34%
Radial Cawang
Baru
65 GAMBIR BARU 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
66 GAMBIR LAMA 70/20 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
67 GIS GAMBIR
150/20 98,1 102,9 115,2 120,0 160,5 196,8 244,1 244,8 245,1 244,8
LAMA
32,07% 33,61% 37,66% 39,23% 52,45% 64,32% 79,77% 80,00% 80,08% 80,00%
04/02/2013 10:06:47
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (8/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
69 KEBON SIRIH 150/20 81,9 87,6 94,5 120,9 120,6 120,4 121,1 119,8 119,5 122,4
53,50% 57,25% 61,76% 78,99% 78,84% 78,71% 79,17% 78,27% 78,09% 80,00%
71 GEDUNG POLA 150/20 73,8 80,0 86,9 97,3 109,7 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
48,21% 52,26% 56,77% 63,61% 71,68% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
72 KARET BARU 150/20 111,5 114,7 118,2 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
72,89% 74,96% 77,26% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
73 KARET LAMA 150/20 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
74 SEMANGGI
150/20 37,4 120 47,4 58,4 78,4 106,9 60,0 115,9 122,4 122,4 122,4 122,4
BARAT
Radial Karet Lama 36,71% 46,42% 57,25% 76,87% 69,85% 75,75% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
75 SEMANGGI
BARAT 1 / TANAH 150/20 22,9 37,9 60,0 58,0 60,0 96,4 60,0 106,9
ABANG
Incomer Karet -
74,27% 56,90% 63,02% 69,84%
Angke
76 KELAPA GADING 150/20 55,0 55,6 56,3 57,4 59,0 61,2 63,3 65,7 67,5 65,7
Inc Pegangsaan -
53,88% 54,50% 55,15% 56,27% 57,86% 59,97% 62,10% 64,42% 66,13% 64,41%
Plumpang
77 KEMAYORAN 150/20 105,9 112,1 119,0 119,9 122,0 122,2 122,4 122,4 122,4 122,4
69,23% 73,27% 77,76% 78,34% 79,75% 79,87% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
Inc Priok-Plump-
20,02% 52,67% 69,72% 75,50%
ang (Taman BMW)
79 MANGGA BESAR 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
04/02/2013 10:06:47
808
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (9/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
80 GUNUNG SAHARI 150/20 17,0 120 39,1 65,8 106,2 60 108,0 125,2 60 132,1 143,4 160,5 162,3
Mak 3 x 60 MVA
81 KETAPANG 150/20 120,2 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
78,55% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
82 SETIABUDI 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
83 TANAH TINGGI 150/20 21,3 29,7 39,2 39,6 40,2 41,3 59,0 76,8 114,0 60 112,2
63,14% 68,46% 74,39% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
85 KANDANG SAPI 150/20 62,6 80,1 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6 81,6
Max 3 x 60 MVA 61,39% 78,50% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
86 CAKUNG TWON-
150/20 30,0 120,0 35,6 70,6 85,9 60 98,1 131,6 60,0 131,6 147,3 151,2 160,0
SHIP
87 MARUNDA 150/20 113,2 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
73,98% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
88 PEGANGSAAN 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
89 PLUMPANG
(UPRATING 150/20 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
TRAFO 3)
Mak 4 x 60 MVA 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
90 PRIOK TIMUR 25,0 30,0 35,0 40,0 40,8 40,8 40,8 40,8 40,8 40,8
49,02% 58,82% 68,63% 78,43% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
04/02/2013 10:06:47
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (10/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
91 HARAPAN INDAH 150/20 40,3 120 55,8 73,6 88,5 60 95,4 104,0 115,4 128,0 60 130,2 156,2
lokasi : Taman
92 PULO GADUNG 150/20 180,2 185,3 190,9 203,0 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0 204,0
70/20 70,65% 72,65% 74,88% 79,60% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
93 PONDOK KELAPA 150/20 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
94 CIPINANG 150/20 92,3 93,9 94,2 96,3 105,5 118,1 122,4 122,4 122,4 122,4
60,31% 61,34% 61,59% 62,94% 68,98% 77,19% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
GI Ex Jatinegara
(Inc Pl Mas - 20,32% 47,58% 78,90% 48,12%
Manggarai)
96 PENGGILINGAN 150/20 56,6 65,5 68,9 94,8 60 131,9 60 157,9 163,2 163,2 163,2 163,2
Mak 4 x 60 MVA 55,49% 64,25% 67,57% 61,93% 64,67% 77,40% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
98 PULO MAS 150/20 92,6 101,3 111,0 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
60,50% 66,19% 72,58% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
99 CAWANG + NEW
CAWANG 150/20 147,0 160,3 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2 163,2
72,08% 78,57% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
100 DUREN TIGA 150/20 107,8 60 112,8 118,8 126,2 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
70,46% 73,71% 77,68% 82,50% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
04/02/2013 10:06:47
810
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang (11/11)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add, Add,
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf. Transf.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
102 GANDARIA 70/20 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
54,67% 57,70% 61,04% 66,59% 73,07% 78,94% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
104 GANDARIA 2/
MEKAR SARI 150/20 2,0 13,3 60 25,62 39,01 47,21 60
(Pipa Gas)
80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
106 JATIRANGON
150/20 12,2 60 23,0 27,3 29,0 33,2 62,6 60 84,6 60 104,2 126,2 60 134,6
2 / CIBUBUR
Radial Cile-
23,97% 45,10% 53,62% 56,80% 65,09% 61,38% 55,30% 68,09% 61,85% 65,97%
ungsi 2
107 JATIWARINGIN 150/20 53,2 64,6 89,2 60,0 95,1 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4 122,4
Inc Jatirangon -
Pd Klp 52,20% 63,29% 58,27% 62,17% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00% 80,00%
108 MINIATUR 150/20 79,0 81,3 83,8 60 84,4 85,4 86,6 88,4 89,0 89,6 89,9
77,49% 79,69% 54,75% 55,14% 55,85% 56,62% 57,77% 58,16% 58,55% 58,75%
TOTAL 7.515 1.800 8.027 60 8.558 360 9.123 660 9.726 720 10.376 600 11.068 900 11.809 1.080 12.608 1.080 13.152,7 540
KONSUMEN BESAR 244 244 244 244 244 244 244 244 244 243,8
TOTAL GI 7.759 8.271 8.802 9.366 9.970 10.620 11.312 12.053 12.852 13.396,5
BEBAN PUNCAK
6.638 7.078 7.531 8.013 8.530 9.084 9.678 10.315 10.998 11.370,2
(SCENARIO)
DIVERSITY 1,169 1,169 1,169 1,169 1,169 1,169 1,169 1,169 1,169 1,178
04/02/2013 10:06:48
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (1/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
APJ BANDUNG
1 BANDUNG UTARA 150/20 119,3 130,6 143,4 157,1 121,9 131,7 141,9 151,8 113,1 127,7
2 DAGO PAKAR/CI-
150/20 55,0 120 59,3 64,1 69,3 75,0 80,1 85,5 60 90,8 96,8 107,3
MENYAN
(GI, Baru) 54% 58% 63% 68% 73% 79% 56% 59% 63% 70%
4 CIGERELENG 150/20 107,8 115,7 124,7 134,3 144,8 102,2 108,6 114,8 121,9 134,3
53% 57% 61% 66% 71% 50% 53% 56% 60% 66%
5 DAYEUHKOLOT GIS 150/20 53,0 120 57,1 61,8 66,8 72,2 77,2 82,3 60 87,5 93,3 103,4
(GI, Baru) 52% 56% 61% 65% 71% 76% 54% 57% 61% 68%
04/02/2013 10:06:48
812
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (2/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
6 CIGERELENG II/CIBO-
150/20 52,0 120 55,5 58,9 62,9 69,7
LERANG
(GI, Baru)
7 KIARACONDONG GIS 150/20 96,4 106,4 92,8 102,9 63,8 70,1 76,6 83,0 90,2 78,1
63% 70% 61% 67% 42% 46% 50% 54% 59% 51%
8 KIARACONDONG II/
150/20 50,0 120 53,9 83,3 60 90,0 97,4 104,0 111,0 117,9 125,8 60 139,4
RANCANUMPANG
(GI, Baru) 49% 53% 54% 59% 64% 68% 73% 77% 62% 68%
9 KIARACONDONG III/
150/20 50,0 120 53,4 57,0 60,6 64,6 96,6 60
CINAMBO
10 UJUNGBERUNG 150/20 128,6 135,6 143,5 151,9 161,0 169,2 60 177,7 186,1 145,6 156,9
63% 66% 70% 74% 79% 66% 70% 73% 57% 62%
04/02/2013 10:06:48
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (3/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
11 UJUNGBERUNG II/
73% 79% 0%
13 BANDUNG TIMUR
150/20 65,2 120 70,5 76,3 81,5 86,9 60 92,3 98,4 109,0
BARU
(Uprate ke 150 kV) 64% 69% 75% 80% 57% 60% 64% 71%
15 BENGKOK BARU 150/20 55,1 120 58,9 62,9 66,9 71,4 79,3
16 BRAGA GIS 150/20 62,0 66,8 72,3 78,1 84,5 60 90,3 96,3 102,3 109,2 121,0
(GI, Baru) 61% 66% 71% 77% 55% 59% 63% 67% 71% 79%
04/02/2013 10:06:48
814
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (4/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
724,8 782,5 847,6 917,4 993,0 1061,3 1132,1 1202,1 1281,8 1420,7
17 ASAHIMAS 150/20 60,3 60,5 60,6 60,8 61,1 61,3 61,6 61,9 62,3 62,8
59% 59% 59% 60% 60% 60% 60% 61% 61% 62%
18 ASAHIMAS II/
150/20 25,0 60 26,9 29,1 31,5 34,1 36,4 38,8 41,3 60 44,0 48,8
CINANGKA
(GI, Baru) 49% 53% 57% 62% 67% 71% 76% 40% 43% 48%
19 CIKANDE 150/20 50,8 51,4 52,0 52,7 53,4 54,1 54,8 55,6 56,4 57,8
50% 50% 51% 52% 52% 53% 54% 54% 55% 57%
20 SALIRAINDAH 150/20 54,3 55,8 57,6 59,6 61,7 63,7 65,8 67,9 70,2 74,3
53% 55% 57% 58% 60% 62% 64% 67% 69% 73%
21 SERANG 150/20 124,0 60 136,6 150,9 166,4 60 183,2 148,8 161,6 174,6 139,3 158,9
61% 67% 74% 65% 72% 58% 63% 68% 55% 62%
22 SERANG SELATAN/
150/20 50,0 120 53,3 56,7 60,5 67,0
BAROS
04/02/2013 10:06:48
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (5/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
23 SERANG UTARA/
150/20 50,0 120 55,4
TONJONG
24 SURALAYA 150/20 6,3 7,1 8,0 8,9 10,0 11,0 12,1 13,2 14,5 16,6
25% 28% 31% 35% 39% 43% 47% 52% 57% 65%
25 PUNCAK ARDI MULYA 150/20 147,4 158,2 120,6 130,1 140,8 151,2 137,3 147,3 158,9 152,2
72% 78% 59% 64% 69% 74% 67% 72% 78% 75%
26 PUNCAK ARDI
150/20 50,0 120 54,1 58,5 62,5 91,6 60 97,4 103,9 140,1 60
MULYA II
(GI, Baru) 49% 53% 57% 61% 60% 64% 68% 69%
70% 27% 29% 32% 35% 37% 41% 44% 48% 54%
04/02/2013 10:06:48
816
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (6/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
29 CILEGON LAMA 150/20 37,5 41,0 45,0 49,3 54,0 58,4 63,0 67,7 73,0 81,9 60
37% 40% 44% 48% 53% 57% 62% 66% 72% 54%
47% 50% 54% 58% 62% 66% 70% 75% 80% 59%
624,8 665,6 712,2 762,9 818,6 870,5 925,4 980,9 1.044,3 1.150,6
34% 38% 41% 45% 50% 53% 57% 61% 65% 73%
32 SAKETI 70/20
33 SAKETI BARU 150/20 33,3 37,0 41,2 45,6 50,4 54,5 58,8 62,9 67,6 76,1
(Uprate ke 150 kV) 33% 36% 40% 45% 49% 53% 58% 62% 66% 75%
(GI, Baru) 39% 42% 26% 28% 31% 33% 35% 37% 39% 44%
(GI, Baru) 39% 42% 46% 49% 52% 56% 59% 66%
04/02/2013 10:06:49
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (7/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
130,9 143,9 158,4 174,0 190,6 205,5 220,8 235,8 252,8 283,0
APJ BEKASI
38 CIBATU 150/20 43,4 60 47,1 51,2 55,6 60,4 64,8 69,3 73,8 79,0 87,9 60
43% 46% 50% 55% 59% 64% 68% 72% 77% 57%
54% 59% 64% 69% 75% 60% 37% 40% 43% 47%
52% 54% 57% 60% 63% 66% 69% 72% 75% 60%
04/02/2013 10:06:49
818
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (8/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
66% 68% 71% 74% 78% 69% 71% 74% 77% 65%
70% 76% 73% 62% 68% 73% 69% 73% 79% 64%
04/02/2013 10:06:49
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (9/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
80% 66% 72% 63% 69% 74% 66% 71% 76% 75%
Alih beban dari Poncol 32,6 35,2 38,0 41,1 44,5 47,5 50,7 53,9 57,5 63,7
35% 39% 43% 48% 52% 57% 61% 66% 71% 80%
51 BEKASI 150/20 131,2 144,6 110,0 97,6 84,4 93,2 78,2 86,7 96,7 112,9
64% 71% 54% 48% 41% 46% 38% 42% 47% 55%
04/02/2013 10:06:49
820
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (10/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Alih beban dari Bekasi 50,0 53,9 58,3 63,0 68,1 72,8 77,7 82,5 88,0 97,6
Alih beban dari Bekasi 25,0 27,0 28,9 30,8 32,7 34,9 38,7
53 MUARATAWAR 150/20 50,0 120 53,9 58,3 63,0 93,1 60 99,5 106,2 112,8 120,3 133,3 60
(GI, Baru) 49% 53% 57% 62% 61% 65% 69% 74% 79% 65%
Alih beban dari Bekasi 25,0 26,7 28,5 30,3 32,3 35,8
54 BEKASI II/PING-
150/20 50,0 120 54,1 58,5 63,2 92,6 60 98,6 105,2 116,6
GIRKALI
(GI, Baru) 49% 53% 57% 62% 60% 64% 69% 76%
Alih beban dari Bekasi 50,0 54,1 58,5 63,2 67,6 72,1 76,9 85,2
55 CIKARANG 150/20 50,5 51,0 51,5 52,1 52,7 53,3 53,9 54,5 55,2 56,4
49% 50% 50% 51% 52% 52% 53% 53% 54% 55%
(GI, Baru) 59% 63% 68% 74% 80% 43% 46% 48% 52% 57%
(GI, Baru) 54% 58% 63% 68% 73% 79% 42% 44% 47% 53%
04/02/2013 10:06:50
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (11/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Alih beban dari Cibatu 19,6 21,1 22,8 24,7 26,7 28,5 30,5 32,3 34,5 38,2
1.001,8 1.076,7 1.161,6 1.253,3 1.353,0 1.444,5 1.540,2 1.635,8 1.744,9 1.931,2
APJ BOGOR
58 BOGORBARU 150/20 140,1 151,3 114,1 123,6 134,0 118,4 126,4 134,3 143,3 109,0
69% 74% 56% 61% 66% 58% 62% 66% 70% 53%
04/02/2013 10:06:50
822
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (12/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
62 BUNAR BARU 150/20 58,5 120 63,7 69,4 74,6 80,1 85,6 60 91,8 102,5
(Uprate ke 150 kV) 57% 62% 68% 73% 79% 56% 60% 67%
63 CIAWI 70/20
82,0 89,9 99,0 108,7 119,3 128,9 138,9 148,9 160,3 179,9
64 CIAWI BARU 150/20 82,0 89,9 99,0 60 108,7 69,3 75,5 81,9 88,4 95,7 108,3
(Uprate ke 150 kV) 80% 88% 65% 71% 45% 49% 54% 58% 63% 71%
(Uprate ke 150 kV) 51% 56% 62% 69% 75% 54% 59% 63% 68% 76%
52% 62% 0%
APJ Bogor
69 KRACAK BARU 150/20 12,4 60 14,3 16,5 18,6 20,7 22,9 25,4 29,5
04/02/2013 10:06:50
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (13/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
(Uprate ke 150 kV) 24% 28% 32% 36% 41% 45% 50% 58%
(GIS, Baru) 49% 53% 57% 62% 67% 71% 76% 54% 58% 64%
Sub Total Bogor 382,6 240 416,9 30 455,7 360 497,4 - 542,7 120 584,0 120 627,0 - 669,8 120 718,6 - 802,6 120
382,6 416,9 455,7 497,4 542,7 584,0 627,0 669,8 718,6 802,6
APJ CIANJUR
71 CIANJUR 150/20 112,5 124,1 137,3 60 151,3 116,5 126,8 137,4 97,8 106,3 121,3
74% 81% 67% 74% 57% 62% 67% 48% 52% 59%
Alih beban dari Cianjur 50,0 53,4 57,0 60,6 64,6 71,6
74 TANGGEUNG 70/20 15,7 16,9 18,3 19,7 21,3 30 22,8 24,3 25,8 27,6 30,6
(GI, Baru) 61% 66% 72% 77% 42% 45% 48% 51% 54% 60%
Alih beban dari Cianjur 10,4 11,3 12,2 13,2 14,2 15,2 16,2 17,2 18,4 20,4
04/02/2013 10:06:50
824
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (14/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
APJ CIMAHI
75 CIBABAT GIS 150/20 112,3 118,7 71,1 74,6 78,3 81,9 85,6 89,3 93,6 100,8
73% 78% 46% 49% 51% 54% 56% 58% 61% 66%
64% 69% 75% 61% 66% 70% 75% 55% 59% 65%
80 PADALARANG BARU 150/20 121,2 129,2 138,2 60 147,8 108,2 114,0 120,0 125,8 132,4 129,3
68% 72% 68% 72% 53% 56% 59% 62% 65% 63%
04/02/2013 10:06:51
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (15/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
51% 56% 61% 67% 73% 78% 56% 60% 64% 72%
443,7 475,5 511,4 550,0 591,8 629,7 669,2 708,3 752,9 830,2
APJ CIREBON
83 MANDIRANCAN 150/20 49,0 55,5 63,1 71,4 80,7 89,7 60 99,4 109,5 121,1 139,8 60
48% 54% 62% 70% 79% 59% 65% 72% 79% 69%
(GI, Baru)
53% 57% 61% 66% 72% 76% 61% 65% 69% 76%
40% 44% 49% 53% 58% 62% 67% 71% 76% 56%
51% 38% 42% 47% 52% 57% 62% 68% 74% 63%
04/02/2013 10:06:51
826
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (16/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
(Uprate ke 150 kV) 39% 43% 48% 52% 56% 61% 65% 74%
121% 133% 0%
04/02/2013 10:06:51
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (17/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
(Uprate ke 150 kV) 60% 66% 73% 79% 57% 61% 65% 73%
(GI. Baru) 66% 71% 76% 41% 45% 48% 51% 54% 58% 64%
(GI. Baru) 59% 63% 68% 74% 80% 43% 46% 48% 52% 57%
498,5 548,0 604,0 664,3 729,8 789,6 852,0 914,1 985,0 1.107,1
APJ DEPOK
04/02/2013 10:06:51
828
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (18/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
100 CIMANGGIS 150/20 78,7 82,6 86,8 91,3 95,9 99,9 103,8 107,5 91,7 97,5
51% 54% 57% 60% 63% 65% 68% 70% 60% 64%
67% 74% 54% 60% 66% 71% 76% 61% 66% 74%
40% 44% 32% 36% 40% 43% 47% 51% 55% 62%
Alih beban ke Ciseeng 25,0 27,0 29,2 31,2 33,3 35,4 37,8 41,8
104 CISEENG 150/20 25,0 60 27,0 29,2 31,2 33,3 35,4 37,8 41,8 60
(GI. Baru) 49% 53% 57% 61% 65% 69% 74% 41%
29% 31% 33% 36% 38% 41% 43% 46% 49% 54%
Alih beban ke
Gandul II
106 DEPOK BARU 70/20 54,9 60,9 0,0
04/02/2013 10:06:51
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (19/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
25% 28% 31% 34% 37% 40% 43% 46% 50% 56%
Sub Total Depok 361,8 120 392,5 - 427,1 240 464,2 - 504,3 60 540,4 - 577,8 - 614,8 120 656,8 - 730,4 120
361,8 392,5 427,1 464,2 504,3 540,4 577,8 614,8 656,8 730,4
APJ GARUT
109 GARUT 150/20 73,5 81,3 60 90,0 99,3 109,5 118,6 128,2 60 112,6 121,7 137,4
72% 53% 59% 65% 72% 78% 63% 55% 60% 67%
(Uprate ke 150 kV) 56% 62% 68% 75% 54% 59% 63% 68% 76%
70% 78% 52% 58% 64% 70% 48% 52% 56% 64%
04/02/2013 10:06:52
830
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (20/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
114 SUMADRA 70/20 18,5 20,5 22,8 25,3 27,9 30,4 32,9 35,5 30 38,4 43,3
44% 48% 54% 59% 66% 71% 77% 52% 56% 64%
167,2 184,9 204,9 226,4 249,7 270,8 292,8 314,6 339,4 382,4
APJ GUNUNGPUTRI
115 CIBINONG 150/20 136,6 141,2 146,3 151,7 157,5 162,5 167,6 60 172,6 178,2 188,5
67% 69% 72% 74% 77% 80% 66% 68% 70% 74%
63% 67% 73% 78% 56% 59% 63% 67% 71% 78%
117 JATIRANGGON 150/20 17,3 18,5 19,9 21,4 23,0 24,5 26,0 27,4 29,1 32,1
34% 36% 39% 42% 45% 48% 51% 54% 57% 63%
118 CILEUNGSI 70/20 24,8 27,2 30,0 33,1 36,5 40,0 43,7 30 47,7 52,2 39,3
49% 53% 59% 65% 72% 78% 57% 62% 68% 51%
312,8 331,1 351,7 373,9 398,0 419,8 442,6 465,2 491,0 535,6
APJ KARAWANG
04/02/2013 10:06:52
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (21/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
120 DAWUAN 150/20 107,6 112,5 118,1 124,0 60 130,5 136,4 142,6 148,7 105,7 112,3
70% 74% 77% 61% 64% 67% 70% 73% 52% 55%
60% 65% 71% 77% 56% 60% 64% 68% 73% 61%
123 KOSAMBI BARU 150/20 104,1 113,3 123,6 60 134,8 146,9 157,9 169,3 60 180,7 168,6 188,2
68% 74% 61% 66% 72% 77% 66% 71% 66% 74%
42% 44% 46% 48% 51% 53% 56% 58% 61% 66%
126 MEKARSARI 150/20 43,7 44,2 44,7 45,2 45,8 46,3 46,9 47,4 48,1 49,2
43% 43% 44% 44% 45% 45% 46% 46% 47% 48%
127 TELUKJAMBE 150/20 94,6 100,1 106,3 112,9 120,1 126,6 60 133,4 140,1 147,7 160,9
62% 65% 69% 74% 79% 62% 65% 69% 72% 79%
128 PINAYUNGAN 150/20 127,2 131,9 137,1 142,8 148,9 154,4 160,2 165,9 60 172,3 183,6
62% 65% 67% 70% 73% 76% 79% 65% 68% 72%
04/02/2013 10:06:52
832
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (22/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
129 KIARAPAYUNG 150/20 27,9 29,6 31,5 33,6 35,8 37,7 39,8 41,9 44,2 48,2
37% 39% 41% 44% 47% 49% 52% 55% 58% 63%
43% 45% 48% 51% 54% 57% 60% 63% 67% 73%
54% 58% 62% 66% 71% 75% 79% 56% 59% 65%
Uprate e 150 kV
79% 87% 0%
2014
Alih beban ke
Rengasdengklok 65,7 72,7 80,2 87,1 94,3 101,4 109,5 123,4
Baru 2014
133 RENGAS DENGKLOK
150/20 65,7 120 72,7 80,2 87,1 60 94,3 101,4 109,5 123,4 60
BARU
(Uprate ke 150 kV) 64% 71% 79% 57% 62% 66% 72% 61%
Sub Total Karawang 766,6 - 812,3 - 864,0 180 919,4 60 979,5 60 1.034,1 120 1.090,9 60,0 1.147,1 120 1.211,2 180 1.322,2 120
766,6 812,3 864,0 919,4 979,5 1.034,1 1.090,9 1.147,1 1.211,2 1.322,2
APJ MAJALAYA
134 CIKASUNGKA 150/20 91,7 99,1 107,4 116,3 126,1 60 135,1 144,5 103,9 111,3 108,8
60% 65% 70% 76% 62% 66% 71% 51% 55% 53%
04/02/2013 10:06:52
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (23/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
136 BANDUNG SELATAN 150/20 126,4 137,7 100,4 110,2 120,8 130,7 141,0 126,4 136,6 153,8
62% 67% 49% 54% 59% 64% 69% 62% 67% 75%
(GI. Baru) 34% 37% 40% 43% 47% 50% 53% 56% 60% 67%
64% 70% 76% 62% 68% 73% 54% 57% 62% 69%
04/02/2013 10:06:53
834
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (24/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
78% 78% 78% 79% 79% 79% 79% 79% 80% 40%
96% 53% 58% 64% 70% 76% 55% 58% 63% 71%
92% 86% 0%
(Uprate ke 150 kV) 61% 66% 70% 75% 79% 56% 59% 65%
45% 49% 55% 60% 67% 72% 78% 48% 52% 59%
Sub Total Majalaya 467,5 - 503,9 90 545,1 240 589,5 60 637,8 60 682,0 - 728,1 150 774,2 270 826,7 - 916,6 60
468,8 505,3 546,6 591,1 639,6 683,9 730,2 776,3 829,0 919,2
APJ PURWAKARTA
147 SUKAMANDI 150/20 55,4 61,4 68,2 75,6 83,6 60 91,1 98,8 106,6 115,5 130,6 60
54% 60% 67% 74% 55% 60% 65% 70% 76% 64%
148 CIRATA BARU 150/20 17,7 19,5 21,5 23,7 26,1 28,3 30,7 33,0 35,7 40,2
26% 29% 32% 35% 38% 42% 45% 49% 52% 59%
149 CIKUMPAY 150/20 103,8 110,6 68,1 72,2 76,6 80,5 84,6 88,5 93,0 101,0
68% 72% 45% 47% 50% 53% 55% 58% 61% 66%
04/02/2013 10:06:53
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (25/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
55% 58% 61% 65% 68% 72% 75% 79% 55% 60%
66% 73% 0%
(Uprate ke 150 kV) 60% 66% 73% 79% 57% 61% 66% 74%
(GI. Baru) 39% 42% 46% 49% 53% 57% 61% 65% 69% 77%
304,9 329,0 356,2 385,5 417,4 446,5 476,8 507,0 541,4 600,6
APJ SUKABUMI
156 CIBADAK BARU 150/20 88,4 96,0 104,6 113,9 74,0 79,6 85,6 91,4 98,1 109,6
58% 63% 68% 74% 48% 52% 56% 60% 64% 72%
04/02/2013 10:06:53
836
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (26/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
(Uprate ke 150 kV) 79% 86% 62% 61% 66% 71% 75% 79% 63% 70%
04/02/2013 10:06:53
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (27/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
214,3 233,4 254,9 277,8 302,4 324,3 346,9 368,9 394,0 438,7
APJ SUMEDANG
163 RANCAEKEK 150/20 114,0 115,2 105,6 107,0 108,6 109,9 111,4 112,7 114,4 117,6
56% 56% 52% 52% 53% 54% 55% 55% 56% 58%
68% 75% 0%
166 SUMEDANG BARU 150/20 49,3 120 54,3 59,8 64,7 69,8 74,9 80,7 90,7 60
Uprate ke 150 kV 48% 53% 59% 63% 68% 73% 79% 59%
80% 0%
168 KADIPATEN BARU 150/20 67,6 120 75,1 83,1 60 91,8 99,7 107,9 116,0 125,3 60 141,3
Uprate ke 150 kV 66% 74% 54% 60% 65% 71% 76% 61% 69%
171 CIKIJING 150/20 24,6 60 26,5 28,7 31,0 33,5 35,8 38,2 40,6 43,3 60 48,0
(GI. Baru) 48% 52% 56% 61% 66% 70% 75% 80% 42% 47%
04/02/2013 10:06:54
838
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (28/28)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volt-
Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add. Add.
No. Gardu Induk age Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap. Cap.
(kV)
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
172 TASIKMALAYA 150/20 87,1 96,2 106,4 60 117,4 129,2 115,0 124,4 133,8 60 144,5 163,0
68% 75% 60% 66% 72% 64% 70% 66% 71% 80%
79% 29% 33% 36% 40% 43% 49% 52% 56% 63%
174 CIAMIS 150/20 55,5 61,7 68,8 76,4 84,7 92,2 100,1 108,0 60 117,0 132,4
44% 48% 54% 60% 66% 72% 79% 60% 66% 74%
176 BANJAR 150/20 57,6 63,6 70,5 77,8 85,8 93,1 100,7 60 108,2 116,8 131,6
45% 50% 55% 61% 67% 73% 56% 61% 65% 74%
177 PANGANDARAN 70/20 29,6 32,8 36,5 30 40,4 44,6 48,5 27,6 30,1 32,9 37,8
70% 77% 54% 59% 66% 71% 41% 44% 48% 56%
178 PANGANDARAN
BARU/CIKATO- 150/20 25,0 60 26,6 28,3 31,4
MAS
(GI. Baru) 49% 52% 56% 62%
179 KARANGNUNG-
150/20 12,5 30 13,5 14,6 15,8 17,0 18,2 19,4 20,6 30 22,0 24,4
GAL
(GI. Baru) 49% 53% 57% 62% 67% 71% 76% 40% 43% 48%
Total Region I
1.140 150 1.020 180 420 3.383,5 240 3.613,7 210 3.842,9 300 4.104 360 4.554 480
2.308,8 2.491,5 2.698,3 2.920,9 3.162,8
Total Region II
960 590 1.920 510 870 6.864,1 720 7.345,6 1.260 7.799 870 8.316 720 9.209 1.080
4.745,2 5.110,7 5.524,1 5.968,5 6.450,5
Total Distribusi Jabar
& Banten 7.053,9 2.100 7.602,2 740 8.222,4 2.940 8.889,4 690 9.613,3 1.290 10.247,6 960 10.959,3 1.470 11.642,0 1.170 12.420 1.080 13.763 1.560
04/02/2013 10:06:54
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (1/8)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 TAMBAK 69,9 60,0 76,7 60 83,6 91,7 100,0 79,2 86,32 61,8 67,8 74,1
LOROK
3 KRAPYAK 61,0 67,1 73,4 60 80,8 88,5 96,1 60 105,13 115,0 126,6 138,9 60
65% 72% 58% 63% 69% 54% 59% 64% 71% 68%
4 PANDEAN
LAMPER 68,6 60,0 74,8 81,0 88,3 60 95,7 73,9 80,04 86,7 94,5 102,6
31.5 MVA
rusak
diganti 16 59% 65% 70% 53% 57% 44% 48% 52% 57% 62%
MVA eks
Klaten
6 SRONDOL 39,2 60,0 42,1 44,8 48,1 51,3 54,3 57,84 61,7 66,1 70,7
38% 41% 43% 47% 50% 53% 56% 60% 64% 68%
7 WELERI 23,9 25,8 27,6 29,7 60 31,8 33,8 36,18 38,7 41,7 44,8
61% 66% 71% 39% 42% 44% 47% 51% 55% 59%
8 KALIWU- 45,6 50,2 60 54,8 60,2 65,7 71,2 77,78 84,9 60 93,3 102,2
NGU
67% 42% 46% 51% 55% 60% 65% 56% 61% 67%
9 PURWO- 63,7 68,4 72,9 78,2 60 83,4 88,2 94,02 60 100,2 107,5 114,9
DADI
62% 67% 71% 61% 65% 69% 61% 66% 70% 75%
10 KEDUNG- 1,1 1,2 1,30 1,39 1,49 1,6 1,68 1,8 1,9 2,1
OMBO PLTA
8% 9% 10% 10% 11% 12% 12% 13% 14% 15%
11 KALISARI 68,0 74,7 81,5 60,0 89,5 97,7 105,8 115,54 126,1 138,5 151,5
67% 73% 53% 59% 64% 69% 76% 82% 91% 99%
04/02/2013 10:06:54
840
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (2/8)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
12 SAYUNG 51,1 55,6 60,1 65,4 70,7 75,8 82,00 88,6 96,4 60 104,5
40% 44% 47% 51% 55% 59% 64% 70% 54% 59%
17 MRANGGEN 32,3 34,7 37,0 39,6 60 42,3 44,7 47,68 50,8 54,5 58,3
2008
63% 68% 72% 39% 41% 44% 47% 50% 53% 57%
18 KUDUS 89,21 60 96,1 102,9 110,8 118,7 126,0 134,91 144,4 155,5 166,9
58% 63% 67% 72% 78% 82% 88% 94% 102% 109%
19 PATI 80,13 60 86,6 60 93,0 87,3 93,8 99,9 107,28 99,1 107,0 97,1
79% 57% 61% 57% 61% 65% 70% 65% 70% 63%
20 PATI BARU 13,1 60 14,1 15,0 16,14 33,5 36,1 57,0 60,0
2015
26% 28% 29% 32% 66% 71% 56%
21 REMBANG 46,20 50,7 55,4 60,8 60 66,4 72,0 78,55 85,7 94,2 60 103,0
60% 66% 72% 48% 52% 56% 62% 67% 62% 67%
22 BLORA 33,43 60 36,9 40,4 44,5 48,8 53,1 58,16 63,7 70,3 60 77,2
37% 41% 45% 49% 54% 59% 65% 71% 55% 61%
23 CEPU 23,49 30 25,7 28,0 30,7 33,5 36,2 39,47 43,0 47,1 51,5 60
55% 61% 66% 72% 79% 85% 93% 101% 111% 67%
24 JEPARA 55,50 59,5 63,5 68,1 72,6 76,8 60,0 81,87 87,3 93,6 100,1
54% 58% 62% 67% 71% 50% 54% 57% 61% 65%
04/02/2013 10:06:54
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (3/8)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
25 JEKULO 39,27 41,9 44,3 47,3 50,1 52,6 55,77 60 59,1 63,0 66,9
51% 55% 58% 62% 65% 69% 44% 46% 49% 52%
29% 31% 33% 36% 38% 38% 43% 46% 49% 53%
27 UNGARAN 49,0 60 53,9 58,9 64,8 70,8 76,8 60 83,99 91,8 101,0 110,7
53% 58% 64% 70% 76% 53% 58% 64% 70% 77%
28 BERINGIN 67,1 60 73,2 79,4 86,7 60 94,1 101,2 109,85 119,2 130,1 60 141,5
66% 72% 78% 57% 61% 66% 72% 78% 64% 69%
29 BAWEN 58,3 64,1 70,0 77,0 84,1 91,2 99,64 108,9 60 119,7 131,1
46% 50% 55% 60% 66% 72% 78% 61% 67% 73%
30 PALUR 115,2 126,0 106,1 116,0 126,2 107,2 116,52 126,7 138,6 151,1
75% 82% 69% 76% 83% 70% 76% 83% 91% 99%
31 PALUR 33,2 60,0 55,3 90,8 60,0 99,1 107,5 144,7 60,0 157,0 170,4 186,0 202,3
BARU 2013
( GONDANG 47% 78% 129% 140% 152% 102% 111% 121% 132% 143%
REJO )
32 JAJAR 77,9 65,2 70,0 75,7 81,4 57,7 62,01 66,6 72,0 77,5
67% 56% 61% 65% 70% 50% 54% 58% 62% 67%
33 JAJAR
0,00 0,00 0,0 0,0 72,5 78,85 85,7 93,8 102,2
BARU
34 WONOGIRI 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - 0,00 0,00 0,00
PLTA
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
35 SRAGEN 64,2 120 70,2 70,2 76,8 83,5 90,1 97,95 106,5 60 116,5 127,0
50% 55% 55% 60% 65% 71% 77% 70% 76% 83%
36 WONOSARI 59,9 66,1 72,4 79,8 60 87,5 95,1 104,25 114,2 125,9 138,3
59% 65% 71% 52% 57% 62% 68% 75% 82% 90%
04/02/2013 10:06:55
842
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (4/8)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
37 WONOGIRI 33,6 37,0 40,5 44,7 49,0 53,3 58,36 64,0 70,5 77,4
44% 48% 53% 58% 64% 70% 76% 84% 92% 101%
49% 54% 58% 63% 52% 55% 50% 54% 59% 64%
44 GODEAN 31,6 34,5 37,4 40,9 60 44,4 47,7 51,79 56,2 61,3 66,7
62% 68% 73% 40% 43% 47% 51% 55% 60% 65%
45 WATES 24,6 26,8 29,1 60 31,8 34,5 37,1 40,28 43,7 47,7 51,9 60
63% 69% 38% 42% 45% 49% 53% 57% 62% 51%
46 MEDARI 27,6 29,9 32,2 34,8 37,5 40,0 60,0 43,05 46,3 50,1 54,1
54% 59% 63% 68% 73% 39% 42% 45% 49% 53%
47 GEJAYAN 42,6 46,1 49,6 53,7 57,8 61,7 66,36 71,4 77,3 60 83,4
42% 45% 49% 53% 57% 60% 65% 70% 51% 54%
48 WIROBRA- 36,1 39,3 60 42,5 46,3 50,2 53,8 58,28 63,1 68,7 74,5
JAN
71% 39% 42% 45% 49% 53% 57% 62% 67% 73%
04/02/2013 10:06:55
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (5/8)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
49 SEMANU 43,7 60 47,3 50,9 55,1 59,4 63,3 60,0 68,16 73,3 79,4 85,6 60
57% 62% 67% 72% 78% 62% 67% 72% 78% 56%
27% 29% 31% 34% 36% 39% 41% 44% 48% 52%
56 TEMANG- 26,4 28,5 30,6 33,0 35,4 37,7 40,47 43,4 46,8 50,4
GUNG
35% 37% 40% 43% 46% 49% 53% 57% 61% 66%
57 KLATEN 51,1 60 55,5 60,0 65,2 70,4 75,5 81,57 60 88,1 95,8 103,7 60
Pindah ke
Pd Lamper 50% 54% 59% 64% 69% 74% 64% 69% 75% 68%
(16 MVA)
04/02/2013 10:06:55
844
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (6/8)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
58 MOJO-
61,3 67,2 73,2 80,3 60 87,5 94,5 102,99 112,2 114,4 106,8
SONGO
65% 71% 62% 68% 75% 81% 62% 67% 74% 81%
62 PURBALING- 47,71 52,51 57,45 63,23 69,20 75,09 97,44 60 106,60 117,30 119,60
GA 2008
47% 51% 56% 62% 68% 74% 64% 70% 77% 78%
63 WONO- 37,8 60 41,6 45,6 50,1 54,9 59,5 65,15 60 71,3 78,4 86,0
SOBO
49% 54% 60% 66% 72% 78% 51% 56% 62% 67%
64 RAWALO 29,9 33,0 60 36,2 40,0 43,8 47,7 52,33 57,4 63,3 60 69,7
76% 43% 47% 52% 57% 62% 68% 75% 50% 55%
65 MRICA PLTA 37,4 41,1 60 45,0 49,5 54,2 58,8 64,29 60 70,3 77,4 66,8
73% 54% 59% 65% 71% 77% 63% 69% 76% 65%
66 DIENG 11,30 30 12,44 13,61 14,98 16,39 17,79 19,46 21,29 30 23,43 25,69
2006
44% 49% 53% 59% 64% 70% 76% 42% 46% 50%
67 KEBASEN 89,17 97,70 106,40 60 116,58 127,02 60 137,21 149,44 162,75 178,29 194,66
66% 72% 63% 69% 62% 67% 73% 80% 87% 95%
0%
04/02/2013 10:06:55
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (7/8)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
68 PEMALANG 63,45 67,53 71,44 76,03 60 80,47 84,44 89,34 94,51 100,57 106,66
62% 66% 70% 50% 53% 55% 58% 62% 66% 70%
35% 37% 39% 42% 44% 46% 49% 52% 55% 58%
70 BREBES 52,47 51,76 55,36 60 59,56 63,73 67,61 72,31 77,34 83,20 89,21
69% 68% 43% 47% 50% 53% 57% 61% 65% 70%
71 KEBASEN 25,44 27,48 29,51 31,89 34,28 36,54 39,27 42,21 60,00 45,65 49,21
BARU 2013/
BALAPU-
50% 54% 58% 63% 67% 72% 77% 41% 45% 48%
LANG
72 PEKALO- 92,72 60 98,88 104,81 111,78 118,53 102,88 109,06 115,60 106,15 112,80
NGAN
61% 65% 69% 73% 77% 67% 71% 76% 69% 74%
73 BATANG 49,76 54,65 59,66 65,52 71,56 77,49 60 84,59 92,34 101,40 60 92,88
48% 53% 58% 63% 69% 60% 66% 72% 66% 61%
74 LOMANIS 38,94 60 42,61 46,35 50,73 55,20 59,56 64,79 70,48 77,12 60 84,10
42% 46% 50% 54% 59% 64% 69% 75% 60% 66%
75 GOMBONG 41,62 60 45,73 49,94 54,87 59,95 64,94 70,93 77,46 60 85,09 93,17
45% 49% 53% 59% 64% 69% 76% 61% 67% 73%
76 MAJENANG 34,86 60 38,18 41,56 45,51 49,55 53,50 58,23 63,38 69,40 75,73 60
37% 41% 44% 49% 53% 57% 62% 68% 74% 59%
77 WADASLIN-
4,76 5,24 5,73 6,30 6,90 7,49 8,19 8,96 9,86 10,81 30
TANG
yg 6.3 MVA
diganti 16 35% 39% 42% 46% 51% 55% 60% 66% 72% 42%
MVA
78 KEBUMEN 36,88 40,59 60 44,40 48,86 53,47 58,02 63,91 70,39 77,99 60 86,12
Masih pakai
trby mobil
72% 40% 44% 48% 52% 57% 63% 69% 61% 68%
eks wonogiri
(05)
04/02/2013 10:06:55
846
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
79 SEMEN NU- 25,88 28,32 30,81 33,72 36,69 39,59 60 43,07 46,84 51,26 55,90
SANTARA
51% 56% 60% 66% 72% 39% 42% 46% 50% 55%
Total Dist. 3.424 1.620 3.727 420 4.056 540 4.414 840 4.784 360 5.185 720 5.619,85 780 6.091 570 6.643 720 7.208 630
Konsumen Besar 161 161 161 161 161 161 161,26 161 161 161
Total Beban GI 3.586 3.888 4.217 4.575 4.945 5.346 5.781,11 6.253 6.804 7.369
Beban Puncak
3.383 3.668 3.978 4.316 4.665 5.044 5.453,88 5.899 6.419 6.952
Sistem
Devircity Factor 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060
04/02/2013 10:06:56
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (1/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
I APJ SBU 502,73 240 541,93 120 581,69 60 629,09 120 669,60 0 704,54 0 748,71 60 799,97 60 873,15 60 933,13 60
1 Krembangan 70,90 60 76,43 82,04 88,01 93,44 97,70 103,50 110,43 60 118,45 126,45
44% JPROC 48% 51% 40% 43% 45% 47% 50% 54% 58%
3 Tandes 108,10 96,53 99,43 102,41 104,46 106,55 108,68 110,85 113,07 115,33
75% 67% 69% 71% 72% 74% 75% 77% 78% 80%
4 New Tandes (Sambikerep) 20,00 120 25,65 31,85 39,65 48,13 57,35 67,36 78,22 89,99 60
5 Kenjeran 69,27 60 74,67 80,15 85,98 91,29 95,45 101,11 107,89 100,72 107,53
51% JPRC 55% 59% 63% 67% 70% 74% 79% 74% 79%
7 Sawahan 37,35 40,26 43,22 46,36 49,22 51,47 54,52 58,17 62,40 66,61
27% 30% 32% 34% 36% 38% 40% 43% 46% 49%
8 Simpang 60,25 64,94 59,71 64,05 53,01 55,42 58,71 62,64 67,19 61,73
71% 76% 70% 75% 62% 65% 69% 74% 79% 73%
10 Kupang 52,83 60 56,95 61,12 65,57 69,62 72,79 77,11 60 82,28 88,25 94,22
52% JPROC 56% 60% 64% 46% 48% 50% 54% 58% 62%
11 Undaan/Surabaya Kota 22,90 24,68 26,49 28,42 30,17 31,55 33,42 35,66 38,25 40,83
45% 48% 52% 56% 59% 62% 66% 70% 75% 80%
12 Altaprima 44,10 47,54 60 51,03 54,74 58,12 60,77 64,38 68,69 73,68 78,66
86% 62% 67% 72% 76% 79% 84% 90% 96% 103%
13 PLTU PERAK 6,96 7,51 8,06 8,64 9,18 9,60 10,16 10,85 11,63 12,42
14% 15% 16% 17% 18% 19% 20% 21% 23% 24%
04/02/2013 10:06:56
848
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (2/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
15 Ngagel (SBS) 29,16 31,69 34,14 36,91 39,34 41,39 44,01 47,18 50,77 53,53
43% 47% 50% 54% 58% 61% 65% 69% 75% 79%
16 Karangpilang (SBB) 64,26 70,09 63,57 67,29 69,80 60 71,73 74,43 78,03 82,17 84,96
76% 82% 75% 79% 51% 53% 55% 57% 60% 62%
17 Waru (SBS) 115,17 125,20 126,10 128,62 131,19 133,82 136,49 139,22 142,01 144,85
18 Bambe 20,00 120 21,17 21,96 22,57 23,42 44,55 46,91 48,50
19 Darmo Grande (SBS) 71,62 60 77,85 83,86 90,67 96,63 101,68 108,11 100,90 108,57 114,49
50% JPROC 54% 58% 63% 67% 70% 75% 70% 75% 79%
20 Wonokromo (SBS) 67,30 73,16 78,80 85,21 60 90,81 95,56 101,60 108,92 117,19 123,58
66% 72% 77% 56% 59% 62% 66% 71% 77% 81%
21 Simogunung 10,00 120 10,77 11,65 12,41 13,06 13,89 14,89 16,02 16,89
22 Sukolilo (SBS) 75,06 81,59 87,88 90,03 95,94 100,96 107,34 115,08 108,82 114,75
52% 56% 61% 62% 66% 70% 74% 80% 75% 79%
23 Rungkut (SBS) 173,79 178,92 181,60 172,33 174,91 177,53 160,20 162,60 165,04 167,52
76% 78% 79% 75% 76% 77% 70% 71% 72% 73%
24 Driyorejo (SBB) 72,60 79,18 83,11 60 87,98 91,27 93,78 97,31 102,02 107,44 111,08
78% 85% 58% 61% 63% 65% 67% 71% 74% 77%
25 Babadan (SBB) 78,98 86,14 30 90,42 95,72 99,29 60 102,03 105,86 100,99 106,35 109,95
93% 78% 82% 87% 61% 63% 66% 63% 66% 68%
26 Krian (SBB) 65,97 71,95 75,53 79,95 60 82,94 85,23 88,43 82,71 87,10 90,05
65% 71% 74% 52% 54% 56% 58% 54% 57% 59%
04/02/2013 10:06:56
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (3/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
27 Sby. Selatan (Wonorejo) *) 22,63 24,60 26,50 40,65 43,33 60 45,59 68,47 88,41 60 95,13 100,31
44% 48% 52% 80% 42% 45% 67% 58% 62% 66%
28 Kebonagung 50,02 60 55,96 60,53 66,11 69,82 73,88 78,81 88,33 93,42 98,84
39% JPROC 44% 47% 52% 55% 58% 62% 69% 73% 78%
29 Blimbing 43,37 30 48,52 52,48 57,32 30 60,54 49,06 52,34 55,33 58,52 60,28
64% JPROC 71% 77% 75% 79% 64% 68% 72% 77% 79%
30 Polehan 35,49 30 39,71 42,95 46,91 49,55 42,42 45,26 47,85 50,61 53,55
52% JPROC 58% 63% 69% 73% 62% 67% 70% 74% 79%
31 Pakis/Malang Timur 23,63 60 26,44 28,59 31,23 32,98 59,90 63,90 60 67,56 71,46 75,60
31% JPROC 35% 37% 41% 43% 78% 63% 66% 70% 74%
32 Sengkaling 46,03 60 51,50 55,70 60,84 60 64,25 67,99 72,53 76,68 71,10 75,23
60% JPROC 67% 73% 60% 63% 67% 71% 75% 70% 74%
33 Lawang 35,81 60 40,06 43,33 47,33 49,99 52,89 56,42 59,66 60 73,10 77,34
47% JPROC 52% 57% 62% 65% 69% 74% 58% 72% 76%
34 Karangkates 12,07 30 13,50 14,61 15,95 16,85 17,83 19,02 15,11 15,98 16,91
47% JPROC 53% 57% 63% 66% 70% 75% 59% 63% 66%
35 Turen 32,22 30 36,05 38,99 42,59 44,98 47,59 50,77 53,68 30 56,77 60,07
47% JPROC 53% 57% 63% 66% 70% 75% 70% 74% 79%
36 PLTA Sengguruh 17,49 19,57 21,17 30 23,12 24,42 25,83 27,56 29,14 30,82 32,61
69% 77% 42% 45% 48% 51% 54% 57% 60% 64%
37 PLTA Selorejo 5,93 6,64 7,18 20 7,84 8,28 8,76 9,35 9,88 10,45 11,06
70% 78% 42% 46% 49% 52% 55% 58% 61% 65%
IV APJ PASURUAN 449,89 360 491,18 120 520,91 60 559,52 30 589,10 60 599,18 0 630,04 60 668,57 60 711,66 60 754,55 60
38 Gondang Wetan 62,06 60 67,54 71,63 76,94 81,02 84,47 88,83 94,30 100,41 106,49 60
49% JPROC 53% 56% 60% 64% 66% 70% 74% 79% 70%
04/02/2013 10:06:56
850
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (4/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
39 Bangil 27,55 60 29,98 31,80 34,15 35,96 37,50 39,43 41,86 44,57 47,27
41% JPROC 44% 47% 50% 53% 55% 58% 62% 66% 70%
54% JPROC 59% 62% 67% 70% 73% 77% 61% 65% 69%
41 Bumi Cokro 80,45 72,55 76,94 60 82,65 87,03 90,74 95,42 101,29 107,86 114,39
86% 78% 53% 57% 60% 63% 66% 70% 75% 79%
42 Gempol (New Porong) 15,00 60 15,91 17,09 17,99 18,76 19,73 20,94 22,30 23,65
76% 38% 40% 43% 45% 47% 50% 53% 56% 60%
44 Pandaan 57,27 43,91 46,56 50,02 52,67 39,91 41,97 44,56 47,44 50,32
84% 65% 68% 74% 77% 59% 62% 66% 70% 74%
45 Grati 9,90 10,78 11,43 12,28 12,93 13,48 14,17 15,05 16,02 16,99
19% 21% 22% 24% 25% 26% 28% 30% 31% 33%
46 Probolinggo 67,09 60 73,01 77,43 73,17 77,05 80,33 84,48 89,68 95,49 60 101,28
54% JPROC 59% 63% 59% 63% 65% 69% 73% 66% 70%
48 Kraksaan 25,21 60 27,43 29,09 31,25 32,91 34,31 36,08 38,30 40,78 43,25
33% JPROC 36% 38% 41% 43% 45% 47% 50% 53% 57%
49 Paiton 19,94 21,70 23,01 24,71 26,02 27,13 28,53 60 30,29 32,25 34,21
59% 64% 68% 73% 77% 80% 34% 36% 38% 40%
50 Sukorejo 13,60 14,80 15,69 16,85 17,75 18,50 9,46 10,04 10,69 11,34
53% 58% 62% 66% 70% 73% 37% 39% 42% 44%
51 New Sukorejo/Purwosari 13,06 60 34,22 36,29 38,98 41,04 60 42,79 55,00 58,39 62,17 65,94
26% 67% 71% 76% 40% 42% 54% 57% 61% 65%
V APJ MADIUN & PNR 176,99 260 193,48 60 207,45 0 224,48 30 238,20 0 249,88 0 264,23 0 281,75 0 306,16 60 325,76 0
04/02/2013 10:06:56
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (5/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
52 Manisrejo 33,05 60 36,17 38,62 41,71 44,11 46,12 48,58 51,59 54,91 58,14
35% JPROC 39% 41% 45% 47% 49% 52% 55% 59% 62%
36% JPROC 40% 42% 46% 49% 51% 53% 57% 60% 64%
54 Magetan 16,77 30 18,35 19,60 21,17 22,38 23,40 24,65 26,18 27,86 29,51
39% JPROC 43% 46% 50% 53% 55% 58% 62% 66% 69%
55 Ngawi 28,95 60 31,67 33,82 36,53 38,63 40,39 42,54 45,18 48,09 50,92
28% JPROC 31% 33% 36% 38% 40% 42% 44% 47% 50%
56 Caruban 14,67 30 16,05 17,14 18,50 19,57 20,46 21,55 22,89 24,36 25,80
35% JPROC 38% 40% 44% 46% 48% 51% 54% 57% 61%
57 Ponorogo 35,67 24,03 25,66 27,71 29,30 30,64 32,28 34,28 36,48 38,63
70% 24% 25% 27% 29% 30% 32% 34% 36% 38%
58 New Ponorogo 15,00 60 16,35 17,81 19,13 20,30 21,75 23,50 25,48 27,51
29% JPROC 32% 35% 38% 40% 43% 46% 50% 54%
59 Pacitan 9,59 10,42 11,33 12,34 13,26 14,07 15,07 16,29 17,66 19,06
38% 41% 44% 48% 52% 55% 59% 64% 69% 75%
60 New Pacitan 10,00 30 10,87 11,82 12,88 13,84 14,68 15,73 17,00 18,43 19,89
39% JBN 43% 46% 51% 54% 58% 62% 67% 72% 78%
61 Sudimoro (PLTU Pacitan) 5,00 20 5,43 5,90 6,43 6,91 7,33 7,85 8,49 14,20 60 15,33
29% 32% 35% 38% 41% 43% 46% 50% 21% 23%
62 Dolopo 10,93 11,96 12,77 13,79 30 14,58 15,25 16,06 17,06 18,15 19,22
64% 70% 75% 32% 34% 36% 38% 40% 43% 45%
VI APJ KEDIRI 252,05 30 266,24 120 295,80 90 314,05 90 344,51 0 358,18 60 391,27 0 416,51 30 454,99 120 485,88 0
63 Banaran 57,15 60,07 66,99 60 70,80 77,96 80,76 88,53 93,98 104,14 111,01
75% 79% 48% 50% 55% 57% 63% 67% 74% 79%
64 Kediri Baru (Gitet) 16,39 17,22 19,21 20,30 22,35 33,16 36,35 38,59 42,75 60 45,58
32% 34% 38% 40% 44% 65% 71% 76% 42% 45%
04/02/2013 10:06:57
852
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (6/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
65 Pare 22,81 23,98 30 26,75 28,27 31,12 22,24 24,38 25,88 28,68 30,57
67% 56% JPROC 63% 67% 73% 52% 57% 61% 67% 72%
83% 60% JPROC 66% 71% 77% 41% 44% 47% 51% 55%
67 Trenggalek 23,21 25,21 27,41 29,87 32,07 34,03 30 36,46 39,40 37,72 40,72
55% 59% 64% 70% 75% 67% 71% 77% 74% 80%
68 Tulungagung 49,78 52,32 30 58,36 41,67 45,89 47,53 52,11 55,32 30 61,29 55,34
89% 77% 86% 61% 67% 70% 77% 72% 80% 72%
70 Blitar Baru 41,17 30 43,28 48,27 30 51,01 56,17 58,18 53,78 57,09 53,26 56,78
81% 85% 63% 67% 73% 76% 70% 75% 70% 74%
71 PLTA Wlingi 27,38 28,78 30 32,10 23,92 26,34 27,28 29,91 31,75 35,18 37,50
81% 56% 63% 47% 52% 53% 59% 62% 69% 74%
VII APJ JEMBER 162,78 60 181,66 0 198,34 0 219,43 0 238,05 90 255,71 0 274,56 0 294,93 60 301,96 0 324,67 0
73 Jember 84,56 94,37 103,04 113,99 93,67 100,62 108,02 116,04 109,72 117,99
52% 58% 64% 71% 58% 62% 67% 72% 68% 73%
74 New Jember (arah Bon- 20,00 60 21,48 23,08 24,79 26,63 28,61
dowoso)
39% 42% 45% 49% 52% 56%
76 Tanggul 31,91 35,62 38,88 43,02 46,67 50,13 53,82 57,82 52,14 56,07
42% 47% 51% 56% 61% 66% 70% 76% 68% 73%
77 Lumajang 46,30 60 51,67 56,42 62,42 67,71 72,74 78,09 83,89 60 100,16 107,71
45% JPROC 51% 55% 61% 66% 71% 77% 55% 65% 70%
04/02/2013 10:06:57
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (7/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
VIII APJ MOJOKERTO 347,96 60 392,05 120 419,46 60 461,24 30 495,56 60 525,84 60 561,66 240 604,41 150 651,35 0 697,91 30
78 Sekarputih / Mojokerto 65,13 78,38 83,86 92,21 99,07 60 105,13 112,29 120,84 60 130,22 139,53
79 Mojoagung 39,32 39,30 42,05 60 46,24 49,68 52,71 56,30 60,59 60 65,30 69,96
77% 77% 55% 60% 65% 69% 74% 59% 64% 69%
80 Ploso 52,16 43,77 46,83 51,50 40,33 42,79 45,71 39,19 42,23 45,25
77% 64% 69% 76% 59% 63% 67% 58% 62% 67%
81 New Jombang 15,00 60 16,05 17,65 33,96 36,04 48,49 60 62,18 67,01 76,80
82 Ngoro 64,16 60 72,29 77,34 85,04 91,37 96,95 60 103,56 111,44 120,09 128,68
50% 57% 61% 67% 72% 54% 58% 62% 67% 72%
83 Tarik 33,91 38,21 30 40,88 44,95 30 48,30 51,25 44,74 48,15 51,89 55,60 30
80% 75% 80% 66% 71% 75% 66% 71% 76% 73%
84 Siman 12,43 14,00 14,98 16,48 17,70 18,78 20,06 60 21,59 23,27 24,93
49% 55% 59% 65% 69% 74% 39% 42% 46% 49%
85 Jaya Kertas 24,70 27,83 29,78 32,75 35,18 37,33 39,88 60 42,91 46,24 49,55
48% 55% 58% 64% 69% 73% 39% 42% 45% 49%
86 Kertosono 25,05 28,23 30,20 33,21 35,68 37,86 40,44 60 43,52 46,89 50,25
49% 55% 59% 65% 70% 74% 40% 43% 46% 49%
87 Nganjuk 27,63 31,13 30 33,31 36,62 39,35 41,75 44,60 47,99 30 51,72 50,42
81% 52% JPROC 56% 62% 66% 70% 75% 71% 76% 74%
88 GITET Ngimbang 3,47 3,91 4,18 4,60 4,94 5,24 5,60 6,02 6,49 6,95
IX APJ PAMEKASAN 158,35 0 176,72 80 192,94 0 213,46 20 231,47 60 248,65 60 269,31 80 294,27 60 316,27 60 340,09 0
89 Bangkalan 31,69 35,37 60 38,62 42,72 46,35 49,79 53,95 59,00 60 63,41 68,19
75% 46% 50% 56% 61% 65% 71% 58% 62% 67%
04/02/2013 10:06:57
854
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (8/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
90 Sampang 34,32 38,31 41,82 46,27 50,20 60 53,92 58,43 63,89 68,67 73,85
50% 56% 62% 68% 49% 53% 57% 63% 67% 72%
48% 54% 59% 59% 64% 69% 56% 61% 65% 70%
93 Sumenep 43,13 48,14 52,56 53,15 57,66 61,94 60 67,11 73,39 78,88 79,82
56% 63% 69% 69% 75% 61% 66% 72% 77% 78%
71% 53% 58% 64% 70% 75% 61% 66% 71% 77%
X APJ SITUBONDO 53,69 60 58,57 0 63,99 0 69,36 0 74,54 0 78,66 0 84,13 60 90,51 0 97,87 0 105,24 0
95 Situbondo 30,48 60 33,25 36,33 39,38 42,32 44,66 47,77 51,39 55,57 59,75
36% JPROC 39% 43% 46% 50% 53% 56% 60% 65% 70%
96 Bondowoso 23,21 25,32 27,66 29,98 32,22 34,00 36,36 60 39,12 42,30 45,49
55% 60% 65% 71% 76% 80% 48% 51% 55% 59%
XI APJ BANYUWANGI 102,77 60 109,67 0 121,88 0 129,42 0 141,87 60 146,79 60 159,99 0 168,99 0 185,89 60 196,61 0
97 Banyuwangi 54,37 60 58,02 64,48 68,47 75,06 60 77,66 84,64 89,40 98,35 60 104,02
58% JPROC 62% 69% 73% 59% 61% 66% 70% 64% 68%
98 Genteng 48,40 51,65 57,40 60,95 66,82 69,13 60 75,35 79,59 87,55 92,60
52% 55% 61% 65% 71% 48% 52% 55% 61% 64%
XII APJ BOJONEGORO 195,00 60 210,77 120 226,33 60 242,21 0 259,19 60 277,49 0 297,71 0 319,83 60 344,11 0 370,83 120
99 Bojonegoro 49,12 53,09 60 57,01 61,01 65,29 69,90 74,99 80,56 86,68 93,41 60
72% 45% JPROC 48% 51% 55% 59% 63% 68% 73% 61%
100 Babat / Baureno 37,97 41,04 60 44,06 47,16 50,46 54,03 57,96 62,27 60 67,00 72,20
74% 54% 58% 62% 66% 71% 76% 61% 66% 71%
101 Brondong (New) / Paciran 10,00 60 10,81 11,61 12,42 13,29 14,23 15,27 16,40 17,65 19,02
20% 21% 23% 24% 26% 28% 30% 32% 35% 37%
04/02/2013 10:06:57
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Jawa Timur (9/10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
102 Lamongan 37,30 40,32 43,30 60 46,34 49,58 53,08 56,95 61,18 65,83 70,94
73% 79% 42% 45% 49% 52% 56% 60% 65% 70%
50% 54% 58% 63% 50% 54% 58% 62% 67% 72%
104 Mliwang / Dwima Agung 22,10 23,89 25,65 27,46 29,38 31,45 33,75 36,25 39,01 42,03 60
43% 47% 50% 54% 58% 62% 66% 71% 76% 41%
XIII APJ GRESIK 198,46 80 219,73 30 237,00 0 259,03 0 277,62 60 294,63 0 315,44 60 334,83 0 350,66 60 372,73 0
105 Segoro Madu 52,09 20 57,67 62,20 67,98 72,86 60 77,33 82,79 87,88 93,34 99,22
61% 68% 73% 80% 54% 57% 61% 65% 69% 73%
106 Manyar 75,44 83,52 90,08 98,46 105,52 111,99 119,90 60 127,27 130,19 138,38
49% 55% 59% 64% 69% 73% 59% 62% 64% 68%
107 Cerme 23,93 26,50 30 28,58 31,24 33,48 35,53 38,04 40,38 42,89 60 45,59
94% 52% 56% 61% 66% 70% 75% 79% 56% 60%
108 Petrokimia 47,00 60 52,04 56,13 61,35 65,75 69,78 74,71 79,30 84,24 89,54
39% JPROC 44% 47% 52% 55% 59% 63% 67% 71% 75%
XIV APJ SIDOARJO 271,04 140 299,25 180 320,51 0 343,10 0 367,59 0 394,03 60 432,83 30 464,76 60 491,92 0 521,61 0
109 Buduran 156,00 125,86 127,12 128,39 129,68 130,97 132,28 133,61 134,94 136,29
87% 71% 71% 72% 73% 73% 74% 75% 76% 76%
110 New Buduran / Sedati 31,07 120 40,96 51,63 63,13 75,53 60 88,89 103,28 111,33 120,17
111 Porong 17,01 20 18,08 19,37 20,72 22,21 23,83 25,62 30 27,58 29,74 32,10
50% 53% 57% 61% 65% 70% 43% 46% 50% 54%
112 Sidoarjo 20,00 60 21,42 22,92 24,56 26,35 38,34 41,28 60 64,50 69,62
113 Balongbendo 67,95 60 72,25 77,38 82,79 88,73 95,20 102,37 110,22 98,82 106,66
44% JPROC 47% 51% 54% 58% 62% 67% 72% 65% 70%
04/02/2013 10:06:58
856
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
114 Kasih Jatim 30,09 60 31,99 34,26 36,65 39,28 42,15 45,32 48,80 52,60 56,78
32% JPROC 34% 37% 39% 42% 45% 48% 52% 56% 61%
DIVERSITY FAKTOR 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,09
04/02/2013 10:06:58
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Bali (1/3)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 ANTOSARI
10,03 11,02 12,11 13,30 14,60 16,04 17,62 19,35 21,25 23,34
Usulan Trf 24% 26% 28% 31% 34% 38% 41% 46% 50% 55%
04/02/2013 10:06:58
858
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Bali (2/3)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
11 KUTA/PEMECUTAN 44,84 49,44 54,50 60,09 66,25 71,38 76,91 82,87 89,29 96,20
Usulan Trf 44% 48% 53% 59% 65% 70% 75% 81% 88% 0%
27 34 41 49 57
19 Extention GI Pemaron 26,8 60 18,54 23,81 29,67 36,16 25,00 60
Usulan Trf 53% 36% 47% 58% 71% 49%
20 PAYANGAN 32,05 35,34 60 38,98 42,99 47,41 60 52,29 57,67 63,60 70,15 77,36
Usulan Trf 63% 46% 51% 56% 46% 51% 57% 62% 69% 0%
04/02/2013 10:06:58
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 859
Capacity Balance Gardu Induk PLN Distribusi Bali (3/3)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
21 CLK BAWANG (New) 5,00 30 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00 30 17,10
20% 27% 35% 43% 51% 59% 67% 75% 41% 67%
04/02/2013 10:06:58
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 860 04/02/2013 10:06:59
Lampiran C1.5
04/02/2013 10:06:59
Rencana Pengembangan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (1/4)
Juta
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Lingkup Proyek MVA COD Status Sumber Dana
USD
1 DKI Jakarta Kembangan (GIS) 500/150 kV Spare, 1 phase 167 3 2013 On Going KE Paket
2 DKI Jakarta Cawang 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2013 On Going KE Paket
3 DKI Jakarta Bekasi 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2013 On Going KE Paket 1
5 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2014 On Going KE Paket 1
6 DKI Jakarta Cawang 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2014 Proposed APLN 2013
7 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV New, 5 dia 15 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV (GIS) 1.000 109,95 2015 Proposed KE Paket
8 DKI Jakarta Kembangan (GIS) 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB (GIS) 0 25,00 2015 Proposed KE Paket
9 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV Ext, 1 IBT, 1 TB 150kV (GIS) 500 8,10 2015 Rencana Unallocated
10 DKI Jakarta Cawang Baru (GIS) 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV (GIS) 1.000 53,70 2016 Rencana Unallocated
Muarakarang (GIS)
11 DKI Jakarta 500/150 kV New, 4 dia 12 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV (GIS) 1.000 91,20 2016 Proposed APLN 2013
500 kV
12 DKI Jakarta Pelindo/Priok 500/150 kV New, 4 dia 12 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 26,10 2017 Rencana Unallocated
13 DKI Jakarta PLTU Bekasi 500/150 kV New, 4 dia 12 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 26,10 2018 Rencana Unallocated
14 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV (GIS) 500 20,60 2018 Rencana Unallocated
15 DKI Jakarta PLTU Jawa-5 500/150 kV New, 2 dia 6 CB 0 9,00 2018 Rencana Unallocated
16 DKI Jakarta Cawang Baru (GIS) 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV (GIS) 500 20,60 2019 Rencana Unallocated
17 Jabar Mandirancan 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2012 On Site APLN 2010
18 Jabar Bandung Selatan 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2012 On Site APLN 2010
19 Jabar Tasikmalaya 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2012 On Going APLN 2011
20 Jabar Depok 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2012 On Going APLN 2011
21 Jabar Tasikmalaya 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2012 On Going APLN
22 Jabar New Ujung Berung 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 25,20 2012 On Going APLN 2009
23 Jabar New Ujung Berung 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2012 On Going APLN 2011
04/02/2013 10:06:59
864
Rencana Pengembangan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (2/4)
Juta
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Lingkup Proyek MVA COD Status Sumber Dana
USD
24 Jabar Muaratawar 500/150 kV New, 2 dia 4 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 22,20 2013 On Going KE Paket 1 & 7
25 Jabar Muaratawar 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2013 On Going KE Paket 1
26 Jabar Gandul 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2013 On Going KE Paket 1
28 Jabar Cirata 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2014 Proposed APLN 2013
29 Jabar Cibinong 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2014 Proposed APLN 2013
30 Jabar Tambun 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 31,20 2016 Proposed APLN 2013
Bogor X dan Con- New, 12 dia 36 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV, 2
31 Jabar 500/150 kV 1.000 718,20 2016 Proposed JICA HVDC
33 Jabar PLTU Indramayu 500/150 kV New, 4 dia 10 CB 0 15,00 2016 Proposed JICA
35 Jabar Upper Cisokan PS 500/150 kV New, 2 dia 4 CB 0 6,00 2017 Proposed IBRD
36 Jabar Cikalong / Cigareleng 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 23,10 2017 Rencana Unallocated
37 Jabar Cibatu Baru 500/150 kV New, 5 dia 13 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 35,70 2017 Rencana Unallocated
38 Jabar Jawa-3 Switching 500/150 kV New, 4 dia 12 CB 0 18,00 2017 Rencana Unallocated
39 Jabar Mandirancan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2018 Rencana Unallocated
41 Jabar Cirata 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2019 Rencana Unallocated
42 Banten Cilegon 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2012 On Going APLN 2011
43 Banten Balaraja 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2012 On Going APLN 2011
44 Banten Cilegon 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2012 On Going APLN 2011
45 Banten Cilegon 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2013 On Going KE Paket
46 Banten Balaraja 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2013 On Going APLN 2012
04/02/2013 10:06:59
Rencana Pengembangan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (3/4)
Juta
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Lingkup Proyek MVA COD Status Sumber Dana
USD
47 Banten Balaraja 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2014 On Going IBRD Scattered I
48 Banten Lengkong 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 31,20 2015 Proposed APBN 2013
49 Banten PLTU Banten 500/150 kV New, 4 dia 8 CB 0 12,00 2016 Proposed IPP
51 Jateng Ungaran 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2012 eksisting APLN 2012
52 Jateng Tanjung Jati 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 22,20 2012 eksisting IPP
53 Jateng Tanjung Jati 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2014 Proposed APLN 2013
54 Jateng Ungaran 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2014 Proposed APLN 2013
55 Jateng Rawalo/Kesugihan 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 23,10 2014 On Going APLN 2010
56 Jateng Pemalang 500 kV 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 40,20 2016 Proposed Ex-JICA
57 Jateng PLTU Jateng 500/150 kV New, 3 dia 6 CB 0 9,00 2017 Proposed IPP
58 Jateng Tanjung Jati 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2017 Rencana Unallocated
59 Jateng Ungaran 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2020 Rencana Unallocated
60 DIY Pedan 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2014 Proposed APLN 2013
61 DIY Pedan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2014 On Going IBRD Scattered I
62 DIY Bantul 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 31,20 2016 Rencana Unallocated
63 DIY Pedan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2020 Rencana Unallocated
64 Jatim Krian 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2012 On Going APLN 2011
65 Jatim Krian 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2012 On Site APLN 2010
66 Jatim Krian 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2012 existing APLN 2011
67 Jatim Grati 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2012 existing APLN 2011
68 Jatim Kediri 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2013 On Going KE Paket 1
69 Jatim Ngimbang 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2013 On Going APLN 2011
04/02/2013 10:06:59
866
Rencana Pengembangan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (4/4)
71 Jatim Paiton 500/150 kV Spare, 3 phase 500 8,10 2013 On Going APLN 2011
72 Jatim Grati 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2013 On Going APLN 2011
74 Jatim Ngimbang 500/150 kV Spare, 1 phase 167 2,70 2014 Proposed APLN 2013
75 Jatim Kediri 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11,10 2014 On Going IBRD Scattered I
76 Jatim Surabaya selatan 500/150 kV New, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11 2014 On Going APLN 2010
77 Jatim Surabaya Selatan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 11 2015 Rencana Unallocated
78 Jatim Paiton (GIS) 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB (GIS) 0 25 2015 Proposed ADB
79 Jatim Bangil 500 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1.000 31 2016 Proposed Unallocated
80 Jatim Tandes (GIS) 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV (GIS) 1.000 54 2017 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:06:59
Rencana Pengembangan Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (1/2)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
1 DKI Jakarta Bekasi Tx. Mtawar-Cibinong 500 kV 2 cct, 4xDove 12 3,92 2013 On Going APLN 2011
2 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) Kembangan 500 kV 2 cct, 4xZebra 6 2,49 2015 On Going KE Paket 5
3 DKI Jakarta Cawang Baru (GIS) Gandul 500 kV 2 cct, 4xZebra 40 16,60 2016 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:06:59
868
Rencana Pengembangan Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (2/2)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
23 Jabar PLTU Jawa-1 Mandirancan 500 kV 2 cct, 4xZebra 116 48,14 2017 Rencana IPP
24 Upper Cisokan PLTA
Jabar Incomer (Cibng-Sglng) 500 kV 2 cct, 4xGannet 30 11,22 2017 Proposed IBRD
(Kit)
25 Jabar Cigereleng II/Cikalong Dbphi. (BogorX-Tasik) 500 kV 4 cct, 4xDove 4 1,31 2017 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:06:59
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (1/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
1 Inc. double phi (Clgon-
Banten Indoferro 150 kV 2 cct, 2xZebra 1 0,10 2012 On Going APLN 2011
Asahi)
2 Banten JV KS POSCO Cilegon Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 7 0,67 2012 On Going APLN 2012
3 Banten Rangkasbitung II Saketi II 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5,91 2012 eksisting APLN Percepatan
04/02/2013 10:07:00
870
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (2/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
23 Banten Ciseeng Lengkong 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2016 Rencana Unallocated
24 Banten Dukuh Atas Semanggi Barat 150 kV 2 cct, 2xCU800 4 19,68 2016 Proposed JBIC/KE
25 Banten Tangerang Baru II PLTU Lontar 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 26 3,90 2016 Proposed APLN 2013
40 DKI Jakarta Cileungsi II/Jonggol Cibatu 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 0,99 2013 On Going APLN 2010
41 DKI Jakarta Duren Tiga Kemang 150 kV 2 cct, 1xCU1000 6 31,17 2013 On Going KE Paket 3
42 DKI Jakarta Durikosambi Petukangan 150 kV 2 cct, 2xTDrake 52 5,62 2013 On Going JBIC
43 DKI Jakarta Durikosambi Muarakarang Lama 150 kV 2 cct, 2xTDrake 26 2,79 2013 On Going JBIC
44 Durikosambi 2/Daan
DKI Jakarta Inc.(Dksbi-Mkrng) 150 kV 2 cct, 2xTDrake 2 0,22 2013 On Going KE Paket 5
Mogot (GIS)
45 DKI Jakarta Gandaria 150 (GIS) Depok III 150 kV 2 cct, 2xZebra 24 2,36 2013 On Going APLN
04/02/2013 10:07:00
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (3/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
46 DKI Jakarta Gandul Serpong 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 40 6,00 2013 On Going APLN
47 DKI Jakarta Gandul Petukangan 150 kV 2 cct, 2xTDrake 28 3,02 2013 Proposed APLN
48 DKI Jakarta Gedung Pola Manggarai 150 kV 2 cct, 1xCU1000 4 20,78 2013 On Going KE Paket 2
04/02/2013 10:07:00
872
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (4/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
69 DKI Jakarta Plumpang Gambir Baru 150 kV 2 cct, 1xCU1000 10 25,97 2014 Proposed APLN 2013
70 DKI Jakarta Pondok Kelapa Tambun 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 28 4,20 2014 Rencana Unallocated
71 DKI Jakarta Power Steel Indonesia New Balaraja 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2014 On Going KTT
04/02/2013 10:07:00
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (5/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
91 DKI Jakarta Senayan Baru 2 Senayan Baru 150 kV 2 cct, 2xCU800 16 78,70 2020 Rencana Unallocated
92 DKI Jakarta Tigaraksa II Tigaraksa 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2020 Rencana Unallocated
93 DKI Jakarta Grogol II Inc. (Dksbi - Grogol) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2021 Rencana Unallocated
95 DKI Jakarta Kenbon Sirih II Inc. (Gbr Lama - Pulo Mas) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2021 Rencana Unallocated
96 Jabar Bekasi Power (PLTG) Jababeka 150 kV 2 cct, 2xDove 10 3,33 2012 Eksisting APLN
97 Jabar Bogor Baru Sentul 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 20 1,52 2012 Eksisting APLN 2010
98 Jabar Cibadak Baru II Pelabuhan Ratu PLTU 150 kV 2 cct, 2xTACSR520 140 25,20 2012 On Going APLN
99 Jabar Cibinong Sentul 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 24 1,82 2012 Eksisting APLN 2010
Inc.double phi (Cbatu-
100 Jabar Hankook Tire Indonesia 150 kV 4 cct, 2xZebra 4 0,39 2012 eksisting APLN 2011
Jbeka)
101 Jabar Indorama Synthetic Indorama 70 kV 1 cct, 2xCU240 5 15,84 2012 On Going APLN 2011
102 Jabar Bandung Selatan Cigereleng 150 kV 2xACCC DOVE 26 0,50 2013 On Going APLN
103 Jabar Bekasi Inc. Tx.(Plpang-MTawar) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 16 2,40 2013 Committed APLN 2012
Bekasi Utara/Taruma-
104 Jabar Inc. (Bkasi-Ksbru) 150 kV 2 cct, 2xZebra 2 0,20 2013 On Going ADB (Deutch)
jaya
105 Jabar Bogor Baru Ciawi Baru 150 kV 2 cct, 2XTACSR520 17 3,06 2013 On Going APLN
106 Jabar Bogor Kota (GIS) Kedung Badak Baru 150 kV 2 cct, 1xCU1000 10 25,97 2013 On Going ADB (Deutch)
107 Jabar Ciawi Baru Cibadak Baru II 150 kV 2 cct, 2xZebra 52 5,12 2013 On Going APLN 2010
Cibabat II/Leuwigajah
108 Jabar Inc. (Cbbat - Padalarang) 150 kV 2 cct, 2xZebra 12 1,18 2013 On Going ADB (Deutch)
(GIS)
109 Jabar tambun 150 kV Inc. (Gdmkr-Cbatu) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1,97 2013 On Going APLN 2010
110 Jabar Cikedung Inc. (Jtbrg - Hrgls) 150 kV 4 cct, 2xZebra 40 3,94 2013 On Going ADB (Deutch)
111 Jabar Cikijing Mandirancan 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7,88 2013 On Going APBN
112 Jabar Cimanggis II Inc. (Kdbdk-Depok III) 150 kV 4 cct, 2xZebra 15 1,50 2013 On Going APBN 2011
04/02/2013 10:07:00
874
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (6/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
113 Jabar Dago Pakar Inc (Badut-Ujbrg) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2013 On Going ADB - B2
114 Jabar Dayeuhkolot (GIS) Inc (Bdsln-Cgrlng) 150 kV 2 cct, 2xZebra 3 0,30 2013 On Going APLN 2010
Inc. double phi (Ckrg-
115 Jabar Gunung Rajapaksi 150 kV 4 cct, 2xZebra 12 1,18 2013 Proposed
Gdamekar)
117 Jabar Jatiluhur Baru Jatiluhur PLTA 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2013 On Going APBN 2011
Inc.double phi (Cbatu-
118 Jabar Jui Shin Indonesia 150 kV 4 cct, 2xZebra 4 0,39 2013 Committed APLN 2012
Clngsi)
Inc.double phi (Sragi-
119 Jabar Kadipaten 150 kV 4 cct, 2xZebra 8 0,79 2013 Committed APBN 2013
Rckek)
121 Jabar Kedung Badak Baru Depok III 150 kV 2 cct, 2xZebra 46 4,53 2013 On Going ADB - B3
Kiaracondong II/Ran-
122 Jabar Inc. (Krcdg-Ubrng) 150 kV 2 cct, 2xZebra 16 1,58 2013 On Going APLN 2010
canumpang
123 Jabar Kosambi Baru Bekasi 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 118 17,73 2013 Committed APLN
124 Jabar Lembursitu Baru Cianjur 150 kV 2 cct, 2xZebra 64 6,30 2013 On Going APLN 2010
125 Jabar Lembursitu Baru Pelabuhan Ratu PLTU 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 64 9,60 2013 On Going APLN Percepatan
126 Jabar Muaratawar Inc. Tx.(Bkasi-Plumpang) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 40 6,00 2013 On Going KE Paket 5
127 Jabar Patuha Lagadar 150 kV 2 cct, 2xZebra 70 6,90 2013 On Going APLN
128 Jabar Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu PLTU 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5,91 2013 On Going APBN 2011
129 Jabar Plumpang Inc. Tx.(Bkasi-MTawar) 150 kV 2 cct, 2xZebra 16 1,58 2013 On Going KE Paket 5
130 Jabar Sukatani /Gobel Cikarang 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2013 On Going APLN 2010
Sukatani /Gobel/Multi-
131 Jabar Inc. (Bkasi Utara-Ksbru) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 40 6,00 2013 On Going APBN
strada
U.Berung New/R.
132 Jabar Ujung Berung 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 1,97 2013 On Going APLN
kasumba baru
U.Berung New/R.
133 Jabar Inc. (Ubrng-Rckek) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 1,97 2013 On Going APLN
kasumba baru
04/02/2013 10:07:00
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (7/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
134 Jabar Air Liquide Gandamekar 150 kV 2 cct, 1xHawk 6 0,33 2014 Proposed KTT
Inc.double phi (Jtbrg-
135 Jabar Arjawinangun Baru 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1,97 2014 On Going APBN
Mdcan)
136 Jabar Aspek Cileungsi 70 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 1 0,08 2014 Proposed APLN
138 Jabar Bandung Selatan Garut 150 kV 2 cct, 2xZebra 33 6,50 2014 Proposed IBRD IFB-3A
139 Jabar Bandung Utara Padalarang 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 26 1,92 2014 Committed APLN 2013
Bogor Baru II/Tajur
140 Jabar Inc. (Bgbru - Cianjur) 150 kV 4 cct, 2xDove 0,4 0,13 2014 On Going APBN 2013
(GIS)
141 Jabar Braga (GIS) Cigereleng 150 kV 2 cct, 1xCU800 16 47,22 2014 On Going ADB (Deutch)
142 Jabar Cigereleng Lagadar 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 33 2,46 2014 Committed APLN
Bandung Selatan II/
143 Jabar Cigareleng 150kV 2cct, HTLSC (1xHawk) 78,2 5,87 2014 Proposed APLN 2013
Soreang
Bandung Selatan II/
144 Jabar Cianjur 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5,91 2014 Proposed APLN 2013
Soreang
145 Jabar Drajat Garut 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 51 3,80 2014 Rencana Unallocated
146 Jabar Drajat Tasikmalaya 150 kV 2 cct, 2xZebra 65 12,81 2014 Proposed IBRD IFB-3A
147 Jabar Fajar Surya W II Purwakarta 150 kV 2 cct, 2xZebra 30 2,96 2014 Proposed APLN 2012
148 Jabar Garut Tasikmalaya 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 81 6,04 2014 Rencana Unallocated
149 Jabar ITP Bogor Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2014 Proposed APLN
150 Jabar ITP Semen Cibinong 150 kV 1 cct, HTLSC (1xHawk) 15 1,16 2014 Proposed APLN 2013
151 Jabar ITP Semen Cibinong 150 kV 1 cct, HTLSC (1xHawk) 15 1,16 2014 Proposed APLN 2013
152 Jabar Jatibarang Balongan 150 kV 2 cct, 2xZebra 34 3,35 2014 Rencana APLN 2013
153 Jabar Jatiluhur Baru Padalarang 150 kV 2 cct, 2xZebra 89 8,77 2014 Committed APLN
154 Jabar Kamojang Drajat 150 kV 2 cct, 2xZebra 22 4,33 2014 Proposed IBRD IFB-3A
155 Jabar Kanci Inc. (PLTU Kanci-Brebes) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 12 3,60 2014 On Going APLN 2010
156 Jabar Kosambi Baru Jatiluhur Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 46 4,51 2014 Committed APLN
157 Jabar Kracak Baru Kedung Badak 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2014 Proposed APLN 2012
04/02/2013 10:07:00
876
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (8/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
158 Jabar Lagadar Padalarang 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 22 1,62 2014 Committed APLN
159 Jabar Malangbong Baru New Tasikmalaya 150 kV 2 cct, 2xZebra 74 7,29 2014 Committed APLN
160 Jabar New Tasikmalaya Tasik Lama (Tx-Ciamis) 150 kV 2 cct, 2xZebra 64 12,61 2014 Proposed IBRD IFB-3A
162 Jabar Patuha PLTP Patuha 150 kV 2 cct, 2xZebra 1 0,06 2014 On Going APLN
163 Jabar Purwakarta Semen Pasific 70 kV 1 cct, HTLSC (1xHawk) 35 2,10 2014 Rencana Unallocated
164 Jabar Purwakarta Kosambi baru 70 kV 1 cct, HTLSC (1xHawk) 46 2,76 2014 Rencana Unallocated
165 Jabar Rancaekek Sunyaragi 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 24 1,82 2014 Committed ADB-B3
169 Jabar Wayang Windu Kamojang 150 kV 2 cct, 2xZebra 32 6,11 2014 Proposed IBRD IFB-3A
170 Jabar Win Textile New Jatiluhur 150 kV 1 cct, 1xTACSR520 5 0,86 2014 Proposed KTT
171 Jabar Bandung Timur Baru Ujungberung 150 kV 2 cct, 2xZebra 18 1,77 2015 Proposed APLN 2013
172 Jabar Babakan Baru Inc.(Kanci-Brbes) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 28 4,20 2016 Proposed APLN 2013
Bandung Selatan II/ 2 cct, 2xHTLSC dan
173 Jabar Incomer (Cgrlng-Cnjur) 150 kV 20 3,49 2016 Proposed APLN 2013
Soreang 2cct, 2xZebra
174 Jabar Bekasi II Inc (Bkasi-Bekasi Utara) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1,50 2016 Proposed APBN
175 Jabar Bengkok II Inc. (Bdutr-Dgpkr) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2016 Proposed APLN 2013
176 Jabar Bogor baru Kedung Badak 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1,50 2016 Rencana Unallocated
177 Jabar Bogor X Inc. (Bunar-Kracak) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 8 0,60 2016 Rencana Unallocated
178 Jabar Bunar Baru Rangkasbitung II 150 kV 2 cct, 2xZebra 72 7,09 2016 Proposed APLN 2013
179 Jabar Bunar Baru Kracak Baru 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 30 4,50 2016 Proposed APLN 2012
Cangkring Baru/
180 Jabar Inc. (Jtbrg-Haurgelis) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1,97 2016 Proposed APLN 2013
Kapetakan
04/02/2013 10:07:01
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (9/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
181 Jabar Cianjur II/Rajamandala Inc. (Cnjur-Cgrlg) 150 kV 4 cct, 2xZebra 8 0,79 2016 Rencana Unallocated
182 Jabar Ciawi Baru II/Cisarua Inc. (Bgbru-Cnjur) 150 kV 4 cct, 2xZebra 40 3,94 2016 Proposed APLN 2014
183 Jabar Cibabat III/Gunung Batu Padalarang 150 kV 2 cct, 2xZebra 12 1,18 2016 Proposed APLN 2013
185 Jabar Cibuni PLTP Inc.(Cnjur-Tngng) 70 kV 2 cct, 1xHawk 50 2,77 2016 Proposed APLN 2012
186 Jabar Cigereleng II/Cikalong Inc (Cgrlg-Lgdar) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 4 1,20 2016 Rencana Unallocated
187 Jabar Cikumpay II/Sadang Inc. (Crata-Ckpay) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2016 Proposed APLN 2013
188 Jabar Kamojang Kamojang Bus 4 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 1 0,15 2016 Proposed APLN 2012
189 Jabar Karaha Bodas PLTP Garut 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2016 Committed IPP
Kiaracondong III/ Kiaracondong II/Ran-
190 Jabar 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2016 Proposed APLN 2013
Cinambo canumpang
191 Jabar Kuningan Baru Inc. (Ckjing - Mdcan) 150 kV 4 cct, 2xZebra 40 3,94 2016 Proposed APLN 2013
192 Jabar Majalaya Baru Rancakasumba 150 kV 2 cct, 2xZebra 30 2,96 2016 Proposed APLN 2013
193 Jabar Malangbong Baru Cikijing 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7,88 2016 Committed APLN
194 Jabar Padalarang Baru II Cirata 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2016 Proposed APLN 2013
195 Jabar Parakan II/Jt. Gede Inc (Rckek-Sragi) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 3,94 2016 Proposed APLN 2013
196 Jabar Subang Baru Inc.(Skmdi-Hrgls) 150 kV 4 cct, 2xZebra 80 7,88 2016 Proposed APLN 2013
Rancakasumba/New Ujung
197 Jabar Sumedang Baru/Tj. Sari 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2016 Proposed APLN 2013
Berung
198 Jabar Surade Pelabuhan Ratu 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2016 Proposed APLN 2013
199 Jabar Tambun II Inc. (Pdklp-Tmbun) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 9,00 2016 Proposed APLN 2013
200 Jabar Ujung Berung Bandung Utara 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2016 Proposed APLN 2013
201 Jabar Cisolok Sukarame PLTP Pelabuhan Ratu 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5,91 2017 Proposed APLN 2012
202 Jabar Jababeka II Inc (Jbeka-Cbatu) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1,97 2017 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:07:01
878
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (10/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
Inc. (Sunyaragi - Ran-
203 Jabar Jatigede PLTA 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 4 0,30 2017 Rencana Unallocated
caekek)
204 Jabar Kosambi Baru II Inc. (Ksbru - Bkasi) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 16 2,40 2017 Rencana Unallocated
Tangkuban Perahu II
205 Jabar Subang Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2017 Proposed IPP
PLTP
207 Jabar Indramayu baru Jatibarang 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2018 Proposed APLN 2013
Pangandaran II/Cikato-
208 Jabar Banjar 150 kV 2 cct, 2xZebra 100 9,85 2018 Rencana Unallocated
mas
Inc. (Rancaekek-Cikasung-
209 Jabar PLTP Tampomas 150 kV 2 cct, 2xZebra 35 3,45 2018 Rencana IPP
ka)
215 Jabar Cikasungka II/Nagreg Cikasungka 150 kV 2 cct, 2xZebra 12 1,18 2019 Rencana Unallocated
216 Jabar Garut II Inc. (Garut-Bdsln) 150 kV 4 cct, 2xZebra 40 3,94 2019 Rencana Unallocated
217 Jabar Lagadar II Incomer (Lgdar-Pdlrg) 150 kV 4 cct, 2xZebra 8 0,79 2019 Rencana Unallocated
218 Jabar PLTP Gunung Ciremai Mandirancan 150 kV 2 cct, 2xZebra 40 3,94 2019 Rencana IPP
219 Jabar PLTP Gunung Endut Rangkas Bitung 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7,88 2019 Rencana IPP
Dawuan II/Cipasang-
220 Jabar Dawuan 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2020 Rencana Unallocated
grahan
Kosambi Baru II/Cila-
221 Jabar Kosambi Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2020 Rencana Unallocated
maya
222 Jabar Lembang 150 kV Bandung Utara 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2020 Rencana Unallocated
Ujung Berung II/Bojong
223 Jabar Ujung Berung New 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2020 Rencana Unallocated
Melati
04/02/2013 10:07:01
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (11/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
224 Jabar Tambun III Tambun II 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2021 Rencana Unallocated
225 Jabar Bogor Baru III/Ciomas Bogor Baru II 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2021 Rencana Unallocated
226 Jateng Kebasen II/Balapulang Inc. (Kbsen-Bmayu) 150 kV 4 cct, 2xZebra 4 0,39 2012 eksisting APLN 2010
230 Jateng Apac inti Corpora Bawen 150 kV 1 cct, 2xZebra 2 0,27 2013 Proposed APLN 2012
231 Jateng Kudus Purwodadi 150 kV 2 cct, 2xZebra 63 6,23 2013 On Going APLN 2010
232 Jateng Purwodadi Ungaran 150 kV 2 cct, 2xZebra 68 6,72 2013 On Going APLN 2010
233 Jateng Sayung Inc Tx (Bawen-Tbrok) 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2013 On Going APLN
234 Jateng Tanjung Jati Sayung 150 kV 2 cct, 2xTACSR520 120 21,60 2013 On Going APLN 2010
235 Jateng Temanggung Wonosobo 150 kV 2 cct, 1xHawk 22 1,22 2013 Committed APLN
236 Jateng Weleri Ungaran 150 kV 2 cct, 2xHawk 76 5,80 2013 On Going ADB-B2
237 Jateng Batang Weleri 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 62 9,30 2015 Rencana Unallocated
238 Jateng Kebasen Pemalang 150 kV 2 cct, 2xZebra 56 5,52 2015 Rencana Unallocated
239 Jateng Kebasen Brebes 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 30 4,50 2015 Rencana Unallocated
240 Jateng Kudus Jepara 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 53 4,01 2015 Rencana Unallocated
241 Jateng Pekalongan Batang 150 kV 2 cct, 2xZebra 33 3,23 2015 Rencana Unallocated
242 Jateng Pemalang Pekalongan 150 kV 2 cct, 2xZebra 62 6,11 2015 Rencana Unallocated
243 Jateng Semen Grobogan inc (Mranggen-Purwodadi) 150 kV 1 cct, 1xHawk 1 0,08 2015 Rencana Unallocated
244 Jateng Tanjung Jati Jepara 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 48 3,62 2015 Rencana Unallocated
245 Jateng Boko Inc.(Bantul-Wonosari) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2016 Proposed JBIC II
246 Jateng Kudus II Inc.(Kudus-Jpara) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2016 Proposed JBIC II
04/02/2013 10:07:01
880
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (12/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
247 Jateng Pemalang New (inc Btang-Wleri) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 40 6,00 2016 Proposed JICA
248 Jateng Pandeanlamper II Pandeanlamper 150 kV 2 cct, 1xCU1000 10 25,97 2017 Rencana Unallocated
249 Jateng Pekalongan II/Kajen Inc. (Pklon-Pmlang) 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2017 Rencana Unallocated
251 Jateng Kalibakal II Inc.(Klbkl-Bmayu) 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2018 Rencana Unallocated
252 Jateng PLTP Baturaden Bumiayu 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1,97 2018 Rencana IPP
253 Jateng PLTP Guci Inc.(Klbkl-Bmayu) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 3,94 2018 Rencana IPP
254 Jateng PLTP Ungaran Bawen 150 kV 2 cct, 2xZebra 30 2,96 2018 Rencana IPP
256 Jateng Banyudono Baru Inc.(Mjngo-Jajar) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2019 Rencana Unallocated
257 Jateng PLTP Umbul Telomoyo Inc (Sanggrahan - Bawen) 150 kV 2 cct, 2xZebra 16 1,58 2019 Rencana IPP
258 DIY Pedan Wonosari 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 44 3,39 2015 Rencana Unallocated
259 DIY Kentungan II/Kalasan Inc.(Pedan-Kentungan) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1,50 2016 Proposed JBIC II
260 Jawa Timur Pacitan 150 kV Ponorogo II 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 9,00 2012 On Going APLN Percepatan
261 Jawa Timur Pacitan 150 kV PLTU Pacitan 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 124 18,60 2012 On Going APLN Percepatan
262 Jawa Timur Babat Tuban 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 9,00 2013 On Going APLN
263 Jawa Timur Banaran Manisrejo 150 kV 2 cct, 1xTACSR330 142 13,32 2013 Committed APLN
264 Jawa Timur Cheil Jedang New Jombang 150 kV 2 cct, 2xZebra 22 2,17 2013 Proposed APLN 2012
265 Jawa Timur Kalisari Surabaya Selatan 150 kV 2 cct, 2xZebra 12 1,18 2013 On Going KE-III lot 11
266 Jawa Timur Kedinding Kalisari 150 kV 2 cct, 2xZebra 40 3,94 2013 Rencana Unallocated
267 Jawa Timur Kraksaan Probolinggo 150 kV 2 cct, 2xTACSR330 60 8,47 2013 On Going APLN
268 Jawa Timur Mount Dream Kasih Jatim 150 kV 2 cct, 2xZebra 14 1,38 2013 Proposed APLN 2012
269 Jawa Timur New Buduran/Sedati Inc.(Bngil-Waru) 150 kV 2 cct, 2xZebra 2 0,20 2013 On Going APLN 2010
04/02/2013 10:07:01
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (13/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
270 Jawa Timur New Jombang Jayakertas 150 kV 2 cct, 2xZebra 36 3,55 2013 On Going KE-III lot 11
271 Jawa Timur New Porong Inc (New Sidoarjo-Bangil) 150 kV 2 cct, 1xTACSR330 4 0,38 2013 On Going APLN
272 Jawa Timur New Sidoarjo Inc. (Bdran-Bngil) 150 kV 2 cct, 1xTACSR330 2 0,19 2013 Committed APLN 2012
274 Jawa Timur Probolinggo Lumajang 150 kV 2 cct, HTLSC (1xHawk) 111 8,34 2013 On Going APLN
275 Jawa Timur Purwosari/Sukorejo II Inc. (Pier-Pakis) 150 kV 2 cct, 2xZebra 2 0,20 2013 Committed APLN 2012
Semen Dwima Agung
276 Jawa Timur Mliwang 150 kV 2 cct, 1xCU240 4 6,98 2013 Proposed APLN 2012
(Holcim)
277 Jawa Timur Simogunung (GIS) Inc.(Swhan-Waru) 150 kV 4 cct, 2xZebra 10 1,97 2013 On Going KE-III
278 Jawa Timur Surabaya Barat Driyorejo 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 11 1,59 2013 On Going APLN
279 Jawa Timur Surabaya Barat Babadan 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 26 3,96 2013 On Going APLN
280 Jawa Timur Tandes II/Sambi Kerep Inc.(Waru-Gresik) 150 kV 2 cct, 1xCU1000 4 10,39 2013 Committed APLN 2012
Tanjung Awar-awar
281 Jawa Timur Inc. Babat-Tuban 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 36 5,40 2013 On Going APLN
PLTU
282 Jawa Timur The Master Steel Manyar 70 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 4 0,60 2013 Proposed APLN 2012
283 Jawa Timur Tulungagung II Kediri 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7,88 2013 On Going KE-III lot 11
284 Jawa Timur Wlingi II Tulungagung II 150 kV 2 cct, 2xZebra 68 6,70 2013 On Going KE-III lot 11
285 Jawa Timur Gresik (GIS) Gresik (Konv) 150 kV 1 cct, 1xCU1000 1 1,74 2014 Committed APLN
286 Jawa Timur Kediri Baru Jayakertas/Kertosono 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 64 9,60 2014 Proposed APLN 2013
287 Jawa Timur Sekarputih Kertosono 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 88 13,23 2015 Rencana APLN
288 Jawa Timur Ujung Kenjeran 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 17 2,55 2015 Rencana Unallocated
289 Jawa Timur Grati Pier 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 64 9,60 2015 Committed APLN
290 Jawa Timur Kedinding Tx. Kabel Suramadu 150 kV 2 cct, 2xZebra 40 3,94 2015 Rencana Unallocated
291 Jawa Timur Bangil Sidoarjo 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 40 4,20 2016 Proposed JBIC II
292 Jawa Timur Bangil New Inc. (Bangil-Sidoarjo) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 40 3,00 2016 Proposed JBIC II
04/02/2013 10:07:01
882
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (14/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
293 Jawa Timur Madura PLTU Inc. Sampang-Bangkalan 150 kV 2 cct, 2xZebra 30 2,96 2016 Committed IPP
294 Jawa Timur Iyang Argopuro PLTP Probolinggo 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5,91 2017 Proposed IPP
295 Jawa Timur Kalikonto - II PLTA Inc. (Mojoagung - Banaran) 150 kV 2 cct, 2xZebra 4 0,39 2017 Rencana Unallocated
297 Jawa Timur Tandes New Tandes 150 kV 2 cct, 2xTACSR520 10 1,80 2017 Rencana Unallocated
298 Jawa Timur Wilis/Ngebel PLTP Pacitan II 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5,91 2018 Proposed IPP
299 Jawa Timur Ijen PLTP Banyuwangi 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5,91 2019 Proposed IPP
300 Jawa Timur PLTP Arjuno Welirang Ngoro 150 kV 2 cct, 2xHawk 74 5,65 2019 Rencana IPP
302 Jawa Timur Sutami PLTA Karangkates 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0,99 2019 Rencana Unallocated
303 Bali Gilimanuk (Cable Head) Gilimanuk 150 kV 2 cct, 1xTACSR330 7 0,66 2012 eksisting APLN
304 Bali Kapal Padangsambian 150 kV 1 cct, 1xTACSR240 9 1,22 2012 On Going APLN
305 Bali Kapal Pesanggaran 150 kV 1 cct, 1xTACSR240 17 2,24 2012 On Going APLN
306 Bali Kapal Pesanggaran 150 kV 1 cct, 1xTACSR240 17 2,24 2012 On Going APLN
307 Bali GIS Bandara tahap-1 Inc. Cable Nsdua-Psgrn 150 kV 2 cct, 1xCU800 10 29,51 2013 Committed APLN
308 Bali GIS Bandara tahap-2 Pesanggaran 150 kV 2 cct, 1xCU800 10 29,51 2013 Committed APLN
309 Bali Jawa Bali 3,4 150 kV 2 cct, 1xCU800 12 35,42 2013 On Going KE
310 Bali New Sanur Inc.(Gnyar-Sanur) 150 kV 2 cct, 1xHawk 1 0,06 2013 Rencana Unallocated
311 Bali Celukan Bawang Inc. (Pmron-Glnuk) 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 6 0,90 2014 On Going APLN
312 Bali Gilimanuk Celukan Bawang 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 100 15,00 2014 On Going APLN
313 Bali Celukan Bawang PLTU Celukan Bawang 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1,50 2014 On Going APBN
314 Bali Kapal Celukan Bawang 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 140 21,00 2014 On Going APBN
315 Bali Antosari New Kapal 150 kV 2 cct, 2xZebra 54 5,32 2015 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:07:01
RUPTL 2012-2021 (arib)+(adit) Final Print QC 2 Feb.indd 883
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (15/15)
No Provinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
316 Bali Antosari Kapal 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 47 6,99 2015 Rencana Unallocated
317 Bali Kapal Pemecutan Kelod 150 kV 1 cct, 1xTACSR240 28 1,89 2015 Rencana Unallocated
318 Bali Kapal Baturiti 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 76 11,45 2015 Rencana Unallocated
319 Bali Negara Gilimanuk 150 kV 2 cct, HTLSC (2xHawk) 76 11,41 2015 Rencana Unallocated
320 Bali New Kapal Inc. (Clk Bawang-Kapal) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 20 6,00 2015 Proposed ADB
321 Bali New Kapal Kapal 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 54 8,10 2015 Rencana Unallocated
322 Bali Pemecutan Kelod Nusa Dua 150 kV 1 cct, 1xTACSR240 34 2,25 2015 Rencana Unallocated
323 Bali Gianyar II Inc.(Kapal-Gianyar) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1,50 2016 Proposed JBIC II
324 Bali Bedugul PLTP Baturiti 150 kV 2 cct, 1xHawk 4 0,22 2017 Rencana Unallocated
325 Bali Nusa Dua II/Pecatu Incomer (Gianyar-Sanur) 150 kV 2 cct, 1xZebra 4 0,27 2017 Rencana Unallocated
Jumlah 9.073,36 1.905,00
04/02/2013 10:07:02
884
Rencana Pengembangan Gardu Induk (1/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumber Dana
1 Banten Cikande 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 Eksisting APLN
2 Banten Cikokol/Tangerang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
3 Banten Cikupa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
5 Banten Kopo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
6 Banten Lippo curug 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
7 Banten Pasar kemis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 Eksisting APLN
8 Banten Rangkasbitung II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2012 On Going ADB B4 (2004)
10 Banten Sepatan 150/20 kV Ext, 2 TB, 2 Trf 120 4,30 2012 On Going APLN
11 Banten Serang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
12 Banten Serang 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1,71 2012 Eksisting APLN
13 Banten Tangerang baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
14 Banten Teluk Naga 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 Eksisting APLN
15 Banten Alam Sutra (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2013 On Going APLN 2010
16 Banten Asahimas II 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 7,84 2013 Committed APBN 2011
17 Banten Cilegon Baru II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2013 Committed APBN 2011
20 Banten Spinmill Indah Industri 150/20 kV New, 4 LB, 1 BC 0 5,69 2013 Committed APLN 2011
21 Banten Indoferro 150/20 kV New, 5 LB, 1 BC 0 6,31 2013 On Going APLN 2011
23 Banten Lautan Steel 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2013 On Going APLN 2010
04/02/2013 10:07:02
Rencana Pengembangan Gardu Induk (2/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumber Dana
24 Banten malimping 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 6,61 2013 Committed APBN 2011
25 Banten Puncak ardi mulya 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2013 On Going APLN
26 Banten Saketi baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1,71 2013 On Going APLN
28 Banten Bandara Soetta 150/20 kV New, 3 LB, 1 BC 5,07 2014 Rencana KTT
29 Banten Bintaro II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2014 On Going ADB (Deutch)
30 Banten Cemindo Gemilang/Bayah 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 8,34 2014 Committed APLN 2012
34 Banten Millenium (Bumi Citra Permai) 150/20 kV New, 5 LB, 1 BC 6,31 2014 On Going IBRD Scattered I
35 Banten Puncak Ardi Mulya II/GORDA 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2014 Committed APLN 2012
36 Banten Lengkong II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2015 On Going APBN 2013
37 Banten Tangerang Baru II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2016 Rencana Unallocated
38 Banten Bintaro III/Jombang 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 7,84 2017 Proposed IBRD Scattered II
39 Banten Serang Selatan/Baros 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2017 Proposed IBRD Scattered II
40 Banten Teluk Naga II 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 7,84 2017 Proposed IBRD Scattered II
41 Banten Dukuh Atas II 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 6,61 2018 Rencana Unallocated
43 Banten Lippo Curug II 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 7,84 2018 Rencana Unallocated
45 Banten Sepatan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2018 Rencana Unallocated
46 Banten Tangerang baru 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2018 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:07:02
886
Rencana Pengembangan Gardu Induk (3/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumber Dana
47 Banten Teluk naga 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2018 Rencana Unallocated
48 Banten Lippo curug 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2019 Rencana Unallocated
51 Banten Teluk naga 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2019 Rencana Unallocated
52 Banten Cilegon baru II 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2020 Rencana Unallocated
53 Banten Lautan steel/telaga sari 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2020 Rencana Unallocated
54 Banten Lengkong III 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 6,61 2020 Rencana Unallocated
56 Banten Sepatan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2020 Rencana Unallocated
58 Banten Serang Utara/Tonjong 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 8,34 2020 Rencana Unallocated
60 Banten Tangerang Baru III 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 6,61 2020 Rencana Unallocated
61 Banten Teluk naga 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2020 Rencana Unallocated
62 Banten Puncak Ardi Mulya II/GORDA 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2021 Rencana Unallocated
63 Banten Cilegon lama 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2021 Rencana Unallocated
64 Banten Kopo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2021 Rencana Unallocated
65 DKI Jakarta Abadi guna papan GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2012 On Going APLN
66 DKI Jakarta Balaraja 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
67 DKI Jakarta Chandra Asri 150/20 kV New, 3 LB, 1 BC 0 5,07 2012 eksisting APLN 2011
68 DKI Jakarta Cileduk 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
69 DKI Jakarta Cipinang GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2012 On Going APLN
04/02/2013 10:07:02
Rencana Pengembangan Gardu Induk (4/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumber Dana
70 DKI Jakarta Citra habitat 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
71 DKI Jakarta Duri kosambi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 eksisting APLN
72 DKI Jakarta Grogol GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2012 On Going APLN
74 DKI Jakarta Kandang sapi GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2012 On Going APLN
75 DKI Jakarta Karet Lama 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1,23 2012 On Going KE Paket 8
77 DKI Jakarta Mangga besar GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2012 On Going APLN
78 DKI Jakarta Manggarai GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2012 On Going APLN 2010
79 DKI Jakarta Maximangando 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN 2011
80 DKI Jakarta New balaraja 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN
81 DKI Jakarta Plumpang (uprating trafo 3) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1,71 2012 eksisting APLN
82 DKI Jakarta Priok Timur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 On Going APLN 2009
83 DKI Jakarta Senayan baru GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2012 eksisting APLN
84 DKI Jakarta Tigaraksa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2012 eksisting APLN
85 DKI Jakarta Antasari/CSW II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2013 On Going ADB (Deutch)
Cakung Township/Garden City
86 DKI Jakarta 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2013 On Going APLN
(GIS)
87 DKI Jakarta Duren tiga GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2013 Proposed APLN
88 DKI Jakarta Gandaria 150 (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 3 TB, 1 BC, 3 Trf 180 28,01 2013 On Going APLN Percepatan
89 DKI Jakarta Gunung Sahari (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2013 On Going ADB
90 DKI Jakarta Harapan Indah 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2013 On Going APLN
91 DKI Jakarta Jatiwaringin (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 30,07 2013 On Going KE-III lot 6
92 DKI Jakarta Kapuk (PIK) (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2013 On Going APLN 2010
04/02/2013 10:07:02
888
Rencana Pengembangan Gardu Induk (5/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumber Dana
93 DKI Jakarta Kebon sirih GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2013 On Going APLN
94 DKI Jakarta Lautan Steel Indonesia 150/20 kV New, 5 LB, 1 BC 0 6,31 2013 On Going APLN 2010
95 DKI Jakarta Legok 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2013 On Going APLN
97 DKI Jakarta Lippo Curug 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2013 On Going APLN 2012
98 DKI Jakarta Petukangan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2013 Proposed APLN
99 DKI Jakarta Semanggi Barat (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2013 On Going KE Paket 8
100 DKI Jakarta Tanah Tinggi (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2013 On Going KE-III lot 5
102 DKI Jakarta Jatirangon 2 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2014 On Going APBN 2009/10
103 DKI Jakarta Karet Baru 150/20 kV Ext, 1 LB 0 0,62 2014 Proposed APLN 2013
104 DKI Jakarta Karet Lama 150/20 kV Ext, 1 LB 0 0,62 2014 Proposed APLN 2013
105 DKI Jakarta Plumpang 150/20 kV Ex, 2 LB 0 1,23 2014 Proposed APLN 2013
106 DKI Jakarta Gambir Baru 150/20 kV Ex, 2 LB 0 1,23 2014 Proposed APLN 2013
107 DKI Jakarta Lengkong 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2014 On Going APLN
108 DKI Jakarta Miniatur GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2014 Proposed APLN 2013
109 DKI Jakarta Pelindo II 150/20 kV New, 3 LB, 1 BC 0 5,07 2014 Rencana APLN
110 DKI Jakarta Power Steel Indonesia 150/20 kV New, 3 LB, 1 BC 0 5,07 2014 Proposed APLN
111 DKI Jakarta Tangerang baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2014 Proposed APLN 2013
112 DKI Jakarta Tigaraksa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2014 On Going APLN
113 DKI Jakarta Balaraja New 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1,23 2015 Rencana Unallocated
114 DKI Jakarta Bintaro 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2015 Rencana Unallocated
115 DKI Jakarta Bunar baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 8,34 2015 Proposed APLN 2013
116 DKI Jakarta Cakung twonship GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2015 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:07:02
Rencana Pengembangan Gardu Induk (6/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumber Dana
117 DKI Jakarta Cawang Lama 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1,23 2015 Rencana Unallocated
118 DKI Jakarta Durikosambi 2/Daan Mogot (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2015 On Going KE Paket 8
119 DKI Jakarta Gunung sahari GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2015 Rencana Unallocated
121 DKI Jakarta Penggilingan GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2015 Proposed IBRD Scattered II
122 DKI Jakarta Pondok indah GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2015 Rencana Unallocated
123 DKI Jakarta Ragunan 150/20 kV Ext, 2 LB 1,23 2015 Rencana Unallocated
124 DKI Jakarta Cawang-2(GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2016 Rencana Unallocated
125 DKI Jakarta Cileduk 2/Alam Sutra GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2016 Rencana Unallocated
126 DKI Jakarta Duren Tiga II/Ragunan (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 30,07 2016 Rencana Unallocated
127 DKI Jakarta Durikosambi 2/Daan Mogot GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2016 Proposed IBRD Scattered II
128 DKI Jakarta Jatiwaringin GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2016 Rencana Unallocated
129 DKI Jakarta Lengkong 2 (indorama) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2016 Rencana Unallocated
130 DKI Jakarta Lengkong II 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1,23 2016 Rencana Unallocated
131 DKI Jakarta Manggarai GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2016 Rencana Unallocated
132 DKI Jakarta Millennium (Pt Power Steel) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2016 Rencana Unallocated
133 DKI Jakarta MRT DKI Jakarta (GIS) 150/20 kV New, 3 LB, 1 BC 18,20 2016 Proposed APLN 2013
134 DKI Jakarta Penggilingan GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2016 Proposed IBRD Scattered II
135 DKI Jakarta Pondok Indah (GIS) 150/20 kV Ext, 2 LB 0 6,15 2016 Proposed APLN 2013
136 DKI Jakarta Semanggi Barat GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2016 Proposed IBRD Scattered II
137 DKI Jakarta Tigaraksa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2016 Proposed IBRD Scattered II
138 DKI Jakarta Abadi Guna Papan II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 17,06 2017 Rencana Unallocated
139 DKI Jakarta Cakung twonship GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2017 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:07:02
890
Rencana Pengembangan Gardu Induk (7/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumber Dana
140 DKI Jakarta Cawang Lama 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1,23 2017 Rencana Unallocated
141 DKI Jakarta Durikosambi II 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1,23 2017 Rencana Unallocated
142 DKI Jakarta Durikosambi III/Rawa Buaya (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 17,06 2017 Proposed IBRD Scattered II
144 DKI Jakarta Jatirangon 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2017 Rencana Unallocated
145 DKI Jakarta Kapuk (pik) (2 x 60 mva) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2017 Rencana Unallocated
146 DKI Jakarta Kedungbadak baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2017 Rencana Unallocated
147 DKI Jakarta Lengkong II 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2017 Rencana Unallocated
149 DKI Jakarta Pondok Indah II/Cirende 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 9,99 2017 Proposed IBRD Scattered II
Antasari/csw 2/Kemang Village
150 DKI Jakarta 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2018 Rencana Unallocated
GIS
151 DKI Jakarta Cipinang II/Jatinegara (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 25,98 2018 Rencana Unallocated
152 DKI Jakarta Gandaria 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1,23 2018 Rencana Unallocated
153 DKI Jakarta Gandaria II/Mekar Sari 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 6,61 2018 Rencana Unallocated
154 DKI Jakarta Jatirangon 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2018 Rencana Unallocated
155 DKI Jakarta Kemayoran II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 17,06 2018 Rencana Unallocated
156 DKI Jakarta Lautan Steel/Telaga Sari 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2018 Rencana Unallocated
157 DKI Jakarta Lengkong 2 (indorama) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2018 Rencana Unallocated
158 DKI Jakarta Millennium (pt power steel) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2018 Rencana Unallocated
159 DKI Jakarta Penggilingan (GIS) 150/20 kV Ext, 2 LB 0 6,15 2018 Rencana Unallocated
160 DKI Jakarta Penggilingan II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 17,06 2018 Rencana Unallocated
161 DKI Jakarta Puncak Ardi Mulya ii 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2018 Rencana Unallocated
162 DKI Jakarta Semanggi Barat 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1,23 2018 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:07:02
Rencana Pengembangan Gardu Induk (8/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumber Dana
163 DKI Jakarta Semanggi Barat II/T.Abang (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 25,98 2018 Rencana Unallocated
164 DKI Jakarta T. Rasuna/Pancoran GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2018 Rencana Unallocated
165 DKI Jakarta Abadi Guna Papan 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2019 Rencana Unallocated
167 DKI Jakarta Cileduk 2/Alam Sutra GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2019 Rencana Unallocated
168 DKI Jakarta MRT DKI Jakarta (GIS) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2019 Rencana Unallocated
169 DKI Jakarta Duren Tiga 2/Rangunan GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2019 Rencana Unallocated
170 DKI Jakarta Duri Kosambi 3/Rawa Buaya GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2019 Rencana Unallocated
171 DKI Jakarta Gambir Lama (GIS) 150/20 kV Ext, 2 LB 0 6,15 2019 Rencana Unallocated
172 DKI Jakarta Gambir Lama II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2019 Rencana Unallocated
173 DKI Jakarta Harapan indah 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2019 Rencana Unallocated
174 DKI Jakarta Kapuk (pik) (2 x 60 mva) GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2019 Rencana Unallocated
Pancoran 2/Pengadegan Tmr
175 DKI Jakarta 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23,92 2019 Rencana Unallocated
(GIS)
176 DKI Jakarta Pegilingan 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2019 Rencana Unallocated
177 DKI Jakarta Pondok Indah 2/Cirende 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2019 Rencana Unallocated
Semanggi Barat 1/Tanah Abang
178 DKI Jakarta 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2019 Rencana Unallocated
GIS
179 DKI Jakarta Bintaro 3/Jombang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2020 Rencana Unallocated
180 DKI Jakarta Cileungsi ii/Jonggol 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2020 Rencana Unallocated
181 DKI Jakarta MRT DKI Jakarta (GIS) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2020 Rencana Unallocated
182 DKI Jakarta Dukuh atas 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2020 Rencana Unallocated
183 DKI Jakarta Duri kosambi 3/Rawa Buaya GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2020 Rencana Unallocated
184 DKI Jakarta Gmbr lama 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 3,99 2020 Rencana Unallocated
185 DKI Jakarta Jatirangon 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2,15 2020 Rencana Unallocated
04/02/2013 10:07:03
892
Rencana Pengembangan Gardu Induk (9/36)
No Provinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek MVA Juta USD COD Status Sumbe