Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN KRITIS PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

(PLTS) PARAK 1,3MWp KABUPATEN SELAYAR

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
ANDI MUHAMMAD RISQI (2018-11-044)
DONY BAGUS SAPUTRA (2018-11-045)
WAFI FATTAHILLAH RAMADHANA (2018-11-064)
CHRISTOFER FERDINANDUS (2018-11-073)
ARUNG ADRIATAMA (2018-11-214)
AHMAD MUSHAWWIR AL FIKRI (2018-11-233)
FAUZA HAMIM (2018-11-261)
FARELL HAVIDZ ABDILLAH (2018-11-288)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka penggunaan Energi Listrik dari tahun ke tahun meningkat, karena pesatnya perkembangan
teknologi, yang alatnya berupa elektronik-elektronik yang tidak pernah lepas dari interaksi manusia.
Berdasarkan data World Energy Council (WEC), tercatat bahwa pada tahun 2017 pengguna listrik
terbesar di Indonesia adalah Pabrik-Pabrik. Teknik pembangkitan listrik konvensional berbahan bakar
fosil seperti PLTU dianggap sudah kurang dapat diandalkan, mengingat pembangkit yang bersifat tidak
ramah lingkungan, efisiensi rendah, pembangunan kapasitasnya yang bersifat jangka panjang (semi-
permanen) sehingga sulit untuk dilakukan penambahan kapasitas. Teknisi modern pun mencari
alternatif tenaga pembangkit yang lebih ramah lingkungan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu/Angin (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Surya/Matahari (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSA), dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Penggunaan energi baru terbarukan dan non-fosil sudah menjadi tren terkini, yang diharapkan bisa
menjadi solusi untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan polutan dan efek
buruk lainnya bagi lingkungan. Energi Matahari dengan sumber daya tidak terbatas, dijadikan sebagai
sumber daya utama penghasil listrik pengganti fosil di negara-negara maju dan berkembang, terutama
di Indonesia yang memiliki potensi penyinaran yang tinggi dan merata. Mengingat Indonesia
merupakan daerah tropis, maka sangatlah baik jika PLTS dikembangkan dengan sungguh-sungguh.
PLTS merupakan pembangkit listrik yang sangat sederhana dan mudah instalasi, dan ramah
lingkungan.
Kepulauan Selayar menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi alam dan wisata yang baik
serta menjadi titik dengan potensi energi matahari yang tinggi bernilai rata-rata 1500 kWh/m2 pada
keseluruhan daerah Kepulauan Selayar. Dengan pertimbangan tersebut dilakukanlah Perancangan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Parak dengan kapasitas 1,3MWp di daerah Parak, Kec.
Bontomanai, Kab. Selayar, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. PLTS ini dirancang dengan biaya
sebesar Rp. 39 Milyar untuk kapasitas demikian besar, dengan harapan dapat mendukung Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Parak yang sudah ada dalam menyediakan energi listrik bagi masyarakat
sekitar, fasilitas umum, serta sarana perekonomian di Kepulauan Selayar. PLTS Parak ini dibangung
dengan sistem Hybrid Terpusat dan ditargetkan dapat beroperasi pada Desember 2021. Namun
perancangan ini menimbulkan beberapa persoalan, terkait kesesuaian antara demand dan suplay
yang dikhawatirkan akan berat sebelah, tentang bagaimana perkiraan pertumbuhan beban di
Kepulauan Selayar, lalu terkait biaya investasi pembangunan yang secara umum terbilang tidak wajar,
dengan target penyelesaian hanya 7 bulan setelah proyek pembangunan dimulai. Berdasarkan
permasalahan tersebut, kami merumuskan topik pembahasan dengan judul “TINJAUAN KRITIS
PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) PARAK 1,3MWp KABUPATEN SELAYAR”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang, dapat ditarik rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana tingkat urgensi pengadaan Proyek PLTS Parak?
2. Apakah 1,3MWp merupakan angka tepat untuk jumlah kapasitas PLTS Parak yang akan
dibangun?
3. Mengapa Sistem PLTS Parak yang digunakan adalah sistem Hybrid Terpusat?
4. Berapa estimasi sumber daya serta biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan Proyek PLTS
Parak?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisa urgensi pengadaan Proyek PLTS Parak di Kec. Bontomanai, Kab. Selayar.
2. Menganalisa ketepatan angka 1,3MWp sebagai besar kapasitas PLTS Parak yang akan dibangun
3. Menganalisa pemilihan sistem Hybrid Terpusat sebagai sistem kerja PLTS Parak
4. Menganalisa estimasi sumber daya dan biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan Proyek PLTS
Parak

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini membuka wawasan pembaca tentang terkait sisi yang bisa menjadi tolak
ukur dalam menilai baiknya suatu perencanaan sistem tenaga listrik atau tinjauan umum namun kritis
pada perancangan sistem tenaga listrik, yang dalam hal ini yaitu penilaian Pembangunan PLTS Parak
dari sisi Load Forecasting, Sistem yang digunakan, Biaya dan Durasi proyek pembangunan tsb.

1.5 Ruang Lingkup Masalah


Untuk menghindari meluasnya permasalahan serta agar pembahasan lebih terarah, maka
pembahasan dibatasi pada analisis dari segi Load Forecasting, Sistem yang digunakan, Biaya serta
Durasi proyek pembangunan PLTS Parak.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Untuk membantu penulisan makalah, diperlukan beberapa referensi yang dapat menjadi
acuan bagi penulis dalam melakukan analisis terkait, yaitu:

1. Agung, FIlemon. (2021). “PLN bangun PLTS Hybrid senilai Rp 39 miliar di Selayar Sulawesi
Selatan”. Diakses pada 17 Desember 2021, dari https://regional.kontan.co.id/news/pln-bangun-
plts-hybrid-senilai-rp-39-miliar-di-selayar-sulawesi-selatan
Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa PT. PLN membangun PLTS Hybrid berkapasitas 1,3 MWp di
Desa Parak, Kec. Bontomanai, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, dengan investasi proyek mencapai
Rp 39 milyar, dan diharapkan dapat beroperasi pada Desember 2021. General Manager PLN UIW
Sulselbar, Awaluddin Hafid menjelaskan bahwa kehadiran PLTS Hybrid di Parak ini menjadi wujud
komitmen PLN dalam menghadirkan energi yang ramah lingkungan, khususnya di wilayah Sulselrabar,
sekaligus mendorong target mengejar bauran Energi Baru Terbarukan (EBT). Awaluddin juga
menambahkan bahwa dengan adanya PLTS Hybrid, diharapkan dapat mendatangkan manfaat besar
untuk lingkungan dan perekomomian masyarakat sekitar sekaligus mendorong para investor untuk
dapat berinvestasi dalam pengembangan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi baru
terbarukan. (Agung, 2021)

2. Meilanova, Denis Riantiza. (2021). “PLN Bangun PLTS Hibrida di Selayar Sulsel”. Diakses pada 17
Desember 2021, dari https://sulawesi.bisnis.com/read/20210505/539/1390600/pln-bangun-plts-
hibrida-di-selayar-sulsel
Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa bauran EBT di sistem ketenagalistrikan Sulbagsel (Sulawesi
bagian Selatan) sebesar 29,8% dengan total kapasitas sebesar 861,42 MW. Dalam waktu yang tidak
jauh, PLTA Malea ditargetkan juga akan beroperasi sehingga menambah bauran EBT pada sistem
kelistrikan Sulbagsel. Di sisi lain, hadirnya PLTS Hybrid Parak ini turut meningkatkan keandalan
pasokan listrik dan perbaikan tegangan pelayanan pada pelanggan existing yang berada di sekitar
lokasi tersebut. Selain itu, pembangkit ini dapat menjadi pasokan tambahan untuk melayani 27.892
pelanggan di Kabupaten Selayar. (Meilanova, 2021)

3. Indriani, Anisa. (2021). “PLTS 1,3 MW Dibangun di Sulsel, Target Operasi Akhir Tahun.” Diakses
pada 7 Januari 2022, dari https://finance.detik.com/energi/d-5620507/plts-13-mw-dibangun-di-
sulsel-target-operasi-akhir-tahun
Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa PT Bakrie Power menyepakati kerja sama dengan PT PLN
(Persero) dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid di Desa Parak, Kec.
Bontomanai, Kab. Selayar, Sulawesi Selatan. Direktur Utama PT Bakrie & Brothers (BNBR) Tbk, Anindya
Bakrie mengatakan kerja sama itu sebagai bukti pihaknya membantu pemerintah mengakselerasi
capaian pengembangan sektor energi di Indonesia melalui anak usahanya. Anin juga menambahkan,
bahwa nilai investasi awal yang disiapkan dalam sektor EBT ini belum terlalu besar, tetapi PT BNBR
mengutamakan penguasaan teknologi yang tepat dan menjadi pelopor dalam pengembangan
pembangkit energi terbarukan jenis hybrid ini di Indonesia. (Indriani, 2021)

4. Agung, FIlemon. (2021). “Bakrie Power dan PLN teken kerjasama Proyek PLTS Hybrid di Selayar”.
Diakses pada 7 Januari 2022, dari https://industri.kontan.co.id/news/bakrie-power-dan-pln-teken-
kerjasama-proyek-plts-hybrid-di-selayar
Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa Pembangkit listrik ramah lingkungan ini akan menjadi
sumber listrik tambahan bagi PLTD dengan total kapasitas terpasang 13 MW di pulau Selayar yang saat
ini telah beroperasi dan dimanfaatkan oleh 27.892 pelanggan PLN di Kabupaten Selayar. Direktur
Utama PT Bakrie & Brothers Tbk, Anindya Bakrie menyampaikan bahwa PT Bakrie Power memang
menjadi unit usaha yang selama ini berfokus pada pengembangan sektor energi di Indonesia. Anin
juga menambahkan, bahwa saat ini dan di masa depan, sumber energi yang ramah lingkungan
semakin menjadi prioritas. Pemerintah pusat pun telah menargetkan bauran energi nasional sebesar
23% dari sumber EBT pada tahun 2025, dan Bakrie Group menyadari pentingnya membantu
pemerintah untuk dapat mengakselerasi pencapaian target bauran energi ini. (Agung, Bakrie Power
dan PLN teken kerjasama Proyek PLTS Hybrid di Selayar, 2021)

5. Karunia, Ade Miranti. (2021). “Gandeng PLN, Bakrie Power Bangun PLTS Hybrid di Sulsel”. Diakses
pada 7 Januari 2022, dari https://money.kompas.com/read/2021/06/25/220000326/gandeng-pln-
bakrie-power-bangun-plts-hybrid-di-sulsel
Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa Direktur Utama PT BNBR, Anindya Bakrie menjelaskan
bahwa proyek-proyek di bawah PT Bakrie Power ini dikerjakan oleh PT Helio Synar Energi. Selain
Selayar, dua jenis proyek EBT berikutnya yang akan difokuskan diantaranya adalah dedieselisasi dan
PLTS Atap. Dedieselisasi market size-nya cukup besar, yakni sebesar 2 miliar dollar AS dan PLTS Atap
sebesar 650 juta dollar AS. Lalu Direktur Utama PT Bakrie Power, Dody Taufiq Wijaya menjelaskan
bahwa Di seluruh Indonesia ini masih ada ratusan pembangkit listrik bertenaga diesel yang kini
dioperasikan PLN. Ini menjadi potensi amat besar untuk dapat dikonversi menjadi pembangkit EBT,
seperti yang PT Bakrie Power lakukan di PLTS Hybrid Selayar ini. (Karunia, 2021)
2.2 Teori Pendukung
2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pembangkit listrik tenaga surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi surya
menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik dengan energi surya dapat dilakukan secara langsung
menggunakan fotovoltaik, atau secara tidak langsung dengan pemusatan energi surya. Fotovoltaik
mengubah secara langsung energi surya menjadi energi listrik menggunakan efek fotolistrik.
Komponen utama di dalam pembangkit listrik tenaga surya meliputi modul surya, inverter, dan baterai
listrik. Sistem pembangkit listrik tenaga surya terbagi menjadi sistem terhubung jala listrik, sistem
tidak terhubung jala listrik, sistem tersebar, sistem terpusat dan sistem hibrida. Masing-masing jenis
sistem mempunyai kondisi penerapannya tersendiri. (Ramadhani, 2018)
2.2.2 Sistem PLTS Hybrid
Definisi System PLTS dengan teknologi Hybrid adalah dimana sumber listrik yang dihasilkan
oleh Panel surya dapat digabungkan dengan sumber listrik dari PLN. Dengan demikian secara berganti
kedua system ini akan saling membackup ketika terjadi kekurangan daya listrik atau pemadaman.
Dalam system ini, Sumber Energi Utama adalah dari Panel Surya yang dikonversikan dan ditampung
ke baterai, dan ketika pemakaian listriknya melebihi dari kapasitas baterainya, maka secara otomatis
listrik dari PLN akan masuk.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara virtual pada perangkat lunak Microsoft Excel, dengan durasi
penelitian selama 1 bulan 25 hari, terhitung mulai 13 November 2021 sd. 7 Januari 2022.

3.2 Desain Penelitian


Agar dapat memahami alur penelitian dengan mudah, tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penelitian digambarkan dalam bentuk diagram alir (flowchart) berikut:

Mulai

Pengumpulan Tinjauan
Pustaka

Penentuan Metode
Penelitian

Penentuan Variabel (Jumlah Penduduk, Jumlah


Pelanggan Listrik, Rasio Elektrifikasi, GDP, Biaya
Komponen Pembangunan PLTS, Daftar Pabrik-
Pabrik, dll)

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Penarikan Kesimpulan

Selesai
3.3 Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan dukungan landasan teori yang telah diperoleh dari eksplorasi literatur, penulis
menentukan bahwa pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, dimana data
dikumpul dari beberapa sumber yaitu BPS (Badan Pusat Statistik) Kepulauan Selayar, Global Solar
Atlas, Wikipedia, Google Maps, dan beberapa artikel lainnya, dimana data yang akan didapatkan
menjadi Data Primer. Penelitian ini tidak mememerlukan Data Sekunder.

3.4 Metode Analisis Data


Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif, sehingga data yang terkumpul
dianalisis dan diolah berdasarkan metode analisis statistik ataupun berlandaskan perhitungan
matematis dengan sumber data, dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
3.4.1 Metode Regresi Linear
Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model atau
hubungan antara satu atau lebih variabel bebas X dengan sebuah variabel respon Y. Analisis regresi
dengan satu variabel bebas X disebut sebagai regresi linier sederhana, sedangkan jika terdapat lebih
dari satu variabel bebas X, disebut sebagai regresi linier berganda. (Kurniawan, 2008)

Gambar 1. Grafik Regresi Linear


Jika terdapat pasangan data (x1 , y1), (x2 , y2),..., (xn , yn), maka pasangan data tersebut
dijelaskan dalam model regresi linier sederhana adalah: y = β0 + β1 x + 𝑒, dimana parameter 𝛽0
(intercept) dan 𝛽1 (slope) adalah parameter-parameter yang tidak diketahui, sedangkan e
adalah error random yang mengikuti distribusi normal Salah satu metode yang digunakan untuk
mengestimasi parameter regresi linier sederhana adalah metode kuadrat terkecil atau ordinary least
squares (OLS). Proses dari metode ini adalah meminimumkan jumlah kuadrat error atau sum of
squared errors (SSE). Nilai error yang dimaksud adalah 𝑒 = 𝑦𝑖 − 𝑦̂, sehingga jumlah
kuadrat error adalah: 𝑆𝑆𝐸 = ∑𝑛𝑖=1 𝑒𝑖2 = (𝑦𝑖 − 𝑦̂)2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Urgensi Pengadaan Proyek PLTS Parak
Dalam bidang ekonomi dikenal istilah demand dan product. Suatu proses jual beli terjadi
karena adanya produk yang akan dijual dan tuntutan pembelian atau permintaan dari pelanggan
untuk membeli produk tersebut. Kontinuitas jual beli akan terjaga selama dua sisi ini masih ada, sisi
kebutuhan pelanggan terhadap suatu barang dan ketersediaan produksi barang tersebut. Apabila
produksi barang lebih sedikit dibandingkan kebutuhan barangnya, maka produksi barang akan
mencapai pada titik habis, sehingga jual beli terhenti. Sebaliknya, apabila kebutuhan barang lebih
sedikit dibandingkan produksi barang, maka kebutuhan akan mencapai pada titik habis karena
kebutuhan semua orang telah terpenuhi, dan jual beli terhenti. Listrik, menjadi sesuatu yang sudah
menjadi produk jual beli, dimana PLN menjadi penjual dan Konsumen Listrik menjadi pembeli. Tiap
tahun konsumen listrik kian bertambah, sehingga diperlukan peningkatan produksi listrik untuk
memenuhi demand tiap konsumen. Peningkatan produksi listrik ini dilakukan dengan menambah
jumlah Pembangkit Listrik. Ini merupakan gambaran umum tentang alasan dibangunnya suatu
Pembangkit Listrik.
Kepulauan Selayar merupakan pulau seluas 1.357 km² yang dihuni oleh 137.071 jiwa
berdasarkan data BPS tahun 2020. Sehingga dapat kita ketahui bahwa kerapatan penduduknya adalah
101 jiwa/km². Hunian penduduk berada pada daerah pinggir Kepulauan Selayar, dan terpusat pada
Ibukota Kabupaten Benteng di Kepulauan Selayar. Kepulauan Selayar memiliki potensi alam yang
sangat baik, mulai dari potensi wisata, potensi hasil bumi seperti Minyak, Kelapa, Kopra, Jeruk,
Mangga, Pisang, potensi hasil laut, hingga potensi energi matahari.

Gambar 2. Potensi Energi Matahari di Kepulauan Selayar, terkhusus di Kec. Parak, Kab. Kepulauan
Selayar.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Parak berkapasitas 13MW di Kec. Parak, sudah
beroperasi untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk seluruh konsumen di Kepulauan Selayar,
termasuk penduduk dan pendatang. Tidak hanya perumahan, namun fasilitas umum, prasarana
industri, komersil/usaha, juga menjadi tanggungan bagi PLTD Parak untuk disuplai energi listrik.
Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Parak yang mana lokasinya tidak jauh dari PLTD Parak,
diharapkan akan membantu PLTD Parak untuk memproduksi energi listrik bagi konsumen di
Kepulauan Selayar untuk jangka panjang, serta menjadi program awal untuk transformasi dari
ketergantungan pada Pembangkit Listrik Konvensional menuju Pembangkit Listrik Energi Baru dan
Terbarukan. Namun yang menjadi pertanyaan, perlukah PLTS Parak ini dibangun, mengingat PLTD
Parak yang masih mampu beroperasi dengan kapasitas yang cukup besar yaitu 13MW, dan angka
kerapatan penduduk masih sangat kecil. Pertanyaan lainnya adalah apakah suplai listrik tidak
tercukupi sehingga PLTS Parak perlu dibangun sebagai Pembangkit Listrik pendukung.

Tahun IPM GDP Jumlah Penduduk Jumlah Rasio Elektrifikasi


Pelanggan Listrik
2010 62,15 1807292,87 122055 11668 38,24%
2011 62,53 1967829,05 123283 11760 40,36%
2012 62,87 2122811,79 124553 14756 44,60%
2013 63,16 2296374,87 127220 16638 51,50%
2014 63,66 2503349,35 128744 18666 55,78%
2015 64,32 2723951,19 130199 19231 59,15%
2016 64,95 2924716,09 131605 20182 61,34%
2017 65,39 3147388,58 133003 21856 65,73%
2018 66,04 3422669,56 134280 22982 68,46%
2019 66,91 3685668,40 135624 23443 69,14%
2020 67,38 3620195,04 137071 23929 69,83%
Tabel 1. Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), Produk
Domestik Bruto (Gross Domestic Product), Jumlah Penduduk, Jumlah Pelanggan Listrik, dan Rasio
Elektrifikasi, berdasarkan Data BPS Kepulauan Selayar.

Berdasarkan Data diatas, dapat ditentukan nilai pertambahan GDP sekitar 0,022/tahun
dengan nilai pertambahan populasi sekitar 0,01/tahun. Tetapi dapat diamati juga bahwa nilai rasio
elektrifikasi meningkat dengan rentang yang cukup tinggi tiap tahunnya, hingga pada tahun 2020
mencapai 69,83%. Pertumbuhan penduduk memberi konsekuensi bertambahnya penggunaan listrik,
sehingga dapat diamati juga pertambahan jumlah pelanggan listrik tiap tahunnya, dari tahun 2010
hanya sebanyak 11668 pelanggan, dan pada tahun 2020 sebanyak 23929 (bertambah 2 kali lipat di 10
tahun kemudian). Perlu diingat bahwa jumlah pelanggan listrik tidak sama dengan jumlah penduduk.
Terkadang yang tertada sebagai pelanggan listrik adalah kepala keluarga atau orang yang bertanggung
jawab dalam melakukan pembayaran atau pelunasan tagihan listrik, dan terkadang juga suatu
keluarga bahkan belum menggunakan listrik sama sekali, terlebih pada daerah yang masih tergolong
pedesaan. Namun, Kabupaten Kepulauan Selayar ini sudah tidak termasuk pada golongan tersebut,
karena sudah berkembangnya sektor ekonomi dan pembangunan, terutama pada daerah Ibukota
Kabupaten Benteng. Sehingga bisa saja kita mengambil asumsi bahwa jumlah pelanggan listrik sama
dengan jumlah RT (Rumah Tangga) yang ada di Kepulauan Selayar, dan sebuah RT terdiri dari 4 orang
penduduk. Berdasarkan data ini, kita dapat membuat Load Forecasting berdasarkan metode Regresi
Linear dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel.

Perkiraan Pertambahan Jumlah Pelanggan


50000
38985
36102 37537
Jumlah Pelanggan

40000 31871 33269 34679


29112 30485
26401 27750
30000
20000
10000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun

Gambar 3. Perkiraan Pertambahan Jumlah Pelanggan selama 10 tahun kedepan (mulai tahun
2021 hingga 2030), dengan nilai R square (R2) sebesar 0,97.

Load Forecasting (Peramalan Beban) adalah suatu usaha untuk memprediksi pertambahan
listrik yang dibutuhkan oleh konsumen pada tahun yang akan datang. Peramalan beban listrik (load
forecast) atau kebutuhan listrik (demand forecast) ini merupakan langkah awal dari Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), termasuk bagi rencana pembuatan Pembangkit Listrik. Hasil Load
Forecasting dapat dijadikan landasan perlu atau tidaknya dibangun keseluruhan sistem tenaga listrik,
ataupun penambahan salah satu bagian sistem tenaga listrik, mencakup Pembangkit Listrik. Dengan
melihat Load Forecast Kepulauan Selayar, kita dapat menilai pantas atau tidaknya PLTS Parak
dibangun. Namun, dikarenakan tidak ditemukannya Data Pemakaian Daya 11 tahun terakhir (2010-
2020), dan hanya ada data pertambahan pelanggan listrik, maka kita perlu membuat beberapa asumsi.
Perlu diketahui bahwa Harga Token Listrik adalah Rp.100.000 senilai dengan 66,2 kWh.
Dengan mengambil asumsi bahwa setiap pelanggan listrik membayar Rp.100.000 tiap bulannya untuk
membeli listrik sebesar 66,2kWh, sehingga dalam 1 tahun penggunaan energi listrik adalah 66,2kWh
dikali 12 bulan atau senilai 794,4 kWh/tahun. Apabila nilai tersebut kita kalikan dengan hasil perkiraan
pertambahan jumlah pelanggan untuk masing-masing tahunnya (berdasarkan pada Gambar 3), maka
kita akan mendapatkan grafik Load Forecasting dengan sumbu Y dengan satuan MWh dan sumbu X
adalah waktu dalam tahun.

Load Forecasting
35000 29819 30969
26429 27549 28679
30000 25318
23126 24217
25000 20973 22045
Load (MW)

20000
15000
10000
5000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun

Gambar 4. Load Forecasting selama 10 tahun kedepan (mulai tahun 2021 hingga 2030).

Terlihat bahwa pada tahun 2030, perkiraan jumlah daya yang harus disalurkan ke pelanggan
listrik sebesar 30969 MW. Angka yang cukup besar ini membuat kemampuan PLTD Parak
dipertanyakan, apakah masih mampu memberikan suplai listrik yang sesuai serta menjaga kontinuitas
penyaluran listrik. Karena tidak dapat dipungkiri, bahwa sebuah Pembangkit perlu melewati proses
perawatan atau maintenance, yang mana pada proses ini pembangkit memasuki kondisi non-aktif
sehingga listrik tidak dapat disuplai. Apabila Pembangkit dipaksa untuk berada pada kondisi beban
penuh dalam durasi yang lama, maka efek buruknya yaitu pemendekan usia pembangkit itu sendiri,
yang bisa berakibat terjadinya banyak masalah, banyak maintenance, yang berujung pada
menurunnya keandalan sistem tenaga listrik. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan
mempersiapkan pembangkit tambahan yang mampu melakukan Load Sharing (pembagian beban
listrik) dengan Pembangkit Utama. Pemilihan PLTS sebagai pembangkit pendukung PLTD Parak
merupakan pilihan yang bagus, disamping adanya faktor yang mendukung yaitu potensi energi
matahari di Kepulauan Selayar yang sangat tinggi, serta mengejar taerget bauran EBT di sistem
ketenagalistrikan Sulbagsel (Sulawesi bagian Selatan) sebesar 29,8% dengan total kapasitas sebesar
861,42 MW.
Setelah kita mendapatkan hasil Load Forecasting dari aspek konsumsi listrik penduduk, kita
juga tidak boleh melupakan aspek lain dari fasilitas umum, prasarana industri, dan komersil/usaha.
Tercatat bahwa ada 1 Bandar Udara, 1 Pelabuhan, 1 Rumah Sakit Umum Daerah, 11 Tempat Wisata,
dan 15 tempat tergolong Pabrik-Industri-Perkantoran yang diperkirakan menerima konsumsi listrik
dalam jumlah besar.

Gambar 5. Daftar Tempat Wisata dan Prasarana Ekonomi lainnya

Berdasarkan pemaparan potensi wisata dan hasil bumi tersebut, maka tidak mengherankan
bahwa GDP Kepulauan Selayar meningkat 2 kali lipat dan IPM meningkat 5% dalam 11 tahun terakhir.
Hal ini menandakan lampu hijau bagi investor untuk melakukan investasi dalam bidang pariwisata dan
pengolahan hasil bumi, dan tidak lupa hasil laut karena Kabupaten Selayar dikelilingi oleh laut dan
menjadi tempat transit kapal ferry dan kapal perdagangan. Investasi ini akan mendorong terjadinya
aktivitas sosial, pembangunan dari segi sarana dan prasarana, perkembangan IPTEK dan pertumbuhan
ekonomi, yang tentunya akan bersinggungan dengan pemakaian energi listrik. Sehingga berdasarkan
pemaparan diatas, yaitu dari Load Forecasting Kepulauan Selayar, Potensi Energi Matahari Kepulauan
Selayar, serta Potensi Ekonomi Kepulauan Selayar, maka pembangunan Pembangkit Listrik baru
merupakan hal yang urgen yang perencanaanya harus disusun dengan baik, melihat proyeksi
penggunaan untuk jangka panjang. Serta, pemilihan PLTS sebagai jenis pembangkit listrik yang akan
dibangun merupakan keputusan yang tepat, sesuai dengan potensi yang ada pada Kepulauan Selayar
dan searah dengan visi pemerintah yang menetapkan bauran energi nasional sebesar 23% dari sumber
EBT pada tahun 2025.
4.2 PLTS Parak 1,3MWp
Pada bagian ini, kami meneliti atau melakukan tinjauan terhadap besar kapasitas PLTS Parak
yaitu 1,3MWp. Permasalahan yang timbul adalah tentang ketepatan angka kapasitas yang
direncanakan untuk pembangunan PLTS Parak, karena dikhawatirkan bahwa angka tersebut adalah
angka yang terlalu berlebihan untuk sebuah PLTS yang akan menyediakan listrik bagi sebuah pulau.
Perlu diingat pada pemaparan sebelumnya tentang gambaran umum jual beli, yang mana apabila
kebutuhan akan suatu barang dagang sudah terpenuhi, maka jual beli akan terhenti. Konsekuensinya
adalah produksi barang dagang tersebut harus berhenti, karena jika tidak terhenti, maka pihak
produksi akan mengalami kerugian karena proses produksi tetap berlanjut sementara barang tidak
laku. Begitu juga dalam hal penyediaan energi listrik. Apabila demand lebih sedikit dibanding supplay,
dan opsi berhenti bagi Pembangkit adalah opsi yang berat, maka mau tidak mau pihak penyedia listrik
akan mengalami kerugian.

Gambar 6. Lokasi Pembangunan PLTS Parak yang dekat dengan PLTD Parak

Untuk menjawab masalah ini, mari kita melihat kembali hasil Load Forecasting pada
pemaparan sebelumnya. Berlandaskan pada angka tersebut, malah jawaban yang lebih mendekati
adalah jawaban bahwa ketersediaan energi listrik akan mencapai titik ketidakseimbangan, yang mana
sisi demand akan lebih besar dibanding sisi produksi. Mengingat bahwa PLTS Parak hanya berkapasitas
1,3MWp atau hanya menambah sekitar 1MW suplai daya pendukung untuk PLTD Parak yang
berkapasitas 13MW, maka diharapkan adanya perencanaan Pembangkit yang lebih lanjut pada tahun
berikutnya, penambahan Pembangkit yang diharapkan sesuai antara demand dan supplay.
Lalu, perlu kita ketahui bahwa kapasitas 1,3MWp bagi PLTS Parak adalah nilai yang lebih
rendah dibandingkan dengan PLTS Oelpuah, Kab. Kupang yang berkapasitas 5 MWp yang digunakan
untuk mensuplai kebutuhan listrik di seluruh wilayah Kupang. Padahal Kupang merupakan kota yang
hanya seluas 180,3 km² dengan jumlah penduduk 3 kali lebih banyak daripada jumlah penduduk
Kabupaten Selayar yaitu 434.972 jiwa (2019). Lalu jika dibandingkan dengan PLTS Cirata, Kapasitas
PLTS Parak masih sangat kecil dibandingkan dengan Proyek PLTS Cirata 2021 yang akan berkapasitas
145 MW dan ditargetkan menghasilkan energi sebesar 245jt kWh/tahun (7919 kali lebih besar
dibandingkan hasil estimasi energi PLTS Parak di tahun 2030). Atas dasar poin tersebut, maka jawaban
yang paling mendekati dan disarankan adalah perlunya perencanaan tambahan pembangunan
Pembangkit Listrik di Kepulauan Selayar dengan memperhatikan segala sudut, baik dari jenis
Pembangkit Listrik yang akan didirikan (bertenaga surya atau bertenaga angina tau lainnnya), investasi
proyek PLTS nya, Load Forecastingnya, dan hal-hal teknis lainnya.

4.3 Tinjauan mengenai Sistem Hybrid pada PLTS Parak


Berdasarkan pengertian Sistem Hybrid pada PLTS, bahwa PLTS akan beroperasi menghasilkan
listrik yang mana listrik akan langsung disalurkan ke jaringan listrik, karena instalasi PLTS yang sengaja
dirancang terhubung ke jaringan listrik. Namun, apabila terjadi gangguan pada jaringan listrik
(misalnya pemadaman), maka PLTS akan mengalirkan listrik yang dihasilkan menuju media
penyimpanan berupa baterai. Dengan demikian secara berganti kedua system ini akan saling
membackup ketika terjadi kekurangan daya listrik atau pemadaman. Dalam system ini, Sumber Energi
Utama adalah dari Panel Surya yang dikonversikan dan ditampung ke baterai, dan ketika pemakaian
listriknya melebihi dari kapasitas baterainya, maka secara otomatis listrik dari PLN akan masuk.
Dalam pembahasan PLTS Parak, maka PLTS ini akan bersifat Hybrid dengan PLTD Parak, yang
mana keduanya tersambung dengan jaringan listrik, dan dapat saling melakukan Load Sharing. Maka
terlihat jelas keuntungan sistem ini, dimana PLTD Parak masih menjadi pemikul beban listrik dasar di
Kepulauan Selayar, dan PLTS Parak menjadi pembangkit pendukung. Tak jarang, Sistem Hybrid ini juga
diartikan sebagai penggabungan dua jenis pembangkit, disamping maka utamanya yaitu
penggabungan sifat Off-Grid dan On-Grid PLTS. Contoh lain yang dapat kita temukan adalah Sis Hybrid
antara PLTS dengan PLTB (Angin).
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pemaparan kami memberikan kesimpulan bahwa Perencanaan PLTS Parak di Kec.
Bontomanai, Kab. Selayar, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan dengan kapasitas 1,3MWp ini
merupakan Perencanaan Sistem Tenaga Listrik yang dinilai baik dan terukur dari tinjauan secara garis
besar berdasarkan Load Forecasting, Data-Data terkait Jumlah Penduduk, Jumlah Pelanggan, Rasio
Elektrifikasi, Potensi Energi Matahari daerah setempat, hingga potensi pendukung lainnya seperti dari
aspek perekonomian. Adanya PLTS Parak dengan sistem Hybrid ini diharapkan dapat mendatangkan
manfaat besar untuk lingkungan dan perekomomian masyarakat sekitar sekaligus mendorong para
investor untuk dapat berinvestasi dalam pengembangan pembangkit listrik yang memanfaatkan
energi baru terbarukan. Hadirnya PLTS Hybrid Parak ini turut meningkatkan keandalan pasokan listrik
dan perbaikan tegangan pelayanan pada pelanggan existing yang berada di sekitar lokasi tersebut.
Selain itu, pembangkit ini dapat menjadi pasokan tambahan untuk melayani 27.892 pelanggan di
Kabupaten Selayar.
Pembanguna PLTS di daerah Parak ini merupakan hal yang urgen yang perencanaanya harus
disusun dengan baik, melihat proyeksi penggunaan untuk jangka panjang. Opsi PLTS sebagai jenis
pembangkit listrik yang akan dibangun merupakan keputusan yang tepat, sesuai dengan potensi yang
ada pada Kepulauan Selayar dan searah dengan visi pemerintah yang menetapkan bauran energi
nasional sebesar 23% dari sumber EBT pada tahun 2025.

5.2 Saran
Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah penelitian ini. Kami
berharap kritik dan saran yang membangun, sehingga kami dapat melakukan perbaikan dan dapat
menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
https://industri.kontan.co.id/news/bakrie-power-dan-pln-teken-kerjasama-proyek-plts-hybrid-di-
selayar
https://money.kompas.com/read/2021/06/25/220000326/gandeng-pln-bakrie-power-bangun-plts-
hybrid-di-sulsel
https://money.kompas.com/read/2021/08/04/074029026/plts-terapung-terbesar-di-asia-tenggara-
siap-dibangun-di-waduk-cirata
https://sulawesi.bisnis.com/read/20210505/539/1390600/pln-bangun-plts-hibrida-di-selayar-sulsel
https://regional.kontan.co.id/news/pln-bangun-plts-hybrid-senilai-rp-39-miliar-di-selayar-sulawesi-
selatan
https://media.neliti.com/media/publications/100644-ID-analisis-regresi-linier-piecewise-dua-se.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/192340-ID-none.pdf
http://repository.upi.edu/322/4/S_TE_0805351_CHAPTER1.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kepulauan_Selayar
https://kepulauanselayarkab.go.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_surya
https://www.wedosolarindonesia.com/produk/rooftop-solar-system/hybrid-solar-home-system/
https://selayarkab.bps.go.id/statictable.html
https://sulsel.bps.go.id/indicator/7/624/2/jumlah-pelanggan-listrik.html
https://selayarkab.bps.go.id/indicator/7/101/1/rasio-elektrifikasi-pln-di-kabupaten-kepulauan-
selayar.html
https://selayarkab.bps.go.id/
https://globalsolaratlas.info/map
https://www.google.com/maps/
https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/K7-12-4a1d936093ae4b0bddbed5085f74da20.pdf
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210803183420-4-265864/plts-terapung-cirata-rp-21-t-
bakal-serap-produk-lokal-40
https://money.kompas.com/read/2021/08/04/074029026/plts-terapung-terbesar-di-asia-tenggara-
siap-dibangun-di-waduk-cirata

Anda mungkin juga menyukai