Anda di halaman 1dari 10

Bahaya yang Ditimbulkan Akibat Pemanfaatan Sarana

dan Prasarana Rumah Sakit

I. PENDAHULUAN

Gambaran Umum.
Lingkungan kerja dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan. Untuk itu,
kecelakaan di lingkungan kerja harus ditekan sekecil mungkin. Kecelakaan yang
terjadi di lingkungan kerja dapat mengakibatkan cacat permanen, dan yang lebih
tragis mengakibatkan kematian.

Pengertian kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diketahui dan tidak
diduga, mengganggu aktivitas yang telah ditentukan, dan dapat mengakibatkan
kerugian, baik korban manusia maupun materi. Pada dasarnya, tidak seorang pun
yang menginginkan kecelakaan. Karena itu, dapat dikatakan bahwa keselamatan
kerja bersifat universal dan merupakan naluri setiap orang. Semua kecelakaan
kerja, baik langsung maupun tidak langsung, dianggap berasal dari kegagalan
manusia. Mengingat manusia bukan mesin maka tindakan manusia tidak
sepenuhnya dapat diramalkan, sehingga dalam melakukan kegiatan kadang–
kadang terjadi kesalahan.

Kesalahan dimaksudkan dapat terjadi pada saat perencanaan, pengadaan maupun


pemasangan peralatan, pemeliharaan, serta pemberian instruksi pemakaian. Begitu
pula dengan kegiatan di rumah sakit. Kecelakaan yang ditimbulkan akan berakibat
fatal apabila tidak mengetahui dan menjalankan prosedur pemakaian secara baik
dan benar, baik pada jiwa operator maupun pasien. Berbagai bahaya yang dapat
ditimbulkan dari peralatan kesehatan di rumah sakit antara lain bahaya fisika, zat
kimia, ergonomi, kebakaran, dan pengelolaan boiler atau ketel uap.

1
II. Tujuan.

Umum :
Untuk mengetahui cara penanganan sampah yang menjadi kendala dalam
setiap aktivitas manusia dan dapat menimbulkan penyakit pada masyarakat
pada umumnya.

Khusus :
 Untuk menghindari pencemaran yang diakibatkan oleh limbah sisa
aktivitas rumah sakit terhadap lingkungan sekitarnya.
 Agar karyawan rumah sakit dapat mengetahui permasalahan yang
diakibatkan oleh limbah sisa aktivitas rumah sakit.
 Karyawan mampu menangani limbah sisa aktivitas rumah sakit agar tidak
mengganggu aktivitas di rumah sakit.

2
III. Identifikasi masalah.

Bahaya Akibat Faktor Fisika


Faktor fisika di rumah sakit terdiri dari berbagai kegiatan, antara lain kebisingan,
panas, getaran, cahaya, radiasi, dan listrik.
a. Kebisingan
Bising secara umum diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan karena
mengganggu kenyamanan. Beberapa sumber kebisingan di rumah sakit
antara lain ruang generator, ruang AHU (air handling unit), jet pump,
mesin cuci pakaian, bengkel, mesin potong rumput, dan lain-lain.
Dampak kebisingan bersifat :
o Auditorial atau accupational hearing loss, yaitu trauma akustik dan
noice induce hearing loss. Ini disebabkan tingkat kebisingan yang
diterima melampaui batas kemampuan fisiologis struktur alat
pendengaran (140 db).
o Nonauditorial, dampak yang diterima antara lain mengganggu
komunikasi, gangguan tidur, serta gangguan perilaku yang ditandai
dengan sakit kepala, mual, dan berdebar.

b. Pencahayaan
Cahaya merupakan sumber yang memancarkan energi. Sebagian dari
energi diubah menjadi cahaya tampak. Penyebaran cahaya dari sumber
cahaya tergantung pada konstruksi kulit pelindung yang digunakan.
Dampak dari pajanan yang berlebih antara lain mengeluh kelelahan mata
(iritasi/conjunctivitis), penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman
penglihatan terganggu, serta akomodasi dan konvergensi menurun.

3
c. Panas
Secara umum, panas dirasakan apabila suhu melebihi suhu nyaman. Suhu
panas dibagi menjadi dua, yaitu panas kering (misalnya mesin logam
panas, gardu listrik) dan panas lembab (misalnya kamar cuci pakaian,
dapur, kamar boiler).
Efek panas terhadap kesehatan yang ringan adalah:
o Heat syncope, yaitu pingsan karena panas.
o Heat disorder, adalah kumpulan gejala yang berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan pada
tubuh, sehingga akan terjadi: heat stress (tidak nyaman karena
panas), tekanan darah turun, dehidrasi, pusing, dan mual; heat
cramps, yaitu spasma otot yang disebabkan cairan dan elektrolit
dalam tubuh yang rendah masuk ke dalam otot akibat banyaknya
cairan tubuh yang keluar melalui keringat; heat stroke, yaitu akibat
adanya kegagalan dalam tubuh mengatur pengeluaran keringat.

d. Getaran
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek
dengan getaran osilasi, misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang
bergetar dan memajani pekerja melalui transmisi. Adapun besar getaran
yang memajan tubuh ditentukan oleh:
o Sifat getaran, yaitu frekuensi, intensitas/amplitudo, dan durasi dari
vibrasi.
o Mekanika input independen, yaitu tahanan yang diberikan oleh
struktur tubuh terhadap getaran.
Penyakit yang ditimbulkan akibat getaran dari ringan sampai berat antara
lain:
o Sistem peredaran darah, misalnya kesemutan pada jaringan tangan
dan kadang-kadang ujung jari memucat yang disertai rasa nyeri.
o Sistem tulang, sendi, dan otot. Gangguan ostevartikular terutama
pada tulang-tulang karpal (tulang lunair dan navicula), sendi siku.

4
o Sistem syaraf, yaitu kelainan syaraf sensoris yang menimbulkan
paraestesia / kesemutan, menurunnya sensitivitas, gangguan
membedakan (deterionity), selanjutnya atrofi.

e. Bahaya listrik
Pemanfaatan aliran listrik di rumah sakit sebagai penerangan, pemanfaatan
peralatan medik dan nonmedik, yang juga secara langsung dimanfaatkan
oleh petugas rumah sakit maupun pasien, dapat menimbulkan bahaya
apabila alur penggunaannya tidak tepat dan terkontrol.
Ada 2 jenis bahaya listrik bagi manusia:
o Bahaya makroshok, yaitu adanya arus listrik yang dalam jumlah
relatif besar mengalir melalui jaringan tubuh manusia. Akibatnya
akan terjadi terkejut, rasa lelah, gangguan pernapasan, atau
febrilasi ventrikular pada jantung dan luka bakar.
o Bahaya mikroshok, yaitu bahaya yang diakibatkan mengalirnya
sejumlah kecil arus listrik yang melalui jantung secara internal,
yang akan menimbulkan febrilasi ventrikular pada jantung. Karena
arus yang mengalir kecil maka hampir tidak terasakan oleh tubuh
kita.
Pengendalian terhadap bahaya arus listrik yang disebabkan oleh peralatan
kesehatan antara lain: pemasangan grounding (pembumian) sesuai dengan
ketentuan; pengukuran jaringan /instalasi listrik; pengukuran arus bocor;
pemasangan alat pengaman; dan pemasangan tanda bahaya/indikator.

5
IV. Alternatif Solusi / Pemecahan Masalah.
Cara pencegahan dan penanganan Sampah rumah sakit antara lain:
 Sampah rumah sakit perlu dipisahkan
 Sampah rumah sakit harus dibakar di dalam sebuah insinerator milik
rumah sakit
 Sampah rumah sakit ditampung di sebuah kontainer dan selanjutnya
dibakar di tempat pembakaran sampah.
 Sampah biomedis disterilisasi terlebih dahulu sebelum dibuang ke
landfill
Pengendalian terhadap bahaya radiasi untuk petugas dan penderita:
o Pengendalian radiasi pada petugas dilakukan dengan melengkapi
pakaian kerja atau perlindungan dari radiasi dengan kacamata timah
untuk melindungi mata dari penyakit katarak. Baju apron digunakan
untuk melindungi organ reproduksi dan pelindung leher dari apron
untuk menghindari tiroid.
o Perlindungan radiasi pada penderita dilakukan dengan pembatasan
lebar berkas dan sudut hamburan serta pemilihan tegangan tabung.

6
V. Kesimpulan.

Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang
dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah - sampah tersebut tidak sesuai
diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah
pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus
dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya.

Demikian telah diuraikan beberapa bahaya akibat pemanfaatan sarana dan


prasarana di rumah sakit. Dalam tulisan ini hanya dituliskan beberapa bahaya.
Namun, sebetulnya masih terdapat bahaya-bahaya lain yang perlu diperhatikan,
yaitu bahaya akibat pemeliharaan atau perbaikan peralatan medis. Untuk
mencegah agar bahaya tersebut tidak berakibat fatal terhadap pekerja maka
selayaknya pekerja yang bekerja di sumber-sumber bahaya dilengkapi dengan
peralatan- peralatan untuk mencegahnya dan diberikan pendidikan/latihan-latihan
sehubungan dengan pekerjaannya. Selain itu, perlu disediakan petunjuk
operasional.

7
VI. Saran dan Rekomendasi.

Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang
dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah - sampah tersebut tidak sesuai
diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah
pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus
dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya.

Masalah lingkungan terutama dalam pengelolaan limbah telah menjadi perhatian


dunia International, karena faktor kesehatan lingkungan diperkirakan mempunyai
andil yang cukup bermakna dalam timbulnya kejadian infeksi silang / nosokomial.

Depkes yang secara teknis memiliki kewenangan dalam penatapan standar-standar


pelayanan kesehatan telah mengeluarkan berbagai ketentuan tentang penanganan
limbah, terutama melalui Kepmenkes No. 876/2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan serta Permenkes No. 986/1992 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan.

Limbah medis sebagaimana limbah lainnya berkaitan dengan masalah lingkungan.


Karena itu dalam penanganan limbah medis ini dilakukan bersama dengan
Kementerian Lingkungan Hidup yang memiliki otoritas dalam penerbitan produk
hukum di bidang lingkungan hidup. Koordinasi juga dilakukan dengan Badan
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) yang memiliki otoritas dalam
pengembangan teknologi tepat guna dalam pembuangan limbah medis. Selain itu,
Depkes juga mengajak BKKBN yang dalam pelayanannya juga menghasilkan
limbah medis tajam.

8
VII. Tinjauan Pustaka.

Tandjung, Dr. M.Sc., Penanganan limbah rumah sakit. Jakarta1982.

Radyastuti, W. Prof. Ir, Limbah Biomedis dan Dampak Yang ditimbulkannya.


Jakarta 1996.

Environmental Pollution. Prentice Hall, Inc., New Jersey. Fardiaz, S. 1992.

Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius Giddings, J.S. 1973.

Chemistry, Man and Environmental at hospital Change. Canfield Press, New York

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat,Pedoman teknis Upaya Kesehatan Kerja


di Rumah sakit,1996,Jakarta. DepKes RI

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dan PPM & PLP,1995,Jakarta,Pedoman


Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, DepKes RI

Peraturan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan DirJen PPM & PLP tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit , 1995, Jakarta. DepKes RI

Kata Pengantar

9
Alhamdulillah, teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
”Bahaya yang Ditimbulkan Akibat Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit”.

Makalah ini disusun guna memenuhi sebagian tugas dari mata kuliah Hygiene
Lingkungan Kerja yang diasuh oleh Bapak Hamidi, SKM, M.Kes pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat UNISKA Banjarmasin.

Selesainya penyusunan makalah ini sebagai upaya yang telah dilakukan secara
maksimal oleh penulis, juga tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai
pihak, untuk itulah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat :

1. Bapak Hamidi, SKM, M.Kes selaku dosen pengampu


yang telah memberikan arahan dan bimbingannya serta pengertian, dan
kebijaksanaan nya selama penulisan makalah ini.
2. Teman-teman dan sahabat atas semua bantuan, dukungan
dan persahabatan selama ini.
3. Semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah
ini.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, 14 Juli 2006

Penulis

10i

Anda mungkin juga menyukai