Ped Tata Kurang Protein Rs Kab Kodya 1
Ped Tata Kurang Protein Rs Kab Kodya 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap
masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein
(KEP) yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Pada Repelita VI,
pemerintah bersama masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40%
menjadi 30%. Namun saat ini Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang
berdampak juga pada peningkatan jumlah penderita KEP, sehingga target
tersebut mungkin tidak akan tercapai, sebaliknya prevalensi KEP justru akan
meningkat. Hal ini ditandai dengan ditemukannya penderita gizi buruk yang
selama 10 tahun terakhir sudah jarang ditemui.
Agar upaya penanggulangan gizi buruk lebih efektif diperlukan peran rumah sakit
yang lebih proaktif dalam membina puskesmas. Peran proaktif yang diharapkan
adalah menfasilitasi pelayanan rujukan meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan
sarana. Untuk mencapai pelayanan yang optimal diperlukan adanya buku pedoman
sebagai acuan.
1. Pengertian
1
b. Klasifikasi KEP
b.1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku
median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS;
b.2. KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau
BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS;
b.3. KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS
dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS.
CATATAN:
KEP berat/Gizi buruk secara klinis terdapat dalam 3 (tiga) tipe yaitu,
Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmik-Kwashiorkor;
Tanpa melihat Berat Badan bila disertai edema yang bukan karena
penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe Kwashiorkor;
KEP nyata adalah istilah yang digunakan di lapangan, yang meliputi KEP
sedang dan KEP berat/Gizi buruk dan pada KMS berada di bawah garis
merah (tidak ada garis pemisah antara KEP sedang dan KEP berat/Gizi
buruk pada KMS);
KEP total adalah jumlah KEP ringan, KEP sedang, dan KEP berat/Gizi buruk
(BB/U <80% baku median WHO-NCHS).
a. Kwashiorkor
2
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis)
- Sering disertai: - penyakit infeksi, umumnya akut
- anemia
- diare.
b. Marasmus:
c. Marasmik-Kwashiorkor:
3. Defisiensi nutrien mikro yang sering menyertai KEP berat/ Gizi buruk
Pada setiap penderita KEP berat/Gizi buruk, selalu periksa adanya gejala
defisiensi nutrien mikro yang sering menyertai seperti:
- Xerophthalmia (defisiensi vitamin A)
- Anemia (defisiensi Fe, Cu, vitamin B12, asam folat)
- Stomatitis (vitamin B, C).
3
BAB II
MEKANISME PELAYANAN GIZI BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK
A. PELAYANAN GIZI
Pelayanan Gizi pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk di rumah sakit meliputi
pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan rujukan.
Pada dasarnya setiap anak yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan
pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) untuk menentukan status
gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan bila perlu pemeriksaan
laboratorium. Penentuan status gizi ini diperkuat dengan menanyakan riwayat
makan.
Dari hasil penentuan status gizi maka direncanakan tindakan sebagai berikut:
1. KEP ringan
2. KEP sedang
4
b. Penderita rawat inap: diberikan makanan tinggi energi dan protein,
secara bertahap sampai dengan energi 20-50% di atas kebutuhan yang
dianjurkan (Angka Kecukupan Gizi/AKG) dan diet sesuai dengan
penyakitnya, berat badan dipantau setiap hari, selain itu diberi vitamin
dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari penyakitnya, tapi
masih menderita KEP ringan atau sedang, rujuk ke puskesmas untuk
penanganan masalah gizinya.
Bilamana ditemukan anak dengan KEP berat/Gizi buruk harus dirawat inap,
dilaksanakan sesuai dengan pedoman ini, selanjutnya lihat BAB III dan BAB
IV.
Untuk memantau dampak krisis pangan khususnya pada anak, agar dapat segera
ditanggulangi, maka diperlukan data surveilans anak dengan KEP berat baik dari
lapangan, posyandu, puskesmas maupun rumah sakit.
Oleh karena itu, bagian anak di rumah sakit agar melaporkan segera jumlah
penderita balita dengan KEP berat:
24 jam ke Dinkes Kab/Kota Laporan wabah 1 (lampiran 2a)
Mingguan ke “Crisis center” Laporan wabah 2 (lampiran 2b)
(contoh lampiran laporan yang biasa dipakai/baku).
5
C. ALUR PELAYANAN BALITA KEP DI RUMAH SAKIT
ANAK
Rujukan
Datang sendriri
Poli Anak
Poli Gawat Darurat
Pulang
PUSKESMAS
POSYANDU
RUMAH TANGGA
6
D. PROSEDUR KERJA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK
d. Anamnesis riwayat
gizi
2. Intervensi
a. Klinis Mengatasi: Dokter + perawat Dokter
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Infeksi
b. Diet Menentukan Dokter + Dokter +
preskripsi diet Dietesien/perawat Dietesien/perawat
Menerjemahkan
preskripsi diet
kedalam jenis dan
jumlah bahan
makanan
Pemantauan
Konsumsi makanan
Pemantauan Status
gizi
Penyuluhan gizi
Pemberian diet
Persiapan pulang
Penyuluhan gizi utk
di rumah
Memberikan
rujukan ke
puskesmas
3. Pelaporan Perkembangan: Dokter/Dietisien/ Dokter/Dietisien/
7
Pemeriksan fisik, Perawat Kepala ruangan
laboratorium,
antropometri dan
asupan makanan
BAB III
TATA LAKSANA RAWAT INAP KEP BERAT/GIZI BURUK
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah Sakit terdapat
5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan:
A. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama)
B. Pengobatan penyakit penyerta
C. Kegagalan pengobatan
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
E. Tindakan pada kegawatan.
8
Dalam proses pengobatan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase.
Tata laksana ini digunakan pada semua penderita KEP Berat/Gizi Buruk
(Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor).
Ke-10 langkah tersebut akan dijelaskan secara rinci pada bab IV.
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu:
1. Defisiensi vitamin A
9
Bila terdapat tanda defisiensi vitamin A pada mata, beri anak vitamin A
secara oral pada hari ke-1, 2 dan 14 atau sebelum pulang dan bila terjadi
perburukan keadaan klinis dengan dosis:
umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
umur 6-12 bulan : 100.000 SI/kali
umur 0-5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulserasi pada mata, beri tambahan perawatan lokal untuk mencegah
prolaps lensa :
beri tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
teteskan tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari
tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali.
2. Dermatosis
hipo/hiperpigmentasi
deskwamasi (kulit mengelupas)
lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi
sekunder, antara lain oleh Candida.
Tata laksana :
kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat)
1% selama 10 menit
beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
usahakan agar daerah perineum tetap kering.
Umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat anti
helmintik lain.
4. Diare melanjut
10
Diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan sendirinya
pada pemberian makanan secara berhati-hati
Intoleransi laktosa tidak jarang sebagai penyebab diare. Diobati hanya bila
diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas / rendah laktosa.
Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari
melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.
Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
C. KEGAGALAN PENGOBATAN
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan:
11
Kemungkinan penyebab kenaikan BB <50 gram/kgBB/minggu antara lain:
Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila gejala klinis sudah
menghilang, berat badan/umur mencapai minimal 70% atau berat badan/tinggi
badan mencapai minimal 80%.
Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, dirumah harus diberi
makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6
gram/kgBB/hari):
beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein) dengan porsi paling sedikit 5
kali sehari
beri makanan selingan diantara makanan utama
upayakan makanan selalu dihabiskan
beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
teruskan ASI.
1. Syok (renjatan):
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaC1 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam 1 jam pertama.
12
Evaluasi setelah 1 jam :
- Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekwensi nadi dan pernafasan)
dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian
cairan seperti diatas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan
dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus
(F-75/pengganti).
- Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal
ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
2. Anemia berat
Transfusi darah:
- berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ‘ packed red cells’ untuk transfusi
dengan jumlah yang sama.
- beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v. pada saat transfusi dimulai.
13
BAB IV
SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA
TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK
Pemantauan :
- Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah
dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam.
- Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit
- Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml (bolus)
larutan glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap 30 menit
sampai stabil.
- Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36C dan/atau kesadaran
menurun.
Pencegahan :
- Mulai segera pemberian makan setiap 2 jam (langkah 6), sesudah dehidrasi yang
ada dikoreksi.
- Selalu memberikan makanan sepanjang malam.
14
Catatan :
Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP
berat/gizi buruk menderita hipoglikemia dan atasi segera dengan ditatalaksana
seperti tersebut di atas.
Pemantauan:
- Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5C, bila memakai
pemanas ukur setiap 30 menit
- Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hari
- Raba suhu anak
- Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.
Pencegahan:
- Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6).
- Sepanjang malam selalu beri makan
- Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas tempat tidur)
- Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu
lama).
15
LANGKAH KE-3: PENGOBATAN/PENCEGAHAN DEHIDRASI
Jangan menggunakan “jalur intravena / i.v.” untuk rehidrasi kecuali pada keadaan
syok/renjatan. Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-
lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. (Lihat penanganan kegawatan).
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium dan kurang
kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai pengganti,
berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal (Rehydration Solution for
Malnutrition atau penggantinya, lihat lampiran 6).
Tidaklah mudah untuk memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat/gizi buruk
dengan menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP
berat/gizi buruk dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi:
- Selanjutnya beri 5–10 ml/kg/jam untuk 4–10 jam berikutnya; jumlah tepat yang
harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan banyaknya
kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
- Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus
sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan anak mulai
kencing.
Pemantauan
Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam selama 2 jam
pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya.dengan memantau:
- denyut nadi
- pernafasan
- frekwensi kencing
- frekwensi diare/muntah.
16
Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang
berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah
berlangsung, tetapi pada KEP berat/gizi buruk perubahan ini seringkali tidak
terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi yang cepat
dan menetap selama rehidrasi menunjukkan adanya infeksi atau kelebihan cairan.
Tanda kelebihan cairan: frekwensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan
pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan
segera pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam.
Pencegahan:
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling
sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan.
Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati
edema dengan pemberian diuretikum)
Berikan :
17
dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg. (Lihat lampiran 6 untuk cara pembuatan
larutan).
LANGKAH KE-5: PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI
Pada KEP berat/gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak.
Karenanya pada semua KEP berat/gizi buruk beri secara rutin :
- Antibiotik spektrum luas
- Vaksinasi Campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah diimunisasi (tunda
bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik.
Catatan:
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7.5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari)
sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan
mucosa usus dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat
pertumbuhan bakteri anaerobik dalam usus halus.
Atau
Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia: hipotermia,
infeksi kulit, saluran nafas atau saluran kencing), beri :
Ampisilin 50 mg/kgBB/i.m./i.v. – setiap 6 jam selama 2 hari, dilanjutkan dengan
Amoksisilin secara oral 15 mg/KgBB setiap 8 jam selama 5 hari. Bila amoksisilin
tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral.
Dan
Gentamicin 7.5 mg /Kg/BB/i.m./i.v. sekali sehari, selama 7 hari.
Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25
mg/kg/BB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hari.
Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang
sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria positif.
18
Bila anoreksia menetap setelah 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian
hingga 10 hari.
Bila masih tetap ada, nilai kembali kadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi
infeksi, kemungkinan adanya organisme yang resisten serta apakah vitamin dan
mineral telah diberikan dengan benar.
Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-nati karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme
basal.
Formula khusus seperti F-WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan
harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas: (lihat
tabel 2 halaman 24). Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah,
berikan dengan sendok / pipet.
Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema, jadwal pemberian makanan
pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap
tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai dari 80 Kkal/kg BB/hari, berikan sisa
formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih 100 Kkal/kgBB/hari
pada fase stabilisasi ini.
19
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- BB (harian).
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik, tetapi
pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan dengan
menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah berhati-hati,
lihat bab diare persisten.
Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula
khusus awal ke formula khusus lanjutan :
- Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
- Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari).
frekwensi nafas
frekwensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
20
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:
Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia
biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi tunggu
sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah minggu ke-
2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya.
- Suplementasi multivitamin
- Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)
- Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
- Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari
- Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10 mg/kgBB/hari
- Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000
SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat
21
suplementasi vit.A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda/gejala defisiensi vit.A,
berikan vitamin dosis terapi.
- Kasih sayang
- Lingkungan yang ceria
- Terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb).
Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat
dikatakan anak sembuh.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah penderita dipulangkan.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
- terapi bermain terstruktur.
Sarankan:
22
23
BAB V
TATA LAKSANA DIET PADA BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK
Tata laksana diet pada Balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan
makanan tinggi energi, tinggi protein dan cukup vitamin mineral secara bertahap,
guna mencapai status gizi optimal.
Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu pemberian diet, pemantauan
dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
A. PEMBERIAN DIET
Pemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan periode
rehabilitasi.
2. Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari.
3. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.
4. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau
pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai berikut:
24
Tabel 1 :
FASE
ZAT GIZI STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
25
Tabel 2
JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN
26
Tabel 3
FORMULA WHO
27
Tabel 4
MODIFIKASI FORMULA WHO
*) M : Modisco
28
Keterangan :
CARA MEMBUAT
29
Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung
dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber
buah-buahan antara lain sari buah tomat (400cc)/jeruk (500cc)/pisang (250
gr) /alpukat (175 gr)/melon (400 gr).
1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya
(asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis).
2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.
3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan
bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula
rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa,
formula tempe yang ditambah tepung-tepungan.
4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam
D. TINDAK LANJUT
1. Merujuk ke Puskesmas.
2. Merencanakan pemberdayaan keluarga.
30
Daftar Pustaka
7. Departemen Keseharan RI, Petunjuk Teknis Bagi Bidan Desa Program Jaring
Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK).
31
Lampiran 1
SISTEM PELAYANAN GIZI
RS
BB N
Naik
N
S
D
KMS K
UMPAN BALIK
KELUARGA
u
BGM + Tanda-tanda
GIZI BURUK
KEP
RINGAN
Pusat Pemulihan
Gizi
(PPG)
BGM +
KEP RINGAN PENYAKIT
POZI
SEMBUH Puskesmas
PERLU PMT
SEMBUH GIZI
BURUK
32
Puskesmas
Lampiran 2a Pr ) *)
W1 Ka )
Pr )
Desa/Kelurahan *)
Di Kecamatan ……….. …………………………………………………………………….
Dati II
Kecamatan *) ………..…………………………………………………………………….
Dati II
Dengan gejala-gejala :
33
SIFAT : RAHASIA
LAPORAN RINCIAN
Lampiran W 1
3. Jenis Kelamin :
4. Kebangsaan :
5. Nomor paspor/KTP :
6. Pekerjaan :
7. Alamat :
a. di Indonesia :
b. di negara asal :
8. Tanggal ditemukan :
: ………………………………………………………………………
……………………………… 19 ….
Kepala ………………………………..
( ……………………………… )
TEMBUSAN KEPADA YTH. :
1. Kakandepkes/Kadinkes Dati II
2. Kakanwil/Kadinkes Dati I.
34
Lampiran 2b
No. ………….. W 2
Kepada Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Dati II : ………………………………
Rabies
DHF
AF P
Diare
Kolrela
Tet. noe
**)
ke **)Minggu
Pertusis
Campak
Polio/AFP
Difteri
Kode Desa
Nama
Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
35
Lampiran 3
Alamat:
Pendidikan ayah/ibu:
Pekerjaan ayah/ibu:
36
Lampiran 4
CATATAN POLA MAKAN
37
Lampiran 5
Contoh Menu
1. Anak dengan (BB <7 kg)
a. Makanan lumat:
Cara membuat:
1. Daging ayam direbus sampai empuk, lalu dipotong kecil-kecil.
2. Daging ayam kuahnya sebanyak 200 cc diblender bersama minyak kelapa dan minyak
jagung/sayur sampai tercampur rata.
3. Campuran tersebut dibuat bubur bersama tepung beras dan tepung maizena sampai masak.
4. Tambahkan garam dan daun seldri, kemudian angkat dari api.
5. Untuk menambah warna, daun seldri bisa diblender bersama ayam.
38
Nilai Gizi:
Energi = 277 Kkal
Protein = 10,2 g
Lemak = 14,5 g
Karbohidrat = 25 g
39
Lampiran 6
Air 2 liter
Bubuk WHO-ORH untuk 1 liter(*) 1 pak
Gula Pasir 50 gram
Larutan elektrolit/mineral (**) 40 cc
Setiap 1 liter cairan ReSoMal ini mengandung 45 mEq Na, 40 mEq K dan 1,5 mEq Mg
(*) : Bubuk WHO ORS untuk 1 liter mengandung 3,5 g NaCL, 2,9 g trisodium
citrat dihidrat, 1,5 g KCL dan 20 g glukosa
(**) : Larutan elektrolit mineral terdiri atas :
KCL 224 gr
Tripotassium citrat 81 gr
MgCL2.6H2O 76 gr
Zn asetat 2H2O 8,2 gr
CuSO4.5 H2O 1,4 gr
Air sampai larutan menjadi 2500 ml
Bila tidak memungkinkan untuk membuat larutan elektrolit/mineral seperti di atas, sebagai
alternatif atau pengganti ReSoMal dapat dibuat larutan sebagai berikut:
Air 2 liter
Bubuk WHO-ORS untuk 1 liter (*) 1 pak
Gula pasir 50 gr
Bubuk KCL 4 gr
Atau bila sudah ada WHO-ORS yang siap pakai (sudah dilarutkan), dapat dibuat larutan
pengganti sebagai berikut:
Larutan WHO-ORS 1 liter
Air 1 liter
Gula pasir 50 gr
Bubuk KCL 4 gr
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka berikan makanan
yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 50% secara
intramuscular 1 X dengan dosis 0.3 ml/Kg BB dengan maksimum 2 ml.
40
Lampiran 7
Contoh Formula Untuk KEP Berat/Gizi buruk
41
Lampiran 8
42
BAHAN MAKANAN YANG DIBERIKAN SEHARI
Bahan 1100 Kkal 1300 Kkal 1500 Kkal 1700 Kkal 1900 Kkal 2100 Kkal
Makanan Urt g urt g urt g urt g urt g urt g
Nasi 1½ Gls 200 1¾ gls 250 2¼ Gls 300 21/3 gls 350 3 Gls 400 31/3 gls 450
Biskuit 1 Bh 10 2 Bh 20 2 Bh 20 2 bh 20 2 Bh 20 2 Bh 20
Maizena 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10 3 Sdm 15 3 Sdm 15 3 Sdm 15
Telur ½ Btr 25 ½ Btr 25 1 btr 50 1 Btr 50 1 btr 50 1 btr 50
Daging (sdg) 1 Ptg 50 1 Ptg 50 1 Ptg 50 1½ Ptg 75 2 Ptg 100 2 Ptg 100
Tempe (sdg) 1 Ptg 25 2 Ptg 50 2 Ptg 50 2 Ptg 50 2 Ptg 50 3 Ptg 75
Kacang hijau - - - - 2½ sdm 15 2 Sdm 20 2 20 2½ 25
Sayuran 1 Gls 100 1 Gls 100 1 Gls 100 1 Gls 100 1 Gls 100 1½ Gls 150
Pisang 2 Bh 100 2 Bh 100 2 Bh 100 3 Bh 150 3 Bh 150 3 Bh 150
Minyak ½ Sdm 15 2 Sdm 20 2 Sdm 20 2 Sdm 20 2½ Sdm 25 2½ Sdm 25
Gula pasir 3 Sdm 30 3 Sdm 30 3 Sdm 30 3 Sdm 30 3 Sdm 30 3 Sdm 30
Susu bubuk 6 Sdm 30 6 Sdm 30 6 Sdm 30 6 Sdm 30 6 Sdm 30 6 Sdm 30
Nilai Gizi
Energi (Kkal) 1155 1370 1555 1780 1970 2130
Protein (g) 37 44 52 60 67 76
Lemak (g) 37 45 48 52 60 62
Hidrat Arang (g) 170 202 230 269 289 319
Kalsium (g) 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7
Besi (g) 9 12 13 14 15 19
Vitamin A (SI) 7389 7402 7651 7739 7746 11026
Vitamin B1 (mg) 0,5 0,6 0,8 0,8 1,0 1,1
Vitamin C (mg) 41 41 42 43 43 62
43
PEMBAGIAN MAKANAN SEHARI
Bahan 1100 Kkal 1300 Kkal 1500 Kkal 1700 Kkal 1900 Kkal 2100 Kkal
Makanan Urt g urt g urt g urt g urt g urt g
PAGI
1/3 3/4 3/4 3/4
Nasi Gls 50 1 Gls 150 Gls 100 Gls 100 Gls 100 1 Gls 150
Telur ½ Btr 25 1 Btr 50 1 Btr 50 1 Btr 50 1 Btr 50 1 Btr 50
¼ ¼ 1/4 1/4 1/4 ¼
Sayuran Gls 25 Gls 25 Gls 25 Gls 25 Gls 25 Gls 25
Minyak ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5
Susu bubuk 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10
Gula pasir ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5
PUKUL 10.00
Kacang hijau - 2½ Sdm 25 1½ Sdm 15 2 Sdm 20 2 Sdm 20 2½ Sdm 25
Gula pasir 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10
Pisang 1 bh 1 1 Bh 50 1 Bh 50 1 Bh 50 1 Bh 50 1 Bh 50
SIANG
2/3
Nasi ½ Gls 75 1½ Gls 200 Gls 100 1 Gls 150 1 Gls 150 1 Gls 150
Daging (sdg) ½ Ptg 25 1½ Ptg 75 ½ Ptg 25 1 Ptg 50 1 Ptg 50 1 Ptg 50
1 1 1
Tempe (sdg) 1 Ptg 25 2 Ptg 50 1 Ptg 25 Ptg 25 Ptg 25 Ptg 25
Sayuran ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50
Minyak 1 Sdm 5 1½ Sdm 5 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10
Pisang 1 bh 50 1 bh 50 1 Bh 50 1 bh 50 1 bh 50 1 Bh 50
PUKUL 16.00
Kacang hijau 2 Sdm 10 3 Sdm 15 2 Sdm 10 3 Sdm 15 3 Sdm 15 3 Sdm 15
Gula pasir 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10
Pisang 2 bh 10 2 Bh 10 2 Bh 10 2 Bh 10 2 Bh 10 2 Bh 10
MALAM
2/3
Nasi ½ Gls 75 1½ Gls 200 Gls 100 1 Gls 150 1 Gls 150 1 Gls 150
Daging (sdg) ½ Ptg 25 1½ Ptg 75 ½ Ptg 25 1 Ptg 50 1 Ptg 50 1 Ptg 50
1 1 1
Tempe (sdg) - - - Ptg 25 Ptg 25 Ptg 25
¼ 1/4
Sayuran Gls 50 Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50
Minyak ½ Sdm 5 1½ Sdm 5 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10
Pisang - - - 1 bh 50 1 bh 50 1 bh 50
PUKUL 21.00
Biskuit 1 Bj 10 2 bj 20 2 Bj 20 2 bj 20 2 bj 20 2 bj 20
Gula ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5
Susu bubuk 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 50 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10
44
Lampiran 4
MASALAH/DIAGNOSA
1.
2.
CATATAN PEMBERIAN DIET & GIZI SELAMA PEMBERIAN (Diisi setiap hari)
CATATAN PEMBERIAN NUTRISI Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7
Formula (sebutkan jenis & frekwensi)
Asupan formula (sebutkan cc/hari)
Makanan (diet & frekwensi)
Asupan makanan (sebutkan %)
Keluhan : muntah, diare, menolak
Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10 Hari ke-11 Hari ke-12 Hari ke-13 Hari ke-14
45
46
Lampiran 11
JUMLAH FORMULA F-75 YANG DIBERIKAN SETIAP KALI MAKAN
(untuk mencapai total 100 Kkal/kg/hari)
47
7.2 80 120 160
7.4 80 120 160
7.6 85 125 165
7.8 85 130 170
8.0 90 130 175
8.2 90 135 180
8.4 90 140 185
8.6 95 140 190
8.8 95 145 195
9.0 100 145 200
9.2 100 150 200
9.4 105 155 205
9.6 105 155 210
9.8 110 160 215
10.0 110 160 220
Lampiran 12
Penasehat :
Dr. Dini K. Latief, M.Sc Kepala Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Dr. Muharso, MPH Kepala Pusat Data Kesehatan
Dr. Bambang Guntur Hamurwoto Kepala Direktorat RS Umum dan Swasta
Tim Penyusun :
Dr. Sri S. Nasar, SpAK IDAI
Dr. Emelia Hamzah, SpAK IDAI
Budi Hartati, SKM, M.Kes Persagi
Dr. Endang Peddyawati, MSc PDGMI
Dr. H. Naswar Nazar, MPHM Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta
Nursiah A. Ganie, MSc Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Drs. Arizal, MCN Direktorat Bina Gizi Masyarakat
48
Bambang Harianto, SKM, MSc Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Minarto, MPS Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Ir. Martini, MCN Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Rita Kemalawati, MCN Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Dr. Anie Kurniawan, MSc Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Meida Octarina, MCN Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta
Dr. Wistianto, MPH Pusat Data Kesehatan
Sunawang, MSc UNICEF
Evarina Ruslina, SKM Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Ichwan Arbie, SKM Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Ferinawati Darmarini, DCN RSCM
UKK dan UK Gizi IDAI.
49