0 0 ---
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana
yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana.
Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di
Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana
ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan
sumberdaya alam.
Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi
(gempabumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat
hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana
akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ ternak,
hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan
transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah
manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya
yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan
kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah
komplik.
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas umum sering mengalami gangguan
fungsional maupun struktural akibat bencana internal (mis., kebakaran,
gedung runtuh, dan keracunan) maupun bencana eksternal (mis., kehadiran
pasien/korban dalam jumlah yang besar pada waktu hampir bersamaan)
sehingga rumah sakit pun menjadi lumpuh (kolaps). Selain itu, dalam situasi
dan kondisi bencana ataupun kedaruratan, diperlukan upaya penguatan
rumah sakit agar dapat berfungsi kembali untuk memberikan jaminan
1
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
2. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan disusunnya Pedoman Manajemen Bencana dalam menentukan atau
melaksanakan kegiatan pengendalian bencana yang merupakan kumpulan
ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan.
1) Tujuan umum : Memberkan pedoman atau panduan dalam menyusun
Rencana Penanggulangan Bencana (disaster management plan) yang
menyeluruh, terarah dan terpadu di tingkat Rumah Sakit.
2) Tujuan khusus :
a. Untuk memastikan rencana besar rumah sakit dalam menanggapi dan
mengelola manajemen tanggap darurat: wabah (KLB), gempa dan
banjir yang memberikan dampak terhadap rumah sakit
2
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
c. Untuk menilai peran rumah sakit dalam kejadian wabah (KLB), gempa
dan banjir
3. SASARAN :
1. Pada saat kejadian wabah RSUD R. SYAMSUDIN, SH mampu menanggapi
secara cepat dan efektif.
3. Pada saat terjadi banjir semua orang, fasilitas dan peralatan dapat
diselamatkan dari bahaya dan kerusakan akibat banjir.
4. RUANG LINGKUP
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ini meliputi :
1. Pengenalana dan pengkajian ancaman bencana;
2. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
3. Analisis kemungkinan dampak bencana;
4. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
5. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
3
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
jawab, dibantu oleh Satuan Keamanan, Satuan Tugas Bencana dan petugas
administrasi.
5. PENGERTIAN
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkai peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
4
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
11. PBP3 adalah instalasi yang dibentuk di lingkungan Rumah Sakit untuk
menunjang terlaksananya kegiatan Pengendalian Bencana di rumah
sakit.
5
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
14. Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjadi
secara mendadak atau secara berlanjut menimbulkan dampak pada pola
kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga memerlukan
tindakan luar biasa sesegera mungkin untuk menyelamatkan kehidupan
manusia dan lingkungannya dari ketidakberdayaan dengan
menggunakan prosedur non rutin.
16. Satgas (Satuan Tugas) adalah unit kerja yang membantu dalam
proses penanganan korban bencana.
17. Satuan Keamanan adalah unit kerja yang membantu dalam hal
pengamanan di area bencana sekaligus membantu proses penanganan
korban bencana.
6
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
6. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan
kerangka konsep Instalasi Pengendalian Bencana, Pengayoman Pengunjung
dan Pengamanan di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan
di Instalasi PBP3.
4.1. PBP3 adalah instalasi yang dibentuk di lingkungan Rumah Sakit
untuk menunjang terlaksananya kegiatan Pengendalian Bencana di
rumah sakit.
4.2. Pengendalian Bencana : adalah kegiatan penanganan bencana
secara proposional agar dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan
aturan dan prosedur yang ada.
4.3. Kedaruratan kesehatan adalah suatu keadaan / situasi yang
mengancam sekelompok masyarakat dan atau masyarakat luas yang
memerlukan respon penanggulangan sesegera mungkin dan memadai
diluar prosedur rutin dan apabila tidak dilaksanakan menyebabkan
gangguan pada kehidupan dan penghidupan.
4.4. Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
terjadi secara mendadak atau secara berlanjut menimbulkan dampak
pada pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga
memerlukan tindakan luar biasa sesegera mungkin untuk
menyelamatkan kehidupan manusia dan lingkungannya dari
ketidakberdayaan dengan menggunakan prosedur non rutin.
4.5. Koordinasi adalah upaya menyatupadukan berbagai sumber daya
dan kegiatan organisasi menjadi suatu kekuatan sinergis. Agar dapat
melakukan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat akibat
7
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
7. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan
kegiatan Pengendalian Bencana di Rumah Sakit diperlukan perundang-
undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-
undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
5.1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
5.2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Ruma Sakit
5.3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5.4. ...............................................
5.5. ...............................................
5.6. ...............................................
8
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
Direktur
Pusat Informasi
(Subag.Humas)
Koord.Keadaan Darurat Pemantau Keadaan Darurat Koord.Teknik keadaan Darurat Koord.Logistik Koordinator Medis
Koord.Pengamanan &
Bencana (Unit K3RS) Bencana (Kabab.Umum) (UPBJ)
Gedung (Kabid.Yandik)
Penyelamatan (Ka.IPBP3)
Monitoring & Tim kelistrikan, air dan Logistik alat kedokteran Tim Gawat Tim Evakuasi
ERT Gedung Kurir (CS) Tim Pengamanan
dan obata-obatan
Evaluasi (Unit K3RS) & Penyelematan gas medis (IPSRS) Darurat (IGD) Radasi
(Insta.Farmasi)
(IPBP3)
9
Teleponis Tim Secutirty Tim Transportasi Logistik Makanan Tim Rawat Inap Tim Evakuasi
(PABX) (Inst.Jenazah) (Inst.Gizi) (Bid.Keperawatan) KLB /Wabah
Radio Operator Tim Pembersih Logistik Teknis dan Titik Keuangan Tim Poliklinik
(PKRS) (Inst.Kebersihan) Kumpul (Koord.Teknik) ( Bag.Keuangan) (Inst.Rawat Jalan
9. URAIAN TUGAS
Tim Penunjang Medis
(Bid.Yanmed)
A. Pimpinan emergency
1) berfungsi selaku emergency Director
2) memantau atau mengawasi pelaksanaan pengendalian emergency
3) mengambil alih tugas Chief Warden / deputinya bila tidak dapat
melakukan tugasnya.
4) Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan kendali emergency
B. Warden
1) Memimpin operasi pemadaman tingkat awal dan penyelamatan jiwa
2) Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi dan
dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni gedung
3) Memberikan instruksi dalam setiap tindakan emergency
4) Melakukan komunikasi efektif dengan instansi terkait (Dinas Kebakaran,
Polisi, PLN, Tim SAR, dll)
9
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
C. Kelompok Komunikasi
1) Kurir
Menyampaikan berita dari Chief Warden / Deputy Chief Warden kepada
Floor Warden pada saat ada gangguan pada sarana komunikasi selama
operasi penanggulangan tingkat awal
2) Telephonis
a. Menerima dan mencatat laporan keadaan darurat
b. Segera menghubungi Chief Warden atau Deputinya untuk tugas
penanggulangan kebakaran tingkat awal
3) Operator Radio
Melaksanakan hubungan komunikasi lewat handy talky dari dan ke
Chief Warden atau Deputy-nya
4) Sound System
Menyampaikan pengumuman atau perintah Chief Warden atau Deputy
Chief Warden ke setiap lantai atau seluruh gedung melalui public
address system.
10
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
2) Operator A/C
Sistem AC tidak beroperasi atau pada posisi off.
11
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
2) Tim Security
a. Menangani urusan keamanan dalam bangunan maupun
Iingkungannya saat penanggulangan keadaan darurat berlangsung.
b. Melaksanakan pengawasan area dan mencegah orang yang
dicurigai menggunakan kesempatan melakukan kejahatan.
c. Menangkap orang yang jelas-jelas te melakukan kejahatan dan
membawanya ke POSKO Sekuriti di Main Lobby
d. Bersama tim evakuasi memeriksa ruangan dan memastikan benar
benar bahwa semua personhl telah ke luar dengan aman dan
mengunci pintu. Tim mi adalah tim terakhir meninggalkan Iantai
e. Satu orang sekuriti bertugas menjaga dan mengoperasikan lift
kebakaran yang dipergunakan untuk kelompok pemadam
kebakaran serta membantu meng-evakuasikan orang sakit, cedera,
meninggal dan sebagainya.
3) Tim Evakuasi
a. Mengatur dan menunjukkan rute untuk evakuasi, dad wang-wang di
setiap lantai ke daerah tempat berkumpul / konsolidasi.
b. Memberi peringatan-peringtan terhadap orang yang membawa
barang berat I besar, orang lad yang akan menggunakan lift agar
tidak menimbulkan bencana tebih buruk.
12
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
4) Tim Parkir
a. Mengatur perparkiran saat penanggulangan keadaan darurat
termasuk pengaturan jalur dan rambu-rambu
b. Mengatur arus mobil masuk dan ke luar termasuk mobil unit
pemadam
c. Bekerjasama dengan tim sekuriti dan Kepolisian dalam masalah
parkir
5) Tim PPPK
a. Memberikan pertolongan kepada korban (sakit, cedera, meninggal)
di luar gedung setelah di-evakuasikan oleh petugas evakuasi.
b. Berusaha memanggil ambulans dan mengatur penggunaannya
c. Mengatur pengiriman orang sakit, cedera ke Rumah Sakit terdekat
dengan menggunakan ambulans
13
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
BAB II
PERENCANAAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
14
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
Gambar..........
15
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
Pengenalan Kerentanan
16
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
17
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
penyakit, kegagalan teknologi dan konflik sosial. Potensi bencana yang ada di
Indonesia dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya
utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi
bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain pada peta
rawan bencana gempa di Indonesia yang menunjukan bahwa Indonesia adalah
wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta kerentanan bencana tanah
longsor, peta daerah bahaya bencana letusan gunung api, peta potensi bencana
tsunami, peta potensi bencana banjir dan lain-lain.
Pada sub bab ini agar disebutkan jenis-jenis ancaman bahaya yang terdapat di
wilayah/ daerah sukabumi.
1. Gempa Bumi
Bencana yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah berupa kerusakan atau
kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit dan bangunan umum
lain), dan konstruksi prasarana fisik (jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan
laut/udara, jaringan listrik dan telekomunikasi, dll) serta bencana sekunder
yaitu kebakaran dan korban akibat timbulnya kepanikan.
3. Banjir
18
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
Indonesia daerah rawan bencana, baik karena alam maupun ulah manusia.
Hampir semua jenis bencana terjadi di Indonesia, yang paling dominan
adalah banjir tanah longsor dan kekeringan. Banjir sebagai fenomena alam
terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa
faktor yaitu : hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu.
Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dan tanah longsor saat ini
disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapn air,
pelanggaran tata-ruang wilayah, pelanggaran hukum meningkat,
perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat rendah.
4. Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau bantuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau bantuan peyusunan lereng tersebut.
Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi
serta kelerengan tebing.
19
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
7. Kegagalan teknologi
Kegagalan teknologi merupakan kejadian yang diakibatkan oleh kesalahan
desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam
menggunakan teknologi dan atau industri. Dampak yang ditimbulkan dapat
berupa kebakaran, pencemaran bahan kimia, bahan radioaktif/nuklir,
kecelakaan industri, kecelakaan transportasi yang menyebabkan kerugian
jiwa dan harta benda.
BAB IV
ANALISIS KEMUNGKINAN DAMPAK BENCANA
20
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah
tersebut bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masyarakat atau
penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin
tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya.
Jika probabilitas diatas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain :
Jumlah korban;
21
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
BAB V
PILIHAN TINDAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Pilihan tindakan yang dimaksud di sini adalah berbagai upaya penanggulangan yang
akan dilakukan berdasarkan perkiraan ancaman bahaya yang akan terjadi dan
kemungkinan dampak yang ditimbulkan. Secara lebih rinci pilihan tindakan tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah :
1. Penyusunan peraturan/ keputusan;
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah;
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur;
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster;
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana;
6. Pengakajian / analisis risiko bencana;
7. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana;
22
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
Adakalanya kegiatan mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi yang bersifat non
struktural (berupa, peraturan, penyuluhan, pendidikan) dan yang bersifat
struktural (berupa bangunan dan prasarana).
B. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada
saat bencana mulai terindentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara
lain:
1. Pengaktifan satuan tugas bencana dengan segenap unsur pendukungnya;
2. Pelatihan siaga/ simulasi/ gladi/ teknis bagi setiap sektor Penanggunglan
Bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum);
3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan;
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik;
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan;
6. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early
warning);
7. Penyusunan rencana kontijensi (contigency plan).
8. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan).
C. Tanggap Darurat
23
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian dan
sumber daya;
2. Penentuan status keadaan darurat bencana;
3. Penyelematan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. Pemenuhan kebutuhan dasar;
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan;
6. Pemulihan dengan segera prasarana dan saraba vital.
D. Pemulihan
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang
dilaukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi
daerah/wilayah/area yang terkenan bencana yang serba tidak menentu ke
kondisi normal yang lebih baik, agar pelayanan terhadap masyarakat dapat
berjalan kembali .
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Perbaikan area bencana;
2. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. Pemulihan sosial psikologis;
4. Pelayanan kesehatan;
5. Pemulihan keamanan dan ketertiban;
6. Pemulihan fungsi pemerintahan;
7. Pemulihan fungsi pelayanan publik.
24
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
BAB VI
MEKANISME KESIAPAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK BENCANA
25
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
C. Pasca Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
1. Rehabilitasi; dan
2. Rekonstruksi
26
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
BAB VI
POTENSI KEJADIAN BENCANA DI RSUD R. SYAMSUDIN, SH
DAN WILAYAH SUKABUMI
Eksternal
1. Banjir
2. Kebakaran
27
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
3. Kecelakaan transportasi
4. Demonstrasi dan Anarkisme
5. Kejadian Luar Biasa
6. Terorisme
7. Gempa Bumi
Internal
2. Kegagalan Teknologi
a. Fire Alarm Sistem
b. Fire internal
c. Struktur Emergency Fire
d. Kegagalan Transportasi
28
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
e. Sistem komunikasi
f. Sistem pengadaan air
g. Sistem pengendalian udara
h. Paparan bahan-bahan berbahaya
3. Manusia
a. Teroris
b. Keributan masal berakibat luka
c. Demonstrasi
d. Ancaman bom
e. Keributan masal berakibat infeksi
4. Bahan Berbahya
Berdasarkan dari data identifikasi potensi bahaya yang menggunakan metode HVA
maka di RSUD R. SYAMSUDIN, SH bencana yang besar kemungkinan untuk terjadi
adalah :
Bila ada informasi bencana maka Direktur Umum dan Operasional bertindak sebagai
komando utama dalam penanggulangan melakukan tindakan awal :
29
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
1. Bencana Eksternal
30
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
31
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
1. Penilaian awal
Dilakukan atas intruksi kepada Tim penilai cepat oleh Direktur Keadaan Darurat
untuk mengidentifikasi dan mengetahui bencana apa yang terjadi, informasi
yang dibutuhkan :
a. Lokasi kejadian
b. Waktu terjadinya bencana
c. Tipe bencana yang terjad
d. Perkiraan jumlah korban
e. Risiko potensial tambahan
f. Populasi yang terpapar oleh bencana
2. Pelaporan bencana
Pelaporan yang dilakukan oleh tim harus cepat..... kepada Direktur Keadaan
Darurat dan tidak boleh melakukan aktivitas lain yang dapat menimbulkan
keterlambatan pelaporan
32
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
Apabila bencana terjadi diluar jam kerja dan atau direktur tidak bisa dihubungi
maka yang berwenang adalah Wakil Direktur berkoordinasi dengan Tim
Penanggulangan Bencana.
Dilakukan mobilisasi jika radius bencana ..... atau jarak tempuh .......,
apabila lebih maka mobilisasi akan dilaksanakan berdasarkan permintaan
2. Persiapan Fasilitas Penerimaan korban
a.Pasien yang bisa dipulangkan segera dipulangkan
b.Koordinator Teknik menyiapkan
Dilakukan di IGD oleh dokter jaga IGD dibantu oleh perawat IGD
3. Bantuan Hidup Lanjutan
Dilakukan di IGD/ Ruang perawatan oleh dokter jaga IGD/ ruangan bila
diperlukan
4. Prosedur Spesialistik
33
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
Dilakukan di rawat inap dan kamar operasi oleh dokter spesialis sesuai
dengan kasus penyakit/ cideranya
d. Management Support
1. Pengaturan staf/ pegawai yang libur
Semua pegawai yang libur atau diluar shif kerjanya harus melaporkan
posisi masing-masing ke pusat komando RSUD R. SYAMSUDIN, SH dan
segera datang bila diperlukan/ dipanggil.
2. Persiapan Logistik
34
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
5. Pengakhiran Bencana
35
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
A. Sosialisasi
36
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
B. Pelatihan
37
No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Mulai Berlaku:
0 0 ---
38