FKTGMVQTCV"RGODKPCCP"UGMQNCJ"OGPGPICJ"CVCU
FKTGMVQTCV"LGPFGTCN"RGPFKFKMCP"OGPGPICJ
MGOGPVGTKCP"RGPFKFKMCP"PCUKQPCN
i
ii
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Bangunan Sekolah Tahan Gempa disusun dengan latar belakang
banyaknya kejadian gempa bumi di wilayah Indonesia yang berpotensi menimbulkan
kerusakan pada sarana prasarana pendidikan, juga kemungkinan jatuhnya korban
jiwa dari pengguna bangunan sekolah.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung
penyusunan pedoman teknis bangunan sekolah tahan gempa ini, kiranya dapat
menjadi sumbangsih bagi peningkatan kualitas pelayanan pendidikan khususnya di
bidang sarana dan prasarana.
iii
iv
DAFTAR ISI
v
5.3. Teknik-teknik Restorasi pada Bangunan Sekolah .................................. 61
5.4. Teknik Perkuatan Pada Bangunan Sekolah .......................................... 61
5.5. Tipe-tipe Kerusakan ................................................................... 65
5.6. Sebab-sebab Kerusakan ............................................................... 66
5.7. Metode Perbaikan dan Perkuatan .................................................... 68
5.8. Estimasi Biaya untuk Perbaikan dan Perkuatan Bangunan Sekolah ............. 84
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Gambar 1- 1. Indonesia (lingkaran hijau) terletak pada pertemuan lempeng Australia, Pasifik dan Eurasia
Gempa bumi yang sering terjadi di wilayah Indonesia, baik yang bersifat
tektonik maupun vulkanik menimbulkan dampak kerusakan yang tidak sedikit
khususnya pada sarana dan prasarana maupun infrastruktur secara umum. Salah
satu kerusakan yang sering terjadi adalah pada bangunan, baik yang merupakan
prasarana umum, perkantoran, rumah tinggal dan bangunan lainnya. Langkah
antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya gempa merupakan langkah yang paling
efektif dalam meminimalisasi tingkat kerusakan dan kemungkinan jatuhnya korban.
Pendahuluan 1
Bangunan sekolah sebagai bangunan umum, merupakan salah satu bangunan
yang berpotensi mengalami kerusakan pada saat terjadinya gempa dan beresiko
terhadap jatuhnya korban, mengingat banyaknya jumlah pengguna bangunan yang
berada di dalam bagian bangunan pada saat yang sama.
SUMBER: hai-online.com
Gambar 1- 2. Kerusakan ruang kelas pada bangunan sekolah akibat gempa
3) Memperbaiki dan memperkuat bangunan sekolah yang rusak (ringan dan sedang)
akibat gempa, sehingga kekuatan dan kekakuan bangunan menjadi lebih baik.
Langkah ini ditujukan untuk bangunan sekolah yang mengalami kerusakan akibat
gempa, baik rusak ringan, sedang dan berat.
Tiga langkah di atas merupakan upaya bagi tercapainya tingkat keamanan minimum
pada bangunan sekolah saat terjadinya gempa.
1) Bila terkena gempa bumi yang lemah, bangunan sekolah tersebut tidak mengalami
kerusakan sama sekali.
2) Bila terkena gempa bumi sedang, bangunan sekolah tersebut boleh rusak pada
elemen-elemen non-struktural (dinding, plafon, penutup atap, dll), tetapi tidak
boleh rusak pada elemen-elemen struktur.
3) Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat, bangunan sekolah tersebut dapat
mengalami dua kondisi:
• Bangunan sekolah tidak boleh mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,
Pendahuluan 3
Tingkat kerusakan pada bangunan sekolah akan semakin besar apabila tidak
direncanakan sebagai bangunan yang dapat meredam energi gempa. Sehingga sering
dijumpai bangunan yang runtuh atau rusak total yang mengakibatkan jatuhnya
korban jiwa yang tidak sedikit. Tingkat kerusakan bangunan tergantung dari:
Gambar 1- 3. Bangunan sekolah dengan struktur bertingkat harus memenuhi tingkat keamanan minimum
sebagai bangunan tahan gempa
Potensi kerusakan bangunan sekolah akibat gempa yang perlu diantisipasi oleh
para pengelola sekolah diantaranya:
1) Pecahnya fondasi dan lantai yang mengakibatkan bangunan sekolah turun atau
miring, fondasi merupakan bagian dari komponen struktur bangunan.
Gambar 1- 4. Bangunan sekolah yang mengalami keretakan pada fondasi hingga struktur atas
2) Dinding dan atau rangka pintu atau jendela retak atau pecah
Gambar 1- 5. Kerusakan bangunan sekolah pada dinding, rangka pintu dan jendela
Dinding, rangka pintu dan jendela merupakan komponen non struktur dari bangunan
sekolah.
Gambar 1- 6. Pergeseran horisontal yang mengakibatkan elemen struktur (kolom & ringbalk) lepas
Pendahuluan 5
Gaya geser horizontal akibat gempa memperlemah ikatan antara komponen
struktur (ring balk dan kolom) dengan komponen non struktur (dinding, plafon
dan atap).
SUMBER: sains.kompas.com
Ketentuan hukum tentang bangunan tahan gempa diatur dalam sub prasyarat
keandalan bangunan gedung yaitu persyaratan keselamatan. Dimana lingkup dari
persyaratan keandalan bangunan gedung adalah persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan.
• Pasal 32
• Pasal 33
Pendahuluan 7
3) Dalam perencanaan struktur bangunan gedung terhadap pengaruh gempa,
semua unsur struktur bangunan gedung, baik bagian dari sub struktur maupun
struktur gedung, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rencana
sesuai dengan zona gempanya.
4) Struktur bangunan gedung harus direncanakan secara daktail sehingga pada
kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan gedung
menyelamatkan diri.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa
bumi dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
• Pasal 45
a. peringatan tertulis,
b. pembatasan kegiatan pembangunan,
c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan,
d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung,
e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung,
f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung,
g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung,
h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung, atau
i. perintah pembongkaran bangunan gedung.
• Pasal 46
• Pasal 47
1) Setiap orang atau badan yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan yang
telah ditetapkan dalam undang-undang ini sehingga mengakibatkan bangunan
tidak laik fungsi dapat dipidana kurungan dan/atau pidana denda.
a. pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak 1% (satu per seratus) dari nilai bangunan gedung jika karenanya
mengakibatkan kerugian harta benda orang lain;
b. pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak 2% (dua per seratus) dari nilai bangunan gedung jika karenanya
mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain sehingga menimbulkan cacat
seumur hidup;
c. pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak 3% (tiga per seratus) dari nilai bangunan gedung jika karenanya
mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
Pendahuluan 9
Uraian tentang sanksi baik administratif maupun pidana akibat pelanggaran
memberikan gambaran tentang pentingnya pemenuhan ketentuan perundangan,
khususnya dikaitkan dengan ketentuan bangunan sekolah tahan gempa.
Gempa bumi adalah sebagian dari proses alam yang membentuk permukaan bumi
dan terbentuknya gunung , bukit dan lembah-lembah. Gempa bumi yang sering
terjadi adalah gempa tektonik yaitu terlepasnya energi pada kerak bumi yang
dilepaskan secara tiba-tiba sehingga menimbulkan arah gaya yang tidak beraturan/
acak kesegala arah. Hal ini disebabkan terlepasnya tegangan akibat gesekan-gesekan
tanah pada lipatan-lipatan pada kulit bumi tersebut terlepas. Gempa bumi sangat
sering terjadi dimuka bumi akan tetapi sangat sedikit yang dapat dirasakan manusia
karena gempa tersebut terlalu lemah.
Pada prinsipnya gaya gempa bekerja sebanding dengan berat massa bangunan
dan dapat dirumuskan dengan hukum Newton ; F = m.a (m = massa bangunan, a
= percepatan yang dihasilkan). Sehingga semakin berat massa bangunan semakin
besar gaya gempa yang bekerja pada bangunan tersebut. Hal ini sangat berpengaruh
pada konsep dasar perencanaan bangunan untuk dapat bertahan terhadap gaya
gempa yang timbul.
Gaya gempa yang bekerja pada elemen struktur dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
Dimana:
Gambar 2-1 : Respon bangunan terhadap pergerakan tanah permukaan akibat gempa
Hubungan dari formulasi gaya gempa di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Gaya gempa pada bangunan (F) berbanding lurus dengan massa bangunan (m)
dan percepatan tanah (a) akibat gempa. Besaran massa bangunan atau percepatan
gerakan tanah, berakibat pada besaran gaya gempa yang terjadi pada bangunan.
• Percepatan gerakan tanah (a) akibat gempa bumi, dipengaruhi oleh kondisi geologis
tanah sesuai zona gempa. Bangunan sekolah yang berada pada zona rawan gempa
(lihat gambar 2-9), akan memiliki percepatan pergerakan tanah yang lebih besar.
Aksi = Reaksi
Gaya Gempa
Gambar 2-2 : Aksi dan Reaksi bangunan dari gaya gempa pada bangunan dan gaya dalam dari bangunan
Aksi yang berasal dari gaya gempa pada bangunan harus diimbangi atau
diredam oleh gaya inersia melalui kombinasi gaya dalam dari kekuatan dan kekakuan
komponen struktur (pondasi, sloof, balok, kolom) dan non struktur (dinding pemikul
dan dinding pengisi).
Terdapat 4 (empat) jenis deformasi yang dapat terjadi pada struktur bangunan,
yaitu:
1. Deformasi Lentur
Terjadi pada struktur bangunan yang mempunyai massa yang terbagi rata.
Misalnya ; bangunan-bagunan dengan komposisi dinding-dinding masif dan solid
antara lain seperti dinding geser (shear wall), dinding pendukung beban vertikal
(bearing wall). Pada dasarnya terjadi pada bangunan yang dipenuhi oleh elemen-
elemen dinding yang struktural seperti pada sistem core, dimana hampir seluruh
dinding core dibungkus oleh dinding/elemen masif. Akibat langsung adalah adanya
bagian sisi bangunan yang mengalami gaya tekan dan dibagian sisi lainnya
mengalami gaya tarik. Bangunan terlihat “melentur”.
Gambar Sketsa :
2. Deformasi Geser
Gambar Sketsa :
3. Deformasi Torsi
Terjadi akibat “twisting” dari massa bangunan yang mempunyai kekakuan yang
berbeda sebagi satu kesatuan. Misalnya pada bangunan dengan banyaknya
perbedaan distribusi kekakuan pada bagian-bagiannya. Bangunan terpatah-patah
pada arah vertikal. Setiap bagian bangunan mempunyai reaksi yang berbeda-
beda.
Gambar Sketsa :
Terjadi efek guling akibat bagian dasar bangunan jauh lebih kaku dari bagian
diatasnya. Sebagai contoh pada bangunan-bangunan dengan sistem balok-balok
transfer yang kuat dan sangat kaku; pada podium-podium yang sangat kokoh,
sementara bagian bangunan yang menjulan tinggi tidak menyatu utuh dengan
dasarnya atau dudukannya.
Gambar Sketsa :
Pada umumnya dalam suatu kejadian terdapat hanya satu jenis deformasi saja
yang lebih dominan, walaupun dalam kejadian tersebut terdapat lebih dari satu jenis
deformasi. Sebaiknya dalam merancang dan mendisain sistem struktur khusunya
bangunan tinggi, kekakuan dan kekuatan pada massa bangunan harus diusahakan
selalu menerus dengan utuh atau kontinuitas sistem struktur harus terjaga, baik
untuk kontinuitas elemen vertikal ataupun elemen horizontal.
1) Dinding pemikul
Dinding pemikul beban adalah dinding yang diperkuat dengan kerangka dari
kayu atau beton bertulang yang berfungsi sebagai pemikul beban-beban yang
diakibatkan oleh beban sendiri, beban gempa atau beban angin. Dinding pemikul
dapat berupa pasangan bata atau batako yang memikul beban.
Kerangka pemikul beban adalah kerangka baik yang dibuat dari kayu, beton
bertulang dan baja yang difungsikan untuk memikul beban-beban yang diakibatkan
oleh angin atau gempa, dimana dinding pengisi tidak diperhitungkan memikul
beban.
Gambar 2- 7. Dinding pemikul dari pasangan bata diperkuat oleh struktur rangka pemikul dari beton bertulang
Balok
lintel
Sloof
Kolom
SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa, PU – Ciptakarya,
Gambar 2- 8. Bangunan berlantai 2 dengan struktur rangka beton bertulang dan dinding pemikul dari pasangan bata
Pasangan bata atau batako apabila tidak berfungsi sebagai dinding pemikul,
maka dapat pula hanya berfungsi sebagai dinding pengisi yang menambah kestabilan
dan kekuatan struktur rangka pemikul (balok dan kolom), dimana tidak ada penyaluran
angkur dari kolom ke dinding pasangan.
Indonesia telah berhasil menyusun peta gempa yang membagi wilayah Negara
Indonesia dalam 15 (lima belas) zona gempa. Pembagian dilakukan berdasarkan
respon spectra percepatan 1 detik di batuan dasar. Sehingga dapat ketahui pembagian
zonasi gempa di Indonesia sebagai berikut:
Peta zonasi gempa pada gambar 2-9, oleh konsultan perencana bangunan dapat
menjadi dasar perhitungan dan informasi dalam perencanaan dan perancangan
bangunan sekolah tahan gempa di suatu daerah.
19
2.4. Ketentuan Dasar Perencanaan Bangunan Sekolah Tahan Gempa
• Tata letak bangunan sekolah sederhana dan simetris terhadap kedua sumbu
bangunan dan tidak terlalu panjang. Perbandingan panjang dengan lebar
bangunan 2 : 1.
Y
CELAH DILATASI ± 10 cm
X
Lokal 1 Lokal 2 Lokal 3 Lokal 4
Gambar 2- 10. Tata letak bangunan yang simetris dengan perbandingan P:L = 2:1
Bangunan simetris
Bangunan simetris
Bangunan simetris
Celah dilatasi + 10 cm
• Pemenuhan tata letak bangunan ini merupakan hal yang mendasar yang
sebaiknya dilaksanakan pada bangunan sekolah yang berada di zona rawan
gempa.
Denah Lantai 2
Lokal 3 Lokal 4
Lantai 2
Denah Lantai 1
Lokal 1 Lokal 2
Lantai 1
• Unit bangunan sekolah harus menerima distribusi beban yang merata, sebagai
ilustrasi pada gambar di atas pembebanan pada 2 (dua) lokal di lantai 1 dan
lantai 2 akan relatif sama karena dipakai sebagai ruang kelas. Contoh kasus:
apabila lokal 4 beralih fungsi sebagai ruang perpustakaan maka akan terjadi
distribusi beban yang tidak merata, karena secara umum distribusi beban
akan lebih dominan pada ruang perpustakaan. Rekomendasi yang diberikan
adalah menggunakan lantai 1 untuk penempatan perpustakaan atau fungsi
ruang lainnya dengan distribusi beban yang relatif besar dan tidak merata.
• Semakin besar berat bangunan, makin besar pula daya massa jika terjadi
gempa bumi.
• Beban hidup maksimum yang diperkenankan untuk ruang kelas adalah 250
kg/m2 , sedangkan untuk ruang perpustakaan adalah 400 kg/m2. Beban hidup
ini harus sudah masuk dalam perencanaan bangunan.
Gambar 2- 13. Struktur bangunan sekolah umumnya struktur sederhana, potongan melintang dari struktur
bangunan berlantai 2 (dua) disertai selasar bangunan
4) Tinggi bangunan sekolah sebaiknya tidak melebihi empat kali lebar bangunan.
• Struktur rangka beton bertulang dengan dinding pengisi bata atau batako
menjadi pilihan umum dalam sistem struktur bangunan sekolah.
• Bangunan sekolah dengan sistem struktur terdiri dari struktur rangka kayu
dengan dinding pengisi kayu atau semi permanen, masih dijumpai dibeberapa
daerah di Indonesia.
Gambar 2- 14. Struktur rangka beton dan dinding bata (kiri) serta Struktur rangka kayu dan dinding semi permanen (kanan)
6) Pondasi berada pada tanah yang keras dan sekuat mungkin sehingga tidak akan
pernah patah pada saat gempa.
• Tidak diperkenankan pondasi berada pada dua kondisi tanah berbeda, tanah
keras dan tanah lunak (urugan) karena akan menyebabkan patahan pada
pondasi.
• Jenis pondasi dapat berupa pelat lantai beton bertulang atau pondasi batu kali
yang diperkuat dengan sloof beton bertulang.
• Bangunan sekolah dengan struktur rangka beton atau rangka kayu dengan dinding
pemikul pasangan bata.
• Bangunan sekolah dengan struktur rangka kayu dengan dinding pengisi kayu.
Untuk bangunan sekolah satu lantai dengan tembok bata, persyaratan minimum
bangunan yang harus dipenuhi adalah:
3) Gunakan bahan struktur atap dan penutup atap yang ringan, apabila memakai
konstruksi kayu gunakan kayu yang kering.
4) Dinding bata dipasang angkur setiap jarak vertikal 30 cm yang dijangkatkan pada
kolom.
9) Setiap penggunaan 1 zak semen diperlukan kira-kira 5 ember (25 liter) air untuk
adukan beton.
Detil ilustrasi bangunan sekolah tahan gempa dengan tembok bata dapat
diperkuat dengan perkuatan beton bertulang atau perkuatan kayu dapat dilihat pada
lampiran.
4) Balok kayu (ring balk) dipasang keliling dan diikat kaku dengan kolom
8) Pilih bahan dinding yang ringan (papan) dan dipaku ke rangka dinding.
9) Rangka kuda-kuda papan kayu atau kuda-kuda gantung, pada titik simpul
sambungan kayu diberi baut dan pelat pengikat
Detil ilustrasi bangunan sekolah tahan gempa dengan dinding kayu diperkuat dengan
perkuatan kayu dapat dilihat pada lampiran.
Vcdgn"5/"30
Tgmqogpfcuk"Oqfgn"Mqpuvtwmuk"Dcpiwpcp"fgpicp"Ogorgtvkodcpimcp"Mqpfkuk"Igqnqiku"fcp"
Rqvgpuk"Nqmcn
Adapun detail dimensi struktur rangka beton dan luas minimum tulangan
beton pada masing-masing komponen struktur, sepenuhnya mengikuti disain
perencanaan bangunan sekolah bertingkat yang telah dibuat oleh konsultan perencana
bangunan.
Gambar 3-3 Sistem struktur rangka pemikul beban dari beton bertulang
• Kekuatan tekan beton minimum 175 kg/cm2, dan kekuatan tarik baja 2400 kg/
cm2.
• Diameter tulangan sengkang minimum baik untuk balok maupun kolom adalah Ø
8 mm, jarak sengkang dan luas tulangan atas dan tulangan bawah dari balok dan
plat harus dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku, begitu juga untuk luas
tulangan untuk kolomnya.
• Pada setiap penampang balok dan kolom harus terpasang minimum empat batang
besi tulang.
Beberapa detil hubungan dari struktur rangka beton bertulang dari gambar 3.3 di
atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar berikut adalah detail hubungan plat lantai dengan balok, tulangan atas
plat menerus melewati balok bagian dalam dan ditekuk ke bawah hingga 40 d.
Untuk mendapatkan panjang penyaluran, dimana d adalah diameter tulangan
plat. Tulangan plat bawah menerus ke dalam balok dan tidak perlu ditekuk.
• Tulangan atas balok anak menerus melewati balok induk bagian dalam dan
ditekuk ke bawah hingga 40 d untuk mendapatkan panjang penyaluran,di
mana d adalah diameter tulangan balok anak.
• Tulangan bawah balok anak menerus ke dalam balok induk dan ditekuk ke
atas hingga 30 d untuk panjang penyalurannya.
• Jarak sengkang maksimum (s1) untuk balok anak adalah 2/3 tinggi balok
anak atau 20 cm. Diambil yang terkecil.
• Tulangan atas balok atap menerus melewati kolom bagian dalam dan ditekuk ke
bawah hingga 40 d untuk mendapatkan panjang penyaluran, di mana d adalah
diameter tulangan balok atap . Tulangan bawah balok atap menerus ke tengah
kolom dan ditekuk ke bawah hingga 40 d untuk panjang penyalurannya.
• Jarak sengkang maksimum balok anak di sepanjang 2 kali tinggi balok atap (s2)
dari muka kolom adalah ¼ tinggi balok anak atau 16 kali diameter tulangan
balok atap atau 15 cm, diambil yang terkecil. Jarak sengkang maksimum
balok atap di tengah bentang (s3) adalah jarak terkecil dari ½ tinggi balok
atap atau 15 cm.
Gambar dibawah ini merupakan sketsa detail penulangan pada hubungan balok
lantai dengan kolom pinggir, Ketentuan jarak sengkang, panjang penyaluran dan
penempatan sambungan adalah sama dengan ketentuan yang telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya.
• Tulangan memanjang atas pada balok didaerah sepanjang 2 kali tinggi balok
dari muka kolom harus dipasang 3 batang tulangan, sedangkan ditengah
bentang minimal 2 batang.Tulangan memanjang bawah pada balok harus
dipasang minimal 2 batang di sepanjang bentang balok.
• Baik tulangan memanjang balok maupun kolom harus menerus dan saling
melewati panel hubungan kolom dan balok.Kolom harus menerus melewati
panel hubungan balok dan kolom.
• Tulangan memanjang kolom harus menerus melewati balok sloof dan ditekuk
ke dalam balok sloof hingga panjang 40 d untuk panjang penyaluran, dimana
d adalah diameter tulangan memanjang kolom.
• Balok sloof dengan pondasi dihubungkan dengan angkur dari besi dengan
diameter 12 mm, dan dipasang pada setiap 1,5 m.
• Tulangan sengkang kolom melewati balok sloof dengan jarak sengkang seperti
terlihat pada gambar di atas.
Gambar 3- 8a. Detail penulangan pada hubungan balok pengikat/sloof dengan kolom
(alternatif jika digunakan fondasi setempat )
Gambar 3.10b Detail penulangan pada hubungan balok pengikat/sloof dengan kolom ( lanjutan )
Gambar 4- 2. Galian fondasi batu kali dan fondasi telapak beton bertulang
• Jenis tanah di mana fondasi dibuat bisa bermacam-macam, ada yang lunak
dan ada yang keras. Pada kedua jenis tanah tersebut fondasi yang kuat bisa
dibangun. Tanah tidak perlu digali terlalu dalam kalau kondisi tanah tersebut
cukup keras dan memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan. Dalam
keadaan ini, galian fondasi tidak perlu terlalu dalam, cukup minimal 45 cm
saja.
• Kalau tanahnya lunak, harus dibuat fondasi yang lebar dan dalam. Sebaiknya
seluruh galian fondasi kemudian diisi dengan bahan batu kali, beton, dsb.
• Fondasi merupakan kaki dari konstruksi bangunan. Kaki ini befungsi untuk
meneruskan beban struktur bangunan ke dalam tanah. Sistem fondasi
bekerja secara simultan dengan elemen konstruksi lainnya seperti kolom guna
menahan beban dan berat bangunan.
Gambar 4- 3. Fondasi batu kali yang telah disertai angkur untuk disalurkan ke balok sloof,
baik dari beton bertulang maupun balok kayu
• Fondasi dibuat dengan menyusun batu kali selapis demi selapis, direkatkan
dengan adukan semen-pasir 1 pc: 6ps. Batu fondasi dipilih dari batu pecah
yang memiliki Ø rata-rata 30 cm, bertekstur kasar dan keras.
• Fondasi harus dilengkapi angkur besi Ø8 m ke dalam sloof, dengan jarak tiap
angkur 60 cm.
Angkur D-8mm
SUMBER: Teddy Boen & Rekan - WSSI
• Fondasi plat beton pada umumnya diterapkan pada bangunan dua lantai,
namun tidak jarang bangunan satu lantai memakai fondasi plat yang
diposisikan pada lokasi dimana beban bangunan pada titik tersebut cukup
besar, khususnya untuk mendukung kolom tumpuan bagi dudukan balok kayu
atau beton bertulang.
• Pekerjaan yang dilaksanakan dimulai dari galian tanah dibuat hingga kedalaman
tanah keras, minimal 60 cm. Alas fondasi ditaburi lapisan pasir pasang 5 cm.
Siapkan bekisting dan pembesian fondasi. Untuk fondasi plat beton praktis
gunakan Ø 12, sedangkan untuk sengkang kolom fondasi memakai Ø 10.
Pembesian fondasi pelat beton praktis dengan dimensi 80cm x 80cm atau
100cm x 100cm tersedia di pasaran.
SUMBER: erwin4rch.wordpress.com
Gambar 4- 6. Pekerjaan pengecoran balok sloof bersamaan dengan peletakan pembesian kolom
• Begisting atau cetakan cor menggunakan papan cor maupun batu bata.
Pertemuan sloof (sudut L,T) tulangan pokok diharuskan dengan sambungan/
overstek 40 d. Setiap ujung besi harus diberi hak.
• Pasangan batu bata adalah susunan batu bata dengan macam-macam ikatan
tertentu dan diikat dengan bahan pengikat yang disebut mortar atau adukan
semen/ pasir.
• Pasangan batu bata harus betul-betul tegak, lurus, dan datar. Selisih antara
lapis pertama dengan lapis kedua harus ½ panjang bata siar tegak dan siar
datar memiliki ketebalan maksimal 1,5 cm.
Jangkar Dia.-8mm
• Dinding bata sebaiknya ditutup dengan plesteran agar tampak rapi dan
halus. Plesteran dinding berfungsi untuk melindungi konstruksi dinding dari
pengaruh cuaca dan memberikan permukaan dinding yang halus dan rata
serta memberikan keindahan pada bangunan.
• Salah satu sifat beton bertulang adalah beton dan baja mempunyai angka
muai yang hampir sama sehingga pada perubahan suhu hanya akan sedikit
saja timbul tegangan-tegangan antara beton dan baja. Angka muai beton
dipengaruhi juga oleh perbandingan campuran dan komponennya serta umur
dan kadar airnya.
SUMBER: skyscrapercity.com
8) Struktur Rangka
• Dinding pasangan bata diperkuat dengan ring balok, kolom, dan sloof sehingga
membentuk struktur yang kaku dan stabil. Perkuatan beton bertulang pada
struktur rangka beton ditempatkan di setiap pertemuan dinding pasangan
bata atau dengan panjang lebih dari 3 m (kurang lebih 9 m2).
• Hubungan penulangan antar ring balok, kolom dan sloof, harus memenuhi
panjang penyaluran tulangan yang telah ditetapkan.
9) Pekerjaan beton
• Pengecoran beton
Gambar 4-10. Pekerjaan pengecoran pada pelat lantai 2 disertai pemakaian alat vibrator
- Bila bata dijadikan sebagian dari cetakan, ukuran cetakan perlu diperhatikan
agar sesuai ukuran kolom rencana. Ukuran setengah bata hanya 10 cm,
sehingga papan cetakan harus diganjal dengan kayu reng. Papan cetakan
harus mampu mencegah air semen mengalir keluar. Beton segar tidak
boleh didiamkan lebih dari 45 menit.
10) Gunungan
• Pada pemasangan kuda-kuda atap, pada titik simpul sambungan diberi baut
dan plat pengikat. Kuda-kuda diangkurkan ke ringbalk. Ø baut dan jangkar
yang digunakan minimal Ø 12 mm.
• Yang termasuk dalam pekerjaan finishing antara lain pemasangan kusen dan
daun pintu-jendela, pemasangan plafon, pemasangan lantai, dan pengecatan
dinding. Pemasangan kusen harus diberi angkur ke tembok bata.
Selain faktor tata cara pelaksanaan bangunan tahan gempa perlu menggunakan
bahan bangunan yang berkualitas, sehingga menghasilkan bangunan dengan mutu
yang memadai, mudah diperoleh di sekitar lokasi agar terjamin ketersediaannya
selama proses konstruksi, dan sesuai dengan persyaratan Peraturan Standar
Bangunan yang berlaku.
• Semen Portland merupakan bahan jadi bila dicampur dengan air akan dapat
mengeras. Jumlah air yang digunakan menentukan kualitas adukan dan mutu
beton yang dihasilkan.
• Semen portland tersedia di pasaran dalam banyak merek dan memiliki mutu
yang tidak jauh berbeda, sehingga dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
2) Pasir
• Pasir merupakan bahan adukan, terdiri atas bahan bantan berukuran kecil,
dengan persyaratan butiran berukuran 0.15 mm, butiran keras berbentuk
tajam dan tidak mudah hancur oleh pengaruh perubahan iklim, tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5 %, bila mengandung lumpur harus dicuci,
tidak boleh mengandung bahan organik, garam,minyak, dsb, dan pasir laut
tidak boleh dijadikan bahan bangunan kecuali bila telah diadakan penelitian
dan petunjuk dari ahli bangunan.
3) Kerikil / Split
• Kerikil atau batu pecah yang akan dipakai sebagai campuran beton harus
memiliki persyaratan berasal dari sungai/darat, bebas dari tanah lumpur
lebih dari 1 % , bebas dari bahan organik, memiliki butiran keras tidak berpori,
berbentuk pipih tidak lebih dari 20 % dari pemakaian agregat beton, dan
berØ 1 – 2 cm.
4) Air Kerja
• Air untuk keperluan konstruksi harus bersih, bebas dari bahan organik (kotoran
hewan/ manusia, tumbuhan), dan tidak boleh mengandung minyak, garam,
dan zat lain yang dapat merusak pasangan. Oleh karena itu, air sebaiknya
diambil dari sumur atau sungai bersih dan jernih. Air tersebut berguna untuk
membuat adukan beton, menyiram/ membasahi beton dan pasangan, dan
untuk membersihkan peralatan kerja. Air yang digunakan untuk membuat
adukan bila perlu diuji di laboratorium. Untuk adukan kedap air dari semen
kira-kira 25% dari isi bahan yang dicampur.
• Air laut dapat mengakibatkan kerusakan pada tembok. Air yang mengandung
bahan-bahan busuk seperti air danau yang mengandung larutan asam humus,
tidak dipergunakan.
5) Batu Bata
• Bentuk batu bata pada umumnya merupakan prisma tegak (balok) dengan
penampung empat persegi panjang ukuran batu bata tidak sama di beberapa
daerah. Hal tersebut karena belum ada standar keseragaman dimensi dan
teknik pengolahan. Ukuran batu bata umumnya berkisar 22 x 10.5 x 4.8 cm
hingga 24 x 11.5 x 5.5 cm.
• Pasangan bata seluas 1 m2 untuk pasangan 1 bata, diperlukan 130 buah bata.
6) Batu Belah
• Material batu kali dan batu belah biasanya digunakan untuk pasangan
fondasi, dinding turap penahan tanah, bahkan kadang-kadang digunakan
sebagai bahan dinding. Ciri visual batu ini yaitu tidak terlalu banyak pori-pori,
tidak keropos, dan keras. Penimbunan sebaiknya di tempat yang kering agar
permukaan batu tidak terkena lumpur. Dimensi batu kali dari alam berukuran
besar, Guna mendapatkan dimensi standar untuk pasangan fondasi, dapat
dipecah dengan martil.
7) Kayu
• Kayu yang dipilih sebagai bahan bangunan harus sesuai spesifikasi dan
terhindar dari cacat kayu sebagai berikut.
• Baja tulangan adalah baja berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan
beton. Baja tulangan dalam konstruksi beton berperan sebagai pembentuk
daya dukung struktur beton bertulang. Ø baja yang digunakan disesuaikan
dengan gambar rencana yang disiapkan sebelumnya.
Kerusakan yang terjadi pada bangunan sekolah akibat gempa bumi perlu segera
ditindaklanjuti dengan langkah perbaikan, untuk memulihkan fungsi bangunan dan
mendukung proses pelayanan pendidikan. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah
identifikasi kerusakan dan dilanjutkan dengan perbaikan melalui metode pelaksanaan
yang disesuaikan dengan jenis dan tingkat kerusakannya. Bab ini akan mengulas
langkah perbaikan dan perkuatan bangunan sekolah yang mengacu pada pedoman
teknis bangunan gedung tahan gempa dari PU-Ciptakarya.
Pasca terjadinya gempa langkah awal yang dilakukan terkait dengan bangunan
sekolah adalah identifikasi kerusakan akibat gempa. Berdasarkan tingkat dan skalanya
mengacu pada Pedoman Bangunan Gedung Tahan Gempa dari PU-Ciptakarya,
kerusakan bangunan akibat gempa dapat dikategorikan sebagai berikut:
• retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada plesteran
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan secara arsitektur tanpa perlu
mengosongkan bangunan.
• retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding.
• plester berjatuhan.
• Laik fungsi/huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan yang bersifat arsitektur agar
daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan pada
struktur dapat dilakukan tanpa mengosongkan bangunan.
• retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding;
• retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding pemikul beban,
kolom;
• laik fungsi/huni.
Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total atau roboh apabila terjadi hal-
hal sebagai berikut :
1) Perbaikan Arsitektur
2) Restorasi (Restoration)
• Menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila ada) ke dalam retak-
retak kecil yang terjadi pada dinding pemikul beban, balok, maupun kolom.
Retak kecil adalah retak yang mempunyai lebar celah antara 0,075 cm dan
0,6 cm.
3) Perkuatan (Strengthening)
- Beda kekakuan yang menyolok antara lantai yang satu dengan yang lainnya.
Teknik restorasi yang dijelaskan mengacu pada potensi kerusakan non struktur
dan struktur yang mungkin terjadi pada bangunan sekolah. Restorasi yang dilaksanakan
harus dilaksanakan oleh pelaksana bangunan atau tukang yang berpengalaman dalam
tata laksana kontruksi bangunan. Adapun teknik-teknik restorasi pada bangunan
sekolah, diantaranya adalah:
• Untuk kolom yang mengalami retak sedang, bagian yang rusak dibobok dan
dibersihkan, setelah itu dicor kembali.
• Untuk kolom yang rusak berat, yaitu kolom yang berkurang kekuatannya
berdasarkan pengamatan dan perhitungan, bagian yang rusak dibobok dan
setelah itu (kalau perlu) kolom dibungkus dengan tambahan tulangan baru
dan sengkang, kemudian dicor kembali.
• Perkuatan dengan seng tebal yang diberi lubang paku seperti parutan
Dari hasil pengamatan kerusakan yang dilakukan selama berapa tahun pada
bangunan rumah tinggal, maka dapat dikelompokkan kerusakan menjadi 9 tipe,
yaitu;
• tipe retak diagonal pada dinding yang terjadi melalui unsur penyusunnya
(bata atau batako),
• tipe kegagalan pada pertemuan balok dan kolom beton bertulang, tipe mutu
bahan dan mutu pengerjaan yang buruk.
Iambar 5-6. Tipe kerusakan ringan pada dinding dan bukaan pintu/jendela
3) Bangunan tidak kuat menahan tarikan yang terjadi akibat gaya gempa yang
bekerja di arah tegak lurus bidang dinding.
1) Tidak ada angkur untuk mengikat antara dinding dengan elemen perkuatannya
(kolom dan balok).
2) Tidak ada elemen perkuatan untuk bidang dinding yang luasnya ≥ 6m2.
4) Mutu beton dari konstruksi rangka balok dan kolom sangat rendah.
5) Diameter dan total luas penampang tulangan yang dipasang terlalu kecil, jarak
antar sengkang yang dipasang terlalu besar.
Gambar 5-7. Tipe kerusakan dinding runtuh karena tidak ada angkur
Gambar 5-8 Tipe kerusakan struktur rangka beton bertulang yang diakibatkan oleh detail penulangan yang tidak baik
1) Perbaikan dinding retak diagonal dan dinding retak pada sudut bukaan-bukaan
Untuk retak kecil (retak dengan lebar celah antara 0,075 cm dan 0,6 cm:
• Plesteran lama di sekitar retak dikupas lalu retak tersebut diisi dengan air
semen.
• Setelah celah rapat dinding diplester kembali dengan campuran spesi 1 semen
: 3 pasir.
Gambar 5-9 Perbaikan retak pada dinding dengan lebar 0,075 cm – 0,6 cm
Untuk retak yang besar (retak yang mempunyai lebar celah lebih besar dari 0,6
cm), lihat gambar 5-10:
• Plesteran lama di sekitar retak dikupas lalu retak tersebut diisi dengan air
semen
• Setelah celah rapat, pada bagian bekas retakan dipasang kawat anyaman
yang dipaku kuat.
Gambar 5-10 Perbaikan retak pada dinding dengan lebar > 0,6 cm
Dibuat balok pondasi, balok keliling dan kolom praktis lengkap dengan angkur-
angkur setiap 10 lapis bata ke dinding baru. Panjang angkur minimum 30 cm.
Jika kolom tempat tumpuan kuda-kuda tidak roboh, hanya sambungan saja yang
terlepas, kuda-kuda diangkur ke kolom atau balok keliling dengan baik.
• Buat kolom baru lengkap dengan angkur untuk ke dinding dan diikat ke balok
keliling serta balok pondasi dengan baik.
• Balok praktis harus ditunjang terlebih dulu dengan perancah /rangka dari
kayu balok 5/10 cm seperti Gambar.
• Tulangan sengkang yang rusak pada balok dan kolom diganti dengan yang
baru yang memiliki kekuatan tarik sama dengan yang terpasang.
• Permukaan beton dan besi tulangan dibersihkan dari debu yang mengganggu
kelekatan beton lama dan baru.
• Lakukan cor beton baru dengan mutu yang sama dengan mutu beton lama
atau campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.
Balok ditunjang terlebih dulu dengan menggunakan perancah dari kayu, kemudian
lakukan seperti prosedur butir c di atas.
• Bobok kolom yang telah terpasang (kolom lama) sampai dengan kedalaman
6 d (d = diameter tulangan memanjang balok), dan bersihkan dari debu yang
akan mengganggu melekatnya beton lama dengan yang baru.
Buat perancah dari kayu untuk menunjang pemasangan tulangan balok baru
dengan ketinggian sesuai rencana.
Gambar berikut ini merupakan ilustrasi dari kolom yang rusak akibat gaya lateral.
Balok yang berada diantara kolom yang akan diperbaiki di tunjang dengan
mengunakan perancah.
lantai
- Tulangan yang bengkok dirapihkan kembali dan yang telah leleh diganti dengan
yang baru. Tulangan sengkang dirapihkan dengan jarak sesuai dengan aslinya
dan yang rusak/putus diganti dengan yang baru.
- Pemasangan tulangan baru, tulangan yang leleh dipotong dan ganti dengan
yang baru dengan diameter dan kekuatan tarik yang sama seperti aslinya.
- Tulangan pada bagian yang meleleh dipotong, dan diganti dengan tulangan
yang baru, dengan panjang penyaluran 40 d.
- Pasang bekisting dan kolom di cor kembali dengan adukan beton baru yang
memiliki kekuatan tekan yang sama dengan aslinya.
• Pasang bekisting dan cor kolom tersebut dengan adukan beton baru yang memiliki
kekuatan tekan yang sama dengan aslinya.
Gambar 5-23. Metoda perbaikan kolom beton yang retak dengan tulangan
memanjang kolom mengalami melengkung dan leleh
"
"
5) Harga satuan bangunan per meter persegi yang dipakai adalah harga satuan
untuk bangunan baru yang berlaku pada saat itu di suatu daerah.
Dimana:
• Luas bangunan adalah luas bangunan yang diperhitungkan pada area perbaikan
dan perkuatan bangunan (m2).
• Harga satuan bangunan per meter persegi yang diperhitungkan (Rp / m2)
1) Perbaikan kerusakan akibat gempa dilakukan pada 3 (tiga) lokal ruang kelas
dengan total luas bangunan 192 m2. Bangunan sekolah berada di daerah Jabotabek
dengan harga satuan bangunan Rp. 1,8 jt / m2. Dari hasil identifikasi kerusakan
diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Bobot Kerusakan
Σ Bobot Perbaikan
Komponen Bangunan /Perkuatan Keterangan
(C) = (A) x (B)
(A) (B)
Perbaikan Pasangan Bata 7 25% 1,75% Retak lebar
Perbaikan Plesteran 3 30% 0,90% Plester lepas
Perbaikan Finishing Dinding Penyesuaian
2,5 60% 1,50%
(Pengecatan) finishing
Perbaikan Plafon 4 70% 2,80% Plafon lepas
Selimut beton
Perkuatan Kolom 19 20% 3,80%
mengelupas
Total 10,75% Ringan
Bobot Kerusakan
Σ Bobot Perkuatan
Komponen Bangunan /Perkuatan Keterangan
(C) = (A) x (B)
(A) (B)
Perkuatan Balok dan Kolom 19 40% 7,60% Restorasi
Untuk balok
Pembongkaran pasangan bata 7 20% 1,40%
lintel
Perbaikan plesteran 3 30% 0,90% Finishing
Pengecatan kembali 2,5 50% 1,25% Finishing
Total 11,15% Ringan
Daftar Pustaka 87
TIM PENYUSUN
3. Drs. Waramatias
Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen Pendidikan Menengah, Kemdiknas