DOSEN PENGAMPU:
Dr. Antono Damayanto. MMBAT
Disusun Oleh :
Nadiva Alya Andzani (2411191003)
Adella Putri (2411191006)
Defvi Fajarwati (2411191019)
Adinda Azelya Wahyu (2411191020)
KELAS REKAYASA LINGKUNGAN (A)
DESEMBER 2019
Rumah sakit umum (RSU) diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang didasari oleh
beban kerja dan fungsi rumah sakit yaitu rumah sakit kelas A, kelas B, Kelas C dan
Kelas D. Dari ke 4 kelas tersebut yang akan dibahas dalam pedoman ini adalah
rumah sakit kelas B yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis
sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas.
Rumah sakit harus memenuhi, persyaratan teknis sarana dan prasarana rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan secara paripurna. Keseluruhan persyaratan
tersebut harus direncanakan sesuai dengan standard dan kaidah-kaidah yang
berlaku. Adapun secara umum yang dimaksud dengan sarana adalah segala sesuatu
hal yang menyangkut fisik gedung/ bangunan serta ruangan. Sedangkan prasarana
adalah segala sesuatu yang membuat sarana tersebut dapat berfungsi seperti
pengadaan air bersih, listrik, instalasi air limbah dan lain-lain.
Persyaratan rumah sakit disarankan memenuhi kriteria pemilihan lokasi rumah sakit
dengan mempertimbangkan aspek sosio-ekonomi masyarakat, aksesibilitas dan
luas lahan untuk bangunan rumah sakit; serta persyaratan teknis lainnya.
Persyaratan teknis sarana rumah sakit meliputi persyaratan atap, langit-langit,
dinding, lantai, struktur dan konstruksi, pintu dan toilet. Persyaratan teknis
prasarana rumah sakit meliputi persyaratan, ventilasi, listrik, air bersih, drainase,
pengolahan limbah, sistem proteksi terhadap bahaya kebakaran, sistem komunikasi,
sistem tata suara, pencahayaan, sistem gas medis, sarana transportasi vertikal (ramp
dan tangga serta lift),dan sebagainya.
Penyusunan ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola
fasilitas pelayanan kesehatan setingkat rumah sakit kelas B, para pengelola rumah
sakit, para pengembang rumah sakit (Yayasan, Badan Usaha maupun Konsultan
Perencanaan dan Perancangan) yang akan merencanakan, sehingga masing-masing
pihak dapat mempunyai kesamaan persepsi mengenai fasilitas rumah sakit. Kami
mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan pedoman ini
.
Sulawesi, Desember 2019
KEPALA PUSAT SARANA, PRASARANA DAN
PERALATAN KESEHATAN
NIP. 195706191981031003
Sukendar Adam DIM. M.Kes
i
DAFTAR ISI
ii
2.2 Biologi ......................................................................................................... 59
2.2.1 Fauna Darat ................................................................... 59
2.2.2 Flora .............................................................................. 59
2.3 Sosial Ekonomi Budaya.............................................................................. 60
2.3.1 Sosial ............................................................................. 60
2.3.2 Sosio Ekonomi .............................................................. 62
2.3.3 Sosio-Budaya ................................................................ 63
2.3.4 Pendidikan ..................................................................... 64
2.3.5 Kelembagaan Masyarakat ............................................. 65
2.3.6 Persepsi Masyarakat ...................................................... 66
2.4 Kesehatan Masyarakat ................................................................................ 67
2.4.1 Derajat Kesehatan Masyarakat ...................................... 67
2.5 Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ....... 70
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.2. Manfaat
Manfaat dari pembangunan rumah sakit di Sulawesi Utara adalah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta
mengembangkan daerah setempat, dan meningkatkan kesejahteraan serta
pelayanan masyarakat di bidang kesehatan.
2
1.4. Deskripsi Rencana Kegiatan
1.4.1. Rencana Penggunaan Lahan
Secara umum penggunaan lahan pada rencana kegiatan pembangunan RSUD
Kelas B terdiri dari 11 lantai untuk pelayanan rumah sakit, dua lantai untuk
fasilitas helipad, fasilitas parkir, RTH serta IPAL. Batasan studi AMDAL ini
hanya pembangunan RSUD dan fasilitas pendukungnya. Rencana
pembangunan hotel dan rumah singgah merupakan perencanaan ke depan
oleh pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Namun, rencana
pembangunan tersebut tidak termasuk di dalam Studi AMDAL ini. Rencana
alokasi penggunaan lahan RSUD disajikan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Rincian Penggunaan Lahan RSUD Provinsi Sulawesi Utara.
No Bangunan Luas(m2) (%)
A Bangunan Utama
1 Gedung Utam (Lantai 1) 7.308 19,22
2 Area Pengembangan Instalasi Kedokteran Nuklir 333 0,88
3 Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Rumah Duka 380 1,00
4 IPSRS 252 0,66
5 Gudang Sentral 275 0,72
6 Power House 71 0,19
7 TPS Limbah Medis, Limbah B3 dan Limbah Domestik Padat 42 0,11
8 Kantor 1.179 0,11
Luas A 9.840 25,87
B Sarana Penunjang
1 Area Parkir Dokter dan Ambulance 308 0,81
2 Area Smart Parking System 2.630 6,92
3 Parkir Direktur dan Direksi 856 2,25
4 Parkir Instalasi Jenazah 231 0,61
5 IPAL dan Sanitasi 210 0,55
6 Water Treatment Plan 200 0,53
7 Sirkulasi Jalan 6.817 17,92
Luas B 11.252 29,59
C RTH 16.940 44,54
Grand Total (A + B + C + D) 38.032 100,00
3
Peta 1.1 Peta Lokasi Kegiatan RSUD.
1. Lokasi Kegiatan
Lokasi rencana kegiatan pembangunan RSUD Kelas B Provinsi Sulawesi Utara
berada di Jalan Raya Bethesda, Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota
Manado dimana kondisi eksisting adalah bangunan RSJ Ratumbuysang (Gambar
1.1). Bangunan RSJ Ratumbuysang akan dibongkar secara bertahap. Pemindahan
fasilitas RSJ Ratumbuysang, pasien dan staf RSJ juga akan dilakukan secara
bertahap sesuai dengan perkembangan pembangunan RSJ di Desa Kalasey,
Kabupaten Minahasa. Luas lahan yang akan digunakan untuk pembangunan RSUD
ini adalah 38.800 m2 dengan bukti sertifikat (Tanda Bukti Hak) Pakai Nomor A
1380531 atas nama Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Di atas lahan
tersebut telah berdiri bangunan UPTD/Labkesda seluas 768 m2. Bangunan
UPTD/Labkesda tersebut tidak termasuk di dalam perencanaan pembangunan
RSUD Kelas B Sulawesi Utara. Sehingga, pihak Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara tidak mempunyai tanggung jawab untuk melanjutkan kegiatan
Labkesda/UPTD tersebut. Instansi yang terkait dengan Labkesda/UPTD akan
berkoordinasi dengan pihak kejaksaan. Sertifikat bangunan UPTD/Labkesda
tersebut akan terpisah dari Sertifikat bangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara.
Sehingga, luas lahan untuk pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara Kelas B
adalah 38.032 m2. Selanjutnya, lahan seluas 38.032 m2 tersebut akan mengalami
perubahan status kepemilikan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
4
kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Adapun batas-batas lokasi rencana
kegiatan sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Jalan Bethesda, Kelurahan Sario Tumpahan
2) Sebelah Timur : Jalan Bethesda, Kelurahan Kleak
3) Sebelah Selatan : Jalan Teluk Banten, Kelurahan Kleak
4) Sebelah Barat : Kelurahan Kleak
5
terkait rencana mobilisasi kendaraan pada saat dilakukan pemindahan
Pasien dan fasilitas RSJ.
3) Relokasi Penghuni Rumah Dinas RSJ Ratumbuysang Relokasi
penghuni rumah dinas RSJ Ratumbuysang akan dilakukan secara bertahap
sebelum kegiatan konstruksi RSUD dimulai. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara akan berdiskusi dengan para penghuni rumah dinas RSJ
Ratumbuysang terkait kesepakatan relokasi hunian bagi para penghuni
rumah dinas RSJ sesuai ketentuan dan standar yang berlaku.
6
9 Quantity surveyor 1 S1 Perencanaan Sipil
10 Security 4 SLTA/SLTP Keamanan
11 Gudang / logistik 1 SLTA Logistik
12 Tukang kayu 60 SLTA/SLTP/SD Struktur
13 Tukang besi 45 SLTA/SLTP/SD Struktur
14 Tukang cor 25 SLTA/SLTP/SD Struktur
15 Tukang keramik 40 SLTP/SD Arsitektural
16 Tukang partisi 20 SLTA/SLTP/SD Arsitektural
17 Tukang plafond 25 SLTA/SLTP/SD Arsitektural
18 Tukang fasad 30 SLTA/SLTP Arsitektural
19 Tukang mekanikal 25 SLTA/SLTP/SD MEP
20 Tukang elektrikal 20 SLTA/SLTP/SD MEP
Total 305
7
sakit sehingga kualitas bangunan pada nantinya menjadi lebih kokoh dan
awet. Mobilisasi pengangkutan material dan alat-alat berat akan dilakukan
di luar jam sibuk agar tidak menimbulkan kemacetan di ruas jalan
lingkungan Kelurahan Kleak. Mobilisasi tersebut juga dilakukan tidak pada
jam-jam istirahat warga dan jam masuk-keluar sekolah untuk menjaga
keamanan dan ketertiban. Estimasi rencana penggunaan bahan material
tahap konstruksi disajikan pada Tabel 1.4
Tabel 1.4 Estimasi Rencana Penggunaan Bahan Material Tahap Kontruksi
Jenis
No Jumlah Satuan Ritasi
Bahan/Pekerjaan
1 Bata atau hebel 50.651 m3 8.442
2 Semen 17.647 ton 882
3 Pasir 66.137 m3 11.023
4 Besi ringan D<12 169.014 batang 1.127
5 Batu pecah 9.869 m3 1.645
6 Arsitektural + MEP 8.442 m3 1.407
7 Beton readymix 48.625 m3 8.104
8 Baja struktur D>12 45.023 batang 450
9 Kayu dan atap 151.616 m3 25.269
Perkiraan total pengangkutan 58.349
Parkir dan sirkulasi jalan 2.576
Total 60.925
3) Pembongkaran RSJ
Kegiatan pembongkaran RSJ akan dilakukan secara bertahap. Puing-puing
bangunan yang masih bernilai jual seperti besi, baja dan beton akan
diserahkan kepada pihak ketiga melalui mekanisme jual beli. Sisa-sisa
puing bangunan yang tidak dapat dijual akan diangkut dan ditempatkan di
TPA yang direkomendasikan oleh Dinas Kebersihan Kota Manado.
Bangunan RSJ yang baru akan berada di Desa Kalasey, Kabupaten
Minahasa dimana proses penyusunan AMDAL dan Izin Lingkungan untuk
RSJ baru tersebut sudah selesai dilakukan. Proses pengangkutan puing-
8
puing bangunan akan dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari Dinas
Perhubungan Kota Manado.
4) Penimbunan dan Pemadatan Tanah
Pekerjaan penimbunan dan pemadatan tanah dilakukan pada lokasi rencana
kegiatan pembangunan RSUD dengan penambahan elevasi permukaan
tanah sebesar 1 meter. Volume material timbunan diperkirakan sebesar
30.000 m3. Alat-alat berat yang digunakan antara lain Excavator, Bulldozer,
Compactor, Dump Truck. Persyaratan material timbunan akan mengikuti
rekomendasi dari instansi terkait sebelum dilakukan kegiatan penimbunan
tanah. Kelayakan dari setiap bagian pondasi untuk penempatan material
timbunan dan semua material yang digunakan dalam konstruksi timbunan
adalah sesuai dengan spesifikasi teknik. Uji timbunan (trial embankment)
akan dilakukan untuk menentukan efektifitas dari beberapa metode
pemadatan dari material yang tersedia untuk pekerjaan timbunan. Sasaran
hasil dari uji timbunan adalah untuk mengkonfirmasi efektifitas dari metode
pemadatan yang berkaitan dengan jenis dan ukuran dari alat pemadat,
jumlah lintasan untuk ketebalan lapisan yang disyaratkan, efek getaran
terhadap kadar air dan aspek lain dari pemadatan. Pekerjaan ini termasuk
penempatan/penghamparan dari material dari borrow area, galian dan
stockpile dengan perbedaan kadar air dan dalam lajur terpisah untuk
pemadatan dengan peralatan pemadat, kecepatan, frekuensi dan jumlah
lintasan yang berbeda.
5) Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp Pekerja Konstruksi
Basecamp atau barak kerja dibangun sebagai tempat tinggal sementara bagi
para pekerja yang menetap di lokasi proyek selama kegiatan konstruksi
berlangsung. Hal tersebut diasumsikan sebagian pekerja tidak pulang ke
rumah setiap hari karena terdapat beberapa pekerjaan yang dikerjakan pada
malam hari. Pembangunan barak kerja dilakukan di dalam lokasi proyek
dan di luar rencana lokasi bangunan utama agar tidak mengganggu
pekerjaan utama. Barak kerja ini dibuat tidak permanen agar mudah
dibongkar pada saat konstruksi berakhir. Dalam barak kerja ini juga terdapat
kantor proyek yang berfungsi sebagai pusat pekerjaan administrasi dan
teknis. Kantor dalam barak kerja ini akan dilengkapi dengan fasilitas seperti
komputer, meja rapat, sarana telepon, file, dan lain-lain. Untuk
memudahkan dalam mencari bahan material maka diperlukan gudang untuk
penempatan bahan material dan alatalat kerja yang digunakan selama masa
konstruksi agar terlindung dari pengaruh hujan, cuaca dan keamanan. Selain
itu juga, akan disediakan direksi keet sebagai tempat untuk menyimpan
berbagai peralatan pendukung, suku cadang, komponen mesin, dan lain-
lain. Ukuran direksi keet disesuaikan dengan kebutuhan dan ditempat pada
posisi yang tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan konstruksi. Apabila
kegiatan telah selesai maka bangunan direksi keet tersebut akan dibongkar
dan dibersihkan. Peralatan yang rusak umumnya akan diperbaiki di dekat
9
lokasi direksi keet tersebut agar mempermudah dalam pengambilan dan
penyimpanannya. Oleh karena itu, pada lokasi tersebut sering ditemukan
sisa-sisa bahan yang dipakai untuk pebaikan seperti oli bekas, potongan
kabel, potongan kawat las, dan lain sebagainya. Selain sarana di atas, pada
barak kerja juga akan disediakan air bersih dan listrik yang digunakan baik
untuk memenuhi kegiatan para pekerja maupun untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan konstruksi itu sendiri. Kebutuhan air tersebut dapat
bersumber dari instalasi PDAM dan air tanah dalam. Jumlah air yang
dibutuhkan pada tahap konstruksi diprakirakan sebesar ±23,94 m3 per hari.
Prakiraan kebutuhan air, timbulan limbah cair dan padat pada tahap
konstruksi disajikan pada Tabel 1.5
Tabel 1.5 Prakiraan Kebutuhan Air, Limbah Cair dan Limbah Padat Pada
Tahap Konstruksi
Jumlah
No Uraian Jumlah Standar (m3/hari) (m3/hari)
1 Kebutuhan Air
Domestik pekerja 305 orang 0,05a) 15.25
Kegiatan konstruksic) - 3,69
Cuci ban truk dan
penyiraman jaland) 5 5
Total 23,94
2 Limbah cair domestik
Domestik pekerja 305 orang 80% penggunaan air 12,2
Total 12,2
Limbah padat
3 (sampah)
Domestik pekerja 305 orang 0,0025 b) 1,3
Sampah konstruksi 0,038e) 4,67
Keterangan :
a) SNI 03 – 7056 – 2005
b) KepMen Kimpraswil No. 534/Kpts/M/2001
c) Luas Bangunan dan Gedung Parkir : 40.573 m2; Masa konstruksi 15 bulan (330
hari kerja)
Kebutuhan Air Konstruksi : (40.573 m2 x 0,03 m3/m2)/ 330 hari kerja = 3,69
m3/hari
d) Cuci ban truk : Diperkirakan 5 m3/hari
e) Asumsi US EPA : (40.573 m2 x 0,038 m3/m2)/ 330 hari kerja = 4,67 m3/hari
10
Konsep pembangunan fisik gedung akan menerapkan konsep roof garden
sebagai healing environment untuk perawatan.Persyaratan keandalan
bangunan dan prasarana dalam pembangunan RSUD akan dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit.
Persiapan Lahan
Lahan RSJ yang sudah dibongkar seluruhnya kemudian dilakukan
pengukuran dan pemberian tanda sehingga memudahkan ketika dilakukan
penggalian ataupun pembuatan pondasi. Pemasangan pagar pengaman juga
akan dilakukan guna menjaga keamanaan bagi pekerja maupun masyarakat
sekitar dari kondisi ataupun hal-hal yang berbahaya. Pagar pengaman dapat
terbuat dari bahan seng yang dipasang mengelilingi areal proyek dan
setinggi 2 m untuk di luar bangunan. Sedangkan untuk pemasangan
pengaman di area dalam bangunan akan menggunakan railing berjaring
pengaman yang dapat menahan/menampung benda-benda yang
dikhawatirkan dapat jatuh menimpa orang yang melintas maupun properti
lainnya seperti kendaraan dan lain-lain. Lokasi proyek/pembangunan harus
bersih dari hal-hal yang dapat menggangu pelaksanaan pembangunan baik
hal teknis maupun non teknis, hal ini bertujuan agar semua dapat berjalan
secara efisien, efektif, dan optimal namun tidak mengganggu keadaan
lingkungan sekitar.
Pekerjaan Struktur Bawah
Untuk bangunan yang mendukung beban berat seperti gedung bertingkat
harus dilakukan kegiatan penyelidikan tanah guna mengetahui daya dukung
tanah dimana akan didirikan bangunan. Selain itu juga dilakukan boring test
sampai kedalaman tertentu untuk mengetahui sifat mekanis tanah sehinggga
perencanaan pondasi dapat dilakukan secara akurat. Pekerjaan struktur
bawah yang dimaksud adalah pembuatan pondasi bangunan, struktur
pondasi diperhitungkan mampu menjamin kinerja bangunan sesuai
fungsinya dan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri,
beban hidup, dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin dan gempa. Struktur
pondasi juga harus menjamin bangunan terbebas dari settlement
(penurunan) baik keseluruhan maupun parsial agar tidak terjadi retak
arsitektur maupun kegagalan struktur. Struktur pondasi yang akan
digunakan dalam rencana kegiatan ini akan menggunakan sistem pondasi
dalam (deep foundation). Pelaksanaan pemasangan tiang pancang akan
dilakukan dengan alat pemancang yang sesuai dengan jenis tanah sehingga
dapat menembus pada kedalaman yang telah ditentukan. Alat pancang yang
digunakan berupa bore pile (Gambar 1.2).Pemilihan bore pile dikarenakan
alat tersebut tidak menimbulkan kebisingan dan getaran yang besar.
11
Gambar 1.2 Ilustrasi Pondasi Bored Pile.
12
Gambar 1.4 Tatanan Tektonik di Sulawesi Utara.
13
lain scaffolding adalah untuk naik turunnya pekerja jika pemasangannya
dipadukan dengan tangga.
14
Gedung kantor akan dibangun sebanyak dua lantai dengan luas lantai 1 yaitu
1.179 m2 dan lantai 2 yaitu 673 m2. Fasilitas yang terdapat di lantai 1
melilputi Area privat (ruang direktur dan kepala bagian), Area semi privat
(ruang staff), Area publik (ruang tunggu), Area semi publik (ruang rapat dan
ruang tamu), area servis (pantry dan ruang kontrol), toilet dan musholla.
Fasilitas yang terdapat di lantai 2 meliputi area pubilk (ruang tunggu), area
semi publik (ruang seminar dan ruang rapat), toilet dan musholla.
Fasiltas Area Parkir dan Gedung Parkir
Fasilitas area parkir yang disediakan yaitu area parkir dokter dan
Ambulance, area parkir direktur dan direksi, area parkir instalasi jenazah
serta area smart parking system. Area smart parking system didesain dengan
system multi level dengan sistem mekanis. Melalui sistem tersebut,
pengguna dapat langsung mengakses (memarkirkan dan mengambil)
kendaraannya secara otomatis dengan sistem informasi yang sudah
disediakan oleh pengelola parkir. Rincian luas lahan parkir disajikan pada
Tabel 1.6 dan rincian lahan untuk gedung parkir dengan smart parking
system disajikan pada Tabel 1.7.
Tabel 1.6 Fasiltas Area Parkir
Luas
No Area Parkir (m2)
1 Dokter dan Ambulance 350
2 Gedung Parkir dengan Smart Parking System 2.630
3 Direktur dan Direksi 856
4 Parkir Instalasi Jenazah 231
15
TPS limbah medis, limbah B3 dan limbah domestik akan dibuat terpisah.
Lokasi TPS linbah medis, limbah B3 dan limbah domestic berdekatan
dengan lokasi STP. Luas masing-masing TPS linbah medis, limbah B3 dan
limbah domestik masing-masing adalah ±14 m2. TPS Limbah B3 akan
dibangun mengikuti Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Tata
Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit)
IPSRS merupakan bangunan berupa workshop yang diperuntukkan bagi
karyawan rumah sakit. Luas lahan IPSRS adalah 252 m2.
7) Pengelolaan Limbah Konstruksi
Pengelolaan limbah konstruksi selama berlangsungnya kegiatan konstruksi
akan dihasilkan limbah baik berupa limbah padat maupun limbah cair.
Limbah padat umumnya dihasilkan dari sisa-sisa pekerjaan konstruksi
sedangkan limbah cair berasal dari kegiatan konstruksi dan aktivitas
pekerja. Limbah padat sisa konstruksi diolah dengan cara dikumpulkan pada
lokasi tertentu, untuk kemudian diangkut oleh truk sampah menuju TPA
bekerja sama dengan pihak ketiga. Potensi limbah cair yang berasal dari
aktivitas domestik pekerja (WC/toilet) diperkirakan sebesar 12,2 m3/hari.
Limbah tersebut akan dialirkan ke septik tank dan selanjutnya penanganan
melalui pengurasan secara berkala bekerjasama dengan pihak ketiga yang
memiliki izin. Sedangkan limbah cair dari konstruksi (5 m3/hari) akan
dialirkan melewati drainase menuju kolam pengendapan (sedimen trap)
menuju kolam pengendapan sebelum mengalir ke badan air penerima.
Limbah B3 yang akan dihasilkan antara lain berupa oli bekas, kaleng oli,
kaleng cat dan sebagainya. Limbah B3 tersebut akan
dikumpulkan/ditampung terlebih dahulu dalam wadah khusus yang diberi
label dan simbol, kemudian diletakkan pada tempat penyimpanan khusus
B3 (TPS B3). Untuk pengelolaan limbah B3 akan bekerja sama dengan
pihak ketiga yang mempunyai izin dari Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Prakiraan timbulan limbah B3 pada tahap konstruksi yang
dihasilkan yaitu menggunakan asumsi 2% dari sampah konstruksi yaitu:
Timbulan Limbah B3 = 2% x 4,67 m3/hari = 0,09 m3/hari (Sumber: Enri
Damanhuri & Tri Padmi, 2010).
8) Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi
Proses pelepasan tenaga kerja konstruksi akan dilakukan sesuai dengan
kesepakatan pada saat perekrutan tenaga kerja. Semua tenaga kerja
konstruksi akan dilepas sesuai dengan prosedur yang dimilliki oleh
kontraktor pelaksana sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
16
1.5.3. Tahap Operasi
1.5.3.1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Pasal 34 menyatakan bahwa kepala rumah
sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai dan keahlian di bidang
perumahsakitan. Adapun pejabat struktural kesehatan rumah sakit yang diatur
dalam Permenkes No.971/MENKES/PER/Xl/2009 tentang Standar Kompetensi
Pejabat Struktural Kesehatan meliputi:
1. Direktur.
2. Wakil Direktur Pelayanan Medis, Administrasi Umum, Keuangan, Sumber Daya
Manusia,Pendidikan.
3. Kepala Bidang dan/atau Kepala Bagian.
4. Kepala Seksi dan/atau Kepala Sub bagian.
Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan di RSUD Sulawesi Utara,
kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) menurut Permenkes No. 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum Kelas B harus
memiliki SDM yang terdiri atas (1) tenaga medis, (2) tenaga kefarmasian, (3)
tenaga keperawatan, (4) tenaga kesehatan lain, serta (4) tenaga non kesehatan.
17
diagnosa dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan
lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit.
Pelayanan Ruang Gawat Darurat
Pelayanan di Ruang Gawat Darurat RSUD Sulawesi Utara memberikan pelayanan
24 jam secara terus menerus 7 hari dalam seminggu. Instalasi Gawat Darurat
mengacu pada standar Rumah Sakit Kelas B setara dengan unit pelayanan gawat
darurat Bintang III. Standar tersebut diantaranya memiliki empa dokter spesialis t
besar (dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak,
dokter spesialis kebidanan) yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam, dokter
umum siaga di tempat (on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi medik untuk
pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan atau ATLS (Advance
Trauma Life Support) + ACLS (Advance Cardiac Life Support) dan mampu
memberikan resusitasi dan stabilisasi Kasus dengan masalah ABC (Airway,
Breathing, Circulation) untuk terapi definitif serta memiliki alat transportasi untuk
rujukan dan komunikasi yang siaga 24 jam.
Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Ruang Rawat Inap RSUD Sulawesi Utara meliputi kegiatan asuhan dan
pelayanan keperawatan, pelayanan medis, gizi, administrasi pasien, rekam medis,
pelayanan kebutuhan keluarga pasien (berdoa, menunggu pasien, mandi, dapur
kecil/pantry, konsultasi medis).
Pelayanan Ruang Intensif
Ruang intensif merupakan ruang untuk perawatan pasien yang dalam keadaan
belum stabil sehingga memerlukan pemantauan ketat secara intensif dan tindakan
segera. Ruang perawatan intensif merupakan unit pelayanan khusus di rumah sakit
yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama
24 jam.
Kebutuhan Air
RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan menggunakan air dari PDAM Kota Manado
sebagai sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan air pada saat operasional
rumah sakit. Apabila kebutuhan tersebut tidak mencukupi, RSUD Provinsi
Sulawesi Utara akan mengunakan air tanah dalam untuk menutupi kekurangan air
sampai tercukupi. Titik pengeboran akan ditentukan lebih lanjut oleh kontraktor
pelaksana Secara umum, perkiraan jumlah kebutuhan air minum dan air bersih
untuk rumah sakit berdasarkan pada jumlah tempat tidur yaitu minimal air bersih
500 liter per tempat tidur per hari. Besarnya kebutuhan air dari PDAM dan air tanah
tergantung persediaan dari PDAM Kota Manado pada saat operasional rumah sakit.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara akan berkoordinasi dengan PDAM Kota
Manado terkait suplai air PDAM. RSUD Provinsi Sulawesi Utara akan
menyediakan kebutuhan air untuk penggunaan umum bagi pasien, pengunjung atau
karyawan rumah sakit yang membutuhkan air bersih untuk aktivitas mandi, cuci,
18
kakus (MCK) sesuai dengan persyaratan kualiitas air bersih menurut Permenkes
No:416/MEN.KES/PER/IX/1990.
1.5.3.3. Pemeliharaan Bangunan dan Fasilitas
Kegiatan pemeliharaan bangunan dan fasilitas RSUD Sulawesi Utara untuk
mempertahankan dan memelihara fungsi bangunan sehingga dapat menunjang
kegiatan operasional rumah sakit. Kegiatan pemeliharaan bangunan dan fasilitas
RSUD meliputi berbagai aspek yang bisa dikategorikan dalam empat kegiatan,
yaitu :
a) Pemeliharaan rutin yaitu pemeliharaan yang dilaksanakan dengan interval waktu
tertentu untuk mempertahankan gedung pada kondisi yang diinginkan/sesuai.
b) Rectification (perbaikan bangunan yang baru saja selesai) melalui pemeliharaan
remedial yaitu pemeliharaan perbaikan yang dapat diakibatkan oleh kegagalan
teknis yang bisa terjadi pada tahap kontruksi maupun pada tahap pengoperasian
bangunan.
c) Replacement (penggantian bagian yang berharga dari suatu bangunan)
d) Retrofitting (melengkapi bangunan sesuai kemajuan teknologi)
19
sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2015 Tata
Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Limbah Padat Domestik
Limbah padat domestik limbah non infeksius yang berupa limbah organik (sisa-sisa
makanan dan bumbu masakan) dan non-organik (kertas, plastik pembungkus
makanan dan dus). Untuk penanganan limbah padat ini pihak pengelola
menyediakan tempat sampah di setiap sudut ruangan dan kamar rawat inap. Limbah
padat yang terkumpul selanjutnya dipilah sebelum ditempatkan di TPS LImbah
Padat. Kemudian, pemrakarsa akan melakukan kerjasama dengan Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Manado untuk melakukan pengangkutan sampah
setiap hari dari TPS untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Limbah
B3 Padat
Limbah padat B3 yang akan dihasilkan dari operasional RSUD berasal dari lampu
bekas, sisa tinta printer, cartridge bekas, baterai remote AC dan audio visual, sisa-
sisa bahan aerosol, sisa-sisa oli bekas dan sludge IPAL. Pengelolaan limbah B3
padat merujuk kepada PP No 101 Tahun 2014
Limbah Cair
Air limbah yang berasal dari kegiatan operasional RSUD Sulawesi Utara bersifat
infeksius yang mengandung kuman-kuman penyebab penyakit (patogen) dan
bahan-bahan kimia berbahaya. Oleh sebab itu, diperlukan penanganan khusus untuk
menjaga kesehatan lingkungan rumah sakit dan lingkungan sekitarnya. Untuk
menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan pemilihan teknologi yang tepat
sehingga hasilnya sesuai dengan baku mutu air limbah yang dipersyaratkan dalam
peraturan. Hasil pengolahan air limbah pada IPAL harus memenuhi persyaratan
pada PermenLH No.5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk kegiatan
pelayanan kesehatan.
20
Tabel 1.8 Jadwal pelaksanaan proyek Pembangunan RSUD
21
1.7. Ringkasan Dampak Penting Hipotetik Yang Dikaji
Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang terkait
dengan rencana kegiatan. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan berfokus
kepada komponen-komponen kegiatan yang berpotensi menyebabkan dampak
lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan, termasuk alternatifnya (jika terdapat
alternatif-alternatif terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan) dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sudah disiapkan/direncanakan sejak awal sebagai bagian
dari rencana kegiatan (terintegrasi dalam desain rencana usaha dan/atau kegiatan).
Dalam kajian ini dokumen yang dijadikan acuan untuk deskripsi rencana usaha
dan/atau kegiatan adalah dokumen studi pra-kelayakan (pre-feasibility study).
Pelingkupan dilakukan melalui tiga tahap yaitu: Identifikasi Dampak Potensial,
Evaluasi Dampak Potensial dan Penentuan DPH.
22
Tabel 1.9 Matriks Identifikasi Dampak Potensi
KOMPONEN LINGKUNGAN
KOMPONEN KEGIATAN KETERANGAN
GEO-FISIK-KIMIA BIOLOGI SOSIAL KESEHATAN MASYARAKAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4 1 2 3 4
TAHAP PRAKONSTRUKSI x = Ada potensi dampak
Sosialisasi Rencana Kegiatan X Geo-Fisik Kimia:
Pemindahan Pasien RSJ Ratumbuysang X 1 = Kualitas Udara Ambien
2 = Kebisingan
Relokasi Penghuni Rumah Dinas RSJ Ratumbuysang X 3 = Getaran
TAHAP KONSTRUKSI 4 = Kualitas Air Permukaan
5 = Air LImpasan
Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi X X X 6 = Potensi Longsor
7 = Ketersediaan Air
Mobilisasi dan demobilisasi alat dan material X X X X 8 = Timbulan sampah
Pembongkaran Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang X X X X X X X 9 = Sedimentasi
Penimbunan dan Pemadatan Tanah X X X X Biologi :
Pembangunan dan pengoperasian basecamp X X X 1 = Flora dan Fauna Darat
Pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang X X X X X X X Sosial Ekonomi Budaya:
1 = Kesempatan Kerja dan
Pengelolaan limbah konstruksi Berusaha
Pelepasan tenaga kerja konstruksi X X X 2 = Pendapatan Masyarakat
3 = Persepsi dan Sikap
TAHAP OPERASIONAL Masyarakat
Penerimaan Tenaga Kerja Operasi X X X 4 = Keberadaan Bangunan
Cagar Budaya (Benteng
Aktivitas Rumah Sakit X X X X X X X X Belanda)
Pengoperasian Helipad X Kesehatan Masyarakat:
Pemeliharaan bangunan dan fasilitas X X X 1 = Prevalensi Penyakit
2 = Sanitasi Lingkungan
3 = Pelayanan Kesehatan
4 = Keamanan dan keselamatan
pasien/masyarakat
Pengelolaan limbah X X
23
1.9. Evaluasi Dampak Potensial
Evaluasi dampak potensial dilakukan untuk menghilangkan atau meniadakan
dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga
diperoleh daftar DPH untuk ditelaah secara mendalam dalam dokumen ANDAL.
Penapisan DPH untuk kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan empat (4)
kriteria sebagai berikut:
1. Beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi;
2. Komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen
lingkungan lainnya (nilai ekologis);
3. Adanya kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan
tersebut; dan
4. Adanya aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh
dampak tersebut.
Jika salah satu pertanyaan dijawab dengan ‘ya’, maka dampak potensial tersebut
dikategorikan sebagai DPH yang harus dikaji dalam dokumen ANDAL. Apabila
jawaban dari keempat pertanyaan tersebut ‘tidak’, maka dampak potensial tersebut
dikategorikan sebagai Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH). Hasil evaluasi
dampak potensial menjadi DPH dicantumkan pada Tabel 1.10
24
Tabel 1.10 Matriks Evaluasi Dampak Potensial.
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
1. TAHAP PRAKONSTRUKSI
A.1 Sosialisasi Rencana 1. Sosialisasi dengan instansi terkait Sosial Persepsi dan sikap Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang saat ini DTPH, namun - -
Kegiatan 2. Sosialisasi dengan tokoh masyarakat beroperasi di lokasi rencana kegiatan dikelola
masyarakat sekitar 1 pembangunan RSUD, sehingga pembangunan Tidak dan dipantau
RSUD tidak akan menambah beban karena
kegiatannya hampir sama dengan kegiatan yang
sebelumnya beroperasi
Di lokasi rencana kegiatan sudah berdiri Rumah
Sakit Jiwa Ratumbuysang. Dengan adanya
rencana pembangunan RSUD, maka rumah sakit
jiwa tersebut akan direlokasi di Desa Kalasey,
2 Kabupaten Minahasa Utara. Rencana kegiatan Tidak
pembangunan RSUD tidak akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap nilai sosial
ekonomi masyarakat, karena sebelumnya di lokasi
kegiatan sudah beroperasi rumah sakit jiwa.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
3 rencana pembangunan RSUD Propinsi karena Tidak
kegiatannya hampir mirip dengan kegiatan
eksisting sebelumnya.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang akan dilakukan
A.2 Pemindahan Pasien RSJ Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Masyaraat Keamanan dan Berdasarkan observasi lapangan, tidak ditemukan Tidak DPH, namun
Ratumbuysang Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara keselamatan pasien/ adanya dampak terganggunya keamanan dan perlu dikelola dan
dan Dinas Perhubungan Kota masyarakat keselamatan pasien dan/atau masyarakat dari dipantau dalam RKL-
Manado 1 aktivitas pemindahan pasien RJJ Ratumbuysang. Tidak RPL
Sehingga, tidak ada beban dampak lingkungan
akibat dari pemindahan pasien RSJ
Ratumbuysang.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, Dampak Tidak
terganggunya keamanan dan keselamatan pasien
2 dan/atau masyarakat akibat dari pemindahan
pasien RSJ Ratumbuysang tidak memegang
peranan penting dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat dengan Tidak
3 adanya aktivitas pemindahan pasien RSJ
Ratumbuysang.
Dalam proses pemindahan pasien, RS telah Tidak
mempunyai prosedur penanganan pasien jiwa.
Apabila prosedur tersebut dijalankan dan di awasi ,
4 dapat mengurangi potensi terjadinya gangguan
keselamatan/keamanan pada petugas
medis/paramedis dan/atau masyarakat sekitar RS.
Sehingga, tidak ada aturan atau kebijakan yang
akan dilanggar.
A.3 Relokasi Penghuni Rumah 1. Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan sikap Rumah dinas diperuntukkan bagi karyawan yang Tidak DPH, namun Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
Dinas RSJ Ratumbuysang sekitar lokasi kegiatan sebelum masyarakat berdinas di RSJ. Penghuni rumah dinas sebagian perlu dikelola dan Kleak dan Lingkungan 2
dilakukannya pembongkaran besar adalah karyawan RSJ, tetapi terdapat dipantau Kelurahan Sario
2. Dinas Kesehatan Provinsi beberapa yang bukan karyawan RSJ (menempati Tumpaan
1 rumah orang tuanya yang sudah pensiun). Tidak
Sulawesi Utara telah
Dokumen yang dimiliki oleh penghuni adalah
mengeluarkan surat surat
pemberitahuan pengosongan izin penghunian. Dinas Kesehatan Provinsi
lahan pada tanggal 24 Agustus Sulawesi Utara telah mengeluarkan surat
25
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
2018 dengan batas akhir 24 Agustus 2018 dengan batas akhir pengosongan
pengosongan adalah minggu adalah minggu ketiga bulan September.
ketiga bulan September Berdasarkan hasil FGD dengan penghuni rumah
3. Pihak RSUD sudah dinas umumnya sudah mengetahui rencana
pengosongan. Penghuni umumnya sudah bersedia
mengkoordinasikan dengan
pindah, penghuni hanya meminta kelonggaran
SKPD terkait untuk masalah waktu dan kompensasi untuk proses pemindahan
relokasi dan pembongkaran tersebut. Pihak sudah mengajukan untuk
rumah dinas; pemberian kompensasi kepada yang berhak
4. Pihak RSUD sudah mengajukan menerima kompensasi
pada Pemprov SULUT untuk Berdasarkan hasil FGD penghuni rumah dinas
kompensasi karyawan yang sudah bersedia untuk mengosongkan rumah dinas
tinggal di rumah dinas pada dan masyarakat tidak akan terkena dampak,
APBD-P karena lokasi rumah dinas berada di dalam
2 Kawasan areal RSJ Ratumbuysang. Kegiatan ini Tidak
tidak akan memberikan dampak terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar karean lokasi
rumah dinas ada di alam lokasi kegiatan dan
hanya terdapat 25 KK yang menghuni rumah dinas
tersebut
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
rencana relokasi penghuni rumah dinas RSJ
3 Ratumbuysang, karena relokasi tersebut akan Tidak
mengikuti ketentuan yang berlaku. Pihak
pengelola
sudah menyiapkan upaya-upaya pengelolaan
terkait ada
Tidak relokasi rumah dinas
pelanggaran RSJ Ratumbuysang
peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
2. TAHAP KONSTRUKSI
B.1 Penerimaan tenaga kerja Sosialisasi dengan stakeholder Sosial Kesempatan Kerja dan Berdasarkan data sekunder, Angkatan kerja yang DPH Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
konstruksi terkait (kontraktor pelaksana, Dinas Berusaha 1 belum mendapat pekerjaan di wilayah studi Ya Kleak dan Lingkungan 2
ketenagakerjaan dan tokoh sebesar 538 jiwa Kelurahan Sario
masyarakat setempat) atas Proses penerimaan tenaga kerja dapat Tumpaan
informasi ketenagakerjaan 2 mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat Tidak
yang ada di wilayah studi.
Ada kekhawatiran masyarakat terkait proses
3 perekrutan tenaga kerja tidak memberikan Ya
prioritas
bagi
Tidakangkatan kerja yang
ada pelanggaran ada di wilayah
peraturan studi
terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.2 Penerimaan tenaga kerja Sosialisasi dengan stakeholder Sosial Pendapatan Masyarakat Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
1 Ya
konstruksi terkait (kontraktor pelaksana, Dinas wilayah studi sebesar 538 jiwa. Kleak dan Lingkungan 2
ketenagakerjaan dan tokoh Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan Kelurahan Sario
masyarakat setempat) atas berpengaruh terhadap terhadap adanya Tumpaan
informasi ketenagakerjaan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat
2 sekitar sehingga angkatan kerja yang terserap Ya
akan mempunyai pendapatan. Pendapatan yang
dimiliki akan berpengaruh terhadap kegiatan sosial
ekonomi masyarakat khususnya angkatan kerja
yang diterima bekerja
Ada kekhawatiran masyarakat terkait rencana
3 kegiatan penerimaan tenaga kerja tidak Ya
memberikan prioritas bagi angkatan kerja yang
ada di wilayah studi
26
Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan
4 Tidak
dilanggar dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja
27
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
B.3 Penerimaan tenaga kerja Sosialisasi dengan stakeholder Sosial Persepsi dan Sikap Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
1 Ya
konstruksi terkait (kontraktor pelaksana, Dinas Masyarakat wilayah studi sebesar 538 jiwa. Kleak dan Lingkungan 2
ketenagakerjaan dan tokoh Proses penerimaan tenaga kerja dapat Kelurahan Sario
masyarakat setempat) atas 2 Ya Tumpaan
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat
informasi ketenagakerjaan
Ada kekhawatiran masyarakat terkait proses
3 perekrutan tenaga kerja tidak memberikan Ya
prioritas
bagi
Tidakmasyarakat yang ada
ada pelanggaran di wilayah
peraturan studi.
terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.4 Mobilisasi dan Geo-Fisik-Kimia Kualitas Udara Ambien Berdasarkan survei awal/observasi lapang, DPH Perumahan penduduk di 330 hari
demobilisasi aktifitas kendaraan bermotor yang melewati jalan sepanjang Jalan
alat dan material 1 lingkungan Kelurahan Kleak masih tergolong Tidak Lingkungan di Kelurahan
rendah. Dengan demikian beban lingkungan Kleak
terhadap kualitas udara relatif rendah ( < 10 meter
dari Jalan Lingkungan Kelurahan Kleak).
Kondisi jalan lingkungan Kelurahan Kleak sangat
berdekatan dengan area permukiman penduduk.
2 Sebaran dampak dari emisi kendaraan dari Ya
mobilisasi alat dan material diperkirakan akan
mencapai ke pemukiman penduduk.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan Tidak
dari kegiatan mobilisasi alat dan material selama
Tahap Konstruksi.
Kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi alat dan
material berpotensi melampaui baku mutu
4 lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah No.41 Tidak
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
B.5 Mobilisasi dan Waktu mobilisasi alat dan material Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Berdasarkan survei awal/observasi lapang, DPH Perumahan penduduk di 330 hari
demobilisasi konstruksi dilakukan pada waktu kebisingan di area rencana proyek masih relatif sepanjang Jalan
alat dan material siang hari (jam kerja) sehingga rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih Lingkungan di Kelurahan
tidak 1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak Kleak
mengganggu istirahat warga sekitar melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
yang berdekatan dengan lokasi lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
kegiatan rendah.
Kegiatan mobilisasi dan demobilsasi alat dan
material akan menggunakan jalan umum terdekat
menuju tapak proyek, yaitu Jalan Bethesda.
Intensitas mobilisasi alat dan material diperkirakan
berlangsung selama ±3 bulan, dengan paparan
kebisingan dari kendaraan seperti dump truck dan
concrete miixer truck yang melewati jalan
diperkirakan mencapai 85-88 dBA pada jarak 15
2 meter dari sumber kebisingan (Dampak Bising, Ya
KLH, 2009). Potensi dampak kebisingan cukup
signifikan karena lokasi jalan akses mobilisasi
berdekatan dengan area pemukiman yang berada
di pinggir jalan, yaitu sekitar 10-15 meter dari area
tapak proyek. Oleh karena itu kebisingan yang
ditimbulkan berpotensi mengganggu pemukiman
penduduk terdekat jalur mobilisasi dan
demobilisasi alat dan material.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
3 masyarakat yang menyatakan kekhawatiran Tidak
terhadap dampak kebisingan yang ditimbulkan
28
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
kegiatan mobilisasi alat dan material selama
Tahap Konstruksi.
Peningkatan kebisingan akibat kegiatan mobilisasi
alat dan material berpotensi melampaui baku mutu
4 lingkungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Ya
Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan untuk area pemukiman sebesa 55+3
dB(A).
B.6 Mobilisasi dan Sosial Persepsi dan Sikap Berdasarkan observasi lapangan, kondisi jalan DPH Perumahan penduduk di 330 hari
demobilisasi Masyarakat lingkungan yang akan digunakan untuk mobilisasi sepanjang Jalan
alat dan material 1 dan demobilisasi alat dan material kondisinya Ya Lingkungan di Kelurahan
sudah mulai padat dan kondisi jalan lingkungan Kleak
yang sempit
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan
2 material akan berpengaruh terhadap kehidupan Ya
sosial ekonomi masyarakat di wilayah studi.
Ada kekhawatiran masyarakat terkait kegiatan
mobilisasi dan demobilisasi akan menimbulkan
3 gangguan lalu lintas dan menimbulkan kebisingan Ya
yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat di wilayah studi.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.7 Mobilisasi dan Kesehatan Prevalensi Penyakit Berdasarkan data sekunder, ISPA merupakan DPH Perumahan penduduk di 330 hari
demobilisasi Masyarakat penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat sepanjang Jalan
alat dan material 1 sekitar, apabila tidak ada pengelolaan bangkitan Ya Lingkungan di Kelurahan
debu dari kegiatan mobilisasi kendaraan proyek Kleak
dapat meningkatkan insiden ISPA.
Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
bangkitan debu adalah gangguan pada saluran
pernafasan. Penyakit ini bersifat akut, dapat
2 diderita siapa saja (anak-anak/dewasa) dan dapat Tidak
sembuh dengan sendirinya tanpa melalui
pengobatan sehingga tidak akan signifikan
mengganggu aktifitas masyarakat.
Tidak adanya kekhawatiran masyarakat mengenai
3 efek kesehatan akibat dari bangkitan debu dari Tidak
mobilisasi kendaraan proyek.
Kegiatan ini dapat menimbulkan debu bangkitan
ke
4 udara ambien, hal ini dapat berpotensi Ya
menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang
diakibatkan dari debu jika konsentrasinya melebihi
baku mutu udara ambien dalam PP No. 41 Tahun
B.8 Mobilisasi dan Melaksanakan Rekomendasi dari Transportasi Darat Bertambahnya Volume 1999 tentang data
Berdasarkan Pengendalian Pencemaran
sekunder lalu Udara.
lintas yang DPH Jalan Lingkungan di 330 hari
demobilisasi Andalalin dan melakukan rekayasa Kendaraan 1 didapat dari google street, tingkat kepadatan pada Ya Kelurahan Kleak
alat dan material lalu lintas ruas jalan Bethesda cenderung padat pada jam
07.00-22.00
Ruas jalan tersebut cukup vital sebagai salah satu
2 pintu masuk Kota Manado, sehingga jika ada Ya
kemacetan di ruas jalan tersebut akan
mempengaruhi aksesibilitas menuju Kota Manado
Berdasarkan konsultasi publik, ada kekhawatiran
3 dari masyarakat terkait dengan kemacetan pada Ya
ruas jalan Bethesda
29
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH)
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
Berdasarkan berita yang beredar, kecederungan
4 berita baik yang muncul, sehingga belum Tidak
ditemukan pelanggaran pada ruas jalan Bethesda
B.9 Pembongkaran Rumah 1. Sosialisasi dengan instansi dan Geo-Fisik-Kimia Kualitas Udara Ambien Berdasarkan survei awal/observasi lapang, Tidak DPH, namun
Sakit Jiwa Ratumbuysang tokoh masyarakat dalam rangka aktifitas kendaraan bermotor yang melewati jalan perlu dikelola dan
pembongkaran bangunan lama 1 lingkungan Kelurahan Kleak masih tergolong Tidak dipantau
2. Pemasangan pagar pembatas, rendah. Dengan demikian beban lingkungan
terhadap kualitas udara relatif rendah ( < 10 meter
penggunaan APD, dan
dari Jalan Lingkungan Kelurahan Kleak).
pemasangan tanda dilarang
masuk bagi yang tidak Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
berkepentingan) 2 penurunan kualitas udara dari kegiatan Tidak
Pembongkaran tidak menjadi perhatian yang
3. Pembongkaran dilakukan secara khusus oleh perwakilan masyarakat.
bertahap sehingga kadar debu
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
dapat diminimalisir
3 masyarakat yang menyatakan kekhawatiran Tidak
terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan
dari kegiatan pembongkaran RSJ Ratumbuysang.
Pemrakarsa berencana akan memasang pagar
pembatas di sekeliling lokasi kegiatan.
Pemasangan pagar pembatas ini untuk mencegah
debu-debu material dari aktivitas pembongkaran
4 ke rumah-rumah penduduk. Berdasarkan hal Tidak
tersebut, Kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi
alat dan material tidak berpotensi melampaui baku
mutu lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah
No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara).
B.10 Pembongkaran Rumah 1. Sosialisasi dengan instansi dan Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Pada saat survei awal/observasi lapang, Tidak DPH, namun
Sakit Jiwa Ratumbuysang tokoh masyarakat dalam rangka kebisingan di area rencana proyek masih relatif perlu dikelola dan
pembongkaran bangunan lama rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih dipantau
1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak
2. Pemasangan pagar pembatas,
melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
penggunaan APD, dan
lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
pemasangan tanda dilarang rendah.
3. masuk bagi yang tidak Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
berkepentingan peningkatan kebisingan dari kegiatan
2 Tidak
4. Pembongkaran dilakukan pada Pembongkaran tidak menjadi perhatian yang
jam kerja yaitu pukul 08.00- khusus oleh perwakilan masyarakat.
17.00 WITA, sehingga tidak Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
mengganggu istirahat masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 Tidak
masyarakat terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan
dari kegiatan pembongkaran RSJ Ratumbuysang.
Pemrakarsa berencana akan memasang pagar
pembatas di sekeliling lokasi kegiatan.
Pemasangan pagar pembatas ini untuk mencegah
debu-debu material dari aktivitas pembongkaran
4 ke rumah-rumah penduduk. Berdasarkan hal Tidak
tersebut, Kualitas udara akibat pembongkaran RSJ
Ratumbuysang tidak berpotensi melampaui baku
mutu lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah
No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara).
B.11 Pembongkaran Rumah Geo-Fisik-Kimia Getaran Berdasarkan observasi lapangan, dampak getaran Tidak DPH
Sakit Jiwa Ratumbuysang 1 tidak signifkan karena kegiatan konstruksi belum Tidak
berjalan.
2 Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
getaran dari pembongkaran RSJt tidak menjadi
30
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
perhatian bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
lokasi kegiatan.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait Tidak
3 dampak getaran yang akan terjadi pada saat
pembongkaran RSJ Ratumbuysang
Tidak ada peraturan yang akan dilanggar dari Tidak
4
kegiatan pembongkaran RSJ
B.12 Pembongkaran Rumah Membuat sediment trap (kolam Geo-Fisik-Kimia Kualitas Air Permukaan Berdasarkan observasi lapangan, kualitas air Tidak DPH, namun
Sakit Jiwa Ratumbuysang pengendapan) untuk mencegah 1 permukaan di sekitar lokasi kegiatan masih dalam Tidak Perlu dikelola dan
sedimen masuk ke dalam badan air kondisi baik. Hal ini ditandai dengan kondisi air dipantau daam RKL-
penerima yang tidak berbau. RPL
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
kualitas air permukaan yang akan timbul dari
2 pembongkaran RSJ Ratumbuysang tidak menjadi
perhatian bagi masyarakat yang berada di sekitar
lokasi kegiatan.
Tidak ada kekhawatiran dari masyarakat terhadap Tidak
3 dampak kualitas air permukaan dari kegiatan
pembongkaran RSJ Ratumbuysang
Sisa-sisa material hasil pembongkaran akan Tidak
ditempatkan di tempat penampungan sementara
puing-puing bangunan dan akan dijual kepada
pihak ketiga atau dibuang ke lokasi pembuangan
4 yang telah ditunjuk oleh Dinas Kebersihan Kota
Manado. Hal ini akan mencegah terbawanya sisa-
sisa material hasil pembongkaran yang terbawa
oleh limpasan air pada saat hujan tiba. Sehingga,
tidak ada baku mutu yang akan dilanggar dari
aktivitas tersebut.
B.13 Pembongkaran Rumah 1. Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum DPH Masyarakat di Kelurahan 66 Hari
Sakit Jiwa Ratumbuysang sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak Kleak dan Lingkungan 2
dilakukannya pembongkaran tersebut Kelurahan Sario
2. Dinas Kesehatan Provinsi Kegiatan pembongkaran bangunan eksisting akan Tumpaan
Sulawesi Utara telah memberikan dampak berupa peningkatan
mengeluarkan surat kebisingan dan polusi udara khususnya debu.
2 Peningkatan kebisingan dan polusi udara Ya
pemberitahuan pengosongan
lahan pada tanggal 24 Agustus (khususnya debu) akan berpengaruh terhadap
kondisi sosial masyarakat, karena pemukiman
2018 dengan batas akhir
sangat dekat dengan lokasi kegiatan
pengosongan adalah minggu
ketiga bulan September Berdasarkan hasil konsultasi publik, ada
kekhawatiran masyarakat terhadap dampak
3. Pihak RSUD sudah 3 kualitas udara ataupun kebisingan yang Ya
mengkoordinasikan dengan ditimbulkan dari kegiatan pembongkaran RSJ
SKPD terkait untuk masalah Ratumbuysang.
relokasi dan pembongkaran
rumah dinas;
4. Pihak RSUD sudah mengajukan
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
pada Pemprov SULUT untuk 4 Tidak
yang dilakukan
kompensasi karyawan yang
tinggal di rumah dinas pada
APBD-P
B.14 Pembongkaran Rumah - Kesehatan Prevalensi Penyakit Berdasarkan data sekunder, ISPA merupakan Tidak Tidak DPH
Sakit Jiwa Ratumbuysang Masyarakat penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat
1 sekitar. Namun demikian, lokasi pembongkaran
bangunan RS Jiwa Ratumbuysang berada di
tengah lahan RSJ. Selain itu, ketinggian bangunan
31
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
hanya 1-2 lantai sehingga dampak terhadap
masyarakat sekitar tidak signifikan.
Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan dari Tidak
bangkitan debu adalah gangguan pada saluran
pernafasan. Penyakit ini bersifat akut, dapat
2 diderita siapa saja (anak-anak/dewasa) dan dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa melalui
pengobatan sehingga tidak akan signifikan
mengganggu aktifitas masyarakat.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, Tidak adanya Tidak
3 kekhawatiran masyarakat mengenai efek
kesehatan akibat dari pembongkaran bangunan
RS Jiwa Ratumbuysang.
Kegiatan ini dapat menimbulkan debu bangkitan Tidak
ke
udara ambien. Namun demikian, sebaran debu
4 dari kegiatan pembongkaran RSJ Ratumbuysang
tidak signifkan sehingga konsentrasi debu di
pemukiman penduduk masih dibawah baku mutu
udara ambien dalam PP No. 41 Tahun 1999
B.15 Pembongkaran Rumah 1. Pelaksanaan pembongkaran Kesehatan Sanitasi Lingkungan tentang Pengendalian
Penyakit Pencemaran
saluran pencernaan Udara.
(Gastroenteritis) Tidak DPH, akan
Sakit Jiwa Ratumbuysang sesuai dengan SOP Masyarakat termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yang tetapi tetap dikelola
pembongkaran Rumah Sakit diderita oleh masyarakat sekitar. Namun demikian, dan dipantau dalam
(pemilahan sampah infeksius dan 1 masyarakat sekitar sudah menggunakan air dari Tidak RKL-RPL
non infeksius) PDAM dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hal ini dapat mengurangi potensi terpaparnya
2. Menggunakan APD yang kuman patogen akibat air limpasan dari kegiatan
memadai pembongkaran RSJ.
3. Sampah puing dibuang pada Penyakit saluran pencernaan (Gastroenteritis) Tidak
lokasi yang telah ditentukan dan merupakan penyakit akut yang dapat sembuh
diangkut oleh Dinas Kebersihan 2 dengan mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep
Kota Manado dokter/dengan resep dokter sehingga tidak akan
signifikan mengganggu aktifitas masyarakat.
Dalam konsultasi publik, ada masukan dari Tidak
masyarakat terkait dengan penutupan saluran air
yang ada di rumah sakit. Hal ini dapat
mengakibatkan terganggunya aliran limpasan air
3 hujan sehingga menyebabkan banjir pada
masyarakat sekitar RS. Namun dalam rencana
pembangunan RSUD, saluran tersebut akan tetap
dipertahankan/dialih ke jalur yang berada
disamping RS menuju ke sungai.
Pembongkaran RS Jiwa Ratumbuysang meliputi Tidak
area infeksius dan non-infeksius. Potensi
4 penyebaran kuman patogen dari air limpasan yang
masuk ke saluran air dapat dikurangi dengan
pengelolaan yang baik, sehingga tidak terjadi
pencemaran pada saluran air.
B.16 Pembongkaran Rumah Melaksanakan rekomendasi dan Transportasi Darat Bertambahnya Volume Berdasarkan data sekunder lalu lintas yang DPH Jalan Lingkungan 66 Hari
Sakit Jiwa Ratumbuysang arahan dari Dinas Perhubungan Kendaraan 1 didapat dari google street, tingkat kepadatan pada Ya Kelurahan Kleak
Kota Manado ruas jalan Bethesda cenderung padat pada jam
07.00-22.00
Ruas jalan tersebut cukup vital sebagai salah satu
2 pintu masuk Kota Manado, sehingga jika ada Ya
kemacetan di ruas jalan tersebut akan
mempengaruhi aksesibilitas menuju Kota Manado
32
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
Berdasarkan konsultasi publik, ada kekhawatiran
3 dari masyarakat terkait dengan kemacetan pada Ya
ruas jalan Bethesda
Berdasarkan berita yang beredar, kecederungan
4 berita baik yang muncul, sehingga belum Tidak
ditemukan pelanggaran pada ruas jalan Bethesda
B.17 Penimbunan dan Geo-Fisik-Kimia Kualitas Udara Ambien Berdasarkan survei awal/observasi lapang, tidak DPH Masyarakat Lingkungan 30 hari
pemadatan tanah 1 ada aktivitas penimbunan dan pemadatan lahan di Tidak 1
sekitar lokasi kegiatan. Sehingga, beban Kelurahan Kleak
komponen lingkungan tidak signifkan.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
penurunan kualitas udara dari kegiatan
2 penimbunan dan pemadatan lahan tidak menjadi Tidak
perhatian yang khusus oleh perwakilan
masyarakat.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
3 masyarakat yang menyatakan kekhawatiran Tidak
terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan
dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah.
Luas lahan yang akan dilakukan penimbunan dan
pemadatan lahan lebih dari 3 Ha. Potensi debu
4 yang dihasilkan diperkirakan melampaui baku Ya
mutu lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah
No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara).
B.18 Penimbunan dan Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Pada saat survei awal/observasi lapang, DPH Masyarakat Lingkungan 30 hari
pemadatan tanah kebisingan di area rencana proyek masih relatif 1
rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih Kelurahan Kleak
1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak
melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
rendah.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
2 peningkatan kebisingan dari kegiatan penimbunan Tidak
dan pemadatan tanah tidak menjadi perhatian
yang khusus oleh perwakilan masyarakat.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
3 masyarakat yang menyatakan kekhawatiran Tidak
terhadap dampak kualitas udara yang ditimbulkan
dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah.
Luas lahan yang akan dilakukan penimbunan dan
pemadatan lahan lebih dari 3 Ha. Alat-alat yang
digunakan seperti excavator, bulldozer, compactor
4 dan dump truk akan berpotensi menghasilkan Ya
bising yang diperkiakan melampaui baku mutu
lingkungan sesuai KepMen LH Nomor 48 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
B.19 Penimbunan dan 1. Memasang turap yang Geo-Fisik-Kimia Sedimentasi Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada isu Tidak DPH, akan - -
berdekatan dengan drainase 1 Tidak
pemadatan tanah sedimentasi di lokasi rencana kegiatan. tetapi tetap dikelola
agar tanah galian tidak terbawa Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak dan dipantau dalam
oleh air limpasan ke dalam sedimentasi bukan merupakan dampak yang RKL-RPL
drainase tersebut menjadi perhatian bagi masyarakat khususnya
2
2. Memasang sediment trap masyarakat yang tinggal berdekatan dengan
sebelum menuju drainase Lokasi RSUD yaitu masyarakat di lingkungan 1
Kelurahan Kleak.
33
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada Tidak
3 kekhawatiran dari masyarakat tentang dampak
sedimentasi pada saat pembangunan RSUD.
Tidak Ada peraturan yang akan dilanggar dari Tidak
4
dampak sedimentasi.
B.20 Penimbunan dan Kesehatan Prevalensi Penyakit Berdasarkan data sekunder, ISPA merupakan DPH Masyarakat Lingkungan 30 hari
pemadatan tanah Masyarakat penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat 1
1 sekitar, apabila tidak ada pengelolaan bangkitan Ya Kelurahan Kleak
debu dari kegiatan penimbunan dan pemadatan
tanah dapat meningkatkan insiden ISPA.
Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
bangkitan debu adalah gangguan pada saluran
pernafasan. Penyakit ini bersifat akut, dapat
2 diderita siapa saja (anak-anak/dewasa) dan dapat Tidak
sembuh dengan sendirinya tanpa melalui
pengobatan sehingga tidak akan signifikan
mengganggu aktifitas masyarakat.
Tidak adanya kekhawatiran masyarakat mengenai
3 efek kesehatan dari bangkitan debu dari kegiatan Tidak
penimbunan dan pemadatan tanah.
Kegiatan ini dapat menimbulkan debu bangkitan
ke
4 udara ambien, hal ini dapat berpotensi Ya
menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang
diakibatkan dari debu jika konsentrasinya melebihi
baku mutu udara ambien dalam PP No. 41 Tahun
B.21 Penimbunan dan Transportasi Darat Bertambahnya Volume 1999 tentang data
Berdasarkan Pengendalian Pencemaran
sekunder lalu Udara.
lintas yang DPH Masyarakat Lingkungan 30 hari
pemadatan tanah Kendaraan 1 didapat dari google street, tingkat kepadatan pada Ya 1
ruas jalan Bethesda cenderung padat pada jam Kelurahan Kleak
07.00-22.00
Ruas jalan tersebut cukup vital sebagai salah satu
2 pintu masuk Kota Manado, sehingga jika ada Ya
kemacetan di ruas jalan tersebut akan
mempengaruhi aksesibilitas menuju Kota Manado
Berdasarkan konsultasi publik, ada kekhawatiran
3 dari masyarakat terkait dengan kemacetan pada Ya
ruas jalan Bethesda
Berdasarkan berita yang beredar, kecenderungan
4 berita baik yang muncul, sehingga belum Tidak
ditemukan pelanggaran pada ruas jalan Bethesda
B.22 Pembangunan dan Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum Tidak DPH
pengoperasian basecamp sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak
dilakukannya kegiatan konstruksi tersebut
Kegiatan pembangunan dan pengoperasian Tidak
basecamp, dilakukan di dalam Kawasan areal
2 rencana pembangunan RSUD dan lokasinya jauh
dari pemukiman penduduk, sehingga tidak
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di wilayah studi
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait Tidak
3 kegiatan pembangunan dan pengoperasian
basecamp
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan Tidak
4
yang dilakukan
34
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
B.23 Pembangunan dan Sosialisasi dengan masyarakat Kesehatan Prevalensi Penyakit Penyakit saluran pencernaan (Gastroenteritis) Tidak Tidak DPH
pengoperasian basecamp sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yang
dilakukannya kegiatan konstruksi diderita oleh masyarakat sekitar. Pembangunan
dan pengoperasian basecamp untuk pekerja
1 konstruksi tidak akan berdampak pada kesehatan
masyarakat karena lokasi basecamp ada di dalam
area RS, sehingga limbah cair/padat domestik
yang dihasilkan pekerja konstruksi sudah termasuk
dalam pengelolaan RSUD.
Penyakit saluran pencernaan (Gastroenteritis) Tidak
merupakan penyakit akut yang dapat sembuh
2 dengan mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep
dokter/dengan resep dokter sehingga tidak akan
signifikan mengganggu aktifitas masyarakat.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak adanya Tidak
3 kekhawatiran masyarakat mengenai efek
kesehatan akibat dari pembangunan dan
pengoperasian basecamp pekerja konstruksi.
Pembangunan dan pengoperasian basecamp Tidak
pekerja konstruksi diprakirakan tidak akan
melanggar aturan atau kebijakan . Potensi
4 penyebaran kuman patogen dari air limpasan yang
masuk ke saluran air dapat dikurangi dengan
pengelolaan yang baik, sehingga tidak terjadi
pencemaran pada saluran air.
B.24 Pembangunan dan 1. Sosialisasi dengan masyarakat Kesehatan Sanitasi Lingkungan Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi Tidak Tidak DPH
pengoperasian basecamp sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat sanitasi lingkungan masih baik (tidak ada ceceran
dilakukannya kegiatan konstruksi 1 sampah padat di sekitar lokasi kegiatan).
2. Disediakannya TPS di area lokasi Sehingga, beban dampak dari penurunan sanitasi
lingkungan tidak signifikan.
kegiatan
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
penurunan sanitasi lingkungan dari pembangunan
2 dan pengoperasian basecamp bukan merupakan
dampak yang memegang peranan penting di
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari..
Berdasarkan hasil konsultasi publik, Tidak ada Tidak
kekhawatiran masyarakat tentang sanitasi
3 basecamp tenaga kerja konstruksi pada saat
pembangunan dan pembangunan basecamp
pekerja konstruksi.
Pembangunan dan pengoperasian basecamp Tidak
pekerja konstruksi tentunya akan menghasilkan
limbah domestik tiap harinya. Kontraktor
4 pelaksana
pembangunan RSUD akan memastikan
pengelolaan limbah domestik sesuai dengan
sistem manajemen lingkungan yang mereka akan
B.25 Pembangunan RSUD dan 1. Sosialisasi dengan masyarakat Geo-Fisik-Kimia Kebisingan terapkan
Pada saatpada proyek
survei ini.
awal/observasi lapang, DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
fasilitas penunjang sekitar lokasi kegiatan sebelum kebisingan di area rencana proyek masih relatif Lingkungan 1 Kelurahan
dilakukannya kegiatan konstruksi rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih Kleak
1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak
2. Pemancangan dengan bore pile,
melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
sehingga mampu meredam
lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
kebisingan dan getaran rendah.
Kegiatan konstruksi bangunan utama RSUD dan
2 fasilitas penunjang diperkirakan menimbulkan Ya
dampak kebisingan dari aktivitas alat-alat berat
35
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
seperti backhoe, bulldozer, mobile crane, pile
driver dan dump truck) dan kegiatan pembuatan
tiang pancang. Tingkat kebisingan peralatan
konstruksi di tapak proyek untuk tipe kontruksi
rumah sakit berkisar 84-89 dB(A) yang meliputi
kegiatan ground clearing, exacavation,
foundation,
erection dan finishing (Dampak Bising, KLH,
2009).
Kegiatan tersebut akan dilakukan dari pagi sampai
sore hari yang diperkirakan berlangsung selama
±6 bulan, sehingga pada saat itu intensitas
kebisingan relatif meningkat dan berpotensi
mencapai lokasi
Berdasarkan hasilpemukiman
konsultasi terdekat dengan
publik, tidak adaarea
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 terhadap dampak kebisingan yang ditimbulkan Tidak
dari
kegiatan pembangunan RSUD selama Tahap
Konstruksi. kebisingan akibat kegiatan
Peningkatan
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang
4 berpotensi melampaui baku mutu lingkungan Ya
sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No.48
Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
B.26 Pembangunan RSUD dan 1. Sosialisasi dengan masyarakat Geo-Fisik-Kimia Getaran untuk area pemukiman
Berdasarkan sebesa 55+3
observasi lapangan, dB(A).
dampak getaran Tidak DPH, namun
fasilitas penunjang sekitar lokasi kegiatan sebelum 1 tidak signifkan karena kegiatan konstruksi belum Tidak perlu dikelola dan
dilakukannya kegiatan konstruksi berjalan. dipatau di dalam
2. Pemancangan dengan bore pile, Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak RKL-
getaran dari pembangunan rumah sakit tidak RPL
sehingga mampu meredam 2
kebisingan dan getaran menjadi perhatian bagi masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi kegiatan.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait Tidak
3 dampak getaran yang akan terjadi pada saat
pembongkaran RSJ Ratumbuysang
Berdasarkan rencana kegiatan, Pemrakarsa akan Tidak
menggunakan bore pile untuk pemasangan
pondasi. Bore pile adalah mesin untuk
4 pemasangan pondasi dengan sistem hidrolik
sehingga tidak menimbulkan suara bising dan
getaran. Berdasarkan deskripsi tersebut, maka
tidak ada peraturan yang akan dilanggar dari
kegiatan pembongkaran RSJ
B.27 Pembangunan RSUD dan Rencana pembuatan saluran Geo-Fisik-Kimia Air Limpasan Berdasarkan hasil konsultasi publik, salah seoang DPH Saluran Drainase di 396 hari
fasilitas penunjang drainase yang memadai (konsultan dari perwakilan masyarakat Lingkungan 1 lokasi
perencana/arsitek) 1 Kelurahan Kleak menyatakan bahwa ada titik Ya kegiatan yang
drainase yang sering terjadi banjir saat hujan bersinggungan dengan
turun. ruas Jalan Bethesda
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak air
limpasan merupakan dampak yang menjadi
2 perhatian bagi masyarakat khususnya masyarakat Ya
yang tinggal berdekatan dengan Lokasi RSUD
yaitu masyarakat di lingkungan 1 Kelurahan
Kleak.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, ada
3 kekhawatiran dari masyarakat tentang potensi Ya
banjir (limpasan air) jika RSUD ini sudah
terbangun.
36
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
Ada peraturan yang akan dilanggar dari dampak
4 Ya
air limpasan jika tidak terkelola demgan baik.
B.28 Pembangunan RSUD dan Perlu dilakukan kajian tanah, dan Geo-Fisik-Kimia Potensi Longsor Berdasarkan data rona lingkungan hidup awal, Tidak DPH - -
1 Tidak
fasilitas penunjang kajian keandalan bangunan potensi longsor di lokasi kegiatan sangat kecil.
(perhitungan kekuatan bangunan) Berdasarkan hasil konsultasi publik,potensi
2 longsor Tidak
tidak menjadi perhatian yang khusus dari
perwakilan masyarakat yang
Tidak ada kekhawatiran akanhadir.
adanya potensi Tidak
3 longsor dari pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjangnya.
Tidak ada baku mutu atau peraturan yang akan Tidak
4 dilanggar dari dampak potensi longsor pada saat
pembangunan RSUD dan fasilitas penujangnya.
B.29 Pembangunan RSUD dan Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
fasilitas penunjang sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak Lingkungan 1 Kelurahan
dilakukannya kegiatan konstruksi tersebut Kleak
Kegiatan pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjangnya, akan meningkatkan kebisingan dan
peningkatan partikel debu di wilayah studi.
2 Partikel Ya
debu dan kebisingan akan memberikan dampak
terhadap kenyamanan dan kesehatan masyarakat
di wilayah studi. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kondisi sosial dan ekonomi di wilayah
studikekhawatiran masyarakat terkait kegiatan
Ada
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjangnya
3 akan menyebabkan peningkatan kebisingan dan Ya
partikel debu. Peningkatan kebisingan dan partikel
debu dikhawatirkan dapat mengganggu
kenyamanan masyarakat di wilayah studi.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.30 Pembangunan RSUD dan 1. Sosialisasi dengan masyarakat Kesehatan Keamanan dan Berdasarkan hasil observasi lapangan, tidak Tidak Tidak DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
fasilitas penunjang sekitar lokasi kegiatan sebelum Masyarakat keselamatan pasien/ ditemukan adanya dampak Terganggunya Lingkungan 1 Kelurahan
dilakukannya kegiatan konstruksi masyarakat keamanan dan keselamatan pasien dan/atau Kleak
1 masyarakat dari aktivitas pembangunan RSUD
2. Pemindahan pasien dilakukan
dan fasiltas penunjang. Sehingga, Tidak ada
dengan bekerjasama dengan
beban dampak lingkungan dari aktivitas
Dinas perhubungan Kota Manado pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang.
dengan menggunakan kendaraan
yang layak pakai Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
terganggunya keamanan dan keselamatan pasien
2 dan/atau masyarakat dari aktivitas pembangunan
RSUD dan fasiltas penunjang bukan merupakan
dampak yang memegang peranan penting di
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, Tidak ada Tidak
kekhawatiran masyarakat tentang keamanan dan
3 keselamatan masyarakat sekitar terkait dengan
rencana pembangunan RSUD dan fasilitas
penunjangnya.
Dalam proses pembangunan RSUD dan fasilitas Tidak
penunjangnya, RSUD telah mempunyai
4 proseduryang dijalankan dan di awasi, maka
dapat mengurangi potensi terjadinya gangguan
keselamatan/keamanan pada petugas
medis/paramedis dan/atau masyarakat sekitar RS.
37
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
B.31 Pembangunan RSUD dan Berkoordinasi dengan Dinas Sosial Budaya Keberadaan Bangunan Berdasarkan hasil observasi lapangan dan Tidak Tidak DPH, namun
fasilitas penunjang Pariwisata dan Kebudayaan Kota Cagar Budaya (Benteng konsultasi publik, keberadaan bangunan cagar perlu dikelola dan
Manado dalam hal rekomendasi Belanda) 1 budaya (Benteng Belanda) berada di dalam RTH dipatau di dalam
situs cagar budaya (Ruang Terbuka Hijau). Keberadaannya tidak RKL-
mengganggu aktivitas warga di sekitar lokasi RPL
kegiatan.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, keberadaan Tidak
2 bangunan cagar budaya (Benteng Belanda) bukan
merupakan komponen yang memegang peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada Tidak
3 kekhawatiran masyarakat yang timbul akibat dari
keberdaan bangunan cagar budaya (Benteng
Belanda).
Tidak ada peraturan perundang-undangan yang Tidak
4 dilanggar dari keberadaan bangunan cagar budaya
tersebut
B.32 Pelepasan tenaga kerja Sosialisasi dengan pekerja Sosial Kesempatan Kerja dan Angka pengangguran di wilayah studi sebesar 538 DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
1 Ya
konstruksi konstruksi sebelum masa kerja Berusaha jiwa Kelurahan Kleak
proyek berakhir Kegiatan pemutusan hubungan kerja tersebut akan
2 memperketat kompetisi dalam memperebutkan Ya
kesempatan kerja sehingga dapat mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi masyarakat diwilayah studi
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
3 kegiatan tersebut, karena sudah ada perjanjian Tidak
kontrak kerja pada saat awal mulai bekerja.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.33 Pelepasan tenaga kerja Sosialisasi dengan pekerja Sosial Pendapatan Masyarakat Angka pengangguran diwilayah studi sebesar 538 DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
1 Ya
konstruksi konstruksi sebelum masa kerja jiwa Kelurahan Kleak
proyek berakhir Hilangnya pendapatan akan memberikan
2 pengaruh sosial ekonomi khususnya karyawan Ya
yang terkena pemutusan hubungan kerja
Tidak ada kekhawatiran masyarakat khususnya
3 karyawan yang tekena pemutusan hubungan kerja Tidak
, karena sudah mendapatkan informasi di awal
pada saat penerimaan tenaga kerja
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
B.34 Pelepasan tenaga kerja Sosialisasi dengan pekerja Sosial Persepsi dan Sikap Angka pengangguran diwilayah studi sebesar 538 DPH Pemukiman Penduduk di 396 hari
1 Ya
konstruksi konstruksi sebelum masa kerja Masyarakat jiwa Kelurahan Kleak
proyek berakhir Kegiatan pemutusan hubungan kerja akan
2 mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat Ya
keseluruhan di masyarakat setempat
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
3 kegiatan tersebut, karena yang mengalami Tidak
pemutusan hubungan kerja hanya karyawan
perusahaan
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
38
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
3. TAHAP OPERASI
C.1 Penerimaan Tenaga Kerja Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Kesempatan Kerja dan Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Pemukiman Penduduk di 25 Tahun
1 Ya
Operasi sekitar lokasi kegiatan pada saat Berusaha wilayah studi sebesar 538 jiwa Kelurahan Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional Proses penerimaan tenaga kerja dapat
2 Ya
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat
Ada kekhawatiran masyarakat terkait proses
3 perekrutan tenaga kerja tidak memberikan Ya
prioritas
bagi
Tidakangkatan kerja di wilayah
ada pelanggaran studi
peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
C.2 Penerimaan Tenaga Kerja Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Pendapatan Masyarakat Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Pemukiman Penduduk di 25 Tahun
1 Ya
Operasi sekitar lokasi kegiatan pada saat wilayah studi sebesar 538 jiwa. Kelurahan Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan
berusaha bagi masyarakat sekitar sehingga yang
2 terserap akan mempunyai pendapatan. Ya
Pendapatan yang dimiliki akan berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
khususnya pekerja
Ada kekhawatiran masyarakat terkait rencana
3 kegiatan penerimaan tenaga kerja tidak Ya
memberikan prioritas bagi masyarakat yang ada di
wilayah studi
Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan
4 Tidak
dilanggar dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja
C.3 Penerimaan Tenaga Kerja Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Persepsi dan Sikap Angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan di DPH Pemukiman Penduduk di 25 Tahun
1 Ya
Operasi sekitar lokasi kegiatan pada saat Masyarakat wilayah studi sebesar 538 jiwa Kelurahan Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan
berusaha bagi masyarakat sekitar sehingga yang
2 terserap akan mempunyai pendapatan. Ya
Pendapatan yang dimiliki akan berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
khususnya pekerja
Ada kekhawatiran masyarakat terkait rencana
3 kegiatan penerimaan tenaga kerja tidak Ya
memberikan prioritas bagi masyarakat yang ada di
wilayah studi
Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan
4 Tidak
dilanggar dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja
C.4 Aktivitas Rumah Sakit 1. Penggunaan dan optimasliasi Geo-Fisik-Kimia Kualitas Air Permukaan Berdasarkan observasi lapangan, kualitas air DPH 50 meter dari outlet 25 tahun
IPAL pada Rumah Sakit 1 permukaan di sekitar lokasi kegiatan masih dalam Tidak saluran IPAL Rumah
2. Pengecekan hasil pengolah kondisi baik. Hal ini ditandai dengan kondisi air di Sakit
limbah pada IPAL setiap 1 bulan saluran drainase yang tidak berbau.
sekali Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Ya
kualitas air permukaan yang akan timbul dari
2 aktivitas rumah sakit menjadi perhatian bagi
masyarakat yang berada di sekitar lokasi
kegiatan.Warga berharap pengelolaan limbah
rumah sakit agar dilaksanakan dengan baik.
Ada kekhawatiran dari masyarakat terhadap Ya
3 dampak kualitas air permukaan dari kegiatan
operasional rumah sakit.
39
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH)
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
Limbah cair dari aktivitas rumah sakit akan Tidak
dikelola
4 terlebih dahulu dengan IPAL tipe anaerob-aerob.
Hasil olahan air limbah rumah sakit ini diharapkan
sudah memenuhi baku mutu PP 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
C.5 Aktivitas Rumah Sakit Melakukan kajian hidrogeologi Geo-Fisik-Kimia Ketersediaan Air tanah Pengendalianobservasi
Berdasarkan Pencemaran Air. mayoritas
lapangan, Tidak DPH
untuk 1 penggunaan air di masyarakat berdasarkan Tidak
melihat ketersediaan airtanah distribusi air PDAM.Sehingga, ketersediaan air
tanah tidak akan terganggu.
Berdasarkan data rona lingkungan hidup awal, Tidak
mayoritas masyarakat menggunakan air PDAM
2 sebagai kebutuhan sehari-hari. Sehingga
ketersediaan air tanah bukan merupakan
komponen yang memegang peranan penting bagi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat akan adanya Tidak
3 dampak ketersediaan air tanah dari aktivitas rumah
sakit.
Tidak ada baku mutu atau peraturan yang Tidak
4
dilanggar.
C.6 Aktivitas Rumah Sakit Menyediakan TPS terpisah dan Geo-Fisik-Kimia Timbulan sampah Berdasarkan observasi lingkungan, tidak terdapat DPH Lokasi studi dan saluran
tertutup (Organik; An-Organik; B3; ceceran sampah yang menumpuk di sepanjang drainase internal
Infeksius dan Non-Infeksius) 1 jalan lingkungan maupun jalan utama Kelurahan Ya
Kleak. Namun, sampah banyak terdapat di
beberapa titik saluran drainase.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak
timbulan sampah menjadi perhatian oleh
2 perwakilan masyarakat lingkungan 1 Kelurahan Ya
Kleak. Sampah seringkali menyumbat saluran
drainase yang berada pada ruas jalan internal RSJ
Ratumbuysang sehingga mengakibatkan banjir.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, ada
3 kekhawatiran masyarakat yang timbul mengenai Ya
timbulan sampah terutama sampah medis apabila
kegiatan RSUD beroperasi,
Timbulan sampah yang tidak terkelola dengan
4 baik Ya
akan berpotensi melanggar peraturan yang ada
salah satunya Undang-Undang Nomor 18 Tahun
C.7 Aktivitas Rumah Sakit Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Kesempatan Kerja dan 2008 tentang
Angkatan Pengelolaan
kerja Sampah.
yang belum mendapat pekerjaan di DPH Penduduk di Kelurahan
1 Ya
sekitar lokasi kegiatan pada saat Berusaha wilayah studi sebesar 538 jiwa. Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional Aktivitas rumah sakit, akan memunculkan peluang
usaha -usaha baru yang mendukung aktivitas
rumah sakit, seperti usaha penyediaan penginapan
2 bagi penunggu pasien yang dirawat, dll. Usaha- Ya
usaha baru tersebut akan memberikan multiplier
effect, yang berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi dan budaya masyarakat di wilayah studi
Ada kekhawatiran masyarakat terkait aktivitas
3 rumah sakit akan membuat lingkungan menjadi Ya
kumuh akibatnya banyaknya pelaku usaha di
sekitar rumah sakit.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidalk
yang dilakukan
40
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
C.8 Aktivitas Rumah Sakit Sosialisasi dengan masyarakat Sosial Pendapatan Masyarakat Beban terhadap komponen lingkungan belum DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
sekitar lokasi kegiatan pada saat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak Kleak
rekrutment tenaga kerja operasional tersebut
dengan informasi lowongan Aktivitas rumah sakit akan mendorong tumbuhnya
pekerjaan yang tersedia usaha-usaha baru yang mendukung kegiatan
rumah sakit. Usaha-usaha baru yang muncul akan
2 menyebabkan adanya penerimaan tenaga kerja Ya
tidak langsung. Karyawan dan pelaku usaha baru
akan mempunyai pendapatan, sehingga akan
berpengaruh terhadap kegiatan sosial ekonomi
masyarakat
Ada kekhawatiran masyarakat terkait aktivitas
3 rumah sakit akan membuat lingkungan menjadi Ya
kumuh akibatnya banyaknya pelaku usaha di
sekitar rumah sakit
Tidak ada aturan atau kebijakan yang akan
4 Tidak
dilanggar dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja
C.9 Aktivitas Rumah Sakit Selalu melakukan sosialisasi Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
dengan masyarakat sekitar lokasi Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak Kleak
kegiatan selama kegiatan tersebut
operasional Rumah Sakit Aktivitas rumah sakit, akan memunculkan peluang
berlangsung usaha -usaha baru yang mendukung aktivitas
rumah sakit, seperti usaha penyediaan penginapan
2 bagi penunggu pasien yang dirawat, dll. Usaha- Ya
usaha baru tersebut akan memberikan multiplier
effect, yang berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi dan budaya masyarakat di wilayah studi
Ada kekhawatiran masyarakat terkait aktivitas
rumah sakit akan membuat lingkungan menjadi
kumuh akibatnya banyaknya pelaku usaha di
3 sekitar rumah sakit dan akan meningkatkan Ya
kebisingan dari kendaraan ambulans yang dapat
mengganggu kenyamanan masyarakat di wilayah
studi
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
C.10 Aktivitas Rumah Sakit Penempatan TPS tertutup dan Kesehatan Prevalensi Penyakit Berdasarkan observasi lapangan, tidak ditemukan Tidak DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
terpisah (Organik; An-Organik; B3; Masyarakat adanya dampak prevalensi penyakit dari kegiatan Kleak
Infeksius dan Non-Infeksius) 1 eksisting (RSJ). Sehinggga tidak ada penambahan
beban dampak lingkungan pada dampak
prevalensi penyakit.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
prevalensi penyakit dari aktivitas rumah sakit
2 bukan merupakan dampak yang memegang
peranan penting di dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat akan aktifitas
rumah sakit. Dalam konsultasi publik, masyarakat
3 sangat mendukung dibangunnya RS, namun Tidak
demikian masyarakat meminta pengelolaan limbah
dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi
penularan penyakit pada masyarakat.
Pengoperasian rumah sakit berpotensi sebagai
4 tempat penularan penyakit. Adanya interaksi Ya
antara pasien, tenaga kesehatan dan pengunjung
dapat mengakibatkan infeksi nosokomial. RSUD
41
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
akan membuat aturan untuk mencegah infeksi
nosokomial sesuai dengan Permenkes No.66
Tahun 2016
C.11 Aktivitas Rumah Sakit SOP pelayanan kesehatan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan observasi lapangan, beban dari DPH Penduduk di Kelurahan 25 Tahun
Masyarakat dampak pelayanan kesehatan dari aktivitas rumah Kleak
1 sakit tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena Tidak
kondisi eksisting RSJ hanya fokus melayani pasien
gangguan jiwa. .
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dalam tahap
operasi RS, dibutuhkan pelayanan kesehatan yang
baik untuk meningkatkan kepuasan
pasien/pengguna rumah sakit. Jika hal ini
dilakukan, akan timbul persepsi positif dari
2 masyarakat yang akan meningkatkan image Ya
RSUD. Dalam konsultasi publik, masyarakat
sangat mendukung dibangunnya RS, karena bisa
meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan
kesehatan. Masyarakat juga mengharapkan agar
keberadaan RSUD ini bisa menjangkau semua
lapisan masyarakat.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat akan
3 Tidak
pelayanan kesehatan di RSUD.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit mengacu
pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan melalui Komisi Akreditasi Rumah
4 Sakit Tidak
(KARS). RSUD masih tahap awal untuk
melakukan
pelayanan RS tipe B di Provinsi Sulawesi Utara.
Setelah berjalan kegiatan operasional RS,
diharapkan RSUD melakukan persiapan dalam
C.12 Aktivitas Rumah Sakit Penyediaan lahan parkir yang Transportasi Darat Bertambahnya Volume melakukan akreditasi
Berdasarkan sesuailalu
data sekunder dengan
lintasyang
yangtelah DPH Ruas Jalan Bethesda 25 Tahun
memadai dan mengikuti saran dan Kendaraan 1 didapat dari google street, tingkat kepadatan pada Ya
rekomendasi Andalalin ruas jalan Bethesda cenderung padat pada jam
07.00-22.00
Ruas jalan tersebut cukup vital sebagai salah satu
2 pintu masuk Kota Manado, sehingga jika ada Ya
kemacetan di ruas jalan tersebut akan
mempengaruhi aksesibilitas menuju Kota Manado
Berdsarkan konsultasi publik, ada kekhawatiran
3 dari masyarakat terkait dengan kemacetan pada Ya
ruas jalan Bethesda
Berdasarkan berita yang beredar, kecederungan
4 berita baik yang muncul, sehingga belum Tdk
ditemukan pelanggaran pada ruas jalan Bethesda
C.13 Pengoperasian Helipad - Sosial Persepsi dan Sikap Beban terhadap komponen lingkungan belum Tidak DPH namun
Masyarakat 1 diketahui karena belum ada kajian terkait hal Tidak perlu dikelola dan
tersebut. dipantau
Kegiatan pengoperasian helipad akan dilakukan
selama RSUD beroperasi namun pada kondisi
2 darurat. Sehingga, tergolong impulsive noise atau Tidak
kebisingan sesaat pada satu waktu tertentu
sehingga kebisingan yang dirasakan di pemukiman
penduduk di sekitar lokasi kegiatan tidak
signifikan.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait
3 Ya
pengoperasian helipad akan menyebabkan
42
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
peningkatan kebisingan yang tinggi dan dapat
mengganggu kenyamanan masyarakat di wilayah
studi.
Tidak ada pelanggaran peraturan terkait kegiatan
4 Tidak
yang dilakukan
C.14 Pengoperasian Helipad Geo-Fisik-Kimia Kebisingan Pada saat survei awal/observasi lapang, Tidak DPH namun
kebisingan di area rencana proyek masih relatif perlu dikelola dan
rendah. Kontribusi sumber kebisingan lebih dipantau
1 kepada aktifitas kendaraan bermotor yang Tidak
melewati Jl. Bethesda. Dengan demikian beban
lingkungan terhadap kebisingan masih relatif
rendah.
Kegiatan pengoperasian helipad akan dilakukan
selama RSUD beroperasi namun pada kondisi
2 darurat. Sehingga, tergolong impulsive noise atau Tidak
kebisingan sesaat pada satu waktu tertentu
sehingga kebisingan yang dirasakan di pemukiman
penduduk di sekitar lokasi kegiatan tidak
signifikan.
Berdasarkan hasil konsultasi publik, tidak ada
masyarakat yang menyatakan kekhawatiran
3 terhadap dampak kebisingan yang ditimbulkan Tidak
dari
kegiatan pengoperasian helipad selama Tahap
Operasi.
Peningkatan kebisingan akibat kegiatan
pengoperasian helipad selama Tahap Operasi
diperkirakan tidak akan melebihi baku mutu
4 lingkungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Tidak
Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan untuk area pemukiman yaitu sebesar
55+3 dB(A).
C.15 Pemeliharaan bangunan SOP Pelayanan Kesehatan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan observasi lapangan, beban dari Tidak Tidak DPH namun
dan fasilitas Masyarakat dampak pelayanan kesehatan dari pemeliharaan perlu dikelola dan
1 bangunan dan fasilitas tidak signifikan. Hal ini dipantau di dalam
disebabkan karena kondisi eksisting RSJ hanya RKL-RPL
fokus melayani pasien gangguan jiwa..
Berdasarkan hasil konsultasi publik, dampak Tidak
pelayanan kesehatan dari pemeliharaan bangunan
2 dan fasilitas bukan merupakan dampak yang
memegang peranan penting di dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait dengan Tidak
3
pemeliharaan bangunan dan fasilitas RS.
Dalam proses pemeliharaan bangunan dan Tidak
fasilitas RS, kegiatan pelayanan rumah sakit tetap
berjalan sebagaimana mestinya, sehingga tidak
4 mengganggu pelayanan. Upaya yang dilakukan
RSUD untuk pemeliharaan bangunan dan fasilitas
RS dengan melakukan pengaturan waktu
pemeliharaan (dilakukan pada saat tidak terpakai)
dan isolasi lokasi dengan penghalang.
C.16 Pemeliharaan bangunan Pengecekan sarana pemadam Keamanan dan Berdasarkan hasil observasi lapangan dan Tidak Tidak DPH namun
dan fasilitas kebakaran dan jalur evakuasi sesuai Masyarakat keselamatan pasien/ konsultasi publik, tidak ditemukan adanya dampak perlu dikelola dan
SOP K3 di dalam gedung Kesehatan terganggunya keamanan dan keselamatan pasien dipantau di dalam
masyarakat
1 dan/atau masyarakat dari aktivitas pemeliharaan RKL-RPL
bangunan dan fasilitas. Sehingga, Tidak ada
beban dampak lingkungan dari aktivitas
pemeliharaan bangunan dan fasilitas penunjang.
43
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
Dalam tahap operasi RS, dibutuhkan pemeliharaan Tidak
bangunan dan fasilitas RS untuk meningkatkan
keamanan dan kenyamanan pasien, tenaga
kesehatan dan pengunjung RS. Jika hal ini
dilakukan, akan timbul persepsi positif dari
2 masyarakat yang akan meningkatkan image
RSUD. Berdasarkan hasil konsultasi publik,
dampak keamanan dan keselamatan pasien
dan/atau masyarakat bukan merupakan dampak
yang memegang peranan penting di dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tidak ada kekhawatiran masyarakat terkait dengan Tidak
3
pemeliharaan bangunan dan fasilitas RS.
Adanya potensi kebakaran di area gedung RSUD Tidak
dapat terjadi karena adanya korsleting listrik atau
human error. RSUD selaku pemrakarsa telah
merencanakan dan mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bahaya kebakaran dengan melakukan
pemeriksaan rutin pada sistem proteksi kebakaran
4 untuk meminimalkan dampak kebakaran. Instalasi
sistem proteksi kebakaran yang dipasang
mengacu pada Permen PU no 29 tahun 2006
maupun kewajiban untuk melakukan penanganan
proteksi aktif dan pasif gedung sesuai dengan
Permen PU No. 26 Tahun 2008 dan Permen PU
No. 20 Tahun 2009.
C.17 Pengelolaan limbah 1. Penggunaan IPAL sesuai dengan Kesehatan Sanitasi Lingkungan Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi DPH Lokasi studi dan 25 Tahun
SOP dan pengurusan izin Masyarakat sanitasi lingkungan masih baik (tidak ada ceceran pemukiman penduduk
pembuangan limbah cair 1 sampah padat di sekitar lokasi kegiatan). Tidak terutama di Lingkungan 1
2. Penggunaan Incenerator sesuai Sehingga, beban dampak dari penurunan sanitasi Kelurahan Kleak
lingkungan tidak signifikan.
dengan SOP dan pengurusan izin
penggunaan incenarator Dalam mengelola limbah rumah sakit, dibutuhkan
suatu prosedur yang mengacu pada peraturan dan
3. Optimalisasi TPS (Organik; An- pengawasan yang ketat. Jika hal ini dilakukan,
Organik; B3; Infeksius dan Non- dapat mencegah persepsi negatif dari
Infeksius) sesuai SOP 2 Ya
masyarakat.Berdasarkan hasil konsultasi publik,
masyarakat sangat mengharapkan agar pihak
RSUD memperhatikan aspek sanitasi lingkungan
dari aktivitas pengelolaan limbah.
Dalam konsultasi publik, ada kekhawatiran
masyarakat mengenai limbah rumah sakit baik
limbah cair/padat. Masyarakat mengharapkan
3 pengelolaan limbah terutama limbah Ya
medis/infeksius supaya dikelola dengan baik, tidak
mencemari lingkungan supaya tidak berdampak
pada masyarakat sekitar RS.
RSUD telah merencanakan bebarapa alternatif
untuk mengelola limbah rumah sakit, untuk
limbah
cair RSUD telah mempunyai Instalasi Pengolahan
4 Air Limbah (IPAL) yang akan ditambah Tidak
kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan untuk limbah medis padat akan
dikelola dengan fasilitas autoclave sebelum
diserahkan kepada pihak ketiga yang berizin dari
KLHK..
44
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan yang Komponen
Kegiatan yang Kesimpulan Batas waktu
No. Sudah Direncanakan Sejak Lingkungan Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Batas Wilayah Studi
Berpotensi (DPH/Tidak DPH) kajian
Awal Terkena
Menimbulkan Dampak
Sebagai Bagian dari Rencana Dampak
Lingkungan
Kegiatan
C.18 Pengelolaan limbah 1. Penggunaan IPAL sesuai dengan Kesehatan Keamanan dan Berdasarkan hasil observasi lapangan dan Tidak Tidak DPH Lokasi studi dan 25 Tahun
SOP dan pengurusan izin Masyarakat keselamatan pasien/ konsultasi publik, tidak ditemukan adanya dampak pemukiman penduduk
pembuangan limbah cair masyarakat 1 keamanan dan keselamatan pasien dan/atau terutama di Lingkungan 1
2. Penggunaan Incenerator sesuai masyarakat dari aktivitas pengelolaan limbah. Kelurahan Kleak
Sehingga, Tidak ada beban dampak lingkungan
dengan SOP dan pengurusan izin
dari aktivitas pengelolaan limbah..
penggunaan incenarator
Dalam mengelola limbah rumah sakit, dibutuhkan Tidak
3. Dilengkapi dengan SOP K3 di dibutuhkan suatu prosedur yang mengacu pada
dalam gedung (SOP pengecekan peraturan dan pengawasan yang ketat. Jika hal ini
alat dan sarana pemadam dilakukan, dapat mencegah persepsi negatif dari
kebakaran) masyarakat. Berdasarkan hasil konsultasi publik,
2
aspek keamanan dan keselamatan pasien
dan/atau masyarakat pada saat pengeloaan
limbah bukan merupakan komponen yang
memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Dalam konsultasi publik, tidak ada kekhawatiran Tidak
3 masyarakat terkait aspek keamanan keamanan
dan keselamatan pasien dan/atau masyarakat
pada saat aktivitas pengelolaan limbah.
RSUD telah merencanakan beberapa alternatif Tidak
untuk mengelola limbah rumah sakit, untuk
limbah
cair RSUD telah mempunyai Instalasi Pengolahan
4 Air Limbah (IPAL) yang akan ditambah
kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan untuk limbah medis padat akan diolah
terlebihi dahulu dengan autoclave sebelum
diserahkan kepada pihak ketiga yang berizin dari
KLHK.
45
1.10. Ringkasan Batas Wilayah Studi Dan Batas Kajian
1.10.1. Batas Wilayah Studi
Penentuan batas wilayah studi disesuaikan dengan karakteristik aktivitas dan
besaran dampak kegiatan yang diprakirakan timbul serta jangkauan atau
penyebarannya. Batas wilayah studi ditentukan berdasarkan pertimbangan luas
sebaran daerah dampak yang terpengaruh oleh kegiatan proyek dan jenis dampak
penting yang mungkin timbul. Batas wilayah studi ini merupakan batas terluar dari
hasil tumpang susun (overlay) batas proyek, ekologis, sosial dan administrasi
Selanjutnya penentuan batas wilayah studi untuk kegiatan pembangunan RSUD
Provinsi Sulawesi Utara diuraikan sebagai berikut.
1.10.2. Batas Proyek
Batas proyek yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan akan
dilakukan, termasuk komponen kegiatan Tahap Pra-Konstruksi, Konstruksi dan
Pasca Operasi yang meliputi tapak proyek dan di dalamnya termasuk fasilitas
pendukungnya. Batas proyek RSUD Sulawesi Utara ini adalah ± 3,88 Ha (38.800
m2).
1.10.3. Batas Ekologis
Batas ekologi yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji mengikuti media
lingkungan masing-masing (seperti air dan udara). Sebaran debu dan kebisingan
diperkirakan akan menyebar pada radius ± 250 meter dari lokasi studi. Sementara
itu, kualitas air permukaan pada badan air penerima diperkirakan akan terganggu
dari aktivitas operasi. Sebaran dampak kualitas air permukaan mengikuti arah aliran
drainase di dalam dan di sekitar lokasi kegiatan.
1.10.4. Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung
norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial)
sesuai proses dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat. Pemukiman
penduduk yang diperkirakan terkena dampak berada di Kelurahan Kleak
(Lingkungan 1, 2 dan 3) serta Kelurahan Sario Tumpaan (Lingkungan 2).
1.10.5. Batas Administratif
Batas administrasi wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti desa,
kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur
batas diatas. Dengan menumpangsusunkan (overlay) batas administratif wilayah
pemerintahan dengan tiga peta batas seperti tersebut di atas, maka akan terlihat
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan/atau provinsi mana saja yang masuk
dalam batas proyek, batas ekologis dan batas sosial. Batas adminstrasi dari kegiatan
ini adalah Kelurahan Kleak dan Kelurahan Sario Tumpaan (Lingkungan 2).
46
1.10.6. Batas Waktu Kajian
Berdasarkan hasil identifikasi DPH yang akan digunakan dalam kajian ANDAL dan
juga batas wilayah studi, maka disusun batas waktu kajian untuk mengkaji setiap
Dampak Penting yang diprakirakan timbul. Penentuan batas waktu kajian ini
selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan rona
lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau dengan adanya
rencana usaha dan/atau kegiatan.
47
BAB II
1. Curah Hujan
Berdasarkan data pengukuran selama 5 tahun, pola curah hujan di
sekitar tapak proyek (Gambar 2.1) mengikuti pola monsunal dengan curah
hujan bulanan terendah (134,4 mm) terjadi pada bulan Oktober dengan
puncak hujan rata-rata terjadi pada bulan Januari (532,4 mm). Pola hari hujan
(Gambar 2.2) di tapak proyek mengikuti pola curah hujan bulanan yakni
dengan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (29 hari) dan hari hujan
terendah pada bulan September dan Oktober (14 hari).
48
Sumber: BMKG (2017)
2. Suhu Udara
Rata-rata suhu udara di stasiun meteorologi terdekat dengan tapak proyek
menunjukkan bahwa suhu udara minimum dan maksimum selama periode 5
tahun terjadi pada bulan September dengan suhu udara minimum 22,4°C dan
suhu udara maksimum adalah 32,8°C. Rata-rata suhu udara pada periode
sepuluh tahun tahun adalah 26,6°C dengan (Gambar 2.3).
49
3. Kelembaban
Berbanding terbalik dengan pola suhu udara bulanan di sekitar tapak proyek,
kelembaban udara di tapak proyek bervariasi antara 72,0% (di bulan Agustus)
dan 88,6% (di bulan Januari). Kelembaban udara bulanan di tapak proyek
ditunjukkan pada Gambar 2.4
100.0
95.0
88.6 88.4 87.2 88.3
90.0 85.6 85.5 85.1 84.6
85.0
80.0 77.6
76.2
73.6
75.0 72.0
%
70.0
65.0
60.0
55.0
50.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
50
(a) (b)
Gambar 2.5 Windrose arah dan kecepatan angin pada musim kemarau (a) dan
musim hujan (b) selama tahun 2006-2015.
Berdasarkan klasifikasi iklim koppen, dengan suhu udara, kelembaban dan curah
hujan, iklim di tapak proyek diklasifikasikan sebagai Af (iklim hutan hujan tropis)
dengan curah hujan bulanan terkering lebih dari 60 mm dan suhu udara di atas 18°C
dan kelembaban yang tinggi.
Gambaran kondisi kualitas udara ambien sebagai data awal di wilayah studi
diperoleh dengan pengukuran secara langsung di lapangan. Pengukuran dilakukan
pada tanggal 6-10 Oktober 2018 di empat (4) lokasi pengukuran dalam wilayah
studi seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut.
51
Udara ambien memiliki kualitas yang mudah berubah dan ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah faktor meteorologi, demografi, cuaca dan
sumber emisi. Faktor meteorologi, demografi dan cuaca merupakan faktor
alam yang sulit dikendalikan atau bahkan tidak mungkin diubah kondisinya.
Sedangkan untuk sumber emisi merupakan faktor buatan manusia yang dapat
diubah dan dikendalikan.
C. Partikulat
5 Debu, TSP µg/Nm3 230/24 jam 18 19 11 <10
Keterangan: Baku mutu PPRI No. 41 Tahun 1999 Lampiran Baku Mutu Udara Ambien
(BMUA) Nasional.
52
Pada Tabel 2.2 terlihat bahwa nilai kadar masing-masing parameter gas masih
di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan, bahkan seluruh parameter gas di
semua lokasi pengukuran, konsentrasi yang terukur di bawah nilai limit deteksi
alat. Untuk partikulat, semua parameternya juga masih memenuhi nilai baku
mutu walaupun memiliki konsentrasi yang relatif bervariasi, yaitu TSP
3 3
menunjukkan kisaran <10-19 µg/Nm , (BM = 230 µg/Nm ), PM10 berkisar
3 3
<10-12 µg/Nm (BM=150 µg/Nm ) dan PM2,5 seluruhnya berada di bawah
3 3
limit deteksi alat, yaitu <10 µg/Nm (BM= 65 µg/Nm ).
2.1.3 Kebisingan
53
Tabel 2.3 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan (LSM) di 4 titik pengukuran
masih memenuhi baku tingkat kebisingan untuk area permukiman berdasarkan
KepmenLH No. 48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan (55+3 dB(A)). Secara
umum, tingkat kebisingan tertinggi yang terukur adalah 50,2 dB(A) di titik N-4
yang berlokasi di Kelurahan Kleak dengan jarak 55 meter dari tapak proyek.
Sedangkan tingkat kebisingan terendah terukur di titik N-1 yang terletak di
Kelurahan Kleak yaitu sebesar 47,9 dB(A).
Berdasarkan hasil analisis kualitas air sungai (Tabel 2.4), secara umum seluruh
parameter fisika, anion, nutrien, logam terlarut dan organik seluruhnya memenuhi
baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I). Namun demikian, terdeteksi nilai
total coliform, fecal coli, Sulfida (H2S), fosfat, COD dan yang melebihi baku mutu
semua lokasi sampling air sungai. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi dari
aktivitas domestik (MCK) dari penduduk yang tinggal berdekatan dengan drainase
tersebut.
54
1 pH - 7,06 7,27 6-9
2 Klorida, Cl mg/L 36,5 46,2 -
3 Fluorida, F mg/L 0,2 0,22 0,5
4 Sulfat mg/L 31 34 n/a
5 Sulfida, H2S mg/L 0,24 0,22 0,002
6 Amoniak (N-NH3) mg/L 3 18 n/a
7 Nitrat, NO3-N mg/L < 0,005 0,025 10
8 Nitrit, NO2-N mg/L 0,008 0,009 0,06
9 Total Fosfat, T-PO4 sebagai P mg/L 1,08 2,27 0,2
10 Sianida, CN mg/L < 0,005 < 0,005 0,02
Mikrobiologi
1 Fecal Coliform MPN/100 mL >160000 >160000 1.000
2 Total Coliform MPN/100 mL >160000 >160000 5.000
Logam Terlarut
1 Kromium Hexavalent, Cr6+ mg/L < 0,005 < 0,005 0,05
2 Arsen, As mg/L < 0,005 < 0,005 0,05
3 Boron, B mg/L 0,052 0,046 1
4 Barium, Ba mg/L 0,032 0,035 n/a
5 Kadmium, Cd mg/L 0,0001 0,0001 0,01
6 Kobalt, Co mg/L < 0,001 < 0,001 0,2
7 Tembaga, Cu mg/L < 0,005 < 0,005 0,02
8 Besi, Fe mg/L 0,05 0,14 n/a
9 Mangan, Mn mg/L 0,338 0,54 n/a
10 Timbal, Pb mg/L < 0,001 < 0,001 0,03
11 Selenium, Se mg/L < 0,005 < 0,005 0,01
12 Seng, Zn mg/L < 0,005 < 0,005 0,05
13 Raksa, Hg mg/L < 0,00005 < 0,00005 0,001
Organik
1 Kebutuhan Oksigen Kimiawi mg/L 31 33 10
2 Surfaktan mg/L 0,03 0,07 0,2
Sumber: Data Primer, 2018.
Keterangan: *Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Kelas I. **Nilai batas minimum.
55
bersih ini untuk memberikan informasi rona awal kualitas air bersih yang terletak
di sekitar lokasi proyek ataupun lokasi wilayah studi.
Berdasarkan hasil analisis kualitas air bersih (Tabel 2.5), secara umum seluruh
parameter fisika, anion, nutrien, logam terlarut dan organik seluruhnya
memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang.
Namun demikian, terdeteksi nilai total coliform dan fecal coli yang melebihi
baku mutu semua lokasi sampling air bersih.
56
9 Besi mg/L 0,1 1
10 Mangan mg/L < 0,005 0,5
11 Timbal, Pb mg/L 0,003 0,05
12 Selenium, Se mg/L < 0,005 0,01
13 Seng, Zn mg/L 0,006 15
14 Raksa, Hg mg/L < 0,00005 0,001
Organik
1 DO mg/L 7,3 n/a
2 Surfaktan mg/L < 0,01 0,05
3 Zat Organik (KmnO4) mg/L < 1 10
4 Pestisida Total mg/L < 0,00001 0,1
Sumber: Data Primer, 2018.
Keterangan: * Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang
Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang
Pengambilan sampel air laut dilakukan di muara Pantai Bahu pada Bulan Oktober
2018. Parameter dan standar kualitas air laut mengacu pada KepMenLH No. 51
Tahun 2004 Lampiran III (Untuk Biota Laut). Tujuan analisis kualitas air ini untuk
memberikan informasi rona awal kualitas air laut yang terletak di sekitar lokasi
proyek ataupun lokasi wilayah studi.
Berdasarkan hasil analisis kualitas air laut (Tabel 2.6), secara umum seluruh
parameter fisika, anion, nutrien, logam terlarut dan organik seluruhnya memenuhi
baku mutu KepMenLH No. 51 Tahun 2004 Lampiran III (Untuk Biota Laut).
Namun demikian, terdeteksi nilai total coliform dan nitrat yang melebihi baku
mutu.
57
7 Bau - Tidak berbau Tidak berbau
8 Temperatur oC 29 <2
Kimia
1 pH - 7,9 7 – 8,5
2 Sulfida < 0,002 0,002
Nutrien
1 Amoniak 0,17 0,3
2 Nitrat 0,165 0,008
3 Total Fosfat < 0,005 0,015
4 Sianida (Total) < 0,005 0,5
Mikrobiologi
1 Total Coliform CFU/100ml >1600 1000
Logam Berat
1 Kromium Hexavalent, Cr6+ mg/L < 0,005 0,005
2 Arsen, As mg/L < 0,0005 0,012
3 Kadmium, Cd mg/L < 0,0001 0,001
4 Tembaga, Cu < 0,005 0,008
5 Nikel, Ni < 0,001 0,05
6 Timbal, Pb mg/L < 0,001 0,008
7 Seng, Zn mg/L < 0,005 0,05
8 Raksa, Hg mg/L < 0,00005 0,001
Organik
1 BOD <2 20
2 DO 6,53 >5
3 Minyak lemak <1 1
4 Surfaktan < 0,01 1
5 Total Fenol < 0,001 0,002
6 PAH < 0,001 0,003
7 Total Pestisida < 0,00001 0,00001
8 Tributil Tin < 0,00001 0,00001
9 PCB < 0,00001 0,00001
Sumber: Data Primer, 2018.
Keterangan: * KepMenLH No. 51 Tahun 2004 Lampiran III (Untuk Biota Laut).
58
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2018.
Gambar 2.6 Grafik perbandingan antara curah hujan (2013-2017) dan aliran
limpasan di wilayah tapak proyek.
2.2 Biologi
2.2.1 Fauna Darat
Jenis fauna darat yang dominan dijumpai di wilayah studi adalah jenis-jenis burung.
Jenis burung yang dijumpai antara lain : Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster),
Mandar-padi zebra (Hypotaenidia torquata), Walet sapi (Collocalia esculenta),
Kacamata dahi-hitam (Zosterops atrifrons), Perkutut Jawa (Geopelia striata). Jenis
serangga yang sering dijumpai terutama dari jenis Lepidoptera (kupu-kupu) dan
Odonata (capung). Jenis hewan mamalia yang dijumpai hanyalah jenis hewan
peliharaan antara lain anjing (Canis canis) dan kucing (Felix sp). Jenis hewan reptil
dan amphibi yaitu ditemukan dalam kawasan RTH-RSUD Ratumbuysang masuk
dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources) dengan status resiko rendah (Least Concern) yaitu Kodok
buduk (Duttaphrynus melanostictus) dan spesies kadal (Emoia caeruleocauda.)
2.2.2 Flora
59
2.3 Sosial Ekonomi Budaya
2.3.1 Sosial
2.3.1.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Kleak berjumlah 4.739 jiwa dan Kelurahan Sario
Tumpaan berjumlah 3.666 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk Kelurahan Kleak
jiwa/km2. Jumlah dan kepadatan penduduk wilayah studi disajikan pada Tabel
2.8
Tabel 2.9 Jumlah Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk Per Rumah
Tangga di Wilayah Studi.
Sex ratio di Kelurahan Kleak adalah 102 dan Kelurahan Sario Tumpaan adalah 92.
Sex ratio di wilayah studi adalah 97,85 hal ini menunjukkan penduduk berjenis
kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk berjenis kelamin laki-
laki (Tabel 2.10).
60
Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di
wilayah Studi.
61
15 70-74 5.352 65 46 111
16 75+ 5.754 70 49 119
TOTAL 427.906 5.178 3.666 8.844
Sumber : *) Kota Manado Dalam Angka 2017 dan **) Olahan Dari Kota Manado Dalam Angka
2017, Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017
1 PNS (jiwa)
580 Tumpaan
191 (jiwa) (jiwa)
771
2 TNI 8 67 75
3 Polri 25 263 288
4 Guru/Dosen 165 0 165
5 Petani 2 0 2
6 Peternak 2 0 2
7 Pedagang / Wiraswasta 100 114 214
8 Buruh / Tukang 112 0 112
9 Pengrajin 0 10 10
10 Pengacara/notaris 5 0 5
11 Karyawanperusahaan 128 154 282
12 Nelayan 1 70 71
13 Perawat/Bidan 14 0 14
14 Karyawan swasta 737 159 896
15 Sopir/tukang ojek 51 41 92
16 Pensiunan 0 145 145
17 Pedagang (tibo-tibo) 0 25 25
18 Buruh petukangan 0 20 20
19 Jasa 0 386 386
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka 2017 dan Kecamatan Sario Dalam Angka 2017.
62
Tabel 2.14 Sarana Perekonomian di Wilayah Studi.
Kelurahan Kleak Kelurahan Sario Wilayah Studi
No. Sarana Perekonomian
2015 2016 2017 2015Tumpaan
2016 2017 2015 2016 2017
(unit)
1 Toko 7 7 7 25 38 9 32 45 16
2 Warung/kios 55 55 20 - 22 15 55 77 35
3 Rumah makan/restoran 30 30 - 16 18 30 46 48 30
4 Bank 3 3 - - - 1 3 3 1
5 Koperasi 3 3 - - 1 1 3 4 1
6 Perusahaan 3 3 2 - 1 1 4 4 3
- JUMLAH 101 101 29 31 80 57 132 181 86
Sumber : Kecamatan Malalayang Dalam Angka, 2016,2017, 2018 dan Kecamatan Sario Dalam
Angka 2016, 2017, 2018.
Sarana perekonomian yang ada di wilayah studi Tahun 2015 sebanyak 132 unit
dan mengalami peningkatan pada Tahun 2016 menjadi 181 unit, namun Tahun
2017 mengalami penurunan menjadi 86 unit.
2.3.3 Sosio-Budaya
2.3.3.1 Etnis dan Agama
Suku atau etnis yang dominan di wilayah studi adalah Suku Minahasa. Saat ini di
wilayah studi sudah mulai banyak pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia.
Kerukunan antar umat beragama terjalin dengan baik dan saling menghormati
antara satu pemeluk agama dengan pemeluk agama lainnya.
63
Pembangunan dibidang spiritual cukup baik hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama. Di wilayah studi terdapat
sebanyak 2 unit masjid dan 5 gereja.
2.3.4 Pendidikan
Aspek kependudukan khususnya kualitas SDM memiliki peran yang sangat penting
dalam progresifitas suatau daerah. Hal ini terkait erat dengan keberhasilan
pembangunan di bidang pendidikan. SDM yang berkualitas merupakan modal
utama bangsa dalam menjalankan pembangunan. Salah satu faktor penunjang
terbentuknya SDM yang berkualitas adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
sangat berpengaruh terhadap motivasi dan cara berpikir dalam meningkatkan
produktivitas baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh
karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diasumsikan SDM orang
yang bersangkutan akan semakin berkualitas. Sarana pendidikan di wilayah studi
disajikan pada Tabel 2.17 s.d. Tabel 2.20.
64
*) Tidak tersedia data dalam BPS Kecamatan Sario Dalam Angka 2017
*) Tidak tersedia data dalam BPS Kecamatan Sario Dalam Angka 2017.
Sarana pendidikan di wilayah studi sudah cukup memadai karena sudah tersedia
sekolah TK hingga tingkat SMU. Khusus di Kecamatan Sario terdapat 2
perguruan tinggi.
65
dan biasanya muncul berdasarkan pengakuan masyarakat yang tumbuh secara
perlahan.
100%. Persepsi responden terhadap rencana kegiatan disajikan pada Tabel 2.21.
66
2.4 Kesehatan Masyarakat
2.4.1 Derajat Kesehatan Masyarakat
2.4.1.1 Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita
Berdasarkan data dari Puskesmas Sario tahun 2017 bahwa tidak ada kasus kematian
bayi, balita dan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sario dari 398 kelahiran hidup.
Begitu juga di wilayah kerja Puskesmas, tidak ada kasus kematian bayi, balita dan
ibu pada tahun 2017 dari 441 kelahiran hidup (Profil Puskesmas Tahun 2017).
Dari tabel diatas didapat bahwa keluhan masyarakat yang tinggal di wilayah studi
pada 3 bulan terakhir paling banyak mengeluh influenza sebanyak 32,5%, darah
tinggi 15,7%, demam berdarah 2,4%, diare 1,2% dan lainnya 3,6%. Sedangkan
sebagian lagi masyarakat tidak mempunyai keluhan kesehatan pada 3 bulan
terakhir sebanyak 44,6%.
67
Dari data primer penelitian tahun 2018 didapat bahwa masyarakat yang tinggal di
wilayah studi paling banyak berobat ke praktek dokter umum sebanyak 46%,
puskesmas atau balai pengobatan 34% dan rumah sakit 20%. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini.
20%
34%
Rumah Sakit
Dokter Umum
Puskesmas/ Balai Pengobatan
Jenis tenaga kesehatan dan jumlahnya di wilayah studi yang mencakup 2 wilayah
yaitu wilayah kerja Puskesmas Sario dan Puskesmas Bahu tahun 2017 dapat dilihat
pada Tabel 2.25 dibawah ini.
68
9 Pekarya 1
Jumlah 33
Sumber: Data dari Puskesmas Sario Tahun 2017
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Sario sebanyak 33 orang, perawat merupakan jenis tenaga kesehatan
terbanyak yaitu sebanyak 12 orang, kemudian Dokter Umum 7 orang, Bidan 4
orang, Kesehatan Lingkungan dan Farmasi 2 orang, sedangkan tenaga kesehatan
yang paling sedikit adalah Dokter Gigi dan Pekarya sebanyak 1 orang.
Jumlah 48
Sumber: Profil Puskesmas Bahu Tahun 2017
Dari Tabel 2.26 diatas menunjukan bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Bahu sebanyak 48 orang, perawat merupakan jenis tenaga kesehatan
terbanyak yaitu sebanyak 14 orang, kemudian Bidan 11 orang, Dokter Umum 8
orang, Perawat Gigi 4 orang, Kesehatan Lingkungan 2 orang, Okupasi Terapis 2
orang, Analisis Kesehatan 2 orang, sedangkan tenaga kesehatan yang paling sedikit
adalah Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Apoteker, Kesehatan Masyarakat, Nutrisionis
sebanyak 1 orang.
69
2.4.1.4 Fasilitas Kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sario dan Puskesmas
Bahu tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.27 dibawah ini.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa terdapat 21 fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Sario tahun 2017 yaitu Puskesmas 1 buah,
Puskesmas Pembantu 3 buah dan Posyandu sebanyak 17 buah.
70
pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara dengan kegiatan lain di sekitar pada dasarnya dapat diuraikan
berdasarkan empat kriteria, yaitu :
1. Kegiatan sejenis;
2. Kegiatan yang berdampak sama;
3. Kegiatan yang akan mempengaruhi kegiatan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara; dan
4. Kegiatan yang akan dipengaruhi oleh RSUD Provinsi Sulawesi Utara.
Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan RSUD Provinsi Sulawesi
Utara di Jalan Bethesda, Kelurahan Kleak, Kecamatan Malalayang, Kota
Manado, antara lain adalah:
Sebelah Utara : Jalan Bethesda, Laboratorium Kesehatan Daerah,
pemukiman penduduk LIngkungan 2 Kelurahan
Sario Tumpaan
71
BAB III
Prakiraan dampak penting dalam kajian ini akan dilakukan dengan pendekatan
pertama yaitu membandingkan perubahan kondisi rona dengan adanya kegiatan dan
rona tanpa adanya kegiatan (with and without project). Skenario prakiraan dampak
adalah skenario kondisi terburuk (worst-case scenario). Apabila dihadapkan pada
keterbatasan data dan informasi, maka prakiraan dampak dilakukan dengan
pendekatan sebelum dan setelah adanya kegiatan, dengan tanpa
mempertimbangkan perubahan rona lingkungan hidup secara alamiah (before and
after project).
72
fisika-kimia, biologi dan sosial, ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat.
Sebelum menentukan besaran dampak (magnitude), hubungan antara komponen
lingkungan hidup dan kegiatan pembangunan perlu dianalisis secara mendalam.
Sehubungan dengan itu ada dua jenis metode prakiraan besaran dampak yang akan
digunakan, yaitu metoda formal dan metoda non-formal:
Metode Formal
Metode non-formal ditekankan terhadap prakiraan dampak yang tidak dapat atau
sulit digambarkan secara matematis, sehingga prakiraan dampak tidak dapat
dilakukan dengan metode formal. Dua jenis metode non-formal yang digunakan,
yaitu: prakiraan dampak secara analogi dan penilaian para ahli (professional
judgement). Metode analogi, dampak lingkungan hidup yang timbul diprakirakan
dengan mempelajari aktivitas sejenis di daerah lain dan/atau berlangsung pada
waktu yang lampau. Penilaian para ahli dalam menentukan prakiraan dampak
didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman peneliti dibidangnya. Teknik ini
digunakan apabila data dan informasi terbatas, serta fenomena yang diprakirakan
terjadi kurang dipahami.
Prakiraan sifat penting dampak didasarkan pada tujuh (7) Kriteria Dampak Penting
sebagaimana tercantum pada penjelasan pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Hidup dan Pasal
22 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan tujuh kriteria dan
kategori penentuan penting/tidaknya dampak, maka tim penyusun akan melakukan
telaahan berdasarkan kajian pustaka terkait sifat dampak dengan merujuk pada tujuh
73
kriteria penting yang telah disiapkan. Panduan untuk menentukan dampak penting
dan tidak penting menggunakan tujuh kriteria ditampilkan pada Tabel 3.1 berikut.
Sumber: UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2009.
74
3.2 Tahap pra Konstruksi
3.2.1 Rekrutmen Tenaga Kerja Konsruksi
Besaran Dampak Kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi secara
langsung memberikan dampak peningkatan kesempatan kerja dan berusaha bagi
masyarakat khususnya angkatan kerja yang ada wilayah studi. Kegiatan konstruksi
pembangunan RSUD kelas B Sulawesi Utara ini akan membutuhkan tenaga kerja
langsung sekitar 305 jiwa. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebesar 305 jiwa,
jika angkatan kerja di wilayah studi diberi prioritas sebesar 30%, maka akan terbuka
kesempatan kerja sebesar 92 orang untuk angkatan kerja di wilayah studi. Adanya
kegiatan konstruksi dengan penyerapan tenaga kerja di wilayah studi akan
menyebabkan bertambahnya kesempatan kerja. Kesempatan kerja akan mengalami
perubahan setelah terbukanya kesempatan kerja untuk tenaga kerja konstruksi
pembangunan RSUD. Kesempatan kerja di wilayah studi setelah adanya kegiatan
penerimaan tenaga kerja konstruksi adalah sebesar 88,16%. Berdasarkan data rona
lingkungan hidup awal di wilayah studi terdapat 3.768 jiwa angkatan kerja.
bangkitan konsentrasi partikulat (TSP dan PM10) dihitung berdasarkan nilai faktor
emisi untuk jalan beraspal dengan menggunakan persamaan empiris berikut (US-
EPA-AP-42, 2002):
75
W = Berat rata-rata kendaraan di jalan dalam satuan ton
Sifat
Faktor Penentu
No Penting Keterangan
Dampak Penting
Dampak
1 Besarnya jumlah Dengan jarak pemukiman dan jalur mobilisasi 10
penduduk yang akan meter, diperkirakan tidak terdapat penduduk yang akan
terkena dampak -TP terkena dampak peningkatan kadar debu dan PM10.
rencana usaha dan/ atau
kegiatan
2 Luas wilayah Luas sebaran partikulat khususnya untuk parameter
persebaran dampak TSP dan PM10 diperkirakan tidak berdampak
-TP signifikan terhadap peningkatan kadar debu dan PM10
di udara ambien selama kegiatan mobilkisasi peralatan
dan material.
3 Lamanya dampak Kegiatan berlangsung ± 30 hari pada Tahap konstruksi
berlangsung dan penurunan kualitas udara ambien tidak akan
-TP
berlangsung lama karena bangkitan partikulat hanya
terjadi ketika kendaraan pengangkut melintas.
Intensitas dampak Intensitas dampak partikulat adalah sebagai berikut:
76
karena aglomerasi akibat kelembaban maupun hujan.
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi peralatan dan material
terhadap penurunan kualitas udara ambien masuk ke dalam kategori dampak
(negatif) penting (-P).
77
Tabel 3.3 Konstanta untuk rumus σy dan σz fungsi kestabilan atmosfer.
Total Emisi
Faktor Jumlah
lb/3 ha gr/detik
dipindahkan/ gr/detik
No. Kegiatan Emisi Unit wkt 30 untuk 3
gerakan
hari* Ha Eff=50%***
Meratakan tanah
1.
0,75 lb/ton 30.000 ton 750 3,9 1,97
Bulldozer
Scrappers
2.
menaikkan top 0,04 lb/ton 30.000 ton 40 0,2 0,10
soil
Scrapper
3.
mengeluarkan 20,2 lb/VMT 1.440 VMT* 970 5,1 2,55
top soil
Scrappers dalam
4. 0,6 lb/VMT 1.440 VMT 29 0,2 0,08
78
pengangkutan
Tabel 3.5 Penentuan sifat penting dampak kegiatan penimbunan dan pemadatan
tanah terhadap penurunan kualitas udara ambient.
79
jarak kurang dari 115,4 m dari tepi lahan sebagai sumber
dampak tidak akan terkena dampak yang signifikan.
3 Lama nya dampak Dampak berlangsung pada saat kegiatan penimbunan dan
-P
berlangsung pemadatan tanah selama lebih kurang satu tahun.
Intensitas dampak Intensitas dampak TSP di bawah baku mutu (230
-P µg/m3) diperkirakan terjadi pada jarak lebih dari 115,4 m
dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah.
4 Banyaknya Komponen lingkungan lain yang terkena dampak berupa
komponen masyarakat di sekitar tapak proyek yang berpotensi pada
-P
lingkungan lain yang menurunnya kesehatan masyarakat selama kegiatan
terkena dampak penimbunan dan pemadatan tanah
5 Sifat kumulatif Dampak tidak bersifat kumulatif, karena emisi partikulat
-TP
dampak akan langsung terdispersi ke udara ambien.
6 Berbalik atau tidak Mengingat emisi TSP akan terdispersi dan terdeposisi
berbaliknya dampak dalam ruang udara ambien, maka dampak akan berbalik
-TP setelah beberapa waktu berlangsung. Bangkitan partikulat
akan kembali ke kondisi semula apabila kegiatan
penimbunan dan pemadatan tanah telah selesai.
7 Kriteria lain sesuai Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
perkembangan
-TP
ilmu pengetahuan
dan teknologi
(IPTEK)
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penimbunan dan pemadatan
tanah terhadap penurunan kualitas udara ambien masuk ke dalam kategori dampak
(negatif) penting (-P).
80
pengangkutan alat dan bahan untuk kebutuhan konstruksi seperti semen, pasir,
peralatan berat, dll. Kegiatan tersebut berpotensi meningkatkan kebisingan yang
diakibatkan oleh mobilisasi kendaraan pengangkut (transport truck) di sepanjang
jalan yang dilewati dengan ritasi per hari diperkirakan mencapai 23 rit per jam
(asumsi 8 jam kerja).
Gambar 3.1
Kebisingan Akibat Penimbunan dan Pemadatan Tanah
Besaran Dampak
Kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah diperkirakan menimbulkan dampak
kebisingan yang berasal dari pengoperasian alat berat di lokasi rencana kegiatan
pembangunan RSUD Manado. Perhitungan tingkat kebisingan berdasarkan
beberapa unit alat dan kendaraan berat yang beroperasi secara bersamaan seperti
dump truck, excavator, bulldozer dan compactor dengan akumulasi tingkat
kebisingan sebesar 104,5 dB(A) pada jarak 5 meter dari sumber bising. Tingkat
kebisingan tersebut akan menurun akibat dengan bertambahnya jarak dari sumber
suara.
81
Tabel 3.6 Tingkat kebisingan peralatan konstruksi di tapak proyek.
Tingkat
No. Tipe Konstruksi Kebisingan (dB(A))
1 Ground Clearing 84,0
2 Exacavation 89,0
3 Foundation 78,0
4 Erection 87,0
5 Finishing 89,0
Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa 18,1 %
responden menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,7 %
responden menyatakan setuju dan hanya 1,2 % responden yang menyatakan tidak
setuju. Persepsi dan sikap responden yang ada di wilayah studi terkait rencana
pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara sangat baik karena dukungan
masyarakat mendekati 100%.
82
Tabel 3.7 Penentuan Kriteria Penting Dampak Persepsi dan Sikap
Masyarakat akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Operasi.
Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat dari
kegiatan penerimaan tenaga kerja ini tergolong positif penting (+P).
83
dan material konstruksi akan menyebabkan meningkatnya gas-gas polutan di udara
yang bersumber dari emisi gas buang kendaraan pengangkut. Selain polutan yang
bersumber
dari emisi gas buang kegiatan tersebut dapat meningkatkan dispersi debu yang
berasal dari debu jalanan yang terbang terkena hempasan ban kendaraan pengangkut
khususnya pada musim kemarau. Debu juga berasal dari ceceran material konstruksi
yang diangkut. Ceceran material pada musim hujan akan menjadi lumpur yang
melapisi jalan yang berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas
khususnya bagi pengendara kendaraan roda dua. Kebisingan juga dapat timbul dari
kegiatan tersebut. Kegiatan berlangsung selama 330 hari dengan intensitas tinggi.
Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa 18,10%
responden menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan, 80,70%
responden menyatakan setuju dan hanya 1,20% responden yang menyatakan tidak
setuju.
1. Kebisingan (32,50%).
84
menyebabkan terjadinya peningkatan persepsi dan sikap negatif masyarakat.
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material konstruksi dengan jumlah
ritasi 23 rit/jam, merupakan jumlah yang sangat besar. Volume ritasi yang besar
pada saat pelaksanaan kegiatan berpotensi menimbulkan dampak-dampak yang
dikhawatirkan oleh masyarakat terjadi. Perubahan persepsi dan sikap masyarakat
jika yang dikhawatirkan oleh masyarakat timbul akibat kegiatan adalah besar.
Berdasarkan uraian tersebut kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material
konstruksi akan menyebabkan terjadinya perubahan persepsi dan sikap masyarakat,
dengan magnitudo besar, karena pemukiman sangat dekat dan kondisi jalan
lingkungan sudah mulai padat oleh kendaraan yang lalu lalang.
85
6 Berbalik atau tidak berbalik -TP Dampak akan hilang pada saat kegiatan selesai.
Kriteria lain sesuai dengan Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
7 -TP
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
(IPTEK)
Berdasarkan sifat dan kepentingan dampak persepsi dan sikap masyarakat dari
mobilisasi dan demobilisasi alat dan material konstruksi ini tergolong negatif
penting (-P).
Kriteria Sifat
Penentuan Sifat Penting
No Keterangan
Penting Dampak Dampak
86
Banyaknya Komponen lingkungan yang terkena dampak turun jika
komponen tidak dikelola dengan baik adalah kebisingan,
lingkungan lain peningkatan udara ambient (dampak sekunder),
4 yang terkena -P kesehatan masyarakat dan persepsi masyarakat
dampak (dampak tersier)
Sifat kumulatif
5 -TP Dampak tidak berdampak kumulatif
dampak
Setelah selesai kegiatan mobilisasi material timbunan,
Berbalik atau tidak maka penambahan kendaraan tidak akan terjadi,
6 berbaliknya dampak -TP sehingga kondisinya dapat berbalik kepada kondisi
sebelumnya
Kriteria lain sesuai
dengan Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
7 -TP
pengetahuan dan (IPTEK)
teknologi (IPTEK)
Berdasarkan hasil perkiraan besar dampak dan sifat penting dampak, maka
bertambahnya volume kendaraan dari kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah
tergolong sebagai Negatif Penting (-P)
Bangkitan
87
Ratumbuysang dapat diuraikan sebagai berikut:
Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
Penting
No Penting Dampak Keterangan
Dampak
Besarnya jumlah Yang terkena dampak adalah pengguna jalan yang
penduduk yang akan melintas di ruas jalan Bethesda yang berbarengan
terkena dampak rencana dengan jam pengangkutan bongkaran bangunan
usaha dan/ atau kegiatan eksisting, dimana jumlah kendaraan paling sedikit
1 -P
adalah 627,7 smp/ jam, sedangkan jumlah
kendaraan terbanyak adalah 1332,0 smp/ jam
Luas wilayah Luas wilayah penyebaran dampak adalah ruas
penyebaran dampak jalan Bethesda yang dilalui oleh kendaraan yang
2 -P mengangkut bongkaran material bangunan
eksisting
Intensitas dan lamanya Intensitas mobilisasi adalah setiap 4,1 menit
dampak berlangsung terdapat penambahan jumlah kendaraan 1
Kendaraan, dengan lama dampak berlangsung
3 -P
adalah setiap hari selama 8 Jam selama kurang
lebih 1 Bulan
Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terkena dampak
lingkungan lain yang turun jika tidak dikelola dengan baik adalah
terkena dampak kebisingan, peningkatan udara ambient (dampak
4 -P sekunder), kesehatan masyarakat dan persepsi
masyarakat (dampak tersier)
5 Sifat kumulatif dampak -TP Dampak tidak berdampak kumulatif
Setelah selesai kegiatan mobilisasi bongkaran
Berbalik atau tidak bangunan eksisting, maka penambahan kendaraan
6 berbaliknya dampak -TP tidak akan terjadi, sehingga kondisinya dapat
berbalik kepada kondisi sebelumnya
Kriteria lain sesuai Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
dengan perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
7 ilmu pengetahuan dan -TP (IPTEK)
teknologi (IPTEK)
88
Berdasarkan hasil perkiraan dampak dan sifat penting dampak, maka dampak
bertambahnya volume kendaraan dari kegiatan pembongkaran Rumah Sakit Jiwa
Ratumbuysang tergolong sebagai Negatif Penting (-P).
Besaran Dampak
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi dapat
menimbulkan debu bangkitan ke udara akibat dari lalu lintas kendaraan. Tingginya
konsentrasi debu ke udara terjadi pada saat kendaraan melintas dan akan menurun
saat tidak ada kendaraan yang melintas. Kegiatan ini akan melewati daerah
pemukiman penduduk yang berada di pinggir jalan yang akan dilalui oleh
kendaraan proyek. Jarak yang dekat dan adanya peningkatan debu bangkitan ke
udara diprakirakan dapat berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal di
jalur mobilisasi dan demobilisasi kendaraan proyek.
89
Kasus ISPA merupakan kasus penyakit terbanyak ke dua setelah hipertensi di lokasi
studi. Masyarakat yang tinggal di pinggir jalan jalur mobilisasi merupakan
kelompok yag rentan terhadap ISPA terutama balita dan lansia. Dampak dari
kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi ini
diperkirakan akan terjadi penambahan jumlah kasus ISPA pada kelompok rentan
sebesar 14,5 kasus per 100 penduduk-tahun. Namun demikian, potensi terjadinya
ISPA yang disebabkan oleh konsentrasi debu dari kegiatan ini pada tahap
konstruksi ini tergolong kedalam besaran dampak kecil terhadap kesehatan
masyarakat.
Sifat
Kriteria Penentuan
Penting Keterangan
No Sifat Penting Dampak
Dampak
Masyarakat yang tinggal di sepanjang jalan yang
Besarnya jumlah
dilintasi kendaraan pengangkut akan terkena
penduduk yang akan
1 -P dampak kesehatan akibat dari kegiatan mobilisasi
terkena dampak rencana
dan demobilisasi alat & material di Kelurahan Sario
usaha dan/atau kegiatan
dan Kleak
Wilayah sebaran dampak kesehatan ini adalah
Luas wilayah persebaran
2 -P pemukiman yang berada di sepanjang jalan yang
dampak
dilintasi kendaraan pengangkut di wilayah studi
Intensitas dampak -TP Intensitas dampak kecil.
3 Lama nya dampak Efek kesehatan yang ditimbulkan dari kegiatan ini
-TP
berlangsung bersifat akut.
Banyaknya komponen Tidak ada komponen lain yang terdampak akibat
4 -TP
lingkungan lain yang dari kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat &
90
terkena dampak material
Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak, akibat dari kegiatan mobilisasi dan
demobilisasi alat & material pada Tahap Konstruksi terhadap peningkatan
prevalensi penyakit masuk kategori dampak negatif penting (-P).
91
kesehatan dapat dipenuhi dari wilayah. Kebutuhan tenaga kerja non kesehatan
sebanyak 43 jiwa.
Kegiatan penerimaan tenaga kerja sebesar 522 jiwa, akan mendorong tumbuhnya
usaha baru untuk memenuhi kebutuhan karyawan rumah sakit. Usaha-usaha yang
akan tumbuh khususnya usaha rumah makan dan minuman, kios/toko dan usaha
jasa kost/persewaan rumah untuk memenuhi kebutuhan karyawan rumah sakit
yang berasal dari luar Kota Manado. Jika diasumsikan 70% karyawan berasal
dari luar Kota Manado, maka akan dibutuhkan 365 unit kost/rumah sewa.
Kedatangan karyawan sebanyak 365 karyawan akan mendorong tumbuhnya
usaha baru untuk memenuhi kebutuhan pangan karyawan.
92
Tabel 3.12 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan
Kesempatan Kerja dan Berusaha akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga
Kerja Tahap Operasi
Aktivitas rumah sakit berupa pelayanan medik baik rawat jalan dan rawat inap.
Perawatan jalan dengan penyediaan poliklinik dengan dokter-dokter spesialis dan
umum. Perawatan inap dengan penyediaan jumlah tempat rawat inap sebanyak 376
tempat tidur.
93
kegiatan usaha. Kegiatan usaha yang umumnya disediakan di dalam gedung rumah
sakit, yaitu kantin/cafetaria untuk pengunjung, kios untuk kebutuhan pasien, kios
buah tangan untuk pasien, kios majalah/buku/surat kabar dan usaha-usaha lainnya.
Selain di dalam gedung rumah sakit, di lingkungan sekitar rumah sakit juga akan
tumbuh usaha-usaha baru. Usaha-usaha baru yang akan tumbuh di sekitar rumah
sakit, yaitu usaha penginapan untuk keluarga pasien yang berasal dari luar kota
(seperti RS Harapan Kita dan RSCM), kios buah tangan untuk penjenguk pasien,
apotik, optik, laboratorium, warung makanan dan minuman serta tempat penitipan
kendaraan bermotor.
Usaha-usaha yang tumbuh untuk memenuhi kebutuhan logistik rumah sakit, berupa
kebutuhan alat tulis kantor rumah sakit, kebutuhan obat-obatan dari pengusaha
farmasi, kebutuhan sayur mayur untuk instalasi gizi untuk memenuhi kebutuhan
pasien.
Selain usaha formal yang tumbuh juga akan diikuti oleh pedagang-pedagang kaki
lima (PKL) yang memanfaatkan keberadaan rumah sakit. Pedagang kaki lima
(PKL) umumnya berjualan makanan dengan menggunakan gerobak dan umumnya
menempati di sekeliling pagar rumah sakit sehingga dapat memberikan kesan
kumuh bagi lingkungan.
94
Tabel 3.13 Penentuan Kriteria Penting Dampak Peningkatan Kesempatan
Kerja dan Berusaha akibat Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tahap
Operasi.
95
3.4.1.2 Pendapatan masyarakat
Besaran dampak
Aktivitas rumah sakit RSUD Provinsi Sulawesi Utara ini akan menyebabkan
tumbuhnya usaha dan adanya kesempatan kerja tidak langsung. Kesempatan kerja
tidak langsung yang terbuka umumnya 50-100 jiwa.
96
Tabel 3.14 Penentuan Kriteria Dampak Peningkatan Pendapatan
Masyarakat dari Aktivitas RSUD.
97
3.4.2 Aktivitas Rumah Sakit
3.4.2.1 Kualitas Air Permukaan
Besaran Dampak
Pada tahap operasi, dampak penurunan kualitas air permukaan berasal dari
penanganan limbah cair domestik hasil aktivitas rumah sakit. Bahan pencemar yang
terkandung dalam limbah cair domestik apabila langsung dibuang tanpa diolah
terlebih dahulu akan menyebabkan terjadi penurunan kualitas air permukan (saluran
drainase). Parameter yang diprakirakan mengalami perubahan berupa TSS dan
COD. Terkait dengan jumlah limbah yang akan dihasilkan oleh kegiatan, dengan
asumsi 80 % air bersih yang akan digunakan akan menjadi limbah, maka
diprakirakan limbah cair yang dihasilkan adalah 237,2 m3/hari dengan kapasitas
IPAL yang direncanakan adalah 388 m3 . Asumsi konsentrasi rata-rata COD dan
TSS berdasarkan debit limbah cair yang dihasilkan adalah 593 mg/liter dan 355,8
mg/liter. Efektifitas STP yang direncanakan mencapai 90%, sehingga parameter
COD akan mengalami penurunan menjadi 38,8 mg/l. Sementara itu, parameter TSS
diperkirakan sebesar 35,58 mg/liter. Nilai COD sebesar 38,8 mg/lliter masih di
bawah baku mutu berdasarkan PermenLH Nomor 5 Tahun 2014 Lampiran XLIV
yaitu 80 mg/liter. Sementara itu, nilai TSS sebesar 35,58 mg/liter berada di atas
baku mutu yang ditetapkan yaitu 30 mg/liter.
98
Tabel 3.15 Penentuan sifat penting dampak kegiatan aktivitas rumah
sakit terhadap kualitas air permukaan.
Sifat
Kriteria Penentuan
Penting
No Sifat Penting Dampak Keterangan
Dampak
Jumlah penduduk yang terkena dampak tidak
Besarnya jumlah signifikan. Effluent air limbah rumah sakit
penduduk yang akan akan menuju badan air penerima (saluran
1 terkena dampak -TP drainase) yang berada di pemukiman
rencana usaha penduduk. Berdasarkan observasi di lapangan,
dan/atau kegiatan Saluran drainase tersebut tidak digunakan
untuk keperluan sehari-hari.
Wilayah sebaran dampak kesehatan tidak
Luas wilayah signifikan. Saluran drainase yang menjadi
2 -TP
persebaran dampak effluent air limbah tidak digunakan oleh
penduduk untuk keperluan sehari-hari.
Intensitas dampak sedang. Parameeter TSS
Intensitas dampak -P diperkirakan akan melebihi baku mutu yang
3 ditetapkan yaitu 30 mg/liter.
Lama nya dampak Ditinjau dari intensitas dampak, maka lamanya
-P
berlangsung dampak berlangsung cukup signifikan
Banyaknya komponen
4 lingkungan lain yang -TP Tidak ada komponen lain yang terdampak
terkena dampak
Sifat kumulatif
5 -TP Dampak tidak bersifat kumulatif.
dampak
Berbalik atau tidak Dampak akan berbalik jika dilakukan
6 -TP
berbaliknya dampak pengelolaan secara berkala terhadap STP.
Kriteria lain sesuai
Tidak terdapat kriteria lain sesuai dengan
dengan perkembangan
7 -TP perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
ilmu pengetahuan dan
(IPTEK)
teknologi (IPTEK)
Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak kualitas air permukaan, akibat dari
kegiatan rumah sakit pada termasuk kategori dampak negatif penting (-P).
99
Kesempatan Kerja dan Berusaha
Data rona awal hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa bahwa
18,1 % responden menyatakan setuju terhadap rencana kegiatan dengan catatan,
80,7 % responden menyatakan setuju dan hanya 1,2 % responden yang menyatakan
tidak setuju. Berdasarkan kondisi rona lingkungan awal termasuk kategori kualitas
lingkungan yang sangat baik karena responden yang tidak setuju hanya 1,2 %
responden.
Aktivitas rumah sakit selain menimbulkan dampak negatif yang dikhawatirkan oleh
100
masyarakat,juga mempunyai dampak positif yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Dampak positif yang diharapkan oleh aktivitas rumah sakit oleh masyarakat, yaitu:
Kemudahan mendapatkan akses kesehatan (59,00%).
Lainnya (2,40%).
Dampak positif yang diharapkan masyarakat dengan adanya aktivitas rumah sakit
akan meminimalkan dampak-dampak negatif yang dikhawatirkan oleh masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut aktivitas rumah sakit akan menyebabkan perubahan
persepsi dan sikap masyarakat, dengan magnitudo kecil. Walaupun kecil, kalau
tidak dilakukan pengelolaan yang baik akan menimbulkan dampak negatif.
Jenis limbah cair yang dihasilkan dari operasional rumah sakit diprakirakan
mencapai 237,2 m3. Sumber air limbah dari kegiatan operasional RSUD dari
berbagai tempat dan jenis pelayanan yang ada di rumah sakit seperti UGD, ruang
rawat inap, hemodialisa, laboratorium, ruang jenazah, dll. Sistem pengolahan air
limbah yang digunakan oleh RSUD Sulawesi Utara ini direncanakan menggunakan
IPAL dengan proses biofilter anaerob aerob yaitu sistem Biologis dengan
menggabungkan sistem anaerobik dan sistem aerobik yang dilengkapi dengan
proses untuk penurunkan kandungan bahan kimia dari bahan-bahan medis atau
kegiatan hemodialisa. Hasil dari proses ini diprakirakan dapat memenuhi nilai
101
ambang batas yang telah ditetapkan dalam PermenLH No.5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Pelayanan Kesehatan. Selain itu, rumah
sakit menghasilkan limbah padat infeksius dan non-infeksius sebanyak 58,38
kg/hari. Limbah tersebut dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah, farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi. Limbah padat medis tersebut akan dikumpulkan di TPS limbah medis dan
disterilkan dengan mesin autoclave dengan suhu 121 OC selama 30 menit. Setelah
limbah padat medis disterilkan, limbah akan diserahkan kepada pihak ketiga yang
berizin dari KLHK. Air buangan dari autoclave akan dialirkan menuju STP rumah
sakit untuk diolah lebih lanjut.
Sifat
Kriteria Penentuan Sifat
Penting
No Penting Dampak Keterangan
Dampak
1 Besarnya jumlah penduduk -TP Masyarakat yang tinggal di sekitar rumah
yang akan terkena dampak sakit khususnya di pinggir sungai/saluran air
rencana usaha dan/atau di Kelurahan Sario
kegiatan
2 Luas wilayah persebaran -TP Wilayah sebaran penurunan sanitasi
dampak ligkungan adalah sungai/saluran air di
wilayah studi
3 Intensitas dampak -TP Penurunan sanitasi lingkungan yang
ditimbulkan dari kegiatan ini bisa cepat
kembali seperti semula.
Lama nya dampak -TP Penurunan sanitasi lingkungan yang
berlangsung ditimbulkan dari kegiatan ini bersifat
102
sementara
Ditinjau dari kriteria sifat penting dampak penurunan sanitasi lingkungan dari
kegiatan pengelolaan limbah termasuk kategori dampak tidak penting (-TP)
namun tetap dikelola.
103
BAB IV
Dalam bab ini akan dilakukan evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi
seluruh dampak penting hipotetik (DPH). Telaah dampak penting dimaksudkan
untuk mengkaji DPH yang telah diidentifikasi secara lebih komprehensif dengan
mempertimbangkan keterkaitan antara suatu dampak dengan dampak lainnya.
Dampak penting yang diprakirakan timbul masing-masing dievaluasi
keterkaitannya dengan menggunakan metode bagan alir.
Merujuk hal di atas, telaahan secara menyeluruh terhadap dampak penting dari
setiap jenis kegiatan terhadap komponen/parameter lingkungan hidup untuk
setiap jenis kegiatan sebagai sumber dampaknya, dilakukan dengan
menggunakan bagan alir dampak (Gambar 4.1). Bagan alir dampak digunakan
untuk menentukan keterkaitan (sebab-akibat) antara sumber dampak dengan
dampak penting terhadap komponen/parameter lingkungan, dan antar
komponen/parameter lingkungan yang terkena dampak penting itu sendiri,
sehingga dapat diketahui setiap jenis kegiatan sebagai sumber dampak dan jenis
105
dampak yang menjadi variabel kunci. Selain itu, dapat terlihat dampak akibat dua
atau lebih sumber dampak yang berbeda menyebabkan dampak pada ruang dan
waktu yang sama.Tabel 4.1 berikut.
106
Tabel 4.1 Rangkuman hasil prakiraan dan evaluasi dampak penting hipotetik (DPH).
Komponen Sifat
No Lingkungan Parameter Dampak Sumber Dampak Dampak Jenis dampak Sifat Penting Dampak
TAHAP KONSTRUKSI
Mobilisasi peralatan dan bahan
Kualitas Udara Ambien Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
Penimbunan dan pemadatan lahan
Mobilisasi peralatan dan bahan
1. Fisik Kimia
Kebisingan Penimbunan dan pemadatan lahan Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
Pembangunan RSUD Dan Fasilitas Penunjang
Air Limpasan Pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Tidak Penting (dtp)
Kesempatan Kerja dan Penerimaan Tenaga Kerja Positif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
Berusaha Pelepasan Tenaga Kerja Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
Penerimaan Tenaga Kerja Positif Dampak Turunan (sekunder) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak Penting (dp)
Pendapatan Masyarakat
Pelepasan Tenaga Kerja Negatif Dampak Turunan (sekunder) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak Penting (dp)
PenerimaanTenaga Kerja Positif Dampak Turunan (tersier) dari Pendapatan Masyarakat Dampak Penting (dp)
Sosial Ekonomi dan
2. Mobilisasi peralatan dan bahan
Budaya
Persepsi dan sikap Pembongkaran RSJ Ratumbuysang Dampak Turunan (tersier) dari Dampak Prevalensi Penyakit,
Masyarakat Dampak Langsung (Sekunder) dari dampak bertambahnya volume kendaraan
Negatif Dampak Penting (dp)
Dampak Turunan (sekunder) dari Dampak air limpasan,
Dampak Turunan (tersier) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha
Pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang
Pelepasan tenaga kerja
Peningkatan Prevalensi Mobilisasi dan demobilisasi alat dan material
11. Kesehatan Masyarakat Negatif Dampak Turunan (sekunder) dari Kualitas Udara dan Kebisingan Dampak Penting (dp)
Penyakit Pemadatan dan penimbunan tanah
TAHAP OPERASI
1. Fisik Kimia Kualitas Air Permukaan Aktivitas Rumah Sakit Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
Kesempatan Kerja dan
Penerimaan Tenaga Kerja Aktivitas Rumah Sakit Positif Dampak Langsung (primer) Dampak Penting (dp)
berusaha
Sosial Ekonomi dan
2. Pendapatan Masyarakat Penerimaan Tenaga Kerja Aktivitas Rumah Sakit Positif Dampak Turunan (Sekunder) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak Penting (dp)
Budaya
Persepsi dan sikap
Penerimaan Tenaga Kerja Aktivitas Rumah Sakit Positif/Negatif Dampak Turunan (Tersier) dari Kesempatan Kerja dan Berusaha Dampak Penting (dp)
masyarakat
Prevalensi Penyakit Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak TIDAK Penting (dtp)
Sanitasi Lingkungan Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak TIDAK Penting (dtp)
3. Kesehatan Masyarakat Aktivitas Rumah Sakit
Pelayanan Kesehatan Positif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dtp)
Timbulan Sampah Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak TIDAK Penting (dtp)
Bertambahnya volume
4. Transportasi Darat Aktivitas Rumah Sakit Negatif Dampak Langsung (Primer) Dampak Penting (dp)
kendaraan
107
Aktivitas
Pemadatan
RSUD dan
alat dan RSJ
tanah fasilitas
material penunjang
+P
-P
Sanitasi
Bertambahnya
kerja dan
ambien
berusaha
+P -P +P
+P
Gambar 4.1 Bagan alir evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan.
108
4.1.1 Keterkaitan dan Interaksi Antar DPH/Dampak Penting
Sebagaimana terlihat pada bagan alir di atas, DPH komponen fisik kimia, sosial,
kesehatan masyarakat dan transportasi darat akan muncul pada setiap tahapan
kegiatan yaitu tahap konstruksi dan operasi. Potensi terjadinya kumulasi DPH
adalah apabila antara 1 DPH dengan DPH lainnya bertemu pada ruang dan waktu
yang sama. Secara ringkas karakteristik DPH disajikan pada tabel berikut.
Kualitas air Berlangsung pada tahap operasi yaitu aktivitas rumah Dampak tidak bersifat kumulatif
permukaan sakit. Intensitas dampak sedang dengan durasi selama 25 karena hanya berlangsung pada saat
tahun. tahap operasi.
Air limpasan Berlangsung pada tahap konstruksi yaitu dari Dampak tidak bersifat kumulatif
pembangunan RSUD dan fasilitas penunjang. Intensitas karena hanya berlangsung pada saat
dampak sedang dengan peningkatan debit air limpasan konstruksi.
sebesar 32,53 % atau setara dengan peningkatan air
limpasan sebesar 115,7 liter/detik.
Kesempatan Berlangsung pada saat kegiatan konstruksi dan operasi. Dampak tidak bersifat kumulatif
kerja dan Intensitas dampak besar pada saat konstruksi namun durasi karena kegiatan tersebut tidak
berusaha dampak singkat. Pada tahap operasi, intensitas dampak berlangsung pada waktu yang
besar dan berlangsung selama 25 tahun. bersamaan.
Pendapatan Berlangsung pada saat kegiatan konstruksi dan operasi. Dampak tidak bersifat kumulatif
masyarakat Intensitas dampak besar pada saat konstruksi namun durasi karena kegiatan tersebut tidak
dampak singkat. Pada tahap operasi, intensitas dampak berlangsung pada waktu yang
besar dan berlangsung selama 25 tahun. bersamaan.
Persepsi Berlangsung pada saat kegiatan konstruksi dan operasi. Dampak tidak bersifat kumulatif
masyarakat Intensitas dampak besar pada saat konstruksi namun durasi karena kegiatan tersebut tidak
dampak singkat. Pada tahap operasi, intensitas dampak berlangsung pada waktu yang
besar dan berlangsung selama 25 tahun. bersamaan
109
Prevalensi Berlangsung pada tahap konsttruksi yaitu pada saat Dampak tidak bersifat kumluatif
Penyakit mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material serta karena kegiatan tersebut tidak
penimbunan dan pemadatan tanah. Intensitas dampak kecil berlangsung pada waktu yang
dan hanya berlangsung selama kegiatan komstruksi yaitu bersamaan
330 hari. Sementara itu, pada tahap operasi, dampak
berlangsung pada saat aktivitas rumah sakit. Intensitas
dampak kecil sehingga durasi dampak tidak signifkan
dirasakan oleh masyarakat
Sanitasi Berlangsung pada tahap operasi yaitu aktivitas rumah sakit. Dampak tidak bersifat kumulatif
lingkungan Intensitas dampak kecil dan durasi dampak tidak karena kegiatan tersebut hanya
berlangsung lama muncul pada tahap operasi.
Timbulan Berlangsung pada tahap operasi yaitu aktivitas rumah Dampak tidak bersifat kumulatif
sampah sakit. Intensitas dampak kecil dengan durasi dampak yang karena kegiatan tersebut hanya
hanya berlangsung selama 1 hari. muncul pada tahap operasi.
Pelayanan Berlangsung pada tahap operasi yaitu aktivitas rumah sakit. Dampak tidak bersifat kumulatif
kesehatan Intesitas dampak besar dan berlangsung selama tahap karena kegiatan tersebut hanya
operasi muncul pada tahap operasi.
Bertambahnya Berlangsung pada saat kegiatan mobilisasi dan Dampak tidak bersifat kumluatif
volume demobilisasi alat dan material, penimbunan dan karena kegiatan tersebut tidak
kendaraan pemadatan tanah serta pembongkaran RSJ Ratumbuysang. berlangsung pada waktu yang
Intensitas dampak diperkirakan tinggi dengan durasi bersamaan
kegiatan selama 330 hari.
Pada tahap operasi, dampak berlangsung pada saat aktivitas
rumah sakit. Intensitas dampak tinggi dangan durasi
kegiatan diperkirakan selama 25 tahun.
Hasil analisis evaluasi dampak sesuai dengan bagan alir menunjukkan bahwa
terdapat 8 kegiatan yang menimbulkan dampak penting antara lain:
3. Pembongkaran RSJ;
110
DPH), penerimaan tenaga kerja (3 DPH), pelepasan tenaga kerja (3 DPH) dan
pembongkaran RSJ Ratumbuysang (2 DPH). Pada tahap operasi, kegiatan yang
menimbulkan dampak adalah aktivitas rumah sakit (9 DPH) dan Penerimaan
tenaga kerja (3 DPH).
Hasil evaluasi holistik terhadap DPH diketahui bahwa terdapat beberapa DPH
yang memiliki distribusi atau penyebaran yang relatif lebih jauh dari sumnber
dampak dibandingkan DPH lainnya. Pada tabel berikut menunjukkan luas dan
radius persebaran dari beberapa jenis dampak.
Dampak terkait sosial ekonomi Pada khususnya sebaran dampak akan signifikan terjadi di Kelurahan Kleak
(Kesempatan kerja dan berusaha, dan Kelurahan Sario Tumpaan pada saat kegiatan konstruksi. Namun, dapat
5
Pendapatan masyarakat, Persepsi pula menyebar ke seluruh Kecamatan Malalayang bahkan hingga keluar
masyarakat) wilayah kecamatan pada saat tahap operasi.
Bertambahnya volume Ruas jalan Bethesda di depan lokasi kegiatan dan Jalan Lingkungan 1
7
kendaraan Kelurahan Kleak.
Upaya pengelolaan dampak yang timbul dari kegiatan pada Tahap Konstruksi
dapat dilakukan dengan cara mengelola dampak primer, sekunder dan tersier yang
ditimbulkan melalui pendekatan teknologi dan sosial kelembagaan.
111
Pengelolaan yang dapat dilakukan saat penerimaan tenaga kerja pada Tahap
Kontruksi adalah memberikan arahan kepada kontraktor agar memprioritaskan
masyarakat setempat untuk bekerja di proyek sesuai kualifikasi dan kebutuhan
tenaga kerja serta dilakukan secara transparan baik persyaratan maupun cara
penerimaan serta selalu melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait.
Selain itu, pemberian kompensasi kepada penghuni rumah dinas sesuai dengan
kesepakatan antara Pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sulawes Utara dengan para
penghuni rumah dinas juga diperlukan. Sedangkan untuk pendekatan teknologi
mengacu kepada kebijakan pemrakarsa sebagai perusahaan yang berkomitmen
untuk melaksanakan kegiatannya dengan baik dan benar seperti penggunaan bore
pile untuk pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara untuk mencegah
kebisingan dan getaran, penggunaan alat-alat berat konstruksi yang lulus uji emisi,
membuat saluran drainase sesuai dengan perhitungan debit rencana banjir di lokasi
kegiatan dan pemasangan pagar pembatas di sekeliling lokasi kegiatan untuk
mencegah dispersi debu dan kebisingan ke pemukiman penduduk.
112
Melakukan daur ulang air limbah rumah sakit tidak lebih dari 20% dari
total limbah cair yang dihasilkan untuk keperluan penyiraman tanaman dan
flushing toilet;
Melakukan daur ulang air hujan untuk penyiraman tanaman di lokasi RTH
Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Utara; dan
Melaksanakan penanganan dampak lalu lintas sesuai dengan rekomendasi
yang terdapat pada dokumen ANDALLALIN.
Penentuan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan/atau kegiatan ini
dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.16/2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan di dalam
penilaian kelayakan lingkungan hidup.
113
No. Kriteria Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup
1. Rencana tata ruang sesuai Merujuk kepada Surat Keterangan Kesesuaian Tata Ruang Wilayah
ketentuan peraturan perundang- Kota Manado Nomor D.03/PUPR/079/I/2019 tanggal 31 Januari 2019
undangan menyatakan bahwa :
a) Pasal 82 ayat 12 huruf b, angka 3, ketentuan umum peraturan
zonasi kawasan peruntukkan
114
Kemampuan pemrakarsa dan/
atau pihak terkait yang
bertanggung jawab dalam
Pemrakarsa memiliki kemampuan dalam penanggulangan dampak
menanggulangi dampak penting
penting negatif melalui pendekatan teknologi, sosial, dan
6. negatif yang akan ditimbulkan
kelembagaan seperti tercantum dalam Sub-bab arahan pengelolaan
dari usaha dan/ atau kegiatan
dan pemantauan dampak lingkungan hidup.
yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial, dan
kelembagaan
Rencana usaha dan/ atau kegiatan
Dalam kajian ini sudah dilakukan telaahan sosial yang terkait dengan
tidak mengganggu nilai- nilai
7. prakiraan dan evaluasi dampak sosial. Rencana kegiatan tidak
sosial atau pandangan masyarakat
mempengaruhi nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat.
(emic view).
Rencana usaha dan/ atau kegiatan
tidak akan mempengaruhi dan/ Rencana kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu
8.
atau mengganggu entitas entitas ekologis di wilayah studi.
ekologis.
Rencana usaha dan/ atau kegiatan
tidak menimbulkan gangguan
Rencana usaha dan/ atau kegiatan RSUD Provinsi Sulwesi Utara tidak
terhadap usaha dan/ atau kegiatan
9. akan menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/ atau kegiatan yang
yang telah berada di sekitar
telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/ atau kegiatan.
rencana lokasi usaha dan/ atau
kegiatan.
Dalam studi ini telah dilakukan telaahan rona lingkungan hidup awal
yang melingkupi berbagai aspek (komponen fisik-kimia, sosial,
Tidak dilampauinya daya dukung ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat) yang seluruhnya
dan daya tampung lingkungan dapat dikaitkan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dari lokasi rencana usaha hidup. Secara keseluruhan rencana pembangunan RSUD Provinsi
10. dan/ atau kegiatan dalam hal Sulawesi Utara diperkirakan tidak akan melampaui daya dukung dan
terdapat perhitungan daya dukung daya tampung lingkungan hidup dalam batas wilayah studi. Luasan
dan daya tampung lingkungan daya dukung dan
dimaksud
daya tampung lahan efektif di Kecamatan Malalayang adalah 899.9
Ha (Maria et al., 2018)
Berdasarkan sepuluh kriteria kelayakan lingkungan di atas (Tabel 4.4), maka dapat disimpulkan
bahwa rencana kegiatan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara Kelas B di Kota Manado
Provinsi Sulawesi Utara ditinjau dari aspek lingkungan hidup LAYAK untuk dilaksanakan,
dengan melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang mengacu
kepada dokumen RKL-RPL yang disetujui Komisi Penilai AMDAL di Kota Manado, Provinsi
Utara.
115