Anda di halaman 1dari 4

Pelanggaran GCG dalam Perusahaan

“Kasus Suap Kapal PT PAL”

Ika Khairunnisa | 023001808036

Universitas Trisakti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi 2019
Pelanggaran GCG dalam Perusahaan : Kasus Suap Kapal PT PAL

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan tiga pejabat PT PAL Indonesia
sebagai tersangka. Penetapan ini terkait kasus dugaan suap dalam pembelian dua kapal perang oleh
Pemerintah Filipina. Jaksa KPK, Irman Yudiandri, mengatakan tiga pejabat PT PAL tersebut menerima
suap dari perusahaan perantara Ashanti Sales Incorporated. Uang tersebut merupakan cashback atas
persetujuan yang telah diberikan terdakwa (Saiful Anwar) dan M. Firmansyah Arifin terkait agent fee
Ashanti Sales Inc sebesar 4,75 persen yang ditujukan sebagai exclusive agent PT PAL dalam
memperoleh kontrak pembangunan kapal SSV.Awalnya.
Dalam kasus ini, PT PAL Indonesia melayani pembuatan dua kapal perang untuk pemerintah
Filipina. Proses pembelian yang disepakati pada 2014 tersebut melibatkan perusahaan perantara AS
Ashanti Sales Inc. Proyek pembelian dua kapal perang tersebut senilai 86,96 juta dollar AS. Diduga,
pejabat PT PAL menyepakati adanya cash back dengan perusahaan perantara, dari keuntungan
penjualan sebesar 4,75 persen. Keuntungan sebesar 1,25 persen atau senilai 1,087 juta dollar AS
diberikan kepada pejabat PT PAL. Sementara, keuntungan 3,5 persen menjadi bagian untuk perusahaan
perantara.
KPK sudah menetapkan empat orang tersangka terkait kasus suap di PT PAL, tiga orang
tersangka penerima suap adalah direksi PT PAL yaitu Direktur Utama Muhammad Firmansyah Arifin,
GM Treasury Arief Cahyana, dan Direktur Keuangan Saiful Anwar. Sedangkan tersangka pemberi suap
adalah Agus Nugroho dari Ashanti Sales Inc. yang juga Direktur Utama PT Pirusa Sejati. Firmansyah,
Arief dan Saiful diduga menerima uang (cash back) senilai total 1,087 juta dolar AS atau sekitar Rp
14,476 miliar terkait penjualan dua kapal perang Strategic Sealift Vessel (SSV) kepada pemerintah
Filipina.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menetapkan lima pilar GCG yang biasa
dikenal dengan konsep TARIF yakni Transparency, Accountability, Responsibility, Independency &
Fairness. Pertama, Transparency yakni konsep untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis.
Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami pemangku kepentingan. Kedua, Accountability dimana perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Ketiga, Responsibility yakni
perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan sehingga dapat terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Keempat,
Independency yakni, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi atau dapat diintervensi pihak lain. Kelima, Fairness yakni
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Perusahaan-perusahaan yang melakukan suap
ataupun menerima suap, jelas-jelas telah melanggar asas ketiga yaitu responsibilitas. Karena dalam
prinsip responsibilitas diartikan sebagai good citizenship.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang sebaiknya dilakukan PT PAL terkait
pembenahan perusahaan pasca kasus tersebut.
1. Sebaiknya perusahaan segera membenahi susunan organisasi. Misalnya dengan membuat
unit khusus terkait Audit Internal dan Kepatuhan Internal serta menempatkan dewan
pengawas independen yang berlatarbelakang pemberantas korupsi. Unit khusus tersebut
sebaiknya tidak hanya berfokus kepada kinerja pejabat/pegawai saja tetapi juga pada
perbaikan nilai-nilai perilaku dan budaya organisasi yang ada pada perusahaan tersebut.
Selain itu, dalam pemilihan direktur dan pengurus manajemen puncak lainnya, selain dari
sisi kinerja, sebaiknya perusahaan juga mengedepankan penilaian integritas pada calon
manajemen puncak tersebut.
2. Mengevalusi peraturan dan regulasi di perusahaan termasuk juga sejauh mana implementasi
regulasi tersebut dilaksanakan, terutama yang terkait dengan hak, kewajiba, wewenang dan
tanggung jawab pejabat/pegawai. Terkadang, lemahnya regulasi disebuah perusahaan atau
lemahnya penerapan regulasi tersebut, memberikan kesempatan bagi pihak-pihak tertentu
dalam melaksanakan penyimpangan, baik berupa korupsi, kolusi, nepotisme maupun
penyimpanan lainnya.
3. Sebaiknya perusahaan mengevaluasi dan meningkatkan internal control yang ada, terutama
yang berhubungan dengan proses bisnis utama nya. Perusahaan juga sebaiknya mengatensi
titik-titik kritis dalam alur proses bisnis perusahaan yang rentan terjadi KKN sehingga
perbaikan internal control dapat lebih difokuskan pada bagian-bagian tersebut. Seluruh alur
bisnis, seharusnya ditungakan dan Standar Operationa Procedure (SOP) yang baku dan
dilakukan evaluasi berkala terkait pelaksanaan SOP tersebut.
4. Membuat Ethical standar yang mengikat lengkap dengan rewards dan punishmentnya.
Reward yang diberikan kepada orang yang berhasil menjaga integritasnya seharusnya benar-
benar sesuai dan bisa memotivasi pegawai agar terus menjaga Integritasnya. Pemberlakukan
standar etika pada suatu instansi pemerintah akan memberikan pedoman operasional yang
dapat membimbing perilaku para pegawai tentang cara bertindak. Implementai Ethical
standar juga perlu dievaluasi secara berkala agar tahu seberapa efektif ethical standar
tersebut dalam meminimalisir praktik kkn dalam perusahaan.
5. Manajemen pucak adalah cerminan dari kondisi budaya yang ada dalam suatu organisasi.
Ketika Manajemen puncak mencerminkan budaya yang kurang baik seperti dalam kasus ini
adalah suap, kemungkinan besar, kondisi budaya yang ada dalam organisasi tersebut masih
belum baik. Sehingga perusahaan sebaiknya membuat program-program yang dapat
memperbaiki budaya integritas organisasi. Program dibuat dengan tujuan untuk memupuk
komitmen kerja dan intergritas pegawai. Misalnya dengan melakukan bimbingan mental
pada setiap pegawai secara rutin dengan mengedepankan fokus pada pemberantasan KKN.
Selain itu ,program lain yang dapat diimplementasikan misalnya dengan merumuskan janji
integritas pegawai dan diikrarkan Bersama-sama sebelum pekerjaan dimulai.
6. Menerapkan Whistle Blowing System sebagai langkah awal dalam pencegahan dan
pemberantasakn korupsi dengan harapan dapat mengidentifikasi secara dini dan
meminimalisir praktik korupsi.

Anda mungkin juga menyukai