Anda di halaman 1dari 24

APE

Apa yang disebut APE


Ape adalah alat permainan edukatif

Mengapa perlu APE


1. Bagi anak bermain merupakan suatu alat latihan
dan pertumbuhanya.
2. Dengan bermain anak dapat menggerakan
pancainderanya, melihat, mendengar, merasa
dan dapat mengembangkan pola emajinasi, dan
dapat memecahkan masalah
3. Dengan bermain anak dapat bergerak yang
dapat menyambung saraf otak yang masih
terputus, ingat anak lahir dalam kapasitas
jaringan otak yang hampir sama , makin banyak
rangsangan maka makin banyak jaringan yang
tersambung dan makin banyak jaringan yang
tersambung makin bagus, disamping itu faktor
gizi dan kesehatah ikut mempengaruhinya
4. Dalam keadaan bermain maka anak merasa
senang, dalam keadaan senang tersebut
edukatif mudah masuk

Bagaimana membuat APE


Untuk membuatnya tidak perlu dipersoalkan, karena
semua barang yang ada disekitar kita dapat
dijadikan APE, tidak harus sama dengan yang dikota,
teapi disekitar kita dapat digunaka,
contohnya,
ada bekas majalah, maka majalah tersebut kita
potong potong gambarnya dengan gunting, jadi APE

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 1
Ada tanah, atau pasir, kita beri air dan sediakan
cawan, jadi APE anak bermain disitu
Sarat membuat APE itu, a. Mudah ( membuatnya,
dan barangnya ) b. Murah harganya, c.

Sensorimotor atau Main Fungsional


Istilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky
(1968). Maksudnya adalah anak usia dini belajar
melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik
dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor
anak didukung ketika mereka disediakan kesempatan
untuk berhubungan dengan bermacam-macam
bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di
luar ruangan.

Main Peran (Mikro dan Makro)


Main peran juga disebut main simbolik, pura-pura,
make-believe, fantasi, imajinasi, atau main drama,
sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial,
dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun
(Vygosky, 1967; Erikson, 1963).

Main peran dipandang sebagai sebuah kekuatan


yang menjadi dasar perkembangan daya cipta,
tahapan ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan
kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan,
pengendalian diri, keterampilan pengambilan sudut
pandang spasial, keterampilan pengambilan sudut

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 2
pandang afeksi, keterampilan pengambilan sudut
pandang kognisi. (Gowen, 1995).

Main Pembangunan
Main pembangunan juga dibahas dalam kerja Piaget
(1962) dan Smilansky (1968). Piaget menjelaskan
bahwa kesempatan main pembangunan membantu
anak untuk mengembangkan keterampilannya yang
akan mendukung keberhasilan sekolahnya
dikemudian hari

Dr. Charles, H. Wolfgang, dalam bukunya yang berjudul


School for Young Children (1992), menjelaskan suatu tahap
yang berkesinambungan dari bahan yang paling cair atau
messy, seperti air, ke yang paling terstruktur, seperti puzzle.
Cat, krayon, spidol, play dough, air, dan pasir dianggap
sebagai bahan main pembangunan sifat cair atau bahan
alam.

Balok unit, LegoTM, balok berongga, Bristle BlockTM, dan


bahan lainnya dengan bentuk yang telah ditentukan
sebelumnya, yang mengarahkan bagaimana anak
meletakkan bahan-bahan tersebut bersama menjadi sebuah
karya, dianggap sebagai bahan main pembangunan yang
terstruktur.

Konsep intensitas menekankan pada jumlah waktu


yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap
perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang
dibutuhkan agar dapat berperan serta dalam
keberhasilan sekolah kemudian hari.

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 3
Contoh: Anak-anak harus memiliki pengalaman
harian yang membolehkan mereka untuk
berhubungan dengan bahan pembangunan sifat cair
yang menyediakan kesempatan untuk menggambar,
melukis, dan keterampilan awal menulis. Bahan-
bahan seperti kertas dengan tekstur, ukuran, dan
warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon,
papan lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas-
kuas akan membantu anak sepanjang waktu untuk
berkembang melalui tahap awal dari corat-coret ke
penciptaan sesuatu yang mewakili wujud nyata dan
tahap awal dari corat-coret ke menulis kata dan
kemudian kalimat.

Densitas – Konsep dari densitas


berbagai menekankan pada kegiatan
macam cara
setiap jenis yang berbeda yang disediakan
main yang untuk anak oleh orang dewasa
disediakan
untuk di lingkungan anak usia dini.
mendukung Kegiatan-kegiatan ini harus
pengalaman
memperkaya kesempatan
anak
pengalaman anak melalui tiga
jenis main dan dipilih sesuai dengan minat dan
kebutuhan perkembangan anak.

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 4
Contoh: anak dapat menggunakan cat di papan lukis,
nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja,
dan sebagainya, untuk melatih keterampilan
pembangunan sifat cair. Anak-anak dapat
menggunakan balok unit (Pratt), palu dengan paku
dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan dengan lem
tembak, dan LegoTM untuk berlatih keterampilan
pembangunan terstruktur. Kebanyakan tempat main
peran hanya untuk “kerumahtanggaan” yang hanya
diminati oleh anak perempuan. Sedangkan
pengalaman seperti klinik dokter gigi, tempat
bangunan, rumah makan dengan kolam ikan di
bagian luar, dan lain-lain, direncanakan sepanjang
tahun menarik baik untuk anak perempuan maupun
anak laki-laki dalam main peran yang terlibat dan
densitas dari jenis permainan yang disediakan.

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 5
Lebih Jauh Tentang Sentra dan
Saat Lingkaran: Pandangan
Bermain
Anak-anak seharusnya mampu melakukan
percobaan dan penelitian sendiri. Guru, tentu saja, dapat
menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan
yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat
memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu
sendiri, ia harus menemukan sendiri.
Jean Piaget (1972)

Pendahuluan
Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman
bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak
lain, dan perhatian orang dewasa menolong anak-anak
berkembang secara fisik, emosi, kognisi, dan sosial. Teori
dan penelitian bermain seharusnya menjadi dasar untuk
program anak usia dini yang bermutu tinggi.

Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak usia


dini mendukung tiga jenis bermain yang dikenal dalam
penelitian anak usia dini (Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971)
dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan
Anna Freud:

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 6
 Sensorimotor atau main fungsional
 Main peran (mikro dan makro)
 Main pembangunan (sifat cair/bahan alam &
terstruktur)

Sensorimotor atau Main Fungsional

Istilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky (1968).


Maksudnya adalah anak usia dini belajar melalui panca
inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan
mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika
mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan
bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam
maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak
didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak
secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di
meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak
didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar
ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan
dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain
yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan
perkembangan anak.

Anak dengan kemampuan gerakan yang terbatas


seharusnya ditempatkan dalam berbagai cara sepanjang
hari agar mereka dapat berhubungan penuh dengan

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 7
kesempatan bermain. Tergantung pada berat ringannya
kondisi yang membatasi gerak dan daya penggerak,
pengasuh yang telah dilatih untuk anak dengan “kebutuhan
khusus” mampu memberikan sebanyak mungkin
kesempatan untuk menambah macam gerakan dan
meningkatkan perkembangan sensorimotor. Setiap usaha
dibuat untuk menyediakan serangkaian penuh pengalaman
sensorimotor masing-masing anak. Contohnya, tempat tidur
ayunan dan ayunan luar yang digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada anak yang tertantang secara fisik untuk
berayun disamping teman yang tidak dengan kebutuhan
khusus.

Main Peran (Mikro dan Makro)


Main peran juga disebut main simbolik, pura-pura, make-
believe, fantasi, imajinasi, atau main drama, sangat penting
untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada
usia tiga sampai enam tahun (Vygosky, 1967; Erikson,
1963). Main peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang
menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan,
kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep
hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan
pengambilan sudut pandang spasial, keterampilan
pengambilan sudut pandang afeksi, keterampilan
pengambilan sudut pandang kognisi. (Gowen, 1995).

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 8
Main peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke
masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Mutu
pengalaman main peran tergantung pada variabel di bawah
ini:

 Cukup waktu untuk bermain (penelitian


menyarankan paling sedikit satu jam).
 Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh
sesak, alat-alat mudah dijangkau, dan paling sedikit
empat sampai enam anak dapat bermain dengan
nyaman.
 Alat-alat untuk mendukung bermacam-macam
adegan permainan.
 Orang dewasa yang dapat memberi pijakan bila
dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan main
peran anak.

Hubungan sosial yang dibangun hingga menjadi main peran


pada anak usia 12 – 36 bulan sebaiknya didukung untuk
anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak. Orang
dewasa harus peduli terhadap ekspresi wajah bahwa wajah
sebagai mainan pertama, menjawab dengan senyuman,
hubungan timbal balik, ekspresi seluruh badan, rasa cemas
terhadap orang-orang yang tidak dikenal, dan permainan
dengan gerakan badan inilah menjadi dasar yang penting
pada main peran selanjutnya.

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 9
Erik Erikson (1963) menjelaskan dua jenis main peran: mikro
dan makro. Main peran mikro anak memainkan peran
dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, contoh
kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan
kecil. Main peran makro anak bermain menjadi tokoh
menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak
untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh
memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat
menjadi mobil-mobilan atau benteng.

Sentra main peran harus ada di dalam dan di luar,


mendukung anak dengan alat dan perlengkapan untuk
bermacam-macam main peran. Untuk anak tiga sampai
enam tahun dengan perkembangan terlambat dari anak usia
dini, alat harus mendukung tema selain dari tema sekeliling.

Main Pembangunan

Main pembangunan juga dibahas dalam kerja Piaget (1962)


dan Smilansky (1968). Piaget menjelaskan bahwa
kesempatan main pembangunan membantu anak untuk
mengembangkan keterampilannya yang akan mendukung
keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Dr. Charles, H.
Wolfgang, dalam bukunya yang berjudul School for Young
Children (1992), menjelaskan suatu tahap yang
berkesinambungan dari bahan yang paling cair atau messy,
seperti air, ke yang paling terstruktur, seperti puzzle. Cat,
Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 10
krayon, spidol, play dough, air, dan pasir dianggap sebagai
bahan main pembangunan sifat cair atau bahan alam. Balok
unit, LegoTM, balok berongga, Bristle BlockTM, dan bahan
lainnya dengan bentuk yang telah ditentukan sebelumnya,
yang mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-
bahan tersebut bersama menjadi sebuah karya, dianggap
sebagai bahan main pembangunan yang terstruktur. Anak
dapat mengekspresikan dirinya dalam bahan-bahan ini
mengembangkan dari main proses atau main sensorimotor
yang kami lihat pada anak usia di bawah tiga tahun ke tahap
main simbolik yang kami lihat pada anak usia tiga – enam
tahun yang dapat terlibat dalam hubungan kerja sama
dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.

Anak harus memiliki waktu untuk bermain, tempat untuk


bermain, perabotan yang tepat untuk mendukung main
mereka, dan pijakan dari guru ketika dibutuhkan. Dengan
konsep ini dalam pikiran orang dewasa dalam lingkungan
anak usia dini harus ditekankan untuk menyediakan tiga
jenis main, intensitas dan densitas dari pengalaman
bermain.

Contoh: Anak dibolehkan untuk memilih dari serangkaian


kegiatan main setiap hari yang menyediakan kesempatan
untuk terlibat dalam main peran, pembangunan dan
sensorimotor.

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 11
Intensitas – Konsep intensitas menekankan pada
sejumlah waktu jumlah waktu yang dibutuhkan anak
yang dibutuhkan
anak untuk untuk berpindah melalui tahap
pengalaman perkembangan kognisi, sosial, emosi,
dalam tiga jenis
main sepanjang dan fisik yang dibutuhkan agar dapat
hari dan berperan serta dalam keberhasilan
sepanjang tahun.
sekolah kemudian hari.

Contoh: Anak-anak harus memiliki pengalaman harian yang


membolehkan mereka untuk berhubungan dengan bahan
pembangunan sifat cair yang menyediakan kesempatan
untuk menggambar, melukis, dan keterampilan awal
menulis. Bahan-bahan seperti kertas dengan tekstur, ukuran,
dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon, papan
lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas-kuas akan
membantu anak sepanjang waktu untuk berkembang
melalui tahap awal dari corat-coret ke penciptaan sesuatu
yang mewakili wujud nyata dan tahap awal dari corat-coret
ke menulis kata dan kemudian kalimat.
Konsep dari densitas menekankan
Densitas –
berbagai macam pada kegiatan yang berbeda yang
cara setiap jenis
disediakan untuk anak oleh orang
main yang
disediakan untuk dewasa di lingkungan anak usia dini.
mendukung
Kegiatan-kegiatan ini harus
pengalaman
anak memperkaya kesempatan
pengalaman anak melalui tiga jenis main dan dipilih sesuai
dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak.
Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 12
Contoh: anak dapat menggunakan cat di papan lukis,
nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan
sebagainya, untuk melatih keterampilan pembangunan sifat
cair. Anak-anak dapat menggunakan balok unit (Pratt), palu
dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan dengan
lem tembak, dan LegoTM untuk berlatih keterampilan
pembangunan terstruktur. Kebanyakan tempat main peran
hanya untuk “kerumahtanggaan” yang hanya diminati oleh
anak perempuan. Sedangkan pengalaman seperti klinik
dokter gigi, tempat bangunan, rumah makan dengan kolam
ikan di bagian luar, dan lain-lain, direncanakan sepanjang
tahun menarik baik untuk anak perempuan maupun anak
laki-laki dalam main peran yang terlibat dan densitas dari
jenis permainan yang disediakan.

Penelitian dan teori mendukung pengalaman bermain


sebagai sebuah dasar untuk program anak usia dini yang
bermutu, tetapi semua anak tidak mendapatkan keuntungan
secara penuh tanpa rencana, penataan lingkungan, dan
pijakan orang dewasa untuk pengalaman. Pengalaman
bermain anak seharusnya direncanakan dengan hati-hati
dan diberi pijakan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak.
Empat langkah pijakan berikut ini untuk mencapai mutu
pengalaman main (CCCRT, 1999):

 Pijakan Lingkungan Main

 Pijakan Pengalaman Sebelum Main

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 13
 Pijakan Pengalaman Main Setiap anak

 Pijakan Pengalaman Setelah Main

Sejumlah orang dewasa yang bekerja pada program anak


usia dini berpikir cukup hanya mengambil beberapa buku
dari rak buku untuk dibaca dan membiarkan anak berlari
secara bebas ke kelas atau ke halaman sementara mereka
berdiri dan bicara pada anak lain. Pengalaman main yang
bermutu membutuhkan orang dewasa yang tahu tahap
perkembangan setiap anak dalam setiap jenis main. Orang
dewasa ini harus menggunakan informasi tersebut untuk
merencanakan, menata, memberi pijakan yang diperkaya
dengan keaksaraan pengalaman main. Pengalaman-
pengalaman ini harus mendukung perolehan keterampilan
dan pengetahuan yang mendukung keberhasilannya di
sekolah kemudian hari.

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 14
Apa Bermain Itu
Pendahuluan
Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman
bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak
lain, dan perhatian orang dewasa menolong anak-anak
berkembang secara fisik, emosi, kognisi, dan sosial. Teori

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 15
dan penelitian bermain seharusnya menjadi dasar untuk
program anak usia dini yang bermutu tinggi.

Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak usia


dini mendukung tiga jenis bermain yang dikenal dalam
penelitian anak usia dini (Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971)
dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan
Anna Freud:

 Sensorimotor atau main fungsional


 Main peran (mikro dan makro)
 Main pembangunan (sifat cair/bahan alam &
terstruktur)

Sensorimotor atau Main Fungsional

Istilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky (1968).


Maksudnya adalah anak usia dini belajar melalui panca
inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan
mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika
mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan
bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam
maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak
didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak
secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di
meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak
didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar
Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 16
ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan
dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain
yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan
perkembangan anak.

Anak dengan kemampuan gerakan yang terbatas


seharusnya ditempatkan dalam berbagai cara sepanjang
hari agar mereka dapat berhubungan penuh dengan
kesempatan bermain. Tergantung pada berat ringannya
kondisi yang membatasi gerak dan daya penggerak,
pengasuh yang telah dilatih untuk anak dengan “kebutuhan
khusus” mampu memberikan sebanyak mungkin
kesempatan untuk menambah macam gerakan dan
meningkatkan perkembangan sensorimotor. Setiap usaha
dibuat untuk menyediakan serangkaian penuh pengalaman
sensorimotor masing-masing anak. Contohnya, tempat tidur
ayunan dan ayunan luar yang digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada anak yang tertantang secara fisik untuk
berayun disamping teman yang tidak dengan kebutuhan
khusus.

Main Peran (Mikro dan Makro)


Main peran juga disebut main simbolik, pura-pura, make-
believe, fantasi, imajinasi, atau main drama, sangat penting
untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada
usia tiga sampai enam tahun (Vygosky, 1967; Erikson,

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 17
1963). Main peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang
menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan,
kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep
hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan
pengambilan sudut pandang spasial, keterampilan
pengambilan sudut pandang afeksi, keterampilan
pengambilan sudut pandang kognisi. (Gowen, 1995).

Main peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke


masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Mutu
pengalaman main peran tergantung pada variabel di bawah
ini:

 Cukup waktu untuk bermain (penelitian


menyarankan paling sedikit satu jam).
 Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh
sesak, alat-alat mudah dijangkau, dan paling sedikit
empat sampai enam anak dapat bermain dengan
nyaman.
 Alat-alat untuk mendukung bermacam-macam
adegan permainan.
 Orang dewasa yang dapat memberi pijakan bila
dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan main
peran anak.

Hubungan sosial yang dibangun hingga menjadi main peran


pada anak usia 12 – 36 bulan sebaiknya didukung untuk
anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak. Orang
Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 18
dewasa harus peduli terhadap ekspresi wajah bahwa wajah
sebagai mainan pertama, menjawab dengan senyuman,
hubungan timbal balik, ekspresi seluruh badan, rasa cemas
terhadap orang-orang yang tidak dikenal, dan permainan
dengan gerakan badan inilah menjadi dasar yang penting
pada main peran selanjutnya.

Erik Erikson (1963) menjelaskan dua jenis main peran: mikro


dan makro. Main peran mikro anak memainkan peran
dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, contoh
kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan
kecil. Main peran makro anak bermain menjadi tokoh
menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak
untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh
memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat
menjadi mobil-mobilan atau benteng.

Sentra main peran harus ada di dalam dan di luar,


mendukung anak dengan alat dan perlengkapan untuk
bermacam-macam main peran. Untuk anak tiga sampai
enam tahun dengan perkembangan terlambat dari anak usia
dini, alat harus mendukung tema selain dari tema sekeliling.

Main Pembangunan

Main pembangunan juga dibahas dalam kerja Piaget (1962)


dan Smilansky (1968). Piaget menjelaskan bahwa

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 19
kesempatan main pembangunan membantu anak untuk
mengembangkan keterampilannya yang akan mendukung
keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Dr. Charles, H.
Wolfgang, dalam bukunya yang berjudul School for Young
Children (1992), menjelaskan suatu tahap yang
berkesinambungan dari bahan yang paling cair atau messy,
seperti air, ke yang paling terstruktur, seperti puzzle. Cat,
krayon, spidol, play dough, air, dan pasir dianggap sebagai
bahan main pembangunan sifat cair atau bahan alam. Balok
unit, LegoTM, balok berongga, Bristle BlockTM, dan bahan
lainnya dengan bentuk yang telah ditentukan sebelumnya,
yang mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-
bahan tersebut bersama menjadi sebuah karya, dianggap
sebagai bahan main pembangunan yang terstruktur. Anak
dapat mengekspresikan dirinya dalam bahan-bahan ini
mengembangkan dari main proses atau main sensorimotor
yang kami lihat pada anak usia di bawah tiga tahun ke tahap
main simbolik yang kami lihat pada anak usia tiga – enam
tahun yang dapat terlibat dalam hubungan kerja sama
dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.

Anak harus memiliki waktu untuk bermain, tempat untuk


bermain, perabotan yang tepat untuk mendukung main
mereka, dan pijakan dari guru ketika dibutuhkan. Dengan
konsep ini dalam pikiran orang dewasa dalam lingkungan
anak usia dini harus ditekankan untuk menyediakan tiga

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 20
jenis main, intensitas dan densitas dari pengalaman
bermain.

Contoh: Anak dibolehkan untuk memilih dari serangkaian


kegiatan main setiap hari yang menyediakan kesempatan
untuk terlibat dalam main peran, pembangunan dan
sensorimotor.

Intensitas – Konsep intensitas menekankan pada


sejumlah waktu jumlah waktu yang dibutuhkan anak
yang dibutuhkan
anak untuk untuk berpindah melalui tahap
pengalaman perkembangan kognisi, sosial, emosi,
dalam tiga jenis
main sepanjang dan fisik yang dibutuhkan agar dapat
hari dan berperan serta dalam keberhasilan
sepanjang tahun.
sekolah kemudian hari.

Contoh: Anak-anak harus memiliki pengalaman harian yang


membolehkan mereka untuk berhubungan dengan bahan
pembangunan sifat cair yang menyediakan kesempatan
untuk menggambar, melukis, dan keterampilan awal
menulis. Bahan-bahan seperti kertas dengan tekstur, ukuran,
dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon, papan
lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas-kuas akan
membantu anak sepanjang waktu untuk berkembang
melalui tahap awal dari corat-coret ke penciptaan sesuatu
yang mewakili wujud nyata dan tahap awal dari corat-coret
ke menulis kata dan kemudian kalimat.

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 21
Konsep dari densitas menekankan
Densitas –
berbagai macam pada kegiatan yang berbeda yang
cara setiap jenis
disediakan untuk anak oleh orang
main yang
disediakan untuk dewasa di lingkungan anak usia dini.
mendukung
Kegiatan-kegiatan ini harus
pengalaman
anak memperkaya kesempatan
pengalaman anak melalui tiga jenis main dan dipilih sesuai
dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak.

Contoh: anak dapat menggunakan cat di papan lukis,


nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan
sebagainya, untuk melatih keterampilan pembangunan sifat
cair. Anak-anak dapat menggunakan balok unit (Pratt), palu
dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan dengan
lem tembak, dan LegoTM untuk berlatih keterampilan
pembangunan terstruktur. Kebanyakan tempat main peran
hanya untuk “kerumahtanggaan” yang hanya diminati oleh
anak perempuan. Sedangkan pengalaman seperti klinik
dokter gigi, tempat bangunan, rumah makan dengan kolam
ikan di bagian luar, dan lain-lain, direncanakan sepanjang
tahun menarik baik untuk anak perempuan maupun anak
laki-laki dalam main peran yang terlibat dan densitas dari
jenis permainan yang disediakan.

Penelitian dan teori mendukung pengalaman bermain


sebagai sebuah dasar untuk program anak usia dini yang
bermutu, tetapi semua anak tidak mendapatkan keuntungan

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 22
secara penuh tanpa rencana, penataan lingkungan, dan
pijakan orang dewasa untuk pengalaman. Pengalaman
bermain anak seharusnya direncanakan dengan hati-hati
dan diberi pijakan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak.
Empat langkah pijakan berikut ini untuk mencapai mutu
pengalaman main (CCCRT, 1999):

 Pijakan Lingkungan Main

 Pijakan Pengalaman Sebelum Main

 Pijakan Pengalaman Main Setiap anak

 Pijakan Pengalaman Setelah Main

Sejumlah orang dewasa yang bekerja pada program anak


usia dini berpikir cukup hanya mengambil beberapa buku
dari rak buku untuk dibaca dan membiarkan anak berlari
secara bebas ke kelas atau ke halaman sementara mereka
berdiri dan bicara pada anak lain. Pengalaman main yang
bermutu membutuhkan orang dewasa yang tahu tahap
perkembangan setiap anak dalam setiap jenis main. Orang
dewasa ini harus menggunakan informasi tersebut untuk
merencanakan, menata, memberi pijakan yang diperkaya
dengan keaksaraan pengalaman main. Pengalaman-
pengalaman ini harus mendukung perolehan keterampilan
dan pengetahuan yang mendukung keberhasilannya di
sekolah kemudian hari.

Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 23
Kerjasama: Dit. PADU, Ditjen PLSP, Depdiknas, Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur dan CCCRT,
2004 24

Anda mungkin juga menyukai