Anda di halaman 1dari 6

UAS Paper Komunikasi

The King's Speech

Analisis Penguatan Komunikasi Retorika Dan Antar Personal


Kepada Raja Yang Gagap Bicara

Disusun oleh :
Suhada Fathul Mahdi (2016410055)

Kelas S4A

12 Juli 2019
Pendahuluan

I. Latar Belakang

The King’s Speech merupakan film biografi drama sejarah Britania Raya tahun 2010
yang disutradarai oleh Tom Hooper dan diproduseri oleh Iain Canning, Emile Sherman dan
Gareth Unwin. Naskah film ini ditulis oleh David Seidler. Film ini dibintangi oleh Colin
Firth, Geoffrey Rush dan Helena Bonham Carter (Wikipedia). Cerita dimulai pada saat
Pangeran Albert, Adipati York (Colin Firth) berpidato untuk menutup Pameran Kekaisaran
Inggris di Stadion Wembley, namun pada saat ia berpidato ia mengalami gagap bicara.
Keesokan harinya ia bersama istrinya Elizabeth (Helena Bonham Carter), menemui seorang
juru bicara dari Australia yaitu Lionel Logue (Geoffrey Rush). Di saat pengobatan untuk
pertama kali, "Bertie" panggilan Pangeran Albert dari keluarganya, merasa pengobatan ini
tidak berhasil karna hanya disuruh membaca kertas astetat karya Hamlet.

Bertie saat itu kecewa dan mengahiri pengobatan pertamanya, Lionel lalu memberinya
rekaman sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang. Raja George V, ayah dari Pangeran Albert
meninggal pada tahun 1936, dan putra sulungnya kakak dari Bertie naik tahta sebagai Raja
Edward VIII (Guy Pearce). Sebuah krisis konstitusional muncul ketika raja baru ingin
menikah dengan wanita sosialita Amerika yang sudah bercerai dua kali, Wallis Simpson
(Eve Best). Bertie dan Lionel datang bersama setelah Raja Edward (Guy Pearce)
memutuskan untuk melepaskan diri demi menikahi Wallis (Eve Best). Bertie (Colin Firth)
diangkat menjadi Raja George VI dan Elizabeth (Helena Bonham Carter) diangkat menjadi
ratu. Sang raja dan ratu mengunjungi rumah Lionel (Geoffrey Rush) sebelum upacara
Penobatan, yang mengejutkan istri Lionel saat ia menjamu sang ratu sambil minum teh di
meja makannya dan mengetahui bahwa sang raja adalah pasien suaminya. .

George VI mengalami krisis saat ia harus mengumumkan deklarasi perang Britania


Raya dengan Jerman Nazi tahun 1939 melalui nirkabel. Mengetahui tantangan yang ada di
hadapannya, Uskup Agung Canterbury Cosmo Gordon Lang (Derek Jacobi), Winston
Churchill (Timothy Spall) dan Perdana Menteri Neville Chamberlain (Roger Parrott) hadir
untuk menawarkan dukungan. George VI dan Lionel kemudian ditinggalkan di ruang
penyiaran. Ia menyampaikan pidatonya dengan Lionel yang mengarahkannya, tetapi pada
akhirnya, ia dapat berbicara bebas. George VI beserta istri dan dua putrinya melangkah ke
balkon istana dan mendapatkan tepuk tangan meriah oleh orang-orang di bawah mereka
(Wikipedia).

Jika seorang pemimpin mempunyai keahlian kecakapan seperti mudah dalam


menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan kepada para anggotanya, maka suatu
organisasi akan bisa berjalan sesuai arahan dari sang pemimpin dalam memenuhi suatu
target. Tidak kalah penting selain keahlian kecakapan, juga diperlukan keahlian dalam
membujuk seseorang atau persuasi, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa
mengatur dan membujuk para anggotanya agar mereka mau menuruti permintaan dari
seorang pemimpin untuk tecapainya suatu target di dalam organisasi. Keahlian untuk
membujuk seseorang biasa juga disebut dengan retorika, dan ini erat kaitannya dengan
keahlian gaya bicara seseorang untuk berkomunikasi atau berpidato. Jika seorang pemimpin
mempunyai keahlian Retorika yang baik maka charisma yang dimiliki seorang pemimpin
tersebut juga bagus karena retorika juga biasa disebut sebagai seni dalam berbicara dan salah
satu ciri dari seseorang dengan charisma yang bagus adalah gaya bicaranya yang jelas dan
menarik.

Di dalam seni ber-retorika, seseorang bisa dikatakan mempunyai keahlian ber-retorika


yang baik apabila ia bisa berbicara dan menyampaikan pesan dengan lugas, lancer, dan juga
menggugah rasa ketertarikan orang-orang sekitar yang mendengarnya berbicara. Syarat ini
juga bagian dari syarat dasar dalam komunikasi, syarat komunikasi yang ada di dalam
retorika yaitu adanya sumber, pesan, dan penerima. Namun di dalam komunikasi ada pula
hambatan komunikasi baik teknis maupun semantic, hambatan – hambatan ini dapat
menghambat proses berkomunikasi pada saat ber-retorika. Di dalam analisis ini kita akan
membahas bagaimana pengaruh dari retorika dan apa saja hambatan-hambatan dalam
meningkatkan seni beretorika seorang pemimpin, lewat film The King’s Speech dimana
karakter utama dari film tersebut menderita kecemasan dalam komunikasi yaitu gagap
dalam berbicara yang membuatnya merasa terganggu dengan hambatan komunikasui yang
ia derita, dan juga beban yang ia hadapi dalam perannya sebagai seorang pemimpin negara.

Oleh sebab itu dari film The King’s Speech ini dimana sang tokoh utama yaitu Bertie
atau George VI mengalami gangguan gagap bicara, kita akan telusuri lebih jauh lagi
tentang bagaimana dan hambatan apa saja yang dialami Bertie dalam meningkatkan
keahlian retorikanya sebagai pemimpin Britania Raya dan bagaimana ia menghadapi dan
mencoba mengobati kegagapannya dalam berbicara.
II. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara Bertie (George VI) memunculkan sisi retorikanya sebagai raja
dari Britania Raya dan usahanya mengobati gagap yang ia derita ?
2. Bagaimana tekanan dari luar menuntut ia untuk kembali berpidato dan juga
bagaimana hubungan antar personal antara Bertie (George VI) dengan Lionel
bisa mempengaruhi lancarnya pidato oleh Bertie (George VI) ?
3. Bagaimana gagap dalam komunikasi menghambat penyaluran pesan
komunikasi dari sender ke receiver ?

III. Isi Analisa

Kisah gagap komunikasi yang dialami oleh George VI diketahui sudah dialaminya
sejak kecil, penyebabnya dianatara lain disebabkan oleh gagalnya komunikasi antar
personal antara dirinya dengan ayahnya yaitu Raja George V yang pada akhirnya membuat
dirinya menjadi orang yang mudah cemas dan juga tidak percaya diri dan juga kemudian
terbawa hingga ia dewasa.
Dari kekurangannya itu Bertie (George VI) menyadari bahwa ia adalah salah satu
calon penerus tahta Inggris Raya dan ia tidak bisa terus ada di dalam kondisi gagapnya,
hingga suatu ketika pada saat ia ditugaskan untuk membacakan pidato penutupan di stadion
Wembley, ia setelah itu sadar dan frustasi bahwa ia sangat ingin sembuh dari kondisi
gagapnya.
Sang terapis bicara yaitu Lionel Logue (Geoffrey Rush) melakukan terapi dengan cara
menyuruh Bertie untuk membaca teks pidato sambil disuruh untuk mendengarkan sebuah
rekaman music di telinganya agar Bertie tidak bisa mendengarkan suaranya sendiri pada
saat ia membaca tulisan pidato di kertas yang telah diberikan lalu ia merekamnya, Bertie
yang awalnya kesal langsung pulang dan mengira bahwa terapinya ini tidak akan berhasil
penasaran dengan hasil terapi di hari pertamanya tersebut lalu mencoba mendengarkan
kembali rekaman pidato dirinya sendiri yang diambil oleh sang terapis dan dia menyadari
bahwa pidatonya sangat baik dan dengan alasan tersebut keesokan harinya ia kembali ke
Lionel untuk kembali melanjutkan terapinya.
Sampai suatu ketika Bertie mengetahui bahwa Lionel bukanlah seorang terapis bicara
yang bersertifikat dan Bertie merasa telah dibohongi dan tidak ingin percaya lagi pada
perkataan apapun dari Lionel, Lionel pun membujuk Bertie untuk membuat pidato yang
penuh gairah bahwa Bertie adalah seorang raja dan ia sangat pantas untuk didengar oleh
orang-orang di negaranya. Pemilihan kata-kata yang bisa membuat orang-orang lain yang
mendengarnya juga ikut semangat termasuk Bertie sendiri, dan dari titik inilah Bertie
merasa ia akan lebih bisa menghargai diri sendiri dan pidatonya sangat pantas untuk
didengar.

Namun ujian untuk Bertie belumlah selesai tak kala saat ayahnya yaitu George V
meninggal dan meneruskan tahtanya kepada kakaknya yaitu Edward VIII, namun kakaknya
adalah sosok yang kontroversial yang pada akhirnya ia lebih memilih melepaskan tahtanya
sebagai raja dan memilih untuk menikahi seorang janda dari Amerika yang lalu pada
akhirnya membuat tahta kemudian terpaksa diteruskan ke George V.
Beban yang ditanggung oleh George V bukan hanya harus mengobati kondisi gagap
bicaranya namun juga sekarang posisi dia adalah seorang penguasa tertinggi Britania Raya
yang membuatnya sadar bahwa akan banyak pidato yang harus ia isi dan bacakan
dikemudian hari nanti.
Puncaknya adalah ketika Jerman yang pada saat itu dikuasai oleh Nazi
mendeklarasikan perang kepada Inggris Raya yang membuat Bertie harus segera
mengumumkan deklarasi tersebut kepada rakyat Inggris Raya. Ia pun Bersama dengan
terapis wicaranya yaitu Lionel berlatih dengan keras dan menyusun kata-kata yang tepat
yang dapat menggugah hati semua pendengar di Inggris Raya dan juga ia pun harus
menenangkan diri agar gagapnya tidak terlalu muncul pada saat ia membacakan
deklarasinya nanti yang akhirnya semua berjalan dengan baik dan sesuai rencana.

Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana aliran bicara terganggu tanpa disadari
oleh pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda atau
hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara.(Wikipedia)
Gagap bisa menjadi hambatan dalam melakukan proses komunikasi dikarenakan tidak
lancer atau macetnya pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat pesan lalu ke penerima,
kebanyakan factor penyebab dari gagap adalah masalah psikologi atau factor dari masa lalu
si penderita gagap tersebut. Di dalam film The King’s Speech, Bertie (George VI)
menderita gagap bicara akibat dari kurangnya komunikasi antar personal dengan
keluarganya terutama ayahnya, dan kondisi tersebut membuatnya menjadi orang yang
mudah cemas dan ragu-ragu terhadap apa yang ingin ia sampaikan ketika dalam
berkomunikasi. Kondisi ini sebenarnya bisa saja diobati asal dengan prosedur dan juga
orang yang tepat agar nantinya komunikasi yang dialami oleh penderita bisa lancer.

IV. Kesimpulan

Kondisi gagap yang dialami oleh Bertie (George VI) bukanlah kondisi yang muncul
secara tiba-tiba, banyak factor yang bisa menjadi penyebab kenapa seseorang bisa menjadi
gagap dalam bicara dan salah satunya adalah hubungan komunikasi antar personal di
keluarga. Dari film The King’s Speech ini kita dapat melihat betapa berpengaruhnya
hubungan antar personal itu, dan juga karena hubungan komunukasi antar personal yang
baik antara Berti (George VI) dengan Lionel lah masalah dan sebab utama kenapa Bertie
bisa mempunyai rasa cemas dalam berpidato dan juga dalam berbicara. Dari komunikasi
antar personal mereka, gagap yang dialami oleh Bertie pada akhirnya bisa berkurang dan
juga karena kerjasama mereka dalam ber-retorika menyusun kata-kata pidato yang bisa
menggugah semangat kepada para pendengar yang pada akhirnya membuat pidato dari
George VI lancer dan benar-benar bisa membuat para pendengar semangat untuk
mendengarkan pidatonya.

V. Daftar Pustaka

1. The King's Speech. 2011, Wikipedia Bahasa Indonesia (Wikipedia.org)


2. Retorika, 2011, Wikipedia Bahasa Indonesia (Wikipedia.org)
3. Dr. Ike Revita, M.Hum, 2018, Kecerdasan Linguistik Dalam Beretorika, Universitas
Andalas,(staff.unand.ac.id)
4. The King’s Speech Heroes Journey, 2010, (Shmoop.com)
5. Gagap, 2018, Wikipedia Bahasa Indonesia (Wikipedia.org)
6. Herlina Anggraini Jalalludin, Gagap Dan Gangguan Komunikasi Yang Tidak
Ditentukan, 2012, (Scribd.id)
7. Allen, Septiano, Studi Semiotik Representasi Kekuatan Retorika Raja, 2011,
(eprints.upnjatim.ac.id/)

Anda mungkin juga menyukai