Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM HANDASAH

ACARA 4
PENGUKURAN BEDA TINGGI TRIGONOMETRICAL LEVELLING
METODE MEMANJANG
Dosen Pengampu : Drs. Didik Taryana, M.Si.

Oleh:
Nama : Faisal Mahendra P.
NIM : 150722603452
Offering :G
Tanggal : 30 Sebtember 2016
Asisten : Wahyu Tarantika
Vani Dharma

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

SEBTEMBER, 2016
ACARA IV

PENGUKURAN BEDA TINGGI TRIGONOMETRICAL LEVELLING

METODE MEMANJANG

I. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menggunakan alat Theodolit dengan benar

2. Mahasiswa mampu mengetahui tinggi suatu objek melalui metode


memanjang

II. ALAT dan BAHAN

Alat : 1. Laptop

2. Alat tulis

3. Kompas geologi

4. Roll meter

5. 2 unit Theodolit T-100

6. 2 unit statif

7. 2 payung

Bahan : 1. Milimeter block

Lokasi : Lapangan A2 Universitas Negeri Malang

Objek : Tower pemancar


III. DASAR TEORI

Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:
Barometris, Trigonometris dan pengukuran menyipat datar. Ketiga metode tersebut
mempunyai ketelitian yang berbeda-beda. Hasil ketelitian terbesar adalah dengan cara
pengukuran menyipat datar dan ketelitian terkecil adalah metode Barometer. Metode
trigonometris adalah suatu proses penentuan beda tinggi dari titik-titik pengamatan
dengan cara mengukur sudut miring atau sudut vertikalnya dengan jarak yang
diketahui, baik jarak dalam bidang datar maupun jarak geodetis (Basuki, 2006).
Pengukuran sudut vertikal atau kemiringan dapat menggunakan theodolith atau
kompas survei.

Prinsip-prinsip yang digunakan pada pengukuran lingkup ukur tanah yaitu


jarak antar titik yang akan ditentukan beda tingginya tidak terlalu jauh, sehingga
pengaruh kelengkungan bumi dan refraksi dapat diabaikan atau diadakan koreksi
linier dalam perhitungannya. Berbeda dengan lingkup geodesi, pengukuran beda
tinggi titik pengukurannya relatif jauh sehingga harus memperhatikan kelengkungan
bumi.

Triginometrikal atau trigonometrikal levelling dibagi menjadi dua yaitu


trigonometrikal levelling segitiga dan memanjang. Metode trigonometri memanjang
merupakan pengukuran menggunakan dua titik yang terletak dalam segaris lurus
dengan obyek. Metode trigonometri segitiga menggunakan dua titik pengukuran yang
membentuk sudut dan membentuk segitiga dengan obyek pengamatan. Kedua cara
tersebut menggunakan prinsip atau sifat segitiga.

Pada pengukuran tinggi dengan cara trigonometris ini, beda tinggi didapatkan
secara tidak langsung, karena yang diukur di sini adalah sudut miringnya atau sudut
zenith. Bila jarak mendatar atau jarak miring diketahaui atau diukur, maka dengan
memakai hubungan - hubungan geometris dihitunglah beda tinggi yang hendak
ditentukan itu.
IV. LANGKAH KERJA
1. Tentukan posisi kedua alat pada satu garis lurus dengan objek.
2. Dirikan statif dengan unting unting berada di tengah .
3. Pasang Theodolit pada statif
4. atur kaki dari statif ,samakan ketinggia kedua alat ,dan gelembung nivo berada
tepat di tengah
5. Gunakan kompas untuk menentukan arah titik 0 dari theodolit
6. Arahkan teropong pada puncak objek yang akan diukur.
7. Catat sudut vertikal yang ditunjukan masing-masing alat
8. Cari panjang theodolit B ke objek dan cari tinggi Objek

V. HASIL PRAKTIKUM

1. Tabel Pengukuran dan perhitungan (terlampir)

2. Sket (terlampir)
VI. PEMBAHASAN

Pengukuran beda tinggi trigonometrical leveling dengan metode memanjang


ini menggunakan theodolit , pada praktikum ini diambil lokasi di lapangan A2
Universitas Negeri Malang dengan objek tower ,data yang diambil adalah sudut
vertikal dan horisontal dari garis alat ke objek , serta data seperti jarak alat a ke b yang
menjadinilai x, jarak b ke c , tinggi objek , tinggi alat, Hi atau tinggi objek dikurangi
tinggi alat, jarak Ha yaitu dari alat a ke ujung tertinggi C , Jarak Hb yaitu dari alat b ke
ujung tertinggi C,sudut alfa yaitu sudut yang terbentuk dari titik a menuju titik
tertinggi objek, sudut beta terbentuk dari titik b ke titik tertinggi objek.
Alat A dan B terletak pada titik sejajar atau satu gairis lurus dengan objek
tower tersebut , setelah perhitungan di dapat ketinggian objek setinggi 38,75 meter ,
dalam perhitungan ini dikatakan benar dikarenakan dalam peraturan pendirian tower
tidak boleh melebihi 45 meter , jika pada perhitungan ketinggian tower melebihi
angka tersebut maka dilakukan koreksi.
Kelemahan metode ini adalah tingkat akurasinya dibawah metode sipat datar ,
dikarenakan dasar dari pengukuran adalah besaran sudut yang mana akan terjadi
distorsi jika di proyeksikan dalam bentuk panjang walaupun tidak besar tetapi akan
berpengaruh sehingga akan memerlukan koreksi yang tepat .
Pada penggunaannya sebaiknya operator alat hanya satu orang sehingga data
sama atau pengelihatan tiap orang berbeda sehingga pergeseran sedikitpun pada
teleskop teodolit akan berpengaruh pada data .
VII. KESIMPULAN
1.Penggunaan alat theodolit memerlukan perhatian penuh sehingga ketepatan data
bisa di dapatkan
2. perhitungan dengan rumus di perlukan dikarenakan dalam survey ini hanya
didapat data sudut vertikal dan sudut horisontal
3.koreksi masih perlu dilakukan untuk hasil dari pengukuran dikarenakan adanya
faktor gangguan sehingga data bisa saja tidak tepat

IX. DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Slamet. 2006. Ilmuukurtanah. Jogjakarta :GadjahMada University Press.


Fowler, Gary W. 2015. Traverse Measurement (jurnal). Michigan: School of Natural
Resources and Enviroment, University of Michigan
Wongsotjitro, Soetomo. 1980. IlmuUkur Tanah. Yogyakarta :Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai