Anda di halaman 1dari 4

CRITICAL JURNAL REPORT

SURVEY DAN PEMETAAN

Dosen pengampu:

Oleh:

Nama : Labarta Naibaho

NIM : 3183131025

Kelas : A 2018

Prodi : pendidikan geografi

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(UNIMED)

TA:2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa oleh karena berkatnya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu

Pertama sekali penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak dosen pengampu
yang telah membina penulis dalam menyelesaikan tugas CJR ini dengan sebaik mungkin. Dan
penulis juga berterima kasih kepada para teman teman yang telah membantu penulis. Makalah
ini dibuat oleh penulis bertujuan untuk menyelesaikan atau pun melengkapi tugas CJR dari mata
kuliah SURVEY DAN PEMETAAN

Dalam makalah ini penulis mungkin mengunakan kata yang salah atau pun menggunakan
kata kata yang kurang berkenan di hati pembaca penulis meminta maaf. Dan penulis juga
mengharapkan saran dan kritik tentang makalah ini agar untuk kedepannya penulis dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.

Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih. Akhir kata penulis mengucapkan
sekian dan terima kasih.

Medan ..,MEI 2019

Penulis
NO   KETERANGAN  ULASAN
  Pengaruh Sudut Vertikal Terhadap Hasil Ukuran Jarakdan Beda Tinggi
 1  JUDUL JURNAL Metode Trigonometris MenggunakanTotal Station NikonDTM352
 2  ISSN JURNAL   0216 -7565
 3 PENULIS JURNAL   Parseno&Yulaikhah
 4  REVIEWWR  LABARTA NAIBAHO
 5  TANGGAL RIVIEW  22 MEI 2019
 6  ISI JURNLA   Pengukuran beda tinggi dapat diperoleh dengan dua pendekatan yaitu
dengan metode sipatdatar menggunakan alat Waterpass (WP) dan metode
trigonometris menggunakan alat Total Station (TS) atau Theodolit. Kedua
metode ini masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Metode
sipatdatar menghasilkan ketelitian lebih tinggi namun kurang praktis dan
kurang ekonomis digunakan pada area yang tidak datar, dibandingkan
dengan pengukuran beda tinggi secara trigonometris. Prinsip
trigonometris menghasilkan ketelitian yang lebih rendah namun memiliki
kelebihan karena alat TS sangat praktis digunakan di lapangan baik pada
kondisi daerah pengukuran yang datar maupun yang bervariasi sehingga
waktu dan biaya yang dibutuhkan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Berbagai penelitian untuk mengevaluasi dan membandingkan beda
tinggi dengan kedua metode tersebut telah dilakukan, diantaranya oleh
Parseno dan Yulaikhah (2008) yang telah mencoba menerapkan
pengukuran beda tinggi secara trigonometris dengan alatTS NIKON DTM
352. Hasil kajian menunjukkan beda tinggi metode trigonometris setelah
dilakukan koreksi selisih beda tinggi ketelitiannya mendekati ketelitian
metode sipatdatar. Meskipun demikian pemberian koreksi terhadap beda
tinggi trigonometris belum mampu meningkatkan ketelitian secara
signifikan. Pada penelitian tersebut ditemukan fenomena di lapangan
bahwa penggunaan sudut vertikal yang berbeda ternyata menghasilkan
beda tinggi yang berbeda pula untuk posisi titik yang sama. Hal ini sangat
menarik untuk dikaji lebih lanjut, mengingat bahwa ketelitian jarak
maupun beda tinggi metode trigonometris sangat dipengaruhi oleh
ketelitian sudut verti kal. Hasil penelitian yang dilakukan Xiau Fuhe dan
Zan Dezheng (1996) menyatakan bahwa pada pengukuran trigonometric
leveling dengan jarak pendek, kesalahan pengukuran sudut vertikal
memberi kontribusi paling dominan terhadap ketelitian beda tinggi yang
dihasilkan. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji lebih lanjut mengenai
fenomena/kesalahan tersebut: apakah hal itu merupakan kesalahan
sistematis? lalu bagaimanakah model koreksinya?
Wibowo PW (1987) melakukan penelitian pengukuran beda
tinggi secara trigonometris dengan EDM pada jalur terbuka. Dalam
penelitian tersebut pengukuran beda tinggi dengan cara trigonometris
dilakukan sekali sedangkan dengan sipat datar dilakukan pengukuran
pergi pulang. Jalur pengukuran beda tinggi dengan cara trigonometris
berbeda dengan jalur pengukuran sipat datar. Dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan bahwa pengukuran beda tinggi cara trigonometris dapat
menggantikan cara sipatdatar. Bahkan dapat menggantikan pengukuran
beda tinggi sipat datar orde 1 bila pengukuran beda tinggi metode
trigonometris dilakukan dalam kondisi tertentu dan dengan ketelitian yang
cukup baik (Zhenglu Z, et all, 2005).
Ketelitian jarak yang diperoleh dengan hitungan menggunakan
sudut vertikal sangat tergantung pada ketelitian ukuran sudut vertikal atau
bisa dikatakan bahwa pada dasarnya ketelitian pengukuran sudut vertikal
pada akhirnya menentukan ketelitian posisi. Kesalahan yang terjadi pada
sudut horisontal menghasilkan kesalahan pada jarak atau posisi yang lebih
kecil dibandingkan dengan kesalahan yang terjadi pada sudut vertikal.
 
Kelebihan dari jurnla ini adalaha penjelasannya lengkap dengan di
sertainya berbagai gambar dan table yang memperjelas materi menambah
para pembaca untuk lebih mudah memahami isi dari jurnal tersebut.
Selain itu jurnal ini juga memberikan contoh perhitungan langsung
 KELEBIHAN DARI tentang materi pemetaan yang membuat para pembaca lebih memahami
 7 JURNAL materi yang di jelaskan oleh penulis.

Kekurangan dari jurnal ini sendiri adalah penulis kuran memberikan atau
memberitahu para pembaca apa saja kata kunci yang ada dalam jurnal ini
padahal jika penulis menyisipkan kata kata kunci di dalam junal maka
jurnal ini tambah bagus karena para pembaca jurnal lebih mudah
 KEKURANGAN mengetahi mana mana saja yang paling penting dalam menguasai materi
 8 DARI JURNLA yang di jelaskan penulis 
Menurut saya jurnal ini sudahlah bangus tetapi apabila penulis
menambahkan kata kata kunci dalam junal maka jurnal ini akan lebih
 9  REKAYASA IDE bagus lagi  

 Kesimpulannya Pengukuran beda tinggi dapat diperoleh dengan dua


pendekatan yaitu dengan metode sipatdatar menggunakan alat Waterpass
(WP) dan metode trigonometris menggunakan alat Total Station (TS) atau
Theodolit. Kedua metode ini masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahan. Metode sipatdatar menghasilkan ketelitian lebih tinggi namun
kurang praktis dan kurang ekonomis digunakan pada area yang tidak
datar, dibandingkan dengan pengukuran beda tinggi secara trigonometris.
Prinsip trigonometris menghasilkan ketelitian yang lebih rendah namun
memiliki kelebihan karena alat TS sangat praktis digunakan di lapangan
baik pada kondisi daerah pengukuran yang datar maupun yang bervariasi
sehingga waktu dan biaya yang dibutuhkan menjadi lebih efisien dan
 10  KESIMPULAN ekonomis.
 
Dalam melakukan pengukuran di harapkan agar menggunakan alat
waterpas dengan baik dan betul karena jika dalam membaca waterpas
salah maka aka nada kesalahan dalam menentukan beda tinggi daerah
 11  SARAN yang ingin di ukur

Anda mungkin juga menyukai