Laporan Praktikum Kimia Organik Ekstraks
Laporan Praktikum Kimia Organik Ekstraks
Disusun Oleh :
KIMIA 3-A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pada praktikum pertama ini, kami melakukan pemurnian dan pemisahan zat
padat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi hasil isolasi kafein dari daun teh dengan metode ekstraksi.
2. Menentukan nilai Rf kafein hasil ekstraksi dari daun teh.
3. Menentukan nilai FTIR hasil ekstraksi dari daun teh.
B. TEORI DASAR
Dalam ekstraksi, berlaku hukum distribusi atau partisi yang dirumuskan bila
suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka
suatu temperatur yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka banding
berubah dengan sifat dasar kedua pelarutitu, dan angka banding distribusi ini tidak
bergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka
banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan
temperatur. Hal ini didasarkan tepatnya pada bagaimana analit berpindah dari air
ke lapisan organik. (Anonim, Ekstraksi, 2015)
2
Kafein dapat menyebabkan kegelisaha, insomnia, sakit kepala, dan secara fisik
dapat bersifat sebagai candu. Sesorang yang meminum 4 cangkir kopi per hari dapat
mengalami sakit kepala, insomnia, dan kemungkinan mual. (Berghuis, 2015)
Kafein cukup banyak terkandung dalam teh. Teh telah dikonsumsi sebagai
minuman selama hampir 2000 tahun, dimulai di Cina. Minuman ini dibuat dengan
menyeduh daun dan kuncup muda pohon teh, Camellia sinensis, di dalam air panas.
Sekarang, terdapat dua varietas uatama daun teh yang digunakan, yaitu pohon teh
cina berdaun kecil, dan pohon teh asam berdaun lebar. Hibrid dari kedua varietas
ini juga telah dibudidayakan. Daun teh bisa difermentasi ataupun tanpa fermentasi
sebelum digunakan. Daun teh yang difermentasi disebut teh hitam, sedangkan daun
teh yang tidak difermentasi disebut teh hijau, dan daun teh yang difermentasi
sebagian disebut teh oolong. Daun teh sebagian besar mengandung selulosa, yaitu
suatu polimer dari glukosa yang tak larut dalam air. Selulosa di dalam tumbuhan
berfungsi hampir sama dengan serat protein dalam hewan, yaitu sebagai material
pembangunan struktur tanaman. Di samping selulosa, di dalam daun teh terdapat
beberapa senyawa lain, termasuk kafein, tannin (senyawa fenolik, yaitu senyawa
yang memiliki suatu gugus –OH yang terikat pada cincin aromatik ), dan sejumlah
kecil klorofil. (Berghuis, 2015)
Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel
berdasarkan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini
biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran
larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel
dengan eluen, maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
(Anonim, Kromatografi Lapis Tipis, 2015)
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang
3
sama walupun ukuran jarak platnya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai
Rf. Nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf
juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf
sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut
(Anonim, Kromatografi Lapis Tipis, 2015):
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat KLT. Saat membandingkan dua sampel
yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila
senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat
kromatografi lapis tipis. (Anonim, Kromatografi Lapis Tipis, 2015)
Cara
No Nama bahan Sifat fisik Sifat kimia
penanggulangan
Bentuk: Padatan
putih Iritan
Natrium
Titik leleh: Struktur kristal: Gunakan
1 karbonat
852ᵒC monoklinik APD
(Na2CO3)
Mr: 105,99 (anhidrat)
gram/mol
4
ρ=2,549
gram/cm3
Tidak larut
dalam etanol
dan aseton
Kebasaan:
(pKb): 3,67
Bentuk: Cairan
tak berwarna
Mr: 84,93 Harmful
gram/mol Iritan
ρ=1,33 Konstanta
gram/cm3 hukum Henry:
Gunakan
2 Diklorometana Kelarutan dalam 3,25 L.atm/mol
APD
air: 13 Viskositas:
gram/liter 0,413 cP
Titik leleh: - Momen dipol:
96,7C 1,6 D
Titik didih:
39,6C
Bentuk: Serbuk
putih
Titik leleh: 772-
Berbahaya
775C Gunakan
Iritan
Kalsium klorida Titik didih: APD
3 pH 8-9
(CaCl2) 1935C Jangan
Struktur Kristal:
ρ=2,159 dimakan
orthombic
gram/cm3
Mr: 110,98
gram/mol
5
Bau: tidak
berbau
Kelarutan dalam
air: 74,5
gram/100 mL
Cairan tak
berwarna
Mr: 58,08
Mudah terbakar
gram/mol
Iritan Jauhkan dari
Aseton Ρ=0,791
4 Bentuk api
(CH3COCH3) gram/cm3
geometri: Gunakan APD
Titik leleh: -95 -
segitiga planar
-93C
Titik Didih: 56-
57C
Cairan tak
berwarna
Mr: 119,39
gram/mol Bentuk molekul:
Kloroform Ρ= 1,489 tetrahedral
5 Gunakan APD
(CH3Cl3) gram/cm3 Berbahaya
Titik leleh: - Iritan
63,5C
Titik didih:
61,2C
Cairan tak
Gunakan APD
Etil asetat berwarna Mudah terbakar
6 Jauhkan dari
(C4H8O2) Mr: 88,12 Iritan
api
gram/mol
6
ρ=0,897
gram/cm3
Titik didih:
77,1C
Titik leleh: -
83,6C
Cairan tak
berwarna
Mr: 32,04
gram/mol
Jauhkan dari
=0,7918
api
gram/cm3
Methanol Mudah terbakar Gunakan APD
7 Titik lebur: -
(CH3OH) Beracun Jangan
97C
dimakan/
Titik didih:
diminum
64,7C
Kelarutan dalam
air: larut
sempurna
1. Alat
7
11 Kawat kasa 1 buah 13 Termometer 1 buah
12 Botol semprot 1 buah
2. Bahan
No Bahan Jumlah
1 Aquades Secukupnya
2 Teh celup 10 kantong
3 Natrium karbonat 20 gram
4 Diklorometana 55 gram
5 CaCl2 anhidrat Secukupnya
6 Kloroform Secukupnya
7 Etil asetat Secukupnya
8 Methanol Secukupnya
D. PROSEDUR KERJA
1. Ekstraksi Padat-Cair: Ekstraksi Kafein dari Teh
10 kantung teh celup dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml
bersama dengan 20 gram natrium karbonat, lalu air mendidih sebanyak 225
ml ditambahkan. Campuran dibiarkan selama 7 menit, lalu campuran
didekantasi ke dalam labu Erlenmeyer lain ke dalam kantong teh,
ditambahkan lagi 50 ml air panas lalu segera didekantasi dan digabungkan
dengan ekstrak teh sebelumnya. Untuk yang ketiga kalinya, air berisi kantong
teh dididihkan selama 20 menit lalu didekantasi ekstraknya.
Setelah larutan tersebut dingin, dilakukan ekstraksi di dalam corong
pisah dengan penambahan 20 ml diklorometana. Corong pisah dikocok
selama 5 menit secara perlahan sambil membuka kran corong pisahnya.
Ekstraksi diulangi dengan penambahan 15 ml dikorometana ke dalam corong
pisah (2x15ml). Ekstrak diklorometana digabung kemudian ditambahkan
kalsium klorida anhidrat sambil digoyang selama 10 menit. Seara hati-hati,
ekstrak diklorometana didekantasi kemudian diuapkan dengan evaporator.
8
2. Uji Kromatrografi Lapis Tipis (KLT)
Sampel hasil ekstraksi sebelumnya ditotolkan di atas pelat KLT sampai
nodanya cukup tebal, lal dilakukan elusi KLT menggunakan eluen etil asetat-
metanol (3:1) dan kloroform-metanol (9:1). Elusi dilakukan sampai batas atas
pelat, kemudian dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Setelah pelat kering,
pelat tersebut disinari dengan sinar UV.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Ekstraksi Padat-Cair
Perlakuan Hasil
Larutan menjadi coklat, berbau
Teh celup+air panas+Na2CO3
khas teh
Warna larutan semakin gelap dan
Teh+air dididihkan
terdapat busa
Larutan dingin dimasukkan corong Terbentuk 2 fasa. Fasa atas
pisah dengan penambahan berwarna hitam kecoklatan dan fasa
diklorometana bawah tak berwarna
Corong digoyang sekitar 5 menit Larutan terlihat hanya satu fasa,
dan kran corong dibuka dan gas keluar dari mulut kran
Hasil ekstraksi dibiarkan selama 2 Larutan tak berwarna (fasa bawah
menit kemudian diteteskan ke berada pada gelas kimia, sedangakn
dalam gelas kimia fasa atas tetap pada corong
Larutan ditambah CaCl2 Terdapat endapan berwarna putih
Larutan diuapkan dengan Filtrat tersisa sedikit dan berwarna
evaporator kuning cerah
2. Uji KLT
Perlakuan Hasil
9
KLT dielusi dengan etil asetat- Noda dan eluen bergerak. Jarak
metanol kemudian keringkan dan pergerakan noda: 3 cm. jarak
disinari UV pergerakan eluen: 4 cm
KLT dielusi dengan kloroform- Noda dan eluen bergerak. Jarak
metanol kemudian dikeringkan dan pergerakan noda: 2 cm. jarak
disinari UV pergerakan eluen: 2,7 cm
F. PEMBAHASAN
Pendingin pada larutan bertujuan agar pelarutan ekstrak daun teh dalam air
benar-benar sempurna (larut secara maksimal). Jika menyaring saat larutan
masih panas, mungkin saja proses pelarutan masih terjadi. Penggunaan
10
diklorometana sebagai pelarut kedua adalah karena kloroform tidak bercampur
dengan air dan mudah menguap, sehingga pada akhir percobaan dapat terpisah
dengan ekstrak kafein. Selain itu, kafein dan dikorometana sama-sama bersifat
non-polar. Pada saat larutan berada di dalam corong pemisah, terlihat bahwa air
dan diklorometana tidak dapat bercampur. Air berada di bagian atas, sedangkan
diklorometana yang kerapatannya lebih tinggi berada di bawah nya. Mulanya
kafein hanya terkonsentrasi pada air. Namun setelah corong pemisah dikocok,
kafein akan terdistribusi menempati kedua bagian pelarut dan mencapai
kesetimbangan sebagian antara fasa bagian atas (dalam air) dan fasa yang lebih
rendah (diklorometana). Kafein merupakan zat organik yang dapat larut dalam
pelarut organik dikorometana dan memiliki gugus karbonil yang hidrofilik
sehingga juga larut dalam air.
Nilai Rf yang hampir sama tersebut menandakan bahwa larutan filtrat yang
terdapat dalam kafein adalah murni dan tidak tercampur zat-zat lain.
G. KESIMPULAN
1. Setelah kafein diisolasi dari daun teh dengan metode ekstraksi, terlihat
bahwa kandungan kafein sangat sedikit.
2. Nilai Rf rata-rata kafein hasil ekstraksi dari daun teh adalah 7,45.
3. Kandungan kafein dalam teh berdasarkan pengukuran FTIR adalah 2,85%.
11
H. DAFTAR PUSTAKA
Zubrick, J. W. (2011). Teh Organic Chem Lab Survival Manual. USA: John
Wiley & Sons, Inc.
12