Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

REAKSI SIKLOADISI DIELS-ALDER

Dibuat untuk memenuhi tugas laporan praktikum kimia organik II

Dosen Pengampu:
Nurrizka Kurniawati, S,Si., M.Sc
NIS : 20220198

Asisten Laboratorium:
Ersaid Akbar
202108024

Disusun oleh kelompok 7 dan 8 (3B):


1. Dea Safila (202208053)
2. Ditya Surbakti (202208055)
3. Dzikri Nur Fadillah (202208056)
4. Endah Ayu Nurul Badriah (202208057)
5. Nadia Perdani Putri (202208067)
6. Rizki Yoga Pratama (202208072)

LABORATORIUM KIMIA TERPADU


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Reaksi Sikloadisi Diels-Alder”.

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata


kuliah praktikum kimia organik II dalam bab Reaksi Sikloadisi Diels-Alder.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu ibu Nurrizka


Kurniawati, S.Si., M.Sc. dan asisten laboratorium kimia terpadu kak Ersaid Akbar
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Oleh karena
itu,kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan seluruh mahasiswa S1 Farmasi khususnya kelas 3B dan semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Madiun, 11 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2

1.3 Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3

2.1 Definisi Reaksi Diels-Alder ........................................................ 3

2.2 Pola Dasar Reaksi Diels-Alder..................................................... 3

2.3 Mekanisme Reaksi Diels-Alder ................................................... 3

2.4 Contoh Reaksi Diels-Alder .......................................................... 6

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 8

3.1 Alat dan Bahan ............................................................................ 8

3.2 Prosedur Kerja ............................................................................. 8

BAB IV HASIL ............................................................................................ 9

4.1 Data Pengamatan ......................................................................... 9

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 10

BAB VI PENUTUP .................................................................................... 13

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 13

5.2 Saran .......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14

LAMPIRAN ................................................................................................ 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Reaksi sikloadisi ini merupakan suatu reaksi karena adanya 2 molekul
tak jenuh menjalani suatu reaksi adisi untuk menghasilkan produk siklik.
Dalam reaksi ini dua ikatan π menjadi dua ikatan σ. Pembentukan ikatan
dapat terjadi pada sistem pipa ada sisi yang sama (suprafasial) atau pada sisi
berseberangan (antarafasial). Reaksi Diels-Alder adalah proses perisiklik,
yang terjadi pada satu langkah dengan pendistribusian kembali elektron ikatan
secara melingkar (siklik). Dua ikatan reaktan yang sederhana bersatu melalui
keadaan transisi siklik dan dua ikatan karbon baru terbentuk pada saat yang
sama. Pada keadaan transisi Diels-Alder, dua karbon alkena dan karbon 1,4
pada diena terhibridisasi ulang dari sp2 menjadi sp3 untuk membentuk dua
ikatan tungggal baru, sehingga karbon 2,3 pada diena terhibridisasi sp2
membentuk ikatan rangkap baru pada produk sikloheksena (verma, et al,
2012)

Reaksi Diels-Alder disebut juga sikloadisi (4+2) karena cincin


terbentuk oleh interaksi 4 elektron π pada diena dan 2 elektron π pada alkena
atau alkuna. Reaksi sikloadisi adalah reaksi dimana dua molekul bergabung
membentuk sebuah cincin. Reaksi Diels-Alder akan terjadi lebih cepat jika
dienofil mempunyai gugus substituen penarik elektron, karena substituen
penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil
menjadi terpolarisasi positif. Dalam reaksi Diels-Alder, diena adalah gugus
yang kaya elektron, sedang dienofil (diena-lover) adalah gugus yang miskin
elektron. Reaksi ini merupakan kombinasi gabungan dua sistem π-elektron
untuk membentuk cincin atom yang memiliki dua ikatan σ baru dan dua
ikatan π yang lebih sedikit disebut reaksi sikloadisi. Jumlah elektron π yang
berpartisipasi di setiap komponen diberikan dalam tanda kurung
sebelumnya (Mc-Murry,2018).

Berdasarkan informasi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian


untuk mengetahui prinsip reaksi Diels-Alder dan sintesis 9,10-

2
dyhidroanthracene-9,10-endo-a3-succinic anhydride sesuai yang tertera
dalam penuturan Mc-Murry.

1.1 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan reaksi sikloadisi Diels-Alder ?
b. Bagaimana pola dasar dari reaksi Diels-Alder ?
c. Bagaimana mekanisme reaksi Diels-Alder ?
d. Bagaimana contoh reaksi Diels-Alder ?

1.2 TUJUAN
a. Mengetahui pengertian reaksi sikloadisi Diels-Alder
b. Mengetahui pola dasar dari reaksi sikloadisi Diels-Alder
c. Mengetahui mekanisme reaksi Diels-Alder
d. Mengetahui contoh reaksi Diels-Alder

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN REAKSI DIELS-ALDER


Reaksi Diels-Alder adalah reaksi antara diena terkonjugasi (sistem 4π-
elektron) dan senyawa yang mengandung ikatan rangkap dua (sistem 2π-elektron)
yang disebut dienofil (menyukai diena). Produk reaksi Diels-Alder disebut adduct.
Dalam reaksi ini, dua ikatan σ baru dihasilkan dengan mengorbankan dua ikatan π
dari diena dan dienofil. Adduct yang dihasilkan memiliki cincin dengan ikatan
rangkap. Karena ikatan σ biasanya lebih kuat daripadaikatan π, pembentukkan
adduct akan lebih dominan namun kebanyakan reaksi Diels-Alder adalah reaksi
bolak-balik. Dalam reaksi Diels-Alder, diena adalah gugus yang kaya elektron,
sedang dienofil (diena-lover) adalah gugus yang miskin elektron. Reaksi ini
merupakan kombinasi gabungan dua sistem π-elektron untuk membentuk cincin
atom yang memiliki dua ikatan σ baru dan dua ikatan π yang lebih sedikit disebut
reaksi sikloadisi (Edy, et al, 2020).

2.2 POLA DASAR REAKSI DIELS-ALDER

2.3 MEKANISME REAKSI DIELS-ALDER

Bergantung pada fakta bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi tunggal


(reaksi perisiklik) yang terjadi antara molekul diena dan molekul dienofil. Reaksi
ini umumnya melibatkan tumpang tindih orbital molekul terisi tertinggi (HOMO)
yang mengandung 4π elektron dari molekul diena dengan orbital molekul kosong
terendah (LUMO) yang mengandung 2π elektron dari molekul dienofil untuk
membentuk produk adisi siklo, sehingga reaksi ini disebut juga sebagai reaksi adisi
siklo [4+2], meskipun sekarang banyak variasi lain yang dikenal seperti reaksi adisi

3
Reaksi terjadi dalam 2 langkah:

1. Diena bereaksi dengan alkena membentuk cincin sikloheksena baru.


2. Cincin sikloheksena baru disusun ulang untuk membentuk produk akhir.

Pada umumnya, dienofil bereaksi dengan diena terkonjugasi melalui adisi 1,4
membentuk cincin. Proses ini disebut [4+2] sikloadisi, yang dinamai berdasarkan
nomor atom dari masing-masing reaktan yang berikatan dengan cincin. Posisi
manapun dikedua sisi diena atau dienofil dapat mengalami substitusi. Contoh reaksi
Diels-Alder adalah sebagai berikut:

Reaksi Diels-Alder disebut juga sikloadisi (4+2) karena cincin terbentuk


oleh interaksi 4 elektron π pada diena dan 2 elektron π pada alkena atau alkuna.
Reaksi sikloadisi adalah reaksi dimana dua molekul bergabung membentuk sebuah
cincin. Reaksi Diels-Alder akan terjadi lebih cepat jika dienofil mempunyai gugus
substituen penarik elektron, karena substituen penarik elektron ini menyebabkan
ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif. Perhatikan
bahwa jumlah panah melengkung yang diperlukan untuk menunjukkan
reorganisasi obligasi adalah setengah dari jumlah total dalam tanda kurung. Contoh
reaksi sikloadisi (4+2) ditunjukkan pada gambar 5 (Edy, et al, 2020).

4
Reaksi sikloadisi yang paling umum adalah siklisasi [4π + 2π] yang dikenal
sebagai reaksi Diels-Alder. Dalam terminologi Diels-Alder, dua reaktan disebut
sebagai diena dan dienofil. Diagram tersebut menunjukkan dua contoh siklus [4π +
2π], dan dalam persamaan kedua cahaya berikutnya menginduksi siklus [2π + 2π].
Dalam setiapkasus reaktan diena diwarnai biru, dan ikatan σ baru dalam hasil adisi
diberi warna merah. Stereospesifitas reaksi ini harus terbukti. Pada dasarnya semua
reaksi Diels-Alder adalah proses satu langkah. Jika reaksinya bersifat stereogenik,
maka sering muncul dengan stereokimia yang dapat diprediksi. Misalnya, cis,
trans-1,4-disubstitusi 1,3-butadiena Menghasilkan sikloheksena dengan pengaturan
trans- substituen pada C3 dan C6. Sebaliknya, 1,3-butadiena trans, trans-
1,4terdisubstitusi menghasilkan sikloheksena di mana substituen pada C3 dan C6
adalah cis terhadap satu sama lain. Dengan demikian, reaksi Diels-Alder
menunjukkan stereospesifikitas ke diena. Pada contoh pertama, substituen
asetoksi pada diena memiliki konfigurasi-E yang identik, dan substituen tersebut
tetap cis satu sama lain dalam hasil adisi siklik. Demikian juga, substituen ester
pada dienofil memiliki konfigurasi trans yang dipertahankan dalam hasil adisi.
Reaktan dalam persamaan kedua bersifat monosiklik, sehingga hasil adisi
sikloadisi memiliki tiga cincin. Orientasi cincin beranggota enam kuinon terhadap
sistem bicycloheptane (berwarna biru) adalah endo, yang berarti berorientasi cis ke

5
jembatan terpanjang atau lebih tak jenuh. Konfigurasi alternatif disebut exo (Edy,
et al, 2020).

Dienofil (kuinon) memiliki dua ikatan rangkap yang teraktivasi, reaksi


sikloadisi ke-2 dimungkinkan, asalkan diena yang cukup disediakan. Cycloaddition
kedua lebih lambat dari yang pertama, sehingga monoadduct yang ditampilkan
di sini mudah disiapkan dengan hasil yang baik. Meskipun produk [4 + 2] ini stabil
untuk pemanasan lebih lanjut, produk ini mengalami siklus [2 + 2] saat terkena
sinar matahari. Perhatikan hilangnya dua ikatan karbon-karbon dan pembentukan
dua ikatan-σ (berwarna merah) dalam transformasi ini. Juga perhatikan bahwa
subskrip-pi sering dihilangkan dari notasi [m + n] untuk sebagian besar sikloadisi
yang melibatkan sistem π-elektron (Edy, et al, 2020).

Dua contoh reaksi sikloadisi ditampilkan berikut ini. Reaksi 3 adalah reaksi
Diels-Alder intramolekul. Diena dan dienofil bergabung dengan rantai atom,
sikloadisi [4 + 2] yang dihasilkan sebenarnya membentuk dua cincin baru, satu dari
sikloadisi dan yang lainnya dari rantai penghubung. Penambahan bersifat
stereospesifik, mengabaikan substituen isopropil, fusi cincin menjadi cis dan endo.
Reaksi ke-4 adalah sikloadisi [6 + 4] (Edy, et al, 2020).

2.4 CONTOH REAKSI DIELS-ALDER

Contoh umum reaksi Diels-Alder adalah proses sikloadisi antrasena


(bertindak sebagai diena terkonjugasi) dan anhidrida maleat (bertindak sebagai
dienofil) membentuk senyawa 9,10-dihydroanthracene-9,10-endo-a3-succinic
anhydride. Dalam reaksi ini, senyawa xylene digunakan sebagai pelarut karena titik
didihnya yang tinggi sehingga mampu menampung suhu tinggi yang diperlukan
untuk menjalankan reaksi kimia.

➢ Reaksi antara antrasen dan anhidrida maleat :

6
➢ Reaksi anatara pirol dan akrilonitril :

➢ Reaksi antara butadiea dan etilen :

➢ Reaksi antara furan dan maleimide :

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat: Bahan :

1. Labu bundar 100 ml 1. Antrasen


2. Satu set alat refluks 2. Anhidrida maleat
3. Corong kaca
3. Toluena p.a
4. Gelas beaker 100 ml
5. Kertas saring 4. Air dingin
6. Stopwacth
7. Mortir-Stamper

3.2 Prosedur Kerja

8
BAB IV
HASIL

1.1 Data Pengamatan


No Perlakuan Pengamatan

1. 3 gram antrasen dimasukkan ke dalam Larutan bewarna kuning


labu bundar 100 ml + 8 gram anhidrida
maleat yang sudah dihaluskan + 50 ml
toluena p.a
2. Larutan di refluks selama 30 menit, dan Larutan bewarna kuning keruh
didinginkan dengan air es dan produk yang dihasilkan
mengkristal

3. Larutan disaring dengan kertas saring Dihasilkan residu berupa


endapan bewarna kuning jernih
dan dihasilkan endapan berupa
kristal bewarna putih

4. Endapan di oven Dihasilkan endapan kering

5. Menimbang kertas saring dan endapan Kristal + kertas saring = 4,5 g


Kertas saring = 0,66 g
Kristal = 3,84 g

9
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam kimia organik , reaksi Diels-Alder dianggap sebagai salah satu reaksi
yang paling penting. Reaktan reaksi ini adalah alkena tersubstitusi (umumnya
dikenal sebagai dienofil) dan diena terkonjugasi. Reaksi Diels-Alder menghasilkan
sintesis senyawa organik siklik beranggota enam yang dikenal sebagai
sikloheksena. Jadi kita dapat mendefinisikan reaksi Diels-Alder secara sederhana
sebagai reaksi antara alkena tersubstitusi dan diena terkonjugasi menghasilkan
sikloheksena (Solomons, 2014).

Mekanisme reaksi Diels Alder bergantung pada fakta bahwa reaksi tersebut
merupakan reaksi tunggal (reaksi perisiklik) yang terjadi antara molekul diena dan
molekul dienofil. Reaksi ini umumnya melibatkan tumpang tindih orbital molekul
terisi tertinggi (HOMO) yang mengandung 4π elektron dari molekul diena dengan
orbital molekul kosong terendah (LUMO) yang mengandung 2π elektron dari
molekul dienofil untuk membentuk produk adisi siklo, sehingga reaksi ini disebut
juga sebagai reaksi adisi siklo [4+2], meskipun sekarang banyak variasi lain yang
dikenal seperti reaksi adisi siklo [2+2], dll. Kekuatan pendorong reaksi ini adalah
pembentukan ikatan σ baru, yang bersifat energetik lebih stabil dibandingkan ikatan
π (Edy, et al, 2020).

Reaksi Diels Alder yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah antara
antrasen dengan anhidrida maleat. Dalam reaksi ini, antrasen adalah diena
terkonjugasi yang akan diserang oleh anhidrida maleat yang bertindak sebagai
dienofil. Berikut adalah gambar struktur kedua molekul ini:

Dari struktur ini dapat diamati bahwa antrasen adalah diena yang bersifat
cis, dan sturkturnya yang tidak berubah-ubah membuat antrasen tidak mempunyai
kecenderungan untuk menjadi trans. Fakta ini membuat antrasen memiliki

10
kereaktifan ratusan kali lebih baik terhadap anhidrida maleat daripada 1,3 butadiena
biasa (234:1).

Pada percobaan reaksi Diels-Alder, dalam mereaksikan kedua senyawa


reaktan ditambahkan kedalamnya toluena yang berfungsi sebagai medium reaksi
yang melarutkan maleat anhidrida dan antrasena dikarenakan sifat toluena yang
nonpolar begitu juga pada antrasena dan maleat anhidrida yang tidak terlalu polar
(kepolaran berasal dari gugus furan atau keberadaan atom oksigennya). Antrasen
dan anhidrida maleat lebih mudah larut dalam toluena daripada produknya yaitu
9,10- dihidroantrasen-9,10-α,β-anhidrida suksinat. Hal ini menyebabkan produk
akan mengkristal saat didinginkan sedangkan reaktan yang kemungkinan masih
bersisa tidak akan ikut mengkristal. Refluks dilakukan dengan tujuan meningkatkan
temperatur karena reaksi antara antrasen dan anhidrida maleat membutuhkan
temperatur yang tinggi. Selain itu, refluks juga bertujuan untuk memperbesar laju
reaksi (Solomons, 2014).

Antrasen, ahidrida maleat berlebih, dan toluen dicampurkan dalam


erlenmeyer dan menjadi berwarna kuning. Antrasen bersifat non polar, sehingga
larut dalam toluen. Maleat juga bersifat non polar, tetapi sedikit lebih polar dari
antrasen karena adanya 3 gugus oksigen. Alasan ini membuat endapan tak larut
dalam toluen jenuh di dominasi oleh anhidrida maleat. Dalam reaksi ini, sebenarnya
hanya antrasen dan anhidrida maleat yang bereaksi, tetapi peran toluen sebagai
pelarut sangatlah penting, yaitu sebagai medium reaksi antara kedua padatan
tersebut (Mayo, 2011).

Erlenmeyer dikocok terlebih dahulu untuk memastikan padatan maleat dan


antrasen tercampur dengan baik. Tidak semua endapan larut dalam toluen, yang
berarti toluen sudah jenuh oleh campuran maleat dan antrasen. Campuran kemudian
dipanaskan agar energi aktivasi reaksi antara maleat dan antrasen tercapai.
Pemanasan harus menggunakan penangas uap karena toluen yang digunakan
sebagai pelarut mudah untuk terbakar. Setelah direfluks selama 30 menit, hasil
reaksi masih belum terlihat kristal hasil reaksi masih larut dalam toluen. Endapan
yang tak larut kemudian difiltrasi biasa. Endapan tak larut ini adalah maleat yang

11
tidak bereaksi. Kristal yang terbentuk hasil reaksi adalah 9,10-dihidroantrasen-
9,10-a,b asam susinik anhidrida.

Filtrat kemudian didinginkan dengan cara merendam dengan menggunakan


rendaman air es agar kristal hasil reaksi memisahkan diri dari toluen pelarut.
Pendinginan dilakukan dengan meletakkan kristal pada air es. Hal ini sebenarnya
tidak boleh dilakukan, karena pendinginan harus berlangsung secara perlahan, atau
kristal yang dihasilkan akan berukuran kecil. Kemudian dilakukan penyaringan
dengan kertas saring agar penyaringan berlangsung dengan cepat dan kristal yang
terbentuk tidak lagi larut.

Kristal hasil penyaringan kemudian dioven dengan menggunakan suhu


26,9oC menghasilkan berat hasil filtrat 4,5 gram. Hasil perhitungan % rendemen
sebanyak 82,58%. Berdasarkan literatur berat kristal yang didapat sebesar 1 gram
namun % rendemen yang didapat cukup tinggi, hal ini dikarenakan tidak semua
kristal yang larut dapat diambil. Apabila dibandingkan berdasarkan hasil
percobaan, hasil percobaan cukup murni.

Berat kristal yang didapat adalah sebesar 1 gram. % rendemen yang didapat
cukup tinggi, hal ini dikarenakan hampir semua kristal yang larut dapat diambil.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut (Wade, 1998):

C14H10 C4H2O3 C18H12O3

12
BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data


percobaan, bahwa produk dari reaksi diels-alder diperoleh senyawa 9,10-
dihidroantrasen-9, 10-α,β-anhidrida suksinat dengan persen rendemen 86,8%.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan agar praktikum lebih teliti saat
melakukan percobaan dan dalam melakukan percobaan harus sesuai dengan
prosedur yang seharusnya agar hasil percobaan yang dilakukan memperoleh hasil
yang akurat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Edy, C, et al. 2020. Kimia Organik Fisik. UNNES: press.

Mayo, D. W., Pike, R. M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory:
with Multistepand and Multiscale Synthesis, 5th Edition,John Wiley & Sons,
New York, p.

Solomons, T. W. G., Frhyle, C. B., and Snyder, S. A. 2014. Organic Chemistry, 11


th ed. New jersey: John Wiley & Sons, Inc., p680

Verma, N. K., et al. 2012. Comprehensive Practical Chemistry. New Delhi: Laxmi
Publications. Halaman 72.

Wade, L. D. 1998. The Diels-Alder Reaction of Anthracene with Maleic Anhydride.


Palmyra: H.A. Neidig. Halaman 155-157.

14
LAMPIRAN

• Perhitungan rendemen
Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan reaksi Diels-Alder, massa
produk sebesar 4,5 gram jika dibandingkan dengan massa yang seharusnya
diperoleh dengan perhitungan berikut :
Data penimbangan zat reaktan :
Antrasen (C14H10)
Massa Antrasen = 3 gram
Mr Antrasen = 178,23 gr/mol
massa
Mol Antrasen = mr
3 gram
=
178,23 gram
= 0,016 mol

Anhidrida Maleat (C4H2O3)


Massa anhidrida maleat = 8 gram
Mr anhidrida maleat = 98,06 gr/mol
massa
Mol anhidrida maleat = Mr
8 gram
=
98,06 gram
= 0,081 𝑚𝑜𝑙

Antrasena Anhidrida maleat 9,10- dihidroantrasen-9,


10-α,β-anhidrida suksinat
M 0,016 mol 0,081 mol -
R 0,016 mol 0,016 mol 0,016 mol
S - 0,065 mol 0,016 mol

15
Massa Teoritis
Mol produk (C18H12O3) = 0,016 mol
Mr produk (C18H12O3) = 276,29 gr/mol
Massa produk (teoritis) = Mol x Mr
= 0,016 x 276,29
= 4,42 gram

Perhitungan rendemen
Massa kertas saring = 0,66 gram
Massa total (endapan + kertas saring) = 4,5 gram
Massa endapan = massa total – massa kertas saring
= 4,5 – 0,66
= 3,84 gram
Massa teoritis = 4,42 gram
Massa percobaan
% Rendemen = x 100%
massa teoritis
3,84 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 4,42 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 100 %
= 86,8%

16
➢ Bahan-bahan yang digunakan

Anhidrida maleat Antrasen Toluena p.a

➢ Campuran larutan anhidrida maleat, antrasen dan toluena p.a

➢ Proses Refluks larutan campuran

➢ Proses penyaringan larutan campuran

17

Anda mungkin juga menyukai