MUATAN LOKAL
BUDAYA MELAYU RIAU
Mengapa itu terjadi? Di antara banyak sebab, dalam konteks Indonesia, salah
satunya adalah proses sejarah kontemporer kita. Ibarat drama, babak-babak sejarah
kita tidak linear. Dalam setiap peralihan dari satu babak ke babak berikutnya hampir
selalu tragis atau menggoncangkan. Setiap mengawali babak baru, para pelakonnya
cenderung mengajak khalayak menafikan dan atau melupakan babak sebelumnya.
ii
berabad-abad. Wujudnya seperti yang dirumuskan oleh Adat Lembaga Melayu Riau
adalah abstraksi idea/gagasan (nilai dan norma-norma); tindakan/praktik sosial
berpola (tradisi) dan artefak/karya budaya.
Untuk keluar dari persoalan kepungan pelbagai krisis di atas, maka budaya Melayu
(dan kearifan lokal lainnya) perlu direvitalisasi dan pengarus-utamaannya dalam
kehidupan sehari-hari dijadikan prioritas agenda revolusi mental bangsa ini untuk
merespon hegemoni globalisasi dan sisi-sisi mudarat yang ditimbulkannya. Agenda
revitalisasi Budaya Melayu Riau memerlukan kesungguhan politik; dan restorasi,
penguatan, serta lembaga-lembaga sosial-budaya lokal merupakan keniscayaan.
Wujudnya adalah mata pelajaran Muatan Lokal Budaya Melayu Riau dari pelbagai
satuan pendidikan.
Gubernur Riau,
iii
Pengantar
Lembaga Adat Melayu Riau
Kurikulum 2013 Muatan Lokal Budaya Melayu Riau 2019 ini merupakan
perubahan terhadap Kurikulum KTSP Mulok sebelumnya. Sejak 2001 berbagai
kabupaten dan kota di Riau melaksanakan pembelajaran mulok sendiri-sendiri. Ada
yang terintegrasi pada mata pelajaran lainnya dan ada yang berdiri sendiri dan dengan
penekanan ruang lingkup materi masing-masing. Namun, sejak 2014 pemerintah
sudah mengatur secara khusus kurikulum muatan lokal seperti yang termaktub dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.
Provinsi Riau memilih muatan lokal yang berdiri sendiri. Pilihan ini diperkuat
dengan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 5 Tahun 2018. Perda itu mengatur
kegiatan kurikuler muatan lokal untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi dan keunikan budaya Melayu Riau, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang
ada. Perda ini menetapkan muatan lokal dilaksanakan pada semua jenjang satuan
pendidikan di Provinsi Riau.
iv
lainnya perlu direvitalisasi dan dijadikan prioritas agenda pembangunan mental
bangsa ini untuk merespon hegemoni globalisasi.
Proses penyusunan Kurikulum 2013 Muatan Lokal Budaya Melayu Riau 2019
sebagaimana yang ditetapkan oleh Perda di atas diawali dengan pembentukan Tim
8 oleh LAM Riau yang keanggotaannya terdiri dari berbagai satuan pendidikan. Tim
8 melaksanakan rapat pada 4 Agustus 2018 dan menetapkan agenda kegiatan. Pada
8 Agustus 2018 membahas pemetaan ruang lingkup materi untuk satuan pendidikan
SD, SMP dan SMA sederajat, sehingga menghasilkan perbandingan yang signifikan
antara kurikulum muatan lokal Budaya Melayu Riau sebelumnya, yakni Kurikulum
KTSP Mulok, dengan kurikulum BMR yang sedang digagas. Tim meminimalisir
perbedaan substantif kurikulum kabupaten/kota. Tim kemudian melaksanakan
pelatihan dan penyusunan Kurikulum Mulok yakni tanggal 10 dan dilanjutkan secara
intensif pada 17, 18 dan 19 Agustus 2018. Merancang SKL, ruang lingkup materi dan
menentukan KI dan KD.
Kurikulum 2013 Muatan Lokal Budaya Melayu Riau 2019 dianalisis dan identifikasi
terhadap usulan satuan pendidikan dan perumusan kompetensi dasar. Penentuan
tingkat satuan pendidikan sesuai untuk setiap kompetensi dasar.
v
Kurikulum kabupaten/kota, tim pengembang Kurikulum di satuan pendidikan dan
dapat melibatkan nara sumber serta pihak lain yang terkait dan dilaksanakan secara
bertahap.
Muatan lokal Budaya Melayu Riau ini dikembangkan atas prinsip: kesesuaian
dengan perkembangan peserta didik; keutuhan kompetensi; fleksibilitas jenis, bentuk
dan pengaturan waktu penyelenggaraan; dan kebermanfaatan untuk kepentingan
nasional dan menghadapi tantangan global.
vi
STRUKTUR KURIKULUM
KURIKULUM
MUATAN LOKAL
BUDAYA MELAYU RIAU
1. Latar Belakang
Kurikulum 2013 Muatan Lokal Budaya Melayu Riau 2019 ini dihadirkan mengacu
kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013. Dijelaskan pada pasal 2 bahwa
ayat 1 dan 2 bahwa muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata pelajaran pada
satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan
keunikan lokal untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan
dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Tujuan diajarkan muatan lokal ini untuk
membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk: mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya dan spiritual di
daerahnya; dan melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah
yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan
nasional. Penyelenggaraan pendidikan muatan lokal ini berbasis keunggulan lokal
yang bertujuan untuk mengakomodasi peserta didik dalam upaya mengembangkan
potensi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat daerah.
Perda tersebut juga menjelaskan bahwa (1) Satuan pendidikan formal dan nonformal
wajib mengajarkan Mata Pelajaran Muatan Lokal Budaya Melayu Riau. (2) Kurikulum
Muatan Lokal Budaya Melayu Riau disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
bekerjasama dengan Lembaga Adat Melayu Riau. (3) Buku ajar dan buku pengayaan
mata pelajaran Muatan Lokal Budaya Melayu Riau yang digunakan di sekolah wajib
memperoleh pengesahan dari Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Lembaga
Adat Melayu Riau. (4) Pembelajaran Muatan Lokal Budaya Melayu Riau diarahkan
Kurikulum Mulok ini sudah menerima masukan yang dihimpun oleh Lembaga Adat
Melayu Riau dari berbagai pertemuan dan diskusi terpumpun (fokus group discussion)
antara lain dari Dewan Pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Provinsi Riau dan para praktisi, para akademisi, seniman dan budayawan di Riau.
LAM Riau juga sudah mengundang Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan pada 7 Februari 2019 untuk mereview Kurikulum 2013
Mulok ini.
Kurikulum 2013 Muatan lokal Budaya Melayu Riau 2019 ini dikembangkan atas
prinsip: kesesuaian dengan perkembangan peserta didik; keutuhan kompetensi;
fleksibilitas jenis, bentuk dan pengaturan waktu penyelenggaraan; dan kebermanfaatan
untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global. Muatan lokal Budaya
Melayu Riau terdiri atas nilai-nilai asas jatidiri, alam dan kearifan ekologis Melayu,
bahasa (lisan dan tulisan) dan kesantunan, adat dan adab Melayu, sejarah Melayu,
pakaian, kesenian Melayu, makanan, permainan rakyat, perubatan Melayu, teknologi
Orang Melayu, ekonomi dan mata pencarian Melayu dan pemimpin dalam Budaya
Melayu.
a. Memiliki perilaku yang mencerminkan ketaatan kepada ibu dan bapak, taat
setia kepada pemimpin, kebersamaan, persebatian, gotong royong dan tenggang
rasa, keadilan kebenaran, ikhlas dan rela berkorban, kerja keras, rajin dan tekun,
percaya diri dan mandiri, budiman, bertanggungjawab, tahu malu, kasih sayang
dengan sesama, tahu hak milik, musyawarah dan mufakat, keberanian, kejujuran,
hemat dan cermat, rendah hati, baik sangka, menang-kalah, tahu diri, keterbukaan,
pemaaf, pemurah, dermawan, amanah, menghargai dan pemanfaatan waktu,
berpandangan jauh ke depan dan hidup sederhana.
c. Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif, mengolah,
menalar, menyaji, dalam ranah kongkret dan abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
9. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian dan berpartisipasi untuk membangun
kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism).
B. Landasan Teoretis
Kurikulum 2013 Muatan Lokal Budaya Melayu Riau dikembangkan atas teori
“pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education) dan teori kurikulum
berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara
yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan dan bertindak.
Kurikulum 2013 Muatan Lokal Budaya Melayu Riau menganut: (1) pembelajaran
yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan
berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas dan masyarakat; dan (2) pengalaman
belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
C. Landasan Yuridis
7. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 36 Tahun 2001 tentang Visi Riau 2020.
11. Peraturan Gubernur Riau Nomor 46 Tahun 2018 Tentang Penerapan Muatan
Budaya Melayu Riau di Ruang Umum.
12. Surat Edaran dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau No 800/
DPK/1.2/2016/380 Tahun 2016.
MUATAN LOKAL
BUDAYA MELAYU RIAU
Kelas I
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau
ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima dan menjalankan
ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan negara”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Kelas II
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau
ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima dan menjalankan
ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan negara”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
Kelas III
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau
ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima dan menjalankan
ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan negara”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Kelas IV
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau
ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima dan menjalankan
ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan negara”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
Kelas VI
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau
ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima dan menjalankan
ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan negara”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut:
7 Kesenian Nyanyian Mewarnai Alat Musik Tari Zapin Pencak Silat Seni
Melayu Riau Anak-anak Gambar Tradisional Pertunjukan
Melayu Alam Riau Melayu Tradisional
Melayu Riau
Kelas I
Kelas II
Kelas III
3.4. Menyebutkan alat Alat Musik Tradisional 1. Mengamati alat musik tradisional
musik tradisional Melayu sebagai wujud Melayu sebagai wujud menghargai
Melayu menghargai dan dan memanfaatkan warisan budaya
memanfaatkan warisan
4.4. Menyesuaikan alat 2. Menyebutkan alat musik tradisional
budaya
musik tradisional Melayu
Melayu dengan 3. Menuliskan nama alat musik
gambar tradisional Melayu
4. Menyesuaikan nama alat musik
tradisional Melayu dengan gambar
Kelas IV
3.4. Mengidentifikasi Situs dan Tokoh 1. Membaca teks sejarah Melayu Riau
sejarah Melayu pra- Sejarah Melayu Riau pra-Islam
Islam di Riau (situs pra-Islam sebagai
dan tokoh) wujud menghargai 2. Mengidentifikasi situs dan tokoh
warisan budaya dalam teks sejarah Melayu pra-
4.4. Menanggapi hasil Islam sebagai wujud menghargai
identifikasi situs dan warisan budaya
tokoh sejarah Melayu
pra-Islam di Riau 3. Memberikan tanggapan lisan dan/
atau tulisan tentang situs dan tokoh
sejarah Melayu pra-Islam
Kelas V
3.4. Mengidentifikasi Situs dan Tokoh 1. Membaca teks sejarah Melayu Islam
sejarah Melayu Islam Sejarah Melayu Islam di Riau
di Riau di Riau sebagai wujud
2. Mengidentifikasi situs dan tokoh
menghargai dan
4.4. Menyajikan hasil dalam teks sejarah Melayu Islam di
memanfaatkan warisan
identifikasi situs dan budaya Riau sebagai wujud menghargai dan
tokoh sejarah Melayu memanfaatkan warisan budaya
Islam di Riau 3. Memberikan tanggapan lisan dan/
atau tulisan tentang situs dan tokoh
sejarah Melayu Islam di Riau
3.4. Mengidentifikasi Situs dan Tokoh 1. Membaca teks sejarah Melayu Riau
sejarah Melayu era Pejuang Melayu Riau di era kolonial
kolonial di Riau Era Kolonial 2. Mengidentifikasi situs dan tokoh-
sebagai wujud tokoh pejuang Melayu Riau era
4.4 . Menyajikan hasil menghargai dan kolonial sebagai wujud menghargai
identifikasi situs dan memanfaatkan warisan dan memanfaatkan warisan budaya
tokoh-tokoh pejuang budaya
Melayu Riau era 3. Memberikan tanggapan lisan dan/
kolonial atau tulisan tentang situs dan
perjuangan tokoh-tokoh sejarah
Melayu Riau era kolonial