Mata Merah Visus Turun
Mata Merah Visus Turun
Oleh:
Temmy/11.2015.314
Pembimbing:
Keluhan mata merah merupakan keluhan yang sering ditemui yang timbul
akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi
merah. Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat
melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia
konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun
berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.1 Mata
terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan mata akut, misalnya pada keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan
melebar pada iritis dan glaucoma akut kongestif, pembuluh darah arteri perikornea
yang letak lebih dalam akan melebar. Sedangkan pada konjungtivitis pembuluh darah
superfisial yang melebar, maka bila diberi epinefrin topikal akan terjadi vasokonstriksi
sehingga mata akan kembali putih.1
Anatomi Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri dari lima lapis yaitu epitel, membran Bowman, stroma,
membran Descement dan endotel.1
Epitel tebalnya 550 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosome dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.1
Membran Bowman terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal
dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi. 1
Stroma menyusun 90% ketebalan kornea. Terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat
kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel
stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen
stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma. 1
Membran Descement merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane
basalnya. Membran descement bersifat sangat elastic dan berkembang
terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm. 1
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40 µm. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden.1
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke
dalam stroma kornea, menembus membrane Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa
ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. 1 Trauma atau
penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu
sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai
daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup
bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar, masuk kornea.1
Anatomi Uvea
Uvea terdiri atas iris, badan silier dan koroid yang secara anatomis tak terpisah-
pisah, namun untuk kepentingan klinis dipisahkan satu sama lain. Uvea merupakan
lembaran yang tersusun oleh pembuluh-pembuluh darah, serabut saraf, jaringan ikat,
otot dan bagian depannya (iris) berlubang yang disebut pupil.2
Iris
Iris berbentuk membran datar dan merupakan kelanjutan ke depan dari
badan silier. Iris berarti pelangi dan disebut demikian karena warna iris
berbeda-beda sesuai etnik (ras) manusia. Warna iris menentukan warna mata.
Iris terlihat sklerotik dan epitel kapilernya tidak berjendela (unfenestrated).
Apabila iris dipotong, tidak akan ada darah yang keluar dan juga tidak bisa
menyembuh.2 Di tengah iris terdapat pupil yang penting untuk mengatur jumlah
sinar yang masuk ke dalam mata. Secara normal, tepi pupil bersentuhan dengan
lensa, namun tak melekat dengan lensa. Pada iris terdapat dua macam otot yang
mengatur besarnya pupil, yaitu musculus dilatator pupillae (yang melebarkan
pupil) dan musculus sphincter pupillae (yang mengecilkan pupil).2 Garis tengah
pupil normal berkisar antara 3-4 mm. Secara normal pupil menyempit pada
cahaya terang dan melebar pada suasana redup atau gelap. Penyempitan pupil
juga dipengaruhi oleh impuls saraf, misalnya pada keadaan tidur pupil akan
mengecil karena turunnya tonus simpatis. Dalam pengaturan fokus, pupil akan
menyempit saat kita melihat dekat dan melebar saat melihat jauh.2
Badan Silier
Badan silier merupakan bagian uvea yang terletak di antara iris dan
koroid. Batas belakangnya adalah ora serrata. Badan silier banyak
mengandung pembuluh kapiler dan vena dan badan silier-lah yang
menghasilkan cairan aquous.2
Koroid
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luas dan terletak antara
retina dan sklera, terdiri atas anyaman pembuluh darah. Lapisan koroid dari luar
ke dalam berturut-turut adalah suprakoroid, pembuluh darah koriokapiler, dan
membran Bruch. Karena koroid banyak mengandung pembuluh darah dan
retina itu jernih, maka koroid dapat dilihat dengan oftalmoskop dan tampak
berwarna merah. Refleks fundus merah cemerlang berasal dari warna koroid.2
Anatomi Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya.1 Retina melapisi dua pertiga dinding bagian dalam
bola mata. Retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Lapisannya transparan,
dan tebalnya kira-kira 1mm, dan metabolisme oksigennya sangat tinggi.2 Lapisan epitel
pigmen retina merupakan lapisan paling luar, terdiri dari satu lapis dan lebih melekat
erat pada koroid dibandingkan pada retina di sebelah dalamnya. Epitelnya berbentuk
kuboid dan mengandung pigmen melanin. Epitel pigmen retina berfungsi sebagai
sawar luar darah retina. Apabila terjadi infeksi, epitel pigmen retina berfugnsi sebagai
sawar agar kuman tidak menginfeksi bagian dalam bola mata. Epitel pigmen retina
melekat di membran basal yang dikenal juga sebagai membran Bruch.2
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina dan terdiri atas
lapisan:
Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
Membran limitan eksterna yang merupakan membran maya.
Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel
Muller. Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular. Merupakan tempat sinapsis
sel bipolar, sel amakrin dan sel ganglion.
Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.1
Warna retina biasanya jinggam kadang pucat pada anemia dan iskemia, merah pada
hiperemia. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri
retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada
retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari
koroid.1
Keratitis
Keratitis Pungtata
Keratitis Bakterial
Keratitis Virus
Keratitis Adenovirus
Keratitis Jamur
Keratitis Acanthamoeba
Keratitis Pajanan
Keratitis pajanan dapat timbul pada situasi apapun dengan kornea yang
tidak cukup dibasahi dan dilindungi oleh palpebra.3 Contohnya antara lain
eksoftalmos, ektropion, lagoftalmos, hilangnya sebagian palpebra akibat
trauma, dan ketidakmampuan palpebra menutup dengan baik seperti pada
Bell’s palsy.1,3,4 Dua faktor penyebabnya adalah pengeringan kornea dan
pajanan terhadap trauma minor. Kornea yang terbuka mudah mongering selama
waktu tidur. Ulkus yang mungkin timbul, umumnya terjadi setelah trauma
minor dan di sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis ini bersifat steril tetapi
bisa mengalami infeksi sekunder.3 Pengobatan dengan mengatasi kausa dan
pemberian air mata buatan. Watch glass bandage juga dapat diberikan untuk
menciptakan ruang kedap udara dan mencegah pengeringan mata.4
Keratitis Neuroparalitik
Glaukoma Akut
Pada glaukoma primer sudut tertutup akut terdapat anamnesa yang khas sekali
berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan
hilang setelah tidur sebentar. Melihat pelangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini
merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut.1
Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda kongestif (peradangan) dengan kelopak
mata bengkak, mata merah, pupil melebar akibat tekanan bola mata sangat tinggi,
kornea suram dan edema, kamera anterior dangkal. Pada kasus pernah mengalami
serangan akut sebelumnya dapat dijumpai kekeruhan pada lensa yang berupa bercak-
bercak putih abu-abu terletak di subkapsular anterior yang disebut glaukom-flecken.1,2
Uveitis
Traktus uvealis terdiri atas koroid, korpus siliaris, dan iris. Traktus uvealis
anterior paling baik diperiksa dengan slitlamp tetapi inspeksi kasar juga dapat
dilakukan dengan sebuah senter dan kaca pembesar. Pemeriksaan uvea posterior paling
baik menggunakan slitlamp disertai lensa indirek atau dengan oftalmoskop direk atau
indirek.3 Secara anatomis, uveitis dibedakan atas uveitis anterior, intermedia, posterior
dan panuveitis. Uveitis anterior disebut juga iritis jika inflamasi mengenai bagian iris
dan iridosiklitis jika inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan silier.2 Uveitis
intermedia jika peradangan mengenai bagian posterior badan silier dan bagian perifer
retina. Uveitis posterior jika peradangan mengenai uvea di belakang vitreous.
Panuveitis merupakan uveitis anterior, intermedia, dan posterior yang terjadi
bersamaan.2 Secara klinis, uveitis dibedakan menjadi akut dan kronis. Akut bila awitan
gejala timbul tiba-tiba dan berlangsung 6 minggu atau kurang, sedang kronik apabila
perjalanan penyakit terjadi dalam hitungan bulan atau tahun. Secara patologis, uveitis
dibedakan berdasarkan reaksi jaringan menjadi uveitis granulomatosa dan uveitis non-
granulomatosa. Uveitis granulomatosa menunjukkan reaksi sel yang dominan berupa
sebukan limfosit dan makrofag, namun reaksi vaskular minimal tanpa rasa nyeri, tanpa
hyperemia, maupun lakrimasi. Uveitis non-granulomatosa menunjukkan reaksi
vaskular yang dominan dengan nyeri, injeksi silier, hyperemia, dan lakrimasi akibat
banyaknya sitokin yang keluar serta fotofobia. Akibat permeabilitas pembuluh darah
naik maka terjadi transudasi ke bilik mata depan sehingga penderita merasa
penglihatannya kabur.2
Uveitis Anterior
Uveitis Intermedia
Juga disebut siklitis, uveitis perifer atau pars planitis, adalah jenis
peradangan intraokular terbanyak kedua.3 Tanda uveitis intermedia yang
terpenting yaitu adanya peradangan vitreus. Uveitis intermedia khasnya
bilateral dan cenderung mengenai pasien pada masa remaja akhir atau dewasa
muda. Pria lebih banyak terkena dibandingkan wanita. Gejala-gejala khas
meliputi floaters (benda apung) dan penglihatan kabur.2,3 Nyeri, fotofobia dan
mata merah biasanya tidak ada atau hanyalah sedikit. Temuan pemeriksaan
yang paling menyolok adalah vitritis, seringkali disertai dengan kondensat
vitreus yang melayang bebas seperti bola salju (snowballs) atau meliputi pars
plana dan korpus siliar seperti gundukan salju (snowbanking).3 Penyebab
uveitis intermedia tidak diketahui pada sebagian besar pasien, tetapi sarcoidosis
dan sklerosis multipel berperan pada 10-20% kasus. Komplikasi tersering
uveitis intermedia yang tersering meliputi edema macula kistoid, vasculitis
retina, dan neovaskularisasi pada diskus optikus.3
Uveitis Posterior
Endoftalmitis
Panoftalmitis
Kesimpulan
Keluhan mata merah merupakan keluhan yang sering ditemui yang timbul
akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi
merah. Penglihatan akan menurun bila terdapat suatu proses yang mengakibatkan
media penglihatan terganggu. Media penglihatan tersebut kornea, cairan mata, lensa
mata dan badan kaca. Keluhan mata merah dapat terjadi bila terjadi pelebaran
pembuluh darah akibat adanya peradangan akut misalnya pada keratitis. Mata merah
dengan visus turun dapat disebabkan oleh keratitis, ulkus (tukak) kornea, glaukoma
akut, uveitis, endoftalmitis, dan panoftalmitis.
Daftar Pustaka
1. Ilyas S, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI;2013. Hal 5-6, 10-1, 152-85.
2. Suharjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Edisi ke-2. Yogyakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Mata FK UGM; 2012. Hal 5-6, 45-50, 58-60, 111-21.
3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury oftalmologi umum. Edisi 17. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. Hal 125-39, 150-3, 212-23.
4. Lang GK. Ophthalmology. New York: Thieme; 2000. Hal 132-41.
5. Ilyas S. Penuntun ilmu penyakit mata. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2008. Hal
85-101.
6. Langston DP. Manual of ocular diagnosis and therapy. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins; 2008. Hal 86-90.