Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 4

Kalimat dan Kalimat Efektif

1. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang terangkai
untuk mengungkapkan suatu pemikiran yang utuh seperti gagasan, perasaan maupun
pemikiran. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan titik (.), tanda tanya (?), maupun tanda seru (!). Kalimat umumnya berupa
kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (P).

A. Subjek dan Predikat

Subjek dalam Bahasa Indonesia biasanya terletak di muka predikat. Subjek


dapat berwujud nomina, tetapi pada keadaan tertentu kategori atau jenis kata lain juga
dapat menduduki fungsi subjek.

Contoh subjek yang diduduki oleh kategori nomina (kata benda),

1. Perekonomian Indonesia menghadapi masalah yang sangat mengkhawatirkan.

2. Harga beras naik akhir-akhir tahun ini.

Contoh subjek yang bukan nomina terlihat pada kalimat

3. Mengarang bukan pekerjaan rumah.

4. Hijau merupakan warna favoritnya.

Bagian predikat dalam bahasa Indonesia dapat berwujud verba, adjektiva, preposisi.

B. Objek, pelengkap, dan keterangan

Bagian objek dan pelengkap dalam suatu kalimat memiliki kemiripan. Kemiripan itu di
antaranya dapat dilihat dari posisinya yang sama, yakni berada di belakang predikat yang
berjenis verba.

5. Dia menjual nasi

6. Dia berjualan nasi


Kelompok 4

Dari contoh di atas Nampak bahwa nasi adalah nomina yang berada di belakang verba. Akan
tetapi, pada kalimat 5 nasi merupakan objek, sedangkan pada kalimat 6 dinamakan
pelengkap.

OBJEK PELENGKAP
1. Berjenis kata benda, baik berupa kata 1. Berjenis kata benda, kata kerja, atau
maupun kelompok kata kata sifat (berwujud kata atau
kelompok kata)
2. Dapat menjadi subjek dalam kalimat
pasif 2. Tidak dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif
3. Berada langsung di belakang predikat
3. Berada langsung di belakang predikat
4. Dapat diganti dengan –nya
jika tidak ada objek.

4. Jika ada objek, pelengkap diletakkan


setelahnya

Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang maisng masing unsurnya masih
mempertahankan makna dasarnya (bedakan dengan pengertian kata majemuk dan klausa).
Gabungan kata yang disebut frasa di dalamnya tidak terdapat unsur objek dan predikat
sekaligus.

Contoh frasa

 Rumah besar

 Sangat sederhana

 Tidak akan pergi

Sebaliknya, bentuk seperti :

 Aku lulus

 Ayah pengajar

Bukan frasa karena dalam dua bentuk tersebut terdapat subjek sekaligus predikat (ciri klausa)
Kelompok 4

Jenis Frasa

1. Frasa nominal, yaitu frasa yang intinya kata benda, misalnya baju baru

2. Frasa verbal, yaitu frasa yang intinya kata kerja, misalnya sudah datang

3. Frasa adjektiva, yaitu frasa yang intinya kata sifat, misalnya amat terang

4. Frasa adverbial, yaitu frasa yang terdiri atas kata keterangan, misalnya amat sangat

5. Frasa preposisional, yaitu frasa yang didahului kata depan, misalnya di Bandung

Menurut tipe struktur intinya, frasa dibagi menjadi

1. Frasa endosentris, yaitu frasa yang memiliki unsur inti.

 Siswa rajin itu lulus

Dapat disederhanakan menjadi

 Siswa lulus

Frasa endosentris dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu

a. Frasa endosentris atributif (subordinatif), yaitu frasa yang di dalamnya terdapat unsur
inti dan pendamping atau atribut inti.

Misalnya,

Rumah tua (rumah = inti, tua= atribut)

Akan pergi (akan = atribut, pergi = inti)

b. Frasa endosentris koordinatif, frasa yang seluruh unsurnya merupakan inti dan
memiliki kedudukan yang sama (setara).

Ibu bapak (ibu atau bapak)

Makan minum (makan dan minum)

2. Frasa eksosentris, yaitu frasa yang tidak memiliki unsur inti. Setiap unsur dalam frasa
ini biasanya tidak dapat menggantikan bentuknya, misalnya frasa dari Jakarta. Bukti
bahwa kelompok kata dari Jakarta tidak dapat mewakili bentuk yang ada dapat kita
lihat pada contoh berikut.
Kelompok 4

a. Sahabatnya baru datang dari Jakarta

Tidak dapat disederhanakn menjadi

1.a Sahabatnya baru datang dari,

1.b Sahabatnya baru datang Jakarta

Kalimat Inti dan Kalimat Transformasi

Kalimat ini merupakan kalimat sededrhana yang tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, sedangkan pola kalimatnya merupakan pola dasar struktur
bahasa. Ciri-ciri kalimat inti adalah:

1. Hanya terdiri atas dua kata

2. Selalu berpola S-P

3. Menggunakan intonasi akhir netral.

Contoh:

Deretan gunung dalam kelompok Pegunungan Jayawijaya di Wamena dengan hutan


menghijau di sekitarnya

Subjek

memang memunculkan pemandangan yang amat cantik.

Predikat Objek

Kalimat di atas merupakan perluasan dari kalimat inti

(A) Deretan gunung memunculkan pemandangan amat cantik.

(B) Deretan gunung menghijau amat cantik.

(C) Hutan menghijau memunculkan pemandangan.

(D) Deretan gunung dalam kelompok Jayawijaya amat cantik.


Kelompok 4

(E) Pegunungan Jayawijaya menghijau memunculkan pemandangan.

Jawaban: Deretan gunung memuncukan pemandangan amat cantik.

Kalimat transformasi merupakan kalimat yang terbentik karena adanya perubahan ciri
kalimat inti. Jadi, kalimat transformasi adalah kalimat inti yang telah mengalami perubahan
atas tiga ciri di atas.

Ragam Kalimat

Jenis kalimat

1. Jenis kata yang menduduki jabatan predikat.

(1) Kalimat nominal, yaitu kalimat yang predikatnya bukan verba.

Misalnya: Ayahnya seorang dokter.

(2) Kalimat verbal, yaitu kalimat yang predikatnya verba (kata kerja).

Misalnya: Kakak belajar.

2. Posisi subjek dan predikat:

(1) Kalimat normal, yaitu kalimat yang urutannya diawali dengan S lalu diikuti P.

Misalnya: Harian itu memberitakan perdamaian yang penuh resiko.

(2) Kalimat inversi atau susun balik, yaitu kalimat yang predikatnya mendahululi
bagian subjek.

Misalnya: Bersemangatlah ia ketika mendengar kabar itu.

3. Banyaknya unsur pusat atau inti:

(1) Kalimat mayor, yaitu kalimat yang sekurang-kurangnya mempunyai dua unsur
pusat atau inti. Kalimat ini sering disebut kalimat sempurna atau kalimat
lengkap.
Kelompok 4

Misalnya: a. Paman pelaut.

b. Ayah bekerja di kantor.

(2) Kalimat minor, yaitu kalimat yang hanya mengandung satu unsur pusat atau inti.

Misalnya: a. Baru datang. (predikat saja)

b.Mereka. (subjek saja)

4. Ada tidaknya subjek dan predikat:

(1) Kalimat elips, yaitu kalimat yang kehilangan S atau P-nya. Kalimat ini juga
disebut kalimat tak sempurna.

Misalnya: Diam! (predikat saja, tanpa subjek)

(2) Kalimat sempurna, yaitu kalimat yang sekurang-kurangya terdiri atas S dan P
dan mengandung pengertian yang lengkap.

Misalnya: Siswa NF rajin mengumpulkan problem set.

Bahasa Baku dan Kalimat Baku

A. Kaitan Antara Bahasa Baku dan Kalimat Baku

Bahasa baku merupakan ragam bahasa yagn dijadikan pokok atau standar. Ragam
bahasa baku lazim dipakai dalam

1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat dinas, perundang-


undangan, penamaan, peristilahan resmi, dan sebagainya.

2. Wacana teknis, seperti dalam laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran, dan
sebagainya.

3. Pembicaraan resmi, seperti ceramah, kuliah, khotbah, dan sebagainya.

Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi. Dalam
perwujudannya, bahasa baku dikaitkan dengan adanya pemakainan kalimat baku.
Kelompok 4

B. Syarat-syarat Kalimat Baku

1. Menggunakan kata-kata baku, dengan ciri-ciri diantaranya

(1) Tidak terpengaruh bahasa daerah

(2) Bukan merupakan bahasa pasar

(3) Tidak pleonasme, tidak rancu, dan tidak hiperkorek.

2. Menggunakan struktur baku, yang mencangkup kesesuaian dengan kaidah:

(1) Tata kata (Morfologi)

(2) Tata kalimat ( EYD)

3. Mengunakan ejaan baku (EYD atau PUEBI)

4. Dalam ragam lisan, menggunakan lafal baku (lafal yang tidak terpengaruh logat
kedaerahan atau logat asing).

C. Kata baku-tidak baku dan kata serapan

Kata baku ialah kata-kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Acuan yang dapat digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pedoman
EYD/PUEBI, Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Pembakuan kata-kata juga berlaku untuk istilah dan kata serapan atau berasal dari bahasa
asing, bunyi dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kelompok 4

No Kata Baku Kata Tidak Baku Keterangan


1 Mencolok Menyolok -

2 Stres Stress Serapan

3 Nasihat Nasehat -

4 Menyontek Mencontek -

5 Apotek Apotik Serapan

6 Tradisional Tradisionil Serapan

7 Terampil Trampil -

8 Hierarki Hirarki Serapan

9 Ekstrem Ekstrim Serapan

10 Telinga Kuping -

2. Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang
menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia
menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).

A. Syarat Kalimat Efektif

1. Sesuai EYD

Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat.
Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak
tepat ejaannya.
Kelompok 4

2. Sistematis

Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna
mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang
tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.

3. Tidak Boros dan Bertele-tele

Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata
dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas
agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.

4. Tidak Ambigu

Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian
sehingga tidak ada kesan ambigu.

B. Ciri ciri kalimat efektif:

1) Kesepadanan Struktur

Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.

a. Fungsi unsur subjek dan predikat kalimat jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat
menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:
 Bagi semua mahasiswa Universitas Bakrie harus membayar uang kuliah.

kalimat di atas tidak efektif karena kalimat pertama tidak memiliki kesepadanan
karena fungsi subjek tidak jelas. Kalimat di atas tidak menampilkan apa atau siapa yang harus
Kelompok 4

membayar uang kuliah. Ketidakjelasan subjek disebabkan penggunaan kata depan bagi.
Selanjutnya,

b. Tidak terdapat subjek ganda


Contoh:
 Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
 Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki dengan cara berikut.

 Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.


 Saat itu bagi saya kurang jelas

c. Kata penghubung digunakan secara tepat


Contoh:
 Kami datang terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti perkuliahan

Perbaikan kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengubah kalimat
menjadi kalimat majemuk dengan menggunakan penghubung (konjungtor) sehingga dan
kedua mengganti ungkapan penghubung intrakalimat (sehingga) menjadi ungkapan
penghubung antarkalimat (oleh karena itu), seperti pada kalimat a) dan b) berikut.

a) Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti perkuliahan.
b) Kami datang terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti perkuliahan.
c) Kata pewatas yang, kata keterangan aspek dan modalitas digunakan secara tepat.

Contoh:

 Mahasiswa Universitas Bakrie yang berasal dari Jakarta.

Kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menghilangkan pewatas yang karena antara
subjek dan predikat tidak boleh disisipi dengan kata lain. Perbaikannya adalah sebagai
berikut.

 Mahasiswa Universitas Bakrie berasal dari Jakarta.

2) Kepararelan Bentuk
Kesejajaran bentuk berarti pengungkapan pikiran/gagasan yang sama fungsinya ke
dalam suatu bentuk atau struktur yang sama pula. Bila salah satu gagasan dinyatakan dalam
bentuk kata benda, gagasan lain yang memiliki fungsi yang sama dinyatakan dalam bentuk
Kelompok 4

kata benda pula. Bentuk-bentuk kata yang sejajar dalam sebuah kalimat memperlihatkan
gagasan yang sejajar pula. Kesejajaran antara gagasan dan bentuk bahasa yang dipakai dapat
mempermudah pembaca untuk memahami makna kalimat.

Contoh:

1) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan menyusun rancangan.
2) Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan menyerahkan hasil
penelitian.

Pada kalimat 1) terdapat tiga unsur yang sama fungsinya, yaitu mengumpulkan informasi,
pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut tidak
dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang sejajar. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut tidak
dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang sejajar. Pada kalimat 2), unsur penyusunan laporan
dan menyerahkan hasil penelitian juga tidak memperlihatkan kesejajaran bentuk. Dengan
demikian, kalimat 1) dan 2) di atas tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan. Supaya
memperlihatkan kesejajaran, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti kalimat
berikut.

 Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, mencari


bahan bacaan, dan menyusun rancangan.Atau
 Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pengumpulan informasi, pencarian
bahan bacaan, dan penyusunan rancangan.
 Tahap akhir penelitian ini adalah menyusun laporan dan menyerahkan hasil
penelitian.
 Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan penyerahan hasil
penelitian.

3) Kehematan Kata

Kehematan dalam mempergunakan kata

Kehematan Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
Kelompok 4

berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat (Malik,
2011).

Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan.
Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk


Contoh:
Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren. (Efektif)

2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat


Contoh:
Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah buku. (Efektif)

3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak


Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Efektif)

4) Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga
tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.

Contoh:
Guru baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)

5) Ketegasan
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya
menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat
efektif.
Kelompok 4

1. Meletakan kata kunci di awal kalimat


Contoh:
Sudah saya baca buku itu. (Tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca. (Efektif)

2. Mengurutkan kata secara bertahap.


Contoh:
Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)

6) Kepaduan
Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan
tidak terpecah-pecah.

Contoh:
Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya. (Efekti)

7). Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai
dengan kaidah EYD.

Contoh:
Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)

8). Kesesjajaran

Arti kesejajaran dalam kalimat ini adalah kesamaan bentuk dan jenis kata yang digunakan.
Misalnya, bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk bentuk selanjutnya juga harus
berbentuk kata kerja. Begitu pula seterusnya untuk jenis kata lain.
Kelompok 4

Misalnya :
1. Mencegah lebih baik daripada pengobatan
2. Agenda rapat esok adalah pembahasan rencana ke depan dan meniai hasil yang
dicapai.
Seharusnya :
1. Mencegah lebih baik daripada mengobati
2. Agenda rapat esok adalah pembahasan rencana ke depan dan penilaian hasil yang
dicapai

Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam
pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan
dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.
Contoh

 Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah.

 Dia memakai baju merah.

 Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.

 Tugas itu bagi saya sangat mudah.

 Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari


2015.

 Saya sedang membuat nasi goreng.

 Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai