1. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang terangkai
untuk mengungkapkan suatu pemikiran yang utuh seperti gagasan, perasaan maupun
pemikiran. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan titik (.), tanda tanya (?), maupun tanda seru (!). Kalimat umumnya berupa
kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (P).
Bagian predikat dalam bahasa Indonesia dapat berwujud verba, adjektiva, preposisi.
Bagian objek dan pelengkap dalam suatu kalimat memiliki kemiripan. Kemiripan itu di
antaranya dapat dilihat dari posisinya yang sama, yakni berada di belakang predikat yang
berjenis verba.
Dari contoh di atas Nampak bahwa nasi adalah nomina yang berada di belakang verba. Akan
tetapi, pada kalimat 5 nasi merupakan objek, sedangkan pada kalimat 6 dinamakan
pelengkap.
OBJEK PELENGKAP
1. Berjenis kata benda, baik berupa kata 1. Berjenis kata benda, kata kerja, atau
maupun kelompok kata kata sifat (berwujud kata atau
kelompok kata)
2. Dapat menjadi subjek dalam kalimat
pasif 2. Tidak dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif
3. Berada langsung di belakang predikat
3. Berada langsung di belakang predikat
4. Dapat diganti dengan –nya
jika tidak ada objek.
Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang maisng masing unsurnya masih
mempertahankan makna dasarnya (bedakan dengan pengertian kata majemuk dan klausa).
Gabungan kata yang disebut frasa di dalamnya tidak terdapat unsur objek dan predikat
sekaligus.
Contoh frasa
Rumah besar
Sangat sederhana
Aku lulus
Ayah pengajar
Bukan frasa karena dalam dua bentuk tersebut terdapat subjek sekaligus predikat (ciri klausa)
Kelompok 4
Jenis Frasa
1. Frasa nominal, yaitu frasa yang intinya kata benda, misalnya baju baru
2. Frasa verbal, yaitu frasa yang intinya kata kerja, misalnya sudah datang
3. Frasa adjektiva, yaitu frasa yang intinya kata sifat, misalnya amat terang
4. Frasa adverbial, yaitu frasa yang terdiri atas kata keterangan, misalnya amat sangat
5. Frasa preposisional, yaitu frasa yang didahului kata depan, misalnya di Bandung
Siswa lulus
a. Frasa endosentris atributif (subordinatif), yaitu frasa yang di dalamnya terdapat unsur
inti dan pendamping atau atribut inti.
Misalnya,
b. Frasa endosentris koordinatif, frasa yang seluruh unsurnya merupakan inti dan
memiliki kedudukan yang sama (setara).
2. Frasa eksosentris, yaitu frasa yang tidak memiliki unsur inti. Setiap unsur dalam frasa
ini biasanya tidak dapat menggantikan bentuknya, misalnya frasa dari Jakarta. Bukti
bahwa kelompok kata dari Jakarta tidak dapat mewakili bentuk yang ada dapat kita
lihat pada contoh berikut.
Kelompok 4
Kalimat ini merupakan kalimat sededrhana yang tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, sedangkan pola kalimatnya merupakan pola dasar struktur
bahasa. Ciri-ciri kalimat inti adalah:
Contoh:
Subjek
Predikat Objek
Kalimat transformasi merupakan kalimat yang terbentik karena adanya perubahan ciri
kalimat inti. Jadi, kalimat transformasi adalah kalimat inti yang telah mengalami perubahan
atas tiga ciri di atas.
Ragam Kalimat
Jenis kalimat
(2) Kalimat verbal, yaitu kalimat yang predikatnya verba (kata kerja).
(1) Kalimat normal, yaitu kalimat yang urutannya diawali dengan S lalu diikuti P.
(2) Kalimat inversi atau susun balik, yaitu kalimat yang predikatnya mendahululi
bagian subjek.
(1) Kalimat mayor, yaitu kalimat yang sekurang-kurangnya mempunyai dua unsur
pusat atau inti. Kalimat ini sering disebut kalimat sempurna atau kalimat
lengkap.
Kelompok 4
(2) Kalimat minor, yaitu kalimat yang hanya mengandung satu unsur pusat atau inti.
(1) Kalimat elips, yaitu kalimat yang kehilangan S atau P-nya. Kalimat ini juga
disebut kalimat tak sempurna.
(2) Kalimat sempurna, yaitu kalimat yang sekurang-kurangya terdiri atas S dan P
dan mengandung pengertian yang lengkap.
Bahasa baku merupakan ragam bahasa yagn dijadikan pokok atau standar. Ragam
bahasa baku lazim dipakai dalam
2. Wacana teknis, seperti dalam laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran, dan
sebagainya.
Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi. Dalam
perwujudannya, bahasa baku dikaitkan dengan adanya pemakainan kalimat baku.
Kelompok 4
4. Dalam ragam lisan, menggunakan lafal baku (lafal yang tidak terpengaruh logat
kedaerahan atau logat asing).
Kata baku ialah kata-kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Acuan yang dapat digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pedoman
EYD/PUEBI, Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Pembakuan kata-kata juga berlaku untuk istilah dan kata serapan atau berasal dari bahasa
asing, bunyi dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kelompok 4
3 Nasihat Nasehat -
4 Menyontek Mencontek -
7 Terampil Trampil -
10 Telinga Kuping -
2. Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang
menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia
menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).
1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat.
Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak
tepat ejaannya.
Kelompok 4
2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna
mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang
tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.
Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata
dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas
agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.
4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian
sehingga tidak ada kesan ambigu.
1) Kesepadanan Struktur
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
a. Fungsi unsur subjek dan predikat kalimat jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat
menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa Universitas Bakrie harus membayar uang kuliah.
kalimat di atas tidak efektif karena kalimat pertama tidak memiliki kesepadanan
karena fungsi subjek tidak jelas. Kalimat di atas tidak menampilkan apa atau siapa yang harus
Kelompok 4
membayar uang kuliah. Ketidakjelasan subjek disebabkan penggunaan kata depan bagi.
Selanjutnya,
Perbaikan kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengubah kalimat
menjadi kalimat majemuk dengan menggunakan penghubung (konjungtor) sehingga dan
kedua mengganti ungkapan penghubung intrakalimat (sehingga) menjadi ungkapan
penghubung antarkalimat (oleh karena itu), seperti pada kalimat a) dan b) berikut.
a) Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti perkuliahan.
b) Kami datang terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti perkuliahan.
c) Kata pewatas yang, kata keterangan aspek dan modalitas digunakan secara tepat.
Contoh:
Kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menghilangkan pewatas yang karena antara
subjek dan predikat tidak boleh disisipi dengan kata lain. Perbaikannya adalah sebagai
berikut.
2) Kepararelan Bentuk
Kesejajaran bentuk berarti pengungkapan pikiran/gagasan yang sama fungsinya ke
dalam suatu bentuk atau struktur yang sama pula. Bila salah satu gagasan dinyatakan dalam
bentuk kata benda, gagasan lain yang memiliki fungsi yang sama dinyatakan dalam bentuk
Kelompok 4
kata benda pula. Bentuk-bentuk kata yang sejajar dalam sebuah kalimat memperlihatkan
gagasan yang sejajar pula. Kesejajaran antara gagasan dan bentuk bahasa yang dipakai dapat
mempermudah pembaca untuk memahami makna kalimat.
Contoh:
1) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan menyusun rancangan.
2) Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan menyerahkan hasil
penelitian.
Pada kalimat 1) terdapat tiga unsur yang sama fungsinya, yaitu mengumpulkan informasi,
pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut tidak
dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang sejajar. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut tidak
dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang sejajar. Pada kalimat 2), unsur penyusunan laporan
dan menyerahkan hasil penelitian juga tidak memperlihatkan kesejajaran bentuk. Dengan
demikian, kalimat 1) dan 2) di atas tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan. Supaya
memperlihatkan kesejajaran, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti kalimat
berikut.
3) Kehematan Kata
Kehematan Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
Kelompok 4
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat (Malik,
2011).
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan.
Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:
4) Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga
tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.
Contoh:
Guru baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
5) Ketegasan
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya
menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat
efektif.
Kelompok 4
6) Kepaduan
Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan
tidak terpecah-pecah.
Contoh:
Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya. (Efekti)
7). Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai
dengan kaidah EYD.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)
8). Kesesjajaran
Arti kesejajaran dalam kalimat ini adalah kesamaan bentuk dan jenis kata yang digunakan.
Misalnya, bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk bentuk selanjutnya juga harus
berbentuk kata kerja. Begitu pula seterusnya untuk jenis kata lain.
Kelompok 4
Misalnya :
1. Mencegah lebih baik daripada pengobatan
2. Agenda rapat esok adalah pembahasan rencana ke depan dan meniai hasil yang
dicapai.
Seharusnya :
1. Mencegah lebih baik daripada mengobati
2. Agenda rapat esok adalah pembahasan rencana ke depan dan penilaian hasil yang
dicapai
Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam
pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan
dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.
Contoh
Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.