Swartz)
DALAM SABUN TRANSPARAN ANTI JAMUR
Oleh
FITRIATI
F34102083
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
FITRIATI. F34102083. Aplikasi Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz)
dalam Sabun Transparan Antijamur. Di bawah Bimbingan Tatit K. Bunasor dan
Hernani. 2007
RINGKASAN
2
Penilaian panelis terhadap transparansi/warna dan busa menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap sabun yang dihasilkan dengan konsentrasi ekstrak
lengkuas 1%, 2% dan 3%. Kesukaan panelis terhadap warna semakin menurun
dengan peningkatan konsentrasi yang ditambahkan. Respon panelis terhadap
tekstur, kesan kesat dan aroma tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
panelis memberikan penilaian yang sama terhadap parameter kesukaan tersebut.
3
FITRIATI. F34102083. The Application of Galangal Extract (Alpinia galanga L.
Swartz) in the Making Process of Antifungal Transparent Soap. Supervised by
Tatit K. Bunasor and Hernani. 2007
SUMMARY
4
APLIKASI EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L. Swartz)
DALAM SABUN TRANSPARAN ANTI JAMUR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Fitriati
F34102083
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
5
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Fitriati
F34102083
Disetujui,
Bogor, Februari 2007
6
SURAT PERNYATAAN
Fitriati
F34102083
7
RIWAYAT HIDUP
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat segala karunia dan
rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tugas akhir
ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Aplikasi Ekstrak Lengkuas
(Alpinia galanga L. Swartz) dalam Sabun Transparan Anti Jamur”.
Tugas akhir ini berisi tentang pemanfaatan lengkuas sebagai salah satu
komoditi pertanian kedalam produk berupa sabun transparan. Pada penelitian ini
ekstrak lengkuas yang diketahui mengandung zat aktif anti jamur diaplikasikan
kedalam produk sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari lengkuas itu
sendiri. Penelitian ini juga membahas tentang aktivitas anti jamur dari sabun
transparan, karakteristik sabun transparan dan penerimaan konsumen terhadap
sabun yang dihasilkan.
Pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan peran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih terutama kepada :
1. Kedua orang tua, kedua adikku tersayang serta seluruh keluarga yang
senantiasa memberikan motivasi, bantuan dan doa yang tak pernah terputus.
2. Ibu Dr. Tatit K. Bunasor, M.Sc selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa kuliah hingga
penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hernani, M.Sc selaku dosen pembimbing II, atas segala dorongan,
arahan dan bimbingan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Chilwan Pandji, Apt.MSc selaku dosen penguji yang telah
memberikan dorongan, arahan dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis
i
UCAPAN TERIMAKASIH
Selama pelaksanaan penelitian dan penyelesain tugas akhir ini tak terlepas
dari peran dan bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian yang
telah memberikan kesempatan melaksanakan penelitian di Balitbang
Pascapanen Pertanian.
2. Laboran, teknisi dan berbagai pihak di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian yang telah membantu selama
pelaksanaan penelitian.
3. PT. Adev Prima Mandiri yang telah membantu dan memberikan saran dalam
pelaksanaan penelitian.
4. Teman seperjuangan : Rini, Iffa, Ochi, Hari, Farikhin, Wahyudin, Sigit,
Mauliyah, Ika, Roza, Asty dan Ades.
5. Teman satu bimbingan : Oki dan Mia
6. Saudara-saudaraku : Harti, Fifi, Eva, Yoga, Santo dan Vico atas segala
kesempatan mengukir kebersamaan selama masa-masa indah.
7. Sahabat terbaikku, Galih Pije dan kedua adikku Farah dan Ikhsan atas doa,
motivasi, dorongan, dan kebersamaan selama ini.
8. Johan Wahyudi, atas doa, motivasi, segala kebaikan dan kasih sayang tak
terbatas yang telah diberikan.
9. Tinners 39 atas segala kebersamaan dan kenangan indah selama masa kuliah
hingga waktu yang takkan berakhir.
10. Himaloginers : 2003-2006
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
B. TUJUAN .............................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TANAMAN LENGKUAS (Alpinia galanga L. Swartz) ..................... 3
B. KOMPOSISI KIMIA RIMPANG LENGKUAS ................................. 5
C. JAMUR DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKANNYA ............... 7
D. EKSTRAKSI KOMPONEN BIOAKTIF ............................................ 9
E. SABUN TRANSPARAN .................................................................... 10
F. FORMULASI SABUN TRANSPARAN ............................................ 13
III. METODOLOGI
A. BAHAN DAN ALAT .......................................................................... 18
1. Bahan Baku .................................................................................... 18
2. Bahan Kimia .................................................................................. 18
3. Alat ................................................................................................. 18
B. METODE PENELITIAN ..................................................................... 19
1. Penelitian Pendahuluan .................................................................. 19
1.1. Pembuatan Bubuk Lengkuas ................................................. 19
1.2. Analisis Mutu Bahan Baku ................................................... 19
1.3. Ekstraksi ................................................................................ 20
1.4. Analisis Ekstrak Lengkuas .................................................... 20
1.5. Pembuatan Serbuk Lengkuas ................................................ 20
2. Penelitian Utama ............................................................................ 20
2.1. Pembuatan Sabun Transparan Anti jamur............................. 20
2.2. Pengujian Karakteristik Sabun Transparan ........................... 21
iii
2.3. Efektivitas Sabun Transparan Anti jamur Terhadap
Jamur Uji ............................................................................... 22
C. RANCANGAN PERCOBAAN ........................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENELITIAN PENDAHULUAN ....................................................... 23
1. Analisis Mutu Bahan Baku ............................................................ 23
2. Ekstraksi ......................................................................................... 26
3. Analisis Mutu Ekstrak Lengkuas ................................................... 28
B. PENELITIAN UTAMA ....................................................................... 30
1. Aplikasi Ekstrak Lengkuas dalam Pembuatan Sabun Transparan . 30
2. Karakteristik Sabun Transparan ..................................................... 32
3. Efektivitas Sabun Transparan Anti jamur terhadap Jamur Uji ...... 44
4. Uji Organoleptik ............................................................................ 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN .................................................................................... 57
B. SARAN ................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59
LAMPIRAN ..................................................................................................... 64
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis Asam Lemak Terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan.......... 14
Tabel 2. Persyaratan Simplisia Lengkuas ................................................... 19
Tabel 3. Formulasi Sabun Transparan Modifikasi Cognis (2003) .............. 21
Tabel 4. Syarat mutu sabun mandi (SNI 06-3532-1994) ............................ 21
Tabel 5. Hasil Analisis Mutu Bahan Baku .................................................. 24
Tabel 6. Hasil Analisis Ekstrak Lengkuas Kasar ........................................ 28
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rimpang lengkuas merah .............................................................. 4
Gambar 2. Jenis-jenis sabun padat .................................................................. 11
Gambar 3. Proses saponifikasi ........................................................................ 12
Gambar 4. Proses netralisasi asam lemak ....................................................... 12
Gambar 5. Bubuk lengkuas ............................................................................. 23
Gambar 6. Sabun transparan anti jamur dengan berbagai konsentrasi
ekstrak lengkuas ............................................................................ 32
Gambar 7. Hubungan antara konsentrasi ekstrak lengkuas dengan jumlah
asam lemak .................................................................................... 34
Gambar 8. Hubungan konsentrasi ekstrak lengkuas dengan kadar fraksi tak
tersabunkan ................................................................................... 36
Gambar 9. Hubungan konsentrasi ekstrak lengkuas dengan bagian tidak larut
dalam alkohol ................................................................................ 38
Gambar 10.Hubungan antara ekstrak lengkuas dengan pH ............................. 39
Gambar 11.Grafik daya hambat sabun transparan dengan ekstrak lengkuas
1% terhadap jamur uji ................................................................... 44
Gambar 12.Grafik daya hambat sabun transparan dengan ektrak lengkuas
2% terhadap jamur uji ................................................................... 45
Gambar 13.Grafik daya hambat sabun transparan dengan ektrak lengkuas
3% terhadap jamur uji ................................................................... 46
Gambar 14.Rumus bangun senyawa aktif anti jamur dalam lengkuas ............ 48
Gambar 15.Penilaian kesukaan panelis perhadap warna ................................. 51
Gambar 16.Penilaian kesukaan panelis terhadap tekstur ................................. 52
Gambar 17.Penilaian panelis terhadap busa .................................................... 53
Gambar 18.Penilaian kesukaan panelis terhadap kesan kesat .......................... 55
Gambar 19.Penilaian kesukaan panelis terhadap aroma .................................. 56
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Bubuk Lengkuas .............................. 64
Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Serbuk Lengkuas ............................. 65
Lampiran 3. Prosedur Analisis Mutu Bahan Baku ....................................... 66
Lampiran 4. Prosedur Analisis Mutu Ekstrak Lengkuas .............................. 68
Lampiran 5. Diagram Alir Pembuatan Sabun Transparan ............................ 69
Lampiran 6. Prosedur Analisis Karakteristik Sabun ..................................... 70
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Karakteristik Sabun ............. 73
Lampiran 8. Lembar Uji Kesukaan ............................................................... 74
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Mutu Bahan Baku ................ 76
Lampiran 10a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air sabun Transparan 76
Lampiran 10b.Hasil Analisis Ragam Kadar Air Sabun Transparan ................
Lampiran 11a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan ................................................................................ 76
Lampiran 11b. Hasil Analisis Ragam Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan ................................................................................ 76
Lampiran 11c Hasil Uji Lanjut Duncan Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan ................................................................................ 76
Lampiran 12a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Fraksi Tak Tersabunkan Sabun
Transparan ................................................................................ 77
Lampiran 12b.Hasil Analisis Ragam Fraksi Tak Tersabunkan Sabun
Transparan ................................................................................
Lampiran 12c. Hasil Uji Lanjut Duncan Fraksi Tak Tersabunkan
Sabun Transparan ..................................................................... 77
Lampiran 13a Rekapitulasi Data Hasil Analisis Bagian Tak Larut dalam
Alkohol Sabun Transparan ...................................................... 77
Lampiran 13b.Hasil Analisis Ragam Bagian Tak Larut dalam Alkohol
Sabun Transparan ..................................................................... 77
Lampiran 13c. Hasil Uji Lanjut Duncan Bagian Tak Larut dalam Alkohol
Sabun Transparan ..................................................................... 78
Lampiran 14a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Alkali Bebas Sabun
Transparan ................................................................................ 78
Lampiran 14b.Data Hasil Analisis Ragam Alkali Bebas Sabun Transparan ... 78
Lampiran 15. Data Hasil Analisis Minyak Mineral Sabun Transparan ......... 78
vii
Lampiran 16a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis pH Sabun Transparan .......... 78
Lampiran 16b.Hasil Analisis Ragam pH Sabun Transparan ........................... 78
Lampiran 16c. Hasil Uji Lanjut Duncan pH Sabun Transparan ...................... 79
Lampiran 17a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilitas Busa Sabun
Transparan ................................................................................ 79
Lampiran 17b.Hasil Analisis Ragam Stabilitas Busa Sabun Transparan ....... 79
Lampiran 18a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Stabilitas Emulsi Sabun
Transparan ................................................................................ 79
Lampiran 18b.Hasil Analisis Ragam Stabilitas Emulsi Sabun Transparan ..... 79
Lampiran 19a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kekerasan Sabun
Transparan ................................................................................ 79
Lampiran 19b.Hasil Analisis Ragam Kekerasan Sabun Transparan .............. 80
Lampiran 20a. Hasil Analisis Daya Anti jamur Produk Sabun Transparan
Terhadap Jamur Uji .................................................................. 80
Lampiran 20b. Hasil Analisis Daya Anti jamur Sabun Transparan dengan
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas 1% Terhadap Jamur Uji .......... 80
Lampiran 20c. Hasil Analisis Daya Anti jamur Sabun Transparan dengan
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas 2% Terhadap Jamur Uji .......... 80
Lampiran 20d.Hasil Analisis Daya Anti jamur Sabun Transparan dengan
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas 3% Terhadap Jamur Uji .......... 80
Lampiran 21. Zona Hambat Sabun Transparan Terhadap Tricophyton
mentagrophytes......................................................................... 81
Lampiran 22. Zona Hambat Sabun Transparan Terhadap Microsporum
canis .......................................................................................... 82
Lampiran 23a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Warna/Transparansi.................................................. 83
Lampiran 23b.Hasil Perhitungan Penilaian Kesukaan Panelis
Terhadap Warna/Transparansi.................................................. 83
Lampiran 23c. Hasil Analisis Ragam Penilaian Kesukaan Panelis
Terhadap Warna/Transparansi.................................................. 84
Lampiran 23d.Hasil Uji Lanjut Duncan Penilaian Kesukaan Panelis
Terhadap Warna/Transparansi.................................................. 84
Lampiran 24a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap Tekstur .. 84
Lampiran 24b.Hasil Perhitungan Penilaian Kesukaan Panelis Terhadap
Tekrtur Sabun Transparan ........................................................ 85
Lampiran 24c. Hasil Analisis Keragaman Penilaian Kesukaan Panelis
Terhadap Tekrtur Sabun Transparan ........................................ 85
viii
Lampiran 25a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap Busa ....... 86
Lampiran 25b.Hasil Perhitungan Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Busa .......................................................................... 86
Lampiran 25c. Hasil Analisis Ragam Penilaian Hasil Uji Hedonik
Panelis Terhadap Busa ............................................................. 87
Lampiran 25d.Hasil Uji Lanjut Duncan Penilaian Hasil Uji Hedonik
Panelis Terhadap Busa ............................................................. 87
Lampiran 26a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap
Kesan Kesat .............................................................................. 88
Lampiran 26b.Hasil Perhitungan Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Kesat Kesat ............................................................... 88
Lampiran 26c. Hasil Analisis Ragam Penilaian Hasil Uji Hedonik
Panelis Terhadap Kesat Kesat .................................................. 88
Lampiran 27a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap Aroma.... 89
Lampiran 27b.Hasil Perhitungan Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Aroma ....................................................................... 89
Lampiran 27c. Hasil Analisis Ragam Penilaian Hasil Uji Hedonik
Panelis Terhadap Aroma .......................................................... 90
ix
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
Anonim (2000) menerangkan bahwa rimpang lengkuas sering digunakan
untuk mengatasi gangguan lambung, misalnya kolik dan untuk mengeluarkan
angin dari perut (stomachikum), menambah nafsu makan, menetralkan
keracunan makanan, menghilangkan rasa sakit (analgetikum), melancarkan
buang air kecil (diuretikum), mengatasi gangguan ginjal, dan mengobati
penyakit herpes.
Disamping itu rimpang lengkuas juga dianggap memiliki khasiat sebagai
anti tumor atau anti kanker terutama tumor di bagian mulut dan lambung, dan
kadang-kadang digunakan juga sebagai afrodisiaka (peningkat libido).
Khasiatnya yang sudah dibuktikan secara ilmiah melalui berbagai penelitian
adalah sebagai anti jamur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Sundari dan Winarno (2001) diketahui bahwa rimpang lengkuas dapat
menghambat pertumbuhan 5 jamur yaitu Tricophyton rubrum, T. ajjeloi, T.
mentagrophytes, Microsporum gypseum dan Epidermo floccosum. Selanjutnya
Khattak et al. (2005) menerangkan bahwa ekstrak etanol kasar dari rimpang
lengkuas dapat menghambat pertumbuhan jamur T. longifusus pada
konsentrasi 60%. Sementara itu, pada konsentrasi 30% dapat menghambat
Aspergilus flavus, M. canis (50%), dan Fusarium solani (40%).
5
minyak atsiri yang utama pada tanaman. Terpenoid berasal dari molekul
isoprena (CH2=C(CH3)-CH=CH2) dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan dua atau lebih satuan C5. Pemilahan senyawa golongan ini
membagi terpenoid ke dalam beberapa kelompok yaitu monoterpen (C10) dan
seskuiterpen (C15) yang mudah menguap, diterpen (C20) yang sukar menguap,
sampai senyawa yang tidak menguap yaitu triterpenoid (C30) dan sterol, serta
pigmen karotenoid (C40). Sebagian besar terpenoid alam memiliki struktur
siklik dan memiliki satu gugus fungsi atau lebih (hidroksil, karbonil).
Jirovetz et al. (2003) menjelaskan bahwa komponen minyak atsiri dari
setiap bagian tanaman lengkuas (daun, rimpang, batang dan akar) memiliki
komposisi yang berbeda secara kuantitas. Minyak atsiri disusun oleh mono
dan sesquiterpen juga turunan fenil propanol. Secara umum daun, batang,
rimpang, batang dan akar mengandung sineol, kamfer, β-pinen, bornil asetat,
α-terpineol, α- fenchyl asetat, borneol elemol dan guaiol.
Janssen dan Scheffer (1985) didalam Oonmetta-aree et al. (2005)
melaporkan bahwa terpinen-4-ol, salah satu monoterpen dari minyak atsiri
yang dihasilkan oleh rimpang lengkuas segar, mengandung senyawa
antimikroba yang dapat melawan T. mentagrophytes. Asetoksi khavikol asetat
(ACA) merupakan suatu komponen yang diisolasi dari n-pentane/diethyl ether
pada cairan ekstrak rimpang kering. Analisis GC-MS oleh Jirovetz et al.
(2003) menunjukkan bahwa minyak atsiri lengkuas mengandung eugenol,
kaemferol dan galangin.
Harborne (1987) selanjutnya mengemukakan bahwa komponen bioaktif
lain yang ditemukan pada tanaman adalah senyawa fenolik. Senyawa ini
memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil.
Beberapa senyawa aktif lengkuas yang bersifat anti jamur adalah dari
golongan fenolik. Adapun beberapa senyawa tersebut antara lain adalah
galangin, kaemferol, dan kuersetin yang berasal dari golongan flavonol.
Sedangkan eugenol merupakan salah satu senyawa aktif lengkuas yang berasal
dari golongan fenil propanoid.
6
C. JAMUR DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKANNYA
7
- Tinea unguium atau kadas kuku yang ditandai deangan kuku yang
menebal, hilang warna dan mudah patah. Penyakit ini paling umum
disebabkan oleh T. rubrum.
8
pengaruh terhadap dinding sel, (2) pengaruh terhadap membran sel dan
mekanisme transpor nutrien, (3), pengaruh terhadap enzim dan (4) pengaruh
terhadap sintesis protein dan asam nukleat.
Mekanisme kerja dari senyawa antimikroorganisme ada yang memiliki
spektrum luas dan ada pula yang memiliki spektrum sempit dan hanya efektif
untuk mikroorganisme tertentu. Mekanisme yang dimaksud adalah mekanisme
penghambatan yang berhubungan dengan kemampuan suatu senyawa
antimikroorganisme dalam mempengaruhi dinding sel (Ultee et al., 1998).
Pengaruh terhadap dinding sel dapat terjadi akibat akumulasi komponen
lokofilat yang terdapat pada dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa
antimikroorganisme dipengaruhi oleh bentuk terdisosiasi. Semakin banyak
bentuk yang tidak terdisosiasi, maka bioaktifitas senyawa antimikroorganisme
tersebut semakin baik (Heryani, 2002). Senyawa bioaktif juga bereaksi dengan
membran sel. Mekanisme yang terjadi adalah menyerang membran sitoplasma
dan mempengaruhi integritas membran sitoplasma sehingga mengakibatkan
kebocoran materi intraseluler.
9
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelarut untuk mengekstrak
rempah-rempah antara lain adalah tidak berbau dan tidak berasa, sehingga
tidak mempengaruhi produk akhir. Mudah berpenetrasi karena viskositasnya
rendah, sehingga efisiensi ekstraksi tinggi. Mudah dipisahkan tanpa
meninggalkan residu sehingga produk dapat bebas dari pelarut. Selain itu,
dapat digunakan secara selektif dengan berbagai kondisi suhu dan tekanan
ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak dengan mutu terbaik (Moyler, 1994).
Pemilihan pelarut untuk proses ekstraksi tergantung dari komponen yang
akan diisolasi. Salah satu sifat yang penting adalah polaritas suatu senyawa.
Suatu senyawa polar diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar, demikian
pula untuk senyawa semi polar dan non polar. Derajat polaritas tergantung
pada besarnya tetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik makin polar
pelarut tersebut (Houghton dan Raman, 1998). Rangkaian proses ekstraksi
meliputi persiapan bahan yang akan diekstrak, kontak bahan dengan pelarut,
pemisahan residu dengan filtrat dan proses penghilangan pelarut dari ekstrak.
Pemilihan proses ekstraksi juga mempertimbangkan titik didih dari pelarut
yang digunakan.
Jokopriyambodo et al. (1999) menyatakan bahwa hasil ekstraksi
khususnya dari rimpang lengkuas dipengaruhi oleh jenis dan rasio pelarut,
derajat kehalusan simplisia serta teknik dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan
cara perkolasi dan maserasi tidak menunjukkan perbedaan terhadap kadar
ekstrak total lengkuas sedangkan pelarut yang paling banyak menghasilkan
ekstrak total adalah pelarut etanol : air (7 : 3, v/v). Metode ekstraksi yang juga
pernah diaplikasikan untuk lengkuas adalah menggunakan pelarut etanol dan
campuran pentana dan dietil eter (1 : 1, v/v), namun ekstrak etanol tidak
memberikan aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans (Janssen dan
Scheffer, 1985).
E. SABUN TRANSPARAN
10
(BSN, 1994) dijelaskan bahwa sabun merupakan pembersih yang dibuat
dengan reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak
hewani. Sabun mandi merupakan sabun natrium yang pada umumnya
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk membersihkan
tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan.
Hambali et al. (2005) menerangkan bahwa sabun dibedakan atas dua
macam berdasarkan jenisnya yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair.
Sabun padat dapat dibedakan lagi atas sabun opaque, sabun translucent, dan
sabun transparan. Jenis-jenis sabun tersebut dibedakan berdasarkan
transparansinya yang sangat dipengaruhi oleh komposisi formula dan proses
produksi. Gambar 2 berikut merupakan gambar dari sabun padat (batangan).
11
Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80oC-100oC (Spitz, 1996). Gambar 3
menunjukkan reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut :
H-C-COOH O H2C-OH
HC-COOH + 3NaOH 3RC + HC-OH
H2C-COOH ONa H2C-OH
Trigleserida Alkali Sabun Gliserol
12
mengandung alkali yang berfungsi untuk membuang kotoran yang bersifat
asam. Soap and Detergent Association atau SDA (2001) mengungkapkan
bahwa surfaktan diklasifikasikan berdasarkan muatan ionik didalam air yaitu
anionik, kationik, dan amfoter. Sabun merupakan surfaktan anionik.
Sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran bahan yang
digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada
badan atau bagian tubuh manusia dengan maksud untuk membersihkan,
memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk
obat. Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya adalah sebagai
higiene tubuh (sabun dan sampo), tata rias (pemerah pipi, lipstik), wangi-
wangian dan proteksi (sun screen). Tujuan sediaan kosmetika mandi antara
lain untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air sadah, memberi
keharuman dan rasa segar serta menghaluskan dan melembutkan kulit (Imron,
1985).
Fungsi utama sabun mandi yaitu untuk mengangkat kotoran, sel-sel kulit
mati, mikroorganisme dan menghilangkan bau badan. Sabun dapat
mengangkat kotoran dari kulit karena memiliki dua gugus yang berbeda
kepolarannya, yaitu gugus nonpolar dan gugus polar. Gugus non polar adalah
gugus yang tidak suka air (hidrofobik), sehingga dapat mengikat kotoran pada
kulit. Gugus polar adalah gugus yang suka air (hidrofilik) yang ketika dibilas
maka kotoran akan terikat dengan air bilasan.
13
siklik atau bercabang. Pada umumnya asam lemak yang ditemukan di alam
merupakan monokarboksilat dengan rantai tidak bercabang dan memiliki
jumlah atom genap (Winarno, 1997).
Jenis asam lemak sangat menentukan mutu dan konsistensi sabun yang
dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan berat molekul
kecil (misalnya asam laurat) lebih lunak daripada sabun yang dibuat dari
asam lemak dengan berat molekul yang lebih berat (misalnya asam lemak
stearat). Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Asam lemak dari kelapa (coconut fatty acid) dan beberapa fraksinya,
selain dapat digunakan secara langsung juga dapat diolah lebih lanjut
menjadi turunan-turunan lain untuk aplikasi dibidang oleokimia.
Kandungan asam laurat (C12H24O2) yang tinggi pada minyak kelapa dan
minyak inti sawit memberikan sifat yang sangat baik untuk produk sabun
dan pembersih lainnya (Atmoko, 2005).
Menurut Bailey (1950) dalam Ketaren (1986), asam lemak sangat
cocok untuk produk surfaktan karena struktur molekulnya yang spesifik.
Asam lemak yang ada kebanyakan merupakan hidrokarbon berantai lurus
dengan jumlah atom karbon antara 12 sampai 18 (C12-C18) dan diakhiri
oleh gugus karboksil yang reaktif. Bagian ekor hidrokarbon akan memiliki
afinitas tertentu terhadap lemak, alifatik hirokarbon dan senyawa rantai
14
panjang lainnya, sedangkan bagian lainnya yaitu gugus hidroksil akan
memiliki daya tarik terhadap air.
Asam Stearat
Asam stearat merupakan salah satu jenis asam lemak yang memiliki
rantai hidrokarbon yang panjang, mengandung gugus hidroksil disalah
satu ujungnya. Asam stearat adalah asam tidak jenuh, tidak ada ikatan
rangkap antara atom karbonnya. Asam lemak jenis ini dapat ditemukan
pada minyak/lemak nabati dan hewani. Asam stearat sering digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan cream dan sabun. Pada proses pembuatan
sabun transparan, jenis asam stearat yang digunakan adalah yang
berbentuk kristal putih dan mencair pada suhu 56oC. Fungsi asam stearat
pada proses pembuatan sabun adalah untuk mengeraskan dan
menstabilkan busa (Hambali et al., 2005).
Minyak Kelapa
Dalam pembuatan sabun, minyak yang sering digunakan adalah
minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak jarak. Minyak kelapa
merupakan minyak yang memiliki kandungan asam lemak jenuh yang
tinggi. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa
digolongkan kedalam minyak asam laurat karena kandungan asam
lauratnya paling besar. Asam laurat dapat diperoleh dari minyak kelapa
mencapai 40%-50% dari total kandungan lemak yang terdapat didalamnya
(Swern, 1979). Asam laurat ini sangat diperlukan dalam pembuatan sabun
karena kemampuannya dalam pembentukan busa. Sabun yang baik
seharusnya mengandung asam laurat tidak kurang dari 15%.
2. Alkali
Bahan yang sangat penting dalam pembuatan sabun disamping minyak
dan lemak adalah alkali. Industri sabun menggunakan sejumlah besar
bahan kimia berupa natrium hidroksida (NaOH) atau dikenal dengan nama
kaustik soda. Natrium hidroksida atau kaustik soda adalah senyawa alkali
dengan berat molekul 40.01, merupakan bahan padat yang berwarna putih
dan dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Senyawa NaOH larut dalam air
15
dan bersifat basa kuat, mempunyai titik leleh 318,4oC dan titik didih
1390oC.
Pada proses pembuatan sabun, penambahan NaOH harus dilakukan
dengan jumlah yang tepat. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu pekat
atau jumlahnya berlebih, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan
trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi memberikan pengaruh
negatif yaitu iritasi pada kulit. Sebaliknya, apabila NaOH yang
ditambahkan terlalu encer atau jumlahnya terlalu sedikit, maka sabun yang
dihasilkan akan mengandung asam lemak yang tinggi. Asam lemak bebas
pada sabun mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun
digunakan (Kamikaze, 2002).
3. Garam
Garam dapur (NaCl) digunakan untuk memisahkan gliserol dari
larutan sabun. Garam yang digunakan dapat dalam bentuk kristal atau
larutan garam pekat. Swern (1979) menerangkan bahwa Natrium Klorida
(NaCl) merupakan bahan berbentuk kristal kubik, tidak berwarna, bersifat
higroskopik rendah dan dapat diberi pewarna serta parfum. NaCl memiliki
peran dalam pembusaan sabun.
Penambahan NaCl juga bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi
elektrolit sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi,
sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses
pemanasan.
Gliserin
Gliserin merupakan produk samping dari pemecahan minyak atau
lemak untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan,
sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi
atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat
16
melembabkan kulit dan mudah dibilas. Gliserin berbentuk cairan jernih,
tidak berbau dan memiliki rasa manis (Hambali et al,. 2005).
DEA (Dietanolamida)
DEA (Dietanolamida) adalah surfaktan nonionik yang dihasilkan dari
minyak atau lemak. Dietanolamida yang berasal dari minyak atau lemak
tersebut dapat dihasilkan dari asam lemak atau metil ester (Suryani et al.,
2000). DEA merupakan penstabil busa yang paling efektif. DEA juga
dapat meningkatkan tekstur kasar busa dan dapat mencegah terjadinya
proses penghilangan minyak yang berlebihan pada kulit dan rambut.
17
III. METODOLOGI
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang
lengkuas merah berumur 11 bulan yang diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat Cibinong-Bogor serta maltodekstrin sebagai
bahan pengisi. Bahan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun antara lain asam stearat, minyak kelapa, minyak jarak, natrium
hidroksida (NaOH), gliserin, etanol, sukrosa, coco-DEA (Dietanolamida),
NaCl dan air. Selain itu juga dibutuhkan bahan-bahan untuk uji
mikrobiologi yaitu biakan jamur uji penyebab dermatofitosis
(Microsporum canis dan Tricophyton mentagrophytes) serta agar
Sabouraud sebagai media uji aktivitas anti jamur.
2. Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk ekstraksi dan analisis
antara lain etil asetat 60%, etanol, HCl encer, toluen, natrium asetat
anhidrat, KOH dalam alkohol 0.5 N, HCl 0.5 N, alkohol netral, KOH 0.5
N indikator methyl orange dan indikator PP.
3. Alat
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan bubuk dan
ekstrak lengkuas adalah alat pemotong (pisau), pengering tipe rak,
penggiling dengan ayakan 50 mesh, pengaduk, rotary evaporator, spray
dryer. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan sabun adalah neraca
analitik, waterbath, gelas piala, pengaduk kaca, termometer, erlenmeyer,
gelas ukur dan cetakan. Selain itu juga digunakan pendingin tegak, pH
meter, vortex, penetrometer, kertas saring, oven, cawan porselen,
desikator, tanur, buret, shaker, penangas, pipet tetes, pipet volumetrik,
labu ukur, labu cassia, corong, dan alat-alat gelas lainnya untuk analisis.
Alat-alat yang digunakan untuk analisis mikrobiologi antara lain
tabung reaksi, cawan petri, otoklaf, mikropipet, inkubator,mikroskop,
Pipet Mohr, jarum ose, Pipet Pasteur dan lain-lain.
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
1.1. Pembuatan Bubuk Lengkuas
Bubuk lengkuas dibuat dengan menggunakan metode Farrel
(1990) yakni metode yang umum digunakan untuk pengolahan
rempah-rempah termasuk untuk mendapatkan oleoresin dari rempah-
rempah. Sebelum dilakukan ekstraksi, rimpang lengkuas yang telah
dibersihkan dan dicuci diiris-iris dengan menggunakan alat pengiris
yang menghasilkan irisan setebal 5 mm, kemudian dikeringkan dalam
alat pengering pada suhu 50-60oC. Selanjutnya rimpang lengkuas
digiling halus dengan mesin penggiling yang dilengkapi ayakan 50
mesh.
1.2. Analisis Mutu Bahan Baku
Sebelum bahan baku lengkuas digunakan, dilakukan analisis kadar
air, kadar abu, kadar abu tidak larut dalam asam, kadar komponen
larut dalam air, kadar komponen larut dalam etanol (Depkes RI,
1978). Analisis mutu bubuk lengkuas pada penelitian ini didasarkan
pada persyaratan simplisia lengkuas sebagai berikut :
Tabel 2. Persyaratan Simplisia Lengkuas
Spesifikasi Simplisia Lengkuas
Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,5% v/b
Pemerian Bau aromatik; rasa pedas
Kadar abu Tidak lebih dari 3,9%
Kadar abu tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 3,7%
Kadar sari larut dalam air Tidak kurang dari 5,2%
Kadar sari larut dalam etanol Tidak kurang dari 1,7%
Bahan organik asing Tidak lebih dari 2%
Penyimpanan Dalam wadah yang tertutup
baik
Sumber : Materia Medika Indonesia II (1978)
19
1.3. Ekstraksi
Setelah kering dan dihaluskan sampai menjadi bubuk, bubuk
lengkuas kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode
maserasi. Metode ini dilakukan dengan menggunakan pelarut etil
asetat 60% yang dibantu dengan pengadukan selama 3 jam sehingga
diperoleh ekstrak etil asetat. Simplisia lengkuas diaduk dan
dimaserasi pada suhu ruang dengan perbandingan bahan dan pelarut 1
: 10. Ekstrak etil asetat (filtrat) kemudian diuapkan pelarutnya dengan
evaporator sampai diperoleh ekstrak kental dan ditampung dalam
sebuah wadah terbuka untuk menguapkan pelarut yang masih tersisa
didalamnya.
1.4. Analisis Ekstrak Lengkuas
Analisis ekstrak yang dilakukan adalah rendemen ekstrak, pH, sisa
pelarut dan kelarutan dalam alkohol 80%.
1.5. Pembuatan Serbuk Lengkuas
Ekstrak kental yang diperoleh dari proses ektraksi dan penguapan
kemudian dikeringkan dengan menggunakan Spray Dryer untuk
memperoleh serbuk lengkuas. Bahan pengisi yang digunakan adalah
maltodekstrin sebesar 12%. Pada proses spray drying, suhu inlet yang
digunakan adalah 180oC, suhu outlet 100oC, air flow 500 ml/menit,
laju alir sampel 30 ml/jam , dan aspirator (kekuatan hisap) 85%.
2. Penelitian Utama
2.1. Pembuatan Sabun Transparan Anti jamur
Pembuatan sabun transparan anti jamur dilakukan dengan
menggunakan formulasi Cognis (2003) yang telah dimodifikasi. Pada
pembuatan sabun transparan ini diaplikasikan ekstrak lengkuas
dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3%. Adapun formulasi sabun
transparan yang digunakan adalah sebagai berikut :
20
Tabel 3. Formulasi Sabun Transparan Modifikasi Cognis (2003)
Bahan Komposisi (%)
Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3
Asam stearat 6.80 6.60 6.40
Minyak kelapa 19.80 19.60 19.40
Minyak jarak 6 6 6
NaOH 30% 20.10 19.90 19.70
Gliserin 9.80 9.60 9.40
Etanol 15 15 15
Gula 13.80 13.60 13.40
Dietanolamida (DEA) 1 1 1
NaCl 0.2 0.2 0.2
Air 6.5 6.5 6.5
Ekstrak lengkuas 1 2 3
21
2.3. Efektivitas Sabun Transparan Anti jamur Terhadap Jamur Uji
Efektivitas sabun anti jamur terhadap jamur uji ini dilakukan
dengan menentukan aktivitas anti jamur sabun yang mengandung
ekstrak lengkuas terhadap jamur uji. Penentuan aktivitas anti jamur
dilakukan dengan melihat kemampuan sabun anti jamur dapat
menghambat pertumbuhan jamur uji penyebab dermatofitosis yaitu M.
canis dan T. mentagrophytes.
Biakan jamur digoreskan pada cawan petri yang telah diisi dengan
agar Sabouraud sebagai media. Setelah itu dibuat lubang dengan
diameter 5 mm kemudian bahan yang akan diuji dimasukkan kedalam
lubang tersebut sampai terisi penuh. Agar yang telah diisi dengan
bahan uji kemudian diinkubasi selama 5 hari didalam inkubator pada
suhu 37oC. Setelah masa inkubasi, aktivitas anti jamur dapat diamati.
Aktivitas anti jamur ditentukan dengan mengukur diameter hambat
yang ditunjukkan dengan adanya zona bening disekitar lubang.
Pengujian terhadap jamur uji dilakukan pada produk serta sabun
transparan dengan pengenceran 1000 ppm, 3000 ppm dan 5000 ppm.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas anti jamur dari sabun
transparan yang dihasilkan terhadap M. canis dan T. mentagrophytes.
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
faktor tunggal yang dilakukan dengan dua kali ulangan. Faktor yang dikaji
adalah persentase ekstrak lengkuas dalam formulasi sabun transparan.
Konsentrasi ekstrak lengkuas yang digunakan terdiri dari tiga taraf yaitu 1%,
2% dan 3%. Model rancangan percobaannya (Sudjana, 1994) adalah sebagai
berikut :
Yij = μ + Ai + εi(j)
Dimana :
Yij = variabel yang akan dianalisis pada ulangan ke-j (j=1,2)
μ = Rata – rata secara sebenarnya (nilai tengah populasi)
Ai = Pengaruh pelarut pembawa pada taraf ke-i (i =1,2,3)
εk(ij) = Galat eksperimen
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
1. Analisis Mutu Bahan Baku
24
asetat, pektat) dan anorganik (garam fosfat, karbonat, khlorida, sulfat,
nitrat). Selain itu mineral juga dapat berupa persenyawaan kompleks yang
bersifat organik. Adapun komponen yang pada umumnya terdapat pada
senyawa organik alami antara lain fosfor, belerang, natrium, kalium,
kalsium, magnesium, besi mangan dan lain-lain (Wiratakusumah et al.,
1989).
Berdasarkan analisis diperoleh kadar abu tidak larut asam bahan
baku lengkuas sebesar 2.93%. Nilai ini memenuhi standar yang ditentukan
yaitu tidak lebih dari 3.7%. Anonim (1998) menyebutkan bahwa analisis
ini dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral yang tidak larut dalam
asam. Pada umumnya abu yang tidak larut asam adalah silika dan pasir.
Nilai kadar abu tidak larut asam yang rendah pada bahan baku lengkuas
menunjukkan bahwa hanya sedikit jumlah mineral yang tidak larut dalam
asam. Hal ini dapat disebabkan karena berkurangnya jumlah mineral pada
lengkuas pada saat proses pencucian yang berulang-ulang. Pada saat
proses pencucian kandungan mineral terlarut dan terbuang bersama air
pencuci menyebabkan berkurangnya kandungan mineral dalam lengkuas.
Nilai kadar sari larut dalam alkohol yang dihasilkan adalah sebesar
21.6%. Nilai ini sesuai dengan standar baku yaitu harus lebih dari 1.7%.
Begitu juga dengan nilai kadar sari larut dalam air sebesar 31.22% yang
berada dalam standar yang ditentukan harus lebih besar 5.2%. Gupta
(1999) dalam Hezmela (2006) menerangkan bahwa kadar sari larut dalam
alkohol dan kadar sari larut dalam air dilakukan untuk mengetahui jumlah
zat berkhasiat yang dapat larut dalam suatu pelarut baik alkohol maupun
air. Semakin tinggi nilai kadar sari yang larut dalam air atau alkohol maka
semakin tinggi pula kandungan zat berkhasiat didalamnya.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa nilai kadar sari larut
dalam air lebih tinggi dibandingkan dengan kadar sari larut dalam alkohol.
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum, bahan berkhasiat dalam
lengkuas lebih mudah larut didalam air dibandingkan didalam alkohol.
Namun, komponen aktif yang berfungsi sebagai anti jamur merupakan
bahan yang larut dalam alkohol. Hal ini dijelaskan oleh Winholz et al.
25
(1983) bahwa komponen anti jamur sebagian besar dapat larut dalam
alkohol, seperti galangin, eugenol, kaemferol, dan kuersetin.
2. Ekstraksi
26
tergantung pada besarnya tetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik
makin polar pelarut tersebut (Houghton dan Raman, 1998).
Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etil asetat 60%.
Pelarut ini dipilih karena kemampuannya melarutkan zat-zat aktif dalam
lengkuas. Salah satu zat aktif lengkuas adalah 1-asetoksi khavikol asetat
(ACA) yang telah dibuktikan memiliki kemampuan sebagai zat anti jamur
dan ACA larut dalam pelarut semipolar seperti etil asetat. Sebagian besar
komponen aktif dari lengkuas bersifat polar sehingga diharapkan pelarut
ini diharapkan mampu mengesktrak komponen aktif yang diinginkan.
Proses ekstraksi pada penelitian ini digunakan bahan dan pelarut
dengan perbandingan 1 : 10. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan
proses ekstraksi sehingga diperoleh ekstrak dalam jumlah yang besar.
Azmi (1991) menyebutkan bahwa bahan yang terekstrak akan terus
bertambah dengan penambahan pelarut sehingga semua bahan akan
terekstrak sempurna. Meskipun penambahan jumlah pelarut tidak akan
menambah ekstrak yang dihasilkan setelah komponen terekstrak
sempurna.
Rendemen ekstrak lengkuas yang diperoleh dari proses ekstraksi
adalah sebesar 24.86%. Nilai ini diperoleh dengan membagi filtrat setelah
penguapan dengan banyaknya bubuk lengkuas yang digunakan pada
proses ekstraksi kemudian dibagi dengan 100%. Jumlah rendemen yang
diperoleh biasanya dipengaruhi oleh kondisi bahan, perlakuan
pendahuluan (pencucian, pemotongan, pengeringan dan penggilingan), dan
kondisi ekstraksi.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, penggilingan sebagai perlakuan
pendahuluan akan menghasilkan ukuran partikel tertentu. Walton dan
Brown (1998) mengemukakan bahwa ukuran partikel bahan berpengaruh
terhadap rendemen yang dihasilkan dari suatu ukuran partikel. Ukuran
partikel bahan baku yang digunakan adalah 50 mesh sehingga diharapkan
dapat mengoptimalkan proses ekstraksi. Semakin kecil ukuran partikel,
semakin banyak sel-sel yang dipecahkan, semakin besar luas bidang
kontak antara bahan dengan pelarut sehingga akan meningkatkan difusi
27
komponen aktif keluar sel. Selain itu, semakin kecil ukuran partikel maka
semakin besar kecepatan mencapai kesetimbangan sistem. Hal ini dapat
menyebabkan bahan dengan ukuran yang lebih kecil akan menghasilkan
ekstrak yang lebih besar pada waktu ekstraksi yang sama.
28
banyak yang terikat dengan komponen minyak atsiri tersebut. Pelarut yang
terikat dengan komponen minyak atsiri lebih banyak dibandingkan
dengan komponen yang tidak terikat mengakibatkan sedikitnya pelarut
yang menguap pada saat proses penguapan sehingga pelarut yang tersisa
relatif tinggi.
Pengujian kelarutan ekstrak lengkuas menunjukkan bahwa ekstrak
dapat larut dalam alkohol 80% pada perbandingan 1 : 30. Kelarutan
didefinisikan oleh Martin et al. (1993) dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan pada temperatur tertentu. Secara
kualitatif, kelarutan didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua zat
atau lebih untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Kelarutan
dalam etanol ditunjukkan dengan perbandingan jumlah ekstrak dan jumlah
etanol yang dapat melarutkan ekstrak tersebut.
Kelarutan ekstrak ditentukan oleh komponen minyak atsiri yang
sebagai komponen utama ekstrak lengkuas. Guenther (1952)
mengemukakan bahwa minyak atsiri dengan kandungan oxygenated
hyrocarbon tinggi lebih mudah larut dalam etanol dibandingkan dengan
minyak atsiri yang mengandung oxygenated hyrocarbon rendah. Kelarutan
ekstrak lengkuas ini belum memiliki standar baku namun perbandingan ini
cukup tinggi jika dibandingkan dengan kelarutan minyak atsiri dalam
etanol yang pada umumnya memiliki kelarutan dalam etanol dengan
perbandingan yang rendah. Hal ini dapat disebabkan banyaknya komponen
lain dalam ekstrak selain minyak atsiri yaitu resin. Meski demikian,
perbandingan kelarutan tersebut masih dikategorikan larut dalam pelarut.
Hal ini diterangkan oleh Anonim (1998) yang menyebutkan bahwa pada
perbandingan 1 : 10-30, bahan masih dikategorikan larut dalam pelarutnya.
Ekstrak lengkuas yang diaplikasikan pada produk sabun adalah
ekstrak yang berupa serbuk. Pembuatan serbuk ini dilakukan untuk
meningkatkan nilai estetika sabun transparan yang dihasilkan. Ekstrak
kental tidak dapat larut dengan baik pada saat ditambahkan dalam bahan-
bahan sabun. Hal ini menyebabkan sabun transparan yang dihasilkan
memiliki penampakan yang kurang menarik. Ekstrak lengkuas yang
29
berupa serbuk memiliki kelarutan yang lebih baik ketika diaplikasikan
pada sabun, sehingga sabun transparan yang dihasilkan memiliki
penampakan yang lebih baik.
Serbuk lengkuas diperoleh dengan menambahkan bahan pengisi
yang pada dasarnya berfungsi sebagai pengikat. Bahan pengisi yang
digunakan adalah maltodeksrin sebesar 12%. Serbuk lengkuas diperoleh
melalui proses pengeringan dengan pengering semprot (spray dryer) dan
menghasilkan rendemen sebesar 19.10%.
B. PENELITIAN UTAMA
1. Aplikasi Ekstrak Lengkuas dalam Pembuatan Sabun Transparan
30
Setelah asam stearat dan minyak homogen kemudian ditambahkan
larutan NaOH 30% pada suhu 60-70oC. Pada saat penambahan NaOH ini
adonan akan menjadi keras dan lengket yang menunjukkan terbentuknya
stock sabun. Pengadukan terus dilakukan sampai homogen kemudian
dilakukan penambahan gliserin sehingga pengadukan lebih mudah
dilakukan. Gliserin berfungsi sebagai humektan atau pelembab dan
berperan juga pada transparansi sabun. Selanjutnya dilakukan penambahan
alkohol sebagai pelarut yang juga memiliki peran dalam transparansi
sabun.
Proses pembuatan sabun transparan dilanjutkan dengan penambahan
sukrosa secara bertahap sambil terus dilakukan pengadukan hingga
sukrosa larut sempurna. Penambahan sukrosa ini menyebabkan
transparansi sabun semakin terlihat karena sukrosa berperan dalam
transparansi sabun. Selain itu sukrosa juga dapat memberikan kekerasan
yang baik pada sabun transparan. Pada tahap ini suhu dijaga 60-70oC,
begitu juga dengan pengadukan untuk menghindari penggumpalan dan
karamelisasi sukrosa akibat dari proses pemanasan sehingga dapat
menimbulkan warna coklat pada sabun.
Setelah sukrosa larut dan larutan menjadi homogen selanjutnya
ditambahkan coco-DEA, NaCl, ekstrak lengkuas dan air. DEA berfungsi
sebagai surfaktan dan penstabil busa. Sedangkan NaCl selain berperan
pada proses pembusaan juga berfungsi untuk menurunkan konsentrasi
elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi
sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses
pemanasan. Penambahan ekstrak dilakukan setelah sebelumnya dilarutkan
dalam air. Pada saat penambahan ekstrak ini suhu harus dijaga maksimal
40oC untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada
komponen bioaktif lengkuas. Pengadukan terus dilakukan sampai semua
bahan homogen. Selanjutnya sabun dituangkan dalam cetakan dan
didiamkan selama ± 24 jam pada suhu ruang. Sabun transparan yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6.
31
Gambar 6. Sabun transparan anti jamur dengan berbagai konsentrasi
ekstrak lengkuas
Beberapa hal yang harus diperhatikan dan menentukan keberhasilan
dalam pembuatan sabun transparan yaitu pengadukan dan suhu.
Pengadukan sedapat mungkin dilakukan dengan kecepatan konstan dan
suhu harus selalu dijaga maksimal 80oC. Pengadukan yang terlalu lambat
dan suhu yang terlalu rendah akan mengakibatkan penggumpalan.
Sedangkan pengadukan yang terlalu cepat dan suhu yang terlalu tinggi
akan mengakibatkan terjadinya pembentukan busa yang berlebihan.
a. Kadar Air
32
Berdasarkan analisis keragaman (Lampiran 10b) diketahui bahwa
kadar air tidak berbeda nyata terhadap perubahan konsentrasi ekstrak
lengkuas pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa faktor konsentrasi ekstrak lengkuas tidak
mempengaruhi kadar air sabun transparan yang dihasilkan. Kadar air
ini tidak dipengaruhi oleh ekstrak lengkuas karena konsentrasi ekstrak
yang ditambahkan relatif rendah dan tidak terlalu berbeda antara satu
dengan yang lainnya.
Pengukuran kadar air pada sabun dilakukan untuk mengetahui
jumlah air dalam sabun berkaitan dengan efisiensi pada saat
pemakaian. Berdasarkan syarat mutu SNI (1994) ditetapkan bahwa
kadar air sabun batangan memiliki batas yaitu maksimal 15%.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa kadar sabun
transparan yang dihasilkan lebih tinggi dari standar mutu yang
ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan air dalam sabun
masih cukup tinggi. Spitz (1996), menyebutkan bahwa banyaknya air
yang ditambahkan pada sabun akan berpengaruh terhadap kelarutan
sabun dalam air pada saat digunakan. Semakin banyak air yang
terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut
pada saat digunakan.
33
41.89
42.00
41.00
34
memenuhi batas minimum kriteria mutu sabun yang ditetapkan oleh
SNI yaitu minimal 70%. Hal ini disebabkan karena dalam formulasi
sabun transparan ditambahkan beberapa bahan tambahan yang
berfungsi sebagai pelembab dan bahan yang dapat meningkatkan
transparansi. Selain itu ekstrak lengkuas ditambahkan juga sebagai
bahan tambahan yang berfungsi sebagai anti jamur. Peningkatan
konsentrasi ekstrak lengkuas yang ditambahkan menyebabkan
penurunan jumlah asam lemak dalam sabun transparan yang
dihasilkan. Jumlah asam lemak yang rendah ini menyebabkan sabun
transparan akan cepat habis ketika digunakan.
35
4.00 3.61
3.50
Tersabunkan (% )
2.69
36
d. Bagian Tidak Larut Dalam Alkohol
37
2.88
3.00
2.32
2.00
Alkohol (%)
1.50 1.18
1.00
0.50
0.00
1% 2% 3%
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas
38
dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa. Kelebihan alkali
dalam sabun mandi ini dapat mengakibatkan iritasi pada kulit.
Kadar alkali bebas pada sabun yang dihasilkan untuk konsentrasi
3% telah memenuhi kriteria mutu yang ditetapkan oleh SNI. Tetapi
untuk sabun transparan yang mengandung ekstrak 1% dan 2% kadar
alkali bebas pada sabun berada diatas standar mutu meski tidak terlalu
tinggi. Kelebihan alkali pada sabun biasanya disebabkan oleh
konsentrasi alkali yang terlalu pekat atau penambahan alkali yang
terlalu berlebihan pada proses penyabunan.
Hasil analisis keragaman (Lampiran 14b) menunjukkan bahwa
perbedaan kadar alkali bebas pada sabun transparan ini tidak berbeda
nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) untuk masing-masing
faktor konsentrasi ekstrak lengkuas. Hal ini berarti bahwa pengaruh
perlakuan penambahan ekstrak lengkuas pada formulasi sabun
transparan adalah sama untuk kadar alkali bebas yang dihitung sebagai
NaOH dari sabun transparan yang dihasilkan.
f. Minyak Mineral
39
g. pH
10.70 10.63
10.60
10.50
10.40 10.31
10.30
pH
10.20
10.09
10.10
10.00
9.90
9.80
1% 2% 3%
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas
40
Pengukuran nilai pH dilakukan untuk mengetahui sabun yang
dihasilkan bersifat asam atau basa. Pada umumnya sabun memiliki
sifat basa, pH yang terlalu rendah dapat meningkatkan daya absorbsi
kulit sehingga menyebabkan iritasi pada kulit. Nilai pH yang tinggi
juga seringkali dianggap sebagai penyebab iritasi pada kulit.
Pada saat kulit terkena sabun, pH kulit akan naik beberapa menit
setelah pemakaian meskipun kulit telah dibilas dengan air.
Pengasaman kembali akan terjadi setalah 5-10 menit dan setelah itu pH
kulit akan normal kembali. Pada dasarnya sifat iritasi pada kulit bukan
disebabkan oleh tinggi atau rendahnya nilai pH. Wasitaatmaja (1997)
menyebutkan bahwa pada tahun-tahun terakhir beberapa peneliti
membuktikan bahwa yang mempengaruhi sifat iritasi pada kulit adalah
lamanya kontak sabun dengan kulit dan daya absorbsi kulit terhadap
sabun.
h. Stabilitas Busa
41
pembuatan sabun transparan ini ditambahkan surfaktan yang juga
berperan dalam kestabilan busa yaitu coco-DEA (Dietanolamida).
Pada penggunaannya, busa berperan dalam proses pembersihan dan
melimpahkan wangi sabun pada kulit.
i. Stabilitas Emulsi
42
j. Kekerasan
43
3. Efektivitas Sabun Transparan Anti jamur Terhadap Jamur Uji
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
1000 ppm 3000 ppm 5000 ppm
Tingkat Pengenceran
T. mentagrophytes M. canis
Gambar 11. Grafik daya hambat sabun transparan dengan ekstrak lengkuas
1% terhadap jamur uji
44
Grafik tersebut menggambarkan bahwa sabun transparan yang
mengandung ekstrak lengkuas 1% mampu menghambat pertumbuhan
kedua jamur uji. Pada tingkat pengenceran 1000 ppm dan 3000 ppm,
diameter hambat menunjukkan bahwa pada tingkat tersebut sabun
memiliki daya hambat yang sama terhadap jamur uji. Diameter hambat
yang mulai menunjukkan adanya aktivitas menghambat pertumbuhan
jamur terlihat pada tingkat pengenceran 3000 ppm dimana diameter
hambat mencapai 7 mm. Diameter hambat minimum yang menunjukkan
adanya aktivitas mikroba adalah > 6 mm (Nostro et al., 2000).
Berdasarkan grafik juga dapat diketahui bahwa daya hambat sabun
transparan meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pengenceran.
Pada tingkat pengenceran 5000 ppm, hambat sabun terhadap M. canis
menunjukkan diameter hambat yang lebih besar dibandingkan dengan T.
mentagrophytes.
Sabun transparan yang mengandung ekstrak 2% memiliki diameter
hambat sebesar 6 mm (1000 ppm), 8.33 mm (3000 ppm) dan 11 mm (5000
ppm) terhadap T. mentagrophytes. Sedangkan diameter hambat terhadap
M. canis pada pengenceran 1000 ppm, 3000 ppm dan 5000 ppm secara
berurutan adalah 5 mm, 12 mm, dan 14.33 mm. Daya hambat sabun
transparan dengan ekstrak lengkuas 2% disajikan pada grafik berikut :
16.00
14.00
Diameter Hambat (mm)
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
1000 ppm 3000 ppm 5000 ppm
Tingkat Pengenceran
T. mentagrophytes M.canis
Gambar 12. Grafik daya hambat sabun transparan dengan ektrak lengkuas
2% terhadap jamur uji
45
hambat terhadap M. canis ditunjukkan pada pengenceran 3000 ppm.
Berdasarkan grafik yang disajikan, terlihat bahwa peningkatan tingkat
pengenceran menunjukkan peningkatan daya hambat terhadap jamur uji.
Diameter hambat memperlihatkan bahwa T. mentagrophytes lebih dahulu
dihambat pertumbuhannya oleh sabun. Meski demikian, nilai diameter
yang menunjukkan mulainya penghambatan terhadap M. canis memiliki
nilai yang lebih tinggi.
Diameter hambat terhadap T. mentagrophytes dari sabun transparan
yang mengandung ekstrak lengkuas 3% pada pengenceran 1000 ppm,
3000 ppm dan 5000 ppm secara berurutan adalah 7 mm, 9.33 mm dan 14
mm. Pada setiap tingkat pengenceran, diameter hambat terhadap M. canis
adalah 10.67 mm, 13.67 mm dan 18 mm. Berikut disajikan grafik yang
menggambarkan daya hambat sabun yang mengandung ekstrak lengkuas
3% terhadap jamur uji.
20.00
18.00
Diameter Hambat (mm)
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
1000 ppm 3000 ppm 5000 ppm
Tingkat Pengenceran
T. mentagrophytes M. canis
Gambar 13. Grafik daya hambat sabun transparan dengan ektrak lengkuas
3% terhadap jamur uji
46
Volk dan Wheeler (1984), menyebutkan bahwa jasad penyebab
dermatofitosis adalah organisme-organisme yang berhubungan erat yang
menggunakan keratin (terdapat pada kulit, rambut dan kuku) untuk
pertumbuhannya.
T. mentagrophytes merupakan salah satu jamur yang menyebabkan
penyakit Tinea Corporis. Penyakit ini berupa kadas kulit halus yang
ditandai dengan luka bundar dengan batas yang mengandung bintik-bintik.
Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh M. canis adalah Tinea Capitis
atau kadas kulit kepala. Penyakit ini muncul sebagai perluasan gelang-
gelang dikulit kepala dengan organisme tumbuh didalam dan pada rambut.
Akibat dari penyakit ini adalah terjadinya peradangan yang menyebabkan
luka-luka dalam yang bila sembuh akan menimbulkan bekas dan hilangnya
rambut secara permanen.
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan diketahui bahwa
diameter hambat sabun transparan terhadap M. canis berkisar antara 5 mm
hingga 18 mm. Sedangkan diameter hambat terhadap T. mentagrophytes
menunjukkan hasil dengan kisaran 5-14 mm. Kisaran nilai diameter
hambat menunjukkan bahwa M. canis lebih mudah dihambat
pertumbuhannya dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Hal ini
diketahui dari kemampuan sabun transparan yang mengandung ekstrak
lengkuas menghambat pertumbuhan M. canis lebih baik dari pada T.
mentagrophytes. Hal ini juga menunjukkan bahwa Microsporum canis
lebih sensitif terhadap senyawa anti jamur lengkuas.
Berdasarkan morfologinya, M. canis memiliki dinding spora yang
tebal dan fase pertumbuhan dari jamur ini tergolong lambat. Sebaliknya,
T. mentagrophytes memiliki dinding spora yang lebih tipis dengan fase
pertumbuhan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan M. canis
(Anonim, 2006). Fase pertumbuhan dari jamur ini berkaitan dengan
kecepatan germinasi spora yang berpengaruh terhadap daya anti jamur.
Horsfall (1956) mengemukakan bahwa kecepatan germinasi spora
berpengaruh terhadap kemampuan anti jamur dalam menghambat
pertumbuhan jamur.
47
Griffin (1981), menerangkan bahwa jamur yang memiliki germinasi
spora yang cepat akan lebih sulit dihambat pertumbuhannya oleh suatu zat
anti jamur bila dibandingkan dengan jamur yang bergerminasi lebih
lambat. M. canis yang memiliki fase pertumbuhan dengan germinasi yang
lambat mengakibatkan kecepatan senyawa anti jamur lebih dahulu
berpenetrasi kedalam sel jamur sebelum spora bergerminasi. Hal ini yang
menyebabkan M. canis dapat dihambat lebih baik oleh senyawa anti jamur
dibandingkan dengan T. mentagrophytes.
Selanjutnya Harborne (1987) menyebutkan bahwa senyawa aktif
yang berfungsi sebagai anti jamur antara lain eugenol, kaemferol,
kuersetin, galangin serta asetoksicavikol asetat. Senyawa ini merupakan
senyawa aktif yang terdapat pada lengkuas. Adapun rumus bangun dari
senyawa anti jamur lengkuas dapat dilihat pada Gambar 14.
OH
OCH3 O OH
OH HO O
OH
OH
OH O OH
CH2CH=CH2 OH O
O
HO
OH
OH O
48
hidrogen. Senyawa ini berikatan dengan asam amino dari protein
kemudian akan membentuk produk konjugasi yang bersifat hidrofilik.
Terbentuknya produk konjugasi ini akan mengakibatkan terhambatnya
metabolisme sel. Senyawa yang terbentuk mengubah struktur asam amino
yang fungsinya adalah untuk metabolisme sel. Ketidakseimbangan
metabolik ini dapat menghambat pertumbuhan atau menimbulkan
kematian sel jamur.
Susunan utama dari membran sitoplasma anti jamur yang terdiri dari
protein dan lemak bersifat rentan terhadap bahan yang dapat menurunkan
tegangan permukaan yaitu bahan yang memiliki grup lipofil dan hidrofil
(Siswandono dan Soekardjo, 1995). Senyawa anti jamur dari lengkuas ini
memiliki grup lipofil dan hidrofil dalam molekulnya sehingga memiliki
kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan. Membran
sitoplasma yang rentan terhadap bahan yang dapat menurunkan tegangan
seperti senyawa aktif dalam lengkuas menyebabkan kerusakan pada
membran tersebut. Kerusakan pada membran ini memungkinkan ion
anorganik yang penting seperti nukleotida, koenzim dan asam amino
keluar sel. Selain itu, kerusakan membran sel juga dapat mencegah
masuknya bahan-bahan penting kedalam sel sehingga kebutuhan sel tidak
terpenuhi dan metabolisme sel juga akan terganggu.
4. Uji Organoleptik
49
dan aroma. Skala penilaian yang digunakan pada uji hedonik ini adalah 1
sampai 5 dengan jumlah panelis sebanyak 30 orang.
sangat suka
56.67
60% suka
biasa
66.67 53.33
40% tidak suka
sangat tidak suka
20% 30.00
16.67
10.00 6.67
0%
1% 2% 3%
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas
50
Berdasarkan Gambar 15 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian
besar panelis yang menyatakan sangat suka dan suka adalah pada
sabun dengan konsentrasi ekstrak lengkuas 1%. Hasil analisis
keragaman (23c) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak
lengkuas berbeda nyata terhadap penilaian kesukaan warna panelis
pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05). Uji lanjut Duncan (Lampiran
23d) menyatakan bahwa penilaian kesukaan panelis pada setiap
konsentrasi ekstrak lengkuas saling berbeda nyata.
Berdasarkan rata- rata penilaian pada uji Duncan, dapat diketahui
juga bahwa untuk sabun transparan dengan ekstrak lengkuas 1%
panelis cenderung menyatakan suka hingga sangat suka. Pada sabun
dengan ekstrak 2% menyatakan biasa hingga suka, dan untuk sabun
dengan ekstrak 3% panelis cenderung menyatakan biasa. Penambahan
ekstrak lengkuas yang berwarna kecoklatan dan agak keruh
mengakibatkan berkurangnya transparansi pada sabun transparan. Hal
ini yang menyebabkan penilaian kesukaan panelis semakin berkurang
seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak lengkuas.
51
3% yaitu sebesar 16.67% yang diikuti oleh sabun dengan konsentrasi
1% (10%) dan 2% (6.67%). Sedangkan persentase panelis yang
memberikan penilaian sangat tidak suka adalah sama untuk setiap
konsentrasi penambahan ekstrak. Berikut disajikan gambar penilaian
kesukaan panelis terhadap tekstur sabun transparan yang dihasilkan
pada setiap tingkat konsentrasi ekstrak lengkuas.
52
Panelis memberikan penilaian biasa pada sabun yang
mengandung ekstrak lengkuas 1% sebesar 46.67%, suka sebesar
43.33%, tidak suka sebesar 6.67%, sangat suka 3.37% dan tidak ada
panelis yang menyatakan ketidaksukaannya terhadap sabun tersebut.
Sebagian besar panelis memberikan penilaian biasa sebesar 53.33%,
suka sebesar 26.67% dan sangat suka dan tidak suka masing-masing
sebesar 10% untuk sabun transparan dengan ekstrak lengkuas 2%.
Begitu juga dengan sabun transparan yang mengandung ekstrak
lengkuas 3%, sebesar 80% panelis memberikan penilaian biasa, 10%
panelis menyatakan tidak suka 6.67% dan 3.33% panelis menyatakan
sangat tidak suka terhadap busa dari sabun yang dihasilkan. Penilaian
kesukaan panelis terhadap busa sabun transparan pada setiap tingkat
konsentrasi ekstrak lengkuas dapat dilihat pada Gambar 17.
80%
Frekuansi Kesukaan
43.33 26.67
sangat suka
60% suka
80.00
biasa
40% 53.33 tidak suka
46.67 sangat tidak suka
20%
10.00
6.67 10.00 3.33
0%
1% 2% 3%
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas
53
1% dan 2% tidak berbeda nyata. Panelis menyatakan biasa hingga suka
untuk kedua sabun tersebut.
54
100% 3.33
13.33
30.00 23.33
80%
Frekuensi Kesukaan
sangat suka
60% suka
50.00 70.00 biasa
40% 60.00 tidak suka
sangat tidak suka
20%
20.00
13.33
10.00 3.33 3.33
0%
1% 2% 3%
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas
55
menyatakan suka dan 10% sisanya menyatakan sangat tidak suka
terhadap aroma sabun tersebut. Pada sabun transparan dengan
konsentrasi 2% panelis yang memberikan penilaian tidak suka
terhadap aroma sebesar 43.33%, panelis memberikan penilaian biasa
sebesar 23.33%, sangat tidak suka sebesar 16.67% dan 3.33% panelis
memberikan penilaian sangat suka. Sedangkan untuk sabun transparan
yang mengandung ekstrak lengkuas 3%, sebesar 40% panelis
menyatakan tidak suka, 23.33% panelis menyatakan biasa, 20%
panelis sangat tidak suka, penilaian suka diberikan pada persentase
13.33% dan panelis yang menyatakan sangat suka pada aroma sabun
transaparan ini sebesar 3.33%. Penilaian kesukaan terhadap aroma
sabun transparan yang dihasilkan pada setiap tingkat konsentrasi
disajikan pada Gambar 19 berikut :
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Perlunya dilakukan uji klinis untuk mengetahui daya anti jamur sabun
transparan pada kulit.
2. Perlunya dilakukan uji anti jamur dari sabun yang dihasilkan terhadap
jamur penyebab penyakit kulit yang lainnya yaitu Epidermophyton
floccosum dan Microsporum aoudini.
3. Pengkajian tentang pengaruh umur simpan sabun transparan terhadap daya
anti jamur.
4. Dilakukan pemurnian ekstrak lengkuas sebelum diaplikasikan kedalam
produk sehingga penggunaannya lebih efisien dan diharapkan dapat
memperbaiki penampakan dari sabun transparan yang dihasilkan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Adianto. 1993. Biologi Pertanian. Pupuk kandang, pupuk organik nabati dan
insektisida. Penerbit Alumni, Bandung : 103
Annual Book of ASTM Standars. 2002. Volume 15.04. West Conshocken, PA.
United States : 12-14, 80
Anonim. 1983. Farmakologi dan Terapi edisi II. Bag. Farmakologi FK UI.
Jakarta.
Anonim. 1998. Quality Control Methods for Medicinal Plant Material. World
Health Organisation, Geneva : 1-3
Azmi, N. 1991. Pengaruh Ukuran Bahan dan Nisbah Pelarut dengan Bahan
terhadap Rendemen dan Mutu Oleoresin dari Fuli Pala (Miristica Fragrans
Houtt). Skrispsi. Fateta IPB, Bogor : 42
Bailey, A.E. 1950. Indutrial Oils and Fats Processing. Di dalam S. Ketaren. 1986.
Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta : 15,
302-303
Cognis. 2003. Clear Bar Soap, Formulation No : GWH 96/25. Care Chemical
Division PT. Cognis Indonesia, Jakarta
Departemen Pertanian. 2004. Tabel Statistik Produksi dan Luas Panen Lengkuas,
Lempuyang dan lainnya 1999-2003. Di dalam
www.deptan.go.id/editama/CD_statistik2004/tabel_Statistik2004
Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia II. Depkes RI, Jakarta : 48-56
Farrell, K. T. 1990. Spices, Condiments and Seasonings. AVI Pubs. Co. Inc.
Westport, Connecticut : 264
Griffin, D. H. 1981. Fungal Physiology. John Wiley dan Son, Inc, USA : 242-243
Guenther, E. 1952. The Essential Oil. Vol. V. Individual Essential Oils of the
Plant Families. Van Nostrand Comp, Toronto : 230, 301-304
Hambali, E., A. Suryani, dan M. Rivai. 2005. Membuat Sabun Transparan Untuk
Gift dan Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta : 19-23
Herman, M. J. 1996. Anti jamur Sistemik. Cermin Dunia Kedokteran ; 108 :37-44
60
Heryani, H. 2002. Kajian Fraksi Aktif dan Formulasi Tabat Barito (Ficus
Deltoidea Jack) sebagai Antimikroorganisme Klinis. Desertasi. Program
Pasca Sarjana-IPB, Bogor : 99-102
Hezmela, R. 2006. Daya Anti jamur Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata
K Schum). Skripsi. Fateta IPB, Bogor : 32
Jay, J. M. 1992. Modern Food Microbiology. Van Nostrand Reinhold Publ, New
York :30
Jirovetz, L., G. Buchbaler, M.P. Shafi dan M.K. Leela. 2003. Analysis of the
essential oils of the leaves, stems, rhizomes and roots of the medicinal plant
Alpinia galanga fromsouthern India, Acta Pharm. 53 :73–81
61
Khattak, Somia, S. Rehman, H. U. Shah, W. Ahmad, M. Ahmad. 2005.
Biological Effects of Indigenous Medicinal Plants Curcuma longa and
Alpinia galanga. Fitoterapia 76 : 254–257.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 1993. Buku Farmasi Fisik Edisi
Ketiga. Jilid 2. Terjemahan. UI. Press, Jakarta : 559, 563
Nostro, A., M.P. Germano, V.D'Angelo, A. Marino and M.A. Cannatelli. 2000.
Extraction Methods and Bioautography for Evaluation of Medicinal Plant
Antimirobial Activity. Pharmaco-Biological. Faculty of Pharmacy.
University of Messina, Italy. Applied Microbiology 30: 379-384
Piyali, G., R. G. Bhirud dan V. V. Kumar, 1991. Detergency and Foam Studies on
Linear Alkylbenzene Sulfonate and Secondary Alkyl Sulfonte. J. Of
Surfactant and Detergen, Vol. 2(4): 489-493 in Journal of Palm Research
13(2)
Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green dan S.R.L. Robbins. 1981. Spices, vol
2. Logman Inc., New York : 484-500
62
Soap and Detergent Association (SDA).2001.Soap and Detergens.www.sdahq.org
Spitz, L. 1996. Soap and Detergen a Theorical and Practical Review. AOCS
Press, Champaign-Illionis : 2, 47-73
Sudjana. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi ke-3. Penerbit Tarsito,
Bandung : 19
Swern, D. 1979. Baileys Industrial Oil and Fat Products. Volume I. Fourth
Edition. John Wiley and Sons. New York : 283, 311
Ultee, A., L.G.M. Gorris dan E.J. Smid. 1998. Bactericidal Activity of Carvacrol
Towars the Foodborne Phatogen Bacillus cereus. J.Appl. Microbiol. 85:211
Volk, W.A and M.F. Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi 5 Jilid 2. Penebit
Erlangga. Jakarta : 193-195
Walton, N.J. and D.E. Brown. 1998. Chemical from plants. Perspectives on plant
secondary products. Imperial College press. World scientific publishing
Co.Pte.Ltd. London : 99-103
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Indonesia,
Jakarta : 84-90
Winholz, M. Budayari, S. Blumetti, dan R.F. Ottertein. 1983. The Merck Index.
Tenth Ed. Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biological. Merck and
Co., Inc. Rahway, N.J., USA : 28
63
Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Bubuk Lengkuas (Farell, 1990)
Rimpang
Lengkuas Segar
Pengirisan : ± 5 mm
Pengeringan : 50 – 60 oC
Simplisia
Penggilingan : 50 mesh
Bubuk Lengkuas
Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Serbuk Lengkuas (Farell, 1990 dan
Purseglove, 1981)
Bubuk
Lengkuas
Pengadukan : 3 jam
Penyaringan
Ampas Filtrat
Evaporasi
Ekstrak Kental
Serbuk
Lengkuas
65
Lampiran 3. Prosedur Analisis Mutu Bahan Baku
66
Wb : Berat bubuk lengkuas (g)
67
Lampiran 4. Prosedur Analisis Mutu Ekstrak Lengkuas
68
Lampiran 5. Diagram Alir Pembuatan Sabun Transparan (Modifikasi Cognis,
2003)
Asam Stearat,
Minyak kelapa,
minyak jarak
Pemanasan dan
pengadukan pada
suhu 70oC
NaOH 30%,
Gliserin, etanol
Pengadukan pada
o
suhu 70 – 80 C
Stock Sabun
Pengadukan sampai
homogen
Pengadukan sampai
homogen
Pencetakan
Sabun transparan
69
Lampiran 6. Prosedur Analisis Karakteristik Sabun
70
netral ditambahkan 10 ml KOH dalam alkohol 0,5 N, dikerjakan seperti diatas
(misalnya b ml).
Kadar lemak tak tersabunkan = (b-a) x N x 0,0-561 x 100%
0,258 x gram zat
56,1 : bobot setara KOH
258 : rata-rata bilangan penyabunan
5. Kadar Alkali Bebas yang Dihitung Sebagai Kadar NaOH (SNI 06-3532-
1994)
Timbang 25 gram contoh sabun dan masukkan kedalam erlenmeyer.
Kemudian tambahkan 75 ml etanol dan sedikit batu didih lalu panaskan pada
penangas air sehingga sabunnya melarut. Tambahkan 10 ml larutan Barium
Chlorida panas (BaCl 20%) dan indikator pp. Putarlah erlenmeyer agar terjadi
pencampuran menjadi sempurna kemudian titrasi dengan H2SO4 1 N hingga
warna merah jambu hilang.
71
6. Kadar Minyak Mineral (SNI 06-3532-1994)
Dari bekas penetapan kadar asam lemak, pipet ± 0,3 ml lemak dan tambahkan
5 ml larutan KOH dalam alkohol dan panaskan. Tambahkan air, bila terjadi
kekeruhan menandakan adanya minyak mineral
72
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Karakteristik Sabun
73
Lampiran 8. Lembar Uji Kesukaan
UJI ORGANOLEPTIK
Nama Panelis :
Tanggal :
Tuliskan penilaian anda dalam skala 1-5 pada tabel yang tersedia :
5= Sangat suka
4= Suka
3= Biasa
2= Tidak Suka
1= Sangat tidak suka
Parameter Kode
317 318 319
Warna/transparansi
Tekstur
Banyaknya busa
Kesan kesat
Aroma
Berdasarkan penilaian secara umum, urutkan sabun antijamur yang paling anda
sukai menurut kode sampel :
Rangking Kode
1
2
3
74
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Mutu Bahan Baku
75
Lampiran 10a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Kadar Air sabun Transparan
Sampel Ulangan 1(%) Ulangan 2 (%) Rata-rata (%)
1% 17.43 17.45 17.44 ± 0.014
2% 17.46 17.45 17.46 ± 0.007
3% 17.46 17.45 17.46 ± 0.007
Lampiran 11a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan
Sampel Ulangan 1(%) Ulangan 2 (%) Rata-rata (%)
1% 41.96 41.82 41.89 ± 0.099
2% 36.57 36.71 36.64 ± 0.099
3% 35.87 35.57 35.72 ± 0.212
Lampiran 11b. Hasil Analisis Ragam Jumlah Asam Lemak Sabun Transparan
Sumber Jumlah Kuadrat Sig.
Keragaman Kuadrat df Tengah Fhitung (α=0.05)
Perlakuan 44.319 2 22.159 1029.068 0.000*
Galat 0.065 3 0.022
Total 44.383 5
Keterangan : Sig*. (Signifikansi/Probabilitas)<0.05 menunjukkan berbeda nyata
Lampiran 11c. Hasil Uji Lanjut Duncan Jumlah Asam Lemak Sabun
Transparan
Konsentrasi Ekstrak N Rata-rata Kelompok Duncan
1% 2 41.89 A
2% 2 36.64 B
3% 2 35.72 C
76
Lampiran 12a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Fraksi Tak Tersabunkan
Sabun Transparan
Sampel Ulangan 1(%) Ulangan 2 (%) Rata-rata (%)
1% 1.79 1.81 1.80 ± 0.014
2% 2.85 2.52 2.69 ± 0.233
3% 3.44 3.77 3.61 ± 0.233
Lampiran 12c. Hasil Uji Lanjut Duncan Fraksi Tak Tersabunkan Sabun
Transparan
Konsentrasi Ekstrak N Rata-rata Kelompok Duncan
1% 2 1.80 A
2% 2 2.69 B
3% 2 3.61 C
Lampiran 13a. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Bagian Tak Larut dalam
Alkohol Sabun Transparan
Sampel Ulangan 1(%) Ulangan 2 (%) Rata-rata (%)
1% 1.17 1.18 1.18 ± 0.007
2% 2.33 2.31 2.32 ± 0.014
3% 3.00 2.76 2.88 ± 0.169
Lampiran 13b. Hasil Analisis Ragam Bagian Tak Larut dalam Alkohol Sabun
Transparan
Sumber Jumlah Kuadrat Sig.
Keragaman Kuadrat df Tengah Fhitung (α=0.05)
Perlakuan 3.021 2 1.511 155.995 0.001*
Galat 0.029 3 0.010
Total 3.050 5
Keterangan : Sig*. (Signifikansi/Probabilitas)<0.05 menunjukkan berbeda nyata
77
Lampiran 13c. Hasil Uji Lanjut Duncan Bagian Tak Larut dalam Alkohol
Sabun Transparan
Konsentrasi Ekstrak N Rata-rata Kelompok Duncan
1% 2 1.18 A
2% 2 2.32 B
3% 2 2.88 C
Lampiran 14b. Data Hasil Analisis Ragam Alkali Bebas Sabun Transparan
Sumber Jumlah Kuadrat Sig.
Keragaman Kuadrat df Tengah Fhitung (α=0.05)
Perlakuan 0.001 2 0.001 7.800 0.065*
Galat 0.000 3 0.000
Total 0.002 5
Keterangan : Sig*. (Signifikansi/Probabilitas)>0.05 menunjukkan tidak berbeda
nyata
78
Lampiran 16c. Hasil Uji Lanjut Duncan pH Sabun Transparan
Konsentrasi Ekstrak N Rata-rata Kelompok Duncan
1% 2 10.63 A
2% 2 10.31 B B
3% 2 10.09 C
79
Lampiran 19b. Hasil Analisis Ragam Kekerasan Sabun Transparan
Sumber Jumlah Kuadrat Sig.
Keragaman Kuadrat df Tengah Fhitung (α=0.05)
Perlakuan 0.004 2 0.002 1.037 0.455*
Galat 0.005 3 0.002
Total 0.009 5
Keterangan : Sig*. (Signifikansi/Probabilitas)>0.05 menunjukkan tidak berbeda
nyata
80
Lampiran 21. Zona Hambat Sabun Transparan Terhadap Tricophyton
mentagrophytes
81
Lampiran 22. Zona Hambat Sabun Transparan Terhadap Microsporum canis
82
Lampiran 23a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap
Warna/Transparansi
Perlakuan
Panelis 1 % (318) 2 % (319) 3 % (317)
1 4 3 2
2 4 5 3
3 4 4 3
4 4 3 3
5 4 2 2
6 5 3 2
7 4 3 3
8 4 3 3
9 4 2 2
10 4 3 3
11 4 4 2
12 5 4 3
13 4 3 3
14 5 3 1
15 4 3 2
16 4 3 3
17 4 2 2
18 4 3 2
19 3 4 3
20 4 4 3
21 4 3 3
22 5 5 3
23 5 3 4
24 4 2 2
25 5 4 3
26 4 3 3
27 4 3 3
28 5 3 4
29 3 4 3
30 3 2 1
83
Lampiran 23c. Hasil Analisis Ragam Penilaian Kesukaan Panelis Terhadap
Warna/Transparansi
Sumber Jumlah Kuadrat Sig.
Keragaman Kuadrat df Tengah Fhitung (α=0.05)
Perlakuan 34.422 2 17.211 34.635 0.000*
Galat 43.233 87 0.497
Total 77.656 89
Keterangan : Sig*. (Signifikansi/Probabilitas)<0.05 menunjukkan berbeda nyata
Lampiran 23d. Hasil Uji Lanjut Duncan Penilaian Kesukaan Panelis Terhadap
Warna/Transparansi
Konsentrasi Ekstrak N Rata-rata Kelompok Duncan
1% 30 4.13 A
2% 30 3.20 B
3% 30 2.63 C
Lampiran 24a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap Tekstur
Perlakuan
Panelis 1 % (318) 2 % (319) 3 % (317)
1 4 4 4
2 4 5 3
3 4 3 3
4 4 3 3
5 3 4 4
6 4 4 4
7 4 3 3
8 3 3 3
9 3 4 3
10 4 4 4
11 1 1 1
12 3 3 3
13 4 4 4
14 2 3 4
15 3 2 2
16 2 3 2
17 3 3 3
18 3 3 3
19 4 4 4
20 4 4 4
21 3 3 3
22 5 4 3
23 4 4 4
24 4 3 3
25 4 4 4
26 3 4 2
27 2 2 2
28 4 5 2
29 4 3 3
30 4 4 4
84
Lampiran 24b. Hasil Perhitungan Penilaian Kesukaan Panelis Terhadap
Tekrtur Sabun Transparan
Skala Konsentrasi Ekstrak Lengkuas Total
1% 2% 3%
Skor Tekstur 1 1 1 1 3
2 3 2 5 10
3 9 12 13 34
4 16 13 11 40
5 1 2 3
Total 30 30 30 90
85
Lampiran 25a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap Busa
Perlakuan
Panelis 1 % (318) 2 % (319) 3 % (317)
1 3 4 4
2 4 5 3
3 4 3 3
4 3 4 3
5 3 4 3
6 5 3 4
7 4 5 2
8 3 3 3
9 4 4 1
10 3 2 2
11 3 3 3
12 4 3 3
13 3 3 3
14 2 4 3
15 3 3 3
16 2 2 2
17 3 2 3
18 3 3 3
19 4 3 3
20 3 3 3
21 4 3 3
22 4 3 3
23 3 3 3
24 3 3 3
25 4 4 3
26 3 3 3
27 4 4 3
28 4 3 3
29 4 5 3
30 4 4 3
86
Lampiran 25c. Hasil Analisis Ragam Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Busa
Sumber Jumlah Kuadrat Sig.
Keragaman Kuadrat df Tengah Fhitung (α=0.05)
Perlakuan 5.067 2 2.533 5.371 0.006*
Galat 41.033 87 0.472
Total 46.100 89
Keterangan : Sig*. (Signifikansi/Probabilitas)<0.05 menunjukkan berbeda nyata
Lampiran 25d. Hasil Uji Lanjut Duncan Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Busa
Konsentrasi Ekstrak N Rata-rata Kelompok Duncan
1% 30 3.43 A
2% 30 3.37 B
3% 30 2.90 C
.
Lampiran 26a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap Kesat Kesat
Perlakuan
Panelis 1 % (318) 2 % (319) 3 % (317)
1 3 3 4
2 4 4 3
3 3 3 3
4 3 3 3
5 3 3 3
6 4 2 3
7 4 5 2
8 2 3 4
9 3 4 3
10 3 3 3
11 4 2 4
12 2 4 3
13 3 3 3
14 4 3 1
15 3 3 3
16 3 3 3
17 4 2 3
18 3 2 2
19 3 2 3
20 2 2 2
21 3 3 3
22 3 4 3
23 3 3 3
24 3 3 3
25 4 4 2
26 3 1 3
27 4 4 4
28 3 3 3
29 3 3 3
30 4 4 3
87
Lampiran 26b. Hasil Perhitungan Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Kesat Kesat
Konsentrasi Ekstrak Lengkuas
Skala 1% 2% 3% Total
Skor 1 0 1 1 2
Kesan 2 3 6 4 13
Kesat 3 18 15 21 54
4 9 7 4 20
5 0 1 0 1
Total 30 30 30 90
Lampiran 26c. Hasil Analisis Ragam Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Kesat Kesat
Sumber Jumlah Kuadrat Sig.
Keragaman Kuadrat df Tengah Fhitung (α=0.05)
Perlakuan 1.089 2 0.544 1.086 0.342*
Galat 43.633 87 0.502
Total 44.722 89
Keterangan : Sig*. (Signifikansi/Probabilitas)>0.05 menunjukkan tidak berbeda
nyata
88
Lampiran 27a. Data Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis Terhadap Aroma
Perlakuan
Panelis 1 % (318) 2 % (319) 3 % (317)
1 4 3 4
2 4 4 3
3 3 4 4
4 2 2 2
5 4 2 2
6 3 4 4
7 3 2 2
8 2 2 2
9 2 2 3
10 3 2 2
11 1 1 1
12 2 3 2
13 1 1 1
14 4 3 1
15 1 1 1
16 3 1 2
17 3 1 3
18 3 3 3
19 2 2 2
20 2 2 2
21 3 2 2
22 4 5 4
23 3 3 3
24 2 3 5
25 2 2 2
26 3 3 3
27 2 2 2
28 3 4 3
29 3 2 1
30 2 2 1
89
Lampiran 27c. Hasil Analisis Ragam Penilaian Hasil Uji Hedonik Panelis
Terhadap Aroma
Sumber Jumlah Kuadrat Sig.
Keragaman Kuadrat df Tengah Fhitung (α=0.05)
Perlakuan 0.956 2 0.478 0.475 0.624*
Galat 87.533 87 1.006
Total 88.489 89
Keterangan : Sig*. (Signifikansi/Probabilitas)>0.05 menunjukkan tidak berbeda
nyata
90