Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2007 : 100).
Semua persalinan berisiko saat sebagian besar kehamilan dan kelahiran bukan menjadi
peristiwa besar, sekitar 15 % ibu hamil berpotensi mengalami komplikasi yang mengancam
jiwa yang memerlukan perawatan terampil dan beberapa ibu hamil memerlukan intervensi
obstetrik utama agar dapat diselamatkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi
tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi
perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan
umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes
RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43%
dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.
Sebenarnya perdarahan post partum dapat diturunkan dengan penanganan yang
optimal dari tenaga kesehatan. Tetapi dalam menurunkan angka kejadian perdarahan
postpartum akibat perdarahan tidak hanya mengurangi risiko kematian ibu, tetapi juga
menghindarkannya dari risiko kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan postpartum
seperti reaksi tranfusi, tindakan operatif, dan infeksi. Jadi yang menjadi titik utama adalah
ketrampilan dari petugas dalam menangani persalinan.
Pemantauan melekat pada ibu pasca persalinan serta mempersiapkan diri akan adanya
kejadian postpartum merupakan tindakan yang sangat penting. Karena alasan tersebut maka
manajemen aktif kala tiga merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menurunkan
kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan perdarahan pasca persalinan, oleh karena itu
membatasi makalah yang kami susun dengan pengertian persalinan kala III, fisiologi
persalinan kala tiga, dan manajemen aktif kala tiga. Sehingga tenaga kesehatan dapat
menerapkan dalam praktik persalinan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah-
masalah berikut ini :
1. Apa pengertian Persalinan?
2. Apa pengertian Persalinan Kala Tiga?
3. Bagaimana Fisiologi Persalinan Kala Tiga?
4. Apa Manajemen Aktif Kala Tiga?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Persalinan Kala Tiga?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui fisiologi persalinan kala tiga, penatalaksanaan manajemen aktif
kala tiga serta asuhan keperawatan persalinan kala tiga.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami persalinan khususnya kala tiga persalinan
2. Agar penyusun lebih mengetahui tentang manajemen aktif kala tiga.
3. Semoga makalah ini bisa dijadikan bahan referensi yang terkait mengenai
persalinan kala tiga.
4. Mahasiswa dapat menerapkan manajemen aktif kala tiga dalam praktik profesi.
5. Sebagai bahan belajar dan pengetahuan tentang penatalaksanaan persalinan kala
tiga.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Institusi
1. Digunakan sebagai buku bacaan di perpustakaan agar bisa bermanfaat bagi
para pembaca.
2. Sebagai bahan bandingan persepsi tentang persalinan kala tiga.
1.4.2 Bagi Profesi
1. Perawat lebih mengetahui pencegahan perdarahan postpartum dengan
manajemen aktif kala tiga .
2. Perawat lebih memahami tentang penatalaksanaan dan asuhan keperawatan
persalinan kala III.
1.4.3 Bagi Penyusun
1. Sebagai ilmu pengetahuan tentang persalinan kala III.
2. Lebih tahu ,tentang penatalaksanaan dan manajemen aktif kala tiga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian persalinan


2.1.1 Persalinan
Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir.
(Moore, 2001)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut (Manuaba, 1998)
a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

2.1.2 Etiologi Persalinan


Penyebabkan persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah teori – teori
yang komplek. Antara lain dikemukakan faktor – faktor humoral, struktur rahim,
sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf , dan nutrisi.
a. Teori Penurunan Hormon Progesteron
1 – 2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi tua

3
Plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi
rahim.
b. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskhemia otot –
otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
c. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak gangglion servikale (fleksus Frankenhauser).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi uterus.
d. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus Frakenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

2.2 Pengertian Persalinan Kala Tiga


2.2.1 Persalinan Kala Tiga
Persalinan kala tiga tersebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta
dan juga merupakan kelanjutan dari persalinan kala satu (kala pembukaan) dan
persalinan kala dua (kala pengeluaran). Dengan demikian, berbagai aspek akan
dihadapi pada kala tiga, sangat berkaitan pada tahap-tahap sebelumnya.
Persalinan kala tiga adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
2.2.2 Etiologi Pelepasan Plasenta
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus
(spotan atau dengan stimulus) setelah kala II selesai. Berat plasenta mempermudah
terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan
plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta.

Atau dalam persalinan kala tiga normal di bagi 4 fase,yaitu:


1. Fase laten
Di tandai oleh menebalnya dinding uetrus yang bebas tempat plasenta, namun
dinding tempat plasenta melekat masih tipis.

4
2. Fase kontraksi
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat melekat plasenta (dari 1 cm
menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan Plasenta
Fase plasenta menyempurnakan pemisahan dari dinding uterus dan lepas.
Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara palsenta yang pasif dengan
otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta.
4. Fase Pengeluaran
Dimana palsenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah
Etiologi
pemisahan tetap tidak berubah partus
dan sejumlah darah kecil berkumpul di dalam
rongga rahim. Menunjukan pelepasan plasenta merupakan akibat bukan sebab.
h. progesteron Plasenta mjd Iritasi mekanik Patologis
2.2.3 Patogenesis keregangan
tua Induksi partus
1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau servik; kelemahan
atau tidak efektifnya kontraksi uterus. Kontraksi (His) Fase laten

2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa.
Fase aktif
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang
Etiologi pelepasan
tidak perlu sebelum terjadi pelepasan plasenta menyebabkanLahirnya
plasenta
Bayi yang
kontraksi
tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu.
2.2.4 ManifestasiFase
Fase laten Klinis
kontraksi Fase pelepasan Fase patogenesis
Tanda-tanda klinis dari pelepasanplasenta
plasenta yaitu : pengeluaran
Kelainan plsenta
Menebalnya1. Semburan darah
Menebalnya
Terkumpulnya
dinding uterus dinding uterus Kekuatan Plasenta manual
sejumlah darah
sebagian2. Pemanjangan tali pusat
seluruhnya Pasif plasenta
Aktif otot uterus di rongga
3. Perubahan bentuk uterus : dari diksoid rahim bundar Kelainan
menjadi bentuk uterus
(globular)
4. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen. uterotonik
Gejala klinis umum yang terjadi ialah kehilangan darah dalam jumlah banyak
Plasenta keluar
Kesalahan
500 cc, nadi lemah, pucat, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi shock
manajemen
kala 3
hipovolemik, tekanan Mempengaruhi
darah rendah, ekstermitas dingin, mual.

Cidera risiko
Psikologis Sistem reproduksi Metabolisme Sistem sirkulasi Nutrisi tinggi,
maternal
Kecemasan
Vagina&perineum Tekanan darah me
Bertambah Input oral
2.2.5 Pathway
anggota klg kurang
Kurang Laserasi jln Hilangnya Curah jantung me
informasi, lahir darah
proses partus
Krisis situasi, Ggg.
Peran & Kebutuhan
tanggung jwb Kurangnya Nutrisi
Trauma Jar. Car. Output me
pengetahuan 5
Proses Kurangnya
Nadi & RR me
perubahan vol. cairan
klg Nyeri
2.3 Fisiologi Persalinan Kala Tiga
Persalinan kala tiga, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam
vagina.
2.3.1 Mekanisme Pelepasan Plasenta
Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta berwarna
antara kebiruan dan kemerahan serta tersusun dari lobus lobus. Pada plasenta bagian
maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini berlangsung
tanpa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin. Permukaan fetal
plasenta halus, berwarna putih dan mengkilap serta di permukaannya dapat dilihat
cabang vena dan arteri umbilikalis. Dua selaput ketuban yang melapisi permukaan fetal
adalah korion dan amnion, yang memanjang sampai ujung bagian luar kantong yang
berisi janin dan cairan amnion.
Tali pusat membentang dari umbilikus janin sampai ke permukaan fetal plasenta.
Umumnya memiliki panjang sekitar 56 cm. Tali pusat ini mengandung tiga pembuluh
darah: dua arteri yang berisi darah kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang
mengandung oksigen menuju janin.
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga
mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta
menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus
karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi atau beretraksi.
Pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini
menambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan.
Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari
uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban
dan bekuan darah retroplasenta.

6
...........tidak ada perdarahan Perdarahan terkontrol

Uterus
kontraksi dg
baik

Bekuan darah
retroplasenta

Gambar 2.1 Plasenta tidak terpisah


Gambar 2.3 Plasenta di segmen bagian bawah

Terbentuk bekuan
darah retro plasenta
........perdarahan
Perdarahan terkontrol

Gambar 2.2 Plasenta terpisah sebagian Gambar 2.4 Akhir persalinan kala tiga

7
Gambar 2.5 Pelepasan plasenta

Pelepasan plasenta mencakup beberapa tanda, yaitu:


a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontrasi dan
plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat atau fundus berada di atas pusat(sering kali mengarah ke sisi kanan).
b. Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Alfeld)
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro placenta
pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.
Ada 2 metode untuk mengeluarkan plasenta :
1. Metode Schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot ke
vagina melalui lubang dalam kantung amnion, permukaan fetal plasenta muncul
pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung
terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak
terlihat dan bekuan darah berada dalam kantung yang terbalik, kontraksi dan retraksi
otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah
dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karena ada
serat otot oblik di bagian atas segmen uterus.

8
2. Metode Matthews Duncan
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas
lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta
tidak berada dalam kantung. Pada metode ini kemungkinan terjadinya bagian selaput
ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas
semua selengkap metode Schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan
plasenta letak rendah didalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan
darah yang hilang sangat banyak (karena hanya ada sedikit serat oblik di bagian
bawah segmen)

Metode Schultze Metode Ducan

Gambar 2.6 Metode Schultze dan Ducan

2.3.2 Prasat untuk Mengetahui apakah Plasenta Lepas dari Tempat Implantasi
1. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
menekan daerah di atas simpisis bila tali pusat masuk kembali ke dalam
vagina, berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus. Bila tetap atau
tidak masuk berarti plasenta sudah terlepas dari dinding uterus. Prasat ini harus
dilakukan dengan hati-hati.
2. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran tali pusat yang diregangkan
ini berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

9
3. Prasat klein
Ibu disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya
dihentikan dan tali pusat masuk kembali dalam vagina, berarti plasenta belum
terlepas dari dinding uterus.

2.4 Manajemen Aktif Kala Tiga


Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di indonesia disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta
yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga.
2.4.1 Keuntungan manajemen aktif kala tiga
a. Kala tiga persalinan yg lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian retensio plasenta
2.4.2 Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
a. Pemberian suntikan oksitosin
1) Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI
2) Letakkan kain bersih diatas perut ibu
3) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
4) Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik
5) Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan
oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
1) Berdiri disamping ibu
2) Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali
pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
3) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat dibawah
tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan
uterus pada saat melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding
abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.

10
4) Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu, lakukan
penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari
tempat implantasinya
5) Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat
dan tiadk ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan
penegangan tali pusatSetelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran 
plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearah bawah
mengikuti arah jalan lahir

Gambar 2.7 Melahirkan plasenta dengan penegangan tali


pusat

6) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek: pegang
plasenta dengan kedua tangan rata dengan lembut putar plasenta hingga selaput
terpilin
7) Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput
ketuban

Gambar 2.8 Melahirkan plasenta dan menempatkannya ke dalam wadah

8) Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta,
dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama

11
c. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)
Segera setelah kelahiran plasenta
1) Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
2) Jelaskan tindakan ini kepadd ibu dan mungkin merasa tidak nyaman
3) Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pd fundus uteri  uterus
berkontraksi (gambar 2.8) jika tidak berkontraksi dlm wkt 15 detik, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri
4) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
5) Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi
dengan baik, jika blm ulangi rangsangan taktil fundus uteri
6) periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan.

Gambar 2.8 Rangsangan taktil (masase) fundus uteri

2.4.3 Plasenta Manual


Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya
pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan
melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang
dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit
dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang
berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat
dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta
sebaiknya dikeluarkan dengan segera.
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan
retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus
diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa
penderita.
2.4.3.1 Prosedur Plasenta Manual
12
a. Persiapan
1) Pasang set dan cairan infus
2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3) Lakukan anastesi verbal atau analgesia per rektal
4) Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
b. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu
dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan
tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
1. Tindakan Penetrasi ke dalam Kavum Uteri
a) Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet
infuse.
b) Lakukan kateterisasi kandung kemih.
 Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
 Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
c) Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
d) Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah)
kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
e) Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
f) Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g) Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk).
2. Melepas Plasenta dari Dinding Uterus
h) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
 Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian
depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung
tangan menghadap ke atas.
 Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta
dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding
dalam uterus.

13
 Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan
pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak
tangan kanan.
i) Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan
penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
3. Mengeluarkan Plasenta
j) Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus.
k) Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat
plasenta dikeluarkan.
l) Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).
m) Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
n) Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial
setelah plasenta lahir.
4. Dekontaminasi Pasca Tindakan
Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk
sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic.
5. Cuci Tangan Pascatindakan
Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi.
6. Perawatan Pascatindakan
o) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi
apabila masih diperlukan.
p) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang
tersedia.
q) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
r) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah seesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
s) Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama
perawatan dan apa yang perlu dilaporkan.(Di Rumah Sakit).

14
Gambar 2.9 Melepaskan plasenta dari tempat implantasinya

2.5 Asuhan Keperawatan Persalinan Kala Tiga


2.5.1 Pengkajian Dasar Klien
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali
ketingkat noramal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah jantung.
3. Makanan/ cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
4. Nyeri / ketidak nyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
5. Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau
laserasi.
Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
6. Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometerium, biasanya dalam 1 sampai lima menit setelah melahirkan bayi.
Tali pusat memanjang pada muara vagina.
Uterus berubah dari diskoit menjadi bentuk globulat dan meninggikan abdomen.
2.5.2 Prioritas keperawatan
1. Meningkatkan kontraktilitas
2. Mempertahankan volume cairan sirkulasi
3. Meningkatkan keamanan maternal dan bayi baru lahir
4. Mendukung interaksi orangtua-bayi
15
2.5.3 Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kurang atau pembatasan masukan oral, muntah,
diaforesis, atonia uterus dan laserasi jalan lahir.
2. Cedera risiko tinggi terhadap,maternal b/d posisi selama melahirkan, kesulitan
dengan pelepasan plasenta dan profil darah abnormal.
3. Proses keluarga,perubahan b/d terjadinya transisi (penambahan anggota keluarga)
dan krisis situasi (perubahan pada peran atau tanggung jawab).
4. Kurang pengetahuan b/d proses persalinan, kurangnya informasi dan atau kesalahan
interpretasi informasi.
5. Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
2.5.4 Intervensi
Diagnosa 1:
1. Intruksi klien untuk mendorong pada kontraksi; bantu mengarahkan perhatiannya
untuk mengejan.
R/ perhatian klien secara alami pada bayi baru lahir dan keletihan dapat
mempengaruhi individu.
2. Kaji tanda-tanda vital sebelum dan setelah pemberian oksitosin
R/ efek samping oksitosin yang sering terjadi adalah hipertensi
3. Palpasi uterus perhatikan “ballooning”
R/ menunjukan relaksasi uterus dengan perdarahan ke dalam rongga uterus.
4. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau shock
R/ hemmorage dihubungakan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml
5. Tempatkan bayi di payudara klien bila ia merencanakan memberikan ASI
R/ penghisapan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior
6. Massase uterus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta
R/ miometrium berkontraksi sebagai respon terhadap rangsangan taktil lembut

7. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta


R/ pelepasan harus terjadi dalam 5 menit setelah kelahiran.

Diagnosa 2:
1. Palpasi fundus dan massase secara perlahan setelah pengeluaran plasenta.
R/ menghindari rangsangan trauma berlebihan pada fundus
2. Kaji irama pernapasan dan pengembangan.
R/ pada pelepasan plasenta, bahaya ada perubahan emboli cairan amnion dapat
masuk kesirkulasi maternal sehingga dapat menyebabkan emboli paru
3. Bersikan vulva dan perineum dengan air dan larutan anti septik steril.
R/ menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infeksi
saluran asenden selama periode pascapartum
4. Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.
R/ membantu menghindari regangan otot
5. Bantu dalam perpindahan dari meja melahirkan ketempat tidur atau banker dengan
tepat.
R/ klien mungki tidak dapat menggerakkan tungkai bawah karena efek lanjut dari
anastesi.

16
6. Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan ssp.
R/ peningkatan TIK selama mendorong dan peningkatan curah jantung yang cepat.
7. Dapatkan sample darah tali pusat, untuk menentukan golongan darah bayi baru
lahir.
R/ bila bayi adalah rh + dan klien rh - , klien akan menerima imunisasi dengan
imunoglobulin rh ( rh – lg) pada periode pasca partum.

Diagnosa 3:
1. Fasilitasi interaksi antara klien dan bayi baru lahir sesegera mungkin setelah
melahirkan.
R/ membantu mengembangkan ikatan emosi sepanjang hidup diantara anggota
keluarga.
2. Berikan klien dan ayah kesempatan untuk mengedong bayi dengan segera setelah
kelahiran bayi stabil.
R/ kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan.

3. Tunda penetesan salep propilagsis mata sampai klien dan bayi telah interaksi.
R/ memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan orang tua dan secara
aktif berpartisipasi dalam interaksi.

Diagnosa 4:
1. Diskusikan atau tinjau ulang proses norma dari persalinan tahap tiga.
R/ memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan atau memperjelas
kesalahan konsep dan meningkatkan kerjasama dengan aturan.
2. Jelaskan alasan untuk respon perilaku tertentu seperti menggigit dan tremor kaki.
R/ pemahaman membantu klien menerima perubahan tersebut tampak ansietas atau
perhatian yang tidak perlu.
3. Diskusikan rutinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama setelah melahirkan.
R/ memberikan kesempatan perawatan dan penanganan; meningkatkan kerjasama.

Diagnosa 5:
1. Bantu dengan penggunaan teknik pernapasan selama perbaikan pembedahan, bila
tepat.
R/ pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari ketidak nyamanan,
meningkatkan relaksasi.
2. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
R/ mengkontriksikan pembuluh darah, menurunkan edema, dan memberikan
kenyamanan dan anestesia lokal.
3. Ganti pakaian dan linen basah.
R/ meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan.
4. Berikan selimut penghangat
R/ tremor atau menggigil pada pasca melahirkan mungkin karena hilangnya tekanan
secara tiba-tiba pada saraf pelvis./robek

17
18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi


yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Persalinan kala tiga adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Fisiologi persalinan kala tiga, otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya
ukuran rongga uterus secara tiba2 setelah lahirnya bayi, Penyusutan  berkurangnya ukuran
tempat implantasi plasenta.
Manajemen aktif kala tiga adalah tindakan untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah.

3.2 Saran
1. Dengan mempelajari manajemen aktif pada persalinan kala tiga dengan benar maka kita
akan dapat mengurangi resiko perdarahan pospartum yang bisa berakibat fatal pada ibu
bersalin.
2. Bagi para pembaca, dimana makalah yang kami susun banyak kekurangan dan kurang
lengkap, kami mohon kritik yang bisa membangun sehingga kedepan bisa lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E.2001.Rencana perawatan maternal/Bayi:pedoman


perencanaan & dokumentasi perawatan klien;alih bahasa, monica
ester,Ed.2.Jakarta:EGC

Febri.2010.Konsep Dasar Persalianan Diambil pada 10 Mei 2011 dari


http://bidanshop.blogspot.com/2010/05/konsep-dasar-persalinan.html

Ifat.2010.Manajemen aktif kala tiga Diambil pada 10 Mei 2011 dari


http://www.akubidan.com/

JNPK-KR.2007.Asuhan Persalinan Normal.Ed.3 (revisi).jakarta:jaringan


nasional pelatihan klinik-kesehatan reproduksi, perkumpulan obstetri ginikologi
indonesia (JNPK-KR/POGI).

Manuaba, Ida bagus Gde.1998.Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, &


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC

Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

Motherhood, Safe.2001. modul hemoragi postpartum-Materi pendidikan


kebidanan;alih bahasa, palupi widyastuti. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

20

Anda mungkin juga menyukai