Cek Dapus
Cek Dapus
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Program Studi D-IV
Teknik Kimia Produksi Bersih
Oleh:
Penulis:
1. Aisyiyah Rasyidah NIM 161424002
2. Riyanti Alifa NIM 161424028
Penguji:
1. Dr. Ir. Bintang Iwhan Moehady, M.Sc. NIP 19551120 198403 1 002
2. Ir. Rintis Manfaati, ST., MT. NIP 19680901 199802 2 001
Proposal tugas akhir ini telah disidangkan pada tanggal 27 Juni 2019 dan disahkan
sesuai ketentuan.
Menyetujui,
Pembimbing I,
Mengetahui,
i
Proposal Tugas akhir
DAFTAR ISI
ii
Proposal Tugas akhir
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
LAMPIRAN .........................................................................................................29
iii
Proposal Tugas akhir
DAFTAR GAMBAR
iv
Proposal Tugas akhir
DAFTAR TABEL
v
Proposal Tugas akhir
BAB I
PENDAHULUAN
1
Proposal Tugas Akhir
mengeluarkan biaya produksi yang rendah dengan pengolahan bahan baku yang
sederhana, memiliki produktivitas yang tinggi, limbah yang sedikit, serta
membutuhkan energi yang lebih kecil. Kadar air pada proses fermentasi padat
berlangsung pada rentang 30% sampai dengan 80% (Oriol dkk, 1988).
Mikroba yang dapat digunakan untuk pembuatan MOCAF adalah dari
kelompok bakteri dan jamur. Mikroba tersebut meliputi Lactobacillus plantarum,
Aspergilus oryzae, Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Beberapa penelitian
tentang pembuatan MOCAF secara fermentasi telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu. Zulaikah dkk, (2015) melakukan proses fermentasi padat untuk
pembuatan MOCAF menggunakan Lactobacillus plantarum selama 120 jam pada
suhu 300C mampu meningkatkan kadar protein singkong sebesar 8.58%. Proses
fermentasi padat menggunakan Lactobacillus plantarum pada substrat singkong
juga dilakukan oleh Hawashi dkk (2018) dengan jumlah sel 3,5x1012 selama 36 jam
menghasilkan peningkatan kadar protein sebesar 3,5%.
Penelitian pembuatan MOCAF dari substrat singkong secara fermentasi
selama 72 jam menggunakan Rhizopus oryzae dan variasi inokulum (b/b) 0,6%, 1%,
1,4% dilakukan oleh Prasetyo dkk, (2018). Hasil optimum diperoleh pada
konsentrasi inokulum 0,6% dengan kadar protein sebesar 3,69% dalam basis kering.
Fermentasi padat dengan menggunakan mikroba Rhizopus oryzae pada
substrat bekatul telah dilakukan oleh Sukma (2018) menghasilkan peningkatan
kadar protein sebesar 58,5%. Fermentasi tersebut dilakukan pada suhu 300C, kadar
air 55%, ketebalan substrat 2 cm, berat substrat 100 gram, inokulum 4 x 106
spora/gram, dan lama fermentasi 120 jam.
Salah satu inovasi deversifikasi produk singkong untuk menaikkan nilai jual
produk di pasaran adalah dengan pembuatan MOCAF. Proses fermentasi pada
pembuatan MOCAF dapat meningkatkan kadar protein di dalam tepung singkong
yang dihasilkan. Proses fermentasi tersebut dapat dilakukan melalui proses
fermentasi padat. Proses fermetasi padat dipengaruhi oleh konsentrasi inokulum dan
kondisi lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
peneliti terdahulu, maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui kadar air yang
2
Proposal Tugas Akhir
memenuhi batas fermentasi padat dan konsentrasi inokulum yang dapat
meningkatkan kadar protein singkong.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar air substrat dan
konsentrasi inokulum yang optimum pada proses fermentasi padat untuk pembuatan
MOCAF yang mengasilkan kadar protein tertinggi.
3
Proposal Tugas Akhir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Proposal Tugas Akhir
tanaman singkong tidak mampu memberikan keuntungan yang banyak bagi petani.
Hal ini dikarenakan harga jual singkong yang sangat rendah.
Di sebagian negara berkembang yang beriklim tropis, singkong
dibudidayakan untuk dijadikan bahan pangan. Produksi singkong dunia pada tahun
2010 diperkirakan sebanyak 230 juta ton. Pada Tabel 2.1 Negara penghasil
singkong terbesar adalah Nigeria, Brasil, Indonesia, dan Thailand. Pada tahun 2016
produksi singkong di dunia meningkat sekitar 8% (8 juta ton) dibandingkan pada
tahun 2015 (FAO, 2016.).
5
Proposal Tugas Akhir
Beberapa tepung terigu memiliki kadar protein yang lebih tinggi karena
dilakukan proses fortifikasi. Pada Tabel 2.2 ditampilkan perbedaan komposisi
nutrisi pada tepung terigu tanpa fortifikasi dan singkong dalam 100 gram bahan.
6
Proposal Tugas Akhir
Tabel 2.3 Standar baku mutu MOCAF
Kriterian Uji Satuan Persyaratan
Keadaan:
Bentuk - Serbuk halus
Bau - Normal
Warna - Putih
Benda asing - Tidak ada
Serangga dalam semua bentuk stadia - Tidak ada
dan potongan-potongannya yang
tampak
Kehalusan :
Lolos ayakan 100 mesh (b/b) % Min. 90
Lolos ayakan 80 mesh (b/b) % 100
Kadar air (b/b) % Maks. 13
Abu (b/b) % Maks. 1,5
Serat kasar (b/b) % Maks. 2,0
Derajat putih (MgO = 100) - Min.87
Belerang dioksida (SO2) µg/g Negatif
mL NaOH Maks. 4,0
Derajat asam
1N/100g
HCN mg/kg Maks. 10
Cemaran logam:
Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,05
Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
Cemaran mikroba:
Angka lempeng total (35 oC, 48 jam) Koloni/g Maks. 1 x 106
Escherichia coli APM/g Maks. 10
Bacillus cereus Koloni/g Kurang dari 1 x 104
Kapang Koloni/g Maks. 1 x 104
7
Proposal Tugas Akhir
Singkong yang akan digunakan pada proses pembuatan MOCAF memerlukan
proses pengeringan terlebih dahulu. Proses pegeringan dilakukan untuk mengurangi
kadar air suatu bahan sampai batas tertentu tanpa merusak jaringan aslinya. Menurut
Henderson dan Perry (1976), pengeringan bertujuan untuk mengurangi air dari
kandungan air singkong sampai pada tingkat kadar air tertentu sehingga mutu
singkong dapat dijaga dari serangan jamur, aktivitas serangga. Menurut Suismo dan
Wargiono (2009) pengeringan dilakukan sampai kadar air tepung aman untuk
disimpan yaitu kurang dari 12%. Pengeringan singkong dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya dengan sundrying, tray drying, solar drying, dan artificial
drying (Balagopalan dkk, 1988).
Pengeringan dengan sinar matahari langsung (sundrying ) merupakan proses
pengeringan menggunakan sinar matahari sebagai energi panas. Pengeringan
dengan sinar matahari mengeluarkan biaya yang sedikit. Selain itu Balagopalan
(2002) menyebutkan pengeringan dengan sinar matahari dapat mempengaruhi mutu
hasil singkong yang dikeringkan berupa sifat mengembang. Pengeringan
menggunakan sinar matahari memerlukan waktu yang lama dan tergandung pada
keadaan cuaca, Suismo dan Wargiono (2009) mengatasi hal tersebut dengan
pengeringan menggunakan oven pada suhu 500C sampai 550C selama kurang lebih
20 jam.
8
Proposal Tugas Akhir
2.3.1 Faktor Biologis Proses Fermentasi Padat
Faktor biologis meliputi tipe mikroorganisme, inokulum dan substrat.
a. Tipe mikroorganisme
Mikroorganime yang dipilih pada fermentasi padat harus mempunyai
kemampuan untuk mendekomposisi substrat padat. Pemilihan mikroorganisme
didasarkan pada tipe substrat padat, kebutuhuan nutrisi mikroorganisme
tersebut, dan produk yang diinginkan dari proses fermentasi (Krishna, 2005).
Pemilihan mikroorganisme akan mempengaruhi reaktor fermentasi dan tahapan
proses fermentasi.
Mikroorganisme yang banyak digunakan pada proses fermentasi padat
adalah jamur berfilamen karena filamen pada jamur dapat menembus pori-pori
pada substrat padat (Mitchell dkk, 2011).
b. Inokulum
Inokulum merupakan sejumlah mikroorgnisme yang ditambahkan pada
substrat proses fermentasi. Jumlah inokulum dapat mempengaruhi proses
fermentasi pada fase lag. Jumlah inokulum yang banyak pada fase lag akan
mempersingkat waktu fermentasi. media yang digunakan untuk pertumbuhan,
dan kondisi fisiologisnya adalah yang paling penting dalam banyak proses
fermentasi.
c. Substrat
Substrat padat yang mengandung karbohidrat biasanya didapatkan dari
beras, gandum, bekatul, singkong, dan tepung jagung. Selain itu, sampah buah-
buahan juga dapat digunakan sebagai substrat padat (Mannan dan Colin, 2017).
Substrat akan dikonversi oleh mikroorganisme menjadi produk yang diinginkan.
9
Proposal Tugas Akhir
b. pH
10
Proposal Tugas Akhir
rantai pendek sederhana, jamur dapat mendekomposisi substrat yang lebih
kompleks. Selain itu, kondisi pertumbuhan alami dari jamur hampir sama dengan
kondisi lingkungan pada proses fermentasi padat. Hal ini mengakibatkan proses
adaptasi jamur untuk proses fermentasi padat akan lebih mudah.
Koloni Rhizopus dapat tumbuh dengan cepat padwa cawan petri dalam
11
Proposal Tugas Akhir
waktu 4 hari dengan suhu 30-370C. Klasifikasi Rhizopus oryzae adalah sebagai
berikut (Bala dkk, 2016).
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomicota
Class : Zygomycete
Ordo : Mucorales
Genus : Rhizopus
Spesies : Rhizopus oryzae
Gambar 2 1 Rhizopus oryzae
(Sumber : Bala dkk, 2015)
Enzim Fungsi
Selulase Memecah selulosa menjadi glukosa atau kandungan
oligosakarida lainnya.
Amilase Enzim yang memecah pati menjadi gula yang lebih sederhana.
12
Proposal Tugas Akhir
Fitase Enzim yang menghidrolisis asam fitat menjadi myo- inositol
dan asam fosfat.
13
Proposal Tugas Akhir
keringbiomassa
Beratkering
Berat sampel)
(g/gsampel)
biomassa(g/g
Waktu (jam)
Waktu
Waktu (jam)
(jam)
14
Proposal Tugas Akhir
Mikroorganisme memerlukan nutrisi untuk proses pertumbuhan. Nutrisi
yang dibutuhkan terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien
dibutuhkan pada konsentrasi lebih dari 10-4 Molar. Secara umum terdiri dari
karbon, nitrogen, oksigen, hidrogen, sulfur, fosfor, Mg2+ dan K+. Mikronutrien
dibutuhkan pada konsentrasi kurang dari 10-4 Molar. Mikronutrien tersebut
diantaranya terdiri dari Mo2+, Zn2+, Cu2+, Mn2+, Ca2+ , vitamin dan hormon
pertumbuhan (Shuler and Kargi, 2002).
15
Proposal Tugas Akhir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
Proposal Tugas Akhir
Singkong
Pengupasan
Pengecilan
ukuran
Pengeringan
dengan oven
T : 500C
t : 20 jam
Penggilingan
Pengayakan
40 mesh
b. Pembutan Inokulum
Inokulum Rhizopus oryzae disiapkan dengan cara memindahkan kultur
murni di tabung reaksi ke media cair 50 mL PDB (Potato Dextrose Broth) dalam
erlemeyer 100 mL kemudian diinkubasi selama 72 jam. Erlenmeyer disimpan
dalam inkubator pada suhu 30 oC. Skema pembuatan inokulum pada proses
fermentasi padat menggunakan Rhizopus oryzae dapat dilihat pada Gambar 3.2.
17
Proposal Tugas Akhir
Media
PDB 50 mL
Erlenmeyer 500 mL
Sterilisasi
o
T : 121 C, t : 30 menit
Sampling setiap 24
Fermentasi
o jam dan analisis
T : 30 C, t : 120 jam
kadar protein
Tepung singkong
terfermentasi
Analisa kadar air dilakukan pada tepung singkong agar dapat mengetahui
kadar air tepung singkong sebelum dilakukan proses fermentasi. Analisa yang
digunakan merupakan analisa kadar air metode gravimetri (SNI 7622:2011):
Cawan kosong dipanaskan terlebih dahulu selama kurang lebih 1 jam pada
suhu oven 130 oC. Setelah didinginkan selam 20 sampai 30 menit dalam desikator,
cawan kosong tersebut ditimbang untuk mengetahui berat kosongnya (w0). Lalu
timbang kurang lebih 2 gram sampel tepung singkong ke dalam cawan (w1) dan
panaskan pada dengan suhu 130 oC selama 1 jam. Selanjutnya cawan beserta tepung
singkong didinginkan selam 20 sampai 30 menit dalam desikator. Cawan dan
tepung singkong yang sudah kering ditimbang kembali (w2). Perhitungan kadar air
adalah sebagai berikut :
w 1 −w2
%Air = x 100% .……................................................................3.1
𝑤1 −𝑤0
mL HCl (sampel−blanko)
%N = x N HCl x 14, 008 x 100% .……..............3.2
berat sampel (g) 𝑥 1000
a. Peralatan Utama
Tabel 3.1 Peralatan utama
b. Peralatan Pendukung
(Lampiran 1)
c. Peralatan Uji
(Lampiran 1)
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu
bahan baku utama dan bahan pendukung.
b. Bahan Pendukung
(Lampiran 1)
c. Larutan Nutrisi
(Lampiran 1)
10% 50%
60%
40%
20% 50%
60%
Jenis Pengeluaran
No. Biaya (Rp)
Kuantitas Harga (Rp)
Bahan
Singkong 2,5 kg 8.000/kg 20.000
Kultur Rhizopus
2 tabung 100.000/tabung 200.000
oryzae
Garam 1 kg 3.000/0,25 kg 12.000
Na2SO3 0,5 kg 100.000/kg 50.000
Potato Dextrose Broth 2,4 gram 2.700/gram 6.480
KH2PO4 0,6 gram 575/gram 345
1 MgSO4 0,3 gram 2.400/gram 720
(NH4)2SO4 8 gram 1.000/gram 8.000
HCl pekat 11 mL 3.200/mL 35.200
HBO3 45,6 gram 5.500/gram 250.800
K2SO4 266 gram 5.300/gram 1.409.800
NaOH 760 gram 2.400/gram 1.824.000
CuSO4 30,4 gram 12.900/gram 392.160
H2SO4 pekat 456 mL 2.900/mL 1.322.400
Subtotal 5.531.905
Transportasi
Transportasi untuk 60.000
2 4 Aktivitas 15.000/aktivitas
pengadaan bahan
Subtotal 60.000
Lain-lain
3 Laporan Lumpsum 100.000 100.000
Subtotal 100.000
Total 5.691.905
23
Proposal Tugas Akhir
4.2 Rencana Kegiatan
Tabel 4.2 Rencana Kegiatan Pelaksanaan Tugas Akhir
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Proposal
TA
Penyerahan Draft
Proposal TA
Seminar Proposal TA
Revisi proposal TA
Penilitian dan
Pengambilan Data
Pengolahan Data dan
Penyusunan Laporan TA
Pengumpulan Draft
Laporan TA
Sidang TA
Revisi Laporan TA
Pengumpulan Laporan
TA
Bimbingan TA
Sidang TA
24
Proposal Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Bala, K., Chander, J., Handa, U., Punia, R. S., and Attri, A. K. 2015. A
prospective study of mucormycosis in north India: experience from a
tertiary care hospital. Medical Mycology 53(3): 248–257.
Balagopalan, C., Padmaja, G., Nanda, S. K., & Moorthy, S. N. 1988. Cassava in
food, feed and industry CRC Press. Boca Raton, FL, EU.
Burns, A. E., Bradbury, J. H., Cayagnaro, T. R., & Gleadow, R. M. 2012. Total
cyanide content of cassava food product in Australia. Journal of Food
Composition and Analysis, 25(1), 79-82
FAO., 2016. Food outlook: Biennial report on global food markets. Food
and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, Italy.
FAO/WHO., 1995. Codex standard for edible cassava flour. Codex Standard
176-1989.
FAO/WHO., 2005. Codex standard for sweet cassava. Codex Standard 238-
2003. Rome: Food and Agriculture Organisation and World Health
Organisation of the United Nations.
Ghosh, B., & Ray, R. R. 2011. Current commercial perspective of Rhizopus oryzae:
a review. J Appl Sci, 11(14), 2470-2486.
Hawashi, M., Ningsih, T. S., Cahyani, S. B. T., Widjaja, K. T., & Gunawan, S.
2018. Optimization of the fermentation time and bacteria cell concentration
in the starter culture for cyanide acid removal from wild cassava (Manihot
glaziovii). dalam MATEC Web of Conferences (Vol. 156, p. 01004). EDP
Sciences.
Kurniati, T., & Nurlaila, L. 2017. Effect of Inoculum Dosage Aspergillus niger
and Rhizopus oryzae mixture with Fermentation Time of Oil Seed Cake
(Jatropha curcas L) to the content of Protein and Crude Fiber. In Journal
of Physics: Conference Series (Vol. 824, No. 1, p. 012064). IOP
Publishing.
Manan, M. A., & Webb, C. 2017. Design aspects of solid state fermentation
as applied to microbial bioprocessing. J Appl Biotechnol Bioeng, 4(1), 91.
Mitchell DA, De Lima Luz LF, Krieger N. 2011. Bioreactors for solid-state
fermentation. In: Moo-Yong M (Ed.), Comprehensive Biotechnology. (2nd
edn), Elsevier, UK, pp. 347-360
Oriol, E., Raimbault, M., Roussos, S., & Viniegra-Gonzales, G. 1988. Water and
water activity in the solid state fermentation of cassava starch by
Aspergillus niger. Applied Microbiology and Biotechnology, 27(5-6), 498-
503.
Soccol, C. R., Marin, B., Raimbault, M., & Lebeault, J. M. 1994. Breeding and
growth of Rhizopus in raw cassava by solid state fermentation. Applied
Microbiology and Biotechnology, 41(3), 330-336.
Sukma, A., Jos, B., & Sumardiono, S. 2018. Kinetic of biomass growth and
protein formation on rice bran fermentation using Rhizopus oryzae. In
MATEC Web of Conferences (Vol. 156, p. 01023). EDP Sciences.
Ghosh, B., & Ray, R. R. 2011. Current commercial perspective of Rhizopus
oryzae: a review. J Appl Sci, 11(14), 2470-2486.
Sunarto, 2002. Membuat Kerupuk Singkong Dan Keripik Kedelai. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Sholichah, A. S., Nafi'ah, A., Widihastuti, I., Putra, A. B., & Ariyantoro, A. R.
2017. Mocaf (Modified Cassava Flour), Cornmeal (Zea mays L.), and
Jackbeen Flour (Canavalia ensiformis)-Based Analogue Rice as a
Functional Food to Reduce Rice Consumption in Indonesia.
dalamASEAN/Asian Academic Society International Conference
Proceeding Series.iii
Widiyanigsih, R., Chafid, M., Riniarsih, D., Heni A., Takariyana, Respati, E.,
Muliany, H. P., Suryani, R., Siagian, V. Y., Agustina, T. 2017. Outlook
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kementrian Pertanian:Jakarta
Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan ke-XI. PT. Gramedia
Pustaka Utama.Jakarta.
Zulaikah, S., Widjaja, T., Istianah, N., Aparamarta, H. W., Gunawan, S.,
Prasetyoko, D., & Ernawati, L. 2015. Effect of fermenting cassava
with Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae, and
Rhizopus oryzae on the chemical composition of their flour.
1 Erlenmeyer 100 mL 1
4 Botol semprot - 1
6 Blender - 1
7 Lemari asam - 1
8 Sieve shaker - 1
9 Inkubator - 1
10 pH meter - 1
11 Termometer - 1
11 Spatula - 1
1 Garam Teknis 1 kg
a. Tahap Persiapan
Persiapan singkong
1. Singkong dikupas dan dipotong bentuk kepingan
2. Dicuci dengan air mengalir
3. Rendam dalam larutan garam dan buffer Na2SO3 selama 24 jam
4. Pengeringan menggunakan sinar matahari
5. Penggilingan dan pengayakan sampai mencapai ukuran tepung
singkong 40 mesh
6. Penentuan kadar air 12% dan kadar protein
Persiapan inokulum
1. Pindahkan kultur murni Rhizopus oryzae ke erlenmeyer 250 mL berisi
PDB 100mL
2. Inkubasi pada suhu 30oC selama 3 hari
b. Tahap Fermentasi
1. Mencampurkan singkong dengan larutan nutrisi pada reaktor
erlenmeyer 500 mL
2. Menambahkan inokulum Rhizopus oryzae ke campuran singkong dan
nutrisi
3. Menambahkan air steril hingga mencapai variasi kadar air 40%, 50%,
60%
4. Inkubasi selama 120 jam
5. Pengambilan sampel sebanyak 2 gram setiap 24 jam
Prosedur kerja
1. Penimbangan sampel yang telah dihaluskan sebanyak 1 gram
2. Pengisian sampel ke dalam labu Kjeldahl
3. Penimbangan 7 gram K2SO4 dan 0,8 gram CuSO4
4. Penambahan 7 gram K2SO4 dan 0,8 gram CuSO4 ke dalam labu
Kjeldahl yang berisi sampel.
5. Penambahan larutan H2SO4 sebanyak 12 mL, dilakukan di dalam
lemari asam
6. Proses destruksi dilakukan di dalam ruang asam dengan
memanaskan sampel yang ada pada labu Kjeldahl menggunakan
kompor listrik selama 2 jam hingga berwana hijau toska
7. Pendinginan labu Kjeldahl dengan cara didiamkan selama 20 menit
8. Penambahan 50 mL NaOH 40% dan beberapa butir batu didih ke
dalam labu Kjeldahl yang berisi sampel
9. Penambahan 30 mL H3BO3 4% ke dalam erlenmeyer dengan
ditambahkan indikator BCG-MR 3 tetes untuk menangkap destilat
dari hasil destilasi
mL HCl (sampel−blanko)
%N = x N HCl x 14, 008 x 100%
berat sampel (g) 𝑥 1000