Anda di halaman 1dari 64

Jl. Garut No.

6 Bandung
Jl. Parakan saat, Komp. Pranaya Blok II N0.30 Bandung

Usulan Teknis

Pekerjaan Perencanaan Renovasi


Gedung Kantor Tahap II
Pengadilan Agama Sumbawa Besar
Tahun Anggaran 2014

BAB I PENDAHULUAN
UMUM

a) Setiap bangunan Gedung Negara harus diwujudkan dengan sebaik-


baiknya, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi
bangunannya, andal, ramah lingkungan, dan dapat sebagai teladan
bagi lingkungannya serta berkontribusi positif bagi perkembangan
infrastruktur di Indonesia.
b) Setiap bangunan Gedung Negara harus direncanakan, dirancang
dengan sebaik-baiknya sehingga dapat memenuhi kriteria teknis
bangunan yang layak dari segi mutu, biaya dan kriteria administrasi
bagi bangunan Gedung Negara.
c) Pemberi jasa perencanaan untuk bangunan Gedung Negara perlu
diarahkan secara baik dan menyeluruh, sehingga mampu
menghasilkan karya perencanaan teknis bangunan yang memadai
dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku
profesional.
d) Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan perencanaan ini perlu
disiapkan secara matang sehingga mampu mendorong perwujudan
karya perencanaan yang sesuai dengan kepentingan Kegiatan.

1
LATAR BELAKANG

Dewasa ini pembangunan gedung-gedung bertingkat menjadi solusi


kebutuhan lahan yang terus meningkat pada saat ini. Pertumbuhan daerah
perkotaan yang sangat pesat menimbulkan penyempitan lahan yang
semakin cepat. Oleh karena itu sangat penting diambil suatu cara untuk
mengatasi penyempitan lahan tersebut. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah pembangunan gedung bertingkat.

Peningkatan prasarana gedung perkantoran sangat diperlukan sejalan


dengan semakin pesatnya pertumbuhan sosial ekonomi pada hampir
seluruh wilayah di Indonesia. Sehingga pembangunan prasarana gedung
perkantoran sangat menentukan dalam menunjang tercapainya laju
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan prasarana gedung perkantoran
berupa peningkatan atau perenovasian gedung perkantoran harus sesuai
dengan perkembangan kebutuhan akan pertambahan pelayanan ekonomi
kepada masyarakat.

Mengingat pentingnya peranan gedung perkantoran, maka pembangunan


gedung perkantoran harus ditinjau dari beberapa sisi. Hal tersebut antara
lain peninjauan kelayakan konstruksi gedung tersebut, dalam hubungannya
denagan klasifikasi gedung perkantoran sesuai dengan tingkat pelayanan
dan kemampuan dalam menerima beban.

Dalam kaitannya dengan keselamatan maka perlu diperhatikan juga


tingkat keamanan dan kenyamanan dalam pemakaian gedung
perkantoran tersebut.

Perencanaan teknik gedung perkantoran dan perenovasian gedung


perkantoran merupakan salah satu upaya meningkatkan fungsi dan
peranan gedung perkantoran, sehingga evaluasi kegunaan gedung
diperlukan sebagai langkah awal suatu perencanaan teknik yang cermat
hingga menghasilkan detail desain gedung perkantoran yang tepat dan
efisien untuk memenuhi standar yang ditetapkan.

2
Adapun penetapan klasifikasi bangunan gedung perkantoran menurut
ketentuan yang berlaku adalah:
a. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Kompleksitas, bangunan gedung
perkantoran diklasifikasikan sebagai bangunan tidak sederhana,
yaitu bangunan gedung negara yang memiliki kompleksitas dan atau
teknologi tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan
bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun.
b. Bangunan gedung perkantoran dapat dijelaskan sebagai gedung
kantor dengan luas lebih dari 500 m2.
c. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Permanensi, bangunan gedung
perkantoran diklasifikasikan sebagai bangunan permanen.
d. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Risiko Kebakaran, bangunan gedung
perkantoran diklasifikasikan sebagai bangunan gedung tingkat resiko
kebakaran rendah
e. Klasifikasi berdasarkan Ketinggian, bangunan gedung perkantoran
merupakan bangunan gedung bertingkat rendah.
f. Klasifikasi berdasarkan Kepemilikan, bangunan gedung perkantoran
merupakan bangunan gedung milik Negara.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan Tujuan Perencanaan
Pada Pekerjaan Perencanaan Renovasi Gedung Kantor Tahap II
Pengadilan Agama Sumbawa Besar Tahun Anggaran 2014 ini, Kerangka
Acuan Kerja merupakan petunjuk bagi Konsultan Perencana yang memuat
masukan, azaz, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi, dan
diperhatikan serta diinterpretasikan ke dalam Pelaksanaan tugas
Perencanaan Pembangunan
Bangunan Gedung berupa
fasilitas bangunan
pengadilan. Tujuan yang
ingin dicapai adalah
terwujudnya produk
Perencanaan yang sesuai
untuk menghasilkan

3
Bangunan Gedung Negara yang berdaya guna dalam mendukung fasilitas
Pengadilan Agama Sumbawa Besar. sedangkan adanya Penyedia Jasa
Konsultansi Pekerjaan Perencanaan Konsultan Perencana ini mempunyai
maksud dan tujuan, yaitu:

 Pekerjaan Perencanaan Renovasi Gedung Kantor Tahap II Pengadilan


Agama Sumbawa Besar dimaksudkan untuk mendapatkan suatu
produk perencanaan yang berkualitas baik dari segi desain, Struktur
dan fungsi yang menjadi acuan bagi pihak kontraktor pelaksana untuk
melaksanakan pembangunan Ruang Makan Sespimmen mulai dari
tahapan persiapan hingga finishing.
 Merumuskan masalah, potensi dan kendala dalam merencanakan
Pekerjaan ini , dalam waktu yang singkat dan efisien.
 Menyusun rencana Pekerjaan ini yang menampilkan arsitektural yang
menyatu dengan lingkungan sekitar.
 Memberikan gambaran yang menyeluruh tentang masalah, kondisi,
kendala dalam merencanakan Pekerjaan Perencanaan Renovasi
Gedung Kantor Tahap II Pengadilan Agama Sumbawa Besar Tahun
Anggaran 2014 ini .
 Tersedianya suatu rancangan dapat memberikan gambaran
menyeluruh mengenai rencana fasilitas/ bangunan yang akan
disiapkan serta dapat digunakan sebagai pedoman perencanaan
yang lebih rinci.
 Memberikan arahan arsitektural dalam perencanaan teknis/
rancangan bangunan Pekerjaan Perencanaan Renovasi Gedung
Kantor Tahap II Pengadilan Agama Sumbawa Besar ini.

SASARAN
Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Perencanaan Renovasi Gedung
Kantor Tahap II Pengadilan Agama Sumbawa Besar dengan sasaran :
 Terwujudnya Bangunan yang represntative dan memenuhi secara optimal
fungsi bangunan dalam mendukung operasional Gedung Pengadilan
Agama Sumbawa Besar.
 Terwujudnya Bangunan yang handal dan sebagai teladan bagi

4
lingkungan serta berkontribusi positif bagi perkembangan
perkembangan arsitektur di Indonesia.
 Terwujudnya bangunan yang memenuhi kriteria teknis bangunan yang
layak dari segi mutu biaya.

DATA PROYEK
 Nama Pekerjaan: Pekerjaan
Perencanaan Renovasi
Gedung Kantor Tahap II
Pengadilan Agama Sumbawa
Besar .
 Tahun Anggaran : 2014
 Lokasi Kegiatan : Kabupaten Sumbawa
 Uraian Singkat Pekerjaan :

Perencanaan Renovasi Gedung Kantor Tahap II Pengadilan Agama


Sumbawa Besar secara utuh dan lengkap sampai dengan finishing
gedung beserta Rencana Anggaran Biaya baik dalam bentuk
Software maupun dokumen lain yang dipersyaratkan

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Renovasi Gedung Kantor Tahap II


Pengadilan Agama Sumbawa Besar diselesaikan dalam jangka waktu 45
(empat puluh lima) Hari Kalender terhitung sejak ditandatangani
Kontrak/Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

SUMBER DANA

5
Sumber dana dari keseluruhan pekerjaan perencanaan ini dibebankan
pada Sumber Dana APBN Tahun Anggaran 2014 DIPA Pengadilan Agama
Sumbawa Besar Tahun Anggaran 2014.

CV. RAJAYA REKAYASA menyusun Dokumen Usulan Teknis ini dalam


rangka memenuhi undangan panitia Pengadaan Jasa Konsultansi
Pekerjaan Perencanaan Renovasi Gedung Kantor Tahap II Pengadilan
Agama Sumbawa Besar Tahun Anggaran 2014, Penyajian yang di muat
dalam Dokumen Usulan Teknis ini menggambarkan pemahaman serta
kajian penanganan untuk jenis pekerjaan tersebut sebagai bahan
penilaian Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi.

SISTEMATIKA PENYAJIAN DOKUMEN USULAN TEKNIS

Materi penyajian pada proposal Teknis Pekerjaan Perencanaan Renovasi


Gedung Kantor Tahap II Pengadilan Agama Sumbawa Besar, terdiri atas
4 (empat) Bab, dengan uraian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Penjelasan tentang pengantar dari konsultan Perencana, Data
Proyek, dan Sistematika Penyajian Dokumen Usulan Teknis.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

Menguraikan tentang Latar Belakang Pendirian Perusahaan


Struktur Organisasi Perusahaan, Lingkup Jasa Perusahaan, Data
Peralatan dan Pengalaman Perusahaan CV. RAJAYA
REKAYASA khususnya selama 10 Tahun Terakhir.
6
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Menguraikan tentang Tanggapan dan Saran dari Konsultan


terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK), Pemahaman terhadap
Kondisi Eksisting juga Menguraikan secara rinci konsep
pendekatan secara umum, pendekatan teknis, metodologi
pelaksanaan, Program Kerja yang akan dilakukan konsultan
BAB IV dalam
PENUTUP
menangani pekerjaan Perencanaan. Disertai Apresiasi
dan Inovasi, Jadwal Pelaksanaan dan Penugasan Personil yang
Berisi Kesimpulan mengenai Penyajian / Proposal Teknik yang
dibuat dengan menggunakan Diagram Batang (Bar Chart) juga
diusulkan CV. Rajaya Rekayasa
Komposisi Tim dan System Pelaporan yang merupakan hasil
keluaran/hasil kerja dari Pekerjaan Perencanaan ini.

7
BAB 2
Pendekatan dan Metodologi

2.1. Tanggapan dan saran terhadap Kerangka Acuan Kerja

Setelah membaca dan menelaah Kerangka Acuan Kerja memberikan tanggapan-tanggapan


sebagai berikut :

1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


a. Tanggapan Terhadap Latar Belakang Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan
Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran)
Konsultan telah mengetahui sepenuhnya mengenai latar belakang Pekerjaan Pekerjaan
Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool
Kebayoran)

b. Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan Pekerjaan


Maksud dan tujuan pekerjaan Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung
Sekolah (Labschool Kebayoran) hemat konsultan sudah cukup tepat dan strategis, yaitu :

Agar pelaksanaan pencapaian target mutu, waktu dan pembiayaan pembangunan bisa
berjalan dengan baik, sehingga hasil pembangunan yang dihasilkan nanti semakin
berharga serta memiliki kinerja yang baik.

c. Tanggapan Terhadap Sasaran


Ketiga point Sasaran pekerjaan Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan
Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) menurut konsultan sudah cukup tepat guna sesuai
dengan maksud dan tujuannya.

8
d. Tanggapan Terhadap Tugas, Tanggung jawab dan Program Kerja
Konsultan Perencana
Konsultan telah mengetahui sepenuhnya mengenai Tugas, Tanggung jawab dan Program
Kerja Konsultan Perencana dalam Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan
Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) akan melaksanakan seoptimal mungkin.

e. Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Proyek


Ruang lingkup Penyusunan Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung
Sekolah (Labschool Kebayoran) sebagaimana diarahkan dalam KAK sudah cukup jelas dan
lengkap. Ruang lingkup pekerjaan terdiri dari :

Lingkup Pekerjaan : Kegiatan Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung


Sekolah (Labschool Kebayoran) yang meliputi pengendalian waktu, biaya, pencapaian
sasaran fisik (kuantitas dan kualitas), dan tertib administrasi dalam Pekerjaan Perencanaan
Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) pada tahap
pelaksanaan konstruksi sampai dengan masa pemeliharaan.

Tahap Lingkup Tugas : Kegiatan Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan


Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) yang memiliki spesifikasi umum sebagai berikut:

 Struktur beton bertulang


 Pekerjaan pasangan
 Pekerjaan rangka atap dan plafond
 Instalasi air (bersih dan kotor)
 Pekerjaan mekanikal dan elektrikal

Konsultan pada intinya akan berupaya melaksanakan seluruh lingkup yang diisyaratkan.
Penjabaran pelaksanaan lingkup kegiatan akan diuraikan lebih rinci dalam pendekatan
Masalah dan Metodologi.

f. Tanggapan Terhadap Pendekatan dan Metodologi


Konsultan telah mengetahui sepenuhnya mengenai kebutuhan wawasan yang luas
terhadap pendekatan dan metodologi pelaksanaan sebagai pendukung utama dalam
Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool
Kebayoran)

9
g. Tanggapan Terhadap Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung
Sekolah (Labschool Kebayoran) selama 30 hari kalender sejak penandatanganan Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) pekerjaan fisik oleh Kuasa Pengguna Anggaran sampai
dengan masa pemeliharaan. Konsultan mengusulkan dokumen perencanaan untuk bias
diselesaikan maksimall 90 (sembilam puluh) hari Kalender sejak dikeluarkannya
Kontrak/Surat Perintah Mulai Kerja sesuai dengan standar jangka waktu perencanaan pada
umumnya agar Konsultan akan membuat rencana kerja yang terkoordinasikan dengan
baik dan akan mengerahkan kemampuan yang dimiliki agar dalam pelaksanaan nantinya
tepat waktu dan tepat sasaran.

h. Tanggapan Terhadap Tenaga Ahli Yang Diperlukan


Untuk melaksanakan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sekolah
(Labschool Kebayoran), jenis keahlian kualifikasi dan jumlah tenaga ahli yang disebutkan
KAK akan disediakan sebaik mungkin. Konsultan memberikan komposisi tim ahli yang telah
berpengalaman luas di proyek-proyek baik proyek pemerintah maupun swasta. Rincian
tenaga ahli ini dapat dilihat pada bab Tenaga Ahli dan Tanggung jawabnya. Untuk
mendukung kerja tim ahli ini diperlukan tim pendukung yang dapat akomodatif terhadap
berbagai tugas yang dibebankan. Oleh karena itu tim pendukung ini juga akan melibatkan
tenaga -tenaga pendukung yang telah berpengalaman.

i. Tanggapan Terhadap Lokasi Pekerjaan


Konsultan telah mengetahui bahwa Kegiatan jasa konsultasi Perencanaa Pelaksanaan
Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) Teknis sedang/berat ini harus
dilaksanakan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tepatnya di JL. K.H. Ahmad
Dahlan No. 14, Kel. Kramat Pela, Kec. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan-1230 dengan
mengenali karakteristik kawasan secara fisik dan ataupun secara non fisik sesuai dengan
yang terdapat dalam KAK.

j. Tanggapan Terhadap Keluaran

1
0
Konsultan telah mengetahui keluaran pada tahap pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan
Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) yang harus
dihasilkan sesuai dengan KAK.

k. Tanggapan Terhadap Laporan


Konsultan telah mengetahui jenis – jenis laporan yang harus dihasilkan selama
pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sekolah
(Labschool Kebayoran) sesuai dengan KAK.

2. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP PERSONIL / FASILITAS


PENDUKUNG DARI PPK
Tanggapan perihal penyediaan peralatan/ material/ personil/ fasilitas pendukung oleh
PPK meliputi:
a. Konsultan memahami maksud KAK sebagai arahan dalam mewujudkan
perencanaan pembangunan berdasarkan sasaran kegiatan yang harus dipenuhi
sehingga mendapatkan hasil ekonomis, berkualitas, dan berfungsi secara optimal.
b. Penyediaan peralatan maupun material oleh PPK yang masuk dalam usulan biaya
dan metode pengerjaannya dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan perencanaan
sudah sesuai dengan kebutuhan seperti untuk penyelesaian administrasi dan teknis
di lapangan
c. Jumlah Personil maupun disiplin ilmu untuk tenaga ahli dan tenaga pendukung
sudah sesuai dengan kebutuhan personil perencanaan
d. Data dan fasilitas penunjang sudah bisa dijadikan modal untuk melaksanakan
kegiatan perencanaan dari aspek biaya, mutu, waktu, dan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang dilakukan personil konsultan perencana dalam
mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan oleh pemborong
e. Pelaporan sudah sesuai dengan keluaran yang tepat sasaran

1
1
2.2. Uraian Pendekatan, Metodologi, dan Program Kerja

1. UMUM
Metodologi pelaksanaan layanan Jasa Konsultansi Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan
Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran), mengacu pada pemahaman
dan apresiasi konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) untuk paket pekerjaan tersebut di atas. Orientasi
pokok dalam penyusunan metodologi ini adalah tercapainya maksud dan tujuan dari
pelaksanaan pekerjaan perencanaan dalam pengendalian dan Perencanaan teknik
bangunan gedung secara memuaskan.
Metodologi ini disusun berdasarkan beberapa pendekatan yaitu pendekatan umum,
pendekatan teknis dan administrasi serta pendekatan professional. Pendekatan-
pendekatan tersebut akan menjadi kerangka dasar dari penyusunan program kerja
secara terperinci khususnya yang berhubungan dengan teknik pelaksanaan
Perencanaan pekerjaan di lapangan.

2. KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT


Koordinasi dengan instansi terkait atau lembaga yang terkait di semua tingkatan
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, agar implementasi dan
pelaksanaan pekerjaan Perencanaan di lapangan dapat berjalan secara lancar tanpa
ada benturan dan kesalah pahaman yang diakibatkan kurangnya koordinasi dan
informasi dari pihak - pihak yang terkait.
Pihak - pihak yang terkait yang dimaksud bukan hanya dari pihak Proyek, namun juga
instansi - instansi terkait lainnya. Prasarana sebelum pelaksanaan pekerjaan
Perencanaan dilaksanakan perlu adanya koordinasi dan pemberian informasi baik
secara formal maupun secara non formal. Hal ini perlu ditekankan khususnya kepada
personil - personil yang akan melakukan pengendalian dan Perencanaan langsung
pada setiap harinya di lapangan.
Agar pelaksanaan kerja dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan, konsultan
Pengawas akan membina dan menjalin kerjasama yang baik dengan Konsultan lain di
lingkungan BKD Provinsi NTB serta dengan instansi - instansi pemerintah yang terkait.

1
2
3. PENDEKATAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
Pendekatan teknis dan administrasi yang dimaksud adalah pendekatan terhadap
semua aspek teknis dan administrasi yang akan dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan
Perencanaan di lapangan. Pendekatan ini akan menunjukkan pemahaman konsultan
mengenai aspek teknis dan administrasi yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan
Perencanaan di lapangan.

a. Pendekatan Secara Teknis


Prinsip-prinsip keteknikan yang akan diaplikasikan dalam pelaksanaan pekerjaan
Perencanaan ini adalah pedoman - pedoman teknik yang biasa dipakai di lingkungan
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah. Pedoman yang dimaksud adalah semua
produk yang diterbitkan oleh Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah yang relevan
dengan item pekerjaan - pekerjaan yang akan dilaksanakan di lapangan yang tentunya
akan mengacu pada dokumen kontrak termasuk pada lingkup Pekerjaan Perencanaan
Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) . Prinsip
keteknikan dalam hal pengendalian dan Perencanaan pelaksanaan pekerjaan yang
akan diaplikasikan, pada dasarnya merupakan alat Bantu agar pengelolaan
pembangunan dapat menghasilkan out – put seperti yang diharapkan. Alat Bantu
tersebut adalah sarana dan bukan tujuan yang akan dicapai, dan hasil pelaksanaan
prinsip - prinsip tersebut sangat tergantung kepada komitmen para pelaksana di
lapangan untuk melaksanakannya.
Ukuran dasar keberhasilan suatu rehabilitasi adalah menyangkut mutu, sehingga
aplikasi keteknikan dapat dikatakan sebagai “Quality Assurance“ bahwa sarana dan
prasarana yang dibangun akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan
fungsinya dan dalam waktu pemanfaatan yang sesuai dengan umur rencana.

b. Pendekatan Administrasi
Administrasi pelaksanaan pekerjaan Perencanaan merupakan bagian penting yang
tidak boleh diabaikan. Bagian ini merupakan catatan penting mengenai jalannya
pelaksanaan program, mulai dari tahap awal pengendalian dan Perencanaan
pekerjaan, sampai dengan masa pemeliharaan pekerjaan. Administrasi pelaksanaan
program secara umum terdiri dari administrasi teknik, keuangan dan pelaporan.

1
3
Dalam pelaksanaan di lapangan konsultan akan menerapkan prinsip -prinsip
administrasi sebagai berikut :

 Menggunakan format - format standar yang sudah ada dan sudah biasa dipakai
di lingkungan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah
 Menggunakan format sederhana namun informatif (semua informasi penting
yang dibutuhkan dapat tercatat), sehingga mudah dipahami oleh para pelaksana
di lapangan maupun oleh penerima laporan.
 Sistem pelaporan yang jelas dan berjenjang serta tidak “overlapping “

4. PENDEKATAN PROFESSIONAL
Secara umum tugas konsultan Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan
Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian
yaitu :

a. Tugas - tugas yang bersifat “ Assistance Concept “


Dalam hal ini konsultan Pengawas bertindak sebagai pemberi saran dan bantuan
teknis, administrasi dan manajerial kepada Pejabat Pembuat Komitmen yaitu
Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool
Kebayoran). Dalam konsep ini konsultan tidak berwenang memutuskan suatu
kebijakan atau suatu langkah konkret, karena hal tersebut menjadi tugas dan
tanggung jawab dari instansi terkait.

b. Tugas - tugas yang bersifat “ Task Concept ”


Dalam hal ini konsultan bertindak untuk melaksanakan suatu kegiatan, baik lingkup
organisasi konsultan sendiri, maupun dalam lingkup secara keseluruhan. Dalam
konsep ini konsultan berwenang mengambil keputusan dan menentukan kebijakan
dimana keputusan yang diambil oleh konsultan bersifat mengikat terhadap pihak lain
yang terkait (misal : kontraktor). Konsultan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
semua implikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari keputusan yang diambil.

1
4
Dalam Pendekatan Profesional perlu kiranya ditekankan mengenai Prinsip dasar yang
harus dipahami dalam pelaksanaan pekerjaan Perencanaan, yang meliputi hal - hal
sebagai berikut :

a) Pengendalian Pelaksanaan
Kegiatan
Konsultan akan melakukan kegiatan pengendalian dalam lingkup kerja secara
cepat, tepat, praktis dan efisien. Kegiatan pengendalian ini meliputi sasaran,
target dan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.

b) Pengaturan Tata Kerja


Personil
Konsultan akan membentuk suatu organisasi intern konsultan maupun
pembentukan organisasi proyek secara keseluruhan agar dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Pengaturan tata kerja atau organisasi yang kurang baik
akan menyebabkan kegiatan berjalan tanpa arah dan terget.

c) Pemeriksaan Kegiatan Kerja


Pemeriksaan kegiatan kerja akan dilakukan dengan memeriksa :

 Penetapan langkah (apa, dimana, dan bagaimana ?)


 Pengaturan waktu (kapan ?)
 Penugasan (siapa ?)
 Tahap lanjutan (atau penyelesaian dengan segera).

5. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang diajukan ini merupakan penjabaran secara
lebih konkrit terhadap bidang kerja jasa konsultansi Pengawas. Metode ini meliputi
pembahasan mengenai prosedur umum Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan
Pembangunan Gedung Sekolah (Labschool Kebayoran) secara keseluruhan, maupun
prosedur pelaksanaan kegiatan dari bagian - bagian pekerjaan, termasuk didalamnya
uraian sistem informasi dan pelaporan yang akan dilaksanakan.

a. Pengetahuan Tentang Dokumen Kontrak

1
5
Dalam setiap kegiatan proyek perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan
sistem Perencanaan/pengendalian yang teratur, agar hasil akhir yang dicapai dapat
memuaskan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari proyek itu dan
memenuhi sasaran dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pada umumnya dan
sudah menjadi suatu keharusan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai antara
pemilik proyek dengan pelaksana pekerjaan perlu dibuat suatu Dokumen Kontrak
Kerja, dokumen kontrak ini merupakan acuan dan pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan di lapangan. Dengan demikian perlu kiranya personil - personil
Perencanaan menguasai hal - hal yang berhubungan dengan manajemen proyek,
yang salah satu diantaranya adalah penguasaan Dokumen Kontrak tersebut. Dokumen
Kontrak Fisik merupakan dokumen yang harus dikuasai oleh personil konsultan
Pengawas. Biasanya dokumen kontrak berisi :

 Instruksi Kepada Peserta Pelelangan


 Syarat - syarat Umum
 Spesifikasi Teknik
 Gambar Rencana Proyek
 Surat Penawaran Kontraktor beserta lampiran - lampirannya.

 Addendum Kontrak, jika ada.

Di dalam pengendalian dan Perencanaan di lapangan nantinya Konsultan Pengawas


akan selalu berpedoman pada Dokumen Kontrak yang telah dibuat dan disepakati
antara Kuasa Pengguna Anggaran, dengan pihak - pihak yang terkait, kecuali kalau
ada perintah perubahan (Contract Change Order) atau Addendum yang dikeluarkan
oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

b. Program Pengendalian dan Perencanaan pekerjaan


Program Pengendalian dan Perencanaan dalam Perencanaan harus dilaksanakan
secara ketat dan terus - menerus sepanjang waktu kontrak, dimana masing - masing
periode mempunyai tahapan/langkah sendiri - sendiri dan berkesinambungan antara
kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya.
Konsultan diwajibkan untuk kerja penuh waktu dalam pemberian saran kepada Kuasa
Pengguna Anggaran pada Pekerjaan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Gedung
Sekolah (Labschool Kebayoran) yang masuk dalam paket pekerjaan proyek dan
pelaksanaan kontrak - kontrak. Konsultan akan menentukan dengan jelas dan spesifik,

1
6
luas dan dalam cakupan kerja Perencanaan dalam penugasan ini, dan akan
mengkonfirmasikan tingkat pelayanan dan/atau masukan dari staf yang disyaratkan
untuk kepastian cukupnya Perencanaan dan pemeriksaan.

a) Masa Mobilisasi
Pada periode Mobilisasi ini disamping Konsultan akan melakukan mobilisasi
personil - personilnya yang akan terlibat dalam pekerjaan Perencanaan, Konsultan
juga sudah harus mulai mengadakan checking, pengendalian dan Perencanaan
terhadap :

 Schedule mobilisasi Kontraktor.

 Realisasi Mobilisasi Peralatan, Personil serta Kantor (direksi–keet) Kontraktor.

 Realisasi pemenuhan spesifikasi atas fasilitas untuk Team Supervisi (jika


ada).
 Schedule Pekerjaan yang diajukan Kontraktor, diarahkan agar efektif,

dituangkan dalam Kurva S, sehingga Konsultan akan mudah mengawasi


atas kemajuan pekerjaan Kontraktor.
 Review terhadap design yang ada, serta alternatif design bila dipandang perlu.
 Pembuatan Shop Drawing (terutama penampang memanjang dan melintang

dulu).
 Mulai meneliti bahan - bahan yang akan dipakai, menurut spesifikasi yang ada.
 Penyiapan blangko - blangko (form) yang akan dipergunakan selama masa
kontrak, termasuk diantaranya blanko pengujian, blangko perhitungan
volume, blangko laporan, serta blangko sertifikat bulanan (MC) atau
sertifikat eskalasi bulanan (Price Escalation Certificate) jika ada.
Dalam masa mobilisasi inilah Konsultan Pengawas benar - benar harus dapat
mengarahkan dan memberi bimbingan kepada kontraktor agar semuanya dapat
selesai dalam jangka waktu mobilisasi tersebut.

Penekanan dalam pembuatan schedule pekerjaan yang diajukan Kontraktor, harus


diteliti betul serta diperiksa kemungkinan - kemungkinan dalam penerapan urutan
pekerjaan apakah sudah sesuai dengan tahapan serta sesuai dengan kondisi dan
keadaan di lapangan. Yang jelas di dalam pembuatan schedule ini harus
memperhatikan "hari efektif " yang ada didalam jangka waktu pelaksanaan serta
harus mengingat batas waktu yang harus diselesaikan.

1
7
b) Masa Pelaksanaan Pekerjaan Fisik
Pada masa pelaksanaan pekerjaan fisik ada beberapa pokok pengendalian
dan Perencanaan yang dapat dibagi dalam kategori sebagai berikut :

1) Pengendalian dan Perencanaan Kualitas (Mutu) Pekerjaan :


Dalam pengendalian dan Perencanaan kualitas ini Konsultan harus benar - benar
ketat, mengingat bahwa intensitas penyimpangan dalam hal mutu di pandang saat
ini masih cukup tinggi. Pengendalian mutu yang dimaksud adalah untuk
mendapatkan hasil pelaksanaan pekerjaan fisik yang awet, tahan lama dan dapat
dipergunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan usia/umur
pelayanan.

Pencapaian mutu hasil pelaksanaan yang optimal akan ditempuh melalui


pengendalian mutu bahan/material dan metode/cara pelaksanaan pekerjaan.
Kegiatan pengendalian mutu direalisasikan melalui kegiatan “kontrol kualitas“,
sesuai dengan setiap tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Hal – hal yang perlu dicermati terutama adalah kualitas pada pekerjaan utama.
Agar diperoleh kualitas yang baik, perlu adanya cheking bahan/material, dalam
hal ini kontraktor mengajukan contoh bahan dengan "request sheet" yang
memuat asal bahan, komposisi bahan, hasil test mutu, ukuran type, spesifikasi,
sertifikat dan sifat - sifatnya.

Dari hasil penelitian bahan, konsultan supervisi membuat rekomendasi atas bahan
- bahan yang dipakai harus sesuai contoh yang disetujui, dan bahan yang tidak
sesuai dengan ketentuan akan ditolak oleh Konsultan Pengawas, bahan yang
ditolak harus dikeluarkan dari lokasi proyek.

1
8
Inspeksi secara terus menerus merupakan salah satu alat dari pengendalian
kualitas, disamping dokumentasi. Serta memberikan pengarahan pada para
pekerja agar sesuai dengan rencana dan spesifikasi, sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya penyimpangan.

2) Pengendalian dan Perencanaan Kuantitas :


Dalam pengendalian dan Perencanaan kuantitas pekerjaan ini tugas utama ada
pada Surveyor dan Pengawas lapangan. Harus dipahami betul masalah aturan dan
cara pembayaran yang ada di dalam Spesifikasi, mana yang dapat dibayar dan
mana yang tidak dan harus mengacu pada dokumen kontrak dan Addendum
kontrak (bila ada).

3) Pengendalian Biaya/Anggaran :
Pengendalian Biaya/Anggaran yang ada sangat erat hubungannya dengan
pengendalian kwantitas. Karena pada umumnya kontrak - kontrak sekarang
menggunakan sistem Harga Satuan, maka pengendalian kwantitas juga akan
merupakan pengendalian anggaran.

4) Pengendalian Waktu
Pengendalian pelaksanaan pekerjaan dilakukan untuk menjamin agar pelaksanaan
pekerjaan dapat selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan. Dengan
demikian pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan harus selalu terkontrol.

Pengendalian waktu akan dilakukan melalui analisa terhadap performance


pelaksanaan proyek, dimana untuk proyek ini dapat menggunakan indikator SPI
(Schedule Performance Index) dan CPI (Cost Performance Index).

SPI adalah perbandingan antara realisasi fisik yang telah dikerjakan dengan
rencana (schedule) yang ada pada periode yang sama. Sedangkan CPI adalah
perbandingan antara dana yang telah dibayarkan dengan dana/biaya yang
tersedia (kontrak).

Secara umum SPI dan CPI dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kriteria, yaitu :

SPI / CPI = 1, Proyek dikatakan tepat


waktu.
1
9
SPI / CPI > 1, Proyek dikatakan cepat
SPI / CPI < 1, Proyek dikatakan terlambat.

5) Contract Change Order (Perintah Perubahan Kontrak) dan Addendum


Apabila selama jangka waktu pelaksanaan ini terdapat hal - hal yang tidak sama
(dalam hal volume atau biaya dimana jumlah akhir tidak melebihi harga kontrak)
harus ada perintah perubahan dari owner.

Kalau perubahan itu bersifat mendasar, termasuk perubahan Spesifikasi Teknis


serta Anggaran yang melebihi Harga Kontrak harus dibuat Addendum.

6) Pembuatan Monthly Certificate/Price Escalation Certification


Di dalam kontrak - kontrak saat ini biasanya pembayaran dilaksanakan secara
bulanan. Setiap akhir bulan Konsultan Pengawas Konstruksi bertugas memeriksa
dan menyiapkan pembayaran yang dapat dilakukan untuk bulan yang
bersangkutan.

Sertifikat Pembayaran Bulanan ini atau MC ini harus dilengkapi dengan Back Up
data yang lengkap. Konsultan Pengawas bertanggung jawab atas kebenaran dari
Back Up Data tersebut.

Dalam Back Up Data harus jelas ditulis untuk lokasi dan pekerjaan apa volume -
volume yang dibayarkan pada bulan tersebut.

Seandainya di dalam kontrak di sebutkan bahwa selama jangka waktu kontrak,


Kontraktor akan mendapatkan eskalasi harga, maka Konsultan juga selain Monthly
Certificate harus menyiapkan Price Escalation (PEC). Eskalasi harga didasarkan
pada index harga yang dikeluarkan oleh BPS (Biro Pusat Statistik).

Perlu diperhatikan betul - betul cara pembuatan dari Price Escalation Certificate
ini biasanya aturannya tercantum dalam Buku 3 Syarat -syarat Umum.

Bagian dari Proses Penyusunan Sertifikat Pembayaran Bulanan Kontraktor ini lebih
jelasnya disajikan seperti pada Gambar di bawah ini Bagan Proses Penyusunan
Sertifikat Bulanan Kontraktor.

2
0
Hasil Opname terhadap Pekerjaan Yang
telah lengkap

Kontraktor mengajukan data - data


Pendukung sertifikat bulanan

Pengawas lapangan Memeriksa


pengajuan tersebut

Penyusunan Draft Sertifikat bulanan


Oleh Kontraktor berdasarkan data Yang
telah diperiksa oleh Pengawas

Site Engineer memeriksa dan


Menyetujui Draft sertifikat

Draft sertifikat dikembalikan ke


Kontraktor untuk dikonfirmasikan Dan
penyiapan pengajuan lengkap Jumlah
salinannya dan tanda tangan

Site Engineer mengechek dan


menandatangani, diteruskan
Pemimipin Proyek

2
1
Pemimpin Proyek Menerima Dan
menyetujui, kemudian di proses

Untuk pembayarannya

Bagan Proses Penyusunan Sertifikat Bulanan Kontraktor

c) Masa Akhir Pelaksanaan


Pada Akhir Pelaksanaan ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan, yaitu :

1) Penyiapan As Built Drawing


Pada akhir masa pelaksanaan Kontraktor diwajibkan membuat As Built Drawing.
Gambar ini akan merupakan dasar pembayaran terakhir. Tanggung jawab
Konsultan adalah memeriksa kebenaran dari As Built Drawing tersebut.

Supaya pada saat akhir pekerjaan kontraktor tidak terlalu banyak, kontraktor
dapat menyiapkan gambar terlaksana ini sedikit demi sedikit seiring dengan
selesainya item - item pekerjaan di lapangan (item pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan/dipasang).

Gambar terlaksana ini merupakan gambar kenyataan di lapangan yang


dikerjakan oleh Kontraktor, dimana gambar ini akan sangat bermanfaat untuk
masa ke depan, untuk masa pemeliharaan konstruksi, juga diperlukan jika
nantinya akan diadakan overlay (pelapisan ulang), rehabilitasi
bangunan/konstruksi kembali.

2) Pembuatan Final Certifikat/Price Escalation Certificate


Setelah pembuatan As Built Drawing , harus dibuat Final Certificate (Sertifikat
Akhir), demikian juga Final Escalation Certificate (jika ada).

2
2
Karena setelah sertifikat akhir ini tidak ada lagi pembayaran. Konsultan
Pengawas harus hati - hati dan harus teliti dalam memeriksa dan
menyiapkannya. Semua hitungan, ukuran, lokasi, aturan pembayaran mulai dari
MC 1 (Monthly Certificate – 1) sampai terakhir/ dihitung ulang.

Demikian juga halnya dengan Final Price Escalation Certificate (jika ada)

3) Claim
Selama mulai periode kontrak mungkin terjadi claim atau tuntutan dari pihak
Kontraktor maupun pihak luar, dalam hal ini konsultan pengawas harus selalu
mendasarkan jawabannya berpedoman dan mengacu pada Dokumen Kontrak
yang ada. Semaksimal mungkin Konsultan harus mengamankan Pemilik dari
segala macam claim/tuntutan yang timbul.

4) Provisional Hand Over (Serah Terima Sementara) dan Final Hand


Over (Serah Terima Terakhir)
Biasanya dalam Buku 3 Syarat - syarat umum disebutkan bahwa apabila
pekerjaan sudah mencapai 97 % (dengan syarat pekerjaan utama selesai 100
%). Kontraktor dapat mengadakan Serah Terima Sementara.

Konsultan Pengawas berkewajiban menyiapkan semua data yang perlu


untuk pelaksanaan Serah Terima ini.

Kegiatan ini meliputi :

 Penyiapan daftar kerusakan/ kekurangan dari pekerjaan yang


dilaksanakan kontraktor.
 Penyiapan buku informasi bagi Panitia Serah Terima ini yang berisi data
proyek, status pembayaran dan progress serta data quality.
 Ikut didalam anggota Tim Teknis yang akan menjadi petunjuk didalam

pelaksanaan pemeriksaan Serah Terima.


 Menyiapkan semua pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan kegiatan
Serah Terima.
 Menyiapkan Berita Acara Serah Terima Sementara dan memberi
pertimbangan kepada Penanggung Jawab Kegiatan dalam menyetujui

2
3
jangka waktu perbaikan (grace period) yang diajukan kontraktor.

Setelah jangka waktu perbaikan berakhir diadakan lagi pemeriksaan kedua yang
merupakan bagian dari proses Professional Hand Over (PHO). Kalau hasil
pemeriksaan memenuhi Spesifikasi dan syarat, baru dikeluarkan Berita Acara
Serah Terima. Untuk serah terima akhir (FHO) yang dilaksanakan setelah Masa
Pemeliharaan habis secara prosedur sama dengan pelaksanaan Professional
Hand Over.

6. URAIAN KAJIAN DAN PENDEKATAN PERENCANAAN


Uraian kajian dan pendekatan Perencanaan sesuai dengan tugas konsultan pengawas
adalah menyelaraskan antara biaya proyek yang optimal, mutu pekerjaan yang
baik/berkualitas, dan waktu pelaksanaan yang tepat. Ketiga nya adalah 3 elemen yang
saling mempengaruhi, seperti tertera pada gambar berikut :

Bagan Keselarasan biaya proyek, mutu dan waktu pelaksanaan

Spesifikasi pekerjaan:

A. STRUKTUR BETON BERTULANG


Dalam rangka pengendalian desain struktur yang telah didesain oleh konsultan
perencana, konsultan Pengawas memberikan apresiasi perlu adanya acuan yang
obyektif, sehingga dalam desain (perencanaan struktur) dapat menghasilkan

2
4
keluaran yang optimal. Seperti diketahui biaya fisik (pekerjaan struktur) cukup besar
pengaruhnya terhadap biaya konstruksi.

Untuk bangunan berlantai banyak, konsep pengendalian dan Perencanaan


khususnya dalam estimasi beban gempa yang terjadi sangat penting. Karena
kesalahan dalam konsep Perencanaan gempa akan berpengaruh terhadap beban
gempa yang bekerja pada joint balok kolom. Dan selanjutnya bisa terjadi over
maupun under Estimate Earth Quake Loads, keadaan ini sangat merugikan pihak
owner.

Melalui usulan teknis ini, Konsultan Pengawas menyampaikan beberapa kajian,


usulan-usulan yang konstruktif yang didasarkan pada kaidah atau peraturan-
peraturan yang berlaku. Dengan demikian Pekerjaan Pembangunan gedung ini dapat
berjalan dengan baik. Secara garis besar, perancangan struktur dibagi menjadi dua hal
pokok yaitu :

a. Perancangan sub structure (struktur bawah), yaitu bagian bangunan yang


berada dibawah permukaan tanah yang berfungsi meneruskan beban bangunan
diatasnya ketanah dasar.

b. Perancangan upper structure (struktur atas) yaitu bagian bangunan diatas


permukaan tanah, yang berfungsi sebagai pemikul beban kerja atap dan lantai
bangunan.
Secara umum, keduanya harus merupakan kesatuan yang kokoh dan utuh, sehingga
mampu mengantisipasi perilaku struktur oleh beban-beban yang bekerja pada struktur
tersebut. Dalam perancangan struktur ini, digunakan sebagai berikut:

a) Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIG),1983


b) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung
(PPTGIUG),1981.
c) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Untuk Gedung
(PPBBIG),1983.
d) SNI 1726 tahun 2002
e) Peraturan Konstruksi Indonesia (PKKI). 1961.
f) Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB), 1983.
g) Hasil ” soil test “ berikut analisisnya.
h) Peraturan/ketentuan lain yang terkait dengan pekerjaan perancangan struktur.

2
5
Untuk menetapkan sistem yang sesuai, perlu inventarisasi permasalahan yang ada,
yang mungkin berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
sistem terpilih. Berdasarkan rencana induk dan site engineering permasalahan yang
dipandang berpengaruh pada penentuan sistem struktur ialah :

a) Tata letak bangunan yang direncanakan.


b) System hubungan bangunan baru dengan bangunan lama.
c) Rencana tahapan pelaksanaan masing-masing massa bangunan.
d) Konsep arsitektur tiap-tiap massa bangunan.
e) Rencana utilitas.

Beberapa pekerjaan struktur beton yang perlu diperhatikan dengan seksama adalah
:

 Kepastian pemilihan sub kontraktor yang akan menyediakan adukan


beton. Selalu dipertimbangkan track record dari sub kontraktor tersebut
 Kepastian tentang mixed design dari campuran beton untuk mendapatkan
compressive strength yang diinginkan
 Koordinasi dan monitoring dalam mekanisme pengujian compressive strength
beton
 Pengendalian acuan beton melalui pembuatan shop drawing acuan beton

 Kebenaran dimensi besi tulangan

 Perencanaan saat pencoran beton, agar beton yang dihasilkan tidak berongga

B. STRUKTUR BAWAH (SUB STRUCTURE)


Struktur bawah harus sesuai dengan karakteristik tanah dan hasil soil test yang sudah
diklarifikasi dengan kondisi site development. Pekerjaan yang berhubungan dengan
struktur bawah selalu berdekatan dengan tanah.

a) Deep foundation
Perlu diadakan survei sederhana di area rencana Pembangunan untuk mendapat
beberapa data antara lain :

 Kedalaman muka air tanah terhadap muka tanah

2
6
 Kedalaman tanah stabil berada di bawah muka tanah
Dengan hasil survey tersebut, diperkirakan fondasi yang cocok mungkin dengan
deep foundation (fondasi dalam). Alternatif pertama untuk fondasi dalam tentunya
adalah driven pile (tiang pancang), karena keuntungan tiang pancang adalah :

 Kualitas terjamin karena dibuat di pabrik dengan Perencanaan yang sangat

ketat
 Pada saat driving (pemancangan) dapat ditentukan beban yang mampu dipikul
oleh pile tersebut.

b) Kelongsoran Tanah Akibat Galian Cutting


Di dalam pengendalian dan Perencanaan terhadap pelaksanaan pekerjaan cutting
(galian), perlu diperhatikan faktor-faktor yang diperkirakan akan mengganggu
bahkan menggagalkan pekerjaan tersebut. Aspek yang penting untuk dicermati
menurut perkiraan adalah:

 longsoran tanah akibat aktivitas di sekitar lokasi proyek (lalu-lintas kendaraan


dan sebagainya) dan beban-beban yang timbul selama masa konstruksi
 berkurangnya potensi daya-dukung fondasi bangunan di sekitar basement
tersebut akibat penggalian tanah, yang mungkin dapat menyebabkan
miringnya bangunan yang sangat dekat dengan lokasi proyek
 longsoran tanah akibat jenis tanah (khususnya jika jenis tanah cenderung
bersifat pasir)

Perkiraan-perkiraan tersebut berdasarkan teori daya-dukung tanah menurut


Terzaghi sebagai berikut

2
7
Gambar 5. Daya dukung tanah menurut Terzaghi

2
8
Dari teori tersebut, apabila persoalan galian tanah ini tidak dipersiapkan secara teliti,
sangat dimungkinkan kejadian-kejadian seperti yang ditunjukkan di dalam Gambar
I.6

(a). Kondisi sebelum penggalian tanah (b). longsor akibat penggalian tanah

Gambar I.6. Longsor akibat kehilangan sebagian potensi daya-dukung tanah

Dari Gambar I.6 dapat dilihat terjadinya longsoran tanah oleh penurunan daya
dukung tanah (kehilangan sebagian potensi daya-dukung tanah akibat penggalian
tanah). Akibat longsoran ini akan terjadi gangguan tehadap proses konstruksi.

Selain itu, apabila tedapat bangunan-bangunan di sekitar lokasi penggalian yang


fondasinya berada di atas atau sedikit di bawah dasar penggalian potensial
mengalami hal yang sama. Jika tanah yang digali adalah pasir atau lebih bersifat
pasir, berarti sudut longsor akan lebih besar dibandingkan dengan tanah lempung
atau yang bersifat lempung. Untuk jenis tanah yang memiliki sudut longsor besar ini
(tanah dengan sudut gesek internal relatif besar) hampir tidak dimungkinkan
penggalian vertikal, sebab probabilitas kelongsoran tanah sangat besar.

c) Dinding Penahan Longsoran Tanah (Retaining Wall)


Dari analisis longsoran di atas, perlu kajian lebih mendalam tentang kemungkinan
penggunaan dinding penahan longsoran (retaining wall) untuk menghindari
keruntuhan atau kelongsoran tanah akibat galian. Penggunaan dinding ini akan
menjadi sangat penting khususnya apabila terjadi hujan selama pelaksanaannya.
Selain itu, dinding ini juga berfungsi sebagai pelindung bangunan di sekitarnya
dan/atau peralatan/pekerja konstruksi dari longsoran akibat galian. Berdasarkan

2
9
kondisi site, penggunaan dinding penahan longsoran yang paling memungkinkan
dengan menggunakan gravity wall (pasangan batu) atau Cantilever wall (beton
bertulang).

C. PEKERJAAN FINISHING ARSITEKTUR

Beberapa pemahaman dan aktifitas bidang arsitektur adalah :

a) Pemahaman Karakteristik Kawasan

Dalam hal ini terkait dengan kemampuan Konsultan Pengawas untuk melihat dan
mengenal potensi kawasan serta karakteristik nilai-nilai arsitektur bangunan yang
membentuk “image” bagi kawasan lokasi Pembangunan tersebut.

Demikian halnya dengan keberadaan sebuah desain arsitektur akan mudah dikenali
ketika mampu menampilkan “image” yang terbentuk oleh melalui perwujudan
bangunan dan ataupun ruang arsitektur yang diciptakan. Pembangunan Gedung ini
sebagai ruang komunal harus mampu menampilkan “citra diri” sebagai wadah space
yang akomodatif terhadap aktivitas yang diwadahinya serta dapat menampilkan
“image” sebagai bangunan

pendidikan. Ini bertujuan agar tercipta ruang dan atau bangunan arsitektur yang
“mengenal” para pelaku yang diwadahinya, sehingga para pelaku kegiatan nantinya
tidak merasa “terasingkan”.

b) Pemahaman Karakteristik “Pelaku” Kegiatan

Bangunan arsitektur akan memenuhi “keidealan desain” ketika mampu


menterjemahkan karakteristik pelaku kegiatan kedalam perwujudan bangunan dan
ataupun ruang-ruang arsitektur. Hal ini dapat dilakukan dengan memahami
karakteristik aktivitas “pelaku” yang akan diwadahinya.

c) Pamahaman Karakteristik sirkulasi Internal maupun eksternal


(terkait dengan Manajemen sirkulasi proyek dengan sirkulasi
transportasi kawasan)

Kenyamanan dan kelancaran pelaksanaan suatu pekerjaan fisik sangat dipengaruhi


oleh adanya sebuah sistem pola sirkulasi yang “optimal” secara internal maupun

3
0
eksternal yang saling berkaitan diantara keduanya. “Optimal” dalam artian
terciptanya sistem manajemen sirkulasi tansportasi, material dan ataupun human
resourses yang baik tanpa adanya “crouded” yang dapat menyebabkan terganggunya
kelancaran pekerjaan dan ataupun kelancaran sirkulasi eksternal. Berawal dari sinilah
dituntut kemampuan bagi Konsultan Pengawas dalam menguasai existing lapangan
yang tercakup didalamnya pola sirkulasi internal maupun eksternal.

Pola sirkulasi eksternal yang harus dapat dikendalikan adalah pemilihan dan
pengaturan sirkulasi keluar masuknya material maupun tenaga kerja dengan
pemilihan main entrance dan ataupun service entrance yang sedapatmungkin tidak
menimbulkan crouded dengan pola sirkulasi eksternal (sirkulasi transportasi lalu
lintas). Dengan demikian diharapkan tidak akan mengganggu kelancaran arus lalu
lintas transportasi kendaraan dan ataupun aktivitas lainnya.

Hal yang menjadi acuan pertimbangan pemahaman site development untuk


kemudian akan diketahui zone-zone area bebas yang dapat dimanfaatkan sebagai
dropping area serta zone- zone yang memungkinkan untuk dijadikan bagian dari area
pengaturan pola sirkulasi.

Kemampuan Konsultan Pengawas dalam memahami site development akan menjadi


titik acuan pula dalam memberikan masukan dalam menentukan pola sirkulasi
internal yang mencakup penentuan dropping area dan pengaturan keluar masuk
kendaraan terkait dengan kelancaran pola sirkulasi eksternal.

d) Pemahaman Konsep zonifikasi

Zonifikasi dalam Pembangunan Gedung ini sangat terkait dengan jenis dan
karakteristik dari aktivitas yang terjadi pada tiap-tiap ruangan ataupun pola aktivitas
secara menyeluruh dalam suatu wadah bentuk arsitektur.

Dalam kapasitasnya sebagai Konsultan Pengawas merupakan suatu keharusan


memahami zonifikasi tiap-tiap massa bangunan dan ataupun zonifikasi ruang-ruang
dari pekerjaan fisik yang dikerjakan oleh kontraktor pelakana. Hal ini diawali dengan
pemahaman terhadap pola aktivitas pelaku kegiatan yang terdiri dari pola kegiatan

3
1
pegawai serta pola interaksi antara pegawai ketika melayani keperluan masyarakat,
serta pemahaman konsultan Pengawas terhadap pola sirkulasi yang terbentuk dari
perilaku aktivitas tersebut.

Zonifikasi dalam Pengendalian dan Perencanaan Pembangunan Gedung ini dapat


dibagi menjadi beberapa zoning, yaitu :

- Zoning Kegiatan Publik

Merupakan zoning untuk kelompok kegiatan yang menjadi tempat interaksi langsung
antara pimpinan dengan pihak intern staff . Zoning ini biasanya diletakkan di area
dekat dan atau berhubungan langsung dengan entrance utama.

- Zoning Kegiatan Semipublik

Merupakan zoning bagi kegiatan yang lebih memerlukan tingkat keprivasian lebih
ketika terjadi interaksi antara para staf dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan khusus yang harus diselesaikan dengan pihak intern.

- Zoning Kegiatan Privat

Merupakan zoning yang diperuntukkan bagi aktivitas-aktivitas yang memerlukan


tingkat privasi lebih bagi kepentingan kantor.. Biasanya terletak pada area yang relatif
tertutup bagi akses sirkulasi publik namun tetap dapat diakses bagi pelaku kegiatan
intern gedung.

Dari adanya pemahaman Konsultan Pengawas terhadap konsep zonifikasi ruangan


akan memberikan kerangka acuan dalam menentukan penggunaan material serta
pemenuhan terhadap syarat-syarat kenyamanan ruangan yang sesuai dengan pola
aktivitas yang diwadahinya.

e) Konsep Fisika bangunan (pencahayaan dan penghawaan)


Syarat sebuah desain arsitektur memenuhi standar kenyamanan adalah terpenuhinya
kenyamanan pencahayaan dan penghawaan secara alami maupun buatan. Demikian
halnya dengan menciptakan desain sebagai wadah kegiatan perkantoran sebagai
wadah kegiatan publik, diperlukan pula adanya Perencanaan secara intens terhadap
konsep fisika bangunannya yang meliputi konsep pencahayaan dan penghawaan.

Dalam desain sebuah gedung pencahayaan menjadi sesuatu yang sangat urgen,

3
2
terlebih dengan pemaksimalan pemamfaatan pencahayaan alami agar mampu
mendukung aktivitas yang sedang dilakukan, karena aktivitas ini lebih sering
dilakukan pada siang hari. Dengan demikian Perencanaan terhadap pemberian
perlubangan-perlubangan sebagai area masuknya cahaya matahari perlu
mendapatkan perhatian yang serius agar jumlah sinar matahari yang masuk kedalam
ruangan mampu mencukupi intensitas penerangan yang diperlukan untuk

D. PEKERJAAN MEKANIKAL - PLUMBING

E. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan usulan teknik ini pertama kali melalui
pendalaman dan pemahaman terhadap karakteristik bangunan/ruang yang terkait
dengan kebutuhan instalasi mekanikal/elektrikal serta utilitas yang berada di
dalamnya. Sehingga aspek pemenuhan kebutuhan daya listrik, pemenuhan
kebutuhan sanitasi dan kebersihan serta kenyamanan dapat dicapai. Adapun
tanggung jawab sebagai Konsultan Pengawas dalam melakukan kontrol terhadap
pelaksanaan pekerjaan Mekanikal elektrikal adalah dengan melakukan Perencanaan
pada tahapan- tahapan pekerjaan.

Pada tahap pelaksanaan, Konsultan Pengawas melakukan pengendalian administrasi


dan pengendalian teknis. Dalam hal pengendalian ini diantaranya yang harus
dilakukan terutama yang berkaitan dengan pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah
sebagai berikut :

a. Ketepatan Konstruksi dan Koordinasi Sistem Dalam Pelaksanaan


Untuk mencapai ketepatan dalam konstruksi serta koordinasi antara
pekerjaan yang satu dengan lainnya dilakukan melalui:

- Pembuatan gambar kerja (Shop Drawing) yang dibuat dan diusulkan oleh
kontraktor sebelum pekerjaan yang dimaksud dikerjakan. Shop drawing hanya
dibuat untuk posisi-posisi yang dipandang sulit untuk dikerjakan dan tidak
tergambar secara detil di dalam dokumen perencanaan
- Sebelum ada persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas maka pekerjaan

3
3
tersebut tidak boleh dikerjakan.
- Setiap tahapan pekerjaan harus didahului oleh pembuatan surat ijin memulai
pekerjaan
b. Pencapaian Kualitas Material/Equipment sesuai yang diinginkan Rencana Kerja dan
Syarat.
pengendalian dan Perencanaan/inspeksi secara terus menerus di setiap tahapan pekerjaan.

3
4
3
5
e. Pencapaian Unjuk Kerja

Pada saat pelaksanaan sering terjadi harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian


dengan kondisi lapangan dan tempat yang sebenarnya. Atau pada saat
pengangkutan/transportasi terjadi hentakan-hentakan yang tidak sengaja sehingga
mengakibatkan adanya pergeseran atau perubahan karakteristik peralatan sehingga
dapat menimbulkan peralatan tidak dapat bekerja secara optimal seperti yang
direncanakan. Untuk mendapatkan unjuk kerja yang baik harus dilakukan test. Dari
data hasil tes inilah dapat dilakukan optimalisasi dengan melaksanakan setting ulang
atau perbaikan seperlunya. Dengan demikian diharapkan ada jaminan bahwa system
akan bekerja secara optimal seperti yang direncanakan

f. Tahapan Pencermatan/Persiapan dan Testing (Commissioning andTesting)

Tujuan dari pencermatan/persiapan (lebih dikenal dengan istilah commissioning)


dan pengujian secara umum adalah untuk tercapainya jaminan keamanan,
keselamatan dan kenyamanan para pengguna dan lingkungan yang berada disekitarnya
serta terjaminnya kerja system sesuai dengan yang direncanakan. Secara spesifik
bertujuan sebagai berikut:

1) Menjamin terpasangnya instalasi secara cukup dan aman dalam


menunjang

terselenggaranya kegiatan dalam gedung sesuai dengan fungsinya

2) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari adanya kejadian
yang tidak diinginkan
3) Menjamin kehandalan system yang dipasang

4) Menjamin mudahnya dilakukan perawatan

5) Menjamin life time peralatan, minimum sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat
6) Menjamin beroperasinya system sehingga dapat menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam
gedung sesuai dengan fungsinya secara optimal.
Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan (baik electrical maupun mechanical) harus diuji sehingga
mencapai hasil baik dan bekerja sempurna sesuai dengan standar dan persyaratan yang diacu dalam
pekerjaan ini seperti termaktub pada RKS Mechanical Electrical tentang Standard dan Referensi atau
sesuai dengan standard pabrik. Bilamana diperlukan, bahan-bahan instalasi atau peralatan dapat
diminta oleh Direksi Proyek untuk diuji di laboratorium atas tanggungan biaya kontraktor

Setiap bagian instalasi pengkabelan harus diuji sehingga dicapai baik, sesuai dengan

3
6
PUIL 2000. Untuk bagian-bagian yang akan tertutup instalasinya, harus diuji sebelum
dan sesudah bagian tersebut ditutup.

1) Panel Listrik

 Sebelum dilakukan pekerjaan pembuatan panel, maka kontraktor diwajibkan untuk menyampaikan
shop drawing baik ukuran panel, tebal plat, lay out equipment maupun one line diagram lengkap
dengan daftar dan volume equipment yang akan digunakan
 Sebelum dilakukan pembuatan panel kontraktor diwajibkan untuk menunjukan kualitas panel
yang pernah dibuat, baik itu di workshop pembuat panel ataupun diprojek lain yang pernah
dikerjakan untuk mendapatkan persetujuan kualitas yang dikehendaki.
 Sebelum panel-panel dikirimkan ke lokasi projek, kontraktor wajib melaporkan ke

direksi proyek untuk dilakukan pengecekan akhir (victory visit). Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan, dan jika terjadi kesalahan,
maka perbaikan harus dilakukan di work shop.

Terutama panel induk (LVMDP dan SDP) yang bekerja secara otomatis, harus dilakukan test
unjuk kerja di workshop

 Cek peralatan yang digunakan baik Merk dan keasliannya, kemampuan hantar arus,

breaking capacity, rangkaian kontrolnya dan ukuran busbar

2) Kabel daya, instalasi listrik dan sistem pembumian: Insulation test.

Lakukan pengukuran tahanan isolasi kabel yang meliputi tahanan penghantar phasa-
netral, tahanan penghantar phasa-ground, tahanan penghantar antar phasa.
Tahanan isolasi minimum adalah seperti berikut :

Tegangan sirkit Tegangan uji Resistan isolasi

50 V nominal
(ac); 120(volt)
V (dc) arus searah
250 (volt) (mega Ohm)
0.25
Sampai dengan 500 V 500 0.5
Di atas 500 V 1000 1.0

Walaupun tahanan isolasi tersebut telah memenuhi syarat minimum, namun pada
proyek ini dikehendaki tahanan isolasi di atas harus mencapai tak terhingga,

3
7
atau dapat dianggap besarnya tak terhingga. Dalam satu kelompok rangkaian
instalasi yang menuju ke panel, tahanan isolasinya haruslah seimbang antara
bagian satu dengan lainnya. Jika ada nilai yang perbedaannya cukup mencolok
dibandingkan dengan yang lain, maka instalasi tersebut harus dicek dan diperbaiki
sehingga mendapatkan tahanan isolasi yang seimbang dengan lainnya.

3) Visual test

- Melakukan pengecekan aplikasi warna kabel serta luas penampang kabel pada instalasi yang
dikerjakan.
- Polaritas penyambungan kabel atau hubungan fase, harus benar dan semuanya

terpasang dengan kuat

- Melakukan pengecekan pada sistem penyambungan kabel instalasi beserta


kelengkapannya.

4) Grounding test.

Besar tahanan pembumian tidak boleh melebihi seperti berikut ini:


Tabel III.1. Nilai Tahanan Isolasi Minimum

Tahanan pembumian
Jenis Instalasi Maksimum (Ohm)
Penyalur Petir 5
Pentanahan Peralatan 2

Listrik
Telekomunikasi/elektroni 0,5

5) Pekerjaan Sistem Peringatan Dini

- Lakukan pengetesan dan pengecekan tahanan isolasi pengkabelannya.

- Lakukan test sistem secara simulasi

- Lakukan pengetesan langsung dengan menggunakan asap (untuk smoke detector) dan dengan

3
8
menggunakan panas (untuk ROR dan Fix Temperature Detector)
- Lakukan pengetesan terhadap fungsi break glass manual station, telephone, fungsi

flow switch (dari sistem splinkler) dan lain-lain yang terhubung secara
terintegrasi dengan Sistem Peringatan Dini

6) Pekerjaan Sound System, Telephone System

- Lakukan pengetesan dan pengecekan tahanan isolasi pengkabelannya sesuai dengan persyaratan
minimal yang harus dipenuhi seperti tercantum pada tabel III.1.
- Lakukan pengetesan terhadap semua fitur yang dikehendaki RKS, atau sesuai dengan sistem
yang bersangkutan seperti diterangkan oleh pabrik pembuat unit sistem tersebut

Melihat penjelasan pada uraian di atas dapat disampaikan bahwa pengawas yang mengerti

teknis dan administrasi sangat diperlukan dalam pekerjaan Perencanaan di lapangan. Team

work pengawas harus memahami lingkup dan wewenang pekerjaan yang harus ditangani dan

dikendalikan, untuk hal tersebut maka diperlukan suatu prosedur Perencanaan di lapangan

yang baku integrated dan mudah dipahami oleh personil yang terlibat di lapangan.

Berikut ini adalah bagan skematis mengenai prosedur pelaksanaan manajemen Perencanaan,

pada masa pelaksanaan di lapangan :

1. Skema prosedur pekerjaan persiapan dan penugasan

2. Skema pekerjaan persiapan pelaksanaan

3. Skema prosedur manajemen Perencanaan

4. Skema penegasan gambar kerja

5. Skema persetujuan material

6. Skema laporan harian dan mingguan

3
9
7. Skema surat instruksi Konsultan Pengawas

8. Skema pengesahan gambar kerja

9. Skema pengajuan pembayaran angsuran / termijn

10. Skema perubahan pekerjaan

11. Skema pengesahan as built drawing

2.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

4
0
2.4. Komposisi Tim dan Penugasan

4
1
2.5. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

4
2
KERANGKA ACUAN KERJA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
GEDUNG SEKOLAH LABSCHOOL KEBAYORAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TAHUN ANGGARAN 2017

DAFTAR ISI :

DAFTAR ISI ........................................................................................... 1


1. PENDAHULUAN ............................................................................ 2
A. UMUM
B. LATAR BELAKANG

2. MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................. 4


3. SASARAN ................................................................................. 4
4. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN ............... 5
5. SUMBER PENDANAAN.................................................................... 5
A. BIAYA PERENCANAAN
B. SUMBER BIAYA

6. LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG..... 5


7. LINGKUP PEKERJAAN...................................................................... 7
7.1 LINGKUP PEKERJAAN
7.2 TANGGUNG JAWAB
8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN ...................................................... 11
9. KUALIFIKASI BADAN USAHA, TENAGA AHLI DAN TENAGA 11
PENDUKUNG.................................................................................
10. KELUARAN...................................................................................... 16
11. PELAPORAN.................................................................................... 17
12. PENUTUP........................................................................................ 17

4
3
1. PENDAHULUAN
A. UMUM
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
Peraturan Menteri PU Nomor 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

1. Setiap bangunan gedung negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu
memenuhi secara optimal fungsi bagiannya, andal dan dapat sebagai teladan bagi lingkungannya,
serta berkontribusi positif bagi pelayanan kepada masyarakat perkembangan arsitektur di Indonesia.
2. Setiap bangunan gedung negara harus direncanakan, dirancang dengan sebaik baiknya, sehingga
dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi
bagi bangunan gedung negara.
3. Setiap pelaksanaan konstruksi fisik bangunan gedung negara yang dilakukan oleh kontraktor
pelaksana harus mendapat pengawasan secara teknis di lapangan, agar rencana teknis yang telah
disiapkan dan dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung operasional
efektif.
4. Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan perencanaan perlu disiapkan secara matang sehingga
memang mampu mendorong perwujudan karya perencanaan yang sesuai dengan kepentingan
kegiatan.

B. LATAR BELAKANG
1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah merupakan bagian lingkup Unit Peningkatan Perguruan Tinggi
(P2T) Universitas Negeri Jakarta, tahun anggaran 2016.
2. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sebagi lembaga pendidikan tinggi yang mengemban misi luhur untuk
menghasilkan ilmuwan dan praktisi baik di bidang pendidikan maupun non pendidikan, serta dalam
rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, senantiasa terus menerus mengembangkan diri
menuju ke suatu baku mutu yang telah ditetapkan dalam standar kualitas nasional ataupun Internasional.
Gedung Sekolah Labschool Kebayoran direncanakan sebagai gedung Sekolah 4 lantai dengan ruang
kelas sejumlah 10 ruang, ruang audio visual, ruang guru, ruang rapat, ruang kepala sekolah, ruang
piket dan sound system.

2. MAKSUD DAN TUJUAN.

4
4
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi konsultan perencana yang memuat masukan
azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta diinterpretasikan
kedalam pelaksanaan tugas perencanaan. Dengan penguasaan ini diharapkan konsultan perencana
dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai
sesuai KAK ini.

3. SASARAN
Penyusunan dokumen Laporan Pembangunan Gedung Sekolah Labschool Kebayoran Tahun 2017
yang memenuhi persyaratan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembangunan gedung
negara melalui proses kajian dan evaluasi yang akan dilakukan oleh Konsultan Perencana. Dokumen
hasil perencanaan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan pedoman secara utuh untuk
pembangunan Fisik.

4. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Pengguna Jasa : Kegiatan Peningkatan Perguruan Tinggi (P2T)


Universitas Negeri Jakarta, TA 2016
Nama Pejabat Pembuat : Ramlan Lumbantoruan, S.Sos, MM
Komitmen (PPK)
Alamat :
Kampus A – UNJ, Jln. Rawamangun Muka Jakarta
13220

5. SUMBER PENDANAAN
A. BIAYA PERENCANAAN
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan Perencanaan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 421.861.000,- dan
mengikuti pedoman dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/KPTSMK/2007 tanggal 27
Desember 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara yaitu:
a. Untuk pekerjaan standar berlaku biaya maksimum dihitung dengan billing rate sesuai ketentuan
yang berlaku.
b. Bila terdapat pekerjaan non standar, maka dihitung secara orang-bulan dan biaya langsung yang
dapat diganti, sesuai dengan ketentuan billing rate yang berlaku.
c. Pengaturan komponen pembiayaan pada butir a) dan b) diatas adalah dipisahkan antara
bangunan standar, serta dan non standar dan harus terbaca dalam suatu rekapitulasi akhir yang
menyebut angka dan huruf,

4
5
d. Besarnya biaya konsultan Perencanaan merupakan biaya tetap dan pasti.
e. Ketentuan pembiayaan lebih lanjut mengikuti surat perjanjan pekerjaan perencanaan yang dibuat
oleh PPK dan Konsultan Perencana.
2. Biaya pekerjaan konsultan Perencanaan dan tata cara pembayaran diatur secara kontraktual setelah
melalui tahapan proses pengadaan konsultan perencana sesuai peraturan yang berlaku, yang terdiri
atas:
a. honorarium tenaga ahli dan tenaga pendukung,
b. materi dan penggandaan laporan,
c. Pembelian bahan dan ATK
d. sewa kantor, peralatan dan kendaraan
e. pajak.
3. Pembayaran biaya konsultan Perencana didasarkan pada prestasi kemajuan pekerjaan perencanaan.

B. SUMBER BIAYA
Sumber dana dari keseluruhan pekerjaan perencanaan dibebankan pada DIPA BLU Universitas
Negeri Jakarta Tahun 2017.

6. LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG

Lingkup Kegiatan : Perencanaan Pembangunan Gedung Sekolah Labschool


Kebayoran Tahun 2017.

Lokasi Kegiatan :
Jl. K.H Ahmad Dahlan No.14, Kebayoran Baru
Jakarta
Selatan

A. Data Lokasi
1) Untuk melaksanakan tugasnya konsultan Perencana mencari informasi yang dibutuhkan selain dari
yang diberikan dalam Kerangka Acuan Kerja ini.
2) Konsultan Perencana harus memeriksa kebenaran informasi yang digunakan dalam pelaksanaan
tugasnya, baik yang berasal dari Kepala Satuan Kerja, maupun yang dicari sendiri. Kesalahan
kelalaian pekerjaan perencanaan sebagai akibat dari kesalahan informasi menjadi tanggung jawab
konsultan Perencana..
3) Dalam hal ini informasi yang diperlukan adalah dengan mengumpulkan dan mengevaluasi data,
gambar, dokumen, dan informasi yang sudah ada untuk bahan perencanaan lanjutan, diantaranya
mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi tentang lahan, meliputi :
i. kondisi fisik lokasi seperti : luasan, batas-batas, dan topografi,

4
6
ii. kondisi tanah (hasil soil test),
iii. keadaan air tanah,
iv. peruntukan tanah,
v. koefisien dasar bangunan,
vi. koefisien lantai bangunan,
vii. perincian penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan dan
viii. lain-lain.

b. Pengguna bangunan:
i. struktur organisasi,
ii. jumlah personil-personil sekarang dan satuan kerja pengembangan untuk 5 tahun
mendatang,
iii. kegiatan utama, penunjang, pelengkap,
iv. perlengkapan / peralatan khusus, jenis, berat, dan dimensinya.
c. Kebutuhan bangunan:
i. program ruang,
ii. keinginan tentang organisasi / pemanfaatan ruang,
d. Keinginan tentang ruang-ruang tertentu, baik yang berhubungan dengan pemakai atau
perlengkapan yang akan digunakan dalam ruang tersebut.
e. Keinginan tentang kemungkinan perubahan fungsi ruang/bangunan.
f. Keinginan-keinginan tentang utilitas bangunan seperti:
i. Air bersih: kebutuhan (sekarang dan proyeksi mendatang), sumber air, jaringan dan
kapasitasnya.
ii. Air hujan dan air buangan: melewati sumur resapan dan ke saluran kota, cara pembuangan
keluar tapak.
iii. Air kotor dan sampah: Air Kotor diolah di STP yang letaknya dekat Tempat Pembuangan
Sementara (TPS); sampah di tampung di TPS dan buang keluar dari TPA.
iv. Tata Udara/A.C : beban (Ton of refrigerant), pembagian beban, sistem yang diinginkan.
v. Penanggulangan bahaya kebakaran: APAR.
vi. Pengaman dari bahaya pencurian dan perusakan: alarm (jenis, tipe), sistim yang dipilih,
CCTV
vii. Jaringan listrik: kebutuhan daya, sumber daya dan spesifikasinya, cadangan (kapasitas,
spesifikasi).
viii. Jaringan komunikasi (telepon, faximile, internet, intercom dan data): kebutuhan titik
pembicaraan, sistim yang dipilih.

4) Program alih teknologi.


Penyedia jasa harus mengadakan pelatihan/kursus singkat/diskusi/seminar/rapat terkait
dengan substansi pelaksanaan pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada PPK, Tim
teknis dan Pengawas minimal satu kali dalam satu minggu dalam masa kontrak.

5) Staf/ Tim teknis pelaksanaan pekerjaan.


Pejabat Pembuat Komitmen akan mengangkat petugas sebagai wakilnya yang bertindak
sebagai Tim Teknis untuk pengawas, pendamping dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

4
7
7. LINGKUP PEKERJAAN
I. LINGKUP TUGAS
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh konsultan Perencana adalah berpedoman pada
ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/KPTS/M/2007 tanggal 27 Desember 2007 yang
dapat meliputi tugas-tugas perencanaan lanjutan lingkungan, site/tapak bangunan, dan perencanaan
fisik bangunan gedung negara yang terdiri atas:

A. Penyusunan Rencana Detail antara lain :


a.1 Persiapan Perencanaan seperti mengumpulkan data dan informasi lapangan (termasuk
penyelidikan tanah), membuat interpretasi secara garis besar terhadap KAK, dan konsultasi
dengan pemerintah daerah setempat mengenai peraturan daerah/ perijinan bangunan
a.2 Penyusunan perkiraan biaya, dan mengurus perijinan, keterangan persyaratan bangunan dan
lingkungan, dan IMB dari Pemerintah Daerah setempat.
a.3 Rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi atau studi maket yang mudah
dimengerti oleh pemberi tugas. Perhitungan struktur harus ditandatangani oleh Tenaga Ahli yang
mempunyai Ijin Sertifikat.
a.4 Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
a.5 Rencana utilitas, dan Tata Hijau/landscape beserta uraian konsep dan perhitungannya.
a.6 Perkiraan Biaya
a.7 Penyusunan Dokumen Pengadaan Jasa Konstruksi
1. Gambar-gambar detail arsitektur, detail struktur, detail utilitas yang sesuai dengan gambar
rencana yang telah disetujui. Semua gambar arsitektur, struktur, dan utilitas harus ditanda
tangani oleh Penanggung Jawab Perusahaan dan Tenaga Ahli yang mempunyai Ijin
Sertifikat.
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
3. Rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi
(E.E.).
a.4 Laporan akhir perencanan.

B. Mengadakan persiapan pelelangan, seperti membantu PPK didalam menyusun dokumen pelelangan
dan membantu POKJA pengadaan menyusun program dan pelaksanaan pengadaan.
C. Membantu POKJA pengadaan pada waktu penjelasan pekerjaan (Aanwijzing), termasuk hadir dalam
menyusun berita acara penjelasan pekerjaan, evaluasi penawaran apabila diperlukan, menyusun
kembali dokumen pengadaan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.
D. Mengadakan pengawasan berkala selama pelaksanaan konstruksi fisik dan melaksanakan satuan
kerja seperti :
1. Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada perubahan.
2. Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa pelaksanaan
konstruksi.

4
8
3. Memberikan saran-saran, pertimbangan dan rekomendasi tentang penggunaan bahan.
4. Membuat laporan akhir pengawasan berkala.
E. Menyusun buku petunjuk penggunaan peralatan bangunan dan perawatannya termasuk petunjuk
yang menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan.

7.2. TANGGUNG JAWAB PERENCANAAN


a Konsultan Perencanaan bertanggung jawab secara profesional atas jasa perencanaan yang berlaku
dilandasi pasal 11 Undang-undang Nomor 18 Tentang Jasa Konstruksi.
b Secara umum tanggung jawab konsultan adalah minimal sebagai berikut:
1. Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan standar hasil karya
perencanaan yang berlaku mekanisme pertanggungan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus telah mengakomodasi batasan-batasan yang telah
diberikan oleh kegiatan, termasuk melalui KAK ini, seperti dari segi pembiayaan, waktu penyelesaian
pekerjaan dan mutu bangunan yang akan diwujudkan.
3. Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus telah memenuhi peraturan, standar, dan pedoman
teknis bangunan gedung yang berlaku untuk bangunan gedung pada umumnya dan yang khusus
untuk bangunan gedung negara.

8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai diserahkannya dokumen perencanaan untuk siap
dilelangkan maksimal 30 (tiga puluh) hari Kalender atau 1 bulan sejak dikeluarkannya Kontrak/Surat
Perintah Mulai Kerja. Jangka waktu tersebut sekurang-kurang dijabarkan sebagai berikut:

 Tahap Rencana Persiapan: 7 (tujuh) hari kalender


 Tahap Rancangan Gambar Detail dan Penyusunan RKS serta RAB: 16 (empat belas) Hari Kalender
 Tahap Persiapan Pelelangan (Dokumen Perencanaan Teknis): 7 (lima) hari kalender.
 Jangka waktu pelaksanaan pada Tahap Pengawasan Berkala adalah selama masa pekerjaan fisik
konstruksi sampai penyerahan tahap pertama (Provisional Hand Over/PHO).

9. KUALIFIKASI BADAN USAHA, TENAGA AHLI DAN TENAGA PENDUKUNG

A. Kualifikasi Badan Usaha


Untuk mendapatkan penyedia jasa perencana yang dapat menghasilkan kualitas pekerjaan sesuai
dengan yang diinginkan, badan usaha penyedia idealnya mempunyai pengalaman sebagai
penyedia jasa perencana gedung pendidikan selama 10 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan
juga bagi penyedia jasa yang memiliki pengalaman kerja kurang atau lebih dari 10 tahun. Selain itu
badan usaha penyedia jasa perencana harus mempunyai pengalaman dalam perencanaan gedung
bertingkat minimal 4 (empat) lantai.

4
9
B. Kualifikasi Tenaga Ahli, Asisten Tenaga Ahli Dan Tenaga Pendukung
Kebutuhan tenaga ahli dan tenaga pendukung Konsultan Perencana dirinci dalam tabel berikut ini:

No. Personil Pengalaman Kerja Kualifikasi Orang


Minimal

A TENAGA AHLI

1 Ketua Tim 4 Thn Ahli Utama/S1- 1


Si/Ar

2 Ahli Perencana Struktur/ 3 Thn Ahli Muda/S1- 1


Ahli Teknik Bangunan Si
Gedung

3 Ahli Teknik Tenaga Listrik 3 Thn Ahli Muda/S1- 1


El

4 Ahli Perencana Sistem 3 Thn Ahli Muda/S1- 1


Plumbing/Ahli Teknik Me
Plambing dan Pompa
Mekanik
5 Ahli Sistem Tata Udara dan 3 Thn Ahli Muda/S1- 1
refrigrasi/Ahli Teknik Me
Sistem Tata Udara dan
Refrigasi

6 Ahli Teknik Elektronika 3 Thn Ahli Muda/S1- 1


dan Telekomunikasi/Ahli El
Teknik Elektronika dan
Telekomunikasi dalam
Gedung

B ASISTEN TENAGA AHLI

7 Asisten Ahli Arsitek 2 tahun S1-Ar 1

8 Asisten Ahli Teknik 2 tahun S1-Si 1


Perencana Struktur
9 Asisten Ahli Teknik Tenaga 2 tahun S1-El 1
Listrik

5
0
No. Personil Pengalaman Kerja Kualifikasi Orang
Minimal

10 Asisten Ahli Manajemen 2 tahun Si-Si 1


Konstruksi

C TENAGA PENDUKUNG

Sekretaris
11 3 Thn D3 1

12 Site office Manager/ 3 Thn 1


D3
Administrator

13 Operator Komputer 3 Thn D3 2

14 Operator Computer 3 Thn 2


CAD Struktur dan D3
Arsitektur

15 Operator Computer 3 Thn 1


D3
CAD Elektrikal

16 Operator Computer 3 Thn 2


D3
CAD Mekanikal

17 Surveyor 3 Thn D3 2

Persyaratan untuk tenaga ahli dan tenaga pendukung tersebut di atas dirinci sebagai berikut:
A. Tenaga Ahli.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, Pihak Konsultan Perencana harus menyediakan tenaga-
tenaga ahli dalam suatu struktur organisasi Konsultan Perencana untuk menjalankan kewajibannya
sesuai dengan lingkup jasa yang tercantum dalam KAK ini yang bersertifikat dan disetujui oleh
pemberi tugas. Tenaga Ahli yang dilibatkan adalah tenaga ahli aktif yang berpengalaman
dibidangnya masing-masing, yaitu terdiri atas tenaga ahli sebagai berikut :

1) Ketua Tim
Seorang Ketua Tim dengan persyaratan: (a) memiliki SKA Ahli Utama dan aktif bekerja sebagai
ahli utama Arsitek konstruksi sekurang-kurangnya 4 tahun sejak diterbitkannya SKA pertama; (b)
mempunyai pengalaman kerja sebagai Ketua Tim dalam suatu proyek pemerintah dan atau non
pemerintah pekerjaan perencanaan gedung negara bertingkat minimal 4 lantai; (c) sekurang-

5
1
kurangnya pernah bekerja selama 4 tahun pada proyek gedung bertingkat sedang atau tinggi; (d)
berpendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik Sipil/ Arsitektur.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika kualifikasi
Tenaga Ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan pertimbangan.
2) Ahli Perencana Struktur/Ahli Teknik Bangunan Gedung
Seorang Ahli Perencana Struktur/Ahli Teknik Bangunan Gedung dengan persyaratan: (a) memiliki
SKA Ahli Muda dan aktif bekerja sebagai ahli muda Perencana Struktur/Ahli Teknik Bangunan
Gedung sekurang-kurangnya 3 tahun sejak diterbitkannya SKA pertama; (b) mempunyai pengalaman
kerja sebagai ahli muda Perencana Struktur/Ahli Teknik Bangunan Gedung dalam suatu proyek
perencanaan gedung bertingkat minimal 4 lantai; (c) mempunyai pengalaman dalam mengevaluasi
kekuatan struktur bangunan gedung yang telah berdiri; (d) sekurang-kurangnya mempunyai
pengalaman kerja selama 3 tahun pada proyek gedung bertingkat sedang atau tinggi; (e)
berpendidikan minimal Sarjana (S1) Sipil.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika kualifikasi
tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan pertimbangan.
3) Ahli TeknikTenaga Listrik

Seorang Ahli Teknik Tenaga Listrik dengan persyaratan: (a) memiliki SKA Ahli Muda Teknik
Tenaga Listrik dan aktif bekerja sebagai ahli muda Teknik Tenaga Listrik sekurang-kurangnya 3
tahun sejak diterbitkannya SKA pertama; (b) mempunyai pengalaman kerja merancang struktur
bangunan dalam suatu proyek perencanaan gedung sekolah dan/atau perkantoran minimal 4
lantai; (c) mempunyai pengalaman merancang struktur bangunan gedung sekurang-kurangnya
mempunyai pengalaman kerja selama 3 tahun pada proyek gedung bertingkat sedang atau tinggi;
(d) berpendidikan minimal sarjana (S1) Teknik Elektro.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika kualifikasi tenaga
ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan pertimbangan.

4) Ahli Perencana Sistem Plambing/Ahli Teknik Plambing dan Pompa Mekanik


Seorang Ahli Perencana Sistem Plambing/Ahli Teknik Plambing dan Pompa Mekanik dengan
persyaratan: (a) memiliki SKA Ahli Muda Perencana Sistem Plambing/Ahli Teknik Plambing dan
Pompa Mekanik dan aktif bekerja sebagai Ahli muda Perencana Sistem Plambing/Ahli Teknik
Plambing dan Pompa Mekanik sekurang-kurangnya 3 tahun sejak diterbitkannya SKA pertama; (b)
mempunyai pengalaman kerja melaksanakan pekerjaan perencanaan dan/atau pemasangan dan/atau
perawatan instalasi listrik, untuk penerangan dan/atau tenaga di dalam dan/atau di luar bangunan
untuk disambung pada jaringan tegangan rendah, jaringan tegangan menegah dan melaksanakan
pembangunan pekerjaan jaringan tegangan rendah, jaringan tegangan menengah, gardu distribusi,
gardu hubung dan sentral pembangkit tenaga listrik dalam proyek perencanaan bangunan bertingkat

5
2
minimal 4 lantai. (c) sekurang-kurangnya mempunyai pengalaman kerja selama 3 tahun pada proyek
gedung bertingkat sedang atau tinggi; (d) berpendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik Mesin.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika kualifikasi
tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan pertimbangan.

5) Ahli Sistem Tata Udara dan Refrigasi/Ahli Teknik Sistem Tata Udara dan Refigrasi
Seorang ahli muda Sistem Tata Udara dan Refrigasi/Ahli Teknik Sistem Tata Udara dan Refigrasi
dengan persyaratan: (a) memiliki SKA Ahli Muda Sistem Tata Udara dan Refrigasi/Ahli Teknik Sistem
Tata Udara dan Refigrasi dan aktif bekerja sebagai ahli muda sistem plambing sekurang-kurangnya 3
tahun sejak diterbitkannya SKA pertama; (b) mempunyai pengalaman kerja sebagai perencana sistem
plambing dalam suatu proyek perencanaan gedung bertingkat minimal 4 lantai; (c) mempunyai
pengalaman kerja sebagai perencana sistem plumbing sekurang-kurangnya selama 3 tahun pada
proyek gedung bertingkat sedang atau tinggi; (d) berpendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik Mesin.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika kualifikasi
tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan pertimbangan.

6) Ahli Teknik Elektronika dan Telekomunikasi/Ahli Teknik Elektronika dan Telekomunikasi dalam
Gedung
Seorang ahli muda Teknik Elektronika dan Telekomunikasi/Ahli Teknik Elektronika dan
Telekomunikasi dalam Gedung dengan persyaratan: (a) memiliki SKA ahli muda Teknik
Elektronika dan Telekomunikasi/Ahli Teknik Elektronika dan Telekomunikasi dalam Gedung dan
aktif bekerja sebagai ahli muda tata udara dan refrigrasi sekurang-kurangnya 3 tahun sejak
diterbitkannya SKA pertama; (b) mempunyai pengalaman kerja sebagai perencana tata udara dan
refrigrasi dalam suatu proyek perencanaan gedung bertingkat minimal 4 lantai; (c) mempunyai
pengalaman kerja sebagai perencana sistem tata udara selama 3 tahun pada proyek gedung
bertingkat sedang atau tinggi; (d) berpendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik Mesin.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika kualifikasi
tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan pertimbangan.

7) Ahli Quantity Surveyor/Ahli Manajemen Konstruksi


Seorang ahli muda Quantity Surveyor/Ahli Manajemen Konstruksi dengan persyaratan: (a) memiliki
SKA Ahli Muda Quantity Surveyor/Ahli Manajemen Konstruksi dan aktif bekerja sebagai ahli muda
quantity surveyor/Ahli Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 4 tahun sejak diterbitkannya SKA
pertama (melampirkan semua referensi dari tempat kerja sebagai tenaga ahli muda); (b)
mempunyai pengalaman kerja sebagai ahli Muda Quantity Surveyor/Manajemen Konstruksi dalam

5
3
suatu proyek perencanaan gedung bertingkat minimal 8 lantai; (c) mempunyai pengalaman kerja
sebagai quantity surveyor dan/atau Manajemen Konstruksi sekurang kurangnya 6 tahun pada proyek
gedung bertingkat sedang atau tinggi; (d) berpendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik Sipil.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika kualifikasi
tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan pertimbangan.

Semua tenaga ahli diatas harus melampirkan Curiculum Vitae (pengalaman dilengkapi dengan
referensi/surat keterangan) serta copy ijazah, NPWP, KTP dan bukti setor SPT tahun terakhir.

B. Asisten Tenaga Ahli


1. Asisten Ahli Arsitek
Seorang Asisten Ahli Arsitek dengan persyaratan: (a) mempunyai pengalaman kerja dalam suatu
proyek perencanaan gedung bertingkat minimal 4 lantai; (b) mempunyai pengalaman kerja
selama 2 tahun pada proyek gedung bertingkat sedang atau tinggi; (c) berpendidikan minimal
Sarjana (S1) Teknik Arsitek.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika kualifikasi
tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan pertimbangan.

2. Asisten Ahli Perencana Struktur


Seorang Asisten Ahli Perencana Struktur dengan persyaratan: (a) mempunyai pengalaman kerja
dalam suatu proyek perencanaan gedung bertingkat minimal 4 lantai; (b) mempunyai pengalaman
kerja selama 2 tahun pada proyek gedung bertingkat sedang atau tinggi; (c) berpendidikan
minimal Sarjana (S1) Teknik Sipil.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika
kualifikasi tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan
pertimbangan.

3. Asisten Ahli Teknik Tenaga Listrik


Seorang Asisten Ahli Teknik Tenaga Listrik dengan persyaratan: (a) mempunyai pengalaman
kerja dalam suatu proyek perencanaan gedung bertingkat minimal 4 lantai; (b) mempunyai
pengalaman kerja selama 2 tahun pada proyek gedung bertingkat sedang atau tinggi; (c)
berpendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik Elektro.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika
kualifikasi tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan
pertimbangan.

5
4
4. Asisten Ahli Manajemen Konstruksi
Seorang Asisten Ahli Manajemen Konstruksi dengan persyaratan: (a) mempunyai pengalaman
kerja dalam suatu proyek perencanaan gedung bertingkat minimal 4 lantai; (b) mempunyai
pengalaman kerja selama 2 tahun pada proyek gedung bertingkat sedang atau tinggi; (c)
berpendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik Elektro.
Persyaratan tersebut di atas adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi, jika
kualifikasi tenaga ahli yang diusulkan melebihi persyaratan minimal maka menjadi bahan
pertimbangan.
Semua asisten tenaga ahli diatas harus melampirkan Curiculum Vitae (pengalaman
dilengkapi dengan referensi/surat keterangan) serta copy ijazah, NPWP, KTP dan bukti setor
SPT tahun terakhir.

C. Tenaga Pendukung
Masing masing tenaga pendukung berpendidikan minimal D3 dan berpengalaman lebih dari 3 (tiga)
tahun untuk tenaga: Sekretaris, Site Office Manager (Administrator), surveyor dan operator
komputer.
Semua tenaga pendukung diatas harus dilengkapi dengan Curiculum Vitae (pengalaman
dilengkapi dengan referensi/surat keterangan) serta ijazah, NPWP, KTP dan bukti setor SPT
tahun terakhir.

10. KELUARAN
A. TAHAPAN PERENCANAAN
Keluaran yang dihasilkan oleh konsultan Perencana berdasarkan Kerangka Acuan Kerja ini adalah
lebih lanjut akan diatur dalam surat perjanjian, yang minimal meliputi:

a. Tahapan Konsep Perencanaan.


1. Konsep penyiapan rencana teknis, termasuk konsep organisasi, jumlah dan kualifikasi tim
perencana, metoda pelaksanaan, dan tanggung jawab waktu perencanaan.
2. Perijinan (IMB dari Pemerintah Daerah setempat)/ keterangan persyaratan bangunan dan
lingkungan.
3. Konsep skematik rencana teknis, termasuk program ruang, organisasi hubungan ruang, dll.
4. Rencana utilitas lanjutan bila diperlukan/ ada perubahan.
5. Penjadwalan pekerjaan konsultan perencana.
6. Perkiraan biaya pelaksanaan konstruksi/EE .

5
5
7. Gambar Rencana beserta detail pelaksanaan ; arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal,
pertamanan, tata ruang .
8. Rencana kerja dan syarat-syarat administratif, syarat umum dan syarat teknis (RKS)
9. Rencana Anggaran Biaya (RAB),
10. Rincian Volume pekerjaan/ bill of quatity (BQ),
11. Laporan perencanaan pengadaan (termasuk mendampingi POKJA pada waktu penjelasan
pekerjaan (Aanwijzing).

b. Tahap Pra Rencana Teknis


1) Gambar-gambar rencana tapak.
2) Gambar-gambar pra-rencana bangunan.
3) Perkiraan biaya pembangunan.
4) Laporan Perencanaan.
5) Mengurus kelengkapan untuk perizinan, IMB, SLF, dan Bukti Hak Atas Tanah.
6) Hasil konsultasi rencana dengan Pemda setempat.
7) Garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
c. Tahap Pengembangan Rencana
1) rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi dwi dan trimatra bila diperlukan;
2) rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
3) rencana mekanikal-elektrikal termasuk IT, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
4) garis besar spesifikasi teknis (Outline Specifi-cations);
5) perkiraan biaya.
d. Tahap Rencana Detail
1) membuat gambar-gambar detail,
2) rencana kerja dan syarat-syarat, (RKS)
3) rincian volume pelaksanaan pekerjaan, (BQ)
4) rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi, (RAB) berdasarkan Analisa Biaya Konstruksi - SNI
5) dan menyusun laporan perencanaan; struktur, utilitas, lengkap dengan perhitungan-perhitungan
yang bisa dipertanggung jawabkan.
e. Tahap Pelelangan (Dokumen Perencanaan Teknis)
1) Gambar Rencana beserta detail pelaksanaan ; arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal,
pertamanan, tata ruang ,
2) Rencana kerja dan syarat-syarat administratif, syarat umum dan syarat teknis (RKS)
3) Reancana Anggaran Biaya (RAB),
4) Rincian Voume pekerjaan/ bill of quatity (BQ),

5
6
5) Laporan Perencanaan;
f. Pengawasan Berkala
1. Laporan Pengawasan Berkala; seperti memeriksa kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan
rencana secara berkala, melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila
ada perubahan, memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa
konstruksi, memberikan rekomendasi tentang penggunaan bahan, dan membuat laporan akhir
pengawasan berkala.
2. Menyusun laporan akhir pekerjaan perencanaan yang terdiri atas perubahan perencanaan ada
masa pelaksanaan konstruksi, petunjuk penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan bangunan
gedung, termasuk petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal
bangunan.

B. K R l T E R l A
I. Kriteria Umum
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana seperti yang dimaksud pada KAK
harus memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas
bangunan, yaitu:

1) Persyaratan Peruntukan dan Intensitas :


a. Menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan
yang ditetapkan di Daerah yang bersangkutan.
b. Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
c. Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungan.
2) Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan:
a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan karakteristik lingkungan,
ketentuan wujud bangunan, dan budaya daerah, sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan
lingkungannya (fisik, sosial dan budaya).
b. Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan keseimbangan dan keserasian
bangunan terhadap lingkungannya,
c. Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
3) Persyaratan Struktur Bangunan:
a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat perilaku
alam dan manusia (gempa,dll).

5
7
b. Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang disebabkan oleh
kegagalan struktur bangunan.

c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang disebabkan oleh perilaku
struktur.

d. Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh kegagalan struktur.

4) Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran:


a. Menjamin terwujudnya sistem proteksi pasif dan aktif pada bangunan gedung.
b. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukungbeban yang timbul akibat
perilaku alam dan manusia,
c. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa sehingga mampu
secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga:
i. cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman,
ii. cukup waktu dan mudah bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk
memadamkan api,
iii. dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
5) Persyaratan Sarana Jalan Masuk dan Keluar

a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak, aman dan
nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamya.
b. Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat evakuasi pada
keadaan darurat.
c. Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk bangunan
fasilitas umum dan sosial.
6) Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda arah Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya :

a. Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif di dalam bangunan gedung apabila
terjadi keadaan darurat.
b. Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila terjadi keadaan
darurat,
7) Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi :

a. Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam menunjang
terselenggaranya satuan kerjadi dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya,
b. Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari bahaya akibat petir,
c. Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang terselenggaranya
satuan kerjadi dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.

5
8
8) Persyaratan Sanitasi Bangunan Gedung dan Lingkungan

a. Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang pada bangunan
gedung dan lingkungan sesuai dengan fungsinya.
b. Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi penghuni
bangunan dan lingkungan.
c. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi secara baik.
9) Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara

a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya satuan kerja dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya,
b. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara baik,
10) Persyaratan Pencahayaan :

a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya satuan kerjadalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya,
b. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan secara baik,
11) Persyaratan Kebisingan dan Getaran

a. Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan suara dan getaran yang tidak
diinginkan,
b. Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau satuan kerja yang menimbulkan dampak
negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau
mencegah perusakan lingkungan.
12) Persyaratan Bangunan Hemat Energi dan Ramah Lingkungan.

Mempertimbangkan dalam perencanaan lanjutan ini menghasilkan operasional bangunan yang


lebih hemat dibandingkan dengan bangunan di sekitar UNJ.

II. Kriteria Khusus


Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat -syarat yang khusus, spesifik berkaitan
dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari segi fungsi khusus bangunan, segi
teknis lainnya, misalnya:

1) Dikaitkan dengan upaya pelestarian atau konservasi bangunan yang ada.


2) Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada disekitar, seperti dalam rangka
implementasi penataan bangunan dan lingkungan.

5
9
3) Solusi dan batasan - batasan kontekstual , seperti faktor sosial budaya setempat, geografi
klimatologi, dan lain - lain.

C. AZAS-AZAS
Selain dari kriteria diatas, di dalam melaksanakan tugasnya konsultan Perencana hendaknya
memperhatikan azas-azas bangunan gedung negara sebagai berikut:

a Bangunan gedung negara hendaknya fungsional, efisien, menarik tetapi tidak berlebihan.
b Kreatifitas desain hendaknya tidak ditekankan pada kelatahan gaya dan kemewahan material, tetapi
pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan, terutama
sebagai bangunan pelayanan kepada masyarakat.
c Dengan batasan tidak mengganggu produktivitas kerja, biaya investasi dan pemeliharaan bangunan
sepanjang umumya, hendaknya diusahakan serendah mungkin.
d Desain bangunan hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga bangunan dapat dilaksanakan dalam
waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya.
e Bangunan gedung negara hendaknya dapat meningkatkan kualitas lingkungan, dan menjadi acuan tata
bangunan dan lingkungan di sekitarnya.

D. PROSES PERENCANAAN
a Dalam proses perencanaan untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang diminta, konsultan
perencana harus menyusun jadwal pertemuan berkala minimal seminggu sekali atau sewaktu waktu
bila diperlukan dengan PPK/Tim Teknis.
b Dalam pertemuan berkala tersebut ditentukan produk awal, antara dan pokok yang harus dihasilkan
konsultan sesuai dengan rencana keluaran yang ditetapkan dalam KAK ini.
c Dalam pelaksanaan tugas, konsultan harus selalu memperhitungkan bahwa waktu pelaksanaan
pekerjaan adalah mengikat.

E. PROGRAM KERJA
a. Konsultan Perencana harus segera menyusun program kerja minimal meliputi :
1. Jadwal kegiatan secara detail di setiap tahapan.
2. Alokasi tenaga yang lengkap (disiplin dan keahliannya). Tenaga-tenaga yang diusulkan oleh
konsultan perencana harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Satuan Kerja.
3. Konsep penanganan pekerjaan perencanaan.
b. Program kerja secara keseluruhan harus mendapatkan persetujuan dari Pemberi kerja, setelah
sebelumnya dipresentasikan oleh Konsultan Perencana dan mendapatkan pendapat teknis dari
Pengelola Teknis Kegiatan.
c. Secara Umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara mengikuti ketentuan dalam :

6
0
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 29/PRT/M/2006 tanggal 1 Desember 2006
tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember
2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
3) Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung serta standar teknis yang
terkait.
4) Peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung.

11. PELAPORAN
A. Laporan Pendahuluan.
a) Konsep penyiapan rencana teknis, termasuk konsep organisasi (fixed) sesuai dengan
dokumen kualifikasi dan seleksi, jumlah dan kualifikasi tim perencana (fixed) sesuai dengan
dokumen kualifikasi dan seleksi, metoda pelaksanaan sesuai dengan dokumen penawaran
teknis dan hasil klarifikasi, dan master schedule (rencana waktu pelaksanaan) serta penugasan
personil dalam waktu pelaksanaan perencanaan serta job-description personil sesuai dengan
dokumen penawaran teknis dan hasil klarifikasi teknis.

b) Konsep skematik rencana teknis, termasuk program ruang, organisasi, hubungan tata
ruang dan hal-hal lain yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan perencanaan. Rencana
kelanjutan pengurusan perijinan (IMB dari Pemerintah Daerah setempat)/ keterangan
persyaratan bangunan dan lingkungan.

c) Hasil analisis dan evaluasi Konsultan Perencana tentang informasi/ data/survei lapangan.

d) Dokumen-dokumen dan gambar-gambar hasil rancangan dari pengembangan konsep-


konsep rancangan yang telah disetujui oleh pemberi tugas.

e) Perkiraan biaya untuk pekerjaan sesuai dengan lingkup pekerjaan.

Laporan ini paling lambat diserahkan 10 hari setelah kontrak dimulai dalam bentuk hardcopy dan
soft copy dengan rincian 1 (satu) asli dan rekaman 4 (empat) copy.

B. Laporan Antara:
1. Perhitungan Engineer Estimate .

6
1
 Analisis Harga Satuan (Analisis Biaya Konstruksi) sesuai dengan SNI atau referensi lainnya yang
dapat dipertanggungjawabkan.
 Daftar referensi Harga Bahan dan Upah di Wilayah DKI Jakarta
2. Dokumen-dokumen untuk pelelangan pelaksanaan konstruksi yang harus diselesaikan pada
hari ke-30 terhitung sejak tanggal kontrak berupa 1 (satu) asli dan 4 (empat) rekaman dengan
Hard copy dan softcopy terdiri atas:
1) Buku 1 : Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) Umum

2) Buku 2 : RKS untuk Pekerjaan Struktur

3) Buku 3 : RKS untuk Pekerjaan Arsitektur

4) Buku 4 : RKS untuk Pekerjaan Mekanikal Elektrikal

5) Buku 5 : Gambar Detail Engineering (DED) Arsitektur & Lanskap

6) Buku 6 : Gambar DED Struktur

7) Buku 7 : Gambar DED Mekanikal Elektrikal

8) Buku 8 : Daftar Kuantitas (Bill of Quantity).

3. Pada Tahap Pelelangan.


a) Dokumen tambahan hasil penjelasan pekerjaan

b) Dokumen petunjuk penggunaan, pemeliharaan, dan peralatan/ perlengkapan bangunan

4. Laporan Akhir.
Laporan akhir berisi keluaran dari kegiatan yang dilakukan tahap pengawasan berkala yang terdiri
atas: Gambar Detail dan perubahannya, laporan pengawasan berkala serta pedoman pengoperasian
dan pemeliharaan peralatan yang harus diselesaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum PHO.
Laporan akhir berupa 1 (satu) asli dan 4 (empat) rekaman dengan Hard copy dan softcopy.

12. PENUTUP
A. Setelah Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) ini diterima, maka konsultan hendaknya memeriksa semua
bahan masukan yang diterima dan mencari bahan masukan lain yang dibutuhkan.
B. Berdasarkan bahan-bahan tersebut konsultan agar segera menyusun program kerja untuk dibahas
dengan Pemberi kerja.

6
2
DISUSUN OLEH:
TIM TEKNIS
1. Erna Septiandini, ST, MT (Ketua) 1..........................
2. Drs. Sopiyan (Sekretaris)
2..........................
3. Lukman Arhami, S.Pd, MT (Anggota) 3...........................
4. Winoto Hadi, MT (Anggota) 4..........................
5. Andi Irawan Sulistyo, S.Pd (Anggota) 5 ...........................
6. Azhar, S.Ag (Anggota) 6 ...........................

Tim Bagian Perencanaan Biro Keuangan :

1. Edy Witanto, SH, MH 1................................


2. Kamandoko, S.Sos 2................................
3. Rahim, S.Pd. 3................................

Ditetapkan oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen

Ramlan Lumbantoruan, S.Sos, MM.


NIP. 196501071986031003

Mengetahui :
Pembantu Rektor II

Dr. Komarudin, M.Si


NIP 196403011991031001

Menyetujui :
Rektor Selaku Kuasa Pengguna Anggaran

6
3
Prof. Dr. Djaali
NIP 19550902 197903 1 001

6
4

Anda mungkin juga menyukai