HIGH RISK :
merujuk pada area yg rawan atau tdk stabil
pertimbangkan resiko dalam perawatan populasi ttt, potensialdampak kegagalan pemberian
tindakan/pengobatan yg salah
kategori ini termasuk px eksperimental, atau intervensi khusus yg beresiko
HIGH COST :
biaya yang dibutuhkan untuk suatu tindakan tinggi, atau sulit dijangkau
HIGH VOLUME :
pelayanan yg frekuensinya besar
demografis pasien berperan dalam hal ini
pasien apa yang paling sering dilayani di RS?
apakah anda memberi target kelompok usia ttt? spesialisasi dalam jenis perawatan ttt (anak, badah dll?)
misal : 10 penyakit terbanyak
Jadi berdasarkan tabel pemilihan dan penentuan area prioritas diatas didapatkan 3 area prioritas yang
perlu diperbaiki lebih dahulu yaitu : Laboratorium, Ruang farmasi serta Ruang pendaftaran/Rekam medis.
FMEA 9.1.18
Langkah-langkah
RPN = SxOxD, nilai RPN yang tinggi memberikan pertimbangan untuk tindakan korektif pada moda
kegagalan.
Urutkan failure mode dengan nilai RPN dari yang tertinggi ke yang terendah
Hitung persentase kumulatif
Perhatikan nilai kumulatif sampai dengan 80 %, maka pada nilai kumulatif 80 % tersebut
kita tetapkan sebagai “cut off point”
dus- Penyebab Akibatnya Kemungkinan Tingkat Kemudahan Risk Solusi Indikator untuk
dus terjadinya terjadinya ( kepatahan dideteksi Priority mengukur
agalan/ O= (S= (D= Number(RP keberhasilan dari
alahan Occurrence) Severity) Detectability) N) solusi
RPN =
OxSxD
Occurence Rating Scale
4. Pelabelan
5. Pengambilan sampel
2. Analitik :
3. Paska Analitik :
V. PELAKSANAAN
2. Peracikan obat :
5. Penyerahan obat ke pasien 9. Salah pemberian obat kepada pasien (salah identitas)
6. Pemberian informasi 10. Resiko kegagalan dalam memberikan KIE
Berdasarkan perhitungan RPN dan perhitungan dalam menentukan cut off point, didapatkan 6 modus
kegagalan yang harus ditindak lanjuti dengan solusi yaitu :
IV. PELAKSANAAN
CONTOH :
2. Pendaftaran :
3. Petugas melakukan identifikasi pasien 4. Salah identifikasi pasien yang akan berobat
4. Petugas menanyakan & meminta identitas pasien 5. Pasien tidak membawa KTP/kartu berobat
(pasien lama)
6. Pasien tidak membawa kartu BPJS untuk pasien
baru
3. Paska Pendaftaran :
5. Petugas memberi stempel ruang/unit layanan yang7. Salah stempel ruang
dituju
V. PELAKSANAAN
- Dilakukan perbaikan SOP alur pelayanan pendaftaran
- Dilakukan sosialisasi SOP alur pelayanan pendaftaran yang baru
- Dibuat keterangan tentang jenis antrian di sebelah nomer antrian
- Risiko yang mungkin terjadi akibat penyelenggaraan pelayanan oleh FKTP (PUSKESMAS) :
* Risiko akibat penyelenggaraan pelayanan klinis
* Risiko akibat penyelenggaraan kegiatan UKM
* Risiko yang terkait dengan kondisi sarana, prasarana, dan peralatan yang ada di Puskesmas
Insiden internal, Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kondisi Potensial Cedera (KPC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Sentinel,
Contoh Kasus
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien
terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian
Potensial Cedera.
Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien
Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien
Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera
Kejadian Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera
berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk mempetahankan kehidupan, baik fisik
maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien.
Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran
Contoh kasus insiden internal (Pasien yang berobat di ruang pemeriksaan umum dan kesehatan gigi dan
mulut, mendapat 2 resep dengan masing-masing resep terdapat antibiotika/double antibiotika)
9.1.2.1
Contoh Panduan Evaluasi Perilaku Petugas Pemberi Layanan Klinis (Self Evaluation &
Peer Review)
PANDUAN PELAKSANAAN EVALUASI MANDIRI (SELF
EVALUATION) & PENILAIAN REKAN (PEER REVIEW) TERHADAP
PERILAKU PETUGAS PEMBERI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS SIDOARJO
I. DEFINISI
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan analisis dan penyajian informasi
yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur produk atau strategi yang
dijalankan telah tercapai sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan
beberapa alternative keputusan untuk program selanjutnya. Evaluasi adalah untuk membangun dan
afirmatif, bukan untuk menghakimi.
Self evaluation atau evaluasi mandiri merupakan alat belajar mandiri (self-directed device), yang bisa
digunakan untuk mengembangkan diri. Karena dengan self evaluation kita dapat mengetahui kelebihan dan
kelemahan masing-masing sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan
kelebihan tersebut secara terus-menerus. Self evaluation dapat menumbuhkan sikap mandiri dalam
mengevaluasi secara rasional kekurangan diri sendiri sehingga berdampak pada perenungan diri.
Peer review atau peer evaluation merupakan sebuah proses dimana seseorang menilai hasil kerja teman
sejawatnya. Peer review dapat digunakan untuk membantu dalam mengembangkan kemampuan bekerja
sama, mengkritisi proses dan hasil belajar orang lain dan menerima feedback atau kritik dari orang lain.
Kombinasi penggunaan evaluasi mandiri (self evaluation) dan evaluasi rekan (peer assessment) untuk
penilaian formatif akan lebih meningkatkan efektifitas penilaian. Evaluasi mandiri dan evaluasi rekan (peer
review) perilaku pemberi layanan klinis merupakan bentuk evaluasi atau penilaian terhadap perilaku
pemberi layanan klinis.
Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang ada, tetapi juga perilaku petugas
dalam pemberian pelayanan klinis. Tenaga klinis perlu melakukan evaluasi terhadap perilaku dalam
pemberian pelayanan dan melakukan upaya perbaikan baik pada sistem pelayanan maupun perilaku
pelayanan yang mencerminkan budaya keselamatan dan budaya perbaikan pelayanan klinis yang
berkelanjutan.
Dalam penyelenggaraanya upaya puskesmas dan pelayanan klinis memperhatikan mutu layanan klinis
untuk kepuasan pelanggan. Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang ada,
tetapi juga perilaku petugas dalam pemberian pelayanan klinis. Tenaga klinis perlu melakukan evaluasi
terhadap perilaku dalam pemberian pelayanan dan melakukan upaya perbaikan baik pada sistem pelayanan
maupun perilaku pelayanan yang mencerminkan budaya keselamatan dan budaya perbaikan pelayanan
klinis yang berkelanjutan. Adapun ruang lingkup penilaian atau evaluasi mandiri (self evaluation) dan
penilaian rekan (peer review) melibatkan tenaga pemberi layanan klinis di puskesmas Sidoarjo. Penilaian
perilaku pemberi layanan klinis berdasarkan dari tata nilai Puskesmas Sidoarjo yaitu “ CERIA” yang
meliputi :
Cara melakukan penilaian perilaku pemberi layanan klinis dilakukan dengan mengukur indikator-indikator
yang dapat dinilai dan diamati. Indikator yang digunakan sebagai penilaian perilaku memberi layanan
klinis yaitu :
Cakap atau terampil menggunakan indikator kepatuhan terhadap SOP pelayanan klinis yang
telah disusun dan ditetapkan di Puskesmas Sidoarjo. Penilaian dengan menggunakan daftar tilik
SOP layanan klinis. Indikator yang digunakan untuk memonitoring kecakapan petugas yaitu
melalui kepatuhan petugas dalam menggunakan masker (APD) dan kepatuhan petugas dalam
melakukan DTT dan sterilisasi
Empati atau tanggap menggunakan respon time/waktu tanggap pelayanan di masing - masing
unit pelayanan di Puskesmas Sidoarjo.
Ramah atau komunikatif menggunakan indikator kepatuhan petugas dalam pengisian
informed consent. Indikator yang digunakan untuk memonitoring keramahan petugas dalam
memberikan layanan klinis yaitu kepatuhan petugas dalam pemberian KIE etika batuk
Ikhlas atau budaya mutu menggunakan gabungan hasil penilaian dari Cakap, Empati dan Ramah
Aman atau keselamatan pasien menggunakan indikator dari 6 sasaran keselamatan pasien yang di
monitoring di Puskesmas Sidoarjo.
Penilaian/monitoring dari indikator – indikator tersebut dilakukan setiap hari di unit layanan yang ada di
Puskesmas Sidoarjo. Dimana penilaian ini bisa dilakukan dengan menilai rekannya sendiri (peer review)
jika yang bertugas di unit layanan tersebut lebih dari 1 orang petugas tetapi jika di unit layanan itu hanya
ada 1 petugas maka petugas tersebut menilai diri sendiri (self evaluation). Pendokumentasian/hasil
monitoring ini dikumpulkan setiap bulan ke tim mutu Puskesmas Sidoarjo untuk kemudian oleh tim mutu
diolah dan disajikan dalam bentuk penilaian perilaku pemberi layanan klinis Puskesmas Sidoarjo.
IV. DOKUMENTASI
DAFTAR HADIR
KEGIATAN………………………………………..
Tanggal :
NO Nama Umur Alamat Pemeriksaan Tanda Tangan